Anda di halaman 1dari 6

2.

3 Definisi Katarak

Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi
sinar masuk ke dalam mata (WHO, 2017). Kekeruhan pada lensa dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduanya,
biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif atau dapat juga tidak
mengalami perubahan.

Gambar 2.4 Katarak (Hari, 2011)

2.4. Epidemiologi

Menurut WHO 2017, katarak adalah penyebab utama terjadinya kebutaan dan
gangguan penglihatan di seluruh dunia. Dari seluruh kasus kebutaan di Indonesia,
50% disebabkan oleh katarak. Katarak ini merupakan proses degeneratif yang sangat
dipengaruhi oleh faktor usia, oleh karena itu kasus ini akan terus meningkat sejalan
dengan meningkatnya jumlah lanjut usia.

Jenis katarak yang paling banyak adalah katarak senilis, yaitu sebanyak 90%.
Orang dengan usia 60 tahun keatas akan mengalami penurunan tajam pengelihatan
akibat kekeruhan lensa sebanyak 20-40%, dan akan meningkat sebanyak 60-80%
pada usia 80 tahun.

Dibandingkan dengan angka kebutaan negara lain di regional Asia Tenggara,


angka kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi setelah Bangladesh (1%), India
(0,7%), dan Thailand (0,3%). Insiden katarak di Indonesia adalah 0,1% atau 210 ribu
orang per tahun, sedangkan yang dioperasi kurang lebih 80.000 nya saja.
2.5. Patofisiologi

Kelainan Bawaan

Katarak yang disebabkan karena gangguan proses pengembangan embrio saat


dalam kandungan dan kelainan kromosom secara genetik. Sehingga, jika menemukan
kasus katarak kongenital biasanya harus dicari kelainan pada tubuh lain juga sehingga
berupa suatu sindrom.

Proses Penuaan

Lensa mata akan mengalami kekeruhan, yaitu mengalami pertambahan berat,


ketebalan, dan mengalami penurunan daya akomodasi seiring bertambahnya usia
karena proses degeneratif. Nukleus lensa akan mengalami kompresi dan pengerasan
(nuclear sclerosis). Pembelahan proteolitik crystallins (lensa protein) mengakibatkan
pembentukan kumpulan protein dengan berat molekul yang tinggi. Pembentukan
kumpulan molekul protein dengan berat molekul tinggi ini dapat menyebabkan
fluktuasi mendadak indeks bias lokal lensa, sehingga muncul hamburan cahaya dan
mengurangi transparansi lensa. Perubahan lain yang berhubungan dengan usia adalah
penurunan konsentrasi glutation dan kalium, dan peningkatan konsentrasi natrium dan
kalsium dalam sitoplasma sel lensa.

Penyakit Sistemik

Penyakit sistemik yang paling sering menyebabkan katarak adalah diabetes


melitus. Pada diabetes melitus, terjadi akumulasi sorbitol pada keadaan hiperglikemi
dimana sorbitol akan menarik air kedalam lensa sehingga terjadi hidrasi lensa. Teori
kedua yaitu terjadi glikosilasi protein dimana dapat menurunkan kejernihan lensa.
Rubella dan Toxoplasma juga dapat berperan dalam terjadinya katarak.

Trauma

Trauma dapat mengganggu struktur lensa secara makroskopis dan mikroskopis


yang diduga menyebabkan adanya perubahan struktur lensa mengganggu
keseimbangan metabolisme lensa.

Penyakit Mata Lainnya

Penyakit mata glaukoma dan uveitis dapat menyebabkan kekeruhan lensa


karena terganggunya keseimbangan elektrolit.
2.6. Etiologi dan Faktor Risiko

1. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami degenerasi.


Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh dan membentuk serat lensa dengan
arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel yang mati ataupun terbuang
karena lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat lensa paling tua berada di
pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang paling muda berada tepat di bawah kapsul
lensa (korteks). Dengan pertambahan usia, lensa pun bertambah berat, tebal, dan keras
terutama bagian nukleus. Pengerasan nukleus lensa disebut dengan nuklear sklerosis.
Selain itu, seiring dengan pertambahan usia, protein lensa pun mengalami perubahan
kimia. Fraksi protein lensa yang dahulunya larut air menjadi tidak larut air dan
beragregasi membentuk protein dengan berat molekul yang besar. Hal ini
menyebabkan transparansi lensa berkurang sehingga lensa tidak lagi meneruskan
cahaya tetapi justru mengaburkan cahaya dan lensa menjadi tidak tembus cahaya
(Cunningham & Riordan-Eva, 2011).

2. Radikal bebas

Radikal bebas dapat merusak protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat sel
lensa. Radikal bebas dapat dihasilkan oleh hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu
elektron monovalen dari oksigen yang tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air pada
jalur sitokrom, dan dari agen eksternal seperti energi radiasi. Contoh-contoh radikal
oksigen adalah anion superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+), radikal
peroksil (ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan hidrogen
peroksida (H2O2). Agen oksidatif tersebut dapat memindahkan atom hidrogen dari
asam lemak tak jenuh membran plasma membentuk asam lemak radikal dan
menyerang oksigen serta membentuk radikal lipid peroksida. Reaksi ini lebih lanjut
akan membentuk lipid peroksida lalu membentuk malondialdehida (MDA). MDA ini
dapat menyebabkan ikatan silang antara lemak dan protein. Polimerisasi dan ikatan
silang protein menyebabkan aggregasi kristalin dan inaktivasi enzim- enzim yang
berperan dalam mekanisme antioksidan seperti katalase dan glutation reduktase. Hal-
hal inilah yang dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa (Duker & Yanoff, 2009).
3. Radiasi ultraviolet

Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa


karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV menuju lensa. UV memiliki energi
foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul oksigen dari bentuk triplet
menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies oksigen reaktif.

4. Merokok

Merokok dapat menyebabkan akumulasi kadmium di lensa. Kadmium dapat


berkompetisi dengan kuprum dan mengganggu homeostasis kuprum. Kuprum penting
untuk aktivitas fisiologis superoksida dismutase di lensa. Sehingga dengan adanya
kadmium menyebabkan fungsi superoksida dismutase sebagai antioksidan terganggu.
Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif pada lensa dan menimbulkan
katarak. Disebutkan juga bahwa kadmium dapat mengendapkan lensa sehingga timbul
katarak.

Selain Kadmium, Nitric Oxyde (NO) dapat menyebabkan katarak dengan


mekanisme NO bereaksi secara cepat dengan anion superoksida untuk membentuk
peroksinitrit sehingga terjadi nitratasi residu tirosin dari protein lensa. Hal ini dapat
memicu peroksidasi lipid membentuk malondyaldehida. Malondyaldehida memiliki
efek inhibitor terhadap enzim antioksidan seperti katalase dan glutation reduktase
sehingga terjadi oksidasi lensa lalu terjadi kekeruhan lensa dan akhirnya terbentuk
katarak (Duker & Yanoff, 2009).

5. Defisiensi vitamin A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin dan beta karoten

Zat nutrisi tersebut merupakan antioksidan eksogen yang berfungsi


menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa sehingga dapat mencegah
terjadinya katarak.

6. Dehidrasi

Perubahan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kerusakan pada lensa.


Hal ini disebabkan karena perubahan komposisi elektrolit pada lensa dapat
menyebabkan kekeruhan pada lensa.

7. Trauma

Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa sehingga


timbul katarak (Cunningham & Riordan-Eva, 2011).
8. Infeksi

Uveitis kronik sering menyebabkan katarak. Pada uveitis sering dijumpai


sinekia posterior yang menyebabkan pengerasan pada kapsul anterior lensa.

9. Obat-obatan dan jamu yang mengandung kortikosteroid

Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya


katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna kortikosteroid adalah katarak
subkapsular.

10. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus

Diabetes mellitus dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa.


Tingginya kadar gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol lensa. Sorbitol ini
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa sehingga lensa menjadi sangat
terhidrasi dan timbul katarak (Pollreisz &Schmidt-Erfurth, 2010).

11. Overweight/Obesitas

Kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor risiko yang dapat
meningkatkan terjadinya katarak. Ada berbagai mekanisme yang dapat menjelaskan
terjadinya katarak pada populasi obesitas, diantaranya adalah ketidakseimbangan
hormon kortisol, tingginya kadar glukosa darah dan sorbitol lensa mata, dan
denaturasi protein lensa mata.

12. Genetik

Riwayat keluarga berpotensi meningkatkan resiko terjadinya katarak dan


percepatan maturasi katarak.

13. Myopia

Pada penderita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan penurunan


kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa
(American Academy of Ophthalmology, 2014).
American Academy of Ophthalmology. 2014. Lens and Cataract: Basic and Clinical Science
Course 2014-2015 Section 11. American Academy of Ophthalmology.
Cunningham ET, Riordan-Eva P. 2011. Vaughan & Asbury's general ophthalmology. (18th
ed.). McGraw-Hill Medical.
Duker JS, Yanoff M. 2009. Ophthalmology. St. Louis, Mo: Mosby/Elsevier.
Hari H. 2011. Alat Optik (Mata). Diakses 11 Juli 2018 di http://fisikasemesta.blogspot.co.id/
Pollreisz A and Schmidt-Erfurth U. 2010. “Diabetic Cataract—Pathogenesis, Epidemiology
and Treatment”. Journal of Ophthalmology vol. 2010, Article ID 608751, 8 pages, 2010.
doi:10.1155/2010/608751
WHO. 2017. Prevention of Blindness and Visual Impairment. Diakses pada 11 Juli 2018 di
http://www.who.int/

Anda mungkin juga menyukai