Anda di halaman 1dari 3

AKU SUKA ALAM AKU HEBAT

“Ian… Ian… bangun … sudah jam enam pagi,” kata Adian sambil menyingkap
ujung atas selimut yang dikenakan adiknya.

“Tapi,sekarang hari Minggu,kak, aku enggak masuk sekolah,” jawab Ian dengan
cemberut karena sedikit kesal. Ian segera menarik lagi selimutnya.

“Kamu lupa,ya… kan, hari ini kamu akan membersihkan kolam ikan… Atau biar
aku saja yang membersihkan kolam …,” kata Adian sambil beranjak meninggalkan Ian
dan pura-pura memasang wajah yang serius.

“Kak, tunggu….! Aku yang membersihkan kolam!” teriak Ian sambil


menyibakkan selimut dan bergegas mengikuti langkah kakaknya.

Adian tersenyum melihat tingkah adiknya. Ia sudah yakin adiknya akan segera
bangun jika diajak membersihkan kolam ikan. Adiknya memang sangat senang
bermain dengan ikan-ikan kesayangannya.

“Kak,kok harus pagi-pagi sekali,sih, membersihkan kolam ikannya?” “Soalnya,


kalau terlalu siang, kasihan ikannya bias kepanasan.”

“Oh iya, kan, ikan-ikannya harus dipindahkan ke ember dulu ya, sebelum
kolamnya di kuras,” kata Ian sambil mengangguk-anggukkan kepala. “Kak, aku ambil
ember,sikat,gayung dan spons busa dulu ya.” “Kalau aku mau ambil
ember,gayung,dan sekop. Karena aku ingin menanam bunga,” kata Adian.

“Halo ikan-ikan kecil, aku akan membersihkan rumahmu supaya kamu sehat,”
kata Ian menyapa ikan-ikan kesayangannya. Kemudian, Ian meletakkan ember yang
dibawanya ke dekat kolam dan mengisinya dengan air. Dengan menggunakan jaring
kecil, Ian memindahkan ikan-ikannya yang berjumlah sepuluh ekor ke dalam ember.

Aduh…! Ibu tolooong… ikan yang di ember melompat ke rumput…,” teriak Ian
terkejut. Ibu segera datang dan membantu Ian mengambil ikan itu, kemudian
dimasukkan lagi ke dalam ember. “Terima kasih,bu…” kata Ian.

Ian,kamu hebat sekali,pagi-pagi begini sudah membersihkn kolam ikan.


“soalnya aku suka memelihara ikan.” “Bagus sekali itu. Kalau besar nanti, kamu bias
jadi peneliti ikan.” “Ya, aku akan buat kolam ikan yang besaaar sekali. Ikannya
banyaak sekali.”

Adian sangat menyukai bunga. Pagi ini, ia akan menanam bunga. Dengan
menggunakan sekop, Adian membuat lubang dangkal di tanah kemudian meletakkan
bunga ke dalam lubang itu. Selanjutnya, Adian menambahkan tanah lagi hingga
lubangnya tertutup. “Nah, sudah selesai. Sekarang, tinggal menyiram supaya
bunganya segar,” kata Adian.

Tiba-tiba terdengar air yang dituangkan ke tanah, byuuur…! Byuuur….! Adian


pun mencari sumber suara itu, ternyata dari dekat kolam. Adiknya sedang menuang
air kotor dari kolam ke saluran air yang ada di dekat kolam.

“Ian, airnya jangan dibuang-buang begitu!” . “Ini air kolam yang kotor,kak…” “Tapi,
air itu kan masih bias dipakai untuk menyiram bunga. Kita harus menghemat air,”
saran Adian. “Oh iya….” Kata Ian sambil tertawa.

Ian pun menyiram bunga-bunga denagn air kolam. “Kalian luar biasa sekali,
sudah bisa menghemat air. Saat besar nanti, kalian pasti jadi pahlawan penyelamat
lingkungan,” kata ibu yang melintas sambil membawa baju-baju yang akan dijemur.

“Ibuuu…, kakaaak… cepat ke sini!” kata Ian sambil menunjuk ke tanah. Ibu
segera menghentikan kesibukannya menjemur baju kemudian menghampiri Ian.
Adian juga segera melihat ke tanah yang ditunjukkan adiknya. “Ada apa?” Tanya ibu
dengan heran.

“Airnya hilang…! Tadi, aku menyiram air disini, tapi terus airnya hilang.” Ibu
tersenyum mendengar penjelasan Ian. “Sayang,airnya tidak hilang, tetapi meresap ke
dalam tanah. Air itu akan diserap lagi oleh akar tanaman,dijadikan makanan. Selain
itu, air itu juga akan dikumpulkan jadi cadangan air untuk kita.”

“Apa semua air akan diserap tanah?” Tanya Adian. “Tentu saja,asalkan
tanahnya tidak tertutup semen,aspal,bangunan,atau sampah.” “Gimana kalau
tanahnya tertutup rumput seperti di halaman ini atau tertutup pohon seperti di
hutan?” Tanya Adian lagi. “Itu malah bagus,sebab air tidak langsung mengalir
sehingga tanah bisa menyerapnya.” “Kalau gitu,kita enggak usah punya rumah, biar
air bisa meresap,” celetuk Ian. Ibu dan Adian tertawa mendengar ucapan Ian itu.

“Nah, semua bunga sudah ditanam, sekarang aku mau bersepeda,” kata Adian
sambil melihat bunga-bunga yang baru di tanamnya. “Ian, kakak mau bersepeda, apa
kamu mau ikut?” “Iya kak, aku mau ikut. Aku sudah selesai membersihkan kolam
ikan. Lihat, tuh…!” Adian segera mengeluarkan sepedanya. “Bu,kami mau bersepeda
dulu ya.” Pamit Adian dan Ian serempak. “hati-hati,ya, sayang,” pesan Ibu.

Adian dan Ian bersepeda menyusuri jalan-jalan di dekat rumahnya. “Kak, asyik
sekali ya,bersepeda itu. Rasanya dingin kena angin.” “Lihat yang di pohon itu, ada
burung warna kuning,” kata Adian sambil mengarahkan telunjuknya ke pohon di
seberang jalan. Kalau besar nanti aku ingin berkeliling dunia dengan naik sepeda. Aku
bisa melihat pemandangan yang indah, jenis binatang yang baru, dan bunga-bunga
yang cantik.” Tiba-tiba Ian berteriak, “kak,awaas..! di depan ada ular!”
Segera saja Adian menghentikan laju sepedanya. Ia mengamati benda warna
cokelat agak kuning di depannya. “Ian itu bukan ular,tapi ranting pohon yang jatuh.”
Perlahan Adian mendekati benda itu,sementara Ian dengan sedikit ketakutan tetap
duduk di sadel belakang sepeda.

“Tuh, betul kan…,” kata Adian sambil memungut ranting kering itu. “kak,
rantingnya kita bawa pulang saja ya. Soalnya bentuknya lucu. Siapa tahu nanti bisa
kita jadikan mainan.” Adian mengangguk. Ia meletakkan ranting itu di keranjang
sepedanya. Mereka pun kembali melanjutkan bersepeda.

“Kak,coba lihat itu!” seru Ian. Adian segera berhenti mengayuh sepeda. “ada
apa? Apa ada ular lagi?” ledek Adian sambil menoleh ke adiknya. “ah,kakak ini…! Lihat
itu kak, ada batu yang bentuknya lucu-lucu.” Mereka turun dari sepeda, kemudian
mendekati tumpukan batu di tepi jalan yang ditunjukkan Ian.

“Aduh lucunya… batu ini bentuknya seperti ikan,” kata Ian sambil menunjukkan
batu berwarna abu-abu kepada Adian. “iya… betul,seperti ikan.” Ian menyimpan batu
itu di dalam sakunya.

“Ian,coba lihat batu ini,” kata Adian sambil menunjukkan batu warna hijau. “Iya
kak, bagus sekali. Di tengah batu ini seperti ada gambar daunnya.” “kamu suka
dengan batu ini?” Tanya Adian. “Iya, batunya untuk aku ya. Aku janji akan
menyimpannya,”rajuk Ian. Adian mengangguk.

“Ian, sekarang sudah siang, kita pulang, yuk. Ibu pasti sudah menunggu.”
Ketika sampai didepan rumah, Ibu memang sudah menunggu. “Bagaimana naik
sepedanya?”

“Capek, bu. Tapi,senang sekali.” “Apakah kalian mau ibu buatkan jus toberi?”
“Justoberi? Minuman apa itu,bu? Tanya Ian dengan heran. “Jus toberi artinya jus
tomat campur stroberi,” jawab Ibu tersenyum. Serempak Ian dan Adian menjawab,
“Mau…! Mau…!”

Kalau begitu segera simpan sepedanya, kemudian tolong petikkan empat buah
tomat dan sepuluh stroberi. Pilih yang sudah matang ya.” “Ini,sayang, jus toberinya.”
“Asyik, terima kasih,Bu.” Segera saja merka minum jus itu sambil menceritakan
pengalaman selama bersepeda.

Tak lupa, Adian menunjukkan ranting kayu yang ditemukannya di jalan,


sedangkan Ian menunjukkan batu-batu uniknya. “Ibu sangat senang kalian menyukai
berkebun, memelihara binatang, menikmati pemandangan, dan mengamati benda-
benda di alam. Karena itu akan membuat kalian menjadi anak yang hebat.”

Anda mungkin juga menyukai