Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Dosen pembimbing : Dr. Sudirman,MN

Disusun oleh :

Nama : SISKA YULIANI

NIM : P1337420119100

Kelas : 1 A2 Reguler

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam dunia keperawatan dikenal proses keperawatan,langkah ketiga dari proses


keperawatan adalah rencana (intervensi)keperawatan. Intervensi didefinisikan untuk
memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien. Intervensi mempunyai maksud
mengindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan spesifik pasien serta harus
menyertakana kekuatan-kekuatan pasien yang telah diidentifikasi bila memungkinkan.
Perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbaangkan secara mendalam ,tahap
yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan
pemecahan masaalah (kozier 1995).
Dalam perencanaan keperawatan,perawat menetapkannya berdasarkan hasil
pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam
membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah,menurunkan,atau
mengeliminasi masalah kesehatan klien.
Oleh karena itu,dapam makalah ini akan dibahas petunjuk teknis pelaksanaan intervensi
keperawatan.

B. TUJUAN

1. Dapat memahami bagaimana menerapkan prioritas masalah


2. Mampu merumuskan tujuan intervensi dan kriteria hasil
3. Mampu meenerapkan jenis,tujuan dan rangsangan keperawatan
4. Dapat memahami Intervensi Keperawatan
5. Mampu menggambarkan hubungan intervensi keperawatan dan kriteria hasil
6. Mampu memahami dan mendeskripsikan jenis rumusan intervensi
keperawatan.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud perencanaan keperawatan


2. Apa saja tujuan dari perencanaan keperawatan
3. Apa saja tahapan -tahapan dalam perencanaan keperawatan
4. Apa saja macam-macam intervensi keperawatan
5. Apa saja langkah-langkah intervensi Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PERENCANAAN KEPERAWATAN 


 Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah klien.
Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses
keperawatan.                                                   
 Perencanaan merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat
rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.

B. TUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Tujuan administrasi
a. Mengidentifikasi focus keperawatan: klien (individu) atau kelompok.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya.
c. Menyusun kriteria guna penggulangan asuhan keperawatan dan evaluasi keberhasilan
asuhan keperawatan.
d. Menyediakan kriteria klasifikasi klien

2. Tujuan klinik
a. Menjadi suatu pedoman dalam penulisan
b. Mengomunikasikan asuhan keperawatan yang akan diimplementasikan dengan perawat
lainnya seperti apa yang akan diajar, apa yang harus diobservasi, dan apa yang akan
dilaksanakan.
c. Menyusun kriteria hasil (autcomes) guna pengulangan asuhan keperawatan dan evaluasi
keberhasilan asuhan keperawatan.
d. Rencana intervensi yang spesifik dan langsung bagi perawat untuk melaksanakan
intervensi kepada klien (individu) dan keluarganya.

C.TAHAPAN PERENCANAAN KEPERAWATAN


1. Penentuan prioritas diagnosis 
Penetapan prioritas adalah penyusunan urutan diagnosis keperawatan / masalah klien dengan
menggunakan tingkat kedaruratan / kepentingan untuk memperoleh tahapan intervensi
keperawatan yang dibutuhkan (Henry dan Walker, 2004).
Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap perencanaan setelah tahap diagnosis
keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis
amana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan.
•Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Prioritas tinggi : Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mnengancam kehidupan (nyawa
seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan
nafas.
Prioritas sedang : Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak
mengancam hidup klien seperti masalah higiene perseorangan.
Prioritas rendah : Prioritas rendah ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan
langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangn
atau lainnya.
•Berdasarkan kebutusan Maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan
diantaranya kebutuhan fisiogis keselamatan dan keamanan mencintai dan memiliki, harga diri
dan aktualisasi diri, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Untuk prioritas diagnosis yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan


tersebut berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia diantaranya:
a. Kebutuhan fisiologis
Meeliputi masalah respirasi,sirkulasi,suhu ,nutrisi, nyeri, cairan
,perawatan kulit,mobilitas dan eliminasi.

b. Kebutuhan Keamanan dan keselamatan


Meliputi masalah lingkungan,kondisi tempat
tinggal,perlindungan,pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai
Meliputi masalah kasih sayang ,seksualitas, afilasi dalam
kelompok,hubungan antar manusia.
d. Kebutuhan Harga Diri
Meliputi masalah respek dari keluarga,perasaan
menghargai diri sendiri.
e. Kebuttuhan aktualisasi diri
Meeliputi masalah kepuasan terhadap
lingkungan.
 Berdasarkaan Hirarki Kallsh
Menetuntukan prioritas dengan pendekatan kebutuhan individu untuk bertahan dan
berstimulasi /respon
 Berdasarkan kepentingannya prioritas dapat dikatagorikan menjadi,
a.Kepentingan awal :
Diagnosis keperawatan yang jika tidak ditangani dapat membahayakan klien atau pihak lain
menempati prioritas tertinggi.
Contoh : Resiko terjadinya kekerasan, gangguan pertukaran gas, dan penurunan curah
jantung merupakan diagnosis keperawatan dengan prioritas keselamatan, oksigenasi
adekuat ,sirkulasi adekuat. Selain itu, kondisi yang unik pada setiap klien juga dapat
dipertimbangkan. Prioritas awal terkadang bersifat fisiologis sekaligus psikologis dan dapat
merujuk pada kebutuhan dasar lainnya. Hindari klasifikasi prioritas yang hanya berdasarkan
kondisi fisiologis. Sebagai contoh kasus Nn. Devine :Lisa hendak memulai perencanaan
asuhan keperawatan bagi Nn. Devine. Pada tahap diagnostik, Lisa mengidentifikasi empat
diagnosis keperawatan pada Nn. Devine, yaitu nyeri akut, ansietas, kurang pengetahuan, dan
gangguan mobilitas fisik. Lisa bertugas melayani Nn. Devine sejak pagi ini sampai masa
operasi tiba. Setelah operasi selasia,  Lisa tidak bekerja pada unit tersebut, namun sebagai
perawat utama Nn. Devine, Lisa akan memberikan arahan bagi staf yang akan melanjutksn
perawataan. Perencanaan yang matang meliputi pengamatan pada hubungan antara masalah
klien, pengenalan keutamaan masalah tertentu diatas masalah lainnya, dan pemberian asuhan
keperawatan yang tepat. Nn. Devine merupakan mitra yang tepat dalam memilih tindakan
yang sesuai dengan kebutuhan, kekuatan, dan keterbatasannya. Lisa menyadari harus bekerja
cepat dalam menyusun rencana karena Nn. Devine akan segera menjalani operasi pada siang
hari.
Pada kasus tersebut nyeri akut dan ansietas menempati prioritas tertinggi. Lisa menyadari
bahwa ia harus meringankan rasa nyeri akut pada Nn. Devine dan mengurangi ansietas
agar klien dapat menjalani operasi dengan tenang.
b.Kepentingan sedang   :
Prioritas sedang, meliputi kebutuhan nondarurat dan tidak mengacam nyawa klien. Pada
kasus Nn. Devine, kurang pengetahuan merupakan diagnosa sedang. Lisa harus mampu
mempersiapkan Nn. Devine dengan baik untuk menjalani operasi. Instruksi yang terfokus
dan disesuaikan akan membantu Nn. Devine memahami hal yang akn terjadi pascaoperasi,
dan bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan pascaoperasi. Menangani diagnosa tentang
kurang pengetahuan akan meminimalisasi komplikasi pascaoperasi. Setelah Lisa
menangani diagnosis dan ansietas, Nn. Devine akan lebih terbuka untuk belajar. Selain itu,
setelah Nn. Devine memahami tentang operasi yang akan dijalaninya, diharapakan
ansietasnya dapat berkurang.
c.Kepentingan akhir :
Diagnosis keperawatan dengan prioritas rendah tidak selalu berhubungan langsung
dengan penyakit atau prognosis, namun dapat mempengaruhi kesejahteraan klien di
masa depan. Sebagian besar diagnosis prioritas rendah berfokus pada kebutuhan
layanan kesehatan jangka panjangPada kasus Nn. Devine, gangguan mobilitas
fisik tidak hanya disebabkan oleh nyeri, tetapi juga oleh kondisi medisnya, yaitu
herniasi diskus vertebralis. Lisa akan mengawasi diagnosis ini, terutama pascaoperasi.
Untuk saat ini Lisa akan berusaha membuat Nn. Devine merasa senyaman mungkin.
Hal ini dapat meningkatkan kemampuannya untuk berganti posisi. Setelah operasi
selesai, Lisa harus melakukan pengkajian ulang. Jika gangguan mobilitas fisik masih
menjadi gangguan, prioritas ini akan meningkat karena sangat penting bagi Nn.
Devine untuk mencapai mobilitas normal agar pemulihan menjadi lengkap dan
mencegah komplikasi pascaoperasi.Urutan prioritas dapat berubah seiring kondisi
klien, bahkan dalam hitungan menit. Setiap memulai pelayanan, seperti pada awal
giliran jaga di rumah sakit atau kunjungan klinik ke klinik, harus dilakukan
penyusunan ulang prioritas. Pengkajian klien yang kontinu sangat penting untuk
menentukan status diagnosis keperawatan pada klien. Urutan prioritas yang tepat akan
menjamin pemenuhan kebutuhan klien secara tepat waktu dan efektif.
 Berdasarkan Prioritas Waktu
Berdasarkan prioritas waktu, White (2003) menjelaskan bahwa perencanaan asuhan
keperawatan terjadi dalam tiga fase yaitu,
Awal  :
Perencanaan awal meliputi penyusunan rencana pendahuluan setelah dilakukan pengkajian,
saat klien masuk, dan seleksi awal diagnosis keperawatan. Karena masa perawaatan di rumah
sakit yang semakin singkat, perencanaan awal sangat penting dalam menangani diagnosis
keperawatan dan masalah kolaboratif untuk mempercepat pemecahan masalah.
Sedang berlangsung :
Perencanaan yang sedang berlangsung meliputi pembaruan rencana asuhan keperawatan
klien secaar kontinu. Saat kondisi klien berubah, anda harus melakukan pengkajian informasi
baru dan mengevaluasi status klien.  Selama perencanaan yang sedang berlangsung, anda
terkadang merevisi rencana awal dan selanjutnya menyesuaikan tindakan anda (White, 2003)
Pemulangan :
Perencanaan pemulangan merupakan fase akhir. Fase ini meliputi antisipasi dan persiapan
untuk memenuhi kebutuhan klien setelah dipulangkan (Potter & Perry. (2009).
Fundamental of Nursing 7 th Edition)
2. Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan (kriteria hasil)
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosis keperawatan
dengan kata lain tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai komponen
sebagai berikut:
S (subjek)        : Perilaku pasien yang diamati. 
P (predikat)     : Kondisi yang melengkapi pasien.
K (kriteria)      : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya tujuan.
K (kondisi)      : Sesuatu yang menyebabkan asuahan diberikan.
W (waktu)       : Waktu yang ingin dicapai.
Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran
tentang faktor-faktor yang dpat memberi petunjuk bahwa tujuan telah dicapai dan digunakan
dalam membuat pertimbangan dengan ciri-ciri sebagai berikut: setiap kriteria hasil
berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, hasil yang telah ditetapkan dalam kriteria
hasil memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal spesifik,
harus sekongkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dpat
diukur, hasilnya dapat dilihat, didengar dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan
menggunakan kata negatif.

3.  Penentuan rencana tindakan


Dalam penentuan rencana tindakan terdapat beberapa instruksi tindakan keperawatan yang
merupakan suatu bentuk tindakan yang menunjukan perawatan dan pengobatan khusus,
dimana perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan pada pasien tertentu.
Perawatan dan pengobatan dirancang untuk membantu pencapaian satu atau lebih dari tujuan
perawatan sehingga dapat mengurangi, mencegah atau menghilangkan dari masalah pasien.
(A. Aziz Alimul Hidayat, pengantar konsep dasar keperawatan).
NIC (Nursing Intervention Classification) adalah suatu daftar isi intervensi diagnosa
keperawatan yang menyeluruh dan di kelompokkan berdasarkan label yang mengurai pada
aktifitas yang dibagi menajdi tujuh belas bagian dan tiga puluh kelas. Sistem yang digunakan
dalam berbagai diagnosa keperawatan dan mengatur pelayanan kesehatan. NIC digunakan
perawat pada semua spesialis dan semua area keperawatan (McClockey and Blucheck,
1996).NIC diperkenalkan untuk pertama kali pada tahun 1987 dan menyusul Nursing
Outcomes Classification (NOC) pada tahun 1991. NIC digunakan di semua area keperawatan
dan spesialis. Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik
dan pengetahuan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien mencapai hasil yang
diharapkan. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah yang terbaru mengapa tindakan itu
yang diberikan. Alasan ilmiah yang terbaru mengapa tindakan itu yang diberikan. Alasan
ilmiah dapat merupakan pengetahuan berdasarkan literature, hasil penelitian atau pengalaman
praktik. Rencana tindakan berupa : tindakan konseling atau psikoterapeutik, pendidikan
kesehatan, perawatan mandiri dan aktivitas hidup sehari-hari, terapi modalitas keperawatan,
perawatan berkelanjutan (continuity care), tindakan kolaborasi (terasi somatic dan
psikofarmaka). NOC (Nursing Outcome Classification) adalah proses memberitahukan status
klien setelah dilakukan intervensi keperawatan. Standar kriteria hasil dikembangkan untuk
mengukur hasil dari tindakan keperawatan yang digunakan pada semua area keperawatan dan
semua klien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat). NOC mempunyai tujuh domain
yaitu fungsi kesehatan, fisiologi kesehatan, kesehatan psikososial, pengetahuan dan perilaku
kesehatan, persepsi kesehatan, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat.NOC
menggambarkan respon pasien terhadap tindakan keperawatan. NOC mengevaluasi hasil
pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Standar kriteria hasil pasien
sebagai dasar untuk menjamin keperawatan sebagai partisipan penuh dalam evaluasi klinik
bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain. Klasifikasi berisi 190 kriteria hail yang diberi
label, definisi dan indikator atau ukuran untuk menentukan kriteria hasil yang diterima
(Johnson dan Mass, 1997).
Tipe Tipe rencana keperawatan:
1.Tipe Diagnostik, artinya menilai kemungkinan klien ke arah pencapaian dengan observasi
secara langsung.
2.Tipe terapeutik, menggambarkan tindakan yang dilakukan ners secara langsung untuk
mengurangi, memperbaiki dan mencegah kemungkinan masalah.
3. Tipe Penyuluhan, digunakan untuk meningkatkan perawatan diri pasien dengan membantu
klie untuk memperoleh tingkah laku individu yang mempermudah masalah.
4. Tipe Rujukan, menggambarkan peran ners sebgai koordinator dan manager dalam
perawatan klien dalam anggota tim kesehatan.

D. MACAM -MACAM INTERVENSI KEEPERAWATAN


1. Intervensi Keperawatan Independen:
Tindakan yang dilakukan perawat (nurse initiated intervention).Tindakan ini tidak
membutuhkan arahan dari profesional kesehatan lainnya (Wood, 2003). Sebagai perawat,
Anda bertindak secara independen untuk mewakili klien. Tindakan yang dilakukan oleh
perawat merupakan tindakan otonom yang berdasarkan alasan ilmiah, contohnya: elevasi,
ekstremitas yang mengalami edema, menginformasiakn klien tentang efek samping
pengobatan, atau mengarahkan klien untuk menekan luka saat batuk. Tindakan  ini
bermanfaat bagi klien sesuai dengan diagnosis keperawatan dan tujuan (Bulechek et al.,
2008). Tindakan yang dilakukan oleh perawat tidak membutuhkan pengawasan atau arahan
dari pihak lain. Setiap negara bagian di Amerika serikat telah menyusun Nursing Practice
Art yang mendefinisikan cakupan hukum dari praktik keperawatan. Menurut Nursing
Practice Art, intervensi keperawatan independen mencakup kegiatan harian, edukasi dan
promosi kesehatan, serta konseling.
2.Intervensi Keperawatan Dependen:
Tindakan yang membutuhkan arahan dari dokter atau profesional kesehatan
lainnya. Tindakan ini didasarkan pada respon dokter atau tenaga kesehatan untuk menangani
suatu diagnosis medis. Perawat pelaksana yang bekerja atas persetujuan kolaborasi dengan
dokter atau telah memiliki isensi independen juga dapat menuliskan tindakan ini. Sebagai
perawat Anda melakukan tindakan dengan melaksanakan instruksi tertulis atau lisan dari
penyelenggara independen. Contohnya: adalah pemberian obat, pelaksanaan prosedur invasif,
penggantian balitan, dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.Setiap tindakan yang
diinstruksikan oleh dokter membutuhkan tanggung jawab dan pengetahuan teknik khusus.
Sebagai contoh, saat memberikan kerja fisiologis, dosis normal, efek samping, dan intervensi
keperawatan yang terkait cara kerja atau efek sampingnya. Untuk prosedur invasif, Anda
harus mengetahui pelaksanaan prosedur, keterampilan klinis yang dibutuhkan, hasil yang
diharapakan, dan efek samping yang mungkin terjadi. Anda juga bertanggung jawab atas
persiapan klien dan komunikasi yang tepat. Anda melakukan intervensi keperawatan
dependen dengan pengetahuan yang sesuai dan pertimbangan klinis yang tepat (Wood, 2003).
3. Intervensi Keperawatan Kolaboratif:
Tindakan yang membutuhkan gabungan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian berbagai
profesional layanan kesehatan. Umumnya, saat Anda merencanakan pelayanan bagi klien,
Anda akan meninjau tindakan yang dibutuhkan dan menentukan apakah dibutuhkan
kolaborasi dengan disiplin pelayanan kesehatan lainnya. Pertemuan perawat dengan tim
kesehatan lain akan menghasilkan pemilihan intervensi keperawatan yang saling terkait.Saat
mempersiapkan tindakan yang diinstruksikan oleh dokter atau tindakan kolaboratif, jangan
langsung dilaksanakan, karena perawat harus mempertimbangkan dahulu apakah tindakan
tersebut sesuai untuk klien. Setiap perawat beresiko menerima arahan yang tidak tepat.
Perawat yang memiliki dasar pengetahuan yang kuat dapat mengenali kesalahan tersebut dan
berusaha memperbaikinnya. Kemampuan ini sangat penting saat pemberian obat atau
pelaksanaan prosedur. Kesalahan dapat terjadi saat penulisan instruksi atau saat
memindahkannya ke formulir atau komputer. Klarifikasi suatu arahan merupakan bentuk
praktik keperawatan yang kompeten serta mampu melindungi klien serta anggota tim
kesehatan. Saat Anda melakukan tindakan yang salah, Anda mengemban kesalahan yang
sama dengan pihak yang menuliskan arahan tersebut. Anda secara hukum akan bertanggung
jawab atas komplikasi yang dapat terjadi akibat kesalahan tersebut.
Sumber: (Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition)

E.LANGKAH-LANGKAH INTERVENSI
Berikut langkah – langkah dalam pembuatan intervensi :
 Beri tanggal dan tanda tangan rencana.Tanggal penulisan rencana penting untuk evaluasi,
tinjauan dan rencana  yang akan datang. Tanda tangan perawat menunjukkan tanggung
gugat terhadap pasien dan terhadap profesi keperawatan karena keefektifan tindakan
keperawatan dapat dievaluasi.
 Gunakan  judul katogori  “Intervensi Keperawatan” dan sertakan tanggal evaluasi pada tiap
tujuan.
 Gunakan simbol medis atau bahasa baku dan kata kunci, bukan kalimat lengkap untuk
menyampaikan ide anda.Misalnya, tulis “Ubah posisi dan perbaiki posisi q2h” bukan “Ubah
posisi dan  perbaiki posisi pasien setiap 2 jam”.
 Spesifik, Perawat kini bekerja dalam sif dengan lama waktu yang berbeda, sebagian bekerja
dalam sif 12 jam dan dalam sif 8 jam,sehingga penting untuk menyebutkan dengan spesifik
waktu intervensi diharapkan.
 Rujuk ke buku prosedur atau sumber informasi lain, bukan mencantumkan semua langkah
pada rencana tertulis.Misalnya “Lihat buku prosedur unit untuk perawatan trakeostomi”.
 Sesuaikan rencana dengan karakteristik unit pasien dengan memastikan bahwa pilihan pasien,
seperti pilihan tentang waktu perawatan dan metode yang digunakan, dicantumkan.
 Pastikan bahwa rencana keperawatan menggabungkan aspek pencegahan dan pemeliharaan
kesehatan serta aspek pemulihan.
 Pastikan bahwa rencana berisi intervensi untuk pengkajian pasien yang bersinambungan
(Misal, inspeksi insisi q8h).
 Sertakan aktivitas kolaboratif dan kordinasi dalam rencana.Misalnya, perawat dapat menulis
program untuk menanyakan ahli gizi atau ahli terapi fisik tentang aspek khusus perawatan
pasien.
 Sertakan rencana pemulangan pasien dan kebutuhan perawatan di rumah.
Perawat perlu melakukan konsultasi dan membuat pengaturan bersama perawatan komunitas,
petugas dinas sosial, dan lembaga khusus yang menyediakan informasi dan peralatan
yang diperlukan pasien.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tahap perencanaan dalam keperawatan ini
sangat penting, hal ini dilakukan agar proses keperawatan dapat dicapai sesuai apa yang
diharapkan. Rencana keperawatan yang akan disusun harus mempunyai beberapa komponen,
yaitu prioritas masalah, kriteria hasil, rencana intervensi, dan pendokumentasi. Komponen-
komponen tersebut sangat membantu pada proses evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
yang telah diimplementasikan.

Anda mungkin juga menyukai