Anda di halaman 1dari 6

nama: Mohammad Wildan Kelas :XII IPS 3

N Kaidah bahasa Kutipan teks


o
1.  Kalimat bermakna lampau a)  Sebelum  puteri tan
dari ah
Malayu ini menjadi istrinya
yang kelima, Sang parbu
Kertarajasa Jayawardhana telah
mengawini semua putrid
mendiang Raja
Kertanegara.(Paragraf 2)
 b)  Tentu saja Ronggo Lawe,
sebagai seorang yang amat setia
sejak   zaman Prabu
Kertanegara, berpihak kepada
Dyah Gayatri.(Paragraf 5)

1.   Penggunaan konjungsi yang a)   Setelah  raden Wijaya berhasil


menyatakan urutan waktu menjadi Raja Majapahit
 pertama bergelar Kertarajasa
Jayawardhana, beliau tidak
melupakan jasa-jasa para
senopati(perwira) yang setia
dan banyak membantunya
semenjak dahulu membagikan
 pangkat kepada
mereka.(Paragraf 1)
 b)  Tentu saja Ronggo Lawe,
sebagai seorang yang amat setia
sejak   zaman Prabu
Kertanegara, berpihak kepada
Dyah Gayatri.(Paragraf 5)
c)  Ketika mendengar berita ini dia
sedang makan, seperti biasa
dilayani oleh kedua orang
istrinya yang setia, yaitu Dewi

M e r to r o g o dan
Tir t o w a t i. ( Paragraf 6)
c)   Sebelum  puteri dari tanah
Malayu ini menjadi istrinya
yang kelima, Sang parbu
Kertarajasa Jayawardhana telah
mengawini semua putrid
mendiang Raja
Kertanegara.(Paragraf 2)
d)   Di dalam kemerahan dan
kekecewaan, Adipati Ronggo
Lawe masih ingat untuk
menghanturkan sembahnya,
tetapi setelah semua salam tata
susila ini selesai, serta merta
Ronggo Lawe menyembah dan
 berkata dengan lantang,
“Hamba sengaja datang
menghadap paduka untuk
mengingatkan Paduka dari
kekhilafan yang Paduka
lakukan di luar kesadaran
Paduka!” Semua muka para

 penghadap
mendengar Raja menjadi
ucapan ini, pucat
dan
semua jantung di dalam dada
 berdebar tegang.(Paragraf 8)

2.   Penggunaan kata kerja material a)  Setelah raden Wijaya berhasil


menjadi Raja Majapahit
 pertama bergelar Kertarajasa
Jayawardhana, beliau tidak
melupakan jasa-jasa para
senopati(perwira) yang setia dan
 banyak membantunya semenjak
dahulu membagikan pangkat
kepada mereka.(Paragraf 1)
 b)  Sebelum puteri dari tanah
Malayu ini menjadi  istrinya
yang kelima, Sang parbu
Kertarajasa Jayawardhana telah
mengawini semua putri
mendiang Raja
Kertanegara.(Paragraf 2)
c)   Yang diangkat oleh Sang Prabu
menjadi  pembesar yang
tertinggi dan paling berkuasa
sesudah raja yaitu Senopati
 Nambi.(Paragraf 5)
d)   Keempat orang putri itu adalah

D y a h T ri b u n a n y a n g m e n ja
Pe r m a i su r i, y a n g k e d ua a da l
d i 
a h
Dyah Nara Indraduhita,ketiga
adalah Dyah Jaya Inderadewi,
dan yang juga disebut Retno
Sutawan atau Rajapatni yang
 berarti “terkasih” karena
memang putri bungsu dari
mendiang Kertanegara ini
menjadi  istri yang paling
dikasihinya.(Paragraf 3)
e)   “Ingatlah, Kakangmas Adipati
… sungguh merupakan hal yang
kurang baik mengembalikan
 berkah ibu pertiwi secara itu…”
Tirtowati juga memperingatkan
karena melempar nasi ke atas
lantai seperti itu penghinaan
terhadap Dewi Sri dan dapat
menjadi kualat.(Paragraf 7)

4 Penggunaan kalimat tidak langsung -



5 Penggunaan kata kerja mental a)  Mendengar akan pengangkatan

Patih ini, merahlah muka


Adipati Ronggo Lawe.
 b)  Pengangkatan ini memang
 banyak terpengaruh oleh
 bujukan Dara Petak.
6.   Penggunaan dialog a)  “Kakangmas adipati … harap
Paduka tenang…,” Dewi
Mertorogo menghibur
suaminya.(Paragraf 7)
 b)  “Ingatlah, Kakangmas Adipati
… sungguh merupakan hal yang
kurang baik mengembalikan
 berka  h ibu pertiwi secara
itu…” Tirtowati juga
memperingatkan karena
melempar nasi ke atas lantai
seperti itu penghinaan terhadap
Dewi Sri dan dapat menjadi
kualat.(Paragraf 7)
c)   “Aku harus pergi sekarang
 juga!” katanya.(Paragraf 7) 
d)   “Pengawal lekas suruh
 persiapkan si Mego Lamat di
depan! Aku akan berangkat ke
Mojopahit sekarang juga!”
Mego Lamat adalah satu
diantara kuda-kuda kesayangan
Adipati Ronggolawe, seekor
kuda
warnayang amatabu-abu
bulunya indah dan kuat,
muda.
e)   Di dalam kemerahan dan
kekecewaan, Adipati Ronggo
Lawe masih ingat untuk
menghanturkan sembahnya,
tetapi setelah semua salam tata
susila ini selesai, serta merta
Ronggo Lawe menyembah dan
 berkata dengan lantang,
“Hamba sengaja datang
menghadap paduka untuk
mengingatkan Paduka dari
kekhilafan yang Paduka
lakukan di luar kesadaran
Paduka!” Semua muka para
 penghadap Raja menjadi pucat
mendengar ucapan ini, dan
semua jantung di dalam dada
 berdebar tegang.(Paragraf 8)
e)  Sang Prabu sendiri memandang
dengan mata penuh perhatian,
kemudian dengan suara tenang
 bertanya, “Kakang Ronggo
Lawe, apakah maksudmu
dengan ucapan itu?”(Paragraf
8) f)  “Yang hamba maksudkan
tidak lain dalah pengangkatan
Nambi sebagai pepatih
paduka!
Keputusan yang paduka ambil
ini sungguh-sungguh tidak tepat,
tidak bijaksana dan hamba yakin
 bahwa paduka tentu telah
tebujuk dan dipengaruhi oleh
suara dari belakang!
Pengangkatan Nambi sebagai
 patih hamangkubumi sungguh
merupakan kekeliruan yang
 besar sekali, tidak tepat dan
tidak adil, padahal paduka
terkenal sebagai maharaja yang
arif bijaksan dan adil!”(Paragraf
9)
g)  Akan tetapi, sang Prabu
Kertarajasa tetap tenang, bahkan
tersenyum memandang kepada
Ronggo Lawe, ponggawanya
yang dia tahu amat setia
kepadanya itu, lalu berkata
halus, “Kakang Ronggo Lawe,

tin d a k a nku
 N a m b i
m e n a n g k at ka k n g
se b a g a i p at i h
hamangkubumi, bukanlah
merupakan tindakan ngawur
 belaka, melainkan telah
merupakan suatu keputusan
yang telah dipertimbangkan
masak-masak, bahkan telah
mendapat persetujuan dari
semu
 paman dan kakang senopati dan
semua pembantuku. Bagaimana
kakang Ronggo Lawe dapat
mengatakan bahwa
 pengangkatan itu tidak tepat dan
tidak adil?” Dengan muka
merah, kumisnya yang seperti
kumis Gatotkaca itu bergetar,
napas memburu karena desakan
amarah, Ronggo Lawe berkata
lantang, “Tentu saja tidak
tepat!Paduka sendiri siapa si
 Nambi itu Paduka tentu masih
ingat dengan segal sepak terjang
dan
Dia tindak-tanduknya seorang
dahulu!
 bodoh,lemah,rendah budi,
 penakut, sama sekali tidak
memiliki wibawa …”(Paragraf
10)
7.   Pengunaan kata sifat a)  Akan tetapi, sang Prabu
Kertarajasa tetap tenang, bahkan
tersenyum memandang kepada
Ronggo Lawe, ponggawanya
yang dia tahu amat setia
kepadanya itu, lalu berkata
halus, “Kakang Ronggo Lawe,
tindakanku menangkat kakang
 Nambi sebagai patih
hamangkubumi, bukanlah
merupakan tindakan ngawur
 belaka, melainkan telah
merupakan suatu keputusan
yang telah dipertimbangkan
masak-masak, bahkan telah
mendapat persetujuan dari
semu
 paman dan kakang senopati dan
semua pembantuku. Bagaimana
kakang Ronggo Lawe dapat
mengatakan bahwa
 pengangkatan itu tidak tepat dan
tidak adil?” Dengan muka
merah, kumisnya yang seperti
kumis Gatotkaca itu bergetar,
napas memburu karena desakan
amarah, Ronggo Lawe berkata
lantang, “Tentu saja tidak
tepat!Paduka sendiri siapa si
 Nambi itu Paduka tentu masih
ingat dengan segal sepak terjang
dan tindak-tanduknya dahulu!
Dia seorang
bodoh,lemah,rendah budi,
penakut, sama sekali tidak
memiliki wibawa
…”(Paragraf 10)
 b) “Yang hamba maksudkan tidak
lain dalah pengangkatan Nambi
sebagai pepatih paduka!
Keputusan yang paduka ambil
ini sungguh-sungguh tidak tepat,
tidak bijaksana dan hamba yakin
 bahwa paduka tentu telah
tebujuk dan dipengaruhi oleh
suara
Pengangkatan dari Nambibelakang!
sebagai
 patih hamangkubumi sungguh
merupakan kekeliruan yang
 besar sekali, tidak tepat dan
tidak adil, padahal paduka
terkenal sebagai maharaja
yang arif bijaksana dan
adil!”(Paragraf 9) 
c)  Dyah gayatri yang bungsu ini
memang cantik jelita  seperti
seorang dewi kahyangan,
terkenal di seluruh negeri dan
kecantikannya dipuja-puja oleh
sastrawan di masa itu.

Anda mungkin juga menyukai