OLEH :
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ vi
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................ 2
C. Manfaat.......................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3
III. METODE PELAKSANAAN........................................................... 9
A. Waktu dan Tempat......................................................................... 9
B. Materi Kegiatan............................................................................. 9
C. Prosedur Pelaksanaan.................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 16
A. Kesimpulan.................................................................................. 16
B. Saran............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 17
LAMPIRAN............................................................................................. 18
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak dari
penyebaran virus corona, sejak bulan Februari 2020. Menyikapi penyebaran
virus corona yang sedang mewabah di hampir seluruh dunia, termasuk negara
Indonesia. Sektor pertanian sebagai sektor strategis di Indonesia harus
menjadi pengaman dalam menghadapi wabah virus Corona Virus Disease 19
(Covid-19). Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi besar untuk
sektor pertanian. Dengan adanya penyebaran wabah virus corona ini justru
pertanian harus makin didorong karena masyarakat sangat membutuhkan
pangan yang sehat. Pertanian harus tetap produktif untuk menghasilkan
ketersediaan pangan bagi 267 juta pendudduk Indonesia.
Politeknik Pembangunan Pertanian Medan merupakan Lingkup
Kementerian Pertanian penyelenggara pendidikan tinggi vokasi dalam bidang
rumpun hayati ilmu pertanian untuk mendukung pembangunan pertanian.
Penyelenggaraan Pendidikan di Politeknik Pembangunan Pertanian Medan
bertujuan menghasilkan Job Creator dan Job Seeker yang akan bermitra
dengan
dunia usaha/dunia industri/dunia kerja, dan lembaga terkait. Sistem
pendidikan
yang diberikan berbasis pada peningkatan keterampilan sumber daya manusia
dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan dasar yang kuat,
sehingga lulusannya mampu mengembangkan diri untuk menghadapi
perubahan lingkungan. Disamping itu lulusan Politeknik Pembangunan
Pertanian Medan diharapkan mampu berkompetisi di dunia industri dan
mampu berwirausaha secara mandiri.
Sejalan tuntutan peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang
handal dan dengan terjadinya penyebaran wabah Corona Virus Disease 19
(Covid-19) di Indonesia maka mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian
Medan dituntut untuk merealisasikan kegiatan akademik yang berkualitas dan
relevan untuk membantu petani yang dalam kesulitan akibat dari penyebaran
wabah Corona Virus Disease 19 (Covid-19). Pendidikan vokasi pertanian
didesain sedemikian rupa dalam rangka memenuhi capaian kompetensi
pembelajaran terutama ketrampilan umum dan khusus. Pencapaian
kompetensi ketrampilan dapat dilakuan dengan pembelajaran langsung di
lapangan. Salah satunya adalah Pendampingan Mahasiswa Politeknik
Pembangunan Pertanian Medan dalam masa darurat Pendemi Corona Virus
Disease 19 (Covid-19).
Pendampingan mahasiswa selama masa darurat pendemi Corona
Virus Disease 19 (Covid-19) merupakan kegiatan mahasiswa untuk belajar
bekerja praktis pada pelaku utama dan pelaku usaha baik individu maupun
kelompok tani yang diharapkan dapat menjadi sarana penerapan keterampilan
dan keahlian mahasiswa. Mahasiswa akan memperoleh keterampilan yang
meliputi keterampilan fisik, intelektual, sosial, ekonomi dan manajerial serta
dapat membantu dan memecahkan permasalahan yang ada di kelompok tani
dalam kegiatan usahanya, kegiatan pendampingan ini dilaksanakan dengan
1
cara melakukan pendampingan kegiatan usahatani pada kelompok tani yang
berada di lingkungan tempat tinggal mahasiswa.
Kegiatan tersebut diikuti oleh mahasiswa Politeknik Pembangunan
Pertanian Medan untuk mendapatkan pengalaman dan keterampilan khusus di
kelompok tani sesuai bidang keahliannya, selama masa pembelajaran daring
online Learning From Home (LFH). Selama kegiatan pendampingan
mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh di perkuliahan
untuk menyelesaikan serangkaian tugas sesuai dengan lokasi
pendampingannya. Untuk pelaksanaannya, mahasiswa Polbangtan Medan
diwajibkan untuk tetap melakukan tugasnya sesuai dengan Protokol Covid-19
dan menghimbau lingkungan sekitar agar dapat melakukan hal yang serupa.
B. Tujuan
Kegiatan pendampingan mahasiswa di kelompok tani selama masa
darurat ini bertujuan untuk menjamin kualitas mahasiswa Politeknik
Pembangunan Pertanian Medan untuk menghasilkan Job Creator dan Job
Seeker, serta membantu petani selama penyebaran wabah Corona Virus
Disease COVID-19. Selain itu juga mahasiswa akan mendapatkan
pengalaman praktis seperti:
a. Meningkatkan keterampilan mahasiswa melalui proses identifikasi potensi
wilayah, pendampingan teknis budidaya di kelompok tani/ Unit Usaha
Tani/ Usaha Kecil Menengah (UKM)/ Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) yang terdekat dengan lokasi tempat tinggal mahasiswa selama
masa covid-19
b. Melakukan penyuluhan bagi kelompok tani/ Unit Usaha Tani/ Usaha Kecil
Menengah (UKM)/ Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
c. Mengenal aspek ekonomi dan segmen pasar dari produk yang dihasilkan;
d. Mengembangkan sikap kreatif, inovatif dan pemberdayaan masyarakat
dari mahasiswa yang mengarah pada penumbuhan budaya
agrosociopreneurship.
C. Manfaat
Manfaat pendampingan mahasiswa di kelompok tani selama masa
darurat pendemi Corona Virus Disease 19 (Covid-19)bagi mahasiswa sebagai
berikut:
1. Terlatih untuk mengerjakan pekerjaan lapangan, dan sekaligus melakukan
serangkaian keterampilan yang sesuai dengan bidang keahliannya;
2. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuannya sehingga kepercayaan dan kematangan dirinya akan
semakin meningkat;
3. Terlatih untuk berfikir kritis dan menggunakan daya nalarnya dengan cara
memberi komentar logis terhadap kegiatan yang dikerjakan dalam bentuk
laporan kegiatan yang sudah dibakukan; dan
4. Menumbuhkan jiwa wirausaha dan sikap kerja yang berkarakter
5. Mengasah empati dan kepedulian nmahasiswa terhadap petani dan
lingkungannya yang terdampak Corona Virus Disease 19 (Covid-19).
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
pangan yang elastisitas permintaannya rendah. Ketika ekonomi mengalami
periode booming, permintaannya tidak akan meningkat pesat, demikian pula
ketika terjadi resesi, permintaannya tidak akan menurun drastis. Sejarah krisis
di Indonesia, misalnya krisis moneter 1997-1998 juga menyisakan catatan
relatif bertahannya sektor pertanian dan bahkan menampung kembali tenaga-
tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di perkotaan. Nampaknya peran
sektor pertanian sebagai setor penyangga (buffer sector) di masa krisis akan
terulang di tahun ini.
Dibandingkan dengan berkurangnya ekspor karena resesi global dan
menurunnya aktivitas pariwisata, dampak restriksi sosial terhadap aktivitas
ekonomi lah yang justru akan menjadi sumber pemicu utama resesi. Resesi
akan mempunyai ongkos sosial ekonomi apalagi di negara-negara yang
sistem jaringan pengaman sosialnya tidak begitu kuat. Martin Ravallion,
ekonom ahli kemiskinan ternama dari Amerika Serikat bahkan membuka
kemungkinan resiko lockdown yang akan berdampak pada kelaparan di
negara-negara miskin. Dalam situasi seperti ini, “obat” bisa jadi lebih
mematikan daripada “penyakit”-nya. Oleh karena, itu masuk akal, jika
pembatasan sosial sebaiknya tidak disamaratakan untuk semua aktivitas
perekonomian. Aktivitas-aktivitas perekonomian yang esensial dan rendah
resiko pelakunya terpapar virus harus diberi perhatian lebih agar mendapat
sentuhan kebijakan khusus. Dari berbagai aspek yang akan dibahas berikut,
sektor pertanian adalah salah satu kandidat terkuat.
Pertama, dari sudut pandang urgensi, pertanian adalah sektor
penopang ketahanan pangan (food security) yang akan krusial di kala krisis
ekonomi. Ini bukan hanya sebatas bertahan hidup tapi juga masalah asupan
gizi masyarakat. Krisis moneter 1997/98 meninggalkan generasi yang
mengalami stunting dan malnutrition yang cukup parah di kalangan anak-
anak dan ini mempunyai dampak permanen. Ada dua pertimbangan ekstra
yang membuat urgensi sektor pertanian lebih tinggi. Pertama, perdagangan
internasional, termasuk sektor pertanian, sedang terganggu. Bahkan beberapa
negara melakukan restriksi ekspor produk pertanian, seperti yang dilaporkan
oleh WTO. Ini membuat sistem produksi pertanian dalam negeri menjadi
krusial. Selain itu, pandemi Covid-19 juga belum menunjukkan kepastian
kapan berakhir, sehingga pencabutan restriksi sosial/PSBB bisa saja akan
tertunda-tunda. Satu pemodelan dari tim epidemiolog di Universitas Harvard
mengajukan kemungkinan diperlukannya penerapan strategi restriksi sosial
secara intermiten sampai tahun 2022 untuk menghindari ledakan ulang kasus
Covid-19. Kita harus menghindari krisis Covid-19 berubah menjadi krisis
pangan. Urgensi yang kedua adalah kemiskinan yang intensitasnya tinggi di
pedesaan. Mempertahankan aktivitas ekonomi di pedesaan menjadi relevan
agar peningkatan angka kemiskinan tahun ini dapat diredam. Tahun ini pun
diramalkan akan ada kekeringan yang lebih parah dibandingkan biasanya. Ini
menambah resiko ambruknyasektor pertanian di luar dampak pandemi Covid-
19. Semua ini berdampak pada relevansi dan urgensi sektor pertanian untuk
mendapat perhatian lebih dalam penanganan krisis.
Kedua, krisis membuka jendela kesempatan (window of opportunity)
untuk merevitalisasi sektor pertanian. Kondisi ketertutupan penuh dari
perdagangan internasional (complete autarky), akan menguji keras sistem
4
produksi pertanian Indonesia, dan membantu kita mengindentifikasi titik-titik
lemah untuk diperbaiki dalam konteks jangka panjang. Seperti yang
disebutkan di atas, selain sebagai bagian penting dari sistem penyediaan
pangan, di saat krisis ternyata sektor pertanian bisa menjadi jaring pengaman
sosial (sosial safety net)alamiah. Sektor pertanian, di kala normal pun, masih
merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbanyak di Indonesia, apalagi
ketika ada krisis ekonomi.
Dari pertimbangan-pertimbangan di atas, maka membuka ruang
fleksibilitas bagi aktivitas sektor pertanian di masa restriksi sosial (PSBB) ini,
tanpa mengesampingkan aspek kesehatan publik, menjadi hal yang masuk
akal. Akan tetapi, fleksibilitas ini memerlukan catatan-catatan sebagai
berikut.
Pertama, resiko terpapar virus Korona di sektor pertanian dan
pedesaan tidak bisa diabaikan. Betul bahwa dalam aktivitas produksinya,
karena tidak seperti sektor lain, dilakukan di luar ruangan, dalam lahan yang
relatif luas, dan di area berkepadatan rendah. Akan tetapi ada beberapa aspek
yang menjadi sumber kerentanan. Petani, misalnya, umurnya berada rata-rata
di kisaran pra-lansia dan lansia, 45-60an tahun. Sehingga mereka merupakan
kelompok yang rentan dan beresiko jika terpapar virus Covid-19. Kemudian,
meskipun berkepadatan rendah dalam aktivitas produksi, tidak berarti
kepadatan rendah pula dalam aktivitas non-produksi di pedesaan seperti di
pemukiman maupun di pasar-pasar tradisional. Selain itu, tingkat pendidikan
di pedesaan yang relatif rendah, membuat pemahaman masyarakat akan
protokol perlindungan terhadap virus seperti mencuci tangan, bersin yang
aman, bisa jadi lebih rendah daripada di perkotaan. Risiko juga diperparah
dengan kondisi geografis pedesaan yang sering cukup terpencil dan jauh dari
fasilitas kesehatan yang cukup untuk menangani pasien yang terpapar Covid-
19. Terakhir, migrasi musiman, seperti mudik lebaran, juga pengangguran di
perkotaan sebagai dampak dari krisis, akan membuat masyarakat pedesaan
cukup rentan terkena Covid-19 dari para pendatang. Semua ini menunjukkan
bahwa fleksibilitas aktivitas pertanian di pedesaan di masa restriksi sosial
(PSBB) tetap harus mempertahankan protokol penanganan kesehatan yang
ketat seperti physical distancing, penggunaan masker, intensitas cuci tangan
dan disertai kegiatan pengawasan aktif untuk mendeteksi secara dini adanya
potensi penularan Covid-19 di kelompok pekerja sektor pertanian dan
penduduk pedesaan pada umumnya. Kepastian pelaksanaan protokol-protokol
ini tidak bisa ditawar-tawar dan memang tantangannya cukup berat dilakukan
di daerah-daerah terpencil. Pemerintah dan perangkat desa serta kelompok
masyarakat harus bahu-membahu menggalakkan budaya ini melalui program-
program pemasyarakatan dengan berbagai saluran.
Kedua, solusi harus bersifat integratif dengan memasukkan sektor
pendukung pertanian ke dalam perlakuan khusus. Sektor yang terpenting di
antaranya adalah sektor transportasi dan logistik yang menghubungkan
produk-produk pertanian ke pasar, juga sektor-sektor yang mengangkut input,
baik bahan baku, maupun mesin-mesin atau alat-alat berat yang penting
dalam aktivitas produksi pertanian. Saat ini, kegiatan ini mulai terganggu
dengan dibatasinya mobilitas akibat adanya kebijakan restriksi sosial (PSBB).
Khusus terkait sektor perkebunan, seperti kopi, diperparah oleh kondisi
5
ekonomi global dan sifatnya yang tingkat esensialnya tidak setinggi bahan
kebutuhan pokok. Sektor perkebunan juga mengalami kesulitan mencari
pekerja untuk masa panen karena berkurangnya mobilitas sebagai dampak
dari restriksi sosial.
Ketiga, fleksibiltas atau relaksasi aktivitas sektor pertanian di masa
pandemi Covid-19 tidak akan banyak bermanfaat jika disrupsi permintaannya
(demand) tidak diatasi. Saat ini beberapa komoditas utama sedang mengalami
panen. Dengan terbatasnya demand karena mobilitas berkurang dan
masyarakat sedang menderita ekonominya, harga akan tertekan. Pada
beberapa kasus, terjadi anomali ketika harga mengalami penurunan di tingkat
petani tetapi mengalami kenaikan di tingkat konsumen.
Pemasaran online masih belum menjadi solusi yang merangkul sebagian
besar petani di pelosok-pelosok. Survei terbatas yang dilakukan Yayasan
Odesa Indonesia di pasar-pasar utama Jawa Barat (misalnya di Gede Bage)
menunjukkan bahwa sekitar 50% pedagang produk-produk pertanian sudah
pulang kampung karena mengalami kerugian. Hanya sedikit yang masih
bertahan mengandalkan keuntungan 20 ribu sampai 30 ribu rupiah per-hari.
Di sisi inilah, karena situasi yang tidak normal ini, negara harus lebih
memainkan peranannya dalam menghubungkan permintaan dan produksi.
Berdasarkan aspek-aspek yang dibahas di atas, disampaikan beberapa
rekomendasi sebagai berikut.
Pertama, tunjukkan empati dan keberpihakan kepada petani. Saat ini
kampanye penanganan Covid-19 masih tampak bias hanya di
perkotaan. Bagaimanapun juga, petani adalah salah satu profesi yang sering
mengalami ketidakpastian, baik dari alam, seperti cuaca, maupun dari
realisasi pasar. Krisis pandemi Covid-19 menambah sumber ketidakpastian di
kalangan pelaku perekonomian termasuk petani. Pemimpin di pusat dan
daerah perlu berdialog dengan petani dan pelaku pertanian lebih intensif
untuk menggali permasalahan dari mulai hal-hal besar yang sifatnya
struktural juga hal-hal mendetail di lapangan. Pedagang-pedagang di pasar
induk dan sentra-sentra produksi di pinggiran-pinggiran harus diobservasi dan
diajak dialog untuk memecahkan masalah. Selain itu ketenangan dan
kepastian di kalangan petani akan membantu ketahanan fisik dan mental
petani menghadapi krisis pandemi Covid-19. Untuk ini, jika diperlukan untuk
mengoptimalkan kelembagaan dan meningkatkan sense-of-sectoral
crisis, perlu dibuat pokja (kelompok kerja) khusus penanganan sektor
pertanian.
Kedua, negara di saat krisis ini harus hadir lebih intensif dalam
melakukan intervensi distribusi. Secara teori peran negara sah-sah saja dan
bahkan bersifat meningkatkan efisiensi alokatif jikalau terjadi kegagalan
pasar karena kasus-kasus luar biasa. Yang lebih spesifik adalah dalam
menyalurkan produksi pertanian dari sentra-sentra produksi di pedesaan ke
masyarakat terutama di perkotaan dan target-target pasar lainnya. Operasi
pasar, melalui pembelian langsung produk-produk pertanian nampaknya
bukan sesuatu yang diharamkan dalam kondisi seperti ini. Tentunya dibatasi
oleh ketersediaan anggaran. Akan tetapi adanya stimulus fiskal dampak
pandemi Covid sebesar 405 triliun rupiah yang sebagian didanai oleh defisit
anggaran 5.07% dari PDB adalah salah satu sumber pembiayaan. Dana
6
sebesar 150 triliun dianggarkan untuk membantu industri. Alokasi sebagian
dari dana itu ke petani secara ekonomi dan moral adalah sesuatu yang dapat
dijustifikasi. Kongkritnya, dan supaya lebih ekplisit, disarankan ada dana
khusus stimulus fiskal sektor pertanian. Selain itu bantuan-bantuan sosial
ekstra yang dilakukan pemerintah daerah bisa juga disalurkan dengan
menyelaraskan pembelian produk-produk kebutuhan pokok yang diproduksi
sentra-sentra pertanian di sekitarnya.
Ketiga, aktivitas sektor pertanian terutama sektor pertanian tanaman
pangan harus diberi ruang untuk tetap aktif berproduksi, dengan batasan-
batasan tertentu, di masa restriksi sosial (PSBB) dengan mempertahankan
protokok-protokol perlindungan standar Covid-19. Ini karena
sifat esensial dan urgensi yang dibahas di atas. Selain karena karakteristik
proses produksi relatif rendah resiko penularannya dibandingkan sektor-
sektor lain seperti manufaktur ataupun jasa-jasa. Sektor pertanian juga
cakupannya luas sehingga diperlukan kajian lebih detail terkait sektor sub-
pertanian apa yang perlu dilakukan relaksasi dan tidak dengan dasar kasus per
kasus (case-by-case basis).Pelaksanaannya, walaupun demikian, harus
dipantau secara ketat, karena dalam tahapannya ada beberapa proses produksi
yang lebih beresiko. Petani apalagi petani penggarap adalah kelompok rentan
dari segi ekonomi, resiko terpapar virus, dan mortalitas akibat terinfeksi virus
Covid-19. Antisipasi dan persiapan harus dilakukan matang karena tingkat
pengetahuan dan pendidikan masyarakat pedesaan yang kurang dibandingkan
dengan di daerah perkotaan. Kampanye publik harus lebih masif dan
terstruktur, menggunakan metode dan saluran (channel) yang paling efektif
untuk kelompok sasaran di atas, terutama untuk pembudayaan kebiasaan-
kebiasaan yang disyaratkan pada protokol perlindungan standar Covid-19.
Elemen masyarakat baik formal (aparat desa) maupun informal (pemimpin-
pemimpin, orang berpengaruh, dan influencer informal di pedesaan) serta
organisasi-organisasi kemasyarakatan harus dilibatkan dalam edukasi terkait
protokol Covid-19. Selain itu, alat perlindungan kesehatan di pedesaan juga
harus disediakan, terutama masker, juga fasilitas-fasilitas hand-sanitizer di
tempat publik dan sentra-sentra produksi. Demikian juga pelarangan mudik
harus dipertegas dibarengi dengan mendorong masyarakat pedesaan agar
melarang anggota keluarganya untuk mudik. Protokol dan Standard
Operating Procedure (SOP) perlindungan Covid-19 ini harus disiapkan
terlebih dahulu dan disosialisasikan dengan baik ke masyarakat di pedesaan
sebelum relaksasi aktivitas ekonomi di masa restriksi sosial (PSBB)
dilakukan.
Keempat, karena masalah keterbatasan sumber daya dan dinamika
pandemik yang bergerak cepat, diperlukan skala prioritas melalui pelaksanaan
kebijakan-kebijakan yang sifatnya low-pain high-gain atau low-hanging
fruits. Salah satunya adalah dengan memfokuskan pada area produksi yang
mensuplai ke pasar daerah padat penduduk metropolitan. Di Jawa Barat
misalnya daerah Bandung Raya yang jumlah penduduknya banyak (sekitar 8
juta orang) dan ketergantungan pangannya tinggi, atau di daerah Jabodetabek.
Memastikan logistik atau kelancaran arus produk-produk pertanian pangan
dari pedesaan ke pasar.
7
Terakhir, rekomendasi untuk akademisi, pengamat atau peneliti sektor
pertanian. Ini saat yang tepat untuk mengkaji dan meneliti kelemahaan-
kelemahan sektor pertanian di Indonesia. Adanya krisis yang dibarengi
dengan almost complete autarky (restriksi perdagangan internasional)
memberikan ruang eksperimen kepada sistem pertanian kita untuk diuji
sehingga kita bisa mengkaji “lubang-lubang” kelemahan agar ketahanan
pangan dan cita-cita swasembada pangan kita di masa yang akan datang dapat
dicapai. Mengutip ekonom legendaris Indonesia Mohamad Sadli
dengan Sadli’s law-nya: Good times make bad policies, bad times make good
policies.
8
III. METODE PELAKSANAAN
B. Materi Kegiatan
1. Pendampingan Petani Padi Bersama Dengan Penyuluh Pertanian
Mahasiswa bersama dengan penyuluh pertanian berangkat menuju
lahan salah satu kelompok tani. Selama di lapangan ada beberapa hal yang
dilakukan oleh mahasiswa seperti mengidentifikasi kendala-kendala petani,
mengidentifikasi hama dan penyakit yang sedang menyerang tanaman petani,
bersosialisasi dengan petani dan melakukan dokumentasi.
2. Pengolahan Pupuk Kandang
Dalam masa wabah Covid-19 saat ini, distribusi dari pupuk kimia
yang biasa digunakan petani mengalami gangguan. Hal ini dapat
mempengaruhi hasil panen dari petani. Untuk menyiasati hal tersebut,
penyuluh pertanian beserta dengan mahasiwa membuat pupuk kandang yang
bahan-bahan nya mudah dan murah untuk diperoleh.
3. Pembuatan Pestisida Alami
Mahasiswa berinovasi untuk membantu kondisi petani yang
kesusahan dalam menyediakan pestisida bagi tanamannya. Dalam hal ini
9
mahasiwa mencoba membuat pestisida dari bahan dasar cabe rawit merah
yang diharapkan dapat mengatasi OPT tanaman petani.
4. Budidaya Sayur Pakcoy Di Pekarangan Kantor Bpp
Mahasiswa membantu pegawai BPP dalam budidaya tanaman Pakcoy
yang ditanam di pekarangan kantor BPP. Kegiatan ini dijadikan contoh bagi
petani dan masyarakat sekitar untuk memanfaatkan pekarangan rumahnya
dengan bercocok tanam.
5. Pemanfaatan Pekarangan Dengan Budidaya Kacang Panjang
Mahasiswa memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk bercocok
tanam. Kegiatan ini juga sebagai contoh bagi masyarakat sekitar untuk
memanfaatkan pekarangannya dengan bercocok tanam. Bercocok tanam
sangat efektif dilakukan pada masa pandemi sekarang ini dikarenakan dapat
memenuhi kebutuhan sebuah keluarga.
C. Prosedur Pelaksanaan
Pendampingan dilakukan oleh mahasiswa. Pendamping melakukan
monitoring dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa di lapangan secara
daring online. Pelaksanaan kegiatan pendampingan diantaranya:
1. Pilih 1 (satu) kelompok tani/kelompok usaha di sekitar tempat tinggal
mahasiswa berada;
2. Lakukan identifikasi kelompok tani/usaha meliputi :
a) Data kelompok : pengurus, jumlah anggota, jenis usaha kelompok,
kelas kelompok, dll,
b) Masalah yang dihadapi anggota kelompok/usaha dalam berusaha
tani,
c) Mengidentifikasi komoditi unggulan yang bisa dikembangkan saat
ini mulai dari budidaya hingga pemasarannya;
3. Lakukan pendampingan kelompok tani/usaha dengan metode/cara
anjangsana/anjang usaha tani ke setiap anggotanya (atau metode dan
teknik pendampingan lainnya dengan menyesuaikan situasi dan kondisi
masyarakat di lokasinya) meliputi:
a. Pemecahan masalah yang dihadapi dalam berusaha tani/usaha,
b. Mengajak anggota kelompok untuk menanam padi minimal 2 kali
setahun, jika bisa 3 kali setahun atau bagi pelaku usaha mengajak
untuk lebih giat berusaha agribisnis;
4. Memanfaatkan lahan pekarangan rumah/tanah kosong untuk ditanami
tanaman bermanfaat bagi kebutuhan keluarga;
5. Membuat dokumentasi kegiatan saat pendampingan dengan
menggunakan aplikasi Open Camera dilengkapi dengan ordinat lokasi
dan keterangan kegiatan;
6. Membuat tulisan naskah berita pelaksanaan kegiatan minimal 2 berita per
mahasiswa di wilayah pendampingan;
7. Membuat laporan akhir;
8. Melakukan konsultasi dengan pendamping secara daring on-line terkait
rencana, realisasi dan pelaporan kegiatan pendampingan dengan mengisi
lembar konsultasi sesuai format yang tertera pada Lampiran 4;
9. Menyerahkan laporan akhir kepada panitia pelaksana.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Melalui kegiatan pendampingan ini, kita dapat mengetahui secara
langsung bagaimana dinamika yang di alami petani di lapangan. Ada banyak
hal yang perlu dibenahi baik dari petani maupun penyuluh itu sendiri.
Sehingga perlu kesadaran bersama dalam memajukan pertanian di Indonesia.
12
Pupuk yang telah kami buat sudah digunakan dalam berbagai usaha
budidaya petani di Desa Hiliweto. Dan hasilnya juga memuaskan. BPP
sebagai salah satu produsen dari pupuk kandang selalu berusaha menyediakan
pupuk kandang yang bauk untuk petani. Selain sebagai pupuk bagi tanaman,
pupuk kandang juga sangat bermanfaat untuk memperbaiki tekstur tanah dan
ramah lingkungan.
13
Pestisida nabati dari cabai sudah lama dikenal dan terbukti ampuh
dalam menangani OPT yang mengganggu tanaman. Begitu juga dengan
pestisida nabati buatan kami dapat berfungsi dengan baik dalam menangani
OPT pada tanaman. Sejauh ini pestisida nabati cabai merah telah kami coba
aplikasikan di beberapa tanaman seperti cabai, kacang panjang dan pakcoi.
Hasilnya cukup memuaskan dan sangat direkomendasikan untuk
menggantikan pestisida kimia.
14
- Masukkan media tanam ke dalam tempat yang sudah kita buat.
Perbandingan media tanam nya adalah 1:1 antara tanah dan pupuk
kandang
- Pindahkan pakcoi dari media penyemaian ke tempat menanam. Tanam
dengan jarak 20x20 cm
- Siram pakcoi setiap pagi dan sore hari
- Usahakan tanaman tidak terkena sinar langsung teralalu banyak
- Pakcoi sudah bisa dipanen setelah 30 hari dipindah tanamkan
Gambar 4. Kegiatan menanam sayur pakcoi
15
- Siapkan bambu, potong untuk dijadikan ajir. Ajir ini berfungsi untuk
melindungi tanaman serta sebagai tempat rambat
- Siram tanaman setiap hari
- Kacang sudah dapat dipanen saat berumur 50 hari
Gambar 5. Tanaman kacang panjang
Saat ini, kacang panjang yang telah kami tanam sudah masuk umur
panen. Namun dalam pertumbuhannya ada penyakit busuk yang menyerang
sebagian dari kacang panjangnya. Sehingga sedikit mengurangi hasil panen.
1. Kesimpulan
Pendampingan mahasiswa selama masa darurat pendemi Corona
Virus Disease 19 (Covid-19) merupakan kegiatan mahasiswa untuk belajar
bekerja praktis pada pelaku utama dan pelaku usaha baik individu maupun
kelompok tani yang diharapkan dapat menjadi sarana penerapan keterampilan
dan keahlian mahasiswa. Mahasiswa akan memperoleh keterampilan yang
meliputi keterampilan fisik, intelektual, sosial, ekonomi dan manajerial serta
dapat membantu dan memecahkan permasalahan yang ada di kelompok tani
dalam kegiatan usahanya, kegiatan pendampingan ini dilaksanakan dengan
cara melakukan pendampingan kegiatan usahatani pada kelompok tani yang
berada di lingkungan tempat tinggal mahasiswa.
Dari hasil kegiatan pendampingan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan :
16
- Mahasiswa mendapat pengalaman yang sangat berharga karena dapat
terlibat secara langsung dengan dinamika petani yang terjadi di lapangan,
khususnya dalam hal penyuluhan dan inovasi pertanian
- Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai proses
penyuluhan kepada petani oleh penyuluh pertanian
- Mahasiswa menjadi sadar betapa pentingnya sektor pertanian dalam
menunjang ketahanan pangan di Indonesia sekaligus meningkatkan minat
mahasiswa untuk terjun lebih ke dunia pertanian
- Meningkatkan hubungan kerjasama antara kampus Polbangtan Medan
dengan Dinas Pertanian setempat serta kepada para petani di lapangan
2. Saran
- Kepada Penyuluh Pertanian yang di Nias untuk meningkatkan kinerjanya
dalam menyuluh setiap petani di Nias.
- Kepada Petani di Nias agar lebih berani untuk mengaplikasikan teknologi
dalam usaha pertanian yang dia lakukan.
- Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan kesejahteraan Penyuluh
Pertanian sehingga pekerjaan mereka maksimal
- Kepada Polbangtan Medan agar lebih mempersiapkan Mahasiswa yang
siap ditempatkan di lapangan. Mulai dari pengetahuan hingga akomodasi
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://sdgcenter.unpad.ac.id/strategi-ekonomi-sektor-pertanian-di-tengah-
pandemi-covid-19/
https://yapeka.or.id/intensifikasi-pertanian-alami/
https://rimbakita.com/pupuk-kandang/
https://hartonoonline18.wordpress.com/2015/02/27/d-o-f/
https://bibitbunga.com/cara-menanam-pakcoy-di-polybag-atau-pot/
17
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/83745/Cara-Menanam-Kacang-
Panjang-Di-Pekarangan-Rumah/
https://www.slideshare.net/ruthdian33/laporan-praktek-kerja-lapanganpkl
LAMPIRAN
18
1 20/05/2020 Kunjungan
Kedinas
Pertanian
Kabupaten
Nias
2 28/05/2020 Kunjungan
ke Kantor
BPP
3 28/052020 Kunjungan
ke petani
padi desa
Somi
4 28/05/2020 Kegiatan
pindah
semai sayur
pakcoy di
kantor BPP
Kec. Gido
5 1/06/2020 Pembuatan
pupuk
kandang
19
6 15/06/2020 Pembuatan
pestisida
alami
7 22/06/2020 Budidaya
tanaman
kacang
panjang
20