Anda di halaman 1dari 10

Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No.

15 Cipocok Jaya Serang Banten


Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

ISSN: 1477-1422 e-ISSN 1477-2038


Keterkaitan peran keanekaragaman hayati dengan kearifan lokal di wilayah kabupaten
Pandeglang

Tiara rahmi1
1
Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas keguruan ilmu pendidikan, Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Kota
serang, Indonesia
Email: 2281190062@untirta.ac.id

Abstract

Local wisdom is a system of values or behavior of local people in interacting with the environment in
which they live wisely. Therefore local wisdom is not the same at different places and times and different
tribes. Local wisdom is always related to the role of biodiversity in it. This research was conducted to
describe the role of biodiversity in the neighborhood, namely in the district of Pandeglang related to
local wisdom in Pandeglang. The research method used in this discussion is to use a type / approach in
the form of Library Research. The results of this study found that there are many forms of local wisdom
related to the role of biodiversity in Pandeglang Regency, starting from the local wisdom of plants and
the local wisdom of animals in the coastal regions of the sea and those in the Ujung Kulon National

Keywords: Pandeglang Regency, local wisdom, biodiversity, library research

Abstrak

Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan
lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan
waktu yang berbeda dan suku yang berbeda.kearifan lokal selalu berkaitan dengan peran keanekaragaman
hayati didalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk mendeksriptifkan peran keanekaragaman hayati di
lingkungan tempat tinggal yaitu di daerah Kabupaten pandeglang yang berkaitan dengan kearifan lokal
yang ada di pandeglang. Metode penelitian yang digunakan dalam pembahasan ini adalah menggunakan
jenis / pendekatan yang berupa Studi Kepustakaan (Library Research. Hasil penelitian ini didapatkan
bahwa terdapat banyak sekali bentuk kearifan lokal yang berkaitan dengan peran keanekaragaman hayati
yang terdapat di Kabupaten Pandeglang, mulai dari kearifan lokal tumbuh-tumbuhan serta kearifan lokal
hewan-hewan yang berada di daerah pesisir yaitu laut serta yang berada di taman nasional ujung kulon

Kata Kunci: Kabupaten pandeglang, kearifan lokal, keanekaragaman hayati, library research

PENDAHULUAN suatu ekosistem dan tak jarang terjadinya


Keanekaragaman hayati ialah suatu kelangkaan polinator untuk kelanjutan suatu
istilah yang mencangkup semua bentuk tumbuhan. Keanekaragaman hayati haruslah
kehidupan yang mencangkup gen, spesies dapat dimanfaatkan secara lestari oleh
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta generasi sekarang agar generasi mendatang
ekosistem dan proses-proses ekologi, masih dapat memanfaatkan untuk
keanekaragaman hayati dapat dibagi keberlanjtan kehidupannya (Widjaja dkk
menjadi keanekaragaman ekosistem, dalam Akbarini. D dkk, 2014)
keanekaragaman spesies dan Kearifan lokal merupakan tata nilai
keanekaragaman genetik. Keanekaragaman atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam
hayati merupakan hal yang harus di hadapi berinteraksi dengan lingkungan tempatnya
saat ini, yang juga mengakibatkan hidup secara arif. Maka dari itu kearifan
terputusnya hubungan timbal balik dalam lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu

1
Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No. 15 Cipocok Jaya Serang Banten
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

yang ISSN: 1477-1422 e-ISSN 1477-2038


berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan Jungermaniales. Kelas Musci, memuat tiga
ini disebabkan oleh tantangan alam dan bangsa yakni bangsa Andreaeales,
kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga Sphagnales, Bryales. Sedangkan kelas
pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan Anthocerotae terdapat satu bangsa yakni
hidupnya memunculkan berbagai sistem anthocerothales. Secara umum Bryophyta
pengetahuan baik yang berhubungan dengan memiliki bentuk tubuh tumbuhan yang
lingkungan maupun sosial. Sebagai salah berstruktur rendah, dengan tinggi hanya
satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal beberapa millimeter dan tegak di permukaan
bukanlah suatu hal yang statis melainkan tanah. Bentuk tubuh lumut merupakan
berubah sejalan dengan waktu, tergantung peralihan dari thalus kebentuk kormus
dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang Tumbuhan paku merupakan
ada di masyarakat (Putu, 2007). tumbuhan yang berpembuluh atau sudah
Keanekaragaman hayati adalah memiliki jaringan phloem dan xylem yang
variabilitas di antara makhluk hidup dari berarti tumbuhan paku termasuk golongan
semua sumber, termasuk interaksi ekosistem divisi Pteridophyta dimana anggotanya telah
terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem jelas memiliki kormus (Tjitrosoepomo,
akuatik lain serta kompleks ekologik tempat 2011). Jenis tumbuhan paku bersifat
hidup makhluk hidup menjadi bagiannya. kosmopolit yaitu dapat tumbuh dimana-
Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar mana mulai dari dataran rendah hingga
jenis dan ekosistem . Pengertian yang lain, dataran tinggi (terrestrial), ada yang hidup di
keanekaragaman hayati adalah ketersediaan permukaan (hidrofit) bahkan ada yang
keanekaragaman sumber daya hayati berupa hidupnya menumpang tumbuhan lain (epifit)
jenis maupun kekayaan plasma nutfah Menurut Kusumaninrum (2008), tumbuhan
(keanekaragaman genetik di dalam jenis), epifit adalah tumbuhan yang menempel pada
keanekaragaman antarjenis dan tumbuha lain, hanya menopang terhadap
keanekaragaman ekosistem (Sudarsono dkk, tumbuhan lain dan tidak menibulkan akibat
2005: 6). apa-apa terhadap inangnya. Epifit bebeda
Tumbuhan Lumut (Bryophyta) dengan parasit karena epifit memiliki akar
merupakan salah satu divisi pada tumbuhan untuk menghisap air dan nutrisi, tubuhan
tingkat rendah. Bryophyta berasal dari kata epifit sudah mampu menghasilkan makanan
Bryon artinya lumut dan phyton berarti sendiri.
lembab atau basah, yang bila digabungkan Menurut Agrawal dan Danai (2017)
menjadi satu kata berarti tumbuhan yang tumbuhan paku memiliki sejarah fosil yang
hidup ditempat-tempat lembap atau panjang. Tumbuahn paku telah diakui pada
basah.Lumut dengan nama latin periode Siluria akhir era Paleozoikum.
Bryophytamemiliki sekitar 16.000 spesies Tanaman ini memiliki vegetasi dominan di
yang dikelompokkan menjadi tiga kelas seluruh pulau Era Paleozoikum. Era
yakni lumut hati (Hepaticeae), lumut daun Paleozoikum tengah dan akhir bisa dianggap
(Musci), dan lumut tanduk (Anthocerotae). sebagai usia pakis atau usia pteridophyta.
Hepaticeae memiliki dua bangsa yaitu Raksasa Lycopsida dan ekor kuda dan pakis
bangsa Marchantiales dan bangsa pohon mendominasi keseluruhan biota pada
2
Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No. 15 Cipocok Jaya Serang Banten
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

waktu ISSN: 1477-1422 e-ISSN 1477-2038


itu. Pada saat itu distribusi tumbuhan paku Kabupaten pandeglang yang berkaitan dengan
memliki sedikit masalah karena memiliki kearifan lokal yang ada di pandeglang.

sedikit jenisnya. Di era ini didominasi oleh METODE PENELITIAN

Lepidodendron, Siligilria dan Lycopsida Metode penelitian yang digunakan


dalam pembahasan ini adalah menggunakan
lainnya
jenis / pendekatan yang berupa Studi
Kepustakaan (Library Research). Studi
Hewan vertebrata yaitu hewan yang
kepustakaan merupakan suatu studi yang
bertulang belakang atau punggung.
digunakan dalam mengumpulkan informasi dan
Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih data dengan bantuan berbagai macam material
sempurna dibandingkan dengan hewan yang ada di perpustakaan seperti dokumen,
Invertebrata. Hewan vertebrata memiliki tali buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dsb
yang merupakan susunan tempat (Mardalis, 1999).
terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki
Studi kepustakaan juga dapat
perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali
mempelajari beberbagai buku referensi serta
ini tidak di memiliki oleh yang tidak hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang
bertulang punggung. Dalam memenuhi berguna untuk mendapatkan landasan teori
kebutuhannya, hewan vertebrata telah mengenai masalah yang akan diteliti (Sarwono,
memiliki sistem kerja sempurna peredaran 2006). Menurut ahli lain studi kepustakaan
darah berpusat organ jantung dengan merupakan kajian teoritis, referensi serta

pembuluh-pembuluh menjadi salurannya. literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan


budaya, nilai dan norma yang berkembang pada
Dalam sistem klasifikasi hewan vertebrata
situasi sosial yang diteliti (Sugiyono:2012).
dibagi menjadi 5 kelas yaitu: Pisces,
Amphibia, Reptilia, Aves dan Mamalia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan temuan yang saya peroleh
Hewan Avertebrata adalah hewan dari hasil pengamatan dan dari hasil studi
yang tidak bertulang belakang, serta kepustakaan yang saya dapatkan terdapat salah
memiliki struktur morfologi dan anatomi satu lumut yang berkaitan dengan kearifan lokal
lebih sederhana dibandingkan dengan yang berada di kabupaten Pandeglang salah
kelompok hewan bertulang belakang, juga satuunya ialah jenis lumut sphagnum Sp, jenis
sistem pencernaan, pernapasan dan lumut ini banyak digunakan oleh masyarakat

peredaran darah lebih sederhana. Divisi sebagai media tanam tanaman hias, biasanya
sebelum digunakan lumut ini terlebih dahulu
Avertebrata mencakup 9 filum, yaitu:
akan dikeringkan, setelah kering baru lumut ini
Protozoa, Porifera, Coelenterate,
dapat digunakan. Tanaman hias yang sering di
Platyhelminthes, Nemathelminthes,
beri lumut sphagnum Sp ialah bunga anggrek.
Annelida, Mollusca, Arthropoda, dan
Echinodermata. Avertebrata mencakup
sekitar 97 persen dari seluruh anggota
kingdom Animalia
Penelitian ini dilakukan untuk
mendeksriptifkan peran keanekaragaman hayati
di lingkungan tempat tinggal yaitu di daerah

3
Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No. 15 Cipocok Jaya Serang Banten
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

ISSN: 1477-1422 e-ISSN 1477-2038


Gambar 1.1 lumut sphagnum Sp dengan polutan lumut tidak bisa tumbuh dengan
baik bahkan bisa mati (Damayanti, 2006).
Klasifikasi jamur sphagnum Sp Beberapa jenis anggrek, misalnya, tidak akan
dapat bertahan andaikan tidak ada lumut yang
Kingdom  : Plantae sehat. Bahkan lumut juga merupakan media
yang baik bagi perkecambahan biji tumbuhan
Divisi  : Bryophyta
tingkat tinggi.
Class  : Bryopsida Selain itu, ada spesies tertentu pada
tumbuhan lumut yang dapat dimanfaatkan oleh
Ordo  : Sphagnales
manusia/penduduk. Misalnya saja, Marchantia
Family  : Sphagnaceae polymorpa, yang digunakan untuk mengobati
sakit hepatitis (radang hati).
Genus  : Sphagnum

Species :Sphagnum sp

Berdasarkan penelitian (Kartana 2017)


menunjukkan bahwa penggunaan media tanam
moss atau lumut memberikan pertumbuhan yang
paling baik untuk bibit anggrek bulan yang
berasal dari alam dibandingkan dengan media Gambar 1.2 lumut Marchantia polymorpa
yang lainnya. Hal ini disebabkan karena media Klasifikasi jamur Marchantia
moss atau lumut memiliki beberapa kelebihan polymorpa
dibandingkan dengan media yang lainnya. Akar Kingdom : Plantae
anggrek yang menggunakan media moss lebih Divisi : Marchantiophyta
cepat tumbuh dan lebih jarang busuk dan Class : Marchantiopsida
berwarna putih mulus. Seratnya agak kasar dan Ordo : Marchantiales
panjang – panjang, mampu menyimpan air Family : Marchantiaceae
dengan baik tetapi tidak menyebabkan media Genus : Marchantia
terlalu basah karena draenasenya termasuk species : Marchantia polymorpha
bagus. Pori – porinya yang besar menyebabkan
Selain itu, tumbuhan lumut juga
akar anggrek bulan yang tergolong agak besar
merupakan bioindikator pencemaran
akan mudah berkembang dengan baik.
lingkungan. Bahkan berbagai jenis lumut
Jenis tumbuhan lumut juga banyak
tertentu bisa menunjukkan adanya kandungan
berperan penting di dalam ekosistem. Contohnya
bahan tambang, misalnya spesies lumut yang
ekosistem hutan hujan tropis yang berada di
hidup di permukaan batuan yang mengandung
Taman nasional ujug kulon, lumut berperan
biji besi.
penting dalam meningkatkan kemampuan hutan,
Tumbuhan paku yang berkaitan dengan
lumut merupakan tumbuhan perintis, tempat
kearifan lokal masyarakat di Kabupaten
tinggal bagi organisme lain, dan memiliki peran
pandeglang ialah paku sayur atau nama latinnya
yang penting dalam menjaga porositas tanah dan
ialah Diplazium esculentum tumbuhan paku ini
kelembaban tanah karena kemampuannya dalam
biasa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
menahan dan menyerap air. Lumut juga
memenuhi kebutuhan pangan mereka.
merupakan indikator pencemaran udara, spesies-
Tumbuhan ini biasa dikomsumsi masyarakat
spesies tertentu sangat peka terhadap perubahan
yaitu pada bagian daun mudanya saja, cara
komposisi gas di udara, jika udara sudah penuh

4
Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No. 15 Cipocok Jaya Serang Banten
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

ISSN: 1477-1422 e-ISSN 1477-2038


mengkomsumsi tumbuhan paku sayur ini ialah Species : Diplazium esculentum
dengan merebusnya terlebih dahulu.
Tumbuhan paku yang merupakan
Tumbuhan paku ini tidak hanya dimanfaatkan
sebagian dari kearifan lokal masyarakat yaitu
sebagai bahan pangan saja tetapi oleh
tumbuhan suplir atau nama latinnya yaitu
masyarakat juga dianggap memiliki khasiat
Adiantum tenerum tanaman paku ini digunakan
untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di
Rebusan daun ini digunakan masyarakat sebagai
dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat
tonik setelah melahirkan, untuk menyembuhkan
suka tanah yang gembur, kaya bahan organik
batuk berdahak serta batuk biasa, ekstrak daun
(humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen
tuanya dapat digunakan sebagai obat demam,
lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora
untuk menghilangkan bau badan yaitu dengan
memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
menggosokannya ke badan, rimpangnya dapat
ditumbuk lalu direndam air dan digunakan Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus
sebagai anti diare dan anti disentri, rhizoidnya memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang
dapat dimanfaatkan sebagai media tanam pada dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya
anggrek, akis ini juga dapat dimanfaatkan dengan penyiraman karena daun yang kering
sebagai tanaman hias (houvenkamp dan umi tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan
kalsum 2003) membuang seluruh ental yang kering hingga
dekat rizoma dan memberi sedikit media tumbuh
Khasiat paku sayur atau Diplazium esculentum
tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas
disebabkan tumbuhan ini memiliki seyawa aktif.
baru akan muncul.
Kandungan kimia yang terkandung pada
tumbuhan ini ialah meliputi steroid, triterpenoid,
fenol, flavon, flavonoid (Kaushik 2011).

Gambar 1.4 paku adiantum tenerum

Klasifikasi tumbuhan paku adiantum tenerum


Gambar 1.3 paku Diplazium esculentum
Kingdom : Plantae
Klasifikasi tumbuhan paku sayur atau Diplazium
esculentum Divisi : Pteridophyta

Kingdom :Plantae Class : Pteridopsida

Divisi :Pteridophyta Ordo : Pteridopales

class :Pteridopsida Family ::Adiantaceae

Ordo : Athyriales Genus : Adiantum

Family :Athyriaceae Spesies : Adiantum tenerum Sw.

Genus :Diplazium

5
Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No. 15 Cipocok Jaya Serang Banten
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

H e ISSN:
w 1477-1422
a e-ISSN
n 1477-2038
a v e r
kearifan lokal yang berada di Kabupaten tipus, ramuan tradisional ini juga bisa untuk
Pandeglang ialah cacing tanah atau nama mengatasi kolesterol tinggi, meningkatkan
latinnya ialah Lumbricus rubellus, cacing tanah sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan
digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk darah, mengobati infeksi saluran pencernaan
mengatasi erbagai macam penyakit seperti tifus, yang disebabkan typus, disentri, diare,
demam, antitrombosis, hipotensi, mengatasi sakit maag dan masih banyak lagi
hiperlipidemia, diabetes, hipertensi, antipiretik, penyakit yang bisa disebuhkan.
dan analgesik (Setiawan, 2008).

Kozak et. al. (2000) menyebutkan


bahwa dalam tepung cacing tanah dapat
digunakan sebagai obat antipiretik (pengobatan
demam), antipirin (obat pereda sakit kepala),
juga terdapat zat penawar racun (antidot), namun
belum ada identifikasi mengenai senyawa Gambar 1.5 hewan avertebrata yaitu cacing
antidot tersebut. Penggunaan cacing tanah tanah atau Lumbricus rubellus
sebagai 12 antipiretik karena adanya mekanisme
Klasifikasi cacing tanah atau Lumbricus rubellus
penghambatan oksigen dari asam arakidonat
yang berperan dalam sistem homeostatik untuk Kingdom :Animalia
mengontrol tingginya demam. Dalam tubuh
Divisi :Vermes
cacing tanah terdapat berbagai kandungan yang
sangat bermanfaat bagi manusia, diantaranya Cllas :Oligichaeta
asam arakidonat yang berkhasiat untuk
Ordo :Opisthopora
menurunkan suhu tubuh yang demam akibat
infeksi. Enzim lumbrokinase berkhasiat Family :Lumbricidae
membantu menurunkan penyakit tekanan darah
tinggi, enzim selulase dan lignase berkhasiat Genus :Lumbricus

membantu proses pencernaan makanan, Species :rubellus


sedangkan enzim peroksidase dan katalase
berkhasiat membantu mengatasi penyakit Hewan avertebrata yang berada di dalam

degeneratif seperti diabetes mellitus, kolesterol air laut yang juga nerupakan bentuk kearifan

tinggi, dan reumatik. Hal ini diduga karena lokal di kabupaten Pandeglang ialah udang

enzim katalase dapat menghambat produksi (Parapenaeopsis scolptilis), kerang (Amusium

darah sehingga dapat digunakan untuk pleuronectes), sotong (Sepia sp.), cumi-

menurunkan rasa nyeri yang timbul pada cumi (Loligo sp.), gurita (Octopus sp.) hewan-

penyakit-penyakit degeneratif tersebut (Watkins. hewan ini digunakn oleh masyarakat sebagai

1999). sumber pangan untuk memnuhi kebuthan dan


juga biasanya dimanfaatkan oleh para
Masyarakat membuat obat tradisional ialah masyarakat yang berada di pesisir untuk
dengan mencuci bersih cacing tanah tersebut membuka rumah makan makanan laut
dari kotoran lain. Lalu cacing tersebut digoreng
sangan (goreng tanpa minyak) sampai hangus
dan menjadi serbuk, serbuk lalu dicampurkan
kedalam air putih / air madu / air teh 5.     
Minum 2 x sehari Disamping untuk mengobati

6
Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No. 15 Cipocok Jaya Serang Banten
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

ISSN: 1477-1422 e-ISSN 1477-2038


badak berperan sebagai
penyeimbang ekosistem di Taman
Nasional Ujung kulon. peran masyarakat
agar badak tidak punah yaitu dengan
pelestarian badak jawa melalui
menumbuhkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya pelestarian badak,
meningkatkan peran masyarakat, dan
meningkatkan fungsi keberadaan Taman
Nasional Ujung Kulon (dimuat dalam
jurnal KONSERVASI BADAK
BERSAMA MASYARAKAT oleh
Ganip Gunawan tahun 1997).
2. Banteng (Bos javanicus)

Hewan vertebrata yang berkaitan


dengan kearifan lokal yang berada di Kabupaten
Pandeglang ialah berada di taman nasional ujung
kulon. Kaitan dengan kearifan lokal masyarakat
ialah masyarakat memiliki keinginan untuk
melindungi hewan hewan yang hampir punah di
Banteng memiliki tubuh yang
taman nasional ujung kulon. Hewan-hewanitu
tegap, besar dan kuat dengan bahu
diantara lain ada:
bagian depannya lebih tinggi daripada
1. Badak bercula satu
bagian belakang tubuhnya. Di kepalanya
(Rhinoceros Sondaicus Desmarest)
terdapat sepasang tanduk. Pada banteng
jantan tanduknya berwarna hitam
mengkilap, runcing dan melengkung ke
arah medio anterior, sedangkan pada
banteng betina bentuk tanduknya lebih
kecil. Pada bagioan dadanya terdapat
gelambir yang dimulai dari pangkal kaki
sampai leher tetap tidak mencapai
daerah kerongkongan (Hoogerwerf,
1970).
Warna tubuh banteng bervariasi
dan dapat dipakai untuk membedakan
jenis kelaminnya (Legakul dan McNeely
,1977). Banteng jantan mempunyai
warna tubuh hitam, semakin tua
umurnya semakin hitam warna
tubuhnya. Banteng betina memiliki
warna tubuh coklat kemerah-merahan,
semakin tua umurnya maka warna
tubuhnya akan semakin gelap (coklat

7
Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No. 15 Cipocok Jaya Serang Banten
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

ISSN: 1477-1422 e-ISSN 1477-2038


tua). Pada anak banteng baik yang Penyu sisik merupakan salah
jantan maupun betina memiliki warna satu penyu berukuran kecil. Bentuk
tubuh sama yaitu berwarna coklat kepalanya meruncing dan mempunyai
sehingga sulit dibedakan jenis dua pasang sisik prefrontal (sisik yang
kelaminnya. berada di depan mata). Rahang tidak
3. Owa jawa (Hylobates moloch) bergerigi, kerapas bertulang tanpa sudut
dan memiliki sisik yang bertimpa tindih
dan mempunyai 4 sisik lateral.Kerapas
berbentuk elips.Lengan depan (flipper)
mempunyai dua buah caka. Warna
karapas pada umumnya coklat atau
kuning, dan tukik yang baru menetas
kebanyakan berwarna coklat dengan
Owa Jawa merupakan salah satu
bertotol coklat mudapada setiap
primata di Ujung Kulon yang
sisiknya. Ukuran dewasa sekitar 2,5 kaki
mempunyai habitat di kawasan Gunung
sampai dengan 3 kaki (76-91 cm) pada
Honje. Mempunyai ekor pendek, bulu
karapasnya. Berat badan dewasa bias
halus berwarna abu-abu dan wajah
mencapai 40-60 kg.
hitam yang menyebabkan primata ini
5. Surili (Presbytis aygula)
dinamai owa. Owa merupakan satwa
monogamy sekali kawin dalam
hidupnya, dan hidup dalam kelompok
keluarga kecil yang terdiri dari seekor
jantan, seekor betina dengan satu atau
lebih anak.satwa dewasa muda
meninggalkan kelompoknya untuk
selanjutnya menjelajahi hutan untuk
mencari pasangan hidup dan daerah Surili monyet dunia lama
kekuasaan yang baru. Waktu-waktu terancam yang endemik di Indonesia.
aktif owa jawa adalah pagi hingga sore Hean ini menyukai hutan primer dan
hari, maka dari itu satwa tersebut masuk penghuni pohon (aboreal). Populasi
ke dalam kategori primata aboreal surili dari waktu ke waktu diduga
( hidup diatas pohon) dan di urnal (aktif mengalami penurunan dengan cepat
pada pagi dan sore hari (Supriatna dan karena penyusutan dan kerusakan
Wahyono, 2000) habitat. Perlindungan terhadap tempat
4. Penyu sisik (Eretmochelys imbricate) hidup dan jenis ini perlu diperhatikan.
Beberapa aspek ilmiah surili telah
diteliti dan dibahas oleh para ilmuwan,
namun rnasih banyak data dan informasi
yang belum terungkap. Habitat utama
surili pada awalnya adalah ekosistem
hutan daratan rendah (Hoogerwerf,
1970). Namun saat ini kelestarian
populasi surili terancam akibat
penurunan luas habitat alami yang

8
Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No. 15 Cipocok Jaya Serang Banten
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

ISSN: 1477-1422 e-ISSN 1477-2038


mencapai sekitar 96%, yakni dari Pharmaceutical Sciences and Research.
semula seluas 43.274 km2 (Supriatna 2(5). Hal. 1252.
dan wahyono 2000). Kusumaningrum , B.D. 2008. Analisis Vegetasi
Epifit di Area Wana Wisata Gonoharjo.
KESIMPULAN Semarang.
Dari hasil yang peneliti dapatkan bahwa Kozak, M., & Rimmington, M. 2000. Tourist
terdapat banyak sekali bentuk kearifan lokal satisfaction with Mallorca, Spain, as an
berdasarkan keanekaragaman hayati yang Off-season holiday destination. Journal of
terdapat di Kabupaten Pandeglang ini mulai dari Travel Research, 38, 260-269.
kearifan lokal tumbuh-tumbuhan serta kearifan LEGAKUL,B. and J.A. MCNEELY,1977. –
lokal hewan-hewan yang berada di daerah Mammals of Thailand. Kuruspha Ladprao
pesisir yaitu laut serta yang berada di taman Press, Bang- kok : 758pp.
nasional ujung kulon Mardalis. (1999) metode penelitian suatu
pendekatan proposal. Jakarta: bumi aksara
DAFTAR PUSTAKA Ngakan, Putu Oka, dkk. 2007. Menerawang
Agrawal T., Danai P., Yadav M. 2017. General Kesatuan Pengelolaan Hutan di Era
Aspects of Pteridophyta- A review. Otonomi Daerah. Jakarta : Center for
International Journal of Current Research International Foresty Research, CIFOR.
and Academic Review (online). 5(3) p80- Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif
85. dan Kualitatif. Yogyakarta :Graha Ilmu
Damayanti, Lia. (2006). Koleksi Bryophyta Setiawan. 2008. 1001 Resep Herbal. Jakarta :
Taman Lumut Kebun Raya Cibodas Vol. Penebar Swadaya
II No. 4. Cianjur: LIPI UPT Balai Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Cibodas. Supriatna J, Wahyono.2000. Panduan Lapangan
Hoogerwerf AA. 197.Udjung Kulon ; The Land Primata Indonesia. Jakarta (ID) ; Yayasan
of The Last Javan Rhinoceros. Obor Indonesia.
Netherlands (NL) ;EJ Brill Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan
Hovenkamp, P.H. and Umi Kalsom, Y. (2003). Tinggi. Malang : Universitas Negeri
Diplazium Swartz. In: de Winter, W.P. Malang
and Amoroso, V.B. (Editors): Plants Tjitrosoepomo, G. 2011. Morfologi Tumbuhan.
Resources of South-East Asia No 15 (2). Gajah Mada. University Press.
Cryptograms: Ferns and fern allies. Prosea Yogyakarta.
Foundation, Bogor, Indonesia. pp. 96- 99. Watkins M.T. 1999. Synthesis of 8-epi-
Kartana, syarif nizar. (2017) Uji Berbagai prostaglandin F2 alpha by Human
Media Tanam Dalam Meningkatkan Endothelial Cells: Role of Prostaglandin
Pertumbuhan. Bibit Anggrek Bulan Yang F2 Synthase. Biochem Jornal.1999 Des
Berasal Dari Alam. Vol 13 no.24 hal 20- 15; 344 Pt 3: 747-54. Departement of
21 Surgery, Boston
Kaushik, A., Kaushik, J.J., Das, A., Gemal, S., Veterans Affairs Medical Center.
dan Gaim, D. (2011). ‘Preliminary Widjaja, E.A., dkk. 2014. Kekinian
Studies on Anti-Inflammatory Activities of Keanekaragaman Hayati Indonesia. LIPI
Diplazium esculentum in Experimental Press. Jakarta.Universitas Padjadjaran
Animal Models’, International Journal of

9
Sekretariat: Jurusan Pendidikan IPA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Jl. Ciwaru Raya No. 15 Cipocok Jaya Serang Banten
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA (JPPI)
42117 E-mail : jppi@untirta.ac.id atau jppiuntirta@gmail.com Homepage: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/index

ISSN: 1477-1422 e-ISSN 1477-2038

10

Anda mungkin juga menyukai