Anda di halaman 1dari 12

Tugas Mata Kuliah : Metode Penelitian Hukum

Dosen Pengampu : Dr. Andika Persada Putera, S.H, M.H

TANGGUNGJAWAB DOKTER PENANGGUNG JAWAB DALAM

PELAYANAN KESEHATAN DI KLINIK UTAMA RAWAT INAP

Oleh:

Yepa Putri Nur Affifah (NIM. 2019.06.2.0010)

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang Dasar (UUD)

1945 pasal 28 H (1). Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan adalah

setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh kesehatan yang

setinggi - tingginya, tanpa memandang suku, agama, dan status sosial

ekonominya.1 Upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan

sesuai cita-cita luhur UUD 1945 adalah pemenuhan dan pemerataan fasilitas

kesehatan mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama sampai dengan

fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Pelayanan kesehatan pada sistem Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) telah diatur di Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia tentang pelayanan JKN pasal 2 ayat (3) bahwa fasilitas

kesehatan tingkat lanjutan yang dimaksud adalah klinik utama, rumah sakit,

dan rumah sakit khusus. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang paling

dasar adalah klinik utama atau klinik utama rawat inap. Sebagai fasiltas

kesehatan tingkat lanjut dan merupakan rujukan dari fasilitas kesehatan

tingkat pertama, klinik utama menyediakan pelayanan dokter spesialis yang

kedudukan pelayanan kesehatannya setara dengan rumah sakit tipe D. Sesuai

amanah undang-undang bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
1
Hapsara Habib Rachmat, Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Yogjakarta, 2004, h. 11.
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan menurut Undang-

Undang Dasar ( UUD ) 1945 pasal 28 H (1). Hal ini menunjukan bahwa

pemerintah berkewajiban menyehatkan seseorang yang sakit dan berupaya

mempertahankan yang seseorang yang sehat tetap sehat2. Mendapatkan

pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga negara Indonesia dan

negara mempunyai kewajiban untuk menjamin kesehatan serta kehidupan

yang layak di bumi Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia (PMK ) Nomor 71 tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada

Jaminan Kesehatan Nasional pasal 1 (5) fasilitas kesehatan adalah fasilitas

kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan perorangan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif

yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan /atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan pada sistem JAM telah diatur di PMK tentang

pelayanan JKN pasal 2 ayat 3 bahwa fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang

dimaksud adalah klinik utama, rumah sakit dan rumah sakit khusus. Pada

PMK republik Indonesia Nomor 9 tahun 2014 tentang Klinik pasal 9 ayat (1)

penanggung jawab teknis klinik adalah seorang tenaga medis, dan ayat (2)

Penanggung jawab teknis Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Klinik tersebut, dan dapat merangkap

sebagai pemberi pelayanan.

2
Muhamad Sadi Is, Etika dan Hukum Kesehatan, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta,
2015, h.7
Klinik utama rawat inap merupakan klinik yang menyelenggarakan

pelayanan harus berbadan hukum baik berbentuk yayasan atau persereoan

terbatas , didalam struktur organisai bahwa instansi berbentuk badan hukum

harus dipimpin oleh seorang direksi. Struktur organisasi suatu perusahaan

yang berbentuk badan hokum tergantung bentuk badan hukum yang dipilih

serta model struktur organisasi menganut bentuk badan hukum yang dibuat

oleh suatu perusahaan. Pada intinya bahwa suatu perusahaan harus dipimpin

oleh seorang pemimpin, model dan nama seorang pemimpin tergantung

bentuk badan hukum yang membentuk perusahaan tersebut. Kepemimpinan

dalam bahasa inggris disebut leadership dan, kepemimpinan adalah

menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan,

mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat dalam

usaha bersama3. Merujuk pada PMK nomor 9 tahun 2014 tentang klinik tidak

di sebutkan bahwa penanggungjawab teknis klinik adalah seorang tenaga

medis, berbeda dengan undang- undang rumah sakit nomor 44 tahun 2009

pasal 34 (1) yang telah tegas mengatur bahwa Kepala Rumah Sakit harus

seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang

perumah sakitan. Pada pasal 33 (2) menjelasakan tentang struktur organisasi

rumah sakit bahwa organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala

rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur

keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan

internal, serta administrasi umum dan keuangan. Pada perundang – undangan

3
Hamzah Zakub, Menuju Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan, Bandung, CV
Diponegoro, h.125
tersebut diatas tidak disebutkan bahwa pimpinan klinik utama rawat inap

adalah bukan tenaga medis akan tetapi di PMK tersebut penanggungjawab

klinik adalah seorang tenaga medis. Hal ini sangat rancu dan tidak jelas

secara bentuk badan hukum bahwa klinik utama rawat inap yang

kedudukannya setara rumah sakit type D dan juga merupakan fasilitas tingkat

lanjut yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan dari tingkat pertama.

Ketidak jelasan status di dalam peraturan meteri kesehatan bahwa klinik

pratama merupakan fasilitas tingkat pertama dan klinik utama merupakan

pelayanan fasilitas tingkat lanjut harus ada kepastian hukum tanggung jawab

pimpinan teknis dan direktur klinik sehingga di dalam struktur orgnisasi ada

kejelasan dan kepastian hukum.

PMK nomor 9 tahun 2014 tentang klink pasal 4 (3) bahwa klinik yang

dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat inap harus didirikan

oleh badan hukum. Bentuk Tanggung jawab dari pimpinan klinik utama rawat

inap harus di jelaskan secara deteil sesuai dengan bentuk badan hukumnya.

Tanggungjawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,

dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya)4. Penanggung jawab teknis di

klinik dalah seorang tenaga medis, berarti seorang dokter bertanggung jawab

secara teknis semua pelayanan yang ada di klinik tersebut, artinnya kegiatan

pelayanan medis dan keperawatan yang ada di klinik tersebut merupakan

tanggung jawab oleh seorang dokter secara pidana maupun perdata. Dalam

4
. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Apollo, Surabaya, 1997, h. 576.
kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi seseorang

untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya5.

Pimpinan klinik mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan

peraturan perundang -undangan , apabila klinik berbentuk badan hukum

perseroan terbatas bahwa pimpinan klinik adalah seorang direktur klinik,

sedangkan dokter penanggung jawab teknis klinik adalah seorang menegerial

opersional klinik, sehingga jelas kedudukan dokter penanggung jawab teknis

klinik. Tanggung jawab pimpinan klinik secara hukum mempunyai beberapa

tanggung jawab, yaitu tanggung jawab pimpinan klinik secara pidana,perdata

dan administrasi. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) merupakan

seorang dokter yang bertanggung jawab terhadap pelayanan dan pengelolaan

asuhan medis seorang pasien,sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 39

tahun 2009 tentang Kesehatanan Undang-Undang RI nomor 44 tentang

Rumah Sakit. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan adalah seorang dokter,

yang sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien,

memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu

patologi / penyakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit,

baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap 6.Pelayanan di klinik utama

rawat inap secara hukum menjadi tanggung jawab dokter penanggung jawab,

secara kontraktual dokter penanggung jawab bertanggung jawab kepada

pimpinan klinik utama. Pimpinan klinik utama rawat inap diangkat oleh

pemilik klinik, secara hukum pimpinan klinik bertanggung jawab secara


5
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, 2005.h. 125
6
Sutoto Panduan Pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP),Jakarta ,
KARS edisi 1 tahun 2014.
menyeluruh semua kegiatan yang menjadikan kegiatan di klinik

tersebut.Tanggung jawab hukum pidana pimpinan klinik berdasarkan konsep

pertanggungjawaban pidana sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal

hukumsemata-mata melaikan juga menyangkut soal nilai-nilai moral atau

kesusilaan umum yang dianut oleh suatu masyarakat atau kelompok-

kelompok dalam masyarakat, hal ini dilakukan agar pertanggungjawaban

pidana itu dicapi dengan memenuhi keadilan7. Pertanggungjawaban pidana

adalah suatu bentuk untuk menentukan apakah seorang tersangka atau

terdakwa dipertanggungjawabkan atas suatu tindak pidana yang telah terjadi.

Tanggung jawab secara hukum administrasi yang dijatuhkan terhadap

pimpinan klinik yang melakukan kesalahan, adalah untuk memperbaiki dan

mendidik pimpinan klinik yang bersangkutan. Oleh karena itu, jika hukuman

disiplin dalam bidang pelayanan kesehatan diterapkan, maka dengan

sendirinya rasa tanggung jawab yang mendalam akan mendorong mereka

untuk melakukan kewajiban profesi dan mematuhi ketentuan-ketentuan

hukuman yang telah digariskan. Tiap orang dianggap mengetahui aturan

hukum, sehingga ketidaktahuan tentang Undang-Undang bukan merupakan

suatu alasan8. Pertanggung jawaban hukum perdata pimpinan klinika adalah

hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang

yang lain di dalam masyarakat yang menitik beratkan kepada kepentingan

7
Hanafi, Mahrus, Sisitem Pertanggung Jawaban Pidana, Cetakan pertama, Jakarta,
Rajawali Pers, 2015, h.16
8
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta, 2016, h.115.
perseorangan (pribadi)9.Tanggung jawab pimpinan klinik secara hukum

keperdataan bersumber pada dua bentuk yakni perbuatan melanggar hukum

( onrechtmatigedaad ) sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata,

perbuatan wanprestasi ( Contractual liability ) sesuai dengan ketentuan Pasal

1239 KUH Perdata.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan diatas, maka penulis melakukan penelitian

dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Tanggung jawab dokter penanggung jawab klinik dalam pelayanan

kesehatan di klinik utama rawat inap.

2. Tanggungjawab dokter penanggung jawab secara hukum pidana, hukum

perdata dan hukum adminstrasi di klinik utama rawat inap.

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tanggung jawab pimpinan klinik dalam pelayanan kesehatan

di klinik utama rawat inap.

2. Menganalisis tanggungjawab dokter penanggung jawab tehnis di klinik

utama rawat inap.

D. Manfaat Penelitian.
9
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung, Cet 4,
Pt.Alumni, 2000, h. 2.
1. Manfaat teori.

Kontribusi penelitian ini secara teoritis diharapkan memberi sumbangan

ilmiah bagi ilmu pengetahuan hukum kesehatan serta secara lebih

mendalam melakukan analisis terhadap perangkat peraturan perundangan

saat ini dalam pengembangan ilmu hukum kesehatan bagi

penyelenggaraan pendidikan di Magister Hukum Kesehatan di Fakultas

Hukum.

2. Manfaat praktis.

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi para praktisi kesehatan

baik pimpinan sarana kesehatan maupun dokter penanggung jawab tehnis

dalam pelayanan kesehatan sesuai peraturan perundang – undangan

terutama tentang perbedaan pimpinan klink dan doketer penaggung jawab

tehnis di klinik utama rawat inap sesuai PMK Tahun 2014 Tentang Klinik.

E. Orsinalitas Penelitian.

Penelitian ini pernah diteliti oleh penelitian sebelumnya yaitu Ahmad

Saiful Umam dr. dengan judul “Tanggung Jawab Dokter Anaesthesi Dalam

Tindakan Bedah Di Klinik Utama” Program Magister Hukum Kesehatan

Universitas Hang Tuah Surabaya tahun 2018, isi dari penelitian tersebut

adalah menurut PMK tahun 2014 tentang Klinik pasal 34 bahwa klinik utama

tidak boleh melakukan tindakan bedah yang menggunakan anaesthesi umum

dan spinal, akan tetapi menurut UU praktek kedokteran tahun 2004 pada

pasal 35 Ayat (1); Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi mempunyai wewenang melakukan praktek kedokteran sesuai

dengan pendidikan dan kopetensi yang dimiliki pada poin f. melakukan

tindakan kedokteran atau kedokteran gigi; dan pada Ayat (2) berbunyi Selain

kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kewenangan lainnya diatur

dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.10

Penelitian selanjutnya telah oleh Pamuji S.Kep.Ns MH dengan judul “

Kewenangan dokter spesialis dalam melakukan tindakan medis di klinik

utama rawat inap’’ Program Magister Hukum Kesehatan Universitas Hang

Tuah Surabaya tahun 2019, isi dari penelitian tersebut adalah menurut PMK

tahun 2014 tentang Klinik pasal 2 ayat 4 bahwa kewenangan dokter spesialis

dalam menjalankan tugasnya harus berpegang teguh pada standar profesi,

standar kompetensi dokter spesialis serta mempunyai prinsip dasar etika

kedokteran yang tidak merugikan (Non-malificence ), bermanfaat

(Beneficence ), menghormati otonomi pasien (Autonomy) dan memberikan

keadilan dalam pelayanan (Juctice). Serta peninjauan kembali Peneliti

merekomendasikan peninjauan kembali terhadap kewenangan dokter spesialis

dalam melakukan tindakan medis di klinik utama rawat inap pada PMK

Nomor 9 tahun 2014 pasal 33 dan pasal 34 ayat (1), (2), (3) tentang

kewenangan dokter anestesi dan dokter spesialis bedah.11

Sebagai mahasiswa program magister hukum kesehatan menegaskan,

bahwa penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya, terutama tentang

10
.Ahmad saiful Umam, Tanggung Jawab Dokter Anaesthesi Dalam Tindakan dokter
bedah di klinik Utama, Tesis Of Law, 2018 . h.113
11
Pamuji, Kewenaangan Dokter Speselis Dalam melakukan Tindaan Medis Di klink
Utama rawat Inap, tesis of law 2019 h........
tanggung jawab serta kepastian hukum pimpinan klinik dan dokter

penanggung jawab di klinik utama rawat inap. Penelitian ini merupakan buah

pemikiran peneliti yang diambil dari fakta yang ada di suatu klinik utama

rawat inap, dan kami siap bertanggung jawab serta diberi sangsi apabila

penelitian ini bukan buah hasil pemikiran kami atau plagiat. Proposal

Tanggungjawab Pimpinn Klinik dan Tanggung jawab dokter penanggung

jawab tehnis di klinik utama rawat inap belum mendapatkan kepastian hukum

secara peraturan perundang-undangan.

Pimpinan Klinik Utama rawat inap dan Dokter penanggung jawab

tehnis di klinik utama harus jelas kewenanganya dan tanggungjawab secara

hukum sesuai peraturan perundang – undangan, supaya dalam menjalankan

tugasnya tidak tumpang tindih serta tidak terjadai dwi fungsi kewenangan dan

tanggung jawab dalam memngelola pelayanan kesehatan di klinik utama

rawat inap
DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, 2005.h. 125

Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Apollo, Surabaya, 1997, h.


576.

Hamzah Zakub, Menuju Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan,


Bandung, CV Diponegoro, h.125

Hanafi, Mahrus, Sisitem Pertanggung Jawaban Pidana, Cetakan pertama,


Jakarta, Rajawali Pers, 2015, h.16

Muhamad Sadi Is, Etika dan Hukum Kesehatan, Kencana Prenadamedia


Group, Jakarta, 2015, h.7

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung, Cet
4, Pt.Alumni, 2000, h. 2.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cahaya Atma


Pustaka, Yogyakarta, 2016, h.115

Sutoto Panduan Pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan


(DPJP),Jakarta , KARS edisi 1 tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai