Anda di halaman 1dari 9

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : 257/PMK.011/2011
TENTANG : TATA CARA PEMOTONGAN DAN
PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN
ATAS PENGHASILAN LAIN
KONTRAKTOR BERUPA UPLIFT ATAU
IMBALAN LAIN YANG SEJENIS DAN/
ATAU PENGHASILAN KONTRAKTOR
DARI PENGALIHAN PARTICIPATING
INTEREST

FORMAT FORMULIR LAPORAN PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST

MENTERI KEUANGAN
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM ttd.
u.b
KEPALA BAGIAN T.U KEMENTERIAN AGUS D.W. MARTOWARDOJO

ttd

GIARTO
NIP 195904201984021001
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 257/PMK.011/2011
TENTANG : TATA CARA PEMOTONGAN DAN
PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN
ATAS PENGHASILAN LAIN
KONTRAKTOR BERUPA UPLIFT ATAU
IMBALAN LAIN YANG SEJENIS DAN/
ATAU PENGHASILAN KONTRAKTOR
DARI PENGALIHAN PARTICIPATING
INTEREST

FORMAT FORMULIR BUKTI POTONG


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR


BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)
ATAS PENGHASILAN LAIN KONTRAKTOR BERUPA UPLIFT ATAU IMBALAN LAIN YANG SEJENIS
DAN/ATAU PENGHASILAN KONTRAKTOR
DARI PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST

Petunjuk Umum :

Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini :
- Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda (segi empat
hitam di keempat sudut kertas sebagai pembatas dokumen dapat di-scan.
- Kertas berukuran F4/Folio (8,5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas :
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus
ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak
sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak
boleh melewati batas kotak paling kanan.
Contoh : Nama

- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah : 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah : 125 (BUKAN 125,50)

(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP).


(2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh pemotong.
(3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak :
- Kontraktor yang menerima penghasilan sehubungan dengan penghasilan lain kontraktor berupa uplift
atau imbalan lain yang sejenis;
- Kontarktor yang mengalihkan participating Interest dalam hal penerima pengalihan Participating
Interest belum terdaftar sebagai Wajib Pajak;atau
- Kontraktor yang menerima pengalihan Participating Interest dalam hal penerima pengalihan
Participating Interest
(4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Buti Pemotongan.
(5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak
(6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak.

Petunjuk Khusus
Bukti pemotongan ini dibuat oleh Pemotong Pajak pada saat penghasilan diterima atau diperoleh.
Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat dalam rangkap 3(tiga), yaitu :
Lembar ke 1 : Untuk Penerima Penghasilan
Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
Lembar ke 3 : Untuk pihak yang melakukan pembayaran

Kolom 1 : Nomor, cukup jelas


Kolom 2 : Jenis Penghasilan (Uplift atau imbalan lain yang sejenis dan/atau pengalihan
Participating Interest)
KOlom 3 : Jumlah Bruto Penghasilan
Kolom 4 : Tarif,
a. 20% untuk uplift atau imbalan lain yang sejenis
b. 5% untuk pengalihan Participating Interest dalam masa eksplorasi
c. 7% untuk pengalihan Participating interest dalam masa eksploitasi.
Kolom 5 : PPh yang dipotong
Diisi dengan PPh atas penghasilan yang telah dipotong yaitu sebesar Jumlah Nilai Bruto x Tarif
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh

MENTERI KEUANGAN
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM ttd.
u.b
KEPALA BAGIAN T.U KEMENTERIAN AGUS D.W. MARTOWARDOJO

ttd

GIARTO
NIP 195904201984021001
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 257/PMK.011/2011
TENTANG : TATA CARA PEMOTONGAN DAN
PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN
ATAS PENGHASILAN LAIN
KONTRAKTOR BERUPA UPLIFT ATAU
IMBALAN LAIN YANG SEJENIS DAN/
ATAU PENGHASILAN KONTRAKTOR
DARI PENGALIHAN PARTICIPATING
INTEREST

CONTOH PENGHITUNGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN KONTRAKTOR


BERUPA UPLIFT ATAU IMBALAN LAIN YANG SEJENIS

1. Contoh penghitungan pajak atas penghasilan Kontraktor berupa Uplift atau imbalan lain yang sejenis:

Alpha Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang didirikan
di negara X.

Beta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang
didirikan di negara Y.

Pada tahun 2004 Alpha Ltd. dan Beta Pty. Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas Arjuna di laut
Jawa. Alpha Ltd. membentuk Alpha Arjuna Ltd. di negara Z (bukan negara mitra P3B) dan Beta Pty. Ltd.
membentuk Beta Arjuna Ltd. di negara Z. Kedua perusahaan kemudian membentuk Bentuk Usaha Tetap
(BUT) dan mendaftarkannya di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. Masing-masing BUT
memegang 50% interest di blok migas Arjuna.

Jika dalam kontrak kerja sama migas disebutkan bahwa apabila salah satu Kontraktor mengalami kesulitan
keuangan dan atas kewajiban partisipasinya tersebut ditalangi terlebih dahulu oleh Kontraktor lain, maka
Kontraktor yang meminta dana talangan akan membayar Uplift kepada Kontraktor yang memberikan dana
talangan.

BUT Beta Arjuna Ltd. mengalami masalah likuiditas keuangan sehingga biaya untuk kegiatan Eksplorasi
pada tahun 2004 sampai dengan 2010 ditalangi oleh BUT Alpha Arjuna Ltd.. Pada tahun 2011 Blok Arjuna
memasuki tahap produksi. Atas dana talangan tersebut, BUT Alpha Arjuna Ltd. mendapatkan imbalan
berupa Uplift dari BUT Beta Arjuna Ltd. sebesar US$10,000,000.00 yang dibayarkan pada bulan Desember
2012.

Berdasarkan informasi tersebut, penghitungan PPh final atas penghasilan berupa Uplift yang diterima BUT
Alpha Arjuna Ltd. adalah sebagai berikut:

PPh final = 20% x US$10,000,000.00 = US$2,000,000.00

(dipotong oleh BUT Beta Arjuna Ltd., dan BUT Beta Arjuna Ltd. wajib memberikan bukti potongnya kepada
BUT Alpha Arjuna Ltd.)

Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final yang berasal
dari Uplift adalah sebagai berikut:

Penghasilan Uplift = US$ 10,000,000.00


Biaya yg terkait langsung dengan Uplift = US$ 2,000,000.00

Penghasilan Kena Pajak = US$ 8,000,000.00


PPh final = US$ 2,000,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan Uplift = US$ 6,000,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang =(20%xUS$6,000,000.00) US$ 1,200,000.00

2. Contoh penghitungan pajak atas transaksi pengalihan Participating Interest:

- Charlie Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang
didirikan di negara X.
- Delta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi,
yang didirikan di negara Y, Delta Pty. Ltd. membentuk Special Purpose Vehicle (SPV) Company Delta
Pty. Ltd. di negara Z dan mendaftarkan BUT Delta Pty. Ltd. di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan
Orang Asing Dua.
- Pada tahun 2009, Charlie Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas Bima di laut Jawa.
Charlie Ltd. membentuk Charlie Bima Ltd. di negara Z dan mendaftarkan BUT Charlie Bima Ltd. di
Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. BUT Charlie Bima Ltd. menandatangani kontrak
dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) pada tahun 2009
dan memegang 100% interest di blok Bima. Negara X, Y, dan Z adalah negara bukan mitra P3B.
a. Pengalihan Participating Interest secara langsung:

1) dalam masa Eksplorasi:

Pada tahun 2011, BUT Charlie Bima Ltd. mengalihkan 50% interest di blok Bima kepada BUT
Delta Pty. Ltd., dengan nilai transaksi sebesar US$20,000,000.00.

Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang oleh BUT Charlie Bima Ltd. adalah sebagai
berikut:

PPh final = 5% x US$20,000,000.00 = US$1,000,000.00

(dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd., dan BUT Delta Pty. Ltd. wajib memberikan bukti potongnya
kepada BUT Charlie Bima Ltd.)

Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final
yang berasal dari pengalihan Participating Interest adalah sebagai berikut:

Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00


Biaya yang telah dikeluarkan = US$ 16,000,000.00

Penghasilan Kena Pajak = US$ 4,000,000.00


PPh final = US$ 1,000,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 3,000,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$3,000,000.00) US$ 600,000.00

2) dalam masa Eksploitasi:

Blok migas Bima telah berproduksi pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 BUT Charlie Bima
Ltd. mengalihkan lagi 10% interest di blok Bima kepada BUT Delta Pty. Ltd. dengan nilai
transaksi sebesar US$20,000,000.00, maka atas transaksi pengalihan interest tersebut,
penghitungan PPh final yang terutang oleh BUT Charlie Bima Ltd. adalah sebagai berikut:

PPh final = 7% x US$20,000,000.00 = US$1,400,000.00

(dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd., dan BUT Delta Pty. Ltd. wajib memberikan bukti
potongnya kepada BUT Charlie Bima Ltd.)

Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final
yang berasal dari pengalihan Participating Interest adalah sebagai berikut:

Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00


Biaya yang telah dikeluarkan (tidak termasuk biaya-biaya yang = US$ 14,400,000.00
sudah dikembalikan oleh Pemerintah)
Penghasilan Kena Pajak = US$ 5,600,000.00
PPh final = US$ 1,400,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 4,200,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$4,200,000.00) US$ 840,000.00

b. Pengalihan Participating Interest secara tidak langsung/pengalihan saham:

Pada tahun 2017, Charlie Ltd. mengalihkan 30% interest di Blok Bima melalui penjualan 100%
saham Charlie Bima Ltd. kepada Gama Pty. Ltd. dengan nilai transaksi US$20,000,000.00. Dengan
demikian Gama Pty. Ltd. memiliki 30% interest di blok Bima melalui Charlie Bima Ltd. (SPV
company).

Atas transaksi penjualan saham tersebut termasuk dalam pengertian pengalihan interest secara tidak
langsung karena yang diperjualbelikan adalah interest di Blok Bima. Meskipun secara formal
transaksi tersebut adalah pengalihan saham namun secara substansi transaksi tersebut adalah
pengalihan interest (substance over form).

Penghitungan PPh final yang terutang oleh BUT Charlie Bima Ltd. adalah sebagai berikut:

PPh final = 7% x US$20,000,000.00 = US$1,400,000.00

(disetorkan oleh BUT Charlie Bima Ltd. ke kas negara karena Gama Pty. Ltd. tidak terdaftar di
Indonesia)

Selanjutnya BUT Charlie Bima Ltd. akan berubah nama menjadi BUT Gama Bima Ltd. tanpa adanya
perubahan NPWP.
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final yang
berasal dari pengalihan Participating Interest adalah sebagai berikut:

Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00


Biaya yang telah dikeluarkan (tidak termasuk biaya-biaya yang sudah
dikembalikan oleh Pemerintah) = US$ 14,400,000.00

Penghasilan Kena Pajak = US$ 5,600,000.00


PPh final = US$ 1,400,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 4,200,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$4,200,000.00) US$ 840,000.00

c. Pengalihan Participating Interest yang dikecualikan dari pemotongan PPh final:

Pada tahun 2018, BUT Charlie Bima Ltd kembali menjual 10% interest di blok Bima kepada
Perusahaan Daerah (PD) Gemah Ripah sesuai dengan kewajiban yang ada di kontrak kerja sama
dengan nilai transaksi sebesar US$10,000,000.00.

Atas transaksi pengalihan interest tersebut tidak terutang PPh final sepanjang dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam kontrak kerja sama.

d. Pengalihan interest dengan metode penyelesaian berupa persentase tertentu dari jumlah produksi:

Pada Tahun 2018 BUT Gama Bima Ltd. mengalihkan 30% interest yang dimilikinya secara langsung
kepada BUT Tera Ltd. dengan kesepakatan sebagai berikut :
1) Dibayar dimuka sebesar US$20,000,000.00;
2) 2% per tahun dari lifting minyak bagian kontraktor sampai dengan berakhirnya kontrak.

Pada tahun 2019 jumlah lifting bagian BUT Tera Ltd. adalah US$100,000,000.00

Penghitungan PPh terutang atas pengalihan tersebut sebagai berikut:

Tahun 2018

PPh final = 7% x US$20,000,000.00 = US$1,400,000.00


(disetorkan oleh BUT Tera Ltd. ke kas negara dan BUT Tera Ltd. wajib memberikan bukti potongnya
kepada BUT Gama Bima Ltd.)

Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final yang
berasal dari pengalihan Participating Interest adalah sebagai berikut:

Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00


Biaya yang telah dikeluarkan (tidak termasuk biaya-biaya yang sudah
dikembalikan oleh Pemerintah) = US$ 14,400,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 5,600,000.00
PPh final = US$ 1,400,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 4,200,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$4,200,000.00) US$ 840,000.00
Tahun 2019

Jumlah pembayaran kepada BUT Gama Bima Ltd.


= 2% x US$100,000,000.00
= US$2,000,000.00
PPh final = 7% x US$2,000,000.00
= US$140,000.00
(disetorkan oleh BUT Tera Ltd. ke kas negara)

Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final yang
berasal dari pengalihan Participating Interest adalah sebagai berikut:

Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 2,000,000.00


Biaya yang telah dikeluarkan (tidak termasuk biaya-biaya yang sudah
dikembalikan oleh Pemerintah) = US$ 1,440,000.00

Penghasilan Kena Pajak = US$ 560,000.00


PPh final = US$ 140,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 420,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$420,000.00) US$ 84,000.00

3. Contoh pengecualian pengenaan Pajak Penghasilan atas transaksi pengalihan Participating Interest dalam
masa eksplorasi:

Dalam rangka membagi risiko dalam masa Eksplorasi, pengalihan Participating Interest tidak termasuk
penghasilan yang dikenakan PPh final apabila memenuhi kriteria (kumulatif) sebagai berikut:
a. tidak mengalihkan seluruh Participating Interest yang dimilikinya;
b. Participating Interest telah dimiliki lebih dari 3 (tiga) tahun;
c. di wilayah kerja telah dilakukan eksplorasi (telah ada pengeluaran investasi);dan
d. pengalihan Participating Interest tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

Contoh:

− Alfa Inc. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang
didirikan di negara X.

− Berta Inc. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang
didirikan di negara Y.

− Pada tahun 2009, Alfa Inc. memenangkan tender penawaran blok migas Duku. Alfa Inc. membentuk
Alfa Duku Inc. di negara Z dan mendaftarkan BUT Alfa Duku Inc. (ADI) di Kantor Pelayanan Pajak
Badan dan Orang Asing Dua. BUT ADI menandatangani kontrak dengan Badan Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) pada tahun 2009 dan memegang 100% interest di Blok
Duku. Negara X, Y, dan Z adalah negara bukan mitra P3B.

− Sampai dengan Tahun 2014 BUT ADI telah menghabiskan US$ 4,000,000.00 dalam kegiatan
eksplorasi di Blok Duku.

− Tahun 2015 BUT ADI menandatangani kontrak pengalihan interest sebesar 50% (lima puluh persen)
kepada BUT Berta Duku Inc (BDI).

− Transaksi ini telah memenuhi 3 (tiga) kriteria pengecualian pengenaan PPh final yaitu huruf a, huruf
b, dan huruf c tersebut di atas.

− Berikut ini contoh transaksi pengalihan interest dari BUT ADI kepada BUT BDI selama masa
Eksplorasi terkait dengan berbagi risiko:

1) Pembeli (BUT BDI) melakukan penggantian biaya yang telah dikeluarkan BUT ADI secara
proporsional

Pengaturan kompensasi :

BUT BDI akan mengganti 50% (lima puluh persen) dari biaya BUT ADI sebesar US$
2,000,000.00 (50% dari US$ 4,000,000.00). Mulai tahun 2015, biaya eksplorasi akan
ditanggung BUT ADI dan BUT BDI masing-masing sebesar 50% (lima puluh persen).

Transaksi ini termasuk kedalam pengertian pengalihan Participating Interest yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. Oleh karena transaksi ini telah memenuhi 4
(empat) kriteria transaksi dalam rangka berbagi risiko maka atas transaksi ini tidak terutang
PPh final.

Apabila BUT BDI ternyata membayar US$ 3,000,000.00 kepada BUT ADI atas 50% (lima puluh
persen) dari total biaya yang telah dikeluarkan BUT ADI sehingga dalam hal ini BUT ADI
memperoleh keuntungan sebesar US$1,000,000.00 (US$3,000,000.00 – US$2,000,000.00)
maka transaksi ini tidak termasuk kedalam pengertian berbagi risiko dan oleh karenanya
terutang PPh final.

PPh final = 5% x US$3,000,000.00 = US$150,000.00

(dipotong oleh BUT BDI, dan BUT BDI wajib memberikan bukti potongnya kepada BUT ADI)

Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final
yang berasal dari pengalihan Participating Interest adalah sebagai berikut:

Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 3,000,000.00


Biaya yang telah dikeluarkan = US$ 2,400,000.00

Penghasilan Kena Pajak = US$ 600,000.00


PPh final = US$ 150,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 450,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$450,000.00) US$ 90,000.00

2) Pembeli (BUT BDI) membayar biaya yang akan dikeluarkan (future cost) sebesar biaya yang
telah dikeluarkan oleh BUT ADI secara proporsional.

Pengaturan kompensasi :

BUT BDI akan membayar future cost sampai dengan US$ 4,000,000.00 dan BUT ADI tidak
membayar apapun. Mulai tahun 2015 biaya Ekplorasi akan ditanggung BUT BDI sampai
dengan jumlah US$ 4,000,000.00 (dengan demikian total biaya yang sudah dikeluarkan di
Blok Duku sebesar US$8,000,000.00). Selanjutnya biaya Eksplorasi yang akan dikeluarkan
(future cost) akan ditanggung BUT ADI dan BUT BDI masing-masing sebesar 50% (lima puluh
persen).

Transaksi ini termasuk kedalam pengertian pengalihan Participating Interest yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. Oleh karena transaksi ini telah memenuhi 4
(empat) kriteria transaksi dalam rangka berbagi risiko maka atas transaksi ini tidak terutang
PPh final.

Namun apabila BUT BDI sepakat untuk membayar biaya Eksplorasi yang akan datang sampai
US$ 5,000,000.00 (yang seharusnya US$ 4,000,000.00) dan untuk selanjutnya biaya
Eksplorasi yang akan dikeluarkan (future cost) akan ditanggung BUT ADI dan BUT BDI
masing-masing sebesar 50% (lima puluh persen) maka dalam hal ini BUT ADI memperoleh
keuntungan sebesar US$1,000,000.00 (US$5,000,000.00 – US$4,000,000.00) sehingga
transaksi ini tidak termasuk kedalam pengertian berbagi risiko dan oleh karenanya terutang
PPh final.

PPh final =5 % x US$5,000,000.00 = US$250,000.00

(dipotong oleh BUT BDI, dan BUT BDI wajib memberikan bukti potongnya kepada BUT ADI)

Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final
yang berasal dari pengalihan Participating Interest adalah sebagai berikut:

Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 5,000,000.00


Biaya yang telah dikeluarkan = US$ 4,000,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 1,000,000.00
PPh final = US$ 250,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 750,000.00

3) Pembeli (BUT BDI) hanya memperhitungkan future cost, BUT BDI tidak mengganti biaya-biaya
yang telah dikeluarkan BUT ADI

Pengaturan kompensasi :

BUT BDI hanya akan menanggung biaya Eksplorasi mulai tahun 2015 secara proposional
sesuai dengan kepemilikan interestnya (50%) dan tidak akan mengganti biaya-biaya yang
telah dikeluarkan BUT ADI (US$ 4,000,000.00).

Pada saat blok Duku telah berproduksi dan Pemerintah mengganti biaya-biaya yang telah
dikeluarkan maka penggantian oleh Pemerintah atas pengeluaran sebesar US$ 4,000,000.00
menjadi hak BUT ADI sepenuhnya (Sole Risk).

Transaksi tersebut termasuk dalam pengertian pengalihan Participating Interest yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. Mengingat transaksi tersebut telah memenuhi
keempat kriteria transaksi dalam rangka berbagi risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) Peraturan Menteri ini, maka atas transaksi tersebut tidak terutang PPh final.
MENTERI KEUANGAN
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM ttd.
u.b
KEPALA BAGIAN T.U KEMENTERIAN AGUS D.W. MARTOWARDOJO

ttd

GIARTO
NIP 195904201984021001

Anda mungkin juga menyukai