Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA PADA ANAK

OLEH :

MAHARINI SHESHA PRIMASWARI, S.Kep


NIM. 1911040080

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2020
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI

Penyebab penyakit adalah virus Dengue Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus
yaitu; 1. Dengue 1 (DEN 1) diisolasi oleh Sabin pada tahun1944. 2. Dengue 2 (DEN 2) diisolasi
oleh Sabin pada tahun 1944. 3. Dengue 3 (DEN 3) diisolasi oleh Sather 4. Dengue 4 (DEN 4)
diisolasi oleh Sather. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses
(arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan
yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia menunjukkan Dengue type 3
merupakan serotype virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat, (Sukohar.2014)

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda gejala DBD menurut soedarto 2012, diagnosa penyakit DBD dapat dilihat
berdasarkan kriteria diagnosa klinis dan laboratoris. Berikut adalah tanda dan gejala dari
penyakit DBD yang dapat dilihat dari penderita kasus DBD :
1. Gejala Klinis

a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas berlangsung selama 2-7
hari (38–40º). Pada suhu anak yang normal yaitu 36,3-37,7ºC dan suhu pada
orang dewasa yaitu 36,5-37,5ºC
b. Terdapat Manifestasi perdarahan dengan bentuk : Uji Terniquet positif,
petekie (bintik merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit),
ekimosis, epistaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis
(muntah darah), melena ( BAB Darah) dan Hematuri (adanya darah dalam
urin).
c. Perembesan plasma, yang ditandai secara klinis adanya acites dan efusi
pleura sampai terjadinya renjatan (ditandai nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembap dan
pasien tampak gelisah).
2. Diagnosa laboratorium

a. Trombositopenia (kurang dari 100.000 per mmᵌ) antara hari ke-3 dan ke-8
dari penyakit, sering terjadi sebelum atau bersama waktunya dengan
perubahan hematokrit..
b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat peningkatan hematokrit 20% atau lebih,
menunjukan adanya permbesan plasma karena meningkatnya premabilitas
vaskuler.
c. Leukopeni dengan limfositosis relatif terjadi pada akhir fase demam, sebelum
terjadinya kemunduran kondisi penderita atau sebelum terjadinya syok.
D. PATOFISIOLOGI

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk ades agepty pertama tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibtakan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh ruam atau bintik- bintk merah pada kulit
(petekie). Hyperemia tenggorokan da hal lain yang memungkinkan terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening. mengambesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpha
(splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentulah komplek vrus antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi c3 dan c5 akan dilepas
c3a dan c5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine yang merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningkatnya premebalitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berurangnya volum plasma
yang terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipotenimia serta efusi dan dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit >20%) menunjukan adanya kebocoran (pembesran)
plasma sehingga milai hemotokrit menjadi penting untuk mnjadi patokan pemberian cairan
intravena. Terjadinya trombositopenia menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya fungs
trombosit dan menurunnya fungsi kogulasi merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan
berat terutama perdarahan saluran gastrointestinal DHF.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboraturium :

a. Trombosit menurun

b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih

c. Leukosit menurun pada hari 2 dan 3

d. Kadar albumin menurun bersifat sementara

e. Hipoprotein (protein darah rendah)

f. Hiponatremia (NA rendah)

2. Pemeriksaan radiologi
a. Pada foto torax (paada DHF grade III/IV dan sebagaian besar grade II )
didapatka efusi pleura.

F. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring

2. Pemberian makanan lunak

3. Minum yang banyak

4. Pemberian cairan intravena

5. Pemberian obat-obatan antibiotic, antipiretik

6. Antikonvulsi jika terjadi kejang

7. Monitor TTV

8. Monitor terjadinya kejang

9. Pemeriksaan HB,HT dan trombosit setiap hari.


10. PATHWAYS
Virus Dengue

Viremia

Pengaktifan komplek imun antibody

Hipertermia Permeabilitas Trombosit


pembuluh darah menurun
meningkat
Anoreksia muntah
Trombositopenia
Kebocoran plasma
Nutrisi kurang
dari kebutuhan Kogulopati
Hipovolemia
tubuh
Perdarahan
Syok

Resiko
Resiko Syok perdarahan
Hipovolemi

Resiko
kekurangan
volume cairan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus Pengkajian
1. Biodata/dentitas
DHF dapat menyerang anak-anak dan dewasa terutama anak berumur <15 tahun.
Endemic di daerah Asia Tropik.

2. Keluhan Utama
Biasanya anak-anak yang mengalai DHF akan mengalami Demam/panas.

3. Riwayat penyakit sekarang


Biasanya anak-anak akan mengalami demmam mendadak selama2-7 hari dan
kemudian demam turun dengan tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan
hidung teraba dingin dan lembab.

Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepla dan perut, nyeri uluh hati, kontipasi atau diare.

4. Riwayat penyakit keluarga


Penyakit DHF ini biasanya dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu kelurga ada
yang menderita penyakit ini kemungkinan untuk tertular besar.

5. ADL
a. Nutrisi : dapat menjadi mual, muntah, anoreksia
b. Aktifitas : lebih banyak didalam rumah, menurunnya katifitas bermin.
c. Istirahat/tidur : dapat terganggu karena panas, sakit epala dan nyeri
d. Eliminasi : dapat terjadi diare/kontipasi, melena.
e. Personal hygine : meningkatnya ketergangtungan kebutuhan perawatan diri.
6. Pemeriksaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan fisik, pertumbuhan motorik kasar dan halus, perkembangan bahasa,
perkembangan sosial, perkembangan kognitif. Untuk anak 0-6 tahun menggunakan
format DDST (DENVER II) dan membuat keismpulan di setiap ranah
perkembangan yang telah dicapainya, untuk anak yang lebih dari 6 tahun
menggunakan penedkatan teori tumbuh dan berkembang sesuai usianya.

7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Tanda-tanda Vital : S (37,5-40,1 C), N (nandi teraba cepat dan lemah), RR
pernafasan normal
c. Kulit : Tampak Bintik Merah(petekil), hematoma, ekimosit.
d. Kepala : mukosa mulut ekring, perdarahan gusi, lidah kotor.
e. Dada :nyrii tekan epigasrik, nafas cepat dan sering berat.
f. Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada
keadaan dehidrasi turgor kulit menuun.
g. Genetalia : dapat terganggu karena diare/ kontipasi
h. Ekstermitas atas dan bawah : ekstermitas dingin dan sianosis
8. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

a. Hb meningkat (>20%)
b. Trombositopenia (<100.000/ml)
c. Leucopenia (mungkin normal atau leikositosis)
d. Ig.D.dengue positif
e. Urium dan Ph darah mungkin meningkat
f. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
9. Diagnose Kperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
b. Resiko Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif
c. Perubahan prefusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit
d. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Faktor biologis
Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


1 Resiko Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam Manajemen cairan
berhubungan dengan kehilangan diharapkan kekurangan volume cairan pasin dapat 1. Timbang popok/pembalut jika
volume cairan aktif membaik dengan kriteria hasil: diperlukan
Keseimbangan cairan 2. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
3. Mnitor status hidrasi
4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan
makanan/cairan dan hitung
intake kalori harian
6. Kolaborasikan pemberian
cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Dorong masukan oral
9. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan atau
minum
10. Kolaborasikan dengan dokter
11. Atur kemungkinan tranfusi
2 Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam Perawatan demam (3740)
proses infeksi diharapkan demam pasin dapat membaik dengan kriteria 1. Pantau Suhu dan tanda- tanda
hasil: vital pasien
2. Monitor warna kulit dan suhu
Termoregulasi (0800) 3. Monitor asupan dan keluaran
sadar perubahan kehilangan
cairan tak dirasakan
4. Beri obat atau cairan IV
5. Dorong konsumi cairan
6. Pantau komplikasi –
komplikasi yang berhubungan
dengan demam serta tanda
gejala kondisi penyebab
demam
3 Ketidakseimbangan Nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam Manajemen nutrisi
dari kebutuhan tubuh berhubungan diharapkan kebutuhan nutrisi pasin dapat membaik dengan 1. Kaji adannya alergi makanan
dengan Faktor biologis kriteria hasil: 2. Kolaborasikan dengan ahli gizi
Satatus nutrisi untuk menentukan jumlah ntu
meningkatkan intake kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
3. Ajarkan pasien bagimanan
membuat catatan makanan
harian
4. Monitor jumlah nutriis
Monitor nutrisi
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bida dilakukan
4. Monitor turgor ulit
5. Monitor mual dan muntah
6. Onitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan

4 Perubahan prefusi jaringan perifer Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam Manajmene perifer
berhubungan dengan kurang diharapkan perfusi jarangian pasin dapat membaik dengan 1. Monitor adanya daerah tertentu
pengetahuan tentang roses kriteria hasil: yang hanya peka terhadap
penyakit Status sirkulasi 3 panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paratese
3. Intuksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit
4. Batasi gerak pada kepala,
leher, dan punggung
5. Monitor kemampuan BABB
6. Monitor adanya tromboflebitis
7. Diskusikan adanya perdarahan
DAFTAR PUSTAKA

Putu Diani W, Wayan Putu S Y. (2015). Perbedaan Penurunan Trombosit Pada Demam
Berdarah Dengue Derajat I dan II Di RS Bhayangkara Trijata Universitas Udayana.
Skirpsi : Fakultas Kedokteran Universitas Udsysns.

ALIFA.(2016).leukopenia sebagai prediktor terjadinya sindrom syok dengue pada anak


dengan demam berdarah dengue di rspi. Prof. Dr. Sulianti saroso.Media Litbang
Kesehatan Volume 21 Nomor 3 Tahun 2011

Djunaedi D. (2016). Demam Berdarah [Dengue DBD] Epidemiologi, Imunopatologi,


Patogenesis, Diagnosis Dan Penatalaksanaannya. Malang:UMM Press.

Chinthia Sari Yusriana. (2010). Pengobatn Penyakit Demam Berdarah Dengue Pada Pasien
Anak Di Instansi Rawat Inap RSIY PDH Yogyakarta Periode Febuari 2010.
Http://Www.Permataindonesia.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2016/05/Sintia-Demam-
Berdarah.Pdf

Anda mungkin juga menyukai