Budidaya Pala PDF
Budidaya Pala PDF
1
DAFTAR ISI
Halaman
2
DAFTAR TABEL
Halaman
3
BUDIDAYA TANAMAN PALA
I. PENDAHULUAN
sudah terkenal sebagai tanaman rempah sejak abad ke 18. Sampai saat ini Indonesia
merupakan produsen pala terbesar dunia (70 – 75 %). Negara produsen lainnya
Malaysia.
yaitu sekitar 98.84%, dengan pola budidaya ektensif jarang dipelihara. Luas areal
pertanaman pala di Indonesia pada tahun 1996 mencapai 60.735 ha menurun menjadi
43.873 ha tahun 2000. Produksi tahun 2000 sekitar 7.587 ton, produktivitas tahun
1999 mencapai 482.8 kg/ha dengan total produksi sekitar 19.163 ton ( BPS, 2000).
Hasil yang diambil dari pala yang diperdagangkan di pasaran dunia adalah biji, fuli,
dan minyak atsiri serta daging buah yang digunakan untuk industri makanan di dalam
negeri. Biji dan fuli digunakan dalam industri pengawetan ikan, pembuatan sosis,
makanan kaleng dan sebagai adonan kue, karena minyak atsiri dan lemak yang
dikandungnya memberikan aroma merangsang nafsu makan. Minyak pala dari hasil
dsb.
Ekspor pala Indonesia tahun 1995 mencapai 2.976 ton dengan nilai 5.197.590
US $, sedangkan fulinya 1.63 ton dengan nilai 10.011.433 US $. ( BPS, 1995). Pada
tahun 2000, nilai ekspor mencapai 10.000 ton dengan nilai 39.000.000 US $ (BPS,
2000). Harga pala Indonesia di pasar dunia saat ini masih lebih rendah dibanding pala
Grenada, hal ini diduga karena mutu yang kurang baik dan tidak dikuasainya sistem
4
perdagangan luar negeri, meskipun pala Indonesia diketahui mempunyai aroma yang
lebih baik.
II. BOTANI
Maluku merupakan pusat asal tanaman pala dengan keragaman yang tinggi
(Deinum, 1949). Tanaman ini termasuk salah satu tanaman rempah-rempah yang
menjadi rebutan bangsa-bangsa yang datang ke Indonesia, antara lain bangsa Portugis
tahun 1511. Biji dan fulinya dibawa ke daratan Eropa dan dijual dengan harga yang
sangat mahal. Harga yang tinggi ini merupakan perangsang bagi bangsa-bangsa lain
segala macam usaha luas areal tanaman ini dibatasi, tahun 1627 penduduk dilarang
menanam tanaman selain daripada yang ditetapkan oleh V.O.C dan yang sudah tua
Sangir Talaud, Sumatra Barat dan Bengkulu tahun 1748, kemudian menyusul di Jawa,
Aceh, dan Lampung. Pada zaman kekuasaan Inggris, tanaman ini disebarkan pada
beberapa daerah jajahannya tetapi tidak berhasil baik. Di Malaya dikalahkan oleh
karet, di pulau kecil India Barat (Grenada) dapat berhasil baik, sehingga daerah ini
Klas : Angiospermae
5
Ordo : Ramales
Family : Myristicaceae
Genus : Miristica
Famili Myristicaceae hanya memiliki satu genus dengan ± 200 species yang
tersebar di daerah tropis (Ridley, 1912). Beberapa species pala yang memiliki arti
ekonomi penting dan khususnya berfungsi sebagai rempah-rempah, obat atau minyak
atsiri. Menurut Heyne (1927), Hadad dan Hamid (1990), Hadad (1991) terdapat 8
jenis pala yang ditemukan di Maluku yaitu : (1) Myristica succedawa BL., jenis ini di
Ternate disebut Pala Patani., (2) M. speciosa Warb, dikenal dengan nama Pala Bacan
atau pala Hutan, (3) M. schefferi Warb dikenal dengan nama pala Onin atau
Gosoriwonin, (4) M. fragrans Houtt dikenal dengan nama Pala Banda , (5) M. fatua
Houtt dikenal dengan nama laki-laki, pala Fuker (Banda) atau pala Hutan (Ambon),
(6) M. argantea Warb dikenal dengan nama Pala Irian atau Pala Papua, (7) M. tingens
BL. dikenal dengan nama Pala Tertia dan (8) M. sylvetris Houtt dikenal dengan nama
Pala Burung atau Pala Mendaya (Bacan) atau Pala Anan (Ternate). Hasil eksplorasi
dari berbagai daerah dan sentra produksi pala di kepulauan Maluku, Irian Jaya dan
Sulawesi Utara, telah terkumpul 430 nomor aksesi (Hadad et al, 1996). Dari nomor-
secara genetik belum diketahui dengan pasti dan saat ini penelitian DNA molekuler,
Jenis M. fragrans disebut juga sebagai pala asli atau nutmeg tree dan berasal
dari Pulau Banda (Deinum, 1949). Pala jenis inilah yang umum dibudidayakan di
Indonesia, India, Grenada dan Malaysia sebab kualitas biji dan fulinya adalah yang
terbaik (Heyne, 1927). Pala yang dikembangkan di Sulawesi Utara juga sebagian
6
berasal dari P.Banda walaupun demikian kualitasnya tidak sebaik pala Banda yang
dihasilkan dari P.Banda (Deinum, 1949). Penampilan pala Banda antara lain : Bentuk
percabangan teratur, daunnya kecil sampai sedang, buahnya bulat. Biji besar dan
fulinya tebal dan keduanya berkualitas baik, tebal dan harum khas pala (Hadad dan
Syakir, 1992).
Jenis pala M. argantea atau disebut juga dengan pala Papua memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : Bentuk pohon bulat, tinggi, besar dan rimbun. Percabangan tidak
teratur. Daunnya ebal dan lebar. Ciri khas yang paling menonjol adalah bentuk
buahnya lonjong dan besar. Daging buah yang tebal dan besar cocok untuk bahan
Melihat keragaan pohonnya, pala jenis ini cocok sebagai pohon pelindung dan
penghijauan.
Jenis pala M. speciosa atau dikenal dengan nama pala Hutan. Bentuk
pohonnya bulat dan rimbun, percabangan tidak teratur dan daunnya lebar dan agak
tipis. Ciri khasnya adalah buah dan bijinya terkecil sebesar biji kacang tanah dengan
fulinya yang paling tipis. Pala jenis ini hanya cocok sebagai pohon pelindung dan
penghijauan.
Maluku Utara, bentuk pohon piramidal sampai lonjong, bentuk buahnya agak lonjong
sedangkan bijinya bulat sampai lonjong dan fulinya agak tebal. Kualitas biji dan
Diskripsi tanaman pala menurut Ochse (1931); Hadad dan Hamid (1990);
Hadad (1991) adalah sebagai berikut : Bentuk pohon pala, berpenampilan indah tinggi
relatif teratur. Dedaunan yang rapat dengan letak daun yang berselang seling secara
7
teratur. Daunnya berwarna hijau mengkilap dan gelap, panjang 5 – 14 cm dengan
akan berbelah dua, diameter 3-9 cm. Daging buahnya/pericarp tebal dan rasanya
asam. Biji berbentuk bulat sampai lonjong, panjangnya 1.5-4.5 cm dengan lebar 1-2.5
cm. Warnanya coklat dan mengkilap pada bagian luarnya. Kernel bijinya berwarna
keputih-putihan. Fulinya merah gelap dan ada pula yang putih kekuning-kuningan
dan membungkus biji menyerupai jala yang tebal dan ada yang tipis.
,menyatakan bahwa dari 430 aksesi tanaman pala yang ditanam diketahui ada dua
pohon yang mempunyai tingkat produksi yang paling tinggi yaitu jenis pala banda
nomor 11 dan jenis pala patani nomor 33. (diskripsi kedua tanaman tersebut
terlampir).
Pala merupakan tanaman berumah dua ( dioecious) dimana bunga jantan dan
menentukan populasi tanaman dengan perbandingan jenis kelamin jantan dan betina
optimum pada pertanaman pala harus menunggu sampai tanaman berbunga (lebih
kurang 5 tahun). Deynum (1949) mengemukakan bahwa dari 100 biji atau pohon pala
rata-rata terdapat 55 pohon betina, 40 pohon jantan dan 5 pohon yang hermaphrodite.
`Menurut Hadad dan Syakir (1992) , bunga keluar dari ujung cabang dan
tidak sempurna. Warna bunga kuning, dengan diameter ± 2.5 mm serta panjangnya ±
3 mm. Mahkota bunga betina bersatu mulai dari bagian pangkal dan pada bagian atas
terbuka menjadi 2 bagian yang simetris. Kelopak kecil dan menutup sebagian kecil
8
dari bagian bawah mahkota. Di dalam mahkota terdapat bakal buah dengan garis
tengah ± 2.5 mm. Pada bagian ujung terdapat pestil yang bersatu dengan bakal
bunga. Kepala putik terbelah pada bagian ujungnya. Di dalam bakal buah terdapat
bakal kulit biji dan bakal biji. Selanjutnya Hadad dan Syakir (1992) menyatakan
bahwa bentuk bunga jantan agak berbeda dengan bunga betina walaupun warna
bunganya juga kuning, dengan diameter 1.5 mm dan panjang ± 3 mm. Mahkota dari
bunga jantan bersatu dari pangkal pada 5/8 bagian dan kemudian terbagi menjadi 3
melingkar pada bagian pangkal mahkota. Benang sari berbentuk silindris merupakan
tangkai bersatu, panjangnya ± 2 mm. Sari melekat pada tangkai tersebut membentuk
baris-baris yang jumlahnya 8 buah dan berpasangan. Antara baris dibatasi oleh jalur
3.1 Iklim.
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang
tinggi tanpa adanya periode kering yang nyata. Rata-rata curah hujan di daerah asal
tanaman pala yaitu Banda, adalah sekitar 2.656 mm/th dengan jumlah hari hujan 167
hari merata sepanjang tahun. Meskipun terdapat bulan-bulan kering, tetapi selama
bulan kering tersebut masih terdapat 10 hari hujan dengan sekurang-kurangnya ± 100
ketinggian 458 meter diatas permukaan laut (Anon, 1974). Sedangkan Flach (1966)
di Pulau Papua tidak menanam tanaman pala melebihi ketinggian di atas 700 m dari
permukaan laut, sehingga tanaman pala dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 700 m
9
Daerah-daerah pengusahaan tanaman pala memiliki fluktuasi suhu yang
berbeda-beda yaitu berkisar antara 18°C - 34°C. Deinum (1949) mengatakan bahwa
suhu yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman pala antara 25 °C - 30°C. Walaupun
demikian para pakar berpendapat, tanaman pala akan berkembang dengan baik di
Tanaman pala sangat peka terhadap angin kencang, karenanya tanaman ini
tidak sesuai diusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung atau
penahan angin. Menurut keterangan Deinum (1949) angin yang bertiup terlalu
bunga dan pucuk tanaman akan lusuh berguguran (Anon, 1974). Oleh karena itu
ditanam dipinggirannya. Akan tetapi tanaman pelindung yang terlalu rapat dapat
menghambat pertumbuhan pala, dan menjadi saingan dalam mendapatkan unsur hara.
3.2 Tanah
Tanaman pala memerlukan tanah yang subur dan gembur, terutama tanah –
tanah vulkanis, miring atau memiliki pembuangan air yang baik atau drainase yang
baik (Heyne, 1987). Menurut Flach (1966) tanaman pala akan tumbuh baik pada
tanah yang bertekstur dari pasir sampai lempung (loam). Sedangkan Ridley (1912)
mengemukakan bahwa makin rendah tanah Clay semakin baik untuk pertumbuhan
tanaman pala. Keadaan tanah dengan reaksi sedang sampai netral (pH 5.5 – 7 )
merupakan rata-rata yang baik untuk pertumbuhan tanaman pala, karena keadaan
tentang kesesuaian iklim, jenis tanah, suhu, pH tanah, drainase dan sebagainya agar
tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Studi kesesuaian lingkungan
telah dilakukan oleh Rosman et al. (1989), yang mengungkapkan besarnya peranan
10
curah hujan, kelembaban, pH tanah dan drainase terhadap pertumbuhan dan hasil
Pada dasarnya pengadaan tanaman pala dapat dilakukan dengan beberapa cara
Biji- biji pala yang akan digunakan sebagai benih harus memenuhi beberapa
syarat antara lain (1) harus berasal dari pohon induk terpilih, (2) Biji segar matang
panen berwarna coklat muda dan tertutup penuh dengan seludang fuli yang berwarna
merah,
(3) biji yang kering berwarna coklat tua sampai hitam mengkilap dengan bobot
minimal 50 gram/biji, serta tidak terserang hama dan penyakit (Emmyzar, et al,
11
sebaiknya biji diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang
berbunga jantan.
1. Sesaat setelah panen segera lakukan seleksi benih dengan memilih benih yang
dari hama dan penyakit, tidak keriput dengan fuli tebal dan biji besar
2. Sediakan serbuk gergaji yang sudah lapuk atau jerami campur humus, dalam
Kemudian letakan benih pala secara berbaris benih yang baru diseleksi dengan
3. Selanjutnya tutup dengan karung goni atau daun rumbia atau kertas koran.
kulit/batok pangkal biji, sehingga retak atau belah atau mengelupas dengan
tanah. 1:1)
12
mengecambahkan biji dengan menggunakan kotak yang telah diisi pasir halus, serbuk
sabut kelapa, serbuk gergaji yang sudah steril. Biji diatur sedemikian rupa dan
bersentuhan dan bakal kecambah mengarah pada satu sisi yang sama. Setelah
berumur 4 – 8 minggu, bakal akar sudah keluar dengan diikuti keluarnya kecambah,
Pesemaian dapat pula dilakukan pada bedengan yang sudah disiapkan sebelum
dan diperlukan pengolahan tanah yang sempurna. Jarak tanam pada pesemaian ini
perlu diatur yaitu 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm agar nanti pada saat pemindahan mudah
adalah dari pohon-pohon yang terpilih dan cabang yang dicangkok adalah yang sudah
memuaskan. Dengan memilih cabang yang cukup besar. Pada jarak 15 cm dari
batang, kulit dikupas lebih dari separuh sepanjang 2-3 cm. Luka akibat pengelupasan
ditutup, kemudian dibalut tanah yang sebelumnya telah dicampur pupuk kandang.
13
Pada umur 6 bulan setelah perlakuan , sudah keluar akar yang cukup banyak
(Rismunandar, 1987).
Cara lain dari cangkokan yang dilakukan oleh Nicols dan Cricksbank dalam
Rismunandar (1987) ialah dengan memilih cabang tanaman berdiameter rata-rata 1.5
cm. Cabang disayat dari bawah ke atas sepanjang 5 cm, luka akibat pemotongan
ditutup dengan MOS yang telah dibasahi, selanjutnya dibungkus. Cangkokan akan
pengokulasian tanaman lainnya, yaitu dengan cara okulasi T terbalik atau cara
Fokkert yang disempurnakan. Hanya untuk mendapatkan mata tunas dari entres yang
dekat dengan daun yang utuh sangat sulit sebab kebanyakan diperoleh mata tidur,
tetapi pada percabangan yang sudah tua dan besar selalu mata tunas tersebut dapat
tumbuh segera setelah dilakukan pemotongan cabang bagian ujung. Hal ini yang
menyebabkan pelaksanaan okulasi pada tanaman pala selalu gagal, karena mata entres
jauh lebih tebal atau lebih besar dari diameter batang bawah.
Ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu penyambungan pada pucuk dan
susuan.
Cara ini merupakan cara yang banyak dilakukan pada penyambungan tanaman
yang sulit diokulasi. Penyambungan ini dilakukan pada umur bibit ± 3 – 4 bulan
setelah berkecambah. Ambil entres dari tunas ortotrop yang besarnya sama dengan
batang. bawah Cara penyambungan tanaman (batang bawah) dipotong pada bagian
14
– 1.5 cm. Ambil entres berdaun 4 – 6 dari tunas ortotrop, buang daun bagian bawah 2
– 4 lembar pada bagian pangkal, entres diruncingkan pada bagian kiri dan kanan
sehingga berbentuk V. Selanjutnya masukkan belahan pada batang bawah tadi, lalu
diikat dengan tali plastik es, untuk mendapatkan keberhasilan yang sempurna, bibit
sambungan tadi ditaruh di dalam bedengan dan tutup dengan sungkup plastik. Perlu
disiram pagi dan sore hari seperlunya dan jangan sampai air berlebihan. Bila bibit
cukup banyak, sebaiknya bibit jangan disungkup individu tapi disungkup dalam
kurungan plastik .
Bibit yang berumur ± 4 bulan dimana pertengahan batang mulai beralih dari
warna hijau ke merah kecoklatan adalah yang terbaik untuk disambung secara susuan
lalu dicari tunas yang sama besarnya (sebaiknya tunas tegak lurus) pada pohon induk
terpilih, lalu disayat pada sisi bagian tengah sepanjang 3 – 5 cm dan tebal 2 – 4 mm,
demikian pula pada batang bawah bibit tadi. Bekas sayatan pada bibit dan tunas tadi
ditempelkan pada luka yang sama, usahakan kedua kambium bertemu, kemudian
diikat dengan tali plastik es dimulai dari bawah ke atas secara rapat dan kuat, agar air
tidak masuk, biasanya pada umur 60 – 75 hari penyambungan susuan itu sudah
bersatu dan sudah bisa dipotong ± 5 cm dibawah sambungan pada tunas pohon induk
(entres), bekas luka diolesi dengan ter tanaman untuk menghindari infeksi, sedang
batang bagian atas dari sambungan pada bibit (batang bawah) sebaiknya jangan terus
setelah 15 – 20 hari baru dipotong. Bibit setelah putus dari pohon induk ditaruh di
ditingkatkan dengan cara membuka atap/pelindung sedikit demi sedikit. Hal ini
15
kebun akan mengurangi gangguan akar. Bibit yang disemai dalam polibag,
Sebelum bibit ditanam, kebun harus sudah dipersiapkan. Pada garis besarnya,
tanam yang akan digunakan. Pada umumnya jarak tanam untuk tanaman
tanam lebih besar 100 x 100 x 100 cm. Tanah lapisan atas dan lapisan
16
berbeda. Setelah pembuatan lubang tanam berumur lebih satu bulan, tanah
kembali ke dalam lubang bagian atas. Dua atau tiga minggu kemudian
4.3 Penanaman
Bibit yang akan ditanam biasanya yang telah berumur lebih satu tahun, dan
tidak lebih dari dua tahun. Kalau bibit lebih dari ketentuan tersebut, akibat lama
Sebaiknya penanaman dilaksanakan pada awal musim penghujan agar ketersediaan air
terjamin. Cara penanaman adalah dengan membuat lubang tanam kecil ditengah
lubang tanam awal, setinggi dan selebar keranjang atau polibag bibit, lalu polibag
disayat dari atas ke bawah dengan pisau secara hati-hati agar akar dan tanah dalam
polibag tersebut tidak rusak, kemudian dilakukan penanaman sampai leher batang
terkubur tanah, lalu tanah dirapihkan kembali. Uintuk menjaga tanaman muda dari
sengatan matahari langsung perlu dibuatkan naungan dari tiang bambu atau kayu
dengan atap daun kelapa atau alang-alang, sampai tanaman betul-betul tahan dari
sinar matahari.
4.4 Pemeliharaan
awal pertanaman pala perlu pemeliharaan yang baik, di antara kegiatan pemeliharaan
Tanaman muda umumnya tidak tahan terhadap panas sinar matahari langsung,
17
sebagai penahan angin karena tanaman pala sangat peka terhadap angin yang keras.
dan berbagai jenis tanaman leguminosae lainnya. Setelah tanaman pala berumur 3 – 4
4.4.2 Penyulaman
dilakukan penyulaman agar idak menjadi parasit dalam usaha pertanaman pala.
Kegiatan penyulaman ini dapat dilakukan sejak umur satu bulan setelah tanam.
4.4.3 Penyiangan
pengganggu lainnya disekitar pertanaman pala sudah banyak yang tumbuh. Hal ini
penggunaan unsur hara, oleh sebab itu perlu dilakukan penyiangan (bobokor) agar
persaingan dalam pengambilan unsur hara dapat diperkecil, sehingga tanaman pala
perkembangan gulma.
4.4.4 Pemupukan
Untuk menjamin ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman pala
terutama unsur makro (N, P dan K ) di dalam tanah, bagi pertumbuhan dan produksi
berdasarkan tingkat umur untuk tanaman pala seperti yang dikemukakan Anon (1978)
18
Tabel 2. Anjuran Pemupukan Tanaman Pala Berdasarkan Tingkat Umur.
serta kualitas dan kuantitas produksi dapat terus dipertahankan malah dapat
ditingkatkan.
a. Hama
Hama yang sering dijumpai menyerang biji pala adalah Oryzaephilus mercator
(Faufel) dan Areacerus fasciculatus. Ke-dua hama ini bersifat kosmopolitan dan
lain adalah yang menyerang batang yaitu Batocera hercules. Hama ini banyak
Usaha pengendalian terhadap hama yang menyerang biji yang sudah berada di
batang adalah dengan memberikan insektisida pada kapas kemudian dimasukkan pada
19
b. Penyakit
adalah penyakit busuk kering dan busuk basah yang disebabkan oleh jamur serta
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur yaitu Stigmina myrtaceae,. Gejala
penyakit umumnya ditemukan pada buah yang telah berusia 5 – 6 bulan ke atas. Pada
buah yang terinfeksi akan diketemukan bercak coklat atau hitam kehijauan dengan
ukuran yang bervariasi. Serangan penyakit ini merupakan bercak yang mengering,
buah menjadi keras, dan pada permukaan kulit terbentuk masa jamur berwarna hitam
kehijauan, diikuti dengan pecahnya buah dan buah kemudian gugur (Mandang-
Sumaraw, 1985).
jamur Colletotrichum gloesporioides Penzig. Penyakit ini muncul pada saat buah-
buah hampir masak atau buah yang pecah kadang ditemukan bersama-sama dengan
serangan penyakit busuk kering. Pada buah yang terinfeksi terjadi peribahan warna
menjadi coklat, daging buah busuk, lunak dan berair/kebasah-basahan. Bila gejala
berkembang nampak buah seperti habis dimasak air panas. Buah terserang pada
kedua penyakit tersebut adalah jamur dan bagian yang terserang adalah buah.
20
mempergunakan jarak tanam yang lebar misalnya 10 x 10 meter, pembersihan
perlu melakukan pemangkasan cabang dan ranting yang saling persentuhan, serta
3. Penyakit Layu
didukung oleh keadaan lingkungan yang sangat lembab. Gejala nampak pada daun,
daun menguning dan layu dari pucuk bagian atas, berlanjut dari satu cabang ke
cabang lain kemudian gugur seluruhnya dan tanaman mati meranggas. Jika akarnya
dibongkar terlihat warna hitam kecoklatan. Secara keseluruhan gejala ini mirip
kebun dengan memotong tanaman liar sehingga sinar matahari cukup masuk diantara
tanaman pala. Membuat saluran drainase sekeliling kebun agar air tidak menggenang,
4. Penyakit lain
Penyakit lain yang menyerang tanaman pala dalam skala kecil dan sporadis
serta secara eknomis nilai kerusakan\nya relatif kecil antara lain penyakit antrachnosa
pada daun dan benang putih. Penanggulangan terhadap kedua jenis penyakit ini
21
tanaman dengan memperhatikan syarat tumbuh dari setiap tanaman itu sendiri.
Peluang tanaman
pala sebagai tanaman pokok atau pun sebagai tanaman sela sangat memungkinkan
dengan tanaman pala, beberapa hal yang perlu di perhatian adalah sebagai berikut :
tanaman tersebut.
- Tidak bersifat saling merugikan baik terhadap tanaman sela atau tanaman
pokok.
makanan.
tingkat erosi tanah yang kelak dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah.
tanaman pokok, pada tanaman kelapa berumur 10 tahun, tanaman pala dapat tumbuh
dan berproduksi cukup baik sebagai tanaman sela diantara tanaman kelapa.
Sedangkan sebagai tanaman pokok, tanaman pala dapat dipola tanamkan dengan
berbagai jenis tanaman palawija, tanaman temu-temuan serta berbagai tanaman obat.
tanam tersebut banyak lahan yang kosong terutama pada saat tanaman pala berumur
22
di bawah 4-5 tahun, lahan ini dapat dimanfaatkan untuk ditanami berbagai jenis
4.6 Panen
Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 – 8 tahun dan pada umur 10 tahun
dapat berproduksi secara menguntungkan. Tanaman pala hasil grafting dapat berbuah
Produksi tanaman pala terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi
tertinggi dan dapat terus berproduksi sampai umur 60 – 70 tahun. Dalam satu tahun
Umumnya buah pala telah dapat dipanen setelah cukup tua, umur buah ± 6
bulan sejak dari bunga. Tanda-tanda buah pala yang sudah cukup tua adalah jika
sebahagian buah pala dari suatu pohon sudah merekah. Cara pemanenan buah pala
dapat dilakukan dengan menggunakan galah yang pada bagian ujungnya diberi
keranjang atau dengan cara memetik langsung dengan cara menaiki batang dan
memilih buah-buah yang telah betul-betul tua.
Buah yang telah dipetik segera dibelah, dipisahkan daging buah, biji dan
fulinya. Biji pala dan fulinya segera dijemur untuk menghindari serangan hama dan
Buah pala terdiri atas daging buah (pericarp) dan biji yang terdiri atas fuli,
tempurung dan daging biji. Fuli adalah serat tipis (areolus) berwarna merah atau
kuning muda, berbentuk selaput berlubang-lubang seperti jala yang terdapat antara
daging dan biji pala. Menurut Somaatmadja (1984), dari buah pala segar dihasilkan
daging buah sebanyak 83.3 %, fuli 3.22 %, tempurung biji 3.94 %, dan daging biji
sebanyak 9.54 %.
23
Pemanfaatan buah pala secara optimal serta dilakukannya usaha-usaha
sehingga pendapatan petani pala tidak hanya tergantung dari penjualan biji pala saja.
Selain peningkatan nilai tambah bagi usaha pemanfaatan buah pala secara optimal
akan meningkatkan daya tahan petani pala terhadap perubahan harga biji pala akhir-
akhir ini.
Semua bagian buah pala dapat dijadikan bahan olahan yang mempunyai nilai
ekonomis. Biji dan fuli pala kering merupakan dua bentuk komoditas pala di pasar
intenasional, keduanya dapat diolah menjadi minyak pala yang memberikan nilai
tambah, sedangkan daging buahnya dapat dibuat berbagai macam produk pangan
seperti manisan pala, sari buah, selai pala, chutney dan jelli.
Untuk dijadikan bahan yang dapat diekspor, biji dan fuli pala perlu dilakukan
pengolahan terlebih dahulu. Proses pengolahan dimulai dengan melepaskan biji dari
dagingnya, fuli yang membungkus biji dilepas dengan jalan memipil mulai dari ujung.
Pengeringan biji dan fuli dapat dilakukan dengan penjemuran atau menggunakan alat
pengering.
Secara tradisional biji pala dijemur dengan memakai alas tikar atau lantai
semen dibawah sinar matahari. Yang harus diperhatikan dalam penjemuran adalah
lamanya pengeringan harus tepat. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang
tinggi mengakibatkan biji menjadi pecah. Biji yang telah cukup kering adalah yang
perlahan-lahan selama beberapa jam, kemudian dikering anginkan. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sampai fuli menjdi kering. Cara pengeringan semacam ini dapat
24
4.7.2 Minyak pala
Biji pala dan fuli dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pala.
Minyak pala biasanya disuling dari biji pala berumur 3 – 4 bulan dengan rendemen
minyaknya 6 – 17 %. Biji pala yang tua, rendemennya lebih rendah 8 – 13 %.
Penyulingan biji pala dan fuli dapat dilakukan dengan sistem uap bertekanan rendah
(± 1 atmosfer ) atau dilakukan secara dikukus. Untuk tingkat pengrajin, penyulingan
secara pengukusan lebih memungkinkan karena investasinya lebih murah. Biji pala
yang akan disuling digiling terlebih dahulu, untuk memudahkan keluarnya minyak
atsiri dari bahan. Penyulingan biji pala dengan kapasitas besar hendaknya bahan di
dalam ketel disusun secara difraksi (diberi antara) agar uap air dapat berpenetrasi
dengan merata, dengan demikian penyulingan akan lebih singkat dan rendemennya
lebih tinggi. Penyulingan cara itu membutuhkan waktu 8 jam dengan rendemen
minyak 13.33 %, sedang tanpa difraksi membutuhkan waktu 10 jam dengan rendemen
minyak 12.98 % (Hernani dan Risfaheri, 1990).
Untuk penyulingan fuli pala tidak perlu fulinya dihancurkan sebelum disuling.
Kadar minyak atsiri dari fuli yang masih muda yang berwarna keputih-putihan
sama, keduanya berwarna jernih hingga kuning pucat dan mempunyai susunan kimia
yang sama.
25
disebut mentega pala. Bila digunakan pelarut benzena, oleoresin pala yang dihasilkan
sebelum dilakukan penyaringan mencapai 31 – 37 %.
Pada pembuatan oleoresin fuli, fuli yang di ekstrak dengan petroleum eter
sisa yang terpisah berupa mentega fuli. Lemak pala juga dapat diekstrak dengan hot
press karena kadar lemaknya cukup tinggi (29 – 40 %), lemak ini dapat disebut
Daging buah pala dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan
seperti manisan pala, sari buah, selai pala, chutney dan jelli. Manisan pala biasanya
menggunakan buah pala yang masih muda, sedangkan untuk bentuk olahan lainya
dapat digunakan daging buah pala yang telah masak.
Ada dua macam manisan pala yaitu manisan basah dan manisan kering.
Manisan basah dibuat dengan cara merendam daging buah pala dalam larutan garam
selama ±1/2 hari untuk menarik kotoran dan getahnya, lalu dicuci bersih. Kemudian
direndam dalam gula pasir sehingga keluar cairan. Cairan tersebut dipisahkan
kembali dalam cairan gula tersebut. Untuk membuat manisan kering, daging buah
pala yang telah bersih direndam dalam gula pasir kemudian dijemur sampai kering.
Jenis biaya pada usaha tani pala pada umumnya dapat dibagi menjadi: (1) biaya
prasarana/sarana produksi dan (2) biaya tenaga kerja (cost of living). Biaya sarana dan
prasarana erdiri atas : pembelian bibit, pupuk kandang, pupuk buatan, pestisida,
26
peralatan yang diperlukan serta perlengkapan lainnya. Adapun biaya tenaga kerja
Catatan :
a. Bibit pala sebanyak 156 phn @ Rp. 15.000,- = Rp. 2.340.000,-
b. Pupuk kandang sebanyak 5 ton @ Rp. 200.000 = Rp. 1.000.000,-
c. Pupuk Anorganik : (sesuai dosis anjuran )
Urea ; Rp. 58.000,-/zak (50kg)
SP-36 Rp. 58.000,-/zak (50 kg)
KCl Rp. 70.000,-/zak (50 kg)
d. Pestisida : 1 kg/liter = Rp. 50.000,-
e. Perlengkapan lainnya :
- Peralatan Rp. 500.000,-
- Pos Jaga Rp. 1.000.000,-
1.2 Arus Penerimaan Tunai
Manfaat yang diperoleh dari usahatani pala adalah berupa buah pala. Petani
tradisional umumnya menjual hasil buah pala langsung tanpa dilakukan prosesing
keuntungan yang lebih tinggi. Tanaman pala mulai berbuah biasanya pada usia 7
tahun, produksi akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan umur pala, dan
Adapun taksasi hasil tanaman pala per hektar dapat ditunjukkan seperti pada
27
Tabel 4. Taksasi Produksi Buah Pala per Hektar
No Umur tanaman pala Volume produksi Harga (kg) Nilai hasil (Rp)
tahun ke buah (kg)
1 7 2.940 1.200 3.528.000
2 8 8.400 1.200 10.080.000
3 9 15.750 1.200 18.900.000
4 10 23.275 1.200 27.930.000
Jumlah 50.365 - 60.438.000
Suatu usahatani layak diusahakan bila manfaat yang dihasilkan lebih besar
dari biaya yang dukeluarkan. Bila melihat perimbangan biaya yang dikeluarkan
selama 10 tahun serta manfaat atau hasil selama masa panen ke-4 , dengan harga buah
Rp. 1.200,- per kg, sampai panen ke-4 diperoleh pendapatan kotor sebesar Rp.
diperoleh pendapatan bersih rata-rata per tahun sebesar Rp.3.538.100,- per hektar.
28
DAFTAR PUSTAKA
Cere. 1961. Plant Taxonomy. Prentice. Hall Inc. Englewood Cliffs. N. Jersey.
Deinum, H., 1949. Nootsmuskaat en foelie, dalam C.J.J. Van Hallen C. Van de
Koppel (ed) De Landbouw in de Indishe Archiple, Deel III W. Van Hoevs
Gravenhage. 665-685.
Hadad, M. E.A. 1991. Keragaan plasma nutfat pala di propinsi Maluku hasil
eksplorasi dan pelestarian 1990/1991. Makalah pada seminar plasma nutfah
tanaman hortikultura, industri dan pangan. Puslitbangtan. September 1991
Bogor : 12
Hernani dan Risfaheri, 1990. Pengaruh cara penempatan bahan pada penyulingan biji
pala terhadap rendemen dan mutu minyaknya. Medkom Puslitbangtri No. 5.
Hal 93-98.
Heyne, K., 1927. De Nuttings Planten Van Nederlandesh Indish. Ruygrok and Co.
Batavia ; 196.
29
Mandang – Sumaraw, S. 1985. Biologi penyebab penyakit busuk buah pala
khususnya busuk kering. Tesis S3 UGM. Tidak dipublikasikan.
Ridley, H. N. 1912. Spices. Mac Millan Co., St. Merten’s Street London.
Rosman, R., Emmyzar., Made, 1989. Studi kesesuaian lahan dan iklim tanaman pala
(Myristica fragrans). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
Somaatmadja, D., 1984. Penelitian dan Pengembangan Pala dan Fuli. Komunikasi
No.215. BBIHP, Bogor. 18 hal.
30
VIII. DISKRIPSI CALON VARIETAS
1. DISKRIPSI TANAMAN PALA TIPE PATANI 33
31
17 Produksi Jumlah buah/pohon/tahun 4.123 butir
Berat buah/pohon/tahun 329.8 kg
Berat biji/pohon/tahun 49.5 kg
Berat fuli/pohon/tahun 6.2 kg
18 Kandungan pada buah Kadar Vit. C/100 gram bhn 22 gram
Kadar Air 86.86 %
Kadar Protein 1.8 %
Kadar Lemak 1.12 %
Kadar Abu 6.29 %
Kadar Karbohidrat 3.93 %
Kadar Total Gula 11.49 %
Kadar Myricticin 8.19 %
Kadar Pektin 7.94 %
PH 3.16
19 Ketahanan tanaman - terhadap hama Agak tahan/toleran
penggerek
- terhadap penyakit busuk Peka
buah
20 Perbanyakan Bibit Sambung pucuk Vegetatif
(Grafting)
21 Peneliti Drs. M. Hadad EA., A. Wikanda, Suparman, Taryono,
E. Randriani, T. sugandi dan O. setiawan
22 Instansi Penyedia KP. Cicurug – Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
sumber benih Aneka Tanaman Industri
32
2. DISKRIPSI TANAMAN PALA TIPE BANDA 11
33
17 Produksi Jumlah buah/pohon/tahun 4.326 butir
Berat buah/pohon/tahun 387.25 kg
Berat biji/pohon/tahun 60.56 kg
Berat fuli/pohon/tahun 6.5 kg
18 Kandungan pada buah Kadar Vit. C/100 gram bhn 22 gram
Kadar Air 86.09 %
Kadar Protein 2.94 %
Kadar Lemak 1.36 %
Kadar Abu 5.58 %
Kadar Karbohidrat 4.03 %
Kadar Total Gula 12.85 %
Kadar Myricticin 8.19 %
Kadar Pektin 5.57 %
PH 2.42
19 Ketahanan tanaman - terhadap hama Agak tahan/toleran
penggerek
- terhadap penyakit busuk Peka
buah
20 Perbanyakan Bibit Sambung pucuk Vegetatif
(Grafting)
21 Peneliti Drs. M. Hadad EA., Suparman, Taryono, T. Sugandi,
E. Randriani dan O. S etiawan
22 Instansi Penyedia KP. Cicurug – Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
sumber benih Aneka Tanaman Industri
34
Tabel. 3. Arus Pengeluaran Tunai Pala per Hektar.
(Ribuan Rupiah)
Tahun
Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8
A. Prasarana dan Sarana Produksi.
2. Bibit pala (a) 2.340 - - - - - - -
3. Pupuk kandang (b) 1.000 - - - - - - -
4. Pupuk Buatan (c)
- Urea 49 97 97 200 200 200 250 250 2
- SP-36 64 130 130 255 255 255 320 320 3
- KCl 70 120 120 235 235 235 350 350 3
5. Pestisida ( d ) 150 50 50 50 50 50 50 50 5
6. Perlengkapan lainnya (e ) 1.500 300 300 - - - 300 300 3
Jumlah I 5.173 697 697 740 740 740 1.270 1.270 1.2
B. Upah/gaji Tenaga Kerja
1. Persiapan lahan 1.800 - - - - - - -
2. Pemupukan dasar 270 - - - - - - -
3. Penanaman 270 - - - - - - -
4. Pemaliharaan/penyiangan 300 300 300 300 300 300 300 300 3
5. Penanggulangan hama penyakit 75 75 75 75 75 75 75 75 7
6. Pemupukan 150 225 300 375 375 375 375 375 3
7. Panen - - - - - - 150 225 3
8. Lain-lain 75 75 75 75 75 75 75 75 7
Jumlah II 2.940 675 750 825 825 825 975 1.050 1125
Jumlah I + II 8.113 1.372 1.447 1.565 1.565 1.565 2.245 2.320 2.395
35