Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS PADA ANAK

YULAINI
1601080466
A. PENGERTIAN HIDROSEFALUS
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon
yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan
serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem
ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu
atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid (Sjamsuhidat, 2006).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah
dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Behrman, 2006)
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan
dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF
berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat
mengalirnya liquor (Nurarif & Kusuma, 2013)

B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang
mempengaruhi. Klasifikasi hidrosefalus dapat dibagi berdasarkan
beberapa faktor antara lain (Behrman dkk, 2009) :
1. Gambaran klinis
Dikenal hidrosefalus yang manifes (overt hydrocephalus) dan
hidrosefalus yang tersembunyi (occult hydrocephalus).
Hidrosefalus yang tampak jelas dengan tanda-tanda klinis yang
khas disebut hidrosefalus yang manifes. Sementara itu, hidrosefalus
dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai hidrosefalus
yang tersembunyi (Behrman dkk, 2009).
2. Waktu pembentukan
Dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
Hidrosefalus yang terjadi pada neonatus atau yang berkembang
selama intra uterin disebut hidrosefalus kongenital. Hidrosefalus
yang terjadi karena cedera kepala selama proses kelahiran disebut
hidrosefalus infantil. Hidrosefalus akuisita adalah hidrosefalus
yang terjadi setelah masa neonatus atau disebabkan oleh faktor -
faktor lain setelah masa neonates (Behrman dkk, 2009).
3. Proses terbentuknya hidrosefalus (waktu/onzet)
Dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
Hidrosefalus akut adalah hidrosefalus yang terjadi secara
mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS
(berlangsung dalam beberapa hari). Disebut hidrosefalus kronik
apabila perkembangan hidrosefalus terjadi setelah aliran CSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (bulan-tahun). Dan diantara
waktu tersebut disebut hidrosefalus subakut (Behrman dkk, 2009).
4. Sirkulasi CSS (cairan serebrospinal)
a. Hidrosefalus non komunikans
CSS sistem ventrikulus tidak berhubungan dengan CSS
ruang subaraknoid (adanya blok), misalnya terjadi pada
Kelainan perkembangan akuaduktus Silvius kongenital
(disebabkan oleh gen terangkai X resesif), infeksi virus,
tertekannya akuaduktus dari luar karena hematoma atau
aneurisma kongenital, Atresia foramen Luschka dan
Magendie (sindroma Dandy-Walker), dan berhubungan
dengan keadaan-keadaan meningokel, ensefalokel,
hipoplastik serebelum (Behrman dkk, 2009).
b. Hidrosefalus komunikans
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan
antara CSS sistem ventrikulus dan CSS dari ruang
subaraknoid otak dan spinal. Gangguan absorbsi CSS dapat
disebabkan sumbatan sistem subaraknoid disekeliling batang
otak ataupun obliterasi ruang subaraknoid disekeliling batang
otak ataupun obliterasi ruang subaraknoid disekeliling
konveksitas otak. Disini seluruh sitem ventrikuli terdistensi .
Hal ini terjadi pada keadaan-keadaan (Behrman dkk, 2009):
1) Malformasi Arnold-Chiari dimana terjadi hambatan
CSS di ruang subaraknoid sekitar batang otak akibat
berpindahnya batang otak danserebelum ke kanalis
servikali.
2) Sekunder akibat infeksi piogenik dan meningitis
sehingga terjadi fibrosis dan perlekata.
3) Fibrosis akibat perdarahan subaraknoid
C. ETIOLOGI
Berikut ini merupakan beberapa etiologi Hidrosefalus (Nurarif & Kusuma,
2013) :
1. Kongenital
a. Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan
oleh infeksi atau perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis
kongenital sejati adalah sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii,
Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).
b. Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan
hidrosefalus. Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa
ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia vermis serebelum.
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara
dilatasi ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak adekuat;
dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya
biasanya tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini
sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis
korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali
jantung, dan sebagainya.
c. Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang, dimana duabagian otak
yaitu batang otak dan cerebelum mengalami perpanjangan dari
ukuran normal dan menonjol keluar menuju canalis spinalis.
d. Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi
secara normal tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa
bulan. Hal ini terjadi karena vena Galen mengalir di atas
akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk kantong
aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.
e. Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada, dan diganti
dengan kantong CSS.
2. Didapat (Acquired)
a. Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis, menyebabkan radang pada
selaput (meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus
berkembang ketika jaringan parut dari infeksi meningen
menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui
akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan
CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat
pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian
dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi
demam, sakit kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku
kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan
dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik dosis
tinggi.
b. Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel,
mengakibatkan darah mengalir dalam jaringan otak sekitar dan
mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan hidrosefalus
berkembang sisebabkan oleh penyumbatan atau penurunan
kemampuan otak untuk menyerap CSS.
c. Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia
5-10 tahun. 70% tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang
disebut fosa posterior. Jenis lain dari tumor otakyang dapat
menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus
yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus (termasuk
papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di bagian belakang
otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari
ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati
hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah
menghilangkan tumor penyebab sumbatan.
d. Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi
cairan. Jika terdapat kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan
dilapisi dengan jaringan pada membran arachnoid. Kista biasanya
ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak atau
pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan
hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS
dalam ventrikel khususnya ventrikel III.
Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat
menghilangkan dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika
kista terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat batang
otak), dokter dapat memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar
bisa diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan kista dan
melindungi batang otak.
D. MANIFESTASI KLINIS / GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak
yang disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang
meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak (Manuaba, 2008).
1. Gambaran klinis hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada
umur kurang dari 1 tahun)
a. Kepala membesar
b. Sutura melebar
c. Fontanella kepala prominen
d. Mata kearah bawah (sunset phenomena)
e. Nistagmus horizontal
f. Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau seperti semangka
masak.
2. Gambaran klinis pada anak-anak dan dewasa
a. Sakit kepala
b. Kesadaran menurun
c. Gelisah
d. Mual, muntah
e. Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
f. Gangguan perkembangan fisik dan mental
g. Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih
lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila
N.II. Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun
dan sutura sudah menutup, nyeri kepala terutama di daerah
bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental secara
bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering
dijumpai seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang
perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Behrman dkk, 2009)
1. Foto kepala
Dari foto sinar X kepala didapatkan biasanya hasil :
a. Tulang tipis
b. Disproporsi kraniofasial
c. Sutura melebar
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran
kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transiluminasi
Penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5
cm, oksipital 1 cm.
3. Pemeriksaan CSS
Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi fontanela
mayor. Menentukan :
a. Tekanan
b. Jumblah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan /
infeksi
c. Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
d. Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan
kepekaan antibiotik.
4. Ventrikulografi
Ventrikulografi yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2
murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui
fontanella anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah
kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi
ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela
telah menutup ontuk memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan
bor pada karanium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit dan mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit yang
telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. CT scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif, CT scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar
dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya
normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi
transependimal dari CSS. Jika ada hidrosefalus komunikan gambaran
CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel
termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
6. USG
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT scan..

F. PATOFISIOLOGI
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel
lateral ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke
ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis
externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV.
Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi
arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam
lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis,
tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke
dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus).
Hidrosefalus ini bisa terjadi karena konginetal ( sejak lahir) infeksi
(meningitis, pneuomonia. TBC), pendarahan di kepala dan factor
bawaan (stenosis , aquaductus, syilvi). Sehingga menyebabkan adanya
obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
pentrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan pentrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. Waitmater di bawahnya akan
mengalami atropi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada
grayematter terdapat pemeliharaan yang bersifat seleksif sehingga
walaupun pentrikel telah mengalami pembesaran greymater tidak
mengalami gangguan. Proses dilatasi itu merupakan proses yang tiba-
tiba atau akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan
penyumbatan (Smeltzer, 2008).
Pada bayi dan anak kecil suturakranial nya melipat dan melebar ,
untuk mengkomodasi perningkatan masa cranial. Jika fontanela anterior
tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada
perabaan. Stenosis aquaductal (penyakit keluarga/keturunan yang
terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan
tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
penampakan dahi yang menonjol secara dominan ( dominan vrontal
blow). Sindroma dan diwalkker akan terjadi jika obstruksi pada
poraminal diluar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar pada fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium.
Klien dengan tipe hydrocephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional. Pada orang yang lebih tua,sutura cranial telah menutup
sehingga membatasi ekspansi masa otak,sebagai akibatnya menunjukan
gejala kenaikan ICP sebelum ventrikel serebral menjadi sangat besar.
Kerusakan pada absorsi dan sirkulasi CSF pada hydrocephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6-8 jam
dan ketidakadaan absorsi total akan menyebabkan kematian. Pada
pelebaran ventricular menyebabkan robeknya garis ependyma normal
yang pada dinding rongga memungkinkan kenaikan absorsi. Jika route
kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventricular lebih lanjut maka
akan terjadi keadaan kompensasi (Nurarif & Kusuma, 2013).
G. PATHWAY HIDROSEFALUS

Infeksi bakteri Bakteri masuk ke Kelainan kongenital Kelainan fleksus


otak melalui aliran koroideus Obstruksi ventrikel
darah III/IV
Penyempitan
akuaduktus sylvii
Bakteri menyerang
meningen Fleksus koroideus
Aliran CSS dari
ventrikel ketiga memproduksi CSF
Reaksi inflamasi Meningitis bakterial keempat terlambat berlebih

Terbentuk jar. Parut Penumpukan CSF


Hipertermi pada ruang pada ventrikel
subaraknoid lateral dan ventrikel Akumulasi CSF
ketiga

Gangguan
Nyeri akut reabsorbsi CSF
Defisiensi
pengetahuan
CSF tertumpuk HIDROSEFALUS
Dilatasi ventrikel Peningkatan
TIK Kurang informasi
Kepala membesar Peningkatan volume Dilakukan tindakan
terhadap penyakit
CSF operasi shunting
Tidak dapat bergerak,
menegakkan kepala Gangguan aliran
darah ke otak Resiko infeksi Krisis pada Ansietas
keluarga
Hambatan mobilitas
fisik Resiko Keterlambatan
ketidakefektifan Penurunan fungsi Tumbuh kembang
pertumbuhan dan
perfusi jaringan neurologis anak terganggu
perkembangan
otak
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi
sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat
dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan
dimana sarana bedah saraf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah
(Carpenito, 2007):
a. Asetasolamid : Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari,
dosis ini dapat ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari
b. Furosemid : Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari
atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari.
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk
operasi.
2. Lumbal Pungsi Berulang (Serial Lumbar Puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan
terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi
CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah (Carpenito, 2007).
Indikasi LPB umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama
pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-
intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus
komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi
herniasi (impending herniation) (Carpenito, 2007).
3. Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol perinfus
0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit (Carpenito,
2007).
a. Third Ventrikulostomi/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma
optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga
CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
b. Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk
terapi hidrosefalus tekanan normal.
2) Internal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
a. Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna
(ThorKjeldsen)
b. Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
c. Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
d. Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
e. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
f. Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
g. Lumbo Peritoneal Shunt, CSS dialirkan dari Resessus Spinalis
Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau
dengan jarum Touhy secara perkutan. CSS dialirkan dari
Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan
operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

Komplikasi Shunting :
1) Infeksi
2) Hematoma subdural
3) Obstruksi
4) Keadaan CSS yang rendah
5) Asites
6) Kraniosinostosis

I. Konsep asuhan keperawatan


1. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Penampilan umum
a) Keadaan umum
b) Pemeriksaaan Tanda-Tanda Vital
c) Penggunaan alat bantu napas (Oksigen, CPAP, dll)
2) Nutrisi dan cairan
a) Lingkar Lengan atas
b) Panjang badan/tinggi badan
c) Berat badan
d) Lingkar kepala
e) Lingkar dada
f) Lingkar perut
g) Status nutrisi (z-score atau WHO, CDC):
h) Kebutuhan kalori
i) Jenis makanan
j) Makanan yang disukai
k) Alergi makanan
l) Kesulitan saat makan
m) Kebiasaan khusus saat makan
n) Keluhan (mual, muntah, kembung, anoreksia, dsb
3) Kebutuhan cairan 24 jam
a) Balance cairan (hitung jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar)
b) Diuresis
c) Rute cairan masuk (oral, parenteral, enteral, dsb)
d) Jenis cairan (ASI/susu formula/infus/air putih, dsb)
e) Keluhan
4) Istirahat tidur
a) Lama waktu tidur (24 jam)
b) Kualitas tidur
c) Tidur siang
d) Kebiasaan sebelum tidur
5) Pengkajian nyeri (sesuai usia)
6) Psikososial anak dan keluarga
a) Respon hospitalisasi (rewel, tenang)
b) Kecemasan (anak dan orang tua)
c) Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
d) Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
e) Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
f) Konsep diri
 Gambaran tubuh
 Ideal diri
 Harga diri
 Peran
 Identitas diri
g) Spiritual (kebiasaan ibadah, keyakinan, nilai, budaya)
h) Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan
7) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
8) Terapi
c. Riwayat kesehatan dahulu
60 – 90 % gejala hidrosephalus terlihat sejak lahir, kelainan bawaan.
Infeksi ; Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa
bulan setelah sembuh dari Miningitis.
Neoplasma ; pada anak yang terbanyak mendapat penyumbatan bagian
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya berasal dari
seribelum, sedang bagian depan ventrikel III biasanya suatu Kraniofaringioma.
Perdarahan ; perdarah sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama basal otak.
d. Riwayat kesehatan keluarga: Adanya anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama dan adanya penyakit herediter (keturunan).
e. Riwayat tumbuh kembang : Ada tidaknya keterlambatan tumbuh kembang
f. Riwayat imunisasi
Biasanya anak belum mendapatkan Imunisasi yang lengkap, bahkan
belum sempat samasekali.
3. Pemeriksaan fisik : head to toe
DAFTAR PUSTAKA

Behrman,Richard E,dkk. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta : EGC.

Berman et al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & ERB, Ed 5. Jakarta: EGC.

Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.

Jakarta : EGC.

Johnson, M., et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. New Jersey: Upper
Saddle River.

Mansjoer, Arif dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Mc Closkey, C.J., et all. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition. New Jersey:
Upper Saddle River.

Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1&2.Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Sjamsuhidat, Wim de Jong. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume
1. Jakarta : EGC.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

A. Identitas Klien
Nama : An.H Nama Ayah: Tn.R
Usia : 4 Tahun Usia: 25 Tahun
Jenis Kelamin :L Pekerjaan: Wiraswasta
Alamat : Probolinggo Nama Ibu: Ny.L
No. RM : Usia: 24 Tahun
Tanggal MRS : Pekerjaan: Wiraswasta
Tanggal Pengkajian : Alamat:
Sumber Informasi : Keluarga
Keluarga yang bisa dihubungi :

B. Status Kesehatan Saat Ini


1. Keluhan saat MRS : -
2. Keluhan saat Pengkajian : Ds : anak H sering kejang, demam, dan sering menangis, ibu mengatakan anak
mengalami pembesaran kepala sejak lahir
Do. Kepala tampak besar, vena-vena di area cerebral, dan sutura melebar
Suhu 39

3. Riwayat Penyakit Sekarang : ibu mengatakan anak sering menangis, kejang, demam dan kepala semakin
lama semakin membesar

4. Diagnosa Medis : Hidrosefalus

C. RIWAYAT KESEHATAN TERDAHULU


1. Penyakit yang pernah di alami: hidrosefalus
2. Kecelakaan : Tidak ada
3. Operasi (Jenis dan Waktu) : pernah
4. Penyakit kronis/akut :
5. Terakhir kali MRS : Tahun 2020
6. Imunisasi : BCG dan polio

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram:

E. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1.Prenatal :
2. Natal : Lahir Normal

3. PostNatal :
F. POLA NUTRISI-METABOLIK
Item Deskripsi
di Rumah di Rumah Sakit
Jenis diet/makanan/ Komposisi Tidak ada diet
menu
Frekuensi/pola -
Porsi/jumlah -
Pantangan -
Nafsu makan -
Peningkatan/Penurunan BB 6 -
bulan terakhir
Sukar menelan

G. POLA ELIMINASI
Di Rumah
Item di Rumah Sakit
Saat Sehat Saat Sakit
BAB Normal -
Frekuensi/pola
Konsistensi Padat Padat
Warna/bau Kuning -
Kesulitan Anak sulit berdiri dan -
duduk
Upaya mengatasi Dibantu ibu
BAK Normal Normal
Frekuensi/pola
Konsistensi Cair Cair
Warna/bau Khas Khas
Kesulitan Anak sulit berdiri dan -
duduk
Upaya mengatasi Dibantu ibu -
Personal Hygiene

H. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


 BB saat ini : 13 kg
 TB : 40 cm
 BB lahir : 2,4 kg
 Tahap perkembangan psikososial dan Psikoseksual : perkembangan psikososial

J. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaaan Umum : baik
 Kesadaran :composmentis
 GCS : 4,5,6
 TD :90/100 mmHg
 Nadi :80/120
 Suhu :39
 RR :
1. Kepala: kepala tampak besar,
2. Mata :
3. Hidung:
4. Mulut dan Tenggorokan:
5. Telinga :
6. Leher:
7. Dada
Inspeksi
Bentukthorak
Palpasi
Vocal fremitus
Perkusi
AuskultasiParu, rhonchi(-),wz (-)
SuaraNafas Deskripsi
Ο Bronkial
Ο Bronkovesikuler
Ο Vesikuler
SuaraUcapan Dextra Sinistra
Bronkoponi/pectoryloquy/egophony
SuaraTambahan Dextra Sinistra
Rales/Rhonchi/Wheezing/Pleural Frictionk - -

PemeriksaaanJantung
Inspeksi danPalpasi Prekordium
Area Aorta-Pulmonum Pulsasi:
Area tricuspid-Ventrikelkanan Pulsasi:
Letak Ictus Cordis
Perkusi
Batas jantung
Suara: Resonan/dullness/timpani/pekak
Auskultasi
BunyiJantung I
BunyiJantung II
BunyiJantung III
BunyiJantung IV
Keluhan
8. Punggung:
9. Mamae dan Axila:
10.Abdomen
LesiInspeksi
() Scar () Massa () Distensi () Asites ()
Auskultasi Bisingusus:
Palpasi
Perkusi
Lain-lain
11. Genetalia
Pengkajian Data/Gejala Deskripsi
Inspeksi
Palpasi
Keluhan
Lain-lain
12. Ekstremitas
Lesi ( / ), edema( / ), deformitas ( / )
Atas
Akral:
Lesi ( / ), edema ( / ), deformitas ( / )
Bawah

o EkstremitasAtas
KekuatanOtot o EkstremitasBawah
13. METABOLISME/INTEGUMEN
Kulit
Warna : Akral :
Suhu : Turgor :
Edema : Memar :
Kemerahan : Pruritus :
Lain-lain :
CRT
1. NEUROSENSORI
Pupil : Reflek terhadap cahaya:
Reflek-reflek: menghisap (), menoleh (), menggenggam ()
2. TERAPI:
3. DATA PENUNJANG (EKG,EEG,Pemeriksaan Radiologi, Laboratorium, dan lain-lain)
Hasil Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1 Ds : penumpukan cairan di otak Hipertermi b.d
keluarga mengatakan anak H
penekanan TIK
sering menangis, rewel dan
mengganggu aliran CSS
demam
peradangan selaput meningen
Do :
- S : 390C proses infeksi
- Terdapat pembesaran pada
peningkatan metabolism tubuh
daerah kepala
peningkatan suhu tubuh
- Akral hangat

hipertermi

Hipotalamus semakin tertekan


2
Pembuluh darah tertekan
Ds :
Keluarga mengatakan anaknya Aliran darah ke otak menurun
sering menangis, rewel demam . Resiko perfusi jaringan
cerebral tidak efektif
Do :
- S : 390C
- Akral hangat
- Vena diarea cerebral dan
Hidrosefalus
sutura melebar
Kepala membesar
3
DS.: keluarga mengatakan anak Dilatasi ventrikel Nyeri akut
sering menangis, rewel, dan
Nyeri akut
demam
DO : kepala tampak membesar
- Sutura melebar
- Dilatasi ventrikel
- Mata sunset eyes

Ds :
3
Ibu mengatakan takut jika anaknya
demam akan terjadi kejang

Do :
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
NO
NO DIAGNOSA KEP TUJUAN SIKI
DX
1. HIPERTERMIA Tujuan setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam Observasi :
DEFINISI diharapkan suhu tubuh turun pada rentang normal - Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh dengan kriteria hasil : Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
PENYEBAB 1= Meningkat - Monitor suhu tubuh
1. Dehidrasi 2= Cukup meningkat - Monitor kadar elektrolit
2. Terpapar lingkungan panas 3= Sedang - Monitor haluaran urine
3. Proses penyakit (mis. infeksi, kanker) 4= Cukup Menurun - Monitor komplikasi akibat hipertermia
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu 5= Menurun Terapeutik :
lingkungan - Sediakan lingkungan yang dingin
No Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
5. Peningkatan laju metabolisme 1= Memburuk - Longgarkan atau lepaskan pakaian
1 Menggigil
6. Respon trauma 2= Cukup Memburuk - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
2 Kulit merah
7. Aktivitas berlebihan 3= Sedang - Berikan cairan oral
3 8.Kejang
Penggunaan incubator 4= Cukup Membaik - Ganti linen setiap hari atau lebih sering
4 Akrosianosis 5= Membaik jika mengalami hiperhidrosis (keringat
Konsumsi berlebihan)
5
Oksigen DAN TANDA MAYOR
GEJALA No Kriteria hasil 1 2 3 4 5 - Lakukan pendinginan eksternal (mis.
6 a) Subjektif
Piloereksi Selimut hipotermia atau kompres dingin
Tidak tersedia 1. Suhu Tubuh pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
Vasokonstriksi
7 b) Objektif 2. Suhu Kulit - Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Perifer
Suhu tubuh di atas normal - Berikan oksigen, jika perlu
Kutis 3. Kadar Glukosa Edukasi :
8
memorataDAN TANDA MINOR
GEJALA Darah - Anjurkan tirah baring
9 a) Subjektif
Pucat 4. Pengisian Kolaborasi :
Tidak tersedia Kapiler - Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
10 b)Takikardi
Objektif intravena, jika perlu
5. Ventilasi
1. Kulit merah
11 Takipnea
2. Kejang 6. Tekanan Darah
12 Bradikardi
3. Takikardia
Dasar
4. Kuku
Takipnea
13
sianotik
5. Kulit terasa hangat
14 Hipoksia
KONDISI KLINIS TERKAIT Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam
1. Proses infeksi diharapkan resiiko perfusi jaringan cerebral menurun
2. Hipertiroid hasil :
3. Stroke
4. Dehidrasi 1= Menurun
5. Trauma 2= Cukup Menurun
6. Prematuritas 3= Sedang
4= Cukup Meningkat
5= Meningkat

No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1. Gerakan
terbatas
2. Kekuatan otot

3. Kelemahan
fisik
1= Meningkat
2= Cukup meningkat
3= Sedang
4= Cukup Menurun
5= Menurun

2. RISIKO PERFUSI CEREBRAL TIDAK Observasi :


EFEKTIF - Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor peningkatan perfusi cerebral
DEFINISI - Monitor jumlah kecepatan dan
Beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke karakteristik drainase caairan cerebrospinal
otak - Monitor efekstimulus lingkungna terhadap
FAKTOR RISIKO TIK
1. Keabnormalan masa protombin/masa -
tromboplastin Terapeutik :
2. penurunan kinerja ventrikel kiri - Ambil sampel drainase cairan
3. aterosklerosis aorta cerebrospinal
4. diseksi arteri fibrilasi - Pertahankan posisi kepala
5. fibrilasi atrium
6. tumor otak
7. stenosis karotis
8. aneurisma cerebri
9. koagulopati
10. dilatasikardiomiopati
11. koagulasi intravaskuler
12. embolisme
13. cedera kepala
14. hiperkolestrolemia
15. hipertensi
16. endocarditis infektif
17. katup prostetik mekanis
18. stenosis mitral
19. neoplasma otak
20. infark mkiokad akut
21. syndrome sick sinus
22. penyalahgunaan zat
23. terapi trombolitik
24. efeksamping tindakan

KONDISI KLINIS TERKAIT

1. stroke
2. cedera kepala
3. aterosklerotik
4. IMA
5. Diseksi arteri
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam
6. Embolisme
diharapkan Nyeri berkurang dengan kriteria hasil :
7. endokarditis
8. fibrilasi atrium
1= Menurun
9. hiperkolestrolemia
2= Cukup Menurun
10. hipertensi
3= Sedang
11. dilatasi kardiomiopati
4= Cukup Meningkat
12. koagulasi intravaskuler diseminata
5= Meningkat
13. miksoma atrium
14. neoplasma otak -
15. segmen ventrijkel kiriakinetik
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
16. syndrome sick sinus
17. stenosis carotid
1. Kemampuan
18. stenosis mitral
menuntaskan
19. hidrosefalus
aktivitas
20. infeksi otak
1= Meningkat
2= Cukup meningkat
3= Sedang
4= Cukup Menurun
5= Menurun
No Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
NYERI AKUT Observasi :
1 Keluhan nyeri
DEFINISI - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2 Meringis
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan frekuensi kualitas, intensitas nyeri
3 3 Sikap protektif
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, - Identifikasi skala nyeri
4 Gelisahonset mendadak atau lambat dan berintensitas
dengan - Identifikasi respons nyeri non verbal
5 Kesulitan
ringan tidurberat yang berlangsung kurang dari 3
hingga - Identifikasi faktor yang memperberat dan
6 bulan memperingan nyeri
Menarik diri
PENYEBAB - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
7 1.Berfokus
Agen padapencedera fisiologis (mis. inflamasi, tentang nyeri
diri inskemia,
sendiri neoplasma) - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
8 2.Diaforesis
Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan respon nyeri
kima iritan) - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
3.Perasaan
Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, hidup
9 terbakar, terpotong, mengangkat berta, prosedur - Monitor keberhasilan terapi komplementer
depresi
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
(tertekan) yang sudah diberikan
GEJALA DAN TANDA MAYOR - Monitor efek samping penggunaan
a) Subyektif analgesic
- Mengeluh yeri Terapeutik :
b) Obyektif - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- Tampak meringis mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
- Bersikap protektif (mis. waspada, posisi hipnosis, terapi music, dll)
menghindari nyeri) - Kontrol lingkungan yang memperberat
- Gelisah rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
- Frekuensi nadi meningkat pencahayaan, kebisingan)
- Sulit tidur - Fasilitas istirahat dan tidur
GEJALA DAN TANDA MINOR - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
a) Subyektif dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Tiidak teredia Edukasi
b) Obyektif - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
- Tekanan darah meningkat nyeri
- Pola nafas berubah - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Nafsu makan berubah - Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Proses beroikir terganggu - Anjurkan menggunakan analgesic secara
- Menarik diri tepat
- Berfokus pada diri sendiri - Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
- Diaforesis mengurangi rasa nyeri
KONDISI KLINIS TERKAIT Kolaborasi
1. Kondisi pembedahan - Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu
2. Cedera traumatis

Anda mungkin juga menyukai