Anda di halaman 1dari 50

REFERAT

UVEITIS

Dosen Pembimbing : Muthia Khairunnisa (712019053)


dr. Fera Yunita Rodhiyati, Sp.M
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Uveitis → proses peradangan uvea, meliputi iris, badan siliar, dan koroid

 Insiden uveitis pada populasi  Etiologi → 30-45% penyakit sistemik


100.000 orang → 15 kasus pertahun (autoimun, infeksi, keganasan),
 Penyebab kebutaan ke-4 paling sering trauma, iatrogenik dan infeksi
pada populasi usia produktif di negara  Sebanyak 20-30% kasus uveitis
berkembang adalah idiopatik
LATAR BELAKANG

 Secara anatomi, uveitis dibagi menjadi  Penggunaan kortikosteroid dan

uveitis anterior, intermediet, posterior, sikloplegik sejak dini dapat

dan panuveitis memperkecil kemungkinan terjadinya


komplikasi-komplikasi
Gejala uveitis umumnya ringan namun
dapat memberat dan menimbulkan  Obat imunosupresan digunakan pada
komplikasi kebutaan bila tidak pasien dengan uveitis berat
ditatalaksana dengan baik
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
Uvea terdiri dari 3 bagian :
 Iris
 Korpus siliaris (pars plana dan plikata)
 Koroid

Secara Klinis :
 Uvea anterior (iris dan korpus siliaris)
 Uvea posterior (koroid)
IRIS
 Iris berbentuk membran datar dan
merupakan kelanjutan ke depan dari
badan silier
 Di tengah iris terdapat pupil yang penting
untuk mengatur jumlah sinar yang masuk
ke dalam mata
 Muscularis : musculus dilatator pupillae,
musculus sphincter pupillae
KORPUS SILIARIS

Corpus ciliare terdiri atas :


 corona ciliaris
 processus ciliaris
 musculus ciliaris
KOROID
Koroid merupakan bagian uvea yang paling
luas dan terletak antara retina dan sklera,
terdiri atas anyaman pembuluh darah
Batas :
 Sebelah dalam : bruch’s membrane
 Sebelah luar ; suprachoroid
 Melekat erat ke posterior di tepi-tepi
Nervus optikus
VASKULARISASI

 Arteri oftalmika memperdarahi → a.


Siliaris anterior → sirkulus a. Mayoris
iris & a. Siliaris posterior longus → iris
dan korpus siliaris
 Arteri oftalmika memperdarahi → a.
Siliaris posterior → a. Siliaris posterior
longus & a. Siliaris posterior brevis →
koroid
FUNGSI UVEA

 Memberi nutrisi dan pengaturan gas (korpus siliaris


memberi nutrisi pada retina sebelah dalam, lensa,
dan kornea
 Menyerap sinar, melindungi mata dari pantauan
sinar dalam bola mata
 Korpus siliaris berperan dalam akomodasi yang
diatur saraf otonom
DEFINISI

Uveitis adalah peradangan atau


inflamasi yang terjadi pada lapisan
traktus uvealis yang meliputi
peradangan pada iris, korpus siliaris
dan koroid yang disebabkan oleh
infeksi, trauma, neoplasia, atau proses
autoimun
EPIDEMIOLOGI
 Insiden uveitis pada populasi 100.000 orang adalah 15 kasus pertahun
 Di Amerika terdapat 2,3 juta orang penderita uveitis dimana kasus
barunya ditemukan sebanyak 45.000 pertahun
 Uveitis juga menyebabkan 10 % kebutaan
 Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai jumlah kasus uveitis
 Insidensinya meningkat pada usia 20-50 tahun dan paling banyak pada
usia sekitar 30-an
 Insiden lebih sering mempengaruhi wanita daripada pria
PATOFISIOLOGI
 Radang di uvea → blood aqueous barrier rusak → peningkatan protein, fibrin, sel-
sel radang dalam akuos humor → limfosit, makrofag, sel plasma → Keratic
presipitate (KP) → Mutton fat

 Radang di uvea → blood aqueous barrier rusak → peningkatan protein, fibrin, sel-
sel radang dalam akuos humor → slitlamp : tampak sebagai flare yaitu partikel-
partikel kecil dengan gerak Brown (efek Tyndall)

 Radang di uvea → blood aqueous barrier rusak → peningkatan protein, fibrin, sel-
sel radang dalam akuos humor → seklusio pupil & Oklusio pupil
PATOFISIOLOGI
 Seklusio pupil & Oklusio pupil total → cairan dalam bilik mata belakang tidak dapat
mengalir → TIO meningkat → iris menggembung ke depan → Iris Bombe
(BOMBANS)

 Radang di uvea → blood aqueous barrier rusak → peningkatan protein, fibrin, sel-sel
radang dalam akuos humor → menimbulkan perlekatan → sinekia anterior & sinekia
posterior

 Radang di uvea → blood aqueous barrier rusak → akumulasi sel-sel radang pada
perifer pupil → Koeppe nodules
PATOFISIOLOGI

 Radang di uvea → blood aqueous barrier rusak → akumulasi sel-sel radang pada
permukaan iris→ Busacca nodules

 Radang di uvea → proses peradangan akut → hipopion, hifema


KLASIFIKASI ANATOMI

TIPE FOKUS MELIPUTI


INFLAMASI
Uveitis anterior COA Iritis, iridosiklitis, siklitis
(75% kasus) anterior
Uveitis Vitreous Pars planitis, siklitis
intermediate posterior, Hyalitis
(8% kasus)
Uveitis Retina dan  Choroiditis fokal,
posterior (17% choroid multifokal, difus
kasus)  Chorioretinitis
 Retinochoroiditis
 Retinitis
 Neuroretinitis
Panuveitis COA, vitreous,
retina, choroid
KLASIFIKASI KLINIS

Tipe Keterangan
Akut Onset mendadak dan durasi kurang dari empat
minggu
Rekuren Episode uveitis berulang
Kronik Uveitis persisten atau kambuh sebelum tiga
bulan setelah pengobatan dihentikan
KLASIFIKASI ETIOLOGIS

KLASIFIKASI BERDASARKAN ETIOLOGIS

 Uveitis infeksius  Uveitis terasosiasi dengan penyakit sistemik

non-inflamatory

 Uveitis alergika  Uveitis idiopatik

 Uveitis toksik
KLASIFIKASI PATOLOGIS

Uveitis Granulomatosa Uveitis Non - Granulomatosa

 Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel  Infiltrat dominan limfosit pada koroid.
raksasa multinukleus. Biasanya terjadi Penyebabnya dapat oleh trauma, diare kronis,
akibat sarkoiditis, sifilis, tuberkulosis, penyakit Reiter, herpes simpleks, sindrom
virus, jamur, (histoplasmosis), atau Bechet, sindrom Posner Schlosman,
parasit (toksoplasmosis) pascabedah, infeksi adenovirus, parotitis,
influenza, dan klamidia
KLASIFIKASI PATOLOGIS

Uveitis Granulomatosa Uveitis Non - Granulomatosa


UVEITIS ANTERIOR

DEFINISI

Uveitis anterior paling sering terjadi diantara jenis uveitis. Uveitis


anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar
(iridosiklitis) biasanya unilateral dengan onset akut
UVEITIS ANTERIOR

ETIOLOGI

 Penyebabnya tidak diketahui dan merupakan manifestasi reaksi


alergi atau imunologi yang terlambat
 Bakteriemia ataupun viremia dapat menimbulkan iritis ringan,
yang bila kemudian terdapat antigen yang sama dalam tubuh
akan dapat timbul kekambuhan
UVEITIS ANTERIOR

MANIFESTASI

Gejala Subjektif
 Nyeri pada mata terbatas pada periorbita dan bertambah bila
terkena cahaya atau tekanan (nyeri pada kasus akut yang
progresivitas menjadi kronik), nyeri kepala (biasa lebih berat pada
malam hari), fotofobia, lakrimasi, visus menurun
UVEITIS ANTERIOR
Gejala Objektif
 Mata merah (injeksi siliar)  Hipopion, hifema
 Eksudat pada COA (peningkatan protein,  Perubahan pada iris yaitu corak iris
fibrin, dan sel-sel radang dalam humor tidak teratur, warna berubah
aquous) “Muddy Appearance”, miosis, atropi
 Peningkatan protein translusensi dari humor iris, sinekia posterior, pupil ireguler,
aquos flare (slitlamp) Sel radang menempel seklusi/oklusi pupil, iris bombe
pada permukaan endotel kornea →keratik  Glaucoma, katarak
presipitat →(Mutton Fat, Busacca, Koeppe)
UVEITIS ANTERIOR

TATALAKSANA
 Lokal : tetes mata sulfas atropine 1%
 Bila terjadi glaucoma, midriatikum tetap diberikan sambil pemberian tablet Diamox
 Bila dengan atropine tidak berhasil, beri midriatikum yang lebih kuat yaitu atropine
1%+kokain 5%. Bila diperlukan yang lebih kuat lagi, dapat diberikan injeksi
subkonjungtiva atropine atau adrenalin
 Kortikosteroid 4-6 kali perhari tergantung beratnya
 Antibiotik bila penyebab mikroorganismenya diketahui
UVEITIS INTERMEDIATE
Definisi Epidemiologi
 Uveitis intermediate disebut  Uveitis intermediet biasanya
juga uveitis perifer atau pars bilateral dan cenderung mengenai
planitis adalah peradangan pasien remaja akhir atau dewasa
intraokular terbanyak kedua. muda
 Tanda uveitis intermediet yang  Pria lebih banyak yang terkena
terpenting yaitu adanya dibandingkan wanita
peradangan vitreus
UVEITIS INTERMEDIATE

Manifestasi
 Floaters dan penglihatan kabur Etiologi
 Penyebab uveitis intermediate tidak
 Nyeri, fotofobia dan mata merah
diketahui pada sebagian besar pasien,
biasanya tidak ada atau hanya sedikit
 vitritis tetapi sarkoidosis dan multipel
seringkali disertai dengan
sklerosis berperan pada 10-20% kasus
kondensat vitreus yang melayang
bebas seperti bola salju (snowballs)
UVEITIS INTERMEDIATE
TATALAKSANA
 Lokal : tetes mata sulfas atropine 1%
 Bila terjadi glaucoma, midriatikum tetap diberikan sambil pemberian tablet Diamox
 Bila dengan atropine tidak berhasil, beri midriatikum yang lebih kuat yaitu atropine 1%
+kokain 5%. Bila diperlukan yang lebih kuat lagi, dapat diberikan injeksi subkonjungtiva
atropine atau adrenalin
 Kortikosteroid 4-6 kali perhari tergantung beratnya
 Antibiotik bila penyebab mikroorganismenya diketahui\
UVEITIS POSTERIOR

Definisi
Uveitis posterior merupakan peradangan lapisan
koroid yang dapat pula melibatkan jaringan sekitar,
meliputi vitreus, retina, saraf optik, dan pembuluh
darah retina
UVEITIS POSTERIOR

Epidemiologi
 Menurut National Organization for Rare Disorders pada tahun 2005,
uveitis posterior sama kejadiannya pada pria dan wanita
 Uveitis posterior juga dapat menyerang hampir semua usia, cenderung
lebih sering pada usia di bawah 40 tahun
 Pada studi epidemiologi di Vienna, 18,3% kasus uveitis merupakan
uveitis posterior
UVEITIS POSTERIOR

Etiologi
 Infeksi → Toxoplasma gondii, Mycobacterium tuberculosis, Treponema
pallidum, Bartonella, Herpes Simplex Virus (HSV), Varicella Zoster Virus
(VZV), Cytomegalovirus (CMV), dan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
 non-infeksi → kelainan imunologi, alergi, keganasan, ataupun penyebab
idiopatik
UVEITIS POSTERIOR

Manifestasi
 Penglihatan kabur terutama bila mengenai sentral macula, bintik
terbang (floater), mata jarang menjadi merah, fotofobia
 Kekeruhan vitreus, infiltrate dalam retina dan koroid, perdarahan retina,
exudative, tractional, atau rhegmatogenous retinal detachment,
vascular sheating pada arteri dan vena, edema atau atrofi papil / retina
/ koroid, fibrosis preretina atau subretina, neovaskularisasi retina atau
koroid, hipertrofi atau atrofi epitel pigmen retina.
UVEITIS POSTERIOR

Perbandingan Koroiditis dan Retinitis

Koroiditis Retinitis
Tampak sebagai bercak keputihan Tampak sebagai bercak kekuningan
Berbatas tegas Cenderung berbatas tegas
superfisial Lebih dalam terhadap pembuluh retina
Tepi lesi biasanya terlihat jelas Tepi lesi cenderung difus
Biasanya berhubungan dengan vitritis Vitritis lebih ringan-sedang
berat
UVEITIS POSTERIOR
Tatalaksana
 kortikosteroid topikal, antara lain prednisolon 0,5%, prednisolon asetat 1%,
betametason 1%, deksametason 0,1%, dan fluorometolon 0,1%
 Kortikosteroid sistemik dapat diberikan pada uveitis derajat cukup berat
atau bilateralson 1%, deksametason 0,1%, dan fluorometolon 0,1%.
 Jika radang tidak membaik dengan kortikosteroid, dapat dilanjutkan dengan
agen imunosupresan
 siklopegik untuk mencegah komplikasi sinekia posterior. Siklopegik yang
dapat diberikan yaitu siklopentolat 0,5-2% dan homatropin
PANUVEITIS

 Panuveitis adalah peradangan seluruh uvea dan struktur sekitarnya


seperti retina dan vitreus.
 Penyebab tersering adalah tuberculosis, sindrom VKH, oftalmia
simpatika, penyakit behcet, dan sarkoidosis
 Diagnosis panuveitis ditegakkan bila terdapat koroiditis, vitritis, dan
uveitis anterior
UVEITIS NON-INFEKSI
 Dapat terjadi hanya di mata namun dapat juga sebagai peradangan
ikutan pada penyakit autoimun atau neoplasma di organ lain.

 Penyakit autoimun → spondiloartropati, artritis idiopatik juvenile,


sindrom uveitis fuchs, colitis ulseratif chron, penyakit whipple,
tubulointerstisial nephritis and uveitis, sindrom VKH, sindrom
behcet, uveitis fakogenik, dan sarkoidosis.
UVEITIS INFEKSI
 Uveitis toksoplasmosis
 Uveitis tuberkulosis
 Uveitis sifilis
 Uveitis Infeksi virus → HSV, VVZ, CMV
 Uveitis Infeksi Jamur → Histoplasma capsulatum, Pneumocystis
choroiditis, Pneumocytis jirovecii, Cryptococcal choroiditis,
Candida, dan Coccidioidomycosis
DIAGNOSIS

Anamnesis
 uveitis anterior → nyeri, fotofobia, penglihatan kabur, injeksi siliar, dan hipopion.
 uveitis posterior → ↓ tajam penglihatan namun tidak disertai nyeri, mata merah, dan
fotofobia bahkan sering asimtomatik
 uveitis intermediet → umumnya ringan, mata tenang dan tidak nyeri namun dapat
menurunkan tajam penglihatan.
 Panuveitis → peradangan seluruh uvea yang menimbulkan koroiditis, vitritis, dan
uveitis anterior
DIAGNOSIS

Slit Lamp
 menilai segmen anterior karena dapat memperlihatkan injeksi siliar dan episklera,
skleritis, edema kornea, presipitat keratik, bentuk dan jumlah sel di bilik mata,
hipopion serta kekeruhan lensa
 Pemeriksaan oftalmoskop indirek ditujukan untuk menilai kelainan di segmen
posterior seperti vitritis, retinitis, perdarahan retina, koroiditis dan kelainan papil
nervus optik
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Laboratorium
 Untuk mendiagnosis infeksi virus dapat dilakukan pemeriksaan PCR, kultur dan tes
serologi
Pemeriksaan Serologi
Optical Coherence Tomography (OCT)
USG B-Scan
Fundus Fluoresen Angiografi (FFA)
DIAGNOSIS BANDING
Faktor diagnostik Glaukoma akut Uveitis Benda asing Ketegangan otot
sudut sempit mata pada kornea
atau abrasi
Sifat sakit Hebat berdenyut Hebat Rasa benda asing Sakit dalam, kontinu
konstan

Lokasi sakit Di dalam dan sekitar Di dalam atau sekitar Mata Menyilang dahi dan di
mata mata alam
Faktor yang Tak ada Memburuk dengan Memburuk dengan  
mempengaruhi sakit cahaya tegang waktu
dipegang
Pemeriksaan umum Tekanan intracranial Lakrimasi, Riwayat termasuk  
meningkat, kornea blefarospasme, pupil injeksi konjungtiva
suram dilatasi pupil, konstriksi ringan lakrimasi
bilik depan dangkal blefarospasme
TATALAKSANA

● Penggunaan kacamata hitam


● Kompres hangat
● Midritikum/ sikloplegik (Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes, Homatropin 2%
sehari 3 kali tetes, Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes)
● Anti inflamasi (Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 % 4-6
tetes sehari)
● Antibiotik spektrum luas
● Terapi imunosupresif (cyclophosphamide, chlorambucil, azatriophine, dan
methortrexate)
TATALAKSANA

Terapi Terhadap Komplikasi


● Glaukoma sekunder → Terapi konservatif : Timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12
jam Acetazolamide 250 mg tiap 6 jam
Terapi bedah
● Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap tinggi
● Sudut tertutup → iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi
perlekatan iris dengan trabekula dilakukan bedah filtrasi
● Sudut terbuka → bedah filtrasi
● Katarak komplikata → pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis
katarak dan kemampuan ahli bedah
KOMPLIKASI

 Hilangnya penglihatan permanen


 Glaukoma sekunder
 K a t a r a k komplikata.
 A b l a s i retina
 Sinekia posterior dan anterior
PROGNOSIS

 Keterlibatan retina, koroid, dan nervus optikus cenderung


berhubungan dengan prognosis buruk
 Prognosis biasanya baik pada mayoritas kasus idiopatik dan HLA-
B27-related uveitis anterior akut dengan terapi yang adekuat
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
 Uveitis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang
meliputi iris, korpus siliaris, dan koroid.
 Uveitis merupakan salah satu penyebab kebutaan di negara berkembang
 Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat yaitu berdasarkan anatomis,
klinis, etiologis, dan patologis
 Tatalaksana uveitis bertujuan untuk menekan reaksi inflamasi,
memperbaiki struktur dan fungsi penglihatan, menghilangkan nyeri dan
fotofobia
KESIMPULAN

 Obat yang dapat digunakan adalah kortikosteroid, imunosupresan, NSAID,


siklopegik dan antimikroba bila terdapat infeksi
 Penyakit yang mendasari uveitis harus diatasi secara komprehensif untuk
mencegah perburukan dan komplikasi.
 
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai