Anda di halaman 1dari 20

YANG BERTAHAN

Saat ini, berbagai sendi kehidupan di seluruh penjuru bumi


tengah dipukul babak-belur oleh pandemi. Di satu sisi, ya
memang itu yang terjadi. Tapi di lain sisi, kalau kita jeli, ada
hikmah yang tersembunyi.

Di tengah pandemi akhirnya kita disadarkan kembali akan tiga


hal yang teramat penting dalam kehidupan. Apa itu? Agama,
keluarga, dan kesehatan. Sekali lagi, agama, keluarga, dan
kesehatan.

Angka kematian yang dipertontonkan setiap hari mau nggak


mau membuat kita lebih intens dan lebih khusyuk dalam berdoa.
Ya, kita berusaha memperbaiki hubungan kita dengan Yang
Maha Kuasa.

Gimana dengan keluarga? Sekarang, saat lama-lama berada di


rumah, kita pun punya waktu yang berkualitas dan berkuantitas
bersama keluarga, yang mana sebelumnya ini jarang-jarang
terjadi.

Gimana dengan kesehatan? Dulu kita nggak terlalu peduli sama


kesehatan. Sekarang? Lebih concern. Lebih care. Bahkan kita
berusaha mencari tahu lebih mendalam tentang virus,
penyebarannya, dan cara-cara mencegahnya.

Dengar-dengar, gegara Corona, tingkat polusi pun turun drastis


di berbagai belahan bumi, yang insya Allah ini membuat semua
manusia bisa menghirup udara dengan mutu yang lebih baik.
Sebut saja, lebih sehat.

Turunnya tingkat polusi, ini nggak main-main. Sangat krusial.


Menurut WHO, yang meninggal akibat polusi ada 7 juta jiwa
setahun. Sementara, yang meninggal akibat Corona „hanya‟
ratusan ribu jiwa. Think.
Itulah tiga hal yang teramat penting dalam kehidupan. Agama,
keluarga, dan kesehatan. Siapa yang berani membantah?

Ada satu hal lagi. Terutama bagi seorang entrepreneur. Apa itu?
Efisiensi dan kreativitas. Belakangan ini, kita berpikir keras dan
berusaha keras bagaimana bisnis terus berjalan dengan kita tetap
berada di rumah. Go online akhirnya menjadi pilihan. Saya dan
mitra-mitra sudah lama mengambil pilihan itu.

Soal go online nanti akan kita bahas lebih dalam.

Pada akhirnya, hampir semua entrepreneur sekarang lagi diayak.


Ya, lagi diayak. Boleh juga disebut seleksi alam. Corona yang
menjadi pemicunya. Tapi entrepreneur yang tangguh, efisien,
dan kreatif insya Allah akan tetap bertahan. Saya harap Anda
salah satunya.

Yang jelas, ebook ini untuk Anda. Sekian persen insya Allah
jadi solusi. Segera baca bab-bab berikutnya.

YANG BERUBAH

Di luar sana, karena bisnisnya terdampak pandemi, sebagian


entrepreneur sudah:
- Mantab
- Manset
- Matang

Maksudnya:
- Makan tabungan
- Makan aset
- Makan utang

Duh!
Sungguh, saya prihatin. Pada kesempatan kali ini, izinkan saya
memberikan anjuran dan ajakan. Boleh?

Begini. Langit tak selamanya gelap, tak semuanya gelap. Se-


bagian mungkin gelap, tapi sebagian lagi terang kok. Begitu
juga dalam bisnis. Ada bisnis-bisnis yang redup ketika pandemi
ini, tapi ada juga yang cerah dan berkilau.

Saran saya, jangan gengsi untuk berubah. Ya, berubah. Mungkin


dari segi produk. Mungkin dari segi strategi. Mungkin dari segi
konsumen. Harga? Kemitraan? Distribusi? Mungkin saja, turut
berubah.

Dulu, kita melihat sebagian orang gengsi untuk jualan. Gengsi


untuk bisnis online. Heran juga kita, kok mereka sampai gengsi
segala. Padahal Syahrini dan Ashanty aja jualan. Bahkan Nabi
dan istri juga berdagang.

Kembali soal pandemi.

Ingat, uang itu tetap ada, sama sekali nggak berkurang jumlah-
nya. Asalkan kita kreatif, go online, dan memperhatikan faktor
kesehatan (health-concerned), insya Allah bisnis kita akan tetap
bertahan bahkan bertumbuh.

Ya, bertumbuh alias growing.

Mohon maaf, hewan saja memiliki kemampuan untuk survive


dan sustain. Padahal mereka nggak sekolah, nggak seminar,
nggak kreatif, nggak online. Hehe. Manusia? Harusnya lebih.
Bukan sekedar bertahan, tapi juga mampu mengeluarkan
segenap potensinya.

Itulah yang saya yakini. Bagaimana dengan Anda? Yakin?


Sekiranya Anda yakin, berarti ebook ini memang pas untuk
Anda. Silakan baca bab-bab berikutnya. Sampai tuntas. Semoga
membawa manfaat dan solusi.
YANG TERKUAT

Orang-orang yang berhasil melalui pandemi ini, mereka itulah


yang paling tangguh dan paling kuat. Benarkah begitu? Bisa ya,
bisa nggak. Kali ini dalam perspektif lain, kita mengulas sedikit
„apa itu kuat‟ dan „siapa yang terkuat‟.

Pernah dengar soal Zeus? Di antara para dewa, Zeus kononnya


yang TERKUAT. Selama ratusan tahun, bahkan ribuan tahun,
itulah kisah yang kita dengar. Saya pernah melihat patung
aslinya yang sudah berumur ribuan tahun. Hm, mitos ternyata.

Begini. Hercules itu anaknya Zeus. Lantas, siapa yang lebih


kuat, Hercules apa Zeus? Seiring berjalannya waktu, kemudian
kita sadar bahwa yang TERKUAT itu bukan Hercules, bukan
pula Zeus. Terus, siapa?

Yang terkuat adalah mereka yang:


- berhasil menundukkan hawa nafsu,
- tetap bersabar walaupun keadaan tak sesuai dengan harapan,
- mau memaafkan walaupun mampu untuk membalas,
- mau berbagi walaupun mampu untuk mengumpulkan.

Rupanya puasa melatih kita untuk bisa seperti itu. Inilah


kekuatan sejati. Masya Allah.

Saya pun coba melakukan itu sebisa saya. Terutama soal


berbagi. Belakangan ini, aktivitas saya lumayan padat, diisi
dengan zoom event. Boleh dibilang, setiap hari. Pernah diminta
sharing untuk komunitas-komunitas di Turki dan New Zealand.
Pernah juga untuk BUMN.

Dan seperti biasa, narsum pasti dapat FEE, hehe. Ini rezeki,
alhamdulillah.

Sebelum pandemi, saya sering mengarahkan agar fee saya


langsung disalurkan ke lembaga sosial, seperti Dompet Dhuafa
(DD). Ketika pandemi, apalagi Ramadhan, saya semakin mantap
menyalurkan fee saya 100% ke lembaga sosial. Insya Allah
untuk pengadaan APD, masker, dan sejenisnya. Berbagi.

Saya orang biasa. BUKAN pejabat. BUKAN siapa-siapa. Belum


punya power untuk menggerakkan jutaan orang dan menyalur-
kan triliunan rupiah. Tapi, saya berusaha berbuat sebisanya.
Berbagi. Semoga langkah kecil ini jadi contoh dan inspirasi bagi
semua.

Sebelumnya, alhamdulillah orang Indonesia itu sudah terbiasa


dengan berbagi dan saling sinergi. Sekarang ini? Lagi pandemi?
Kita harus lebih intens lagi dalam berbagi. Insya Allah ini akan
menjadi sesuatu yang sangat kuat dan penuh energi.

Nanti, di bagian akhir ebook ini, saya akan kembali membahas


soal berbagi dan keajaiban-keajaibannya. Teruslah membaca.

YANG BERADAPTASI

Manakala terjadi perubahan besar, siapakah yang bertahan? Ini


bukan semata-mata soal kekuatan. Tapi juga soal kemampuan
menyesuaikan diri dan beradaptasi. Lihatlah sejarah yang sudah-
sudah, maka kita akan menemukan satu benang merah.

Ketika pandemi seperti ini, kita harus mengingatkan teman-


teman dan kerabat-kerabat kita. Maaf, sebagian orang nggak
mau move on dan nggak mau berubah. Padahal, saat ini
diperlukan perubahan dan penyesuaian dalam menjalankan
bisnis. Kadang varian tertentu perlu dihadirkan. Kadang produk
lama perlu digantikan.

Misal, jasa travel. Mungkin saat ini harus shift dulu, ke kuliner
atau produk kesehatan. Begitu juga hotel. Mungkin saat ini
harus menawarkan jasa katering, jasa laundry, dan jasa karantina
(untuk memanfaatkan kamar-kamarnya).

Restoran menengah-atas? Yang biasanya makan di tempat,


mungkin saat ini harus menawarkan jasa delivery dan katering.
Demikian pula bisnis-bisnis lainnya. Berkali-kali saya ingatkan,
jangan gengsian untuk berubah. Beradaptasi.

Saya beruntung, sudah bertahun-tahun menghadirkan produk-


produk kesehatan alhamdulillah. BUKAN pedagang musiman
insya Allah. Teman-teman yang terdampak karena pandemi, ayo
lakukan perubahan dan penyesuaian. Mau nunggu apa lagi?

Saya pribadi sudah satu tahun lebih OFF dari Facebook. Maret
yang lalu, saya aktif kembali. Buat apa? Demi menyemangati
teman-teman semua. Di page 'Ippho Santosa & Tim Khalifah'
ada 700.000 member (silakan search ya). Saat ini, sepertinya
mereka sangat memerlukan motivasi dan inspirasi.

Karena itulah, bismillah saya hadir kembali di Facebook. Insya


Allah kita semua akan melalui masa-masa sulit ini. Bisa!

YANG BERGEMA

Anda masih serius membaca ebook ini? Bagus. Setidaknya ada


4 formula yang harus dipatuhi oleh seorang entrepreneur pemula
agar bisnisnya tetap bergema (echo) di tengah pandemi seperti
sekarang. Sebenarnya, 4 formula sudah saya bahas sebelumnya.
Anggap saja bab ini sebagai reminder dan rangkuman.

Boleh dibilang, 4 formula ini adalah „fardhu ain‟ bagi seorang


entrepreneur. Apa saja 4 formula itu? ECHO yang terdiri dari
Efficiency, Creativity, Health-Concern, Online. Hei, hati-hati.
Kalau 4 formula ini diabaikan, bukan mustahil bisnisnya akan
terkubur ditelan pandemi.
Kreativitas dan efisiensi. Jelas, dua hal ini sangat krusial. Dulu,
penting. Sekarang, semakin penting. Belakangan ini, kita ber-
pikir keras dan berusaha keras bagaimana bisnis terus berjalan
dengan tetap berada di rumah. Tul?

SDM tidak leluasa bergerak. Produksi dan distribusi terkendala.


Begitu juga operasional hari-hari di kantor. Kalau nggak kreatif
dan nggak efisien, bagaimana mungkin bisnis masih bisa ber-
jalan? Definitely, being creative is a must!

Tahun 2016, saya dipilih menjadi 20 Mentor Pilihan di Kemen-


terian Pendidikan (saat itu, menterinya Anies Baswedan).
Selain saya, ada mentor-mentor lain, salah satunya Nadiem
Makarim. Pada kesempatan itu, saya sampaikan kepada peserta
mentoring betapa penting soalnya kreativitas. Maaf, seringkali
kreativitas lebih berharga daripada ijazah.

Kita lanjutkan. Concern terhadap kesehatan sekarang meningkat


dan menjadi-jadi, bahkan menjadi prioritas tertinggi. Right?
Nah, ada baiknya kita menawarkan produk dan jasa terkait
kesehatan. Kalaupun bukan produk kesehatan, tolong perhatikan
faktor kesehatan setiap kali kita menawarkan dan mengantarkan
produk kita. Health-Concern istilahnya.

Dan go online akhirnya menjadi pilihan. Suka atau tidak suka.


Siap atau tidak siap. Apalagi pemerintah juga sudah meng-
anjurkan, go online. Seperti yang saya ketik sebelumnya, saya
dan mitra-mitra sudah sekian tahun mengandalkan kekuatan
online, walaupun belum 100%.

Ternyata, go online ini nggak sulit dan sangat menjanjikan.

Izin mengabarkan, saya dan mitra-mitra saya BUKAN pedagang


musiman. Sudah sekian tahun kami membuktikan dan meng-
andalkan kekuatan online, walaupun belum 100%. Dan
alhamdulillah sangat lumayan hasilnya. Menariknya bisa
dijalankan di rumah aja.
Boleh saya bicara apa adanya?

Menurut saya, seorang pemula akan kerepotan kalau bisnisnya


diarahkan berbasis toko atau ruko. Sewanya berapa? Gaji
karyawan, gimana? Bahan baku, gimana? Listrik-air, gimana?
Balik modal pun bisa 2 tahun atau lebih! Pemula mana sanggup!

Selama ini, saya merancang mitra-mitra saya agar balik modal


dalam dua minggu atau kurang. Relatif cepat. Barang? Mudah
disimpan dan murah dikirim. Terus? Tidak mudah expired dan
tidak mudah rusak. Pembinaan? Setiap hari. Operasional?
Cukup WFH.

Maaf, saya membimbing dan membina orang bukan satu tahun


dua tahun. Tapi sudah belasan tahun. Di 34 provinsi di
Indonesia. Di belasan negara di 5 benua. Sampai ke Amerika,
Inggris, Jerman, dan New Zealand. Insya Allah tahu persis
permasalahan pemula dan solusinya.

Demikianlah ECHO yang terdiri dari Efficiency, Creativity,


Health-Concern, Online. Praktek ya.

YANG ONLINE

Malam itu, saya bersama teman-teman di Musawarah mengikuti


kajian Ustadz Abdul Somad. Nggak terasa, lebih dari 5 tahun
saya menjadi bagian dari Musawarah. Nah, kajian malam itu
menjadi sedikit berbeda, karena kami melakukannya secara
online, bukan tatap muka. Tepatnya, melalui zoom meeting.

Begitulah, pandemi telah mengubah banyak hal. Termasuk soal


pertemuan tatap muka. Sebelumnya, sudah 3 kali Ramadhan,
saya berbuka puasa dengan Chairul Tanjung dan Kyai Ma‟ruf
Amin. Makan bersama, semeja. Tahun 2020? Hm, sepertinya
harus ditunda dulu.
Di tengah pandemi seperti sekarang, mau nggak mau, go online
menjadi suatu keniscayaan. Termasuk dalam bisnis. Boleh
dibilang, ini ancaman (threat) sekaligus peluang (opportunity).
Mereka yang lihai dan piawai akan menyulap ini sebagai
peluang.

Jujur, saat ini kesibukan saya sebagai entrepreneur nggak ber-


kurang sama sekali. Tetap aktif. Tetap produktif. Dengan online,
tentunya. Izinkan kali ini saya berbagi tips untuk menjalankan
bisnis online. Boleh ya?

Untuk memulai dan membesarkan sebuah bisnis, sekalipun itu


bisnis online, kita harus selektif dalam memilih produk. Se-lek-
tif. Jangan asal. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
Paragraf-paragraf berikut ini tolong dibaca tenang-tenang.

Pertama, pastikan mutunya bagus. Nilai 8 atau nilai 9. Karena


pada akhirnya, yang membuat produk itu terjual terus-menerus
dalam jangka panjang adalah mutu, BUKAN promosi. Sekali
lagi, mutu. Apa perlu saya ulang untuk ketiga kalinya?

Akan lebih baik lagi memilih produk yang tetap dicari, walau-
pun lagi pandemi.

Kedua, pastikan produknya mudah dikirim (hemat ongkir) dan


mudah disimpan (tidak menyita space). Kita ini pemula, yang
biasanya tidak punya gudang dan armada. Kita sangat meng-
andalkan jasa pengiriman. Maka, jangan sampai ongkir mem-
buat harga jual kita tidak kompetitif.

Hei, perhatikan baik-baik soal size dan space ini. Seringkali


SAAT stok dan omset mencapai angka ratusan juta rupiah,
seorang pemula mengalami kerepotan untuk menyimpannya
karena memang produknya menyita space.

Bagaimana dengan perencanaan? Begini. Di semua bidang


termasuk dalam bisnis, perihal perencanaan perlu dilakukan.
Awal-awal, langsung action yah silakan. Namun setelah
berjalan, harus ada perencanaan. Tak hanya varian produk tapi
juga strategi promosi dan strategi distribusi. Maka harus diatur
sedemikian rupa.

Belajarlah dari pemain lain agar kita bisa mengantisipasi ber-


bagai masalah. Sebab hal-hal tak diinginkan bisa terjadi kapan
saja. Misalnya, soal varian produk. Untuk tahap awal, saran
saya, kurangi varian produk agar promosi lebih terarah. Variasi
yang terbatas juga memudahkan kita untuk urusan stok dan
kalkulasi.

Saran saya selanjutnya, selain aktif di socmed seperti FB dan


IG, mesti aktif juga di berbagai grup WA. Buatlah diri kita
dikenal dan dipercaya. Setelah dikenal dan dipercaya, maka
produk akan lebih mudah untuk terjual. Ini hal yang sangat
simple, tapi sering diabaikan.

Nah kalau ini semua diterapkan dengan sungguh-sungguh, insya


Allah kita bisa mengucapkan kalimat-kalimat berikut ini:
- Ketika krisis, tetap eksis.
- Ketika pandemi, tetap bersemi.
- Ketika wabah, tetap berlimpah.

Saya doakan, Anda dan kita semua bisa mengucapkan kalimat-


kalimat itu dengan sepenuh hati, karena benar-benar telah
mengalami. Bukan sekedar motivasi. Bukan sekedar sugesti.

YANG KELUAR-KELUAR

Kita lanjut ya. Di tengah pandemi, saya prihatin sama mereka


yang terpaksa bekerja dan hilir-mudik di luar sana, karena
tuntutan nafkah dan rupiah. "Nggak keluar, yah nggak makan,"
jawab mereka dan itu sudah cukup menjelaskan semuanya.
Jujur, saya salut sama mereka.

Istilah lockdown, karantina, dan PSBB tidak ada dalam kamus


hidup mereka. Bukannya mereka nggak menghormati dan
menghargai seruan pemerintah. Tapi menurut mereka, keadaan
yang memaksa.

Yang pasti, mereka itu bertanggung-jawab atas keluarganya dan


benar-benar pemberani. Ada pandemi, mereka tak peduli.
Mereka tetap pergi, mencari nafkah sepanjang hari. Ya, mereka
itu pemberani.

Kemudian saya berpikir, kalau terhadap pandemi saja mereka


berani, mestinya buka usaha yah lebih berani. Ketika pandemi,
risikonya nyawa alias bisa mati. Ketika buka usaha, yah
risikonya cuma rugi. Anehnya, nggak semua orang berani. Hm,
saya melihat suatu kejanggalan di sini.

Sebagian kalangan menganggap modal sebagai kendala utama,


saat merintis usaha. Terus, apa jawaban saya? Mungkin ya,
mungkin tidak. Toh kalau uang Rp 1 juta, hampir semua orang
punya dan itu sudah cukup untuk merintis usaha. Right? Saya
yakin Anda akan mengangguk mengiyakan.

Soal produk, gimana? Namanya produk, tidak harus produksi


sendiri. Boleh, tapi tidak harus. Kita bisa ngandalin pihak lain
(vendor). Kita cukup menjualkan saja dan ambil selisihnya.
Simple. Ada yang bilang, "Ah, itu bukan pengusaha namanya."

Keliru! Terbukti showroom Toyota, dealer Yamaha, dan konter


iPhone juga melakukannya. Apa itu? Mereka cukup menjualkan
saja dan ambil selisihnya. No production.

Lantas, gimana dengan kita? Yah coba saja jadi agent atau
reseller untuk produk tertentu. Nggak rumit tho? Lebih baik lagi
kalau pilih produk yang tinggi repeat order-nya dan tetap dicari
walaupun lagi pandemi.
Buka deh pikiran kita. Benar-benar dibuka. Sudah saatnya kita
menempuh jalan berbeda dalam mencari nafkah dan rupiah.
Nggak harus ngantor. Nggak harus hilir-mudik di tengah
pandemi. Masih ada kok cara lain. Think. Try.

HATI-HATI DI RUMAH

Hari biasa, ada hacker yang mengintai dan mengamati. Di


tengah pandemi, mereka lebih gencar lagi. Kok bisa? Karena dia
tahu orang-orang lagi di rumah dan lagi online. So, hati-hati. IG
saya bahkan kena HACKED!

Lebih dari tiga minggu akun IG saya di-hack. Walhasil saya


nggak bisa posting di IG sama sekali. Sementara, saya sudah
terlanjur off dari FB dan Twitter selama satu tahun (walaupun
follower saya di sana 3X dan 4X lebih banyak daripada di IG).

Ada bagusnya juga sih.

Jadinya puasa socmed, hehe. Tepat 15 April 2020, alhamdulillah


akun IG saya pulih kembali, dibantu seorang teman (orangnya
baik sekali, padahal belum pernah bertemu saya sama sekali).
Saya pun berjanji dalam hati untuk mem-posting sesuatu yang
benar-benar manfaat dan menjauhi buang-buang waktu di IG.

Btw, terima kasih ya atas doa dan concern dari teman-teman.


Saya sih yakin banget, doa dari teman-teman itu ngefek banget
untuk kebaikan saya dan keselamatan saya. Termasuk kembali-
nya akun IG saya, @ipphoright. Namanya sama dengan nama
channel Telegram saya, juga nama akun Twitter saya.

Saran saya, hati-hati dalam menyikapi email yang masuk


(termasuk DM dan inbox). Kadang si hacker ini mengaku dari
manajemen Instagram, Facebook, dan Twitter. Menawarkan
verikasi dan Anda diminta untuk mengetik password Anda.
Atau sebaliknya. Mereka mengaku dari manajemen FB dan IG,
terus mengancam akan menutup akun Anda, karena Anda
dianggap melakukan pelanggaran. Jangan mudah terpancing.
Biasakan mengecek email dari laptop, bukan HP. Akan lebih
jelas siapa sender-nya kalau dari laptop. Sekali lagi, dari laptop.

Saya ceroboh waktu itu. Mengecek email dari HP. Akhirnya yah
kena hacked. Berhubung saya cepat melapor ke Instagram,
akhirnya si hacker ini nggak bisa ngapa-ngapain dengan akun
IG saya. Saya sampaikan di sini, biar nggak kejadian lagi.
Pelajaran buat kita semua.

Kembali saya mengingatkan, hati-hati dengan hacker dan


penipuan online. Mereka tahu kita lagi di rumah aja. Mereka
tahu kita lebih sering online. Ada baiknya kita pakai proteksi
dua langkah (two step verification) dalam mengelola socmed
kita. Juga proteksi-proteksi lainnya. Silakan dipelajari.

Satu lagi. Ini hal berbeda. Soal Zoom. Gadget yang biasa di-
pakai untuk Zoom, sebaiknya tidak dipakai untuk m-banking
dan dan e-banking. Ada baiknya menggunakan dua gadget yang
berbeda. Insya Allah ini lebih aman dan lebih nyaman.

YANG BERJASA

Sudah dengar kabar ini?

Menteri Dalam Negeri Turki memutuskan untuk mundur, karena


merasa gagal menahan laju penyebaran Covid-19.

Menteri Keuangan Jerman akhirnya bunuh diri, karena merasa


bersalah atas goyahnya perekonomian nasional akibat Covid-19.
Menteri Kesehatan Prancis dituntut 600 dokter, karena dianggap
gagal menyiapkan APD dan masker terkait Covid-19.

Bunuh diri, jelas, itu perbuatan yang buruk. Tapi yang pasti, ini
menunjukkan bahwa si menteri masih punya rasa malu, rasa
bersalah, dan rasa menyesal. Demikian pula si menteri yang
memutuskan untuk mundur.

Itu yang terjadi di luar sana. Di Indonesia? Adakah yang merasa


bertanggung-jawab? Adakah yang merasa bersalah? Adakah
permintaan maaf?

Nggak perlu kita bahas panjang-lebar. Masing-masing kita


sudah tahu jawabannya. Awal-awal para elite malah meng-
anggap enteng soal Covid-19 ini. Becanda. Main-main.
Sekarang? Aturan dan anjuran dari pemerintah pun masih
berubah-ubah.

Mudik yang awalnya dilarang, kemudian dibolehkan. Sekarang?


Dilarang lagi. Ojek bawa penumpang yang awalnya dilarang,
kemudian dibolehkan. PSBB yang baru berjalan beberapa hari,
tau-tau dilonggarkan. Dan masih banyak lagi. Berubah-ubah.

Bingung? Nggak tegas? Nggak jelas? Entahlah. Bayangkan saja


apa yang dipikirkan oleh masyarakat luas. Ikut-ikutan bingung
pastinya. Belum lagi puluhan ribu napi yang tiba-tiba
dibebaskan sebelum waktunya. Ya Allah.

New Normal memang istilah yang sexy. Tapi hati-hati, kesehat-


an dan keselamatan Anda dipertaruhkan di sana.

Kali ini saya hanya ingin mengajak dan menyadarkan teman-


teman semua untuk TIDAK terlalu mengandalkan pemerintah.
Mungkin mereka sudah terlalu sibuk. So, jaga diri kita dan
keluarga kita. Sekali lagi, jaga diri kita dan keluarga kita. Benar-
benar jaga.
Kesehatan, jaga. Penafkahan, jaga. Insya Allah masih banyak
sumber rezeki yang lain. Kalau satu tertutup, percayalah,
sumber-sumber lain masih terbuka. Tetaplah optimis. Lalu, coba
terapkan formula ECHO yang telah Anda baca tadi.

Bagi teman-teman nakes yang terjun langsung di garda ter-


depan, jangan berkecil hati dan bersedih. Apalagi sampai bilang
„terserah‟. Jangan. Allah menilai, masyarakat pun menilai.
Kelak, saat pandemi ini telah berlalu, masyarakat akan menge-
nang jasa para nakes, BUKAN pejabat, BUKAN pemerintah.

Nakes. Doa dan harapan kami insya Allah selalu menyertai


langkah-langkahmu.

Gimana dengan pemerintah? Kita doakan juga. Mudah-mudahan


ke depan lebih bijak dalam mengambil kebijakan.

YANG MELINDUNGI

Sebelumnya sudah saya bahas, agar tetap bertahan di masa-masa


menantang seperti ini, kita sebagai pengusaha terutama yang
pemula harus menerapkan formula ECHO, yaitu Efficient,
Creative, Health-Concerned, Online. Sekarang kita singgung
sedikit soal efisiensi. Soal budgeting.

Salah satu BUKTI perencanaan yang matang adalah peng-


anggaran dana dengan tepat. Penggunaan dana ini mesti tepat
jumlahnya dan tepat timing-nya. Simple-nya begini. Alokasikan
secara HEMAT tapi tetap efektif untuk pembelian barang
(repeat order), pemasangan iklan (di IG, FB, dan marketplace),
dan pengiriman barang.

Kurang cermat dalam penganggaran dana bisa membuat bisnis


kita keteteran di tengah jalan.
Lantas, bagaimana dengan karyawan dan penggajian karyawan?
Saran saya, sebagai pemula, untuk tahap awal jangan dulu pakai
karyawan. Tapi sekiranya sudah punya karyawan, hati-hati, itu
amanah. Jangan sampai ada pengurangan karyawan, jangan
sampai ada pengurangan gaji.

Mungkin saat ini, karyawan kita nggak terlalu produktif. WFH,


sesuai anjuran pemerintah. Yah mau gimana lagi? Keadaan yang
memaksa. Bukan maunya dia. Saran, gaji dan tunjangan mereka
tetap kita tunaikan. Namanya pengusaha yah mesti siap untung
dan SIAP RISIKO. Jangan mau enaknya saja.

Sekiranya Anda terpaksa menjual aset atau berutang demi


membayar gaji dan tunjangan karyawan, yah lakukan saja. Itu
lebih baik. Saya pun pernah melakukan itu. Dulu saya sampai
menggadaikan barang agar gaji dan tunjangan karyawan tetap
terbayarkan.

Menurut saya, berhemat bukan berarti main pecat. Buktikan


bahwa Anda memang pengusaha, tempat bernaungnya banyak
orang. Saat Anda bertekad menaungi dan melindungi banyak
orang, insya Allah potensi Anda akan keluar. Percayalah, Allah
akan memampukan Anda, Allah akan memajukan usaha Anda.
Nggak mungkin Allah membiarkan Anda.

Ingat itu!

TOLAK BALA!

Bab terakhir nih. Saya mau tanya. Sudah berapa lama Anda jadi
pengusaha? Satu tahun? Dua tahun? Tiga tahun? Atau lebih?
Ingat, entrepreneur itu leader. Harus melindungi tim dan harus
memberi contoh pada tim. Saya harap Anda setuju dengan
statement ini.
Coba deh rutinkan sedekah subuh. Biar praktis, transfer aja (lagi
pandemi soalnya, mungkin belum bisa ke masjid). Kalau saya,
transfernya ke Dompet Dhuafa. Teman-teman bebas transfernya
ke mana aja.

Usahakan angkanya beda dengan yang sudah-sudah. Maksud


saya, lebih banyak. Kenapa? Pertama, untuk menolak bala.
Kedua, untuk melindungi tim. Saat kita rutin dan intens
bersedekah, insya Allah tim pelan-pelan akan mengikuti. Amal
jariyah nih, karena kita yang mencontohkan.

Sebelumnya, sedekah itu penting. Sekarang? Sangat sangat


penting. Bukankah kita perlu extra ikhtiar, extra doa, dan extra
amal agar kita, keluarga kita, dan tim kita dijauhkan dari
bencana? Betul apa betul?

Saran saya, sedekahnya tepat di waktu subuh. Mungkin jam


5.00 atau jam 5.15. Kok subuh-subuh? Malaikat dengan izin
Allah akan mendoakan orang yang bersedekah di waktu itu, agar
lebih subur harta orang tersebut.

Saat bersedekah subuh, itu artinya kita memulai hari dengan


kebaikan. Mudah-mudahan baik juga hasilnya. Urusan-urusan
pun dimudahkan insya Allah. Pesan guru saya, “Sedekah di
awal hari akan memudahkan urusan sepanjang hari.”

Begini. Sedekah dan amal-amalnya, itu semua untuk mencari


RIDHA Allah. Segala manfaat yang saya sebut tadi, itu adalah
fadilah-fadilahnya. Nggak masalah insya Allah. Sekiranya Anda
tidak setuju dengan saya, yah nggak apa-apa. Bebas kok.

Tapi tetaplah bersedekah banyak di awal hari. Siap?

Pada akhirnya, ebook ini dan seluruh isinya adalah untuk di-
praktekkan. Action! BUKAN untuk dibaca-baca saja. Besar
harapan saya, begitu selesai membaca, Anda segera menerapkan
isinya. Insya Allah pasti ngefek.
TENTANG PENULIS

Ippho Santosa adalah motivator Indonesia yang telah go


international, dengan penjualan buku lebih 1 juta eksemplar
(melampaui predikat mega-bestseller) di antaranya:
 7 Keajaiban Rezeki
 Percepatan Rezeki
 Moslem Millionaire
 Muhammad Sebagai Pedagang
 10 Jurus Terlarang
 Marketing with Love
 Success Protocol

Saat ini, publik mengenalnya sebagai:


 24 Tokoh Kebanggaan Indonesia 2013 (Versi RCTI).
 Penulis Inspiring (MURI Award dan IKAPI Award).
 Pembicara Internasional (di belasan negara 5 benua).
 Pendiri British Propolis (lebih ratusan mitra).
 Pendiri TK, SD, dan Kampus (puluhan cabang).
 20 Mentor Pilihan 2016 di Kementerian Pendidikan.
 Ayah dari 3 anak.

Info Kemitraan Ippho Santosa : 0853 9545 8085


WA 0853 9545 8085

Anda mungkin juga menyukai