Anda di halaman 1dari 4

BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 ANALISIS KASUS


Berdasarkan Teori Berdasarkan Kasus
Insidensi Pterigium dilaporkan dua Pasien merupakan seorang
kali lebih terjadi pada laki- wanita berusia 57 tahun.
laki dibandingkan dengan
perempuan. Pasien usia 20-
40 tahun dilaporkan
memiliki insidensi pterigium
tertinggi. Pterigium jarang
terjadi sebelum usia 20
tahun.
Faktor Risiko  Radiasi sinar ultraviolet  Pasien tinggal di
 Genetik Indonesia yang
 Iritasi kronik atau merupakan negara ber
inflamasi. Debu, iklim tropis (panas)
kelembapan yang rendah, dengan sinar matahari
dan trauma kecil dari sepanjang tahun dominasi
bahan partikel tertentu, terpapar sinar ultraviolet
dry eye dan virus  Pasien memiliki riwayat

papilloma terkena paparan sinar


matahari dan debu dalam
jangka waktu lama karena
pernah bekerja sebagai
buruh pabrik di daerah
Cikarang dan bermobilitas
selalu menggunakan sepeda
motor
Gejala Gejala klinis pterygium pada Pasien mengeluhkan mata
tahap awal biasanya ringan seperti ada yang mengganjal
bahkan sering tanpa keluhan serta rasa gatal dan tidak
sama sekali (asimptomatik). nyaman terutama bila pasien
Beberapa keluhan yang beraktifitas menggunakan
sering dialami pasien antara sepeda motor.
lain:

- mata merah tanpa


penurunan visus terkecuali
jaringan telah meluas hingga
menutupi aksis visual,

- mata seperti ada yang


mengganjal yang dapat
mengganggu penglihatan
merasa seperti ada benda
asing

- tidak disertai tanda


inflamasi seperti nyeri dan
bengkak

- dapat disertai gatal pada


mata dan mata terasa kering

- timbul astigmatisme akibat


kornea tertarik oleh
pertumbuhan pterygium

- pada pterygium derajat 3


dan 4 dapat terjadi
penurunan tajam
penglihatan.

- Dapat terjadi diplopia


sehingga menyebabkan
terbatasnya pergerakan
mata.
Pemeriksaan Fisik Adanya massa jaringan Pada pasien terdapat massa
kekuningan akan terlihat jaringan kekuningan pada
pada lapisan luar mata lapisan sclera yang
(sclera) pada limbus, berkembang melewati
berkembang menuju ke arah limbus yang dapat
kornea dan pada permukaan diidentifikasi body, head,
kornea. Sclera dan selaput dan cap.
lendir luar mata
(konjungtiva) dapat merah
akibat dari iritasi dan
peradangan yang dapat
diidentifikasi body, head,
dan cap
Pemeriksaan Penunjang Test: Uji ketajaman visual Telah dilakukan uji
dapat dilakukan untuk ketajaman visual dan
melihat apakah visus visualisasi menggunakan slit
terpengaruh. Dengan lamp.
menggunakan slitlamp
- Pemeriksaan sonde tidak
diperlukan untuk
dilakukan
memvisualisasikan
pterygium tersebut. Dengan - Pemeriksaan Histopatologi
menggunakan sonde di tidak dilakukan pada pasien
bagian limbus, pada ini
pterigium tidak dapat dilalui
oleh sonde seperti pada
pseudopterigium.

- Pemeriksaan
Histopatologi : untuk
menyingkirkan diagnosis
banding. Pada Pterygium
ditemukan epitel ireguler
dan degenerasi hialin dalam
stromanya serta rusaknya
membrane descemet serta
dapat menyingkirkan
kemungkinan keganasan
akibat rekurensi. Sedangkan
pada Pinguekula didapatkan
degenerasi hialin jaringan
submukosa konjungtiva.

Terapi Pada pterigium yang ringan Diberikan cendo xitrol


tidak perlu di obati. Untuk (kombinasi antibiotik dan
pterigium derajat 1-2 yang steroid) dan rencana
mengalami inflamasi, pasien tindakan operasi
dapat diberikan obat tetes menggunakan teknik CAG
mata kombinasi antibiotik karena pasien merasa
dan steroid 3 kali sehari keluhan telah mengganggu
selama 5-7 hari. aktivitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai