Anda di halaman 1dari 12

MANUSKRIP

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU KEBON JAHE, DESA


PANGKALAN, TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG

Disusun Oleh: Kelompok 3


Agustin Susanti 1102014005
Almarchiano Sandi 1102014013
Siti Alya Zafira 1102014251

Pembimbing:
dr. Dian Mardhiyah, MKK, Dipl. DK

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 8 APRIL – 7 MEI 2019

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU KEBON JAHE, DESA


PANGKALAN, TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

0
Agustin Susanti1, Almarchiano Sandi1, Siti Alya Zafira1, Dian Mardhiyah2
1
Mahasiswa Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
2
Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Yarsi

ABSTRAK

Latar Belakang : Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan yang sangat
penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Kekurangan gizi dapat
menurunkan kualitas dari SDM. Gizi yang kurang maupun buruk pada balita dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan kesehatan. Selain itu gizi yang kurang maupun buruk dapat
menyebakan balita mengalami defisiensi gizi yang dapat berkaitan dengan kesehatan anak,
pertumbuhan anak, rentan terhadap penyakit, dan dapat menentukan kecerdasan anak. Apabila hal
ini dibiarkan terjadi tentunya dapat menggangu perkembangan dari balita. Dengan demikian
masalah gizi merupakan sangat penting dan semua keluarga harus bertindak atau berbuat untuk
melakukan perbaikan gizi.
Tujuan : Mengetahui Gambaran Status Gizi BALITA di Posyandu kebun jahe, Desa pangkalan,
Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten.
Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan sampel yang didapat menggunakan teknik total
sampling, yaitu sampel diambil secara keseluruhan dari balita yang datang ke posyandu sebanyak
30 orang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balita di Posyandu Kebun. Jahe masih terdapat
status gizi yang buruk. Pada anak usia ≥ 2 tahun sampai 5 tahun, Berdasarkan Indeks Z score
BB/U masih terdapat 1 orang (5,8%) yang bergizi kurang. TB/U terdapat 2 orang (11,76%) yang
masuk ke kategori sangat pendek dan BB/TB terdapat 3 orang (13,3%) masuk kedalam kategori
sangat kurus, dan 2 orang (11,76%) masuk ke kategori gemuk. Status gizi anak <2 tahun di
Posyandu Kebun. Jahe berdasarkan index Z score BB/U terdapat gizi berlebih sebanyak 2 orang
(15,38%), TB/U terdapat kategori pendek (23,076%) dan sangat pendek (30,76%), dan BB/TB
terdapat anak yang sangat kurus 1 orang (7,69%), kurus 2 orang (15,38%), dan Gemuk sebanyak 5
orang (38,46%).
Kesimpulan : Masih terdapatnya Status gizi buruk berdasarkan indeks Z score BB/U, BB/TB,
TB/U pada Balita di Posyandu Kebun. Jahe, Tanjung Pasir harus mendapat perhatian lebih,
rendahnya pendidikan ibu menjadi faktor status gizi pada balita.

Kata Kunci: Status Gizi Buruk, Stunting, Kurus, balita

THE DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS OF TODDLER IN

1
POSYANDU KEBON JAHE, DESA PANGKALAN, TANJUNG PASIR,
KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

Agustin Susanti1, Almarchiano Sandi1, Siti Alya Zafira1, Dian Mardhiyah2


1
Clinical Medical Students, Faculty of Medicine, YARSI University
2
Public Health Department, Faculty of Medicine, YARSI University

ABSTRACT

Background : Nutritional factors are one of the factors that have a very important role in
creating quality human resources. Malnutrition can reduce the quality of Human Resources.
Nutrition that is lacking or bad for toddlers can result in disruption of growth and health. In
addition, poor or poor nutrition can cause toddlers to experience nutritional deficiencies that can
be related to children's health, growth of children, susceptibility to disease, and can determine
children's intelligence. If this is allowed to happen, of course it can disrupt the development of
toddlers. Thus nutrition problems are very important and all families must act or do to improve
nutrition
Objective : Knowing the Nutritional Status Picture of toddler in the Kebun Jahe Posyandu, Desa
Pangkalan, Teluk Naga, Tanggerang Regency, Banten
Methods : This research is descriptive with the sample obtained using total sampling technique,
ie the sample is taken as a whole from toddlers who come to the posyandu as many as 30 people
who meet the research inclusion criteria
Results : The results of this study indicate that toddlers in Posyandu Kebun. Jahe still has poor
nutritional status. In children aged ≥ 2 years to 5 years, Based on the Z / BB index score there is
still one person (5.8%) who is malnourished. TB / U there are 2 people (11.76%) who enter the
very short category and BB / TB. There are 3 people (13.3%) in the very thin category, and 2
people (11.76%) in the fat category. . Nutritional status of children <2 years in Posyandu Kebun.
Ginger is based on the Z / BB score index, there is an excess of 2 people (15.38%), TB / U there
are short categories (23.076%) and very short (30.76%), and BB / TB are very thin children 1
person (7.69%), thin 2 people (15.38%), and Fat as many as 5 people (38.46%)
Conclusion : There is still a poor nutritional status based on the Z index of BB / U, BB / TB, TB /
U score in toddlers at the Posyandu Kebun. Jahe, Tanjung Pasir must get more attention, the low
education of mothers is a factor in the nutritional status of infants

Keywords : Poor Nutrition Status, Stunting, Thin, Toddler

2
PENDAHULUAN
Menurut WHO (2012) jumlah penderita gizi kurang di dunia mencapai
104 juta anak dan keadaan gizi kurang masih menjadi penyebab sepertiga dari
seluruh penyebab kematian anak di seluruh dunia. Asia Selatan merupakan
wilayah dengan prevalensi gizi kurang terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%
kemudian wilayah sub-Sahara Afrika 28%, Amerika Latin 7% dan yang paling
rendah terdapat di Eropa Tengah, Timur, dan pada Commonwealth of
Independent States (CEE/CIS) sebesar 5% (Sigit, 2012).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2013), di Indonesia
terdapat 5,7% balita dengan gizi buruk atau sebanyak 26.518 anak, 13,9% gizi
kurang, dan 4,5% balita gizi lebih. Prevalensi gizi buruk pada balita di Indonesia
menurut hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2014 yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia, tahun 2014 sebanyak 4,7%, kemudian pada
tahun 2015 angka gizi buruk turun menjadi 3,8%, dan kembali turun pada tahun
2016 menjadi sebesar 3,4% (Kemenkes RI, 2016).
Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan yang
sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Kekurangan gizi dapat menurunkan kualitas dari SDM, dan tentunya akan
mengurangi kesempatan masyarakat berkontribusi dalam pembangunan nasional
(Baliwati, 2010).
Gizi yang kurang maupun buruk pada balita dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan kesehatan. Selain itu gizi yang kurang maupun
buruk dapat menyebakan balita mengalami defisiensi gizi yang dapat berkaitan
dengan kesehatan anak, pertumbuhan anak, rentan terhadap penyakit, dan dapat
menentukan kecerdasan anak. Apabila hal ini dibiarkan terjadi tentunya dapat
menggangu perkembangan dari balita. Dengan demikian masalah gizi merupakan
sangat penting dan semua keluarga harus bertindak atau berbuat untuk melakukan
perbaikan gizi. Balita termasuk dalam kelompok rentan gizi, dimana pada umur 0
– 4 tahun merupakan saat pertumbuhan bayi yang relatif cepat. Dan pada masa ini
merupakan saat pertumbuhan besar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya (Marimbi, 2010).

3
Masalah gizi terutama stunting pada balita dapat menghambat
perkembangan anak, dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam
kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual, rentan terhadap penyakit
tidak menular, penurunan produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan
risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (UNICEF, 2012; dan
WHO,2012).
Di Indonesia, prevalensi anak stunting termasuk dalam kategori tinggi
karena berdasarkan Riskesdas tahun 2018, secara nasional prevalensi stunting
adalah 30,8%. Prevalensi stunting menurun secara nasional dibandingkan data
riskesdas tahun 2013 yang mencapai 37,2%. Angka prevalensi tersebut masih
lebih tinggi dibandingkan angka prevalensi gizi kurang dan buruk (17,7%),
kekurusan serta kegemukan (12,1%) (Riskesdas, 2018).
Prevalensi kasus gizi buruk dan gizi kurang dari hasil penimbangan balita
pada bulan agustus 2010 di kabupaten Tangerang dari total 227.343 balita yang
ditimbang di dapatkan didapatkan kasus gizi kurang sebanyak 18.582 kasus dan
jumlah balita gizi buruk sebanyak 2.166 kasus (dinas kesehatan kabupaten
Tangerang 2011). Berdasarkan data yang diperoleh tentang status gizi balita
Kecamatan dan Puskesmas Tegal Angus tahun 2012 dari 563 balita di desa
Tanjung Pasir yang bergizi lebih sebesar 0%, bergizi baik sebanyak 475 belita
(84,37%), bergizi kurang sebanyak 60 balita (10,66%) dan yang bergizi buruk
sebanyak 28 (4,97%).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang status gizi
balita di RW 03 / RW 09 Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas balita memiliki status gizi kurang
(50,0%), ini disebabkan karena seringnya balita mengalami infeksi seperti infeksi saluran
pernapasan maupun infeksi pada saluran pencernaan (Pasambi, 2015).

METODE
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini
berlaku. didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan
kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi

4
mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variable-variabel yang ada.
Penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan
hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variable-variabel
yang diteliti (Mardalis, 2008) .
Penelitian dilaksanakan Selasa, 22 April 2019 di Posyandu Kebun. Jahe,
Tanjung Pasir, Kab. Tangerang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Balita
yang datang ke Posyandu Kebun. Jahe, Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik total sampling, yaitu sampel diambil secara keseluruhan dari balita yang
datang ke posyandu sebanyak 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
Variabel yang dinilai adalah status gizi balita yang dinilai menurut index Z
score. Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan data primer hasil dari
wawancara menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai Berat
Badan, Tinggi Badan,dan Usia Responden. Penilaian BB/U menentukan status
gizi baik, kurang,buruk. Penilaian TB/U menentukan Sangat Pendek, Pendek,
Normal, sedangkan penilaian BB/TB menentukan sangat kurus, kurus, normal,
gemuk. Pengambilan data sekunder diperoleh melalui data laporan profil
kesehatan Puskesmas Tanjung Pasir Tahun 2018. Untuk pengolahan dan analisis
data dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows Release 22.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Data Responden
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui pengedaran kuesioner kepada
responden dalam penelitian ini yaitu Balita dan Baduta di Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, yang berjumlah 30 responden. Kemudian data dianalisa
menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk tabulasi, dengan cara memasukkan
seluruh data kemudian diolah secara statistic deskriptif untuk melaporkan hasil
dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase (%) dari masing-masing item.

5
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Ibu Responden
Variabel Frekuensi %

Usia Dewasa Awal 19 63,3 %


Dewasa Akhir 11 36,6 %
Total 30 100%
Tingkat Rendah 16 53,3%
Sedang 14 46,6 %

Tinggi 0 0%

Total 30 100 %
Pekerjaan Bekerja 4 13,3%
Tidak Bekerja 26 86,6%
Total 30 100 %
Status Menikah 30 100 %
Pernikahan Tidak Menikah 0 0%
Total 30 100 %

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karakteristik ibu responden


mayoritas adalah dewasa awal sebanyak 19 orang (63,3%). Berdasarkan Tingkat
pendidikan, mayoritas ibu responden berpendidikan rendah sebanyak 16 orang
(53,3%). Berdasarkan pekerjaan, mayoritas ibu responden tidak bekerja 26 orang
(86,6%). Dan berdasarkan status pernikahan, semuanya menikah (100%).

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden


Variabel Frekuensi %

Usia <2 tahun 13 43,3 %


≥2 sampai 5 tahun 17 56,6 %
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui karakteristik responden yang berusia


≥2 sampai 5 tahun sebanyak 17 orang (56,6%), dan yang berusia <2 tahun
sebanyak 13 orang (43,3%).

6
Tabel 3. Distribusi Status Gizi Balita

BB/U Gizi Buruk 0 0%


Gizi kurang 1 5,8 %
Gizi baik 12 70,5 %
Gizi berlebih 4 23,52%

Total n = 17 100 %
TB/U Sangat pendek 2 11,76%
Pendek 0 0%
Normal 15 88,23%
Total n = 17 100 %
BB/TB Sangat Kurus 3 13,3%
Kurus 0 0%
Normal 12 70,58%
Gemuk 2 11,76%
Total n = 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas, diketahui Status gizi balita berusia ≥2-5 tahun
di Posyandu Kebun. Jahe berdasarkan index Z score BB/U masih terdapat 1 orang
(5,8%) tahun yang bergizi kurang. TB/U terdapat 2 orang (11,76%) yang masuk
ke kategori sangat pendek dan BB/TB terdapat 3 orang (13,3%) masuk kedalam
kategori sangat kurus, dan 2 orang (11,76%) masuk ke kategori gemuk.

Tabel 4. Distribusi Status Gizi Baduta

BB/U Gizi Buruk 0 0%


Gizi kurang 0 0%
Gizi baik 11 84,61%
Gizi berlebih 2 15,38%

7
Total n = 13 100 %
TB/U Sangat pendek 4 30,76%
Pendek 3 23,076%
Normal 6 46,15%
Total n = 13 100 %
BB/TB Sangat Kurus 1 7,69%
Kurus 2 15,38%
Normal 5 38,46%
Gemuk 5 38,46%
Total n =13 100 %

Berdasarkan tabel diatas, diketahui Status gizi anak <2 tahun di Posyandu
Kebun. Jahe berdasarkan index Z score BB/U terdapat gizi berlebih sebanyak 2
orang (15,38%), TB/U terdapat kategori pendek 3 orang (23,076%) dan sangat
pendek 4 orang (30,76%), dan BB/TB terdapat anak yang sangat kurus 1 orang
(7,69%), kurus 2 orang (15,38%), dan Gemuk sebanyak 5 orang (38,46%).

PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balita usia ≥ 2 tahun sampai 5 tahun di
Posyandu Kebun Jahe. Berdasarkan Indeks Z score BB/U masih terdapat 1 orang
(5,8%) yang bergizi kurang. TB/U terdapat 2 orang (11,76%) yang masuk ke
kategori sangat pendek dan BB/TB terdapat 3 orang (13,3%) masuk kedalam
kategori sangat kurus, dan 2 orang (11,76%) masuk ke kategori gemuk. Status
gizi anak <2 tahun di Posyandu Kebun. Jahe berdasarkan index Z score BB/U
terdapat gizi berlebih sebanyak 2 orang (15,38%), TB/U terdapat kategori pendek
(23,076%) dan sangat pendek (30,76%), dan BB/TB terdapat anak yang sangat
kurus 1 orang (7,69%), kurus 2 orang (15,38%), dan Gemuk sebanyak 5 orang
(38,46%). Status gizi kurang salah satu hal yang menjadi penyebabnya adalah
kurangnya intake nutrisi yang seimbang pada balita tersebut. Berhubungan dengan tidak
terpenuhinya bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin yang
dibutuhkan oleh tubuh. Kondisi ini dapat didukung dengan kurangnya pengetahuan ibu
tentang gizi seimbang.

8
Status gizi pendek merupakan akibat jangka panjang dari kekurangan gizi dan
dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan mental dan menurunkan kapasitas
intelektual. Perempuan dewasa yang pendek memiliki risiko yang lebih besar terhadap
komplikasi kehamilan karena panggul yang sempit, dan juga berisiko untuk melahirkan
bayi berat lahir rendah. Hal ini menyebabkan siklus malnutrisi antar generasi karena bayi
yang lahir dengan berat lahir rendah atau pertumbuhan dalam rahim yang terhambat
cenderung untuk menjadi orang dewasa yang pendek. Status gizi pendek biasanya terjadi
sebelum usia 2 tahun dan efeknya tidak dapat diperbaiki seperti keterlambatan
perkembangan motorik dan gangguan fungsi kognitif. Gizi yang tepat selama usia ini
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan anak untuk tumbuh,
belajar, dan keluar dari kemiskinan (Desfita, 2014).
Ibu-ibu balita di Posyandu Kebun. Jahe, Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang
mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah sebanyak 16 orang (53,3%),
sehingga kemungkinan tidak memahami pentingnya gizi seimbang bagi pertumbuhan
bayi dan balita. Menurut UNICEF (2013), salah satu hal yang berkontribusi dalam
terjadinya masalah gizi kurang pada balita adalah pendidikan orang tua. Semakin tinggi
pendidikan orang tua, maka kecenderungan status gizi anak juga semakin baik. Namun,
bagaimanapun juga mayoritas balita yang memeriksakan diri ke Posyandu Kebun. Jahe
banyak yang berstatus gizi normal dan baik.
Salah satu hal yang menjadi penyebab baiknya angka gizi balita di Posyandu
Kebun. Jahe kemungkinan karena rendahnya angka ibu pekerja sebanyak 26 orang
(86,6%), ibu yang tidak bekerja kemungkinan lebih memperhatikan anaknya Keluarga
yang peduli pada kesehatan anak akan selalu menyediakan makanan yang sehat, halal dan
bergizi, karena hal ini dapat mencegah banyak persoalan yang lebih serius di masa
mendatang. Keluarga yang selalu menyediakan makanan halal dan bergizi selain
berdampak positif bagi kesehatan dan perilaku anak juga dapat menyelamatkan setiap
anggota keluarga dari ancaman api neraka. (Susilawati;2018)

SIMPULAN
Berdasarkan indeks Z score BB/U, BB/TB, TB/U pada Balita di Posyandu
Kebun. Jahe usia ≥ 2 tahun sampai 5 tahun masih terdapat 1 anak gizi kurang, 2 anak
sangat pendek dan 3 anak sangat kurus. Sedangkan pada Baduta < 2 tahun terdapat 2
anak dengan gizi berlebih, 3 anak dengan kategori pendek, 4 anak dengan kategori sangat
pendek, dan 1 anak dengan kategori sangat kurus. Hal ini harus mendapat perhatian lebih,

9
rendahnya pendidikan ibu menjadi faktor status gizi pada balita. Disarankan kepada
petugas kesehatan setempat agar dapat memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-
ibu balita tentang pentingnya status gizi yang baik bagi pertumbuhan fisik dan mental
balita serta dampak yang dapat ditimbulkan jika balita mengalami kekurangan gizi .

UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Kader Posyandu Kebun Jahe, Desa Pangkalan, Kabupaten Tanggerang.
2. Seluruh karyawan Puskesmas Tegal Angus, Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang,
Banten.

DAFTAR PUSTAKA

Baliwati, Y. F,dkk. 2010 Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Penerbit


Swadaya.

Balitbangkes,2018, Riset Kesehatan Dasar, Jakarta, Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia

Desfita, 2014, Status Gizi Anak Balita dan Karakteristiknya di dua Kecamatan di
Kota Pekanbaru, Jurnal Gizi Indonesia

Ernawati, Fitrah. 2013. Pengaruh Asupan Protein Ibu Hamil dan Panjang Badan
bayi Lahir Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12 bulan di kabupaten
Bogor (Effect of The PregnantWomen’s Protein Intake and Their Baby Length an
Birth To Incidence of Stunting Among Children Aged 12 Months In Bogor District).
Jurnal Penelitian Gizi dan makanan. 36 (1), 1-11.

Gupta, R., Chakrabarti, S., Chatterjee, S.G., 2016. A Study to Evaluate the Effect of
Various Maternal Factors on the Nutritional Status of Under-Five Children. Indian
Journal of Nutrition, Vol.3, Issue 2:149

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.


http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
(diperoleh tanggal 8 April 2019)

Marimbi H. 2010 Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita.
Yogyakarta: Muha Medika.

Mardalis. 2008, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta : Bumi


Aksara

Pasambo, 2015 Gambaran Status Gizi Balita di RT 03/RW 09 Kelurahan


Barombong Kecamatan Tamalete, Kota Makasar, Media Kesehatan Makasar.

10
Sigit, L, 2012. Status Gizi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Se-Gugus
Sisingamangaraja Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga. Universitas
Negeri Yogyakarta. Program Pascasarjana Doktoral Ilmu Keolahragaan. Disertasi

Susilawati, 2018, Gizi Anak dilihat dalam preskpektif islam. Jakarta, Republika

UNICEF.(2012) Ringkasan Kajian Gizi, Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan –


Kementrian Kesehatan RI

World Health Organization (WHO) .2015. World Health Statistics. World Health
Organization

11

Anda mungkin juga menyukai