Pedoman Pengelolaan Obat Di Puskesmas PDF
Pedoman Pengelolaan Obat Di Puskesmas PDF
Halaman
KATA PENGANTAR i
TIM PENYUSUN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN PENGELOLAAN OBAT 2
C. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN 3
BAB II ORGANISASI DAN TATA LAKSANA 4
1. ORGANISASI 4
2. TATA LAKSANA 4
BAB III TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 7
A. KEPALA PUSKESMAS 7
B. PETUGAS GUDANG OBAT DI PUSKESMAS 7
C. PETUGAS KAMAR OBAT PUSKESMAS 8
D. PETUGAS KAMAR SUNTIK 8
E. PETUGAS LAPANGAN PUSLING 9
F. PETUGAS LAPANGAN POSYANDU 9
G. PETUGAS OBAT PUSTU 9
H. BIDAN DESA 10
BAB IV PENGELOLAAN OBAT 11
A. PERENCANAAN 11
B. PERMINTAAN OBAT 12
C. PENERIMAAN OBAT 15
D. PENYIMPANAN 16
E. DISTRIBUSI 25
F. PENGENDALIAN 27
G. PELAYANAN OBAT 32
BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN 43
BAB VI PENUTUP 47
DAFTAR PUSTAKA 48
DAFTAR LAMPIRAN 49
Pedoman Puskesmas - 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pedoman Puskesmas - 2
Penyusunan buku pedoman pengelolan obat Puskesmas ini merupakan salah
satu upaya untuk mengantisipasi apa yang terjadi di lapangan. Tersedianya
buku pedoman pengelolaan obat Puskemas ini merupakan salah satu pelengkap
dari Buku Pedoman Pengelolaan Obat Kabupaten/Kota yng lebih dahulu terbit.
Diharapkan tersedianya kedua buku pedoman pengelolaan obat ini dapat
menjadi pedoman bagi petugas pengelola obat di Kabupaten/Kota maupun
Puskesmas dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Selain itu tumbuhnya jumlah Kabupaten Kota yang sangat pesat tidak di ikuti
pula dengan penyediaan dana alokasi obat untuk pelayanan kesehatan dasar
yang memadai. Sampai saat ini kekurangan beberapa item obat masih kerap
terjadi terutama di Kabupaten/Kota bentukan baru. Mengingat terbatasnya
dana pelatihan bagi petugas pengelola obat, maka penyediaan pedoman
pengelolaan obat puskesmas merupakan salah satu upaya untuk menyediakan
informasi bagi para petugasdi lapangan. Sehingga dana alokasi obat yang
tersedia untuk pelayanan kesehtan dasar dapat digunakan lebih efektif dan
efisisen guna menunjang pelayanan kesehatan dasar yang lebih baik.
Pedoman Puskesmas - 3
BAB II
PERAN SETIAP TINGKATAN
A. Pembagian Tugas
Tujuan pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar adalah agar dana yang
tersedia dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dan berkesinambungan guna
memenuhi kepentingan masyarakat yang berobat ke Puskesmas. Agar tujuan
tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka diantara semua yang terlibat
dalam pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar sebaiknya ada pembagian
tugas dan peran seperti di bawah ini :
1. Tingkat Pusat
a. Menyiapkan dan mengirimkan berbagai Keputusan Menteri Kesehatan ke
unit – unit terkait antara lain :
1) Daftar Harga Obat PKD, Obat Program dan Obat Generik
2) Pedoman Teknis Perencanaan Pengadaan, Pengelolaan, Supervisi
dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
3) Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
b. Menyediakan Obat Buffer Stok Nasional
c. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota khususnya bentukan baru
d. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan
e. Menyediakan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
f. Menyediakan Fasilitator untuk pelatihan pengelola obat publik dan
perbekalan kesehatan.
g. Menyediakan Pedoman Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada
Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota.
Pedoman Puskesmas - 4
2. Tingkat Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi :
a. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan untuk Kabupaten/Kota
b. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan ke Kabupaten/Kota
c. Menyediakan Fasilitator untuk pelatihan pengelola obat publik dan
perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota
d. Melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada Pemerintah
Propinsi
3. Tingkat Kabupaten/Kota
a. Perencanaan kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan dasar disusun
oleh Tim perencanaan kebutuhan obat terpadu berdasarkan system
“bottom up”
b. Perhitungan rencana kebutuhan obat untuk satu tahun anggaran disusun
dengan menggunakan pola konsumsi dan atau epidemiologi.
c. Mengkoordinasikan perencanaan kebutuhan obat dari beberapa sumber
dana, agar jenis dan jumlah obat yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan dan tidak tumpang tindih.
d. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan rencana
kebutuhan obat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Pusat, Propinsi dan
sumber lainnya.
e. Melakukan Pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan untuk Puskesmas
f. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan ke Puskesmas
g. Melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota
Pedoman Puskesmas - 5
h. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap
pendistribusian obat.
i. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap
penanganan obat dan perbekalan kesehatan yang rusak dan
kadaluwarsa.
j. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap jaminan
mutu obat yang ada di bawah pengelolaan Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota dan UPK.
Pedoman Puskesmas - 6
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS
1. Kepala Puskesmas
a. Tugas :
1) Membina petugas pengelola obat
2) Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
3) Melaporkan dan mengirimkan kembali semua obat yang rusak/
kadaluwarsa dan atau obat yang tidak dibutuhkan kepada Kepala
Dinkes Kabupaten/Kota setempat.
4) Melaporkan obat hilang kepada Kepala Dinkes Kabupaten/Kota.
5) Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
b. Tanggung Jawab :
Pengelolaan dan pencatatan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan
di Puskesmas.
Pedoman Puskesmas - 7
f. Pencatatan dan pelaporan
g. Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan
h. Penyusunan persediaan obat dan perbekalan kesehatan
i. Permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota
j. Penyusunan laporan ke Dinkes Kabupaten/Kota
Pedoman Puskesmas - 8
5. Petugas Lapangan Puskesmas Keliling mempunyai tugas :
a. Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan mengajukan permintaan
obat yang diperlukan kepada Kepala Puskesmas.
b. Mencatat pemakaian dan sisa obat serta perbekalan kesehatan
c. Setelah selesai dengan kegiatan lapangannya, segera mengembalikan
sisa obat kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat.
Pedoman Puskesmas - 9
8. BIDAN DESA
a. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikeluarkan
maupun yang diterima oleh Puskesmas Pembantu dalam bentuk Kartu
Stok/buku
b. Setiap awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan
permintaan obat kepada Kepala Puskesmas
c. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas
melalui petugas gudang obat.
Pedoman Puskesmas - 10
BAB III
PENGELOLAAN OBAT
A. Perencanaan
B. Permintaan
C. Penyimpanan
D. Distribusi
E. Pengendalian penggunaan
F. Pencatatan dan pelaporan.
A. PERENCANAAN
B. PERMINTAAN OBAT
Pedoman Puskesmas - 12
• Meningkatkan efektifitas dan efisensi alokasi dana obat di pelayanan
kesehatan publik.
1. Kegiatan :
a. Permintaan rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas
b. Permintaan khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila,
- kebutuhan meningkat
- menghindari kekosongan
- penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluwarsa
Pedoman Puskesmas - 13
c. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan
Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
d. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota.
Sumber data
- LPLPO
- LB1
SO = SK + WK + WT + SP
Kebutuhan = SO - SS
Keterangan :
SO = Stok optimum
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)
WK = Waktu kekosongan obat
WT = Waktu tunggu ( Lead Time )
SP = Stok penyangga
SS = Sisa Stok
Pedoman Puskesmas - 14
Stok kerja = pemakaian rata – rata per periode distribusi
Waktu kekosongan = lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari
Waktu tunggu = waktu tunggu, dihitung mulai dari permintaan obat
oleh Puskesmas sampai dengan penerimaan obat
di Puskesmas.
Stok Penyangga = adalah persediaan obat untuk mengantisipasi
terjadinya peningkatan kunjungan, keterlambatan
kedatangan obat, pemakaian. Besarnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan
Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
Sisa Stok = adalah sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas
pada akhir periode distribusi
Perhitungan :
1. Pemakaian per triwulan = 60 botol @ 100 kaplet.
2. Sisa stok = nihil
3. Pemakaian rata-rata per bulan = 60/3 = 20 botol @ 100 kaplet
4. Pemakaian rata – rata per hari = 20/25 x 100 kaplet = 80 kaplet
5. Waktu kekosongan obat = 6 hari kerja = 6 x 80 kaplet = 480 kaplet
6. Kebutuhan waktu tunggu (5 hari) = 5 x 80 kaplet = 400 kaplet
Pedoman Puskesmas - 15
7. Rencana permintaan untuk Amoksisilin kaplet 500 mg periode April –
Juni 2006 = pemakaian riel triwulan + kebutuhan waktu tunggu +
waktu kosong obat – Sisa stok = (6000 + 400 + 480 - 0) kaplet =
6880 kaplet, dibulatkan menjadi 70 botol @ 100 kaplet
C. PENERIMAAN OBAT
Tujuan :
Agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
D. PENYIMPANAN
2. Kondisi penyimpanan.
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Kelembaban :
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup
sehingga mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab
tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut :
- ventilasi harus baik, jendela dibuka
- simpan obat ditempat yang kering
- wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka
- bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin
panas udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab
- biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul
- kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
b. Sinar matahari :
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh
sinar matahari.
Sebagai contoh :
Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah warna
menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa.
Pedoman Puskesmas - 18
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari :
- gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap (coklat)
- jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka
- obat yang penting dapat disimpan di dalam lemari
- jendela-jendela diberi gorden
- kaca jendela dicat putih.
c. Temperatur / panas :
Obat seperti Salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap
pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari
udara panas.
Sebagai contoh : Salep Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu
penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut.
Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam
lemari pendingin pada suhu 4 – 8 derajat celcius, seperti :
- Vaksin
- Sera dan produk darah
- Antitoksin
- Insulin
- Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
- Injeksi oksitosin
Ingat DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena
akan menjadi rusak.
Pedoman Puskesmas - 19
Cara mencegah kerusakan karena panas :
- pasang ventilasi udara
- atap gedung jangan dibuat dari bahan metal
- buka jendela sehingga terjadi sirkulasi udara
d. Kerusakan fisik :
Untuk menghindari kerusakan fisik :
- dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam
dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan
menyulitkan pengambilan obat di dalam dus yang teratas
- penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak
tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus.
- hindari kontak dengan benda - benda yang tajam
e. Kontaminasi bakteri :
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka
obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.
f. Pengotoran :
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang
kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca.
Oleh karena itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali.
Lantai di sapu dan di pel, dinding dan rak dibersihkan.
Pedoman Puskesmas - 20
- Pada saat mulai menggunakan obat di rak A maka pesanan mulai
dikirimkan ke gudang farmasi sambil menunggu obat datang, sementara
itu obat di rak B digunakan. Pada saat obat di rak B habis maka obat
yang dipesan diharapkan sudah datang
- Jumlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari
beberapa lama waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat
diterima (waktu tunggu)
- Misalnya permintaan dilakukan setiap empat bulan dan waktu yang
diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah dua bulan.
Maka jumlah pemakaian empat bulan dibagi sama rata untuk rak A dan
rak B. Apabila waktu tunggu yang diperlukan hanya satu bulan maka ¾
bagian obat disimpan di rak A dan ¼ bagian di rak B.
Pedoman Puskesmas - 21
- Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian
artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya .
c. Obat yang sudah diterima, disusun sesuai dengan pengelompokan
untuk memudahkan pencarian, pengawsan dan pengendalian stok obat.
d. Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.
e. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
terhindar dari cahaya matahari, disimpan di tempat kering.
f. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung
dari cahaya dan disimpan dalam lemari es. Kartu temperatur yang
terdapat dalam lemari es harus selalu diisi.
g. Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya
matahari.
h. Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan pengambilannya menggunakan sendok.
i. Untuk obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa supaya waktu
kadaluwarsanya dituliskan pada doos luar dengan menggunakan spidol.
j. Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus, seperti
lemari tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain
sebagainya.
k. Cairan diletakkan di rak bagian bawah.
l. Kondisi penyimpanan beberapa obat
- Beri tanda / kode pada wadah obat :
a) Beri tanda semua wadah obat dengan jelas. Apabila ditemukan
obat dengan wadah tanpa etiket, jangan digunakan.
b) Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus
tercantum :
jumlah isi dus, misalnya : 20 kaleng @ 500 tablet
kode lokasi
Pedoman Puskesmas - 22
tanggal diterima
tanggal kadaluwarsa (kalau ada)
nama produk/obat
- Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada
tahun tersebut.
- Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit pelayanan
kesehatan (Puskesmas).
e. Pengamatan mutu
Setiap petugas pengelola yang melakukan penyimpanan obat, perlu
melakukan pengamatan mutu obat secara berkala, paling tidak setiap awal
bulan.
Pengamatan mutu obat :
a. Mutu obat yang disimpan dapat mengalami perubahan baik secara fisik
maupun kimia.
Pedoman Puskesmas - 23
b. Laporkan perubahan yang terjadi kepada Instalasi Farmasi Kabupaten/
Kota untuk diteliti lebih lanjut.
c. Secara sederhana pengamatan dilakukan dengan visual, dengan melihat
tanda – tanda sebagai berikut :
1) Tablet :
- terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab
- kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis dan rapuh.
- kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat
- untuk tablet salut, disamping informasi di atas juga basah dengan
lengket satu dengan lainnya, bentuknya sudah berbeda.
- Wadah yang rusak.
2) Kapsul :
- cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan
lainnya, wadah rusak.
- Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya.
3) Cairan :
- cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan
- cairan suspensi tidak bisa dikocok
- cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali.
4) Salep :
- konsistensi, warna dan bau berubah (tengik)
- pot/tube rusak atau bocor
5) Injeksi :
- Kebocoran
- Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih
sehingga keruh atau partikel asing dalam serbuk untuk injeksi
- Wadah rusak atau terjadi perubahan warna.
Pedoman Puskesmas - 24
Jangan gunakan obat yang sudah kadaluwarsa karena :
Efektifitas obat berkurang.
Hal ini penting untuk diketahui mengingat penggunaan antibiotik yang sudah
kadaluwarsa dapat menimbulkan resistensi mikroba. Resistensi mikroba
berdampak terhadap mahalnya biaya pengobatan.
Obat dapat berubah menjadi toksis.
Selama penyimpanan beberapa obat dapat terurai menjadi substansi-
substansi yang toksik. Sebagai contoh : Tetrasiklin dari serbuk warna kuning
dapat berubah menjadi warna coklat yang toksik.
E. DISTRIBUSI
Tujuan :
Memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada
di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat
waktu
Pedoman Puskesmas - 25
Kegiatan :
1. Menentukan frekuensi distribusi
2. Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan
3. Melaksanakan penyerahan obat.
Penyerahan obat :
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :
1. gudang obat menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di unit
pelayanan
2. penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit- sub unit
pelayanan. Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO dan
lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.
Pedoman Puskesmas - 26
F. PENGENDALIAN
Tujuan :
Agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar
Pedoman Puskesmas - 27
Secara lebih jelas maka untuk melakukan pengendalian perlu ada sasaran yang
ditetapkan. Jika misalnya sasaran tingkat persediaan rata-rata 5.000 tablet
perbulan, dan rata-rata pemakaian 1.250 tablet perminggu, maka persediaan
5.000 tablet akan habis dalam empat minggu.
Agar pada waktu empat minggu berikutnya masih tersedia 5.000 tablet, maka
jumlah persediaan pada minggu keempat haruslah 5.000 tablet juga.
Jika pengiriman dari Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota setiap dua bulan, maka
jumlah yang harus ada dalam persediaan pada minggu pertama, kedelapan dan
seterusnya adalah 10.000 tablet, agar tercapai persediaan rata-rata 5.000
tablet.
1. Pengendalian Persediaan.
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap
stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk
mencukupi kebutuhan, perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya
ada pada waktu kedatangan obat atau kalau dimungkinkan memesan, maka
dapat dihitung jumlah obat yang dapat dipesan (Q) dengan rumus berikut :
Q = SK + SP + ( WT X D ) – SS
Keterangan :
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
WT = waktu tunggu ( leadtime )
SS = sisa stok
D = pemakaian rata-rata perminggu/perbulan
Pedoman Puskesmas - 28
Pencegahan Kekosongan Obat.
Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
2. Pengendalian Penggunaan
Tujuan Pengendalian Penggunaan adalah untuk menjaga kualitas pelayanan
obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat. Pengendalian
penggunaan meliputi :
a. Prosentase penggunaan antibiotik
b. Prosentase penggunaan injeksi
c. Prosentase rata-rata jumlah R/
d. Prosentase Obat Penggunaan obat Generik
e. Kesesuaian dengan Pedoman.
Instrumen yang digunakan adalah Format Monitoring Peresepan seperti
terlampir.
Pedoman Puskesmas - 29
3. PENANGANAN OBAT HILANG, OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA
Tujuan :
Sebagai bukti pertanggungjawaban Kepala Puskesmas
sehingga di ketahui persediaan obat saat itu
Pedoman Puskesmas - 30
2) Kepala Puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian
tersebut, serta menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.
3) Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, disertai Berita Acara Obat
Hilang bersangkutan.
4) Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat
yang hilang tersebut pada masing-masing Kartu Stok.
5) Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi mencukupi
kebutuhan pelayanannya, segera dipersiapkan LPLPO untuk
mengajukan tambahan obat, seperti telah dibahas rinci di bagian
depan.
6) Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada
kepolisian dengan membuat berita acara (contoh berita acara
terlampir)
Tujuan :
Melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa
Jika petugas pengelola obat menemukan obat yang tidak laik pakai
(karena rusak/kadaluwarsa), maka perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Petugas kamar obat, kamar suntik, atau unit pelayanan kesehatan
lainnya segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut
kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat Puskesmas.
2) Petugas gudang obat Puskesmas menerima dan mengumpulkan obat
rusak dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak laik pakai
Pedoman Puskesmas - 31
maka harus segera dikurangkan dari catatan sisa stok pada masing-
masing kartu stok yang dikelolanya. Petugas kemudian melaporkan
obat rusak/kadaluwarsa yang diterimanya dari satuan kerja lainnya,
ditambah dengan obat rusak/kadaluwarsa dalam gudang, kepada
Kepala Puskesmas.
3) Kepala Puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan kembali
obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota,
untuk kemudian dibuatkan berita acara sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
G. PELAYANAN OBAT
Tujuan :
Agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan
mendapat informasi bagaimana menggunakannya
Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai
penyerahan obat kepada pasien.
Semua resep yang telah dilayani oleh Puskesmas harus dipelihara dan disimpan
minimal 2 ( dua ) tahun dan pada setiap resep harus diberi tanda :
“Umum” untuk resep umum
“Askes” untuk resep yang diterima oleh peserta asuransi kesehatan
“Gratis” untuk resep yang diberikan kepada pasien yang di bebaskan dari
pembiayaan restribusi.
Untuk menjamin keberlangsungan pelayanan obat dan kepentingan pasien
maka obat yang ada di puskesmas tidak dibeda-bedakan lagi sumber
Pedoman Puskesmas - 32
anggarannya. Semua obat yang ada dipuskesmas pada dasarnya dapat
digunakan melayani semua pasien yang datang ke Puskesmas.
Pedoman Puskesmas - 33
d. Ruangan pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan, bila perlu setiap
jendela dilengkapi dengan teralis.
Pedoman Puskesmas - 34
3. Penyiapan obat.
R/ Parasetamol 150 mg
CTM 1 mg
Ephedrin 10 mg
m.f. pulv. dtd No. XV
Pedoman Puskesmas - 36
Perhitungan :
Bahan yang dibutuhkan :
Parasetamol 15 x 150 mg = 2250 mg
Kadar 1 tablet parasetamol tablet = 500 mg, jadi dibutuhkan
2250/500= 4 ½ tablet
CTM 15 x 1 mg = 15 mg
Kadar 1 tablet CTM = 4 mg, jadi dibutuhkan 15/4= 3 ¾ tablet
Ephedrin 15 x 10 mg = 150 mg
Kadar 1 tablet 25 mg, jadi dibutuhkan 150/25= 6 tablet.
Pedoman Puskesmas - 37
d) Mengukur cairan :
Pedoman Puskesmas - 38
4. Setelah dikemas perlu ditempeli etiket pada masing-masing wadah
obat yang perlu ditulis pada etiket :
nama pasien
aturan pakai obat
waktu pakai contoh : malam hari, sebelum makan, sesudah
makan
g) Penyerahan obat
h) Informasi.
Pedoman Puskesmas - 39
a. pemakaian obat
tiga kali sehari
dua kali sehari
b. waktu pemakaian obat
pagi, siang, malam
c. jumlah sekali pakai
Pedoman Puskesmas - 40
Krim atau salep kulit digunakan dengan cara mengoleskan obat
berkali-kali pada kulit ditempat yang sakit.
Cara memasukkan supositoria yang termudah adalah dalam posisi
jongkok.
Pedoman Puskesmas - 41
7). Cara Menyimpan Obat
Sarankan agar obat disimpan di tempat yang sejuk dan aman serta
tidak mudah dijangkau anak-anak.
Etika pelayanan.
Kesadaran petugas bahwa pasien dan keluarganya perlu ditolong terlepas dari
status sosial, golongan dan agama atau kepercayaannya serta pengetahuan yang
terbatas. Pasien memerlukan bantuan agar tidak mengalami bahaya karena
ketidaktahuannya tentang penyakit.
Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau kalau perlu Bahasa Daerah
setempat sehingga pasien menerima dengan senang hati. Petugas yang ramah dan
sopan akan memberikan semangat kesembuhan pada pasien, sehingga akan
membantu penyembuhan secara psikologis.
Petugas sangat perlu menyadari bahwa pasien berhak menerima informasi yang
baik dan benar, serta pasien berhak dilindungi terhadap penyakit.
Begitu juga tentang penyampaian informasi yang menyangkut efek samping serta
keadaan atau tingkat keparahan penyakit pasien hendaklah disampaikan secara
hati-hati dan agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.
Pedoman Puskesmas - 42
BAB IV
Pedoman Puskesmas - 43
2. Di kamar obat Puskesmas :
Catatan penggunaan obat
LPLPO
3. Di Puskesmas pembantu :
Catatan penggunaan obat
LPLPO Sub unit
4. Di kamar suntik :
LPLPO Sub unit
Catatan harian penggunaan obat suntik
5. Di pelayanan kesehatan/pengobatan :
Catatan obat-obat yang diberikan kepada pasien pada kartu
berobat/status
7. Di kamar suntik :
Laporan pemakaian obat dan sisa stok
8. Di Puskesmas keliling :
Laporan pemakaian obat dan sisa stok
Pedoman Puskesmas - 44
B. Penyelenggaraan pencatatan :
a. Di gudang Puskesmas :
1). Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat di dalam
Kartu Stok
2). Laporan penggunaan dan lembar permintaan obat dibuat berdasarkan :
(a). Kartu Stok Obat
(b). Catatan harian penggunaan obat
Data yang ada pada LPLPO dilaporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota. Laporan ini
merupakan laporan Puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota.
b. Di kamar obat :
1) Setiap hari jumlah obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat pada
buku catatan pemakaian obat harian
2) Laporan pemakaian dan permintaan obat ke gudang obat dibuat
berdasarkan catatan pemakaian harian dan sisa stok.
c. Di kamar suntik :
Setiap hari obat yang akan digunakan dimintakan ke kamar obat. Pemakaian
obat dicatat pada buku penggunaan obat suntik dan menjadi sumber data
untuk permintaan tambahan obat.
Pedoman Puskesmas - 45
C. Alur pelaporan
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit dan Puskesmas
Induk, LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, yakni :
a. Dua rangkap diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda
tangani disertai satu rangkap LPLPO dan satu rangkap lainnya disimpan di
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
b. Satu rangkap untuk arsip Puskesmas
D. Periode Pelaporan
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan.
Untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap bulan LPLPO dikirim
setiap awal bulan, begitu juga untuk Puskesmas yang mendapatkan distribusi
setiap triwulan.
Pedoman Puskesmas - 46
BAB VI
PENUTUP
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas diharapkan dapat
bermanfaat dan membantu dalam pengelolaan obat di Puskesmas serta unit-unit pelayanan
kesehatan dasar lainnya, yang meliputi aspek permintaan, penerimaan, pendistribusian,
penggunaan obat dan perbekalan kesehatan dalam pelayanan kesehatan. Sehingga walaupun
adanya keterbatasan tenaga, dana, sarana dan prasarana pendukungnya, bila pengelolaan obat
publik dan perbekalan kesehatan dilakukan secara baik diharapkan tujuan pembangunan di
bidang Kesehatan khususnya bidang obat dan perbekalan kesehatan dapat tercapai, adapun
tujuan dimaksud meliputi terjaminnya ketersediaan obat dengan jenis dan jumlah yang tepat
sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin dan tersebar secara merata, berkesinambungan
dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.
Penyediaan buku pedoman ini merupakan salah satu sumbangsih Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan, Ditjen Bina Kefarmasian da untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan obat di Puskesmas.
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas ini tentu masih
memerlukan perbaikan – perbaikan untuk penyempuranannya, karena itu masukan-masukan
dari instansi pengguna buku ini sangat diharapkan.
Pedoman Puskesmas - 47
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan R.I, Ditjen POM, Pedoman Pengelolaan Obat Daerah Tingkat II,
1996.
Pedoman Puskesmas - 48
Pedoman Puskesmas - 48
DAFTAR SINGKATAN
Pedoman Puskesmas - 49
Pedoman Puskesmas - 49
TIM PENYUSUN PEDOMAN PENGELOLAAN
OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
Daftar Kontributor :
Sekretariat :
Pedoman Puskesmas - 50