ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Senyawa ini dapat dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon
dan biasa terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil atau motor
dan asap tembakau; meskipun dalam udara bebas formaldehid berada dalam
wujud gas tetapi zat ini dapat larut dalam air dan biasa disebut dengan formalin;
bidang, apabila tidak dipergunakan dengan tepat dan sesuai aturan yang berlaku
zat ini dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia; Seseorang dapat terpapar
formalin dengan berbagai cara antara lain dengan terhirup, peroral, dan melalui
kulit yang nantinya akan berdampak kepada gangguan fungsi organ dalam tubuh
manusia; Gejala yang ditimbulkan beragam, mulai dari yang bersifat akur serta
ringan seperti sesak dan pusing sampai dengan menimbulkan respon syok dan
kematian.1
and Industrial Hygienist (ACGIH) yaitu 0,4 ppm, National Institute for
1
2
Occupational Safety and Health (NIOSH) yaitu 0,016 ppm selama periode 8 jam
Safety (IPCS) yaitu 0,1 ml/L atau 0,2 mg perhari dalam air minum dan 1,5 mg-14
negatif jika mencapai 6 gram; Meskipun terdapat batas ambang penggunaan yang
manusia, fakta yang ada membuktikan bahwa akhir – akhir ini marak
keperluan di berbagai bidang; Badan Pengawasan Obat dan Makan (BPOM) telah
melakukan penelitian dari berbagai propinsi di Indonesia yaitu pada jajanan anak
sekolah dasar seperti bakso tusuk, es, dan sosi panggang; Tidak hanya itu saja,
ikan asin kering dan cumi-cumi; Saat diteliti terlihat warna ungu pekat yang
menandakan kadar formalin yang sangat tinggi dan melebihi batas yang
menyatakan bahwa formalin termasuk salah satu bahan tambahan yang dilarang
konsumen.5
formalin, efek samping yang dapat ditimbulkan pada tubuh manusia, serta aspek
akut maupun kronik, ambang batas kadar formalin yang diperbolehkan masuk ke
dalam tubuh.
1. Bagi mahasiswa
2.1 Toksikologi
2.1.1 Definisi
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun,
gejala gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan
pada korban yang meninggal.6 Racun adalah zat yang bekerja pada tubuh secara
kimiawi dan fisiologi dalam dosis toksik yang akan menyebabkan gangguan
a) Cara masuk
b) Umur
Kecuali untuk beberapa jenis tertentu, orang tua dan anak-anak lebih
5
6
c) Kondisi tubuh
d) Kebiasaan
menurun lagi. 6
e) Waktu Pemberian
Untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan, absorpsi terjadi
lebih baik, sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian
2.2 Formaldehid
2.2.1 Definisi
oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh
7
dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan
hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali
manusia.3,7
yaitu ppm atau parts per million dalam bentuk gas ataupun cair (biasanya
dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang “formalin” atau
yang ada dalam bentuk imonomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung
aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi
formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau
udara dingin.7
format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya
ruangan, tetapi gas tersebut dengan cepat akan berubah menjadi berbagai
derivat. Salah satu derivat yang penting dari formaldehid adalah trioxane,
larut dalam air, formaldehid akan berubah menjadi H2C(OH)2 bentuk cair dari
2.2.3 Sumber
Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida
besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih
sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada
yang lebih tinggi, kira-kira 6500C , dalam keadaan ini akan ada dua reaksi
CH3OH H2CO + H2
Bila formaldehida ini dioksidadi kembali, akan menghasilkan asam
format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm.
Didalam skala yang lebih kecil, formaldehida bisa juga dihasilkan dari
2.2.4 Fungsi
bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan
bangkai.4
polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau
dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayu lapis/tripleks
atau karpet. Juga dalam bentuk busanya sebagai insulasi. Lebih dari 50%
sebagai insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan
peledak.4
2.2.5 Farmakokinetik
sistem katalase. FDH berperan dalam pelepasan format dengan memecah thio
dan air oleh reaksi enzimatik yang bergantung folat. Folat adalah vitamin
esensial yang ditemukan pada buah segar dan sayuran. Metabolisme yang
a. Absorbsi
Formaldehid adalah unsur yang reaktif dan mudah larut dalam air
b. Distribusi
utuh ke dalam aliran darah, kecuali berada dalam dosis yang sangat tinggi
berbagai organ seperti ginjal, limpa, hepar, dan sebagainya untuk mengalami
jaringan.7
c. Metabolisme
12
dengan zat kimia tertentu dalam tubuh menjadi zat yang larut sehingga mudah
d. Ekskresi
2.2.6 Farmakodinamik
format yang tinggi dalam tubuh akan secara cepat menimbulkan nekrosis sel-
sel hepar, ginjal, jantung dan otak. Penumpukan asam format akan
hebat, nyeri kepala sampai dengan koma. Gejala akut lainnya dapat mengenai
ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehi yang
napas jadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma atau kematian.8
dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para
pegawai pemotongan papan artikel. Tapi ada studi yang menunjukkan apabila
formaldehid dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam
menyebabkan iritasi yang berat dan peradangan pada mulut, tenggorokan dan
perut. Nyeri perut yang parah akan terjadi, dapat diikuti kehilangan kesadaran
pada orang dewasa. Sedangkan menelan larutan yang encer dari formaldehid
berbagai macam gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal efek korosif setelah
gejala seperti mual, muntah, sakit perut dan gangguan pernapasan. Kemudian
dapat terjadi karena efek korosif pada mukosa. Efek sistemik yang dapat
terjadi adalah syok, tidak sadar, kejang dan kegagalan pernafasan akut. Asam
sel-sel di jantung, otak, ginjal dan hati dan fiksasi jaringan. Pada intoksikasi
berat, komplikasi yang sering terjadi berupa gagal ginjal dan anuria karena
nekrosis tubulus ginjal. Asam formiat juga dapat menyebabkan anion gap
metabolic acidosis.10
pada lingkungan pekerjaan (rumah sakit, tekstil, kertas, komponen resin dan
kayu). Formaldehid adalah gas tidak berwarna yang memiliki bau yang tajam
dan mengiritasi membran mukosa dari hidung, tenggorokan dan mata. Efek
toksik dari formaldehid umumnya terjadi pada semua yang bekerja dan
dibandingkan di dalam darah, otak, hati, dan ginjal. Cedera paru akut
inflamasi dari sel epitel pulmonal dengan mengaktifkan seri dari jalur signal
tidak memiliki potensi tinggi karsinogenik pada manusia (WHO IARC, 2006;
17
pernafasan manusia.12
pernapasan atas dan mata. Konsentrasi 0,5-2,0 ppm pada beberapa individu
mata yang tidak dapat ditoleransi pada beberapa orang. Konsentrasi 10 sampai
dan tenggorokan, batuk dan lakrimasi berat pada mata, dan 25 sampai 30 ppm
broncoalveolar, dan edema paru, efek ini ditemukan secara mikroskopis pada
tikus yang terpapar formaldehid (10 ppm) selama 4 jam termasuk lesi siliar,
bersisik. Kontak yang lama dan berulang dapat menyebabkan mati rasa dan
apabila terpapar lagi dapat bereaksi dermatitis eksim alergi atau gatal-gatal.
konsentrasi formaldehid dalam larutan dan apakah mata dibilas dengan air
Belum ada studi tentang kematian pada manusia setelah paparan kulit
mortalitas.7
adalah putamen dan nervus optikus. Pada putamen sering terjadi nekrosis
karena kebutuhan metabolismenya yang tinggi dan terletak pada daerah yang
dengan adanya paparan zat toksik yang terus menerus ataupun dengan kadar
tinggi dapat juga mengakibatkan nekrosis sel. Setelah masuk ke dalam tubuh,
sistem saraf perifer yang berkaitan dengtan paparan zat kimia. Gangguan
sistem saraf karena paparan kronis bahan kimia industry biasanya sangat sulit
untuk sembuh dan cenderung bertahap menjadi lebih serius bahkan setelah
dan gangguan perilaku namun penjelasan secara ilmiah masih belum jelas.9
20
relatif tetap baik. Hilangnya penglihatan secara total dapat disebabkan oleh
edem dan atrofi. Paparan yang lama dari formaldehid (14-30 tahun) dapat
terdapat pada sel dan jaringan hepar terutama pada lemak membran sel hepar.
terjadinya reaksi peroksidasi asam lemak tak jenuh pada membran sel. Reaksi
peroksidasi pada asam lemak tak jenuh lebih lanjut menghasilkan senyawa
malondialdehid (MDA). Pada tahap ini konsumsi oksigen pada hepar akan
asidosis. Selain itu, hipoksia jaringan hepar juga dapat secara langsung
Efek terhadap hepar seperti peningkatan enzim hepar pada serum telah
ke hepar yang berhubungan dengan paparan formaldehid secara per oral. Dari
diekskresikan melalui urin sebagai garam natrium atau dioksidasi lebih lanjut
menjadi H2O dan CO2. Proses detoksifikasi ini akan efektif bila paparan
formalin dalam jumlah sedikit. Tetapi jika paparan formalin dalam jumlah
tinggi, maka akan menyebabkan asidosis dan kerusakan pada ginjal sehingga
kadar format pada urin. Selain itu, paparan formalin dalam jumlah besar akan
paparan terjadi terus menerus, tubuli menjadi keruh dan ginjal tidak mampu
menjalankan fungsinya.15,16
(formalin) terjadi anuria setelah 7,5 jam dari paparan dan keadaannya terus
hubungan paparan formaldehid terhadap efek pada ginjal yang dilakukan pada
terjadi oliguria pada tikus yang terpapar formaldehid secara inhalasi dengan
perforasi gaster, gastritis korosid serta edem dan ulserasi esofagus. Adapun
gejala yang dialami korban. Bila terhirup, tindakan awal yang harus dilakukan
adalah memastikan safety untuk diri sendiri sebelum menolong orang lain
dengan cara menggunakan alat pelindung diri. Kemudian pindahkan korban dari
daerah paparan ke tempat yang lebih aman atau di lingkungan terbuka dengan
udara yang baik. Posisikan korban dengan nyaman dan bila korban kesulitan
korban yang terkontaminasi formalin kemudian siram kulit dengan air mengalir
selama 30 menit. Segera bawa korban ke Rumah Sakit dan jika memungkinkan
mata korban dan membilasnya dengan air selama 30 menit. Selama dibilas, mata
perlu dilepas terlebih dahulu karena mata harus segera dibilas dengan air.
Apabila tersedia, dapat menggunakan cairan NaCl 0,9% untuk membilas. Segera
bawa korban ke Rumah Sakit dan tetap bilas mata ketika perjalanan. Perlu
Bila tertelan, segera cuci mulut korban dengan air. Sebelum ke Rumah
saluran cerna bagian atas. Di Rumah Sakit, tim medis segera melakukan bilas
lambung. 16,17
khususnya bagi pekerja industry. Agar tidak terhirup, gunakan alat pelindung
seperti masker atau kain. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara
(exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata berupa kaca mata
pengaman yang tahan terhadap percikan. Sediakan juga kran air untuk mencuci
mata di temat kerja yang berguna apabila terjadi kecelakaan kerja. Agar tidak
terkena kulit, gunakan sarung tangan dan pakaian pelindung yang tahan terhadap
bahan kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja dan selalu
2.5.1 Otak
format dan paparan zat toksik terus menerus atau kadar yang tinggi
25
otak yang tampak lebih berat, gyrus melebar, sulcus menyempit, batas
substansia grisea dan alba tak tegas. Pada jaringan otak juga akan
2.5.2 Hepar
menggantikan sel hepar normal. Selain itu juga terjadi penurunan level
2.5.3 Ginjal
ginjal. 15,16
2.5.4 Lambung
adanya hubungan antara paparan formalin per oral dengan jumlah sel
gaster yang mengalami erosi dan ulserasi. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa formalin dengan dosis tinggi merupakan iritatif kuat yang dapat
KEAMANAN PANGAN
Pasal 67
(1) Keamanan Pangan diselenggarakan untuk menjaga Pangan tetap aman, higienis,
bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat.
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia.
Pasal 68
(2) Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan.
(3) Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan wajib
(4) Penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan secara bertahap berdasarkan jenis Pangan dan skala
usaha Pangan.
Pasal 69
a. Sanitasi Pangan;
Bagian Kedua
Sanitasi Pangan
Pasal 70
(3) Sanitasi Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi
Pasal 71
(1) Setiap Orang yang terlibat dalam rantai Pangan wajib mengendalikan risiko
bahaya pada Pangan, baik yang berasal dari bahan, peralatan, sarana produksi,
dan/atau keselamatan manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 72
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
a. denda;
30
e. pencabutan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme
pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
Bagian Ketiga
Pasal 73
Bahan tambahan Pangan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam Pangan untuk
Pasal 74
sebagai bahan tambahan Pangan yang belum diketahui dampaknya bagi kesehatan
(2) Pemeriksaan keamanan bahan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 75
(1) Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan dilarang
yang ditetapkan; dan/atau b. bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan
Pangan.
(2) Ketentuan mengenai ambang batas maksimal dan bahan yang dilarang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
a. denda;
e. pencabutan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme
pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
Pasal 3
Perlindungan konsumen bertujuan :
melindungi diri;
33
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dan berusaha;
konsumen.
BAB III
Bagian Pertama
Hak dan Kewajiban Konsumen
Pasal 4
Hak konsumen adalah :
dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
34
c. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur secara tidak
diskriminatif;
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
Pasal 5
Kewajiban konsumen adalah :
patut.
35
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Pasal 6
Hak pelaku usaha adalah :
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik;
sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
Pasal 7
Kewajiban pelaku usaha adalah :
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
36
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
Tambahan
4. Dulsin (Dulcin)
6. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
37
8. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
9. Formalin (Formaldehyde)
Pasal 1
untuk :
kerja; dan
Pasal 3
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar kesehatan lingkungan kerja industri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
Pasal 5
(1) Untuk memenuhi standard dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industry
sesuai dengan Peraturan Menteri ini, setiap industri harus melakukan pemantauan
secara berkala.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerjasama dengan
pihak lain yang memiliki kompetensi di bidang hygiene industry, kesehatan kerja
(3) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
penanganan beban manual, serta indikator pajanan biologi sesuai potensi bahaya
media lingkungan.
(4) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali, atau setiap ada perubahan proses kegiatan industri yang berpotensi
(5) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan evaluasi.
Pasal 6
(1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a dilakukan oleh
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemantauan
indikator pajanan biologi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah memperoleh
(3) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b dilakukan oleh
Pasal 7
(1) Proses pengukuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) meliputi metode
pengukuran
(2) Proses pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan sesuai
dengan standar
(3) Analisis laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan di
Pasal 9
lingkungan, dan/atau surveilans kesehatan kerja apabila tidak memenuhi standar dan
a. eliminasi;
b. substitusi;
c. pengendalian teknis;
(3) Upaya kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
perundang-undangan.
(4) Surveilans kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
penhumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan diseminasi sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menghasilkan informasi yang objektif, terukur,
Pasal 10
(1) Menteri, pimpinan instansi terkait, kepala dinas kesehatan daerah provinsi, dan
masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui :
c. pelatihan
(3) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menteri, pimpinan instansi terkait, kepala dinas kesehatan daerah provinsi, kepala
NAB bahan kimia dalam ppm atau mg/m3 sebagaimana tercantum pada Tabel
13 adalah konsentrasi rata-rata pajanan bahan kimia tertentu yang dapat diterima oleh
hampir semua pekerja tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan atau penyakit dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam
42
perminggu. NAB terdiri dari TWA, STEL dan Ceiling dengan pengertian sebagai
berikut:
di tempat kerja yang dapat diterima oleh hampir semua pekerja tanpa
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam perminggu.
dalam waktu 15 menit yang diperkenankan dan tidak boleh terjadi lebih dari 4
c. Ceiling adalah konsentrasi bahan kimia di tempat kerja yang tidak boleh
Keterangan :
DSEN (dermal sensitization) : bukti yang spesifik rute pajanan melalui kulit
Jika seseorang sudah mengalami sensitisasi walaupun hanya satu kali, maka
pajanan berikutnya terhadap bahan kimia yang sama walaupun pada kadar
mereka yang sudah mengalami efek sensitisasi, sehingga bagi mereka pajanan
sifat karsinogenik pada manusia dan bukti yang cukup akan sifat karsinogenik
irr : Irritation
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
langsung.
terbakar, gatal kemerahan, dan mata berair (mata), iritasi pada kulit dan
(ingesti).
postmortem pada otak yang paling dering terkena adalah putamen dan
nervus optikus.
46
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yaitu 0,016 ppm
selama periode 8 jam dan 0,1 ppm selama periode 15 menit, International
Programme on Chemical Safety (IPCS) yaitu 0,1 ml/L atau 0,2 mg perhari
3.2 Saran
Kurangnya informasi mengenai formalin dan menurut data yang ada insidensi
keracunan formalin di masyarakat luas masih seperti gunung es, tidak semua kasus
keracunan formalin dilaporkan sehingga total kasus keracunan formalin sangat sedikit