Anda di halaman 1dari 5

Siapa bilang, jualan itu ibadah?

Saya yang bilang. Asalkan niat dan caranya benar, insya Allah jualan dapat bernilai ibadah.

Jualan = menawarkan solusi

Jualan = menebar manfaat

Jualan = mencari nafkah

Jualan = bisnis nyata

Jualan = sunnah Nabi

Fixed, jualan itu ibadah! 😉

Teman-teman setuju kan? 😉

Lantas, gimana dengan penolakan? Bahkan lebih banyak gagalnya ketimbang closing-nya. Gitu kan?

Hei, jangan manja-manjain gagalmu. Jangan manja-manjain bapermu. Lebih baik coba lagi dan lagi.
Sampai kapan? Sampai closing!

Ingat, keluarga menunggu nafkah terbaikmu.

Catat ya. Belajar, coba-coba, memprospek, menawarkan, dan penolakan, ini semua bagian dari
MENANAM. Yang namanya menanam, insya Allah pasti berbuah.

Sejak lama, guru-guru selalu mengingatkan kita untuk berbagi, berbakti, dhuha, tahajjud, dan istighfar.
Insya Allah ini semua bikin enteng rezeki.
Kalau boleh saran, coba tambah satu lagi. Apa itu? Jualan. Dagang. Bisnis. Insya Allah semakin enteng
rezekinya.

Begini ya. Kalau dirimu bukan sultan dan bukan keluarga sultan, lebih baik kencengin jualan. Biar
nambah penghasilan.

Teman-teman setujuuuu? 😎😎😎

Apa lawan kata dari 'kaya'? Apakah 'miskin'? Ternyata tidak. 🤔

Lawan kata dari 'kaya' adalah 'cukup'.

Di Surah 53 ayat 48 disampaikan bahwa Allah hanya memberikan dua, yaitu kekayaan dan kecukupan.
Gimana dengan kemiskinan? Nggak ada. Kalaupun ada yang miskin, mungkin itu karena manusianya.

Bisa jadi karena kurang bersyukur, kurang berilmu, kurang berikhtiar, atau sebab-sebab lainnya.

Allah itu Maha Kaya dan telah menciptakan bumi juga manusia dengan segala potensinya. Sangat
dahsyat. Rasa-rasanya sangat MEMADAI bagi seluruh manusia. Istilah Ustadz Luqman, mustahil miskin.
Betul apa betul?

Di komunitas BP alhamdulillah kami TELAH memutus rantai kemiskinan pada ribuan keluarga. Bukan
cuma itu. Di sini, telah hadir ribuan pengusaha, lebih dari 1.000 hafiz, lebih dari 1.000 muazin, dan
ratusan penulis.

Btw, lepas dari rantai kemiskinan, gimana caranya? 🤔

Selain bersyukur, sedekah, istighfar, sholat fajar, dan sholat dhuha, saya juga menyarankan teman-
teman untuk berniaga. Berdagang. Berbisnis. Kalau ini semua dilakukan, insya Allah PASTI lepas dari
rantai kemiskinan.
"Walaupun miskin, saya bahagia, Mas." Alhamdulillah itu baik. Tapi kalau kaya, kita bisa membahagiakan
orang banyak. Donasi ke mana-mana, bukankah itu bisa membahagiakan orang banyak?

Terakhir, saya mendoakan agar teman-teman semua agar bisa kaya hati, kaya ilmu, kaya amal, kaya
manfaat, dan kaya harta. Aamiin.

. MISKIN BAWAAN, mungkinkah? 🤔

Sering kita dengar istilah penyakit bawaan. Terus, gimana dengan istilah miskin bawaan? Mungkinkah?
Celetukan mereka, "Udah miskin dari sononya."

Orangtua miskin. Keluarga miskin. Pasangan miskin. Tetangga miskin. Lingkungan miskin. Maka orang
tersebut pastilah auto-miskin. Benarkah? Nggak juga ternyata.

Justru, asumsi yang tepat adalah KAYA BAWAAN. Bukankah manusia yang lahir dirancang untuk
menang? Bukankah manusia dibekali pikiran dan tubuh yang luarbiasa?

Satu lagi. Setiap kita punya hasrat untuk hidup lebih baik lagi. Lalu, kita diperkenalkan dengan istilah
impian dan kita pun berusaha mengejarnya. Betul apa betul?

Nggak cukup sampai di situ, kemudian kita diperkenalkan dengan doa dan amal-amal yang mengundang
rezeki. Ini kan kaya bawaan namanya.

Ibaratnya, kita punya mobil dengan potensi kecepatan 180 km per jam. Pertanyaan-nya, kita mau
nginjak gas sampai segitu apa nggak? Dengan izin Allah, kita yang memilih.

Teman-teman setuju?

MISKIN KOK BETAH? 🤔

Sudah lama saya dan istri resah melihat berbagai meme dakwah yang mem-visual-kan Muslim dengan
kemiskinan. Walaupun mungkin itu dibikin TANPA unsur kesengajaan.

Misal sebuah nasehat tentang mencari rezeki. Bagus kalimatnya. Tapi entah kenapa yang dipilih gambar
bapak-bapak berpeci lagi ngedorong gerobak.

Ada lagi nasehat tentang ikhtiar dan tawakal. Bagus kalimatnya. Tapi entah kenapa yang dipilih gambar
pemuda dengan kopiah lusuh lagi jualan di pinggir jalan.
Dan masih banyak lagi. Kurleb begitu. Padahal kan bisa aja dipilih gambar bapak-bapak lagi bekerja di
kantor. Atau seorang pemuda di depan kontainer. Mungkin barusan meng-ekspor sesuatu.

Saya tahu, MISKIN belum tentu artinya hina dan KAYA belum tentu artinya mulia. Hanya mereka yang
dekat dengan Tuhan-nya dan hidupnya penuh manfaat, itulah yang mulia.

Saya cuma menyarankan, jangan lagi kita mengidentikkan Muslim dengan kemiskinan. Entah melalui
teks maupun visual. Justru hendaknya kita memotivasi umat agar KELUAR dari kemiskinan. Mungkin
dengan meme atau postingan.

"Biar miskin asal bahagia," atau, "Kaya nggak jaminan bahagia," itu dalih mereka.

Padahal kalau mereka mapan dan kaya finansial (MKF), mereka bisa membantu dan membahagiakan
orang banyak. Termasuk bagi-bagi sembako, beasiswa, tiket umrah, renovasi musholla, bangun
pesantren, dst.

Maaf, kalau kita lemah, kita di-setel sama yang lain. Kalau kita lemah, hak Palestina dan Rohingya makin
terampas. Kalau kita lemah, rencana kita untuk haji plus dan wakaf hanya jadi angan-angan. Dan masih
banyak lagi.

Yang nggak setuju sama saya, silakan. Nggak apa-apa. Tapi coba renungkan lagi. Tidak inginkah kita
berbuat sesuatu yang hebat dan mulia untuk keluarga, keluarga besar, dan orang banyak? Kalau iya,
maka kemungkinan kita perlu kekuatan finansial. Niat baik aja nggak cukup.

Think. 🙂

. #ObatKemiskinan. Apa aja? Terus, apa penyebab kemiskinan?

Sebenarnya, teramat banyak variabel yang menyebabkan kemiskinan. Ada yang bersifat makro, ada juga
yang bersifat mikro. Misalnya, inflasi, korupsi, terbatasnya akses pendidikan, terbatasnya lapangan
kerja, besarnya konsumsi rokok pada keluarga miskin, kemalasan, dll.

Terus, apa obatnya? Saya jawab dalam perspektif individu ya. Pertama, perluas pergaulan dan akses.
Maaf, memang ini nggak mudah bagi si miskin. Tapi kalau kita supel dan ringan tangan, insya Allah
pergaulan dan akses kita akan meluas. Beneran.
Kedua, belajar. Soal mindset, pengembangan diri, bisnis, emas, properti, dll. Yup, harus mau
menyisihkan waktu untuk menjemput ilmu. Apalagi sekarang banyak seminar dan training yang gratis.
Ayo ikutan. Berhentilah beralasan.

Ketiga, merasa bertanggung-jawab atas keadaan dan nasibnya. Jangan lagi nyalah-nyalahin orangtua,
sekolah, pemerintah, dan takdir. Sepangalaman saya bertemu ratusan ribu orang, masih banyak orang
yang suka menyalah-nyalahkan faktor eksternal. Ini keliru.

Keempat, berbagi. Miskin kok berbagi? Yah begitu. Sesiapa yang disempitkan rezekinya, hendaklah ia
menafkahkan sebagian hartanya. Itu anjuran agama. Lagi sempit sekalipun tetaplah berbagi, biar keluar
dari kesempitan. Nggak usah nunggu lapang.

Kelima, berbisnis. Kecil-kecilan dulu, nggak apa-apa. Insya Allah pelan-pelan dibesarkan.
#BisnisRumahan dan #BisnisOnline, dua hal ini sangat dianjurkan. Apalagi di tengah pandemi seperti
sekarang.

Hei, tulisan ini percuma aja kalau kita nggak praktek. Tolong praktek ya dan ajak orang-orang di sekitar

kita untuk praktek. Saya yakin ini semua sedikit-banyak jadi solusi. Siaaaaap? 😎

Anda mungkin juga menyukai