KLAPORAN KEGIATAN
FASILITASI PEMBINAAN OPERASIONAL PETUGAS LAPANGAN DAN INSTITUSI
MASYARAKAT (OPERASIONAL PENGGERAKAN KAMPUNG KB DI
DUSUN SUMBERJAYA DESA WRINGINAGUNG)
(PEMBINAAN DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK BINA KELUARGA LANSIA
(BKL))
I. Pelaksanaan :
Hari/tanggal : Rabu, 25 April 2018
Jam : Pukul 08.00 s/d selesai
Tempat : Balai Dusun Sumberjaya Desa Wringinagung
Materi : 1. Pembentukan dan pengelolaan kelompok BKL.
2. Menjadi Lansia Tangguh (Sehat, Bertaqwa, Mandiri, Produktif
Dan Bermartabat)
3. Lansia Bermanfaat
4. Lansia dan Penyakit Degeneratif
5. Gaya Hidup Sehat Lansia
Peserta : 27 orang
III. Penutup
Demikian laporan hasil kegiatan pembinaan kelompok Bina Keluarga Lansia
(BKL) di Dusun Sumberjaya Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran, dengan
harapan melalui pembinaan kelompok BKL dapat mempersiapkan kehidupan
lansia menjadi lansia yang tangguh yaitu lansia yang sehat, aktif, produktif,
mandiri dan bermartabat.
Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam hal ini Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana (P2KB) melaksanakan kegiatan Pembinaan Kader Kelompok Bina Keluarga
Lansia (BKL) se - Kabupaten Humbang Hasundutan yang bertempat di Aula Hutamas (15/8).
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(P2KB), Drs. Elson Sihotang. Dalam sambutannya disampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan bagi keluarga yang mempunyai orang tua
atau lanjut usia. Pengetahuan ini meliputi pola perawatan, pengasuhan, dan pemberdayaan
kaum lansia agar kesejahteraannya bisa meningkat.
Sebagai narasumber kegiatan hadir dari Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara, Rugun
Ulina Simarmata dan Olifa Asmara. Dalam pemaparannya, narasumber menyampaikan ada 7
dimensi lansia, yaitu dimensi spiritual, dimensi sosial kemasyarakatan, dimensi emosional,
dimensi fisik, dimensi intelektual, dimensi profesional/vokasional dan dimensi lingkungan. Selain
pemaparan materi kegiatan ini diisi dengan permainan interaktif yang bertujuan untuk menjaga
kondisi mental dan fisik yang nantinya bisa di praktekkan di kelompok masing-masing peserta.
Kegiatan ini di hadiri 100 orang, perwakilan kelompok lansia dari setiap kecamatan di Kabupaten
Humbang Hasundutan. Acara di tutup dengan foto bersama peserta dengan narasumber/panitia
dan makan siang bersama. (Diskominfo)
Pembinaan dan Penyuluhan BKR (Bina Keluarga Remaja) di Desa Kabita dilakukan 1 kali
tiap bulan, yang mana sasaran pembinaan dan penyuluhannya yakni semua keluarga yang
memiliki Remaja di desa Kabita, Kecamatan Wangi-wangi Selatan yaitu sebanyak 45 sasaran
keluarga.
* Pembinaan BKR ini meliputi pembinaan Administarsi Daftar Hadir, Buku Tamu, Buku
Kegiatan, Buku Rencana Kerja, Buku Notulen dan Buku Pelaporan.
* Jumlah Keluarga yang menjadi Anggota Akti/Hadir pada kelompok Kegiatan BKR adalah
sebanyak 35 orang
* Jumlah anggota kelompok yang berstatus PUS sebanyak 27 orang
* Jumlah anggota kelompok kegiatan yang berstatus PUS KPS dan KS1 sebanyak 25 orang
* Jumlah PUS anggota kelompok kegiatan yang menjadi peserta KB sebanyak 20 orang
* Pengisian K/0/BKR untuk semua Kader dan Anggota BKR di desa Kabita dilakukan setiap
tanggal 3 Januari di tahun berikutnya.
* Pengisian C/1/BKR untuk semua Kader BKR di desa Kabita dilakukan setiap bulan untuk
pelaporan ke Kecamatan dan Dinas Pengendalian Penduduk dan KB melalui PKB/PLKB
Kecamatan Wangi-wangi Selatan.
Pembinaan ke Kader PPKBD dan Sub PPKBD tentang rencana kerja kader
bulanan dan Rencana tahunan
* Penyuluhan tentang pengisian R/I/PUS/13 PPKBD dan Sub PPKBD
* Pengisian /K/O/PPKBD dan K/O/UPPKS
* Pembinaan tentang pelaporan bulanan PPKBD
Karenanya, masyarakat hari ini bukan lagi sebagai obyek dari sebuah kebijakan melainkan sebagai
pelaku utama kebijakan pembangunan yang diprogramkan pemerintah, sehingga pemerintah
berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang peran
serta masyarakat dan pemerintah yang harus saling mendukung, saling mengisi dan saling
melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju terciptanya pembangunan nasional.
Selanjutnya dengan upaya "membangun Indonesia dimulai dari keluarga" adalah sebuah cita cita
pembangunan nasional yang pada dasarnya bertujuan untuk membangun SDM yang berkualitas dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa dalam semua bidang kehidupan, maka upaya
keberadaan Kader IMP sebagai bagian dari penggerak kegiatan pembangunan di lapangan
diharapkan mampu untuk melaksanakan fungsinya dengan baik. Karena bagaimanapun,
pembangunan dalam bidang Kependudukan, Keluarga berencana dan Pembangunan Keluarga, tidak
mungkin dapat dilaksanakan sendiri oleh pemerintah tanpa melibatkan peran serta masyarakat.
(Baca : Kader IMP (PPKBD dan Sub PPKBD).
Sekarang ini, Kader IMP secara faktual telah lahir dan hadir namun belum nampak kompetensi yang
dimiliki serta belum terlibat dan berperan serta secara aktif sebagaimana semestinya. Sehingga
peningkatan peran dan kompetensi Kader IMP (PPKBD dan Sub PPKBD) menjadi penting dan
mendesak untuk menjawab semua kekurangan dan kelemahan yang ada dilapangan selama ini.
Dengan demikian agar para kader IMP mampu dalam menjalankan dan melaksanakan program serta
kegiatan harus ditunjang dengan upaya peningkatan peran dan kompetensi dari kader IMP itu
sendiri.
Pengorganisasian
Terbentuknya kepengurusan yang kolektif, agar dalam pembentukan kepengurusan ada pembagian
kerja dalam menjalankan peran sehingga kepengurusannya bersifat kolektif.
Pertemuan Rutin
Terlaksananya pertemuan rutin antar pengurus, konsultasi pengurus dengan PKB/PLKB maupun
dengan petugas lain yang terkait secara rutin, berkala dan berjenjang juga kepada sesama PPKBD,
Sub-PPKBK, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat. Pertemuan rutin merupakan wadah
untuk menyampaikan informasi/data, bimbingan, pembinaan, evaluasi, pemecahan masalah dan
saran dan solusi terhadap perencanaan program KKBPK di Desa/Kelurahan.
Terlaksananya kegiatan penyuluhan, motivasi dan konseling program KKBPK, dengan tujuan :
Mendorong peran serta dan kepedulian masyarakat untuk memberikan perhatian kepada kesehatan
dan keselamatan ibu dan keluarganya.
Meningkatkan kesadaran dan kepedulian keluarga terhadap kesehatan reproduksi dalam rangka
membina keharmonisan keluarga.
Meningkatkan ketahanan keluarga yang meliputi aspek keagamaan, pendidikan, sosial budaya, cinta
kasih dan perlindungan dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Meningkatkan kesadaran keluarga tentang perlunya menerapkan pola asuh anak dengan
memperhatikan tumbuh kembang anak balita secara optimal.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga lansia dan keluarga yang memiliki anggota
keluarga berusia diatas 60 tahun ke atas dalam pengembangan, pengasuhan, perawatan dan
pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lain dan
membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara
orang tua dan anak remaja.
Mendorong keluarga agar mau dan mampu meningkatkan pendapatan keluarga melalui
pemberdayaan ekonomi keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera.
Kegiatan IMP melakukan pencatatan secara rutin dan ikut melaksanakan pendataan keluarga.
Kegiatan IMP Bersama Penyuluh KB membuat dan melakukan pemetaan sasaran (demografi,
tahapan KS dan sebagainya).
Pemanfaatan hasil pendataan dan peta sasaran bagi kepentingan pembinaan di tingkat wilayahnya.
Pelayanan Kegiatan
Pembinaan tentang Pendewasaan Usia Perkawinan, antara lain usia ideal bagi pria dan wanita untuk
menikah (25 dan 21 tahun), Kesehatan reproduksi, Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular
Seksual, Penyalahgunaan NAPZA dan lain sebagainya.
Pembinaan mengenai pengaturan kelahiran antara lain pemakaian alat kontrasepsi sesuai umur dan
kondisi kesehatan ibu, jumlah anak, jarak kelahiran dan umur anak terkecil.
Kemandirian
Mampu mencipatakan sistem kemandirian dalam menjalankan program melalui beberapa program,
seperti :
REKOMENDASI
Membuat program tambahan sehingga keterlibatan, peran aktif dan kompetensi Kader IMP
meningkat.
Kolaborasi yang efektif antar stakeholder menjadi senjata utama dalam mendukung keberhasilan
program KKBPK, mengingat setiap kader IMP pasti memiliki kekurangan, sehingga dengan metode
kolaborasi, antara satu dengan yang lainnya dapat saling melengkapi.
*Sehat-Semangat-Luar Biasa*