Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN INFEKSI CACING USUS

(SOIL TRANSMITTED HELMINTHS) PADA SISWA SD NEGERI 149 DAN


SD NEGERI 100 KOTA PALEMBANG TAHUN 2019

Indah Rizky Gayatri1, Muthia Khairunnisa1, Assyifa Salsabila1


1
Program Studi Profesi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Korespondesi: tyanisa98@gmail.com

ABSTRAK
Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi yang disebabkan oleh nematoda usus
dan memerlukan media tanah dalam penularannya. Cacing yang tergolong STH adalah Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americans). Salah satu faktor yang menyebabkan anak terinfeksi STH adalah personal hygiene.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan infeksi cacing usus
(STH) pada siswa SD Negeri 149 dan SD Negeri 100 Palembang. Jenis penelitian observasi analitik
dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak yang bersekolah di
SD Negeri 149 dan SD Negeri 100 Palembang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive
sampling dan terdapat 178 sampel setelah memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan data dengan
pengisian kuisioner untuk personal hygiene dan pemeriksaan feses menggunakan Kato-Katz untuk
memperoleh status infeksi STH. Analisis data menggunakan chi square (α < 0,05). Hasil didapatkan
sebanyak 47 siswa terinfeksi STH (26,4%). Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan antara
kebiasaan mencuci tangan dengan STH (p value 0,0001), ada hubungan antara kebersihan kuku
dengan STH (p value 0,008) dan ada hubungan penggunaan alas kaki dengan STH (p value 0,0001).
Kesimpulan terdapat hubungan antara personal hygiene dengan infeksi cacing usus (STH) pada
siswa SD Negeri 149 dan SD Negeri 100 Palembang.
Kata kunci: Soil Transmitted Helminths, Personal Hygiene, SD Negeri, Kota Palembang

ABSTRACT
Transmitted Soil infections Helminths (STH) is an infection caused by intestinal nematodes and
require soil media for transmission. Worms classified as STH are Ascaris lumbricoides, Trichuris
trichiura and hookworms (Ancylostoma duodenale and Necator americans). One of factors that
causes children to infected STH is personal hygiene. This study aims to determine relationship of
personal hygiene with intestinal helminth infections (STH) in students of Elementary School 149
and 100 Palembang. An analytic observation with cross sectional design. Population in this study
were all children who attend 149 public elementary schools and 100 state elementary schools in
Palembang. Sampling using consecutive sampling technique and there are 178 samples after
fulfilling the inclusion criteria. Data collection by filling out questionnaires for personal hygiene
and stool examination using Kato-Katz to obtain STH infection status. Data analysis using chi
square (α <0.05). Results obtained were 47 students infected with STH (26.4%). Statistical test
results a relationship between hand washing habits with STH (p value 0.0001), there is a
relationship between nail hygiene with STH (p value 0.008) and there is a relationship between use
of footwear and STH (p value 0.0001). It was concluded that there was a relationship between
personal hygiene and intestinal helminth infections (STH) in students of elementary school 149 and
100 Palembang.
Keywords: Soil Transmitted Helminths, Personal Hygiene, Elementary School, Palembang City
Pendahuluan
Menurut World Health Organization (WHO) lebih dari 1,5 miliar orang, atau sekitar 24%
kasus dari total populasidi seluruh dunia, terinfeksi oleh cacing yang ditularkan melalui media
tanah. Infeksi tersebar luas pada daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar yang terjadi di
Afrika sub-Sahara, Amerika, Cina, dan Asia Timur. Lebih dari 267 juta anak pada usia prasekolah
dan lebih dari 568 juta anak usia sekolah tinggal di daerah dimana parasit ini ditularkan secara
intensif, dan membutuhkan perawatan serta intervensi pencegahan.1
Indonesia merupakan negara berkembang yang masih menghadapi berbagai masalah
kesehatan, diantaranya merupakan penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah. Penyakit ini
dapat menyebabkan penurunan kesehatan, gizi, kecerdasan, produktifitas penderita dan secara
ekonomi menyebabkan banyak kerugian. Pemerintah telah melakukan upaya pemberantasan
penyakit kecacingan dengan promosi gaya hidup sehat, sanitasi yang bersih dan pemberian obat
massal. Namun, masih banyak anak-anak di Indonesia menderita penyakit ini. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan terus upaya untuk memberantas penyakit kecacingan.2
Prevalensi Soil Transmitted Helminths (STH) masih cukup tinggi di Sumatera Selatan dengan
penelitian yang dilakukan Ramayanti (2018) yang menunjukkan prevalensi infeksi STH pada siswa
Madrasah Ibtidaiyah Ittihadiyah kecamatan Gandus kota Palembang sebesar 29,3% dari total
sampel. Jenis cacing pada infeksi STH adalah Ascaris lumbricoides sebesar (88.90%), Trichuris
trichiura (7.4%) dan Ancylostoma duodenale (3.7%).3
Menurut Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada tahun 2009,
sebanyak 31,8% siswa-siswi sekolah dasar menderita penyakit kecacingan. Penyakit ini jarang
menyebabkan kematian, namun infeksi yang kronis bisa menimbulkan penurunan gizi,
pertumbuhan terhambat, anemia, defisiensi vitamin A dan penurunan daya tahan tubuh.4
Kebersihan diri perseorangan (Personal Hygiene) adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya.5 Personal
hygiene merupakan salah satu penyebab anak terinfeksi cacing. Misalnya, kuku yang panjang tidak
dipotong, jajan makanan di sembarang tempat, dan tidak mencuci tangan sebelum makan.6
SD Negeri 149 Kota Palembang terletak di kecamatan Gandus kota Palembang. Sedangkan,
SD Negeri 100 kota Palembang terletak di kecamatan Seberang Ulu II kota Palembang provinsi
Sumatera Selatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2018, cakupan
pemberian obat cacing di wilayah kerja Puskesmas Gandus hanya sebesar 68,5% dan di wilayah
kerja Puskesmas Taman Bacaan sudah mencapai 100%.
Daerah Gandus merupakan daerah perkebunan karet. Sama halnya dengan daerah Seberang
Ulu II yang merupakan wilayah dataran rendah dan masih ditemukanya persawahan. Perkebunan
dan persawahan merupakan tempat yang sangat cocok untuk berkembangnya Soil Transmitted
Helminths. Iklim tropis yang lembab, status ekonomi yang rendah dan kepadatan penduduk yang
tinggi serta kebiasaan hidup yang kurang baik membuat masyarakat, khususnya anak-anak rentan
terinfeksi Soil Transmitted Helminths.7
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Personal Hygiene dengan Infeksi Cacing Usus (Soil Transmitted Helminths) pada Siswa SD Negeri
149 dan SD Negeri 100 Kota Palembang Tahun 2019.”

Metode Penelitian
Desain penelitian observasi analitik dengan metode cross sectional yang dilakukan di SD
Negeri 149 dan SD Negeri 100 Kota Palembang pada bulan Oktober hingga Desember 2019.
Pengambilan data dengan pengisiaan kuisioner untuk memperoleh status personal hygiene dan
pemeriksaan feses menggunakan Kato-Katz untuk memperoleh status infeksi STH. Sampel pada
penelitian ini adalah anak-anak yang bersekolah di SD Negeri 149 dan SD negeri 100 Palembang
dan didapatkan 89 responden yang diambil secara consecutive sampling. Kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah seluruh siswa yang bersekolah di SD Negeri 149 dan SD Negeri 100 kota
Palembang, dari kelas 1 sampai kelas 6 yang hadir pada saat pelaksanaan pengambilan data,
bersedia menjadi responden atas persetujuan orang tuanya, siswa yang mengumpulkan pot fesesnya,
siswa yang bersedia mengisi dan mengembalikan kuesioner. Kriteria eksklusi pada penelitian ini
adalah anak yang mengkonsumsi obat cacing dalam 1 bulan terakhir dan memiliki kelaian anatomi.

Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di dua sekolah dasar yaitu SD Negeri 149 dan SD Negeri 100
pada tanggal 24-26 November 2019. SD Negeri 149 terletak di Jalan Sosial RT. 01 RW. 01
Kelurahan Pulokerto Kecamatan Gandus Palembang, dan SD Negeri 100 terletak di jalan Ki.
Anwar Mangku Lr. Asli Kecamatan Seberang Ulu II. Palembang.
Hasil Mikroskopik
Gambar 1-3 memperlihatkan gambaran mikroskopik jenis STH dalam bentuk telur.

Gambar 1. Telur Ascaris Gambar 2. Telur Trichuris Gambar 3. Telur Cacing


lumbricoides (40X) trichiura (10X) Tambang (40X)

Hasil Kuisioner
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Infeksi Cacing Usus (Soil Transmitted Helminths) pada Anak SD
Negeri 149 dan SD Negeri 100 (N=178)
Soil Transmitted Helminths Terinfeksi Persentase %

Seluruh STH 47 26,4

Ascaris lumbricoides 41 23

Trichuris trichiura 1 0,6

Cacing tambang 5 2,8

Berdasarkan tabel 1. distribusi frekuensi jumlah infeksi cacing STH sebanyak 47 (26,4%)
anak terinfeksi dengan jenis yang terinfeksi Ascaris lumbricoides sebanyak sebanyak 41 anak
(26,4%), terinfeksi cacing Trichuris trichiura sebanyak 1 (0,6%) anak dan terinfeksi cacing
tambang sebanyak 5 (2,8%) anak.

Tabel 2. Hubungan Personal Hygiene dengan Infeksi STH pada Anak SD Negeri 149 dan SD
Negeri 100 Kota Palembang Tahun 2019 (N=178)
Variabel Baik Buruk OR Chi-
terinfeksi Tidak terinfeksi Tidak Square P
terinfeksi terinfeksi
Kebiasaan 33 120 14 11 4,628 0,0001
cuci tangan
Kebersihan 37 123 10 8 4,155 0,008
kuku (Fisher’s
Exact)
Kebiasaan 35 123 12 8 5,271 0,0001
memakai
alas kaki
Dari tabel 2 didapatkan terdapat hubungan bermakna antara variabel personal hygiene dengan
infeksi cacing STH pada anak SD Negeri 149 dan SD Negeri 100 Kota Palembang dengan nilai p
0,0001; 0,008; 0,0001 (nilai p < 0,05).

Pembahasan
Hasil penelitian pada anak di SD Negeri 149 dan SD Negeri 100 Kota Palembang
menunjukan bahwa dari 178 anak yang dilakukan pemeriksaan feses secara laboratorium dengan
menggunakan metode Kato-Katz didapatkan anak yang terinfeksi STH sebanyak 47 (26,4%) anak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martila (2015) pada murid SD
Negeri Abe Pantai Jayapura. Hasil penelitian menunjukan dari 70 sampel didapatkan sebanyak 35
(50%) anak terinfeksi cacing STH.8
Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi terutama yang
berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang belum baik. Salah satunya adalah infeksi
kecacingan yang merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Hal ini dapat dimengerti
mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris dengan tingkat sosial ekonomi, pengetahuan,
keadaan sanitasi lingkungan dan higiene masyarakat yang masih rendah yang sangat mendukung
untuk terjadinya infeksi dan penularan cacing.9
Lokasi SD Negeri 149 dan SD Negeri 100 Kota Palembang berbatasan dengan rawa dan
perkebunan dimana daerah perkebunan, tempat yang cocok untuk berkembangnya Soil Transmitted
Helminths (STH). Adapun tanah liat merupakan media yang dibutuhkan untuk menjadi bentuk
infektif bagi telur cacing Ascaris dan Trichiuris, sedangkan cacing tambang membutuhkan tanah
subur untuk menjadi bentuk infektif.10
Jenis infeksi cacing STH terbanyak Ascaris lumbricoides yaitu 41 anak (23%) yang terinfeksi.
Hal yang sama dilaporkan oleh Anwar dkk (2016) didapatkan sebanyak 41 (33,6%) anak positif
terinfeksi Ascaris lumbricoides,9 penelitian lain Martila (2015) melaporkan hal yang sama yaitu
sebanyak 17 (48,5%) anak terinfeksi Ascaris lumbricoides.8
Tingginya angka infeksi Ascaris lumbricoides pada penelitian ini disebabkan karena produksi
telur yang dihasilkan oleh cacing Ascaris lumbricoides betina lebih banyak. Jumlah telur yang
dihasilkan oleh cacing Ascaris lumbricoides betina bisa mencapai 200.000 dalam sehari, sedangkan
Trichiuris trichiura bisa memproduksi 5.000 sehari dan cacing tambang bisa memproduksi sampai
10.000 telur dalam satu hari. Selain itu bisa disebabkan karena telur Ascaris lumbricoides bisa
bertahan selama beberapa tahun di tanah.11
Pemeriksaan feses sampel yang diambil setelah seluruh siswa (100%) SD Negeri 149 dan SD
Negeri 100 mendapatkan obat cacing 3 bulan sebelum dilakukannya penelitian. Obat yang
dibagikan pada siswa tersebut adalah Albendazole dosis 400, dimana pemberian obat antihelmintik
Albendazole sudah direkomendasikan oleh WHO untuk penderita STH.12
Hasil penelitian menujukkan masih banyak anak yang terinfeksi STH. Hal ini bisa disebabkan
ketidakpatuhan anak dalam mengkonsumsi obat yang diberikan, karena pada pelaksanaan
pemberian obat, obat hanya dibagikan kepada anak sehingga terdapat kemungkinan bahwa obat
yang diberikan tersebut tidak diminum oleh seluruh seluruh anak. Penyebab lain yang dapat
menyebabkan masih banyak anak yang terinfeksi yaitu adanya infeksi berulang atau reinfeksi yang
berlangsung terus-menerus akibat buruknya sanitasi dan personal hygiene siswa.13
Pada hasil penelitian, terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan cuci tangan dengan
infeksi cacing STH pada anak SD Negeri 149 dan SD Negeri 100 Kota Palembang dengan uji chi-
square didapatkan nilai p 0,0001 (nilai p < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Irawati (2013) di Tamangapa Antang Makassar yang menunjukan kebiasaan
cuci tangan memiliki hubungan bermakna dengan infeksi cacing STH didapatkan nilai p 0,0001.14
Infeksi kecacingan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya yaitu faktor
kebersihan perorangan. Personal hygiene yang buruk pada perilaku anak seperti tidak mencuci
tangan setelah buang air besar, tidak menggunakan sabun pada saat mandi, tidak mencuci kaki dan
tangan menggunakan sabun setelah bermain di tanah, tidak menggunakan alas kaki saat bermain,
kebersihan kuku tidak dijaga dengan baik bisa menjadi penyebab masuknya cacing kedalam tubuh
seorang anak dan menyebabkan terinfeksi cacing STH. Higiene yang baik merupakan syarat
penting dalam mencegah dan memutuskan mata rantai penyebaran penyakit kecacingan. Personal
higiene buruk akan memperberat kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar, karena pada usia
Sekolah Dasar ini belum mampu mandiri untuk mengurus kebersihan diri.15
Dari hasil penelitian, terdapat hubungan bermakna antara kebersihan kuku dengan infeksi
cacing STH dengan uji fisher didapatkan nilai p 0,008 (nilai p < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Nurmarani (2017) di Rawa Limbah Pisangan Kota Tanggerang Selatan
melaporkan hal yang sama dimana terdapat hubungan kebersihan kuku dengan infeksi cacing STH
dengan nilai p 0,012.16
Kebersihan perorangan merupakan hal yang penting untuk pencegahan, terutama pada infeksi
kecacingan. Kuku sebaiknya selalu dipotong pendek untuk menghindari penularan cacing dari
tangan ke mulut, ketika tangan yang kurang bersih maka saat memakan makanan, telur cacing yang
melekat di bawah kuku yang panjang dan kotor akan ikut tertelan bersama makanan yang
dimakan.17,18
Pada hasil penelitian, terdapat hubungan bermakna antara pemakaian alas kaki dengan infeksi
cacing STH dengan uji chi-square didapatkan nilai p 0,0001 (nilai p < 0,05). Sejalan dengan
penelitian Ramayanti & Ghiffari (2019) di Tempat Pembuangan Akhir Sukawinatan Palembang
dilaporkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pemakaian alas kaki dengan infeksi cacing
STH didapatkan nilai p 0,013.19
Tanah halaman yang ada di sekeliling rumah merupakan tempat bermain paling disukai bagi
anak. Manakala pada tanah halaman tersebut terkontaminasi telur atau larva STH, peluang anak
untuk terinfeksi STH akan semakin besar.20 Kulit merupakan tempat masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh. Jika seseorang menginjakkan kakinya di tanah tanpa menggunakan alas kaki dan jika
kebersihan serta pemeliharaan kaki tidak diperhatikan maka dapat menjadi sasaran pintu masuknya
kuman-kuman penyakit ke dalam tubuh, termasuk larva cacing. Dengan memakai alas kaki, maka
dapat memutuskan hubungan bibit penyakit ke dalam tubuh, sehingga infeksi kecacingan dapat
dihindari.18 Berdasarkan observasi penelitian yang dilakukan di SD Negeri 149 kota Palembang,
masih banyak anak yang bermain di halaman sekolah tanpa menggunakan alas kaki.

Simpulan dan Saran


Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara personal hygiene menurut kebiasaan mencuci
tangan dengan infeksi cacing usus (Soil Transmitted Helminths) dengan hasil P-Value (0,0001), ada
hubungan antara personal hygiene menurut kebiasaan kebersihan kuku dengan infeksi cacing usus
(Soil Transmitted Helminths) dengan hasil P-Value (0,008) dan ada hubungan antara personal
hygiene menurut kebiasaan menggunakan alas kaki dengan infeksi cacing usus (Soil Transmitted
Helminths) dengan hasil P-Value (0,0001). Saran bagi penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk menguji faktor-faktor lain seperti sanitasi lingkungan, status gizi,
tingkat pengetahuan orangtua, tingkat ekonomi orangtua yang berhubungan dengan kejadian infeksi
cacing usus (STH).

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada SD Negeri 149 dan SD Negeri 100 kota Palembang
atas izin dan partisipasinya dalam pengambilan data dan terima kasih kepada Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah menyetujui jurnal ini.

Daftar Pustaka
1. WHO. 2013. Soil Transmitted Helminths Infections. Dalam https://www.who.int/en/news-
room/fact-sheets/detail/soil-transmitted-helminth-infections. (Diakses pada tanggal 06
Agustus 2019).
2. Direktorat Jenderal PP & PL Kemenkes RI. 2012. Profil Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan Tahun 2012. Jakarta: KEMENKES RI. pp112-13.
3. Ramayanti, I. 2018. Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa Madrasah
Ibtidaiyah Ittihadiyah Kecamatan Gandus Kota Palembang. Jurnal Syifa’ Medika. 8(2):102-
107.
4. Damayanti. 2009. Pemanfaatan Tepung Cacing (Lumbricus Rubellus) sebagai Agensia Anti-
Pollorum dalam Imbuhan Pakan Ayam Boiler, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada: Yogyakarta.
5. Andarmoyo, S. 2012. Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu.
6. Mufidah, F. 2012. Cermat Penyakit-penyakit Yang Rentan Didderita Anak Usia Sekolah.
Jogjakarta. Flashbooks.
7. Sungkar, S. Sutanto, I., Ismid, I.S., Sjarifudin, P.K., 2011. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
8. Martila, Sandy S, dan Paembonan N. 2015. Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian
Kecacingan pada Murid SD Negeri Abe Pantai Jayapura. PLASMA vol 1 No 2 Tahun
2015 : 87-96.
9. Anwar, R.Y., Irawati N. Dan Masri M. 2016. Hubungan antara Higiene Perorangan dengan
Infeksi Usus (STH) pada Siswa SDN 25 dan 28 di Kota Padang Tahun 2013. Jurnal
Kesehatan Andalas 2016; 5(3).
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/584/472. (Diakses tanggal 04
Desember 2019).
10. Agoes, R., dan Natadisastra, D. 2009. Parasitolgi Kedokteran Ditinjau Dari Organ Tubuh
Yang Diserang. EGC. Jakarta. Hal. 34-38.
11. Supali, T., Margono, S.S. dan Abidin, N.A. 2009. Nematoda Usus. Dalam: Buku Ajar
Parasitologi Kedokteran, Ed. 4. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
12. WHO. 2012. Deworming to combat the health and nutritional impact of soiltransmitted
helminths. Tersedia dari: http://www.who.int/elena/titles/bbc/deworming/en/index.html
(Diakses 06 Juli 2019).
13. Indriyati, L., Annida, dan Fakhrizal, D. 2017. Tingginya Angka Kecacingan Pasca
Pengobatan Massal Filariasis (DEC dan Albendazole) di SDN Juku Eja Pagatan.
J.Health.Epidemiol.Commun.Dis. 2017;3(1): 15-21.
14. Irawati. 2013. Hubungan Personal Hygiene dengan Cacingan Pada Anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Tamangapa Antang Makassar. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3102/1/Irawati.pdf. (Diakses
tanggal 24 Desember 2019).
15. Kundaian F., Umboh J.M.L. dan Kepel B.J. 2011. Hubungan antara Sanitasi Lingkungan
dengan Infestasi Cacing Murid Sekolah Dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri
Kabupaten Minahasa. FKM-Universitas Samratulangi Manado. Jurnal e-Biomedik Vol 4 No
2 Juli-Desember 2016. https://media.neliti.com/media/publications/67301-ID-kecacingan-
usus-pada-anak-sekolah-dasar.pdf. (Diakses tanggal 04 Desember 2019)
16. Nurmarani. 2017. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan
Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota
Tanggerang Selatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/Nurmarani-FKIK.pdf.
(Diakses tanggal 24 Desember 2019).
17. Arifin. 2018. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dan Status Kecacingan Dengan Status
Gizi Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumbang. J.Gipas, Mei 2018,
Volume 2 Nomor 1 ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps. (Diakses tanggal 04 Desember 2019).
18. Waqiah. 2010. Hubungan Hygiene Perorangan dengan Kejadian Infeksi Kecacingan pada
Pemulung Anak Usia Sekolah Dasar di TPA Antang Makassar. FKM UIN Alauddin.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3914/1/ummul%20waqiah.pdf. (Diakses tanggal 25
Desember 2019).
19. Ramayanti, I., & Ghiffari, A. 2019. Factors of Soil-Transmitted Helminths Infections in
Children who Live in the Surrounding of the Final Disposal Landfill of Sukawinatan,
Palembang. Journal of Physics: Conf. Series 1246 (2019). doi:10.1088/1742-
6596/1246/1/012045.
20. Lengkong, B.R., Joseph, W.B.S., & Pijoh, V.D. 2013. Hubungan Antara Higiene
Perorangan dengan Infestasi Cacing Pada Pelajar Sekolah Dasar Negeri 47 Kota Manado.
FKM Universitas Sam Ratulangi. http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2013/08/Jurnal-Brian-R-Lengkong-091511146-KESLING.pdf. (Diakses
tanggal 22 Januari 2020).

Anda mungkin juga menyukai