Oleh:
Zadi Oktariansyah, S.Ked (712019051)
Assyifa Salsabila, S.Ked (712019046)
Dhea Nadhila, S.Ked (712019035)
Pembimbing:
Kompol dr. Mansuri, Sp.KF
DEPARTEMEN FORENSIK
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
Referat berjudul
TATALAKSANA PENGUBURAN JENAZAH
DIDUGA PENYAKIT MENULAR
(ASPEK ETIKOLEGAL)
Telah dilaksanakan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan
Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah swt, zat Yang Maha Kuasa dengan segala
keindahan-Nya, zat Yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang
terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Tatalaksana Penguburan Jenazah Diduga
Penyakit Menular (Aspek Etikolegal)” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik RS
Bhayangkara Palembang.
Dalam penyelesaian referat ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
Kompol dr. Mansuri, Sp.KF selaku dosen pembimbing.
Semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan itu
hanya milik Allah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan ........................................................................... 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................2
1.4.2 Manfaat Praktis .........................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi................................................................................................ 4
2.2. Epidemiologi........................................................................................5
2.3. Etiologi.................................................................................................5
2.4. Patofisiologi......................................................................................... 6
2.5. Manifestasi Klinis................................................................................ 7
2.6. Diagnosis..............................................................................................8
2.7. Tatalaksana...........................................................................................9
2.8. Komplikasi dan Prognosis................................................................... 12
2.9. Paduan Penatalaksanaan Jenazah COVID 19......................................13
2.9.1. Dasar Hukum…………………………………......................... 13
2.9.2. Ruang Lingkup...........................................................................13
2.9.3. Ketentuan................................................................................... 14
2.9.4. Prosedur Penguburan Jenazah Covid 19....................................15
2.9.4.1. Prosedur Pelaporan dan Penanganan Jenazah............ 15
2.9.4.2. Prosedur Konfirmasi dan Persiapan Petugas.............. 16
2.9.4.3. Prosedur Penanganan Jenazah.................................... 17
2.9.4.4 Pedoman Penguburan Jenazah.....................................18
2.10 Aspek Etik dan Hukum Penyakit Menular......................................... 19
2.10.1. Wabah Penyakit Menular.........................................................19
2.10.2. Sumber Penyakit...................................................................... 20
iv
2.10.3. Peraturan tentang Wabah Penyakit Menular............................20
2.10.4. Pemberantasan Penyakit Menular dalam UU Kesehatan.........22
BAB III : KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………......25
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penulisan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
dan sebagai tambahan referensi dalam bidang kedokteran forensik
terutama mengenai tatalaksana penguburan jenazah diduga penyakit
menular.
2.1.Definisi
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh Coronavirus. Virus SARS-CoV-2
merupakan Coronavirus, jenis baru yang menyebabkan epidemi, dilaporkan
pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019.8 Analisis
isolat dari saluran respirasi bawah pasien tersebut menunjukkan penemuan
Coronavirus tipe baru, yang diberi nama oleh WHO COVID-19. Pada
tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama penyakitnya menjadi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).9 Coronavirus tipe baru ini
merupakan tipe ketujuh yang diketahui di manusia. SARS-CoV-2
diklasifikasikan pada genus beta Coronavirus.10
2.2.Epidemiologi
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus Covid 19 di
China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari
2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar,
kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh China.11
Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi Covid 19 di
China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan,
Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura,
Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia,
Prancis, dan Jerman.12 Hingga tanggal 18 Juni 2020, terdapat 8.242.999 kasus
dan 445.535 jumlah kematian di seluruh dunia.13
Covid 19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus. Data update kasus Covid 19 pada 18 Juni 2020 tercatat
terdapat 1331 kasus baru sehingga total kasus Covid 19 di Indonesia
berjumlah 42.762 kasus, jumlah pasien yang sembuh sebanyak 16.798 orang,
4
5
2.3. Etiologi
Dalam analisis genom virus lengkap mengungkapkan bahwa virus
tersebut berbagi 88% identitas urutan dengan bat-like coronavirus akut (SARS)
yang diturunkan kelelawar. Oleh karena itu, sementara itu disebut 2019-novel
coronavirus (2019-nCoV). 15
Coronavirus adalah virus yang berselubung dan dengan asam ribonukleat
beruntai tunggal. Nama tersebut didapatkan dari seperti solar korona karena
paku permukaan yang panjangnya 9-12 nm. Ada empat protein struktural
utama yang dikodekan oleh genom koronaviral yang berselubung, salah
satunya adalah tonjolan protein yang berikatan dengan angiotensin-converting
enzyme 2 (ACE 2) receptor dan memediasi fusi selanjutnya antara sel
berselubung dan sel host untuk membantu entri virus ke dalam sel host.16,17
Pada 11 Februari 2020, Kelompok Studi Coronavirus (CSG) dari Komite
Internasional tentang Taksonomi Virus akhirnya menetapkannya sebagai
sindrom pernafasan akut berat coronavirus 2 (SARS-CoV 2) berdasarkan
filogeni, taksonomi, dan praktik yang sudah mapan.18
Segera kemudian, WHO menyebut penyakit yang disebabkan oleh
coronavirus ini sebagai Penyakit Coronavirus 2019 (Covid 19). Berdasarkan
data saat ini, Covid 19 mungkin awalnya dihosting oleh kelelawar, dan
mungkin telah ditransmisikan ke manusia melalui trenggiling atau hewan liar
lainnya yang dijual di pasar makanan laut Huanan tetapi penyebaran
selanjutnya melalui transmisi manusia ke manusia. Masa inkubasi virus
sampai timbul penyakit sekitar 3-7 hari.19
6
2.4.Patofisiologi
Pada manusia, SARS-CoV 2 terutama menginfeksi sel-sel pada saluran
nafas yang melapisi alveoli. SARS-CoV 2 akan berikatan dengan reseptor-
reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat
pada envelope spike virus akan berikatan dengan reseptor selular berupa
ACE2 pada SARS-CoV 2. Di dalam sel, SARS-CoV 2 melakukan duplikasi
materi genetik dan mensintesis protein-protein yang dibutuhkan, kemudian
membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel.20
Sama dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV 2 diduga setelah virus masuk
ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan
ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural. Selanjutnya,
genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus
yang baru terbentuk masuk ke dalam membran retikulum endoplasma atau
Golgi sel. Terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA
dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum
endoplasma dan Golgi sel. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung
partikel virus akan bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan
komponen virus yang baru.21
Pada SARS-CoV, Protein S dilaporkan sebagai determinan yang
signifikan dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu.21 Telah diketahui
bahwa masuknya SARS-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara
membran virus dengan plasma membran dari sel. Pada proses ini, protein S2’
berperan penting dalam proses pembelahan proteolitik yang memediasi
terjadinya proses fusi membran. Selain fusi membran, terdapat juga
clathrindependent dan clathrin-independent endocytosis yang memediasi
masuknya SARS-CoV ke dalam sel pejamu.21
Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam infeksi SARS-CoV. Efek
sitopatik virus dan kemampuannya mengalahkan respons imun menentukan
keparahan infeksi.22 Disregulasi sistem imun kemudian berperan dalam
kerusakan jaringan pada infeksi SARS-CoV 2. Respons imun yang tidak
7
2.5.Manifestasi Klinis
2.6.Diagnosis
Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama:
demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak.
Tapi perlu dicatat bahwa demam dapat tidak didapatkan pada beberapa
keadaan, terutama pada usia geriatri atau pada mereka dengan
imunokompromis. Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri otot,
lemas, diare dan batuk darah. Riwayat paparan atau kontak dekat dengan
pasien yang dikonfirmasi atau dicurigai terinfeksi adalah petunjuk penting
untuk diagnosis.26 Pada kesimpulannya, diagnosis Covid 19 harus
menggabungkan riwayat epidemiologi, manifestasi klinis dan imaging, dan uji
RT-PCR (standar referensi).27 Klasifikasi gejala infeksi COVID-19: 28
a. Gejala ringan
- Demam >38ºC
- Batuk
- Nyeri tenggorokan
- Hidung tersumbat
9
- Malaise
- Tanpa pneumonia, tanpa komorbid
b. Gejala sedang
- Demam >38 ºC
- Sesak nafas, batuk menetap dan sakit tenggorokan (pneumonia ringan)
- Pada anak : batuk dan takipneu
c. Gejala berat
- Demam >38 ºC yang menetap
- ISPA berat/pneumonia berat : dengan demam atau dalam pengawasan
infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi napas
>30x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2)
<90% pada udara kamar.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau
beratnya manifestasi klinis: 26
- Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran
- Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,
tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat.
- Saturasi oksigen dapat normal atau turun.
- Dapat disertai retraksi otot pernapasan
Pemeriksaan fisik paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis
dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara
napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar.
2.7.Tatalaksana28
1.Terapi
1.1 Terapi Suportif Dini dan Pemantauan
a. Berikan terapi suplementasi oksigen segera pada pasien ISPA berat
dan distress pernapasan, hipoksemia, atau syok.
- Terapi oksigen dimulai dengan pemberian 5 L/menit dengan
nasal kanul dan titrasi untuk mencapai target SpO2 ≥90% pada
10
anak dan orang dewasa yang tidak hamil serta SpO2 ≥ 92%-
95% pada pasien hamil.
- Pada anak dengan tanda kegawatdaruratan (obstruksi napas
atau apneu, distres pernapasan berat, sianosis sentral, syok,
koma, atau kejang) harus diberikan terapi oksigen selama
resusitasi untuk mencapai target SpO2 ≥94%;
- Semua pasien dengan ISPA berat dipantau menggunakan pulse
oksimetri dan sistem oksigen harus berfungsi dengan baik, dan
semua alat-alat untuk menghantarkan oksigen (nasal kanul,
sungkup muka sederhana, sungkup dengan kantong reservoir)
harus digunakan sekali pakai.
- Terapkan kewaspadaan kontak saat memegang alat-alat untuk
menghantarkan oksigen (nasal kanul, sungkup muka sederhana,
sungkup dengan kantong reservoir) yang terkontaminasi dalam
pengawasan atau terbukti COVID-19.
b. Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien dengan ISPA
berat tanpa syok.
Pasien dengan ISPA berat harus hati-hati dalam pemberian
cairan intravena, karena resusitasi cairan yang agresif dapat
memperburuk oksigenasi, terutama dalam kondisi keterbatasan
ketersediaan ventilasi mekanik.
c. Pemberian antibiotik empirik berdasarkan kemungkinan etiologi.
Pada kasus sepsis (termasuk dalam pengawasan COVID-19)
berikan antibiotik empirik yang tepat secepatnya dalam waktu 1
jam.
Pengobatan antibiotik empirik berdasarkan diagnosis klinis
(pneumonia komunitas, pneumonia nosokomial atau sepsis),
epidemiologi dan peta kuman, serta pedoman pengobatan. Terapi
empirik harus di de-ekskalasi apabila sudah didapatkan hasil
pemeriksaan mikrobiologis dan penilaian klinis.
11
2. Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif meliputi:
- Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan
tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat
kotor;
- Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;
- Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke
tempat sampah;
- Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan
kebersihan tangan setelah membuang masker;
- Menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang mengalami gejala
gangguan pernapasan.
- Konsumsi gizi seimbang dan suplemen vitamin
- Aktifitas fisik/senam ringan
- Istirahat cukup
- Tidak merokok
- Mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus, hipertensi, kanker).
2.9.3 Ketentuan29
A. Ketentuan Umum
1. Petugas adalah petugas yang melaksanakan pengurusan jenazah.
2. Syahid akhirat adalah muslim yang meninggal dunia karena
kondisi tertentu (antara lain karena wabah (tha’un), teng- gelam,
terbakar, dan melahirkan), yang secara syar’i dihukumi dan
mendapat pahala syahid (dosanya diampuni dan dimasukkan ke
surga tanpa hisab), tetapi secara duniawi hak-hak jenazahnya
tetap wajib dipenuhi.
3. APD (alat pelindung diri) adalah alat pelindung diri yang digu-
nakan oleh petugas yang melak- sanakan pengurusan jenazah.
4. Jenazah adalah Pasien dengan diagnosis COVID-19 atau Pasien
dalam Pengawasan (PDP)/probabel yang meninggal namun
belum ada hasil pemeriksaan COVID-19, jenazah lain yang
dicurigai sebagai suspect COVID-19 atau jenazah terkonfirmasi
sebagai COVID-19
5. Petugas Puskesmas adalah satu (1) orang tenaga medis yang
ditunjuk oleh Kepala Puskesmas setempat untuk supervisi
pelaksanaan dan otopsi verbal.
6. Pelaksana Pemulasaran Jenazah adalah tim yang ditunjuk oleh
Posko Gugus Tugas COVID-19 tingkat Desa/Kecamatan/Tingkat
Kota/Kabupaten untuk melaksanakan pemulasaran sebanyak 4
(empat) orang atau sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.
7. Petugas Mobil Jenazah adalah petugas yang ditunjuk oleh Dinas
terkait dan atau yayasan yang terdiri dari 1 (satu) supir dan
minimal 2 (dua) orang petugas pengangkut jenazah.
1.1.Kesimpulan
Aspek etik dan hukum penyakit menular, yaitu yang berkaitan dengan
adalah wabah penyakit menular dan penyakit menular seksual. Wabah
Penyakit Menular lebih banyak berkaitan dengan masalah epidemiologi
dengan beberapa ketentuan hukum terkait, sementara Penyakit Menular
Seksual (PMS) perlu dibicarakan karena penyakit ini banyak menimbulkan
permasalahan etik dan hukum dengan pasien dan keluarga jika para dokter
dan kalangan kesehatan tidak berhati-hati menghadapinya. Kebijakan ini perlu
diperhatikan dokter dan tenaga kesehatan lainnya agar pasien secara moral
turut bertanggung jawab sehingga penyakit menular atau wabah demikian
tidak tertular kepada orang lain.
Pasal 5 UU No 4 Tahun 1984 tentang Wabah menjelaskan upaya
penanggulangan wabah, salah satunya adalah melalui penanganan jenazah
akibat wabah. Dijelaskan bahwa kematian yang disebabkan penyakit yang
menimbulkan wabah atau jenazah tersebut, merupakan sumber penyakit yang
dapat menimbulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis
penyakitnya, tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai
manusia. Hal-hal prinsip seperti memandikan, mengafani, mensholatkan,
dan menguburkan jenazah, disadur dari fatwa Majelis Ulama Indonesia
Nomor 18 Tahun 2020, yang disesuaikan dengan protap dan tingkat risiko
kasus.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26