Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

SEPSIS NEONATORUM

Oleh:

Muthia Khairunnisa, S.Ked.

712019053

Pembimbing:
dr. Ridhayani, Sp.A
 

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Referat berjudul
SEPSIS NEONATORUM

Dipersiapkan dan disusun oleh


Muthia Khairunnisa, S.Ked.
712019053

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit
Palembang Bari.

Palembang, Juli 2020


Dosen Pembimbing

dr. Ridhayani, Sp.A


Spesialis Anak

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah swt, zat Yang Maha Indah dengan segala
keindahan-Nya, zat Yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang
terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk. 
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Sepsis Neonatorum” sebagai salah satu
syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Palembang Bari.
Dalam penyelesaian referat ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
dr. Ridhayani, Sp.A selaku dosen pembimbing.
Semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis
menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan itu
hanya milik Allah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Palembang, Juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..………………………..….…………….... i
KATA PENGANTAR …………………..….……………………..………. ii
DAFTAR ISI ...…………………………………………………....………. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………..……………………. 1
1.2 Maksud dan Tujuan …………………..……………………. 2
1.3 Manfaat ……...…...………………………………..………..
1.3.1 Manfaat Teoritis …………..………………………... 2
1.3.2 Manfaat Praktis …………..……….………………... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ……………..……………………………………… 4
2.2 Epidemiologi ……...................…………………………….. 4
2.3 Etiologi … .....................................……………………....... 5
2.4 Klasifikasi ………………………………………………. 6
2.5 Faktor Risiko ……………………………………………. 6
2.6 Patofisiologi ……………………………………………... 7
2.7 Diagnosis ………………………………………………… 8
2.8 Diagnosis Banding ………………………………………… 11
2.9 Tatalaksana ………………………………………………… 11
2.10 Upaya Pencegahan …………………………….…… 12
2.11 Komplikasi ……………………………………………… 13
2.12 Prognosis ………………………………………………… 14
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN 15
3.1 Kesimpulan ……………………………………………....... 15
3.2 Saran ……………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………..……………….….. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa yang paling rentan dari sepanjang kehidupan bayi adalah periode
neonatal, dalam laporan World Health Organization (WHO) dikemukakan
bahwa terdapat empat juta kematian neonatus setiap tahunnya, sepertiga dari
penyebab kematian tersebut disebabkan oleh infeksi berat dan seperempatnya
atau sekitar satu jutanya karena sepsis neonatorum.1
Sepsis neonatal adalah sindrom klinis yang terdiri dari gejala tidak spesifik
dan tanda-tanda infeksi yang disertai oleh bakteremia dalam 28 hari pertama
kehidupan.2,3 Sepsis onset dini (Early Onset Sepsis) muncul dalam 72 jam
pertama kehidupan, dan onset lambat sepsis (Late Onset Sepsis) muncul
setelah 72 jam kehidupan.4,5 Ciri-ciri spesifik sepsis mungkin termasuk
kelesuan, pemberian makan yang buruk atau intoleransi makan, lekas marah,
ketidakstabilan suhu, bradikardi atau takikardia, ketidakstabilan glukosa,
perfusi yang buruk, apnea, dan kecenderungan berdarah. Pada sepsis onset
dini ditemukan dari hasil transmisi vertikal intrapartum bakteri dari ibu ke
neonatus, baik secara transplasenta atau karena infeksi menular dari saluran
genital.3,5 Sementara untuk sepsis onset dini merupakan hasil dari transmisi
horizontal bakteri dari lingkungan dan tangan penyedia layanan kesehatan,
dan memiliki insiden puncak antara 15 dan 17 hari kehidupan.5
Berdasarkan 32 penelitian di negara berkembang, kematian karena infeksi
berkisar 8%-80% (median 36,5%).6 kematian bayi karena sepsis neonatus
sekitar 34 per 1000 kelahiran hidup, yang terjadi terutama di minggu pertama
kehidupan, sementara di negara maju 5 per 1000 kelahiran hidup. Di
Malaysia, insiden sepsis neonatus 5%-10% dan angka kematian 23%-50%. 7
Sementara di rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Insiden sepsis lebih
tinggi pada kelompok neonatus dan bayi 1-18 tahun (9,7 versus 0,23 kasus per
1000 anak). Pasien sepsis berat, sebagian besar berasal dari infeksi saluran
nafas (36-42%), bakteremia, dan infeksi saluran kemih. Di unit perawatan

1
2

intensif anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejumlah 19,3%


dari 502 pasien anak yang dirawat mengalami sepsis dengan angka mortalitas
54%.8
Di antara seluruh penyebab kematian neonatus dalam minggu pertama,
42% kematian terjadi karena infeksi. Sepsis neonatorum awitan dini biasanya
memburuk dengan cepat, cenderung mengakibatkan keterlibatan multiorgan,
dan juga memiliki kematian lebih tinggi dibandingkan dengan sepsis awitan
lambat. Imaturitas sistem imun pada neonatus meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi berat dengan peluang kematian tinggi.Mengidentifikasi
profil klinis pada neonatus berisiko akan membantu klinisi mengidentifikasi
neonatus mana yang membutuhkan monitoring ketat dan perawatan kritis
sehingga dapat segera dilakukan terapi agresif. Menetapkan profil risiko klinis
juga membantu tim medis untuk mengembangkan strategi agar dapat
mencegah luaran buruk.6

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari referat ini adalah sebagai berikut:
1) Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus
sepsis pada neonatus.
2) Diharapkan munculnya pola berpikir kritis bagi semua dokter muda
setelah dilakukan diskusi dengan dosen pembimbing klinik tentang
kasus sepsis pada neonatus.
3) Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat mengaplikasikan
pemahaman yang didapatkan dalam kegiatan Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) terutama untuk kasus sepsis pada neonatus.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan referat ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu kesehatan anak
terutama mengenai sepsis neonatorum.
3

b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan referat ini dapat dijadikan


referensi untuk penulisan referat selanjutnya.

1.3.2 Manfaat Praktis


a. Bagi dokter muda, diharapkan referat ini dapat membantu dalam
mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan pada kasus sepsis
neonatorum pada kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS).
b. Bagi tenaga kesehatan lainnya, diharapkan referat ini dapat
menjadi bahan masukan untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan terutama dalam memberikan informasi atau edukasi
kesehatan berupa upaya pencegahan kepada pasien dan keluarga
terutama untuk kasus sepsis neonatorum sehingga angka
morbiditasnya dapat berkurang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam kehidupan (life-
threatening organ dysfunction) yang disebabkan oleh disregulasi imun
terhadap infeksi.9 Sementara Masa neonatal adalah masa transisi antara
kehidupan dari dalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan yang
terbagi menjadi sasa Neonatal Dini (0-7 hari) dan masa Neonatal Lanjut (8-
28 hari).10
Sepsis neonatal merupakan sindroma klinis dari infeksi lokal atau
sistemik yang melibatkan aliran darah pada bayi baru lahir yang berusia
kurang dari 28 hari. Ini terus menjadi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di kalangan bayi, terutama di negara-negara berpenghasilan
menengah dan rendah.11 Sepsis neonatal dibagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan waktu presentasi setelah lahir yaitu sepsis onset dini (EOS) dan
sepsis onset lambat (LOS). EOS merupakan sepsis yang terjadi pada atau
sebelum 72 jam kehidupan, dan LOS didefinisikan sebagai sepsis yang
terjadi pada atau setelah 72 jam kehidupan. Meskipun, beberapa ahli
menggunakan 7 hari sebagai tanggal batas waktu.11

2.2. Epidemiologi
Epidemiologi sepsis neonatal telah berubah seiring waktu. Insiden EOS
telah menurun sejak 1990-an karena pengenalan skrining universal Group B
Streptokokus (GBS) pada wanita hamil dan Intrapartum Antibiotik
Profilaksis (IAP). Namun, tingkat LOS tetap relatif sama. Escherichia coli
sekarang menyumbang lebih banyak kasus EOS dibandingkan dengan GBS.
Di Amerika Serikat, insidensi EOS dengan kultur darah positif diperkirakan
0,77 hingga 1 per 1.000 kelahiran hidup.12
Karena presentasi neonatal yang tidak spesifik untuk sepsis dan risiko
mortalitas dan morbiditas yang tinggi tanpa pengobatan, banyak neonatus

4
5

asimptomatik yang menjalani pemeriksaan sepsis, jika terdapat faktor yang


memprihatinkan. Meskipun sekitar 7% hingga 13% dari semua neonatus
bekerja untuk sepsis, hanya 3% hingga 8% yang mengembangkan kultur
positif. Insiden sepsis secara signifikan lebih tinggi pada bayi prematur,
serta mereka yang memiliki berat lahir sangat rendah (<1000 gram). Bayi-
bayi Afrika-Amerika memiliki risiko GBS dan LOS yang meningkat,
kemungkinan sekunder akibat tingkat pembawa GBS yang lebih tinggi pada
perempuan Afrika-Amerika.12

2.3. Klasifikasi
Berdasarkan waktu onset, sepsis neonatorum diklasifikasikan
sebagai berikut :13

1. Sepsis neonatorum awitan dini (Early Onset Neonatal Sepsis), dimana


onset dari manifestasi sepsis terjadi kurang dari 72 jam setelah lahir.
Organisme penyakit didapat dari transmisi vertikal organisme dari ibu
ke bayi selama periode antepartum dan intrapartum.
2. Sepsis neonatorum awitan lambat (Late Onset Neonatal Sepsis),
dimana onset dari manifestasi sepsis terjadi lebih dari 72 jam setelah
lahir. Organisme penyakit didapat dari transmisi horizontal patogen
yang diperoleh setelah kelahiran dari lingkungan rumah sakit atau dari
orang-orang sekitar.

Klasifikasi ini membantu dalam membimbing terapi antibiotik


seperti itu menunjukkan perbedaan dalam mode transmisi yang
diperkirakan dan organisme yang dominan. EOS sebagian besar
merupakan hasil dari vertical penularan organisme dari ibu ke bayi selama
periode antepartum dan intrapartum dan LOS dikaitkan dengan transmisi
horizontal patogen yang diperoleh setelah lahir dari lingkungan rumah
sakit atau dari masyarakat.13
6

2.4. Etiologi
Early Onset Sepsis (EOS) umumnya disebabkan oleh penularan
patogen dari sistem genitourinari wanita ke bayi baru lahir atau janin.
Patogen-patogen ini dapat naik ke vagina, leher rahim, dan rahim, dan juga
dapat menginfeksi cairan ketuban. Neonatus dapat terinfeksi dalam rahim
atau saat melahirkan saat mereka melewati saluran vagina. Patogen bakteri
khas untuk EOS termasuk Grup B streptococcus (GBS), Escherichia coli,
Staphylococcus negatif koagulase, Haemophilus influenza, atau Listeria
monocytogenes. Faktor maternal lain yang meningkatkan risiko sepsis
neonatal adalah korioamnionitis, pelahiran sebelum 37 minggu, dan ruptur
membran yang lebih lama dari 18 jam.14
Late-onset sepsis (LOS) biasanya terjadi melalui transmisi patogen
dari lingkungan setelah melahirkan, seperti kontak dari petugas kesehatan
atau perawat. LOS juga dapat disebabkan oleh manifestasi lanjut dari
infeksi yang ditularkan secara vertikal. Bayi yang membutuhkan
pemasangan kateter intravaskular, atau prosedur invasif lainnya yang
mengganggu mukosa, berisiko lebih tinggi untuk mengalami LOS.
Neonatus prematur memiliki risiko lebih tinggi untuk sepsis / infeksi
daripada neonatus panjang, karena mereka cenderung membutuhkan
prosedur yang lebih invasif daripada neonatus panjang. Spesies
stafilokokus koagulase-negatif, terutama Staphylococcus epidermidis,
adalah penyebab utama, bertanggung jawab untuk lebih dari 50% kasus
LOS di negara industri, meskipun banyak patogen bakteri dan virus dapat
dikaitkan dengan LOS.14

2.5. Faktor Risiko


Beberapa faktor obstetri dan neonatal telah terjadi diidentifikasi
yang mungkin terkait dengan peningkatan risiko infeksi neonatal.
Kehadiran semua ini faktor saja bukan merupakan indikasi untuk sepsis
lengkap terapi dan terapi antibiotik; Namun, kombinasi faktor risiko jelas
aditif dan harus sangat meningkatkan kecurigaan sepsis.16
- Prematuritas dan berat badan lahir rendah
7

- Ketuban pecah dini atau berkepanjangan (> 18 jam)


- Demam peripartum ibu (> 100,40F) atau infeksi
- Resusitasi saat lahir
- Kehamilan multiple
- Prosedur invasive
- Bayi dengan galaktosemia (kecenderungan E. coli sepsis), defek imun,
atau asplenia.
- Faktor lain: Jenis kelamin laki-laki (empat kali lebih banyak terkena dari
wanita), pemberian susu botol (bukan menyusui), status sosial ekonomi
rendah, praktik mencuci tangan yang tidak benar dari staf NICU dan
anggota keluarga dll.16

2.6. Patofisiologi

Sistem kekebalan yang belum matang pada neonatus adalah


faktor yang berkontribusi besar dalam perkembangan sepsis neonatal.
Neutrofil polimorfonuklear, makrofag, dan limfosit T semuanya penting
dalam melawan infeksi. Namun, sel-sel ini tidak sepenuhnya
berkembang dan tidak mampu melakukan respon inflamasi lengkap pada
neonatus. Selain itu, neonatus memiliki jumlah imunoglobulin yang
terbatas saat lahir dan tidak dapat menghasilkan jumlah antigenik yang
besar selama masa ini. Pemindahan imunoglobulin ibu-janin terjadi pada
usia kehamilan lanjut, menempatkan neonatus prematur pada risiko lebih
besar mengalami immunocompromised. 15
Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal dapat
dikategorikan dalam: Sepsis dini terjadi pada 5-7 hari pertama, tanda
distres pernapasan lebih mencolok, organisme penyebab penyakit didapat
dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini
kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa
mikroorganisme penyebab, seperti treponema, virus, listeria dan candida,
transmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain
masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan
8

pecahnya selaput ketuban, mikro-organisme dalam flora vagina atau


bakteri patogen lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan
janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan
amnion yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang
kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya
vernix atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan amnion.
Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir.
Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva,
dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi.
Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang
berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian
tinggi. Insidens syok septik 0,1- 0,4% dengan mortalitas 15-45% dan
morbiditas kecacatan saraf. Umumnya terjadi setelah bayi berumur 7 hari
atau lebih.15
Sepsis lambat mudah menjadi berat, tersering menjadi meningitis.
Bakteri penyebab sepsis dan meningitis, termasuk yang timbul sesudah
lahir yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari
alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal memegang
peran. Insiden sepsis lambat sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20%
namun pada bayi kurang bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi,
disebabkan penyakit utama dan imunitas yang imatur.15

2.7. Diagnosis
a. Anamnesis
Faktor risiko atau faktor predisposisi infeksi (suhu ibu > 38°C,
leukosit ibu > 15.000/mm3, air ketuban keruh dan berbau busuk,
ketuban pecah > 12 jam, partus kasep), perawatan tali pusat,
pemberian zalf mata setelah melahirkan.

b. Pemeriksaan fisik
Gejala klinis sepsis terdiri atas :
9

- Gejala umum : bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum


yang disertai penurunan berat badan, keadaan umum
memburuk hipotermi / hipertemi
- Gejala SSP : letargi, iritablilitas, hiporefleks, tremor, kejang,
hipotoni/hipertoni, serangan apnea, gerak bola mata tidak
terkoordinasi
- Gejala pernapasan : dispnu, takipnu, apnu, sianosis
- Gejala Traktus Gastrointestinal : muntah, diare, meteorismus,
hepatomegaly
- Kelainan kulit : purpura, eritema, pustule, sklerema
- Kelainan sirkulasi : pucat atau sianosis, takikardi atau aritmia,
hipotensi, edema, dingin.
- Kelainan hematologi : perdarahan, ikterus, purpura.

c. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah : hemoglobin, trombosit, leukosit, diff. Count,
mikro LED, CRP, kultur dan tes resistensi
b. Liquor cerebrospinalis (LCS) : protein, sel diff. Count,
pengecatan gram dan kultur.

d. Kriteria Diagnosis
Gejala klinis ditambah lebih dari satau pemeriksaan laboratorium
yang positif (leukosit <5000/mm3 atau >34.000/mm3 ), Immature to
Total Neutrophil (I/T ratio) 0,2 atau lebih, mikro LED >15 mm/jam,
CRP > 9 mg/dL, kultur darah positif.

Tes skrining sepsis


Semua neonatus yang diduga mengalami sepsis harus
memiliki skrining septik untuk menguatkan diagnosis. Namun,
keputusan untuk memulai antibiotik tidak harus tergantung pada hasil
skrining sepsis, jika ada kecurigaan klinis yang kuat tentang sepsis.
10

Berbagai komponen skrining septik meliputi jumlah leukosit total


(TLC), jumlah neutrofil absolut (ANC), rasio neutrofil imatur
terhadap total (IT), laju sedimentasi mikro-eritrosit dan protein reaktif
C (CRP).18

Tabel 2.1. tes skrining sepsis6


Tes Poin value
Absolute neutrophil count <1.750/cmm 1 poin
Jumlah leukosit <7.500 atau >40.000/cmm 1 poin
I:T neutrophil ratio > 0,2 1 poin
I:T neutrophil ratio > 0,4 2 poin
CRP + (>1,0 mg/dL) 1 poin
CRP + (> 5,0 mg/dL) 2 poin

Hasil skrining dianggap positif jika ada 2 poin atau lebih.


Penting untuk mengetahui bahwa tidak ada skrining sepsis yang
sempurna.

Pemeriksaan penunjang lainnya :


Radiologi: Rontgen dada harus dipertimbangkan dengan
adanya gangguan pernapasan atau apnea dan kemungkinan adanya
pneumonia. X-ray abdomen diindikasikan dengan adanya tanda-tanda
abdomen yang memberi kesan necrotizing enterocolitis (NEC).
Neurosonogram dan computed tomography (CT scan) harus
dilakukan pada semua pasien yang didiagnosis menderita
meningitis.13

2.8. Diagnosis Banding


Mengingat tanda-tanda sepsis neonatal yang tidak spesifik, perbedaan
yang luas harus dipertimbangkan. Banyak proses penyakit dapat muncul
dengan gejala nonspesifik yang sama pada bayi baru lahir. Penyakit penting
yang perlu dipertimbangkan :12
- Meningitis
- gagal jantung bawaan
11

- gangguan pernapasan
- necrotizing enterocolitis
- pneumonia kongenital atau hipoplasia paru
- sindrom aspirasi meconium
- penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.

2.9. Tatalaksana
2.9.1. Perawatan suportif
- Pemeliharaan lingkungan termo-netral, pencegahan hipo atau
hipertermia.
- Pemeliharaan status normoglikemik (45 hingga 120 mg / dl).
- Pemeliharaan saturasi Oksigen.
- Pemeliharaan perfusi jaringan dan tekanan darah.
- Pemberian cairan sesuai kebutuhan bayi dan pemeliharaan nutrisi
yang cukup dengan pemberian makanan enteral jika tidak
memungkinkan dengan pemberian nutrisi parenteral. 13
2.9.2. Terapi Antibiotik
Pilihan antibiotik yang dapat diberikan yaitu ceftazidine. Bila
dicurigai infeksi oleh karena stafilokokus maka diberikan sefalosporin
generasi ke-2, 50 mg/kgBB/hari dalam 2x pemberian, bila tidak ada
perbaikan klinis atau keadaan umum semakin memburuk maka
pertimbangkan pindah ke antibiotik yang lebih poten misalnya
Meropenem atau sesuai dengan hasil tes resistensi. Antibiotika diberikan
7-10 hari (antibiotik dihentikan setelah klinis membaik 5 hari). Apabila
terdapat meningitis, antibiotik diberikan selama 14-21 hari. 17

Tabel 2.2. dosis pemberian antibiotik berdasarkan berat badan dan umur17
Dosis (mg/kg BB) dan interval pemberian
<1200 1200 s/d 2000 >2000
Antibiotika Cara 0-4mgg 0-7hari >7 hari 0-7hari >7 hari
pemb.
Amikasin IV/IM 7.5/12 7.5/12 7.5/8 10/12 10/8
jam jam jam jam jam
Ampisilin IV 25/12 25/12 25/8 25/8 25/6
12

jam jam jam jam jam


Ampisilin* IV 50/12 50/12 50/8 50/8 50/6
jam jam jam jam jam
Ceftazidim IV 50/12 50/12 50/8 50/8 50/8
jam jam jam jam jam
Ceftazidim* IV 50/8 50/8 50/8 50/8 50/8
jam jam jam jam jam
Gentamisin IV/IM 2.5/18 2.5/12 2.5/8 2.5/12 2.5/8
jam jam jam jam jam
Meropenem IV 20/12 20/12 20/12 20/12 20/8
jam jam jam jam jam
Meropenem* IV 40/8 40/8 40/8 40/8 40/8
jam jam jam jam jam
Metronidazol IV 7.5/48 7.5/24 7.5/12 7.5/12 15/12
jam jam jam jam jam
Ket: tanda (*) : dosis untuk meningitis bakterialis

2.10. Upaya pencegahan


Kemungkinan strategi pencegahan yang perlu dipertimbangkan
meliputi:13
2.10.1. Periode Antenatal
- Kunjungan antenatal rutin dan identifikasi dini serta pengobatan
infeksi saluran kemih.
- Imunisasi dengan vaksin tetanus toksoid dan influenza.
2.10.2. Periode Intrapartum
- Asepsis dan cuci tangan saat proses melahirkan.
- Chlorhexidine digunakan dalam saluran genital ibu sebelum
melahirkan untuk membersihkan.
- Profilaksis antibiotik intrapartum.

2.10.3. Periode Post Natal


- Chlorhexidine digunakan untuk membersihkan neonatus setiap hari.
- Cuci tangan dengan ketat untuk semua yang merawat.
- Pemberian ASI eksklusif: ASI mengandung sekretori IgA, lisozim,
sel darah putih, dan laktoferin, dan telah ditunjukkan untuk
mendorong pertumbuhan dan lactobacilli sehat mengurangi
pertumbuhan E. coli dan patogen Gram-negatif lainnya bakteri.
13

Inisiasi dini dan angka menyusui eksklusif menunjukkan


pengurangan yang signifikan pada diare dan akut infeksi pernapasan
pada neonatus dan bayi yang lebih tua di India.
- Imunisasi: Efek spesifik BCG telah dipelajari yang menunjukkan
bahwa adanya hubungan vaksin imunisasi BCG di neonatus dengan
berat badan lahir rendah dikaitkan dengan penurunan mortalitas dan
sepsis.
- Suplementasi mikronutrien: Penggunaan Vitamin A telah terbukti
mengurangi kejadian Bronchopulmonary Disease (BPD) dan
karenanya secara tidak langsung mengurangi episode pneumonia. 13

2.11. Komplikasi
Selain peningkatan angka kematian yang terkait dengan sepsis
neonatal, tingkat morbiditas juga tinggi. Faktor risiko yang terkait dengan
peningkatan morbiditas termasuk berat lahir sangat rendah, disfungsi
jantung, gagal ginjal akut, asidosis metabolik, peningkatan perdarahan,
neutropenia, dan perdarahan. Bayi BBLR diketahui memiliki risiko lebih
tinggi terkena penyakit paru-paru kronis, dan bayi dengan berat lahir amat
sangat rendah (BBLASR) berisiko lebih tinggi mengalami risiko
perkembangan saraf, seperti defisit pendengaran dan penglihatan, cerebral
palsy, dan gangguan perkembangan psikomotor dan mental. Pemberian
antibiotik spektrum luas juga merupakan predisposisi infeksi jamur,
termasuk kandidiasis invasif dan meningitis. Namun, bayi prematur yang
pulih dari EOS belum terbukti memiliki peningkatan risiko untuk
pengembangan LOS. 12

2.12. Prognosis
Angka kematian berbanding terbalik dengan usia kehamilan, sehingga bayi
prematur atau neonatus yang lebih muda memiliki angka kematian yang lebih
tinggi daripada bayi yang lahir cukup bulan. E coli juga ditemukan terkait dengan
tingkat kematian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan GBS. Seperti
disebutkan di atas, pengenalan profilaksis antibiotik intrapartum GBS telah
14

menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh GBS. Perawatan neonatus


yang dicurigai secara klinis dengan biakan negatif juga telah secara signifikan
menurunkan angka kematian. 12
Bayi prematur dengan sepsis mungkin mengalami perkembangan
perkembangan saraf yang terganggu. Selain itu, orang lain mungkin memiliki
gangguan penglihatan. Bayi-bayi yang diobati dengan aminoglikosida juga dapat
mengalami ototoksisitas dan nefrotoksisitas.12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1) Sepsis neonatal merupakan sindroma klinis dari infeksi lokal atau
sistemik yang melibatkan aliran darah pada bayi baru lahir yang berusia
kurang dari 28 hari.
2) Insiden EOS telah menurun sejak 1990-an karena pengenalan skrining
universal Group B Streptokokus (GBS) pada wanita hamil dan
Intrapartum Antibiotik Profilaksis (IAP). Namun, tingkat LOS tetap relatif
sama. Insiden sepsis secara signifikan lebih tinggi pada bayi prematur,
serta mereka yang memiliki berat lahir sangat rendah (<1000 gram).
3) Sepsis neonatorum diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan
waktu onset yaitu sepsis neonatorum awitan dini (EOS) dan sepsis
neonatorum awitan lambat (LOS).
4) Penyebab sepsis neonatorum awitan dini umumnya disebabkan oleh
penularan patogen dari sistem genitourinari wanita ke bayi baru lahir atau
janin, sementara LOS biasanya terjadi melalui transmisi patogen dari
lingkungan setelah melahirkan, seperti kontak dari petugas kesehatan atau
perawat.
5) Faktor risiko sepsis neonatorum didapatkan secara antepartum,
intrapartum dan postpartum.
6) Diagnosis sepsis neonatorum dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
faktor risiko, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium (kultur
darah).
7) Mengingat tanda-tanda sepsis neonatal yang tidak spesifik, perbedaan
yang luas harus dipertimbangkan. Banyak proses penyakit dapat muncul
dengan gejala nonspesifik yang sama pada bayi baru lahir seperti
meningitis, gangguan pernapasan, sindrom aspirasi meconium, dll.

15
16

8) Pengobatan neonatus dengan sepsis mencakup pemberian perawatan


suportif (pemberian cairan sesuai kebutuhan bayi, terapi oksigen bila
diperlukan), dan pemberian antibiotik
9) Beberapa upaya pencegahan terhadap sepsis neonatorum dapat dilakukan
pada masa antepartum, intrapartum dan postpartum.
10) Sepsis neonatorum dengan komplikasi dapat mengakibatkan infeksi
sistemik dan kegagalan beberapa organ lainnya yang dapat meningkatkan
angka mortilitas dan morbiditas pada neonatus.
11) Prognosis dapat baik jika ditatalaksana dengan tepat dan segera.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Diagnosis dini sangat penting mengingat dapat terjadi beberapa komplikasi
yang mengancam jiwa. Beratnya komplikasi tergantung dari kecepatan
progresi penyakit. Untuk itulah diperlukan penanganan dan intervensi
sejak dini.
2. Bagi dokter muda, aplikasikan pemahaman mengenai sepsis neonatorum
ini agar ketika menemukan kasus tersebut pada pelayanan kesehatan
tingkat pertama dapat mendiagnosis dan melakukan rujukan kepada dokter
spesialis yang berkompeten.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Neonatal sepsis a major killer to be


tackled in communities. World Health Organization Maternal, newborn, child,
and adolescent health. 2009 (diunduh Juli 2020). Tersedia dari:
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/news_events/news/2009/19_01
en/
2. Shah BA, Padbury JF. Neonatal sepsis: An old problem with new insights.
Virulence 2014;5(1):1-9. https://doi.org/10.4161/viru.26906
3. Dong Y, Speer CP. The role of Staphylococcus epidermidis in neonatal sepsis:
Guarding angel or pathogenic devil? Int J Med Microbiol 2014;304:513-520.
https://doi.org/10.1016/j.ijmm.2014.04.013
4. Simonsen KA, Anderson-Berry AL, Delair SF, Davies HD. Early-onset
neonatal sepsis. Clin Microbiol Rev 2014;27(1):21-47. http://doi.org/10.1128/
CMR.00031-13
5. Dong Y, Speer CP. Late-onset neonatal sepsis: Recent developments. Arch Dis
Child Fetal Neonatal Ed 2014;100(3):F257-F263. https://doi.org/10.1136/
archdischild-2014-306213
6. Riski KR. Skor Prediktor Kematian Sepsis Neonatorum Awitan Dini. Sari
Pediatri 2016;18(2):117-21.
7. Putra PJ. Insiden dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sepsis
Neonatus di RSUP Sanglah Denpasar. Sari Pediatri. 2012. 14 (3) : 205-10.
8. Priyatiningsih DR, Latief A, Pudjiadi AH. Karakteristik sepsis di pediatric
intensive care unit RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
9. IDAI. Konsensus Diagnosis dan Tatalaksana pada Anak : Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016.
10. Soetjiningsih IG, N. Gde Ranuh. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2 cetakan
2019. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2019.

17
18

11. Wynn JL. Defining neonatal sepsis. Curr. Opin. Pediatr. 2016 Apr;28(2):135-


40.
12. Meenakshi S & Cory PG. Neonatal Sepsis : Stat Pearls Publishing LLC. 2020.
13. Santosh K. Neonatal Sepsis Past to Present. Biomedical Journal Scientific &
Technology Research. 2018. 3(3) : 3309-14. DOI :
10.26717/BJSTR.2018.03.000909,
14. Simonsen KA, Anderson-Berry AL, Delair SF, Davies HD. Early-onset
neonatal sepsis. Clin. Microbiol. Rev. 2014 Jan;27(1):21-47.
15. Raymond SL, Stortz JA, Mira JC, Larson SD, Wynn JL, Moldawer LL.
Immunological Defects in Neonatal Sepsis and Potential Therapeutic
Approaches. Front Pediatr. 2017;5:14.
16. Chandan K, Sanjoy K, Kamrul H, Jubair C, Mannan, et al. Neonatal Sepsis : A
review. Bangladesh Journal Child Health. 2012; VOL 36 (2) : 82-89
17. Julniar M, Herman B, Afifa R, Indrayady. Klinis Sepsis dan Sepsis
Neonatorum : Panduan Praktik Klinik Divisi Perinatologi. Departemen/SMF
Kesehatan Anak RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. 2016.
18. Sankar MJ, Agarwal R, Deorari AK. 2014. Sepsis in the Newborn. AIIMS-
NICU Protocols.

Anda mungkin juga menyukai