Kemudian, analisislah kaidah kebahasaan novel sejarah tersebut dengan mengisi tabel berikut
ini.
Jelaskan makna ungkapan yang terdapat pada kutipan novel sejarah berikut ini.
1. Ia tahu benar Tholib Sungkar Az-Zubaid adalah kucing hitam di waktu malam dan
burung merak di siang hari.
Makna : Kucing hitam di waktu malam dan burung merak di siang hari memiliki
makna orang yang akan terlihat sangat menakutkan dari bentuk tubuhnya akan tetapi
memiliki hati yang sangat penyayang dan murah hati.
Makna : Menyapa hidung siapapun tanpa kecuali memiliki makna sebagai aroma
yang menjadi tersebar ke seluruh penjuru dan dimana saja.
Makna : Isi dada yang mengombak menggambarkan makna sebagai sebuah keadaan
dari hati yang sedang bingung, tidak menentu dan sangatlah kacau
Kerajaan Sunda
Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang terletak di daerah Jawa Barat. Merupakan kerajaan
bercorak Hindu dan Budha yang pernah berdiri pada tahun 932-1579 Masehi. Letak geografis
kerajaan berada di Barat pulau Jawa. Namun, menurut naskah Wangsakerta, kerajaan ini
berdiri untuk menggantikan kerajaan Tarumanegara. Menurut sejarah yang beredar, Jakarta,
Banten, Jawa Barat, dan bagian barat Jawa Tengah merupakan daerah Kerajaan Sunda di
masa lampau.
Sementara menurut Naskah Kuno Primer Bujangga Manik, batas kerajaan Sunda ini berada
di sebelah timur Provinsi Jawa Tengah yaitu Ci Pamali (Sungai Pamali) atau yang dikenal
sekarang Kali Brebes dan Ci Serayu (Kali Serayu).Tidak dapat dipastikan dimana pusat
kerajaan ini sesungguhnya.Berdasarkan sumber sejarah berupa prasasti dan naskah-naskah
berbahasa Sunda Kuno dikatakan bahwa pusat kerajaan Sunda telah mengalami beberapa
perpindahan. Menurut naskah Wangsakerta, Sunda merupakan kerajaan yang berdiri
menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun
669 (591 Saka). Kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang
menjadi provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan bagian barat provinsi Jawa
Tengah.(Dikutip dari
https://www.google.co.id/amp/s/www.quipper.com/id/blog/mapel/sejarah/kerajaan-
sunda/amp/)
Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara.
Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa
Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan
Dewi Ganggasari dari Indraprahasta dari Ganggasari, dia memiliki dua anak, yang keduanya
perempuan. Dewi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda,
sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa, yang
selanjutnya mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan
Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh,
Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta
mendirikan Kerajaan Galuh yang mandiri. Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan
kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu
sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane
berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi
bawahannya. Dia dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan
Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan
batas kerajaannya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah
timur).Menurut Kitab Carita Parahyangan, dahulu kala Ibukota kerajaan Sunda terletak di
Galuh, kemudian menurut Prasasti Sanghyang Tapak yang ditemukan di tepi sungai Cicatih,
Cibadak Sukabumi, Isi dari prasasti itu tentang pembuatan daerah terlarang di sungai itu yang
ditandai dengan batu besar di bagian hulu dan hilirnya. (Dikutip dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda)
Oleh Raja Sri Jayabhupati penguasa kerajaan Sunda.Di daerah larangan itu orang tidak boleh
menangkap ikan dan hewan yang hidup di sungai itu.tujuannya mungkin untuk menjaga
kelestarian lingkungan (agar ikan dan lain-lainnya tidak punah) siapa yang berani melanggar
larangan itu, ia akan dikutuk oleh dewa-dewa.
Kerajaan Sunda beribu kota di Parahyangan Sunda. Sementara itu menurut prasasti Astana
Gede (Kawali – Ciamis) ibu kota kerajaan Sunda berada di Pakwan Pajajaran. Mengenai
perpindahan kerajaan ini tak diketahui alasannya. Akan tetapi, hal-hal yang bersifat ekonomi,
keamanan, politik, atau bencana alam lazim menjadi alasan perpindahan pusat ibu kota suatu
kerajaan.
Kerajaan Sunda menguasai daerah Jawa Barat untuk waktu yang lama, diantara rajanya, yang
terkenal adalah Jaya Bhupati dan Sri Baduga Maharaja.
6. Penggunaan dialog -
7. Penggunaan kata sifat -