A. Latar Belakang
Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan
asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi
kedua belah pihak yaitu perawat dan pasien.Sebagai seorang perawat proses
keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah
pasien,dapat menunjukkan profesi yang memiliki profesionalitas yang
tinggi,serta dapat memberikan kebebasan kepada pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya,sehingga dapat dirasakan
manfaatnya baik dari perawat maupun pasien.Manfaat tersebut antara lain
dapat meningkatkan kemandirian pada perawat dalam melaksanakan tugasnya
karena didalam proses keperawatan terdapat metode ilmiah keperawatan yang
berupa langkah – langkah proses keperawatan.
Dengan proses keperawatan,rasa tanggung jawab dan tanggung gugat
bagi perawat itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan –
tindakan yang merugikan atau menghindari adanya tindakan yang legal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Rencana Keperawatan
2. Apa pengertian Implementasi Keperawatan
3. Apa pengertian Evaluasi Keperawatan
4. Bagaimana langkah-langkah rencana keperawatan
5. Mengapa Rencana keperawatan itu penting
6. Apa saja komponen rencana keperawatan yang harus di dokumentasikan
7. Bagaimana pengaplikasikan rencana keperawatan
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Rencana keperawatan, Implementasi
Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penyusunan rencana
keperawatan
3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus di dokumentasikan
4. Untuk mengetahui pentingnya penerapan rencana keperawatan
5. Untuk mampu menerapkan langkah-langkah tahapan rencana
keperawatan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Rencana Keperawatan
Banyak para ahli menulis pengertian perencanaan keperawatan, antara
lain sebagai berikut :
a. Hunt Jennifer dan Mark
Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang ada tentang
intervensi rencana keperawatan.
b. Mayer
Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis dan
identifikasi masalah, penentuan tujuan, dan identifikasi masalah,
penentuan tujuan, dan pelaksanaan serta cara-cara atau strategi.
c. Lu Verne Wolff, RN, dkk (1998)
Rencana asuhan keperawatan adalah tindakan yang dilakukan ketika
memberi asuhan keperawatan kepada seseorang.
d. Pusdiklat Depkes (DJJ Keperawatan, 1997)
Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
e. Lismidar H., SKM (1989)
Perencanaan keperawatan adalah menentukan prioritas, menulis
tujuan, dan merencanakan tindakan keperawatan.
f. Zaidin Ali, SKM, MBA, MM (1989)
Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan
penentuan langkahlangkah pemecahan masalah dan prioritasnya,
perumusan tujuan, rencana tindakan, dan penilaian asuhan
keperawatan pada pasien berdasarkan analisis data dan diagnosis
keperawatan.
4
2. Implementasi Keperawatan
a. Implementasi Keperawatan adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan
b. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah di rencanakan oleh perawat untuk dikerjakan dakam
rangka membantu pasien untuk mencegah, mengurangi,
menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Zaidin Ali,2014)
c. Implementasi keperawatan adalah katagori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan (Potter & Perry 1997,dalam Haryono, 2007)
d. Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 2011)
3. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi (Wilkinson,2007) adalah suatu aktivitas yang direncanakan,
terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana pasien, keluarga dan
perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya menentukan :
1) Kemajuan pasien terhadap outcome yang di capai
2) Keefektifan dari rencana asuhan keperawatan
b. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah di
tetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan
mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan
(Mubarak, dkk, 2011)
5
B. Mengapa Rencana Keperawatan penting
Rencana keperawatan merupakan suatu kesatuan dari proses keperawatan
dimana suatu cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien
dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan
pengkajian, menentukan diagnose keperawatan, merencanakan tindakan,
melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan
berfokus pada pasien, berorientasi pada tujuan, serta setiap tahap saling
terjadi ketergantungan dan berhubungan.
C. Komponen Rencana Keperawatan yang harus terdokumentasi
1. Kriteria hasil keperawatan yang menggambarkan respon pasien terhadap
tindakan keperawatan mengacu kepada Nursing outcome classification
(NOC) yang merupakan bahasa standar yang diakui oleh America
Nursing Association (ANA)
2. Perencanaan keperawatan merupakan inti / pokok dari proses
keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang
memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,
termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan
keperawatan. Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan perlu
keterlibatan pasien, keluarga dan orang terdekat untuk memaksimalkan
perencanaan tindakan keperawatan tersebut.
Standar klasifikasi keperawatan untuk perilaku spesifik yang di harapkan
dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat
mengacu kepada Nursinginterventions classification (NIC)
D. Langkah-langkah Merumuskan Rencana Keperawatan
1. Menentukan Prioritas Masalah
Penetapan prioritas adalah penyusunan urutan diagnosis
keperawatan/masalah pasien dengan menggunakan tingkat kepentingan
untuk memperoleh tahapan intervensi keperawatan yang dibutuhkan
(Hendry dan Walker, 2004). Bersama pasien, anda akan memilih
prioritas berdasarkan kedaruratan masalah, keselamatan dan keinginan
pasien, sifat terapi dan hubungan anatar-diagnosis.Berdasarkan
kepentingannya, prioritas dapat dikategorikan menjadi :
6
a. Prioritas Tinggi : prioritas yang mencerminkan situasi yang
mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan
tindakan terlebih dahulu
b. Prioritas Sedang : prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak
gawat dan tidak mengancam kehidupan pasien
c. Prioritas Rendah : prioritas yang menggambarkan situasi yang tidak
berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang
secara spesifik.
2. Menuliskan Kriteria Evaluasi (Hasil) / (Outcomes)
Tujuan pasien dan tujuan keperawatan adalah standar atau ukuran
yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan pasien atau keterampilan
perawat. Tujuan pasien seperti halnya semua komponen proses
perencanaan asuhan bersifat dinamis, oleh karena itu tujuan pasien dapat
berubah dengan cepat. Pernyataan tujuan pasien yang spesifik dan
indivisual merupakan hal yang penting digunakan untuk mengevaluasi
respon pasien terhadap perawatan dan mengevaluasi keberhasilan
rencana tindakan.
a. Tujuan pasien
Tujuan pasien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu
perilaku pasien, keluarga atau kelompok yang dapat diukur setelah
intervensi keperawatan diberikan. Tujuan berpusat pasa pasien
merupakan perilaku atau respon spesifik atau terukur yang
menggambarkan tingkat kemungkinan tertinggi dari kesejahteraan
dan kemandirian pasien.
b. Tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan digunakan sebagai petunjuk untuk memilih
intervensi keperawatan dan kriteria dalam evaluasi intervensi
keperawatan. Maksud penulisan tujuan dan hasil yaitu :
Memberikan arahan untuk intervensi keperawatan yang
individual,
Hasil dan tujuan digunakan untuk menentukan keefektifan
intervensi.
7
Tujuan memiliki batas waktu. Batasan ini bergantung pada sifat
masalah, etiologi, kondisi keseluruhan pasien dan lingkungan.
1) Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang merupakan perilaku atau respon
pasien yang diharapkan dalam waktu yang lebih lama, biasanya
beberapa minggu atau bulan. Tujuan jangka panjang ini
mengarah pada pasien yang mengalami perubahan respon
fisiologis dan psikologis, mencapai keterampilan psikomotorik,
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan,
pernyataan tersebut menggambarkan hasil pasien yang
digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi kemajuan pasien.
Sifat tujuan jangka panjang bergantung pada diagnosa
keperawatan yang mencerminkan pemulihan, pemeliharaan atau
peningkatan kesehatan.
2) Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek merupakan perilaku atau respon
pasien yang diharapkan dalam jangka waktu pendek, biasanya
dalam 1 minggu. Sasaran diharapkan tercapai dalam periode
waktu yang singkat sehingga pelayanan kesehatan saat ini dalam
merawat lebih singkat, diarahkan untuk rencana perawatan yang
mendesak.
Tujuan jangka pendek sifatnya lebih segera dsan biasanya dapat
dicapai ketika pasien berada dalam pelayanan asuhan langsung
di pelayanan kesehatan. Tujuan jangka pendek menguraikan
maksud dari hasil tindakan tertentu, bukan prosesdari tindakan
tersebut, (Mager,1994). Biasanya diperlukan 3 sampai 6 tujuan
jangka pendek untuk setiap tujuan jangka panjang.
Tiga alasan penyusunan jangka pendek:
a) Tujuan jangka pendek memberikan arahan untuk memilih
atau merancang strategi dan intervensi keperawatan.
8
b) Tujuan jangka pendek dinyatakan dengan tepat menyiratkan
isi, kemungkinan materi yang diperlukan dan metode
strategi atau intervensi.
c) Tujuan jangka pendek memberikan cara bagi perawat dan
pasien untuk mengorganisasi upaya, oleh karena itu tujuan
jangka pendek merupakan alat yang sangat berguna dalam
mendesain, menerapkan dan mengevaluasi asuhan pasien.
3) Tujuan yang ingin dicapai saat pasien pulang dari rumah sakit
Pedoman penulisan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan SMART :
a. Spesific (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
Tujuan dan hasil difokuskan kepada pasien yang mencerminkan
perilakudan respon pasien yang diperkirakan sebagai hasil dari
intervensi keperawatan.
b. Measureable (tujuan dapat di ukur khususnya perilaku pasien yang
dapat dilihat, diraba, dirasakan dan dibau). Outcome yang diukur dan
di observasi meliputi pertanyaan "apa" dan "sejauh mana". Melalui
pengamatan perubahan dapat diamati dalam temuan fisiologis,
tingkat pengetahuan pasien dan perilaku.
c. Achieveble (tujuan harus dapat dicapai) Tujuan dan hasil yang
disebutkan dalam istilah yang dapat diukur memungkinkan perawat
menilai secara objektif perubahan status pasien. Hasil yang
diharapkan, ditulis perawat, sebagai standar mengukur respon pasien
terhadap asuhan keperawatan.
d. Reasonable / Realistic (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah) Tujuan dan hasil diharapkan singkat dan realistis
dengan cepat memberikan pasien dan perawat suatu rasa pencapaian.
e. Time (batasan waktu atau tujuan keperawatan)
Hal ini membantu perawat dan pasien dalam menentukan kemajuan
dengan kecepatan yang jelas. Ketika tiba mengevaluasi, perawat
mengkaji pasien untuk menentukan hasil tertentu telah tercapai atau
belum. Jika hasil yang diharapkan tidak tercapai tetapi masih sesuai
9
untuk perawatan pasien, maka ditetapkan tanggal evaluasi lebih
lanjut.
3. Memilih rencana / intervensi keperawatan Tipe intervensi :
a. Intervensi perawat
Adalah respon perawat terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan
diagnosa keperawatan pasien. Kegiatan berhubungan dengan
promosi kesehatan, mempertahankan atau menjaga kesehatan pasien.
Tipe intervensi ini dikategorikan menjadi tiga yaitu 1) Dependen 2)
Interdependen dan 3) Independen. Intervensi ini tidak membutuhkan
supervisi atau arahan orang lain, instruksi dokter atau profesi
lainnya. Intervensi mencakup aktivitas kehidupan sehari- hari
(ADL), penyuluhan kesehatan, promosi kesehatan dan konseling.
b. Intervensi Dokter
Adalah respon dokter terhadap diagnosa medis dan perawat
menyelesaikan instruksi tertulis dokter. Intervensi tidak selalu berada
dalam praktik legal keperawatan tetapi intervensi tersebut berada
dalam praktik keperawatan, bagi perawat untuk menyelesaikan
instruksi tersebut. Contoh intervensi : medikasi, implementasi
prosedur invasif, mengganti balutan dan mempersiapkan
pemeriksaan diagnostik. Setiap intervensi dokter membutuhkan
tanggung jawab spesifik dan pengetahuan keperawatan teknik
spesifik.
c. Intervensi Kolaboratif
Adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan
keahlian khusus dari berbagai profesional keperwatan kesehatan.
Strategi Keperawatan
Bagian terpenting dari komponen perencanaan adalah
pemilihan strategi. Strategi adalah keseluruhan metode atau
pendekatan yang memberikan panduan untuk melaksanakan
intrvensi individu. Ketika memilih strategi, perawat
mempertimbangkan kekuatan pasien seperti kemampuan
memecahkan masalah dan berkomunikasi; keterbatasan pasien,
10
seperti masalah kesehatan; dan sumber internal dsn eksternal seperti
pola koping dan dukungan dari anggota keluarga. Strategi yang
dibahas seperti
1) Belajar mengajar,
2) Pemecahan masalah
3) Penggunaan diri secara terpeutik
4) Kepedulian
5) Manajemen stress
6) Modifikasi perilaku
7) Membuat kontrak
8) Proses kelompok dan
9) Prinsip -prinsip praktik keperawatan
Intervensi keperawatan
Adalah tindakan yang dirancang untuk membantu pasien
dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ketingkat yang
diinginkan sesuai hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Intervensi
keperawatan mewakili fungsi dependen perawat professional dengan
menguraikan perilaku perawat, pasien dan orang terdekat untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Intervensi keperawatan
berhubungan langsung dengan kriteria hasil tertentu dan area isi
yang berhubungan.
Perawat menggunakan keterampilan untuk mengambil
keputusan terhadap pertimbangan, penilaian dan pilihan untuk
menentukan intervensi keperawatan mana yang paling mungkin
dapat mencapai hasil yang diinginkan.Baik sendiri atau perawat lain
dan anggota tim kesehatan lain, perawat mempertimbangkan pilihan
yang tersedia dengan menggunakan pengetahuan praktik
keperawatan dan disiplin lain.
11
Pedoman intervensi keperawatan
1) Intervensi keperawatan sesuai dengan masing-masing hasil dan
strateginya.
Sifat tujuan jangka panjang dan tujuan jangka prndek
menentukan sifat intrvensi. Intervensi mencerminkan
pemeliharaan, peningkata dan pemulihan kesehatan, yang
bergantung pada fokus dari hasil yang diinginkan.
Jumlah intervensi keperawatan yang adekuat diperlukan untuk
mencapai tujuan jangka pendek. Biasanya cukup dua atau enam
intervensi. Untuk menentukan "adekuasi" ditanyakan apakah
tindakan dalam intervensi keperawatan dapat mencapai hasil
tersebut.
2) Prinsip ilmiah dan praktik memberikan rasionalisasi untuk
intervensi
Perawat perlu mempunyai pengetahuan ilmiah untuk
membenarkan / memberikan rasionalisasi intervensi
keperawatan.
Terdapat 2 tipe rasionalisasi untuk intervensi keperawatan.
a) Berorientasi pada strategi
Intervensi keperawatan yang berorientasi pada strategi,
mencerminkan prinsip, pedoman, langkah, aturan, dan
konsep strategi.
b) Berorientasi pada isi
Intervensi keperawatan yang berorientasi pada isi : mengacu
pada topik atau fokus dari kriteria hasil.
12
E. Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN DIAGNOSA
MEDIS SNH DI LANTAI 3 RS SURYA HUSADHA
TANGGAL 13-15 DESEMBER 2019
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama : Tn. N
Umur : 50 Tahun
Agama : Hindu
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Bali, Indonesia
Alamat : Sesetan, Denpasar
Tanggal MRS : 13 Desember 2019
Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2019
No. Register : 146758
Diagnosa Medis : SNH
13
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Saat masuk rumah sakit : px mengalami penurunan kesadaran, lemah
separuh badan kiri, bicara pelo
Saat pengkajian : px mengatakan merasa lemas terutama
pada bagian kiri badan dan merasa pusing
Riwayat Penyakit Sekarang
keluarga px mengatakan px mengalami penurunan kesadaran Dan lemah
separuh tubuh pada bagian kiri, px mengalami lemah separuh tubuh sejak ±12
jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan px belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya px
biasanya hanya sakit panas saja dan px tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga px mengatakn keluarganya tidak ada yang menderita stroke dan
hipertensi
Genogram
Keterangan:
=Laki-laki meninggal
=Perempuan
meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Tinggal serumah
= Perkawinan
= Keturunan
14
Riwayat Sosiokultural
Keluarga px mengatakan sakit pada Tn. N merupakan sakit yang diakibatkan
bukan karena santet atau hal-hal magis, sakit yang diderita px murni
diakibatkan karena penyakit atau merupakan sakit medis, jika keluarganya
sakit maka akan langsung dibawa ke puskesmas stau praktek dokter
15
Saat sakit
Pasien BAK 5x sehari (±1250 cc) warna kuning, bau khas urine,
jernih
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit
Keluarga pasien mengatakan aktivitas dilakukan secara mandiri
Saat sakit
Keluarga px mengatakan aktivitas dan personal hygienenya
dibantu oleh perawan ataupun keluarga
e. Pola Kognitif dan Persepsi
Sebelum sakit
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki masalah mengenai
persepsi dan konsep diri
Saat sakit
Pasien tidak kooperatif, keluarga ingin px cepat sembuh dan bisa
berkumpul lagi dengan keluarga
f. Pola Persepsi-Konsep Diri
Citra tubuh : keluarga px mengatakan px menyukai semua
anggota tubuhnya
Identitas : keluarga px mengatakan px mampu menyebutkan
nama, umur, dan alamat dengan benar
Peran : keluarga pasien mengatakan berperan sebagai ayah
dan kakek
Ideal diri : keluarga px mengatakan px ingin cepat sembuh
dan bisa berkumpul lagi
Harga diri : keluarga px mengatakan px tidak malu dengan
kondisinya sekarang
g. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit
Keluarga px mengatakn px biasa tidur pada siang hari ±2 jam dan
pada malam hari ± 8 jam pada jam 21.00 wita- 05.00 wita dengan
kualitas tidur nyenyak
16
Saat sakit
Keluarga px mengatakan px susah tidur dan sering terbangun
h. Pola Peran-Hubungan
Sebelum sakit
Keluarga px mengatakan px berperan sebagai seorang ibu dan
nenek
Saat sakit
Px tidak bisa menjalankan perannya
i. Pola Seksual-Reproduksi
Keluarga px mengatakan px berjenis kelamin perempuan, sudah menikah
dan memiliki 3 orang anak
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Sebelum sakit
Keluarga px mengatakan jika ada masalah px selalu
menceritakannya dengan anggota keluarganya
Saat sakit
Keluarga px mengatakan px sabar dan tabah menghadapi
penyakitnya
k. Pola Nilai Kepercayaan
Sebelum sakit
Keluarga px mengatakan selalu bersembahyang dirumah, px
beragama hindu
Saat sakit
Keluarga px mengatakan px tidak bisa melakukan
persembahyangan dan hanya bisa bersembahyang dalam hati
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik
Tingkat Kesadaran : komposmetis
GCS (Glassalow Coma Scale ) : E : 4, M : 5, V : 6
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 130/80 mm/Hg RR : 22x/mnt, N : 86x/mnt, S : 37,2 °C
17
c. Kepala :
Inspeksi
Bentuk kepala normochepali, rambut pendek, warna putih,
persebaran rambut merata
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan atau massa
d. Mata
Inspeksi
Bentuk simetris, konjungtiva ananemis, sclera anikterik, pupil
isokor, tidak ada strabismus dan nigtagmus, tidak ada racoon eyes
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada TIO (tekanan intra okuler)
e. Hidung
Inspeksi
Hidung simetris, persebaran bulu hidung merata, tidak ada
pernapasan cuping hidung, terpasang selang cannul di bagian
hidung
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan massa
f. Telinga
Inspeksi
Tidak terdapat penumpukan serumen, tidak menggunakan alat
bantu dengar dan telinga simetris
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan di tulang kartilago, mastoid dan tragus tidak
ada massa
g. Mulut
Inspeksi
Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, persebaran gigi merata,
tidak ada karies gigi
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
18
h. Leher
Inspeksi
Leher terlihat simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi
Tidak ada pembesaran pena jugularis saat ditekan, tidak ada nyeri
tekan pada kelenjar tiroid
i. Dada dan Punggung
Inspeksi
Bentuk dada normochest, pengembangan dada simetris
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi
Perkusi
Paru: sonor, jantung: dullnes
Auskultasi
Paru: vesikuler, tidak ada suara tambahan, jantung s1 s2 tunggal,
regular
j. Abdomen
Inspeksi
Umbilicus bersih, tidak ada asites, tidak ada lesi
Auskultasi
Bising usus 10x/mnt
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Suara tympani
k. Ekstremitas
Atas
Bentuk simetris, terpasang infus pada tangan kanan, crt < 2 detik,
turgor kulit tidak elastic
19
Bawah
Bentuk simetris, CRT< 2 detik, turgor kulit tidak elastis, tidak ada
edema,
Palpasi
palpasi akral hangat, tidak ada nyeri tekan, tonus otot 5555 2222
5555 2222
l. Genetalia
Tidak terkaji
m. Anus
Tidak terkaji
5. Data Penunjang
Kimia darah tgl 23-2-2015 jam: 01.29 wita
Ureum 26 mg/dl 10-50
Creatin 0,9 mg/dl 0,6-1,2
Bs sewaktu 139 mg/dl 80-200
20
RDW-SD 44.2 fL 37.0-54.0
RDW-CV 13.7 % 11.5-14.5
6. Therapy
B. ANALISA DATA
Masalah
No
Data Etiologi Kolaboratif/
.
Keperawatan
1 Ds: px mengeluh merasa Thrombus, Ketidakefektifan
lemas pada tubuh bagian embolisme, iskemia perfusi jaringan
kiri dan merasa pusing serebral
Arterosklerosis
Do: px terlihat lemas
separuh badan pada Terbentuknya plak
ekstremitas kiri pada diding arteri
Ttv : TD : 130/80 mmhg
S : 37,20c Menjadi thrombus
N : 86x/mnt
RR : 22x/mnt Thrombus serebral
Pembuluh darah di
otot okulasi
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
21
2 Ds: px mengeluh lemas Hambatan
Do: px tampak berbaring, Gangguan control mobilitas fisik
aktivitas fisik dibantu master volunteer
orang lain, kekuatan otot
Kerusakan pada tonus
5555 2222 motor
Hemiparesis dan
hemiplegia
Hambatan mobilitas
fisik
3 Ds: - Kerusakan
Do: suara px pelo saat komunikasi
diajak bicara Kerusakan fungsi otak verbal
Gangguan
neuromuskuler parsial
Kelemahan system
muskuloskelet fasial
Hemiparesis
atoksik/disatria
(gangguan bicara)
Kehilangan
kemampuan
komunikasi verbal
Kerusakan
komunikasi verbal
22
mengatakan luka pada
pantat px baru terlihan Pada neuron motoric
dari kemarin
Kehilangan control
Do: terdapat luka pada volunteer terhadap
pantat px dengan lebar 2 gerak motoric
cm jenis luka bersih
Hemiplegia
Kerusakan integritas
kulit
C. PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Ketidakefektifan Setelah diberikan 1. Beri posisi dengan 1. Perfusi serebral
23
1 perfusi jaringan ASKEP selama 3 kepala ditinggikan
b/d terputusnya x 24 jam 15-300
aliran darah d/d diharapkan 2. Memonitor dan 2. Mengetahui
px mengeluh perfusi jaringan catat status tingkat kesadran
pusing dan otak optimal neurologis secara
lemas pada dengan KH: teratur
tubuh bagian TIK normal 3. Monitor ttv 3. Untuk
kiri Tingkat mengetahui k.u
kesadaran px px
membaik 4. Pertahankan tirah 4. Stimulasi yg
(GCS ≥13) baring continue dapat
Fungsi meningkatkan
motoric, TIK
kognitif dan 5. Hindari cara 5. Cara maneuver
memori maneuver seperti dapat
membaik batuk mengijan meningkatkan
Ttv dalam TIK
batas normal memperbesar
resiko
pendarahan
6. Berikan suplay 02 6. Menurunkan
sesuai indikasi hipoksia yg
menyebabkan
vasodilatasi
serebral dan
tekanan
meningkat dan
terbentuknya
edema
7. Berikan medikasi 7. Meningkatkan
sesuai indikasi darah serebral
antihipertensi mencegah
vasodilator bekuan karena
perifer, steroid embolus,
thrombus
24
pada 3 x 24 jam peningkatan dalam
neurotransmitter diharapkan px kekuatan tonus melakukan
dan mampu otot aktivitas
neuromuscular, melakukan 2. Ubah posisi px 2. Penurunan
hemiparesis, aktivitas fisik tiap 2jam resiko terjadinya
hemiplegia d/d sesuai dengan iskemia jaringan
px mengeluh kemampuan 3. Ajarkan 3. Gerak aktif
lemas, px dengan KH: melakukan memberikan
tampak Px ikut serta gerakan aktif pada masa tonus
berbaring di dalam program ektremitas dankekuatan otot
bed, aktivitas latihan yangtidak stabil
fisik dibantu Tidak terjadi 4. Latihan gerak 4. Otot volunteer
orang lain kontraktur pasif pada akan kehilangan
sendi ektremitas yang tonus dan
Kekuatan otot sakit kekuatan apabila
meningkat tidak dilatih
5555 5555 5. Kolaborasi 5. Meningkatkan
5555 5555 dengan ahli kemampuan
fisioterapi untuk dalam mobilisasi
latihan fisik px ektremitas dapat
ditingkatkan
dengan latihan
fisik dari tim
fisioterapi
25
Px mampu berkomunikasi komunikasi yang
merespon dengan px efektif
setiap 5. Hargai 5. Memberi
berkomunikasi kemampuam px semangat pada
secara verbal dalam px agar lebih
maupun isyarat berkomunikasi sering
melakukan
komunikasi
6. Kolaborasi 6. Melatih px
dengan fisioterapi belajar secara
untuk latihan mandiri dengan
bicara baik dan benar
26
1 Mengobservasi TTV Ds: px mengeluh
Jumat lemas, kaku pada
13-12-2019 leher
21.00 wita Do: TD : 110/70
mmhg
N : 84x/mnt
S : 370c
RR : 20x/mnt
22.00 wita 1,2 Memberikan posisi Ds: px mengatakan
yang nyaman (semi nyaman
fowler) Do: px diberikan
posisi semifowler 350
27
Sabtu 1 Mengobservasi TTV Ds:-
14/12/2019 Do: TD: 100/70
07.30 wita mmhg, N: 80x/mnt,
S: 36,500c, RR:
22x/mnt
28
14.00 wita 2,4 Merubah posisi px Ds: px menyatakan
dari miring kanan ke nyaman
kiri Do: posisi telah
dirubah dari miring
kanan ke kiri
29
23.00 wita 1 Delegatif pemberian Ds:-
obat citicolin 250 mg Do: obat masuk
melalui iv/set
30
E. EVALUASI
No Hari/Tgl No.Dx Evaluasi Ttd
1 Minggu 1 S : px mengatakan merasa sedikit
15-12- pusing, px mengatakan masih merasa
2019 lemas pada tubuh bagian kiri
P : lanjutkan intervensi
2 Minggu 2 S : px mengatakan merasa nyaman, px
15-12- mengatakan masih merasa lemas pada
2019 tubuh bagian kiri
O : px terlihat lemas
P : lanjutkan intervensi
3 Minggu 3 S : keluarga px mengatakan akan
15-12- mengikuti anjuran dari perawat
2019
O: keluarga px kooperatif dan
antusias
A : Masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya maka dapat di tarik
kesimpulan bahwa rencana keperawatan sangat menentukan kelanjutan dari
proses keperawatan sehingga mutu asuhan keperawatan dapat di pertanggung
jawabkan.
B. Saran
Bagi para pembaca makalah ini kiranya dapat memberikan saran / kritik
serta masukan yang berarti bagi perbaikan selanjutnya, agar makalah ini
menjadi makalah yang lebih baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
33