Anda di halaman 1dari 117

Aplikasi Bidang Asuransi

1. Sebagai bagian dari perjanjian perundingan kolektif suatu perusahaan setuju


memberikan tunjangan asuransi kesehatan yang baru kepada pegawainya. Dua
perusahaan asuransi yaitu A danB yang memenuhi syarat perjanjian ditawarkan
kepada pegawai perusahaan tersebut agar dipilih salah satu. Untuk mengetahui
persepsi dari pegawainya, kepala personalia diminta memilih 35 orang pegawai. Para
pegawai tersebut dimintai pendapat yang menyatakan bahwa rencana itu disetujui
(dinyatakan dalam skala LIKERT dari 1 sampai10). Adapun respon dari pegawai
adalah sebagai berikut:

No. Pegawai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JenisKelamin L P P L L L P L L P L P
Asuransi A 8 4 9 8 7 8 8 9 10 4 4 5
Asuransi B 10 6,5 9 9 5 8 10 6 8 8 7 8

No. Pegawai 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
JenisKelamin L P L P L P L L P P L P
Asuransi A 6 6,5 8 10 4 4 7 8 4 8 7 4
Asuransi B 10 9,5 6 8 8 8 5 7 9 8 8 9

No. Pegawai 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
JenisKelamin L P L P L L L L L L P
Asuransi A 4 9,5 8 7 7 4 4 8 9 10 8
Asuransi B 8 7 8 8 8 9 6 4 10 6 7

a. Berdasarkan urutan jenis kelamin diatas apakah syarat randomisasi terpenuhi?


b. Bila perusahaan mengharapkan bahwa sedikitnya 50% dari pegawai dapat
memberikan respon di atas 7,5 untuk perusahaan asuransi A. Apakah ada syarat
tersebut dapat terpenuhi?
c. Apakah persepsi pegawai laki-laki dan perempuan terhadap asuransi B secara
rata-rata sama?
d. Bilamana asuransi B menjanjikan fasilitas/kemudahan yang lebih baik
berdasarkan data di atas dapatkah disimpulkan bahwa persepsi terhadap asuransi
B lebih baik daripada persepsi terhadap asuransi A?
e. Bila dibuat kategori sikap suka dan tidak suka sebagai berikut:
- Tidak suka untuk nilai 1-4,5
- Suka untuk nilai 4,5-7,5
- Sangat suka untuk nilai >7,5
Lakukan pengujian yang menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak menentukan
sikap terhadap asuransi A.
Jawab:
a. Hipotesis:
H0 : data menunjukkan keteracakan.
H1 : data menunjukan tidak ada keteracakan.
α = 5%, r= 24 ; n1=L=21 ; n2=P=14
Statistik Uji:

√ √

Kriteria uji : Tolak H0 jika ⁄ terima dalam hal lainnya.


Kesimpulan :
Ternyata ⁄ ,maka H0 ditolak. Artinya syarat randomisasi
tidak terpenuhi.

b. Hipotesis:
H0 : p1 = p2 ≥ % artinya paling sedikitnya % dari pegawai dapat memberikan
respon di atas 7,5.
H1 : p1 = p 2< 50% artinya kurang dari 50% pegawai dapat memberikan respon
di atas 7,5.
α = 5%, n=35 ; x=17
Statistik uji :
Dengan menggunakan tabel Binom untuk n=35 dan x=17, diperoleh p=0,5.
Kriteria uji: Tolak H0 jika p <α terima dalam hal lainnya.

2
Kesimpulan :
Ternyata p >α maka H 0 diterima. Artinya pegawai dapat memberikan
respon diatas 7,5.

c. Hipotesis:
H0 : p(A) = p(B) , artinya persepsi terhadap asuransi B tidak lebih baik dari pada
persepsi terhadap asuransi A.
H1: p(A) < p(B) , artinya persepsi terhadap asuransi B lebih baik dari pada
persepsi terhadap asuransi A.
α=5%
Uji ranking bertanda Wilcoxon

Rank tanda
NO Asuransi A Asuransi B Selisih (di) Rank di yang lebih
sedikit
1 8 10 -2 11,5
2 4 6,5 -2,5 16,5
3 9 9 0 -
4 8 9 -1 4
5 7 5 2 11,5 11,5
6 8 8 0 -
7 8 10 -2 11,5
8 9 6 3 19,5 19,5
9 10 8 2 11,5 11,5
10 4 8 -4 25
11 4 7 -3 19,5
12 5 8 -3 19,5
13 6 10 -4 25
14 6,5 9,5 -3 19,5
15 8 6 2 11,5 11,5
16 10 8 2 11,5 11,5
17 4 8 -4 25
18 4 8 -4 25
19 7 5 2 11,5 11,5
20 8 7 1 4 4
21 4 9 -5 30
22 8 8 0 -
23 7 8 -1 4
24 5 9 -5 30
25 4 8 -4 25

3
26 9,5 7 -2,5 16,5
27 8 8 0 -
28 7 8 -1 4
29 7 8 -1 4
30 4 9 -5 30
31 4 6 -2 11,5
32 8 4 4 25 25
33 9 10 1 4
34 10 6 4 25 25
35 8 7 1 4 4

T=151,5
Statistik uji:

√ √ √

Kriteria uji:
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata p α maka H 0 ditolak. Artinya persepsi terhadap asuransi
B lebih baik daripada pesepsi asurasi A.

d. Hipotesis:
H0 : l= p, artinya persepsi pegawai laki-laki dan perempuan terhadap asuransi B
secara rata-rata sama.
H1 : l≠ p artinya, persepsi pegawai laki-laki dan perempuan terhadap asuransi B
secara rata-rata berbeda.
⍺ = 5%

Laki-laki Rank LK Perempuan Rank PR


10 33,5 6,5 8
9 28 9 28
5 2,5 10 33,5

4
8 19 8 19
6 5,5 8 19
8 19 9,5 31
7 10,5 8 19
10 33,5 8 19
6 5,5 9 28
8 19 8 19
5 2,5 9 28
7 10,5 7 10,5
8 19 8 19
8 19 7 10,5
8 19 Wx 291,5
8 19
9 28
6 5,5
4 1
10 33,5
6 5,5
Jumlah 338,5

Koreksi angka kembar

xi t
5 2 0,5
6 4 5
7 4 5
8 13 182
9 5 10
10 4 5
∑T = 207,5

m=14 ; n=21 ; Wx= 291,5 ; N=m+n=35


Statistik uji :

.
√( )( ∑ )

5
√( )( ) √

Kriteria uji: Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnnya.


Kesimpulan :
Ternyata p >α maka H0 diterima. Artinya persepsi pegawai laki-laki
dan perempuan terhadap asuransi B secara rata-rata sama.
e. Hipotesis:
H0: jenis kelamin tidak menentukan sikap terhadap asuransi A.
H1: jenis kelamin menentukan sikap terhadap asuransi A
α =0,05
Kategori Laki-laki Perempuan Total
Tidak suka 5 5 10
Suka 5 3 8
Sangat suka 11 6 17
Total 21 14 35

E11=6; E12=4; E21=4,8; E22=3,2; E31=10,2; E32=6,8

Statistik uji:

( )
∑∑

Dengan
Kriteria uji:
Tolak H0 jika ≥ terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata maka H0 diterima. Artinya jenis kelamin
tidak menentukan sikap terhadap asuransi A.

6
Aplikasi Bidang Ekonomi dan Industri
2. PT. Indah INC merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pembuatan
lampu pijar, yang menjamin bahwa sedikitnya 50% produknya termasuk dalam
kategori baik. Sebuah lembaga konsumen, ingin meneliti mengenai produk yang
dihasilkan oleh PT tersebut mengambil 20 buah lampu pijar yang dipergunakan
sebagai sampel penelitian, yang kemudian masing-masing lampu diukur masa
pakainya, diperoleh hasil sebagai berikut:
Apabila Standar Industri Indonesia (SII) mempunyai kriteria bahwa produk tersebut
dikatakan baik (disim-bolkan dengan “B” bilamana masa pakai lampu tersebut paling
rendah berada pada garis sentral (GS) yang telah ditentukan olenya, dan produk
dikatakan gagal disimbolkan dengan “G” bila berada dibawah garis sentral seperti
pada diagram di bawah.

100 B
90 B B B
80 B B B B
70 B B B
60 B B B
50
GS
40
G
30
20 G G G

10 G
G
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

a. Apakah syarat randomisasi sampel yang akan dipergunakan sudah terpenuhi?


b. Uji pula syarat normalitas dari data tersebut!
c. Apakah hasil penelitian ini dapat mendukung jaminan perusahaan tersebut bahwa
sedikitnya 50% produknya baik?
d. Apakah masa pakai lampu neon tersebut memang terbukti lebih lama
dibandingkan dengan lampu pijar?
e. Apakah dalam rangka perlindungan terhadap konsumen, pemerintah membuat
suatu kebijakan bahwa hanya 25% saja dari produk yang memiliki masa pakai

7
tertinggi yang boleh dipasarkan. Apakah batas terendah dari masa pakai yang
sesuai dengan kebijakan tersebut pada neon lebih tinggi daripada lampu pijar?
Jawab:
a. Hipotesis:
H0: syarat randomisasi terpenuhi.
H1: syarat randomisasi tidak terpenuhi.
α: %
r=12; n1=6; n2=14;
Statistik uji:
Dari table uji runtun diperoleh F1=5; F2=14
Kriteria uji: Tolak H0 jika F1<r<F2, terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
TernyataF1=5<r=12<F2=14, maka H0 diterima. Artinya, syarat randomisasi
terpenuhi.

b. Hipotesis:
H0: data berdistribusi normal.
H1: data tidak berdistribusi normal.
α=5%
xi zi F(zi)=P(z=zi) S(zi) | F(zi)- S(zi)|
10 -2,03 0,0212 0,05 0,0288
20 -1,57 0,0582 0,10 0,0418
30 -1,12 0,1314 0,25 0,1186
L0
30 -1,12 0,1314 0,25 0,1186
30 -1,12 0,1314 0,25 0,1186
40 -0,67 0,2514 0,30 0,0486
50 -0,22 0,4129 0,45 0,0371
50 -1,12 0,4129 0,45 0,0371
50 -1,12 0,4129 0,45 0,0371
60 0,24 0,5948 0,60 0,0052
60 0,24 0,5948 0,60 0,0052
60 0,24 0,5948 0,60 0,0052
70 0,69 0,7549 0,80 0,0451
70 0,69 0,7549 0,80 0,0451

8
70 0,69 0,7549 0,80 0,0451
70 0,69 0,7549 0,80 0,0451
75 0,92 0,8212 0,85 0,0288
80 1,14 0,8729 0,95 0,0771
80 1,14 0,8729 0,95 0,0771
90 1,60 0,9452 1 0,0548

Statistik uji:
L0 = maks|F(Zi)-S(Zi)|
Kriteria uji:
Tolak H0 jika L0≥Ltabel, terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata L0=0,1186<Ltabel=0,190, maka H0 diterima. Artinya data tersebut
berdistribusi normal.
c. Hipotesis:
H0: p1=p2≥ % artinya produk baik.
H1 : p1=p2< 50% artinya produk tidak baik.
α= 5%, n=20; B=14; G=6,
x= ketegori dengan frekuensi terkecil yaitu x=6.
Statistik uji:
Dari rabel binom untuk n=20 dan x=6 diperoleh p=0,058
Kriteria uji:
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata p >α artinya H0 diterima. Artinya produk baik.

d. Hipotesis:
H0: N= P, artinya masa pakai lampu neon sama dengan masa pakai lampu pijar.
H1 : N> P, artinya masa pakai lampu neon lebih lama daripada masa pakai lampu
pijar.
α= 5%

9
Lampu Lampu Pijar Rank LP
Rank LN
Neon 30 4
60 13,5 30 19,5
70 19,5 60 13,5
40 6,5 50 9,5
50 9,5 10 1
75 23,5 50 9,5
65 16 40 6,5
70 19,5 50 9,5
85 29 30 4
80 26,5 80 26,5
80 26,5 70 19,5
90 32 80 26,5
95 35 90 32
90 32 75 23,5
90 32 70 29,5
90 32 70 29,5
Wx 353 20 2
60 13,5
30 4
60 13,5
Total 277

Koreksi angka kembar

xi t
30 3 2
40 2 0,5
50 4 5
60 4 5
70 6 17,5
75 2 0,5
80 4 5
90 5 10
∑T = 45,5

m=15 ; n=20 ; Wx= 291,5 ; N=m+n=35

Statistik uji :

10
.
√( )( ∑ )

√( )( ) √

Kriteria uji: Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnnya.


Kesimpulan :
Ternyata p=0,00 α maka H0 ditolak. Artinya masa pakai lampu neon
memang terbukti lebih lama dibandingkan lampu pijar.

e. Hipotesis:
H0: QN=QP, batas terendah dari masa pakai yang sesuai dengan kebijakan tersebut
pada lampu neon sama dengan lampu pijar.
H1: QN>QP, batas terendah dari masa pakai yang sesuai dengan kebijakan tersebut
pada lampu neon lebih tinggi dengan lampu pijar.
α: %
Xi: 10 20 30 30 30 40 40 50 50 50 60 60 60 60 65 70 70 70 70 70 70 75 75 80 80
80 85 90 90 90 90 90 95

sehingga Q3= 80
Neon Pijar Jumlah
> Q3 =80 6 1 7
≤ Q3 =80 9 19 28
Jumlah 15 20 35
Statistik uji:

| |

| |

Kriteria uji:
Tolak H0 jika ≥ terima dalam hal lainnya.

11
Kesimpulan :
Ternyata > maka H0 ditolak. Artinya batas terendah
dari masa pakai yang sesuai dengan kebijakan tersebut pada neon lebih tinggi dari
lampu pijar.

3. Sesuai dengan konsep pemasaran yang dikembangkan oleh Philip Kotler bahwa:
S=f(P) atau KEPUASAN konsumen (s) merupakan fungsi dari HARAPAN (E) dan
KUALITAS produk (P) yang dirasakan konsumen, artinya bila kualitas dari produk
yang dihasilkan LEBIH BESAR ATAU SAMA DENGAN HARAPAN yang di inginkan,
maka konsumen akan merasa puas. Sejalan dengan konsep di atas, PT TELKOM ingin
mengetahui sejauh mana produk pelayanan jasa telekomunikasi yang dihasilkan
dapat sesuai dengan keinginan pelanggan, sehingga pada akhirnya akan memberikan
kepuasan kepada pelanggan. Untuk itu diambil sebanyak 40 sampel pelanggan jasa
telekomunikasi yang berasal dari RUMAH TANGGA (RT) dan PERUSAHAAN/KANTOR
(PK). Dari jawaban responden terhadap sejumlah item pertanyaan yang mewakili
variabel harapan konsumen dan variabel masing-masing responden, dapat dilihat
pada tabel berikut:

No JENIS KUALITAS HARAPAN

1 RT 30 40
2 RT 45 45
3 RT 75 50
4 PK 85 77
5 PK 72 75
6 RT 73 80
7 PK 65 65
8 RT 65 75
9 PK 82 65
10 PK 75 75
11 PK 90 85
12 RT 80 42
13 RT 81 41
14 PK 75 63
15 RT 65 65
16 RT 77 47
17 RT 78 69
18 RT 92 65

12
19 PK 93 73
20 PK 92 82
21 RT 40 40
22 RT 30 40
23 PK 20 40
24 PK 70 69
25 PK 60 65
26 PK 5 60
27 RT 70 80
28 PK 90 81
29 RT 91 82
30 PK 85 85
31 RT 90 67
32 RT 50 50
33 PK 70 56
34 RT 72 52
35 PK 73 55
36 RT 50 66
37 RT 68 68
38 RT 75 85
39 PK 80 75
40 RT 85 85
a. Berdasarkan data jenis pelanggan (RT / PK), apakah terpenuhi sifat randomisasi
dari data pengamatan?
b. Apabila TELKOM menduga bahwa harapan pelanggan dari jenis
perusahaan/kantor akan lebih besar dari rumah tangga. Apakah dugaan tersebut
terbukti?
c. Sesuai dengan konsep PHILIP KOTLER apakah dapat disimpulkan bahwa
pelanggan telah merasa puas?
d. Apakah kedua jenis pelanggan (RT dan PK) memiliki median yang sama pada
kualitas produknya?
e. Berdasarkan nilai dari variabel kualitas, dapat dibuat tingkatan kualitas sebagai
berikut:
- 20-40 : kualitas jelek (J)
- 41-50 : kualitas cukup (C)
- 51-70 : kualitas baik (B)
- 71-100 : kualitas sangat baik (SB)
Bila diharapkan bahwa proporsi jumlah responden untuk masing-masing kualitas
adalah 1:2:3:4, apakah harapan tersebut dapat terealisir?

13
Jawab:
a. Hipotesis:
H0 : Sifat randomisasi terpenuhi dari data pengamatan.
H1 : Sifat randomisasi tidak terpenuhi dari data pengamatan.
α = 5%, r=23; n1=22; n2=18
Statistik uji:

√ √

Kriteria uji : Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.


Kesimpulan :
Ternyata p >α maka H0 diterima. Artinya sifat randomisasi
terpenuhi dari data pengamatan.

b. Hipotesis:
H0 : , harapan pelanggan perusahaan/kantor dengan rumah tangga sama
besar.
H1 : > , , harapan pelanggan perusahaan/kantor lebih besar dari rumah
tangga.
α: %
RT Rank RT PK Rank PK
40 2,5 77 31
45 7 75 28,5
50 9,5 65 18
80 32,5 65 18
75 28,5 75 28,5
42 6 85 38,5
41 5 63 15
65 18 73 26
47 8 82 35,5
69 24,5 40 2,5

14
65 18 69 24,5
40 2,5 65 18
40 2,5 60 14
80 32,5 81 34
82 35,5 85 38,5
67 22 56 13
50 9,5 55 12
52 11 75 28,5
66 21 Wx 424
68 23
85 38,5
85 38,5
∑ 396
m=18; n=22;N=40

Koreksi angka kembar

xi T
40 4 5
50 2 0,5
65 5 10
69 2 0,5
75 4 5
80 2 0,5
82 2 0,5
85 4 5
∑T = 27

Statistik uji :

.
√( )( ∑ )

√( )( ) √

Kriteria uji: Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnnya.


Kesimpulan :

15
Kesimpulan :
Ternyata p >α maka H0 diterima. Artinya harapan pelanggan dari
jenis perusahaan/kantor tidak lebih besar dari rumah tangga.

c. Hipotesis:
H0 : ≥ , artinya konsumen merasa puas.
H1 : , artinya konsumen tidak merasa puas.
α: %

Rank tanda
No JENIS KUALITAS HARAPAN Selisih (di) Rank di yang
lebihsedikit
1 RT 30 40 -10 14,5 14,5
2 RT 45 45 0
3 RT 75 50 25 27
4 PK 85 77 8 8
5 PK 72 75 -3 2 2
6 RT 73 80 -7 7 7
7 PK 65 65 0
8 RT 65 75 -10 14,5 14,5
9 PK 82 65 17 21
10 PK 75 75 0
11 PK 90 85 5 45
12 RT 80 42 38 30
13 RT 81 41 40 31
14 PK 75 63 12 18
15 RT 65 65 0
16 RT 77 47 30 29
17 RT 78 69 9 10
18 RT 92 65 27 28
19 PK 93 73 20 24
20 PK 92 82 10 14,5
21 RT 40 40 0
22 RT 30 40 -10 14,5 14,5
23 PK 20 40 -20 24 24
24 PK 70 69 1 1
25 PK 60 65 -5 4,5 4,5
26 PK 5 60 5 4,5
27 RT 70 80 -10 14,5 14,5
28 PK 90 81 9 10
29 RT 91 82 9 10
30 PK 85 85 0

16
31 RT 90 67 23 26
32 RT 50 50 0
33 PK 70 56 14 19
34 RT 72 52 20 24
35 PK 73 55 18 22
36 RT 50 66 -16 20 20
37 RT 68 68 0
38 RT 75 85 -10 14,5 14,5
39 PK 80 75 5 4,5
40 RT 85 85 0
T= 130
Statistik uji:

√ √ √

Kriteria uji: Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.


Kesimpulan :
Ternyata p=0,00 α maka H0 ditolak. Artinya konsumen tidak merasa
puas.

d. Hipotesis:
H0 : , artinya kedua jenis pelanggan (RT dan PK) memiliki median
yang sama pada kualitas produknya.
H1 : ≠ , artinya kedua jenis pelanggan (RT dan PK) memiliki median yang
berbeda pada kualitas produknya.
α: %
xi : 20 30 30 40 45 50 50 60 65 65 65 68 70 70 70 72 72 73 73 75 75 75
75 75 77 78 80 80 81 82 85 85 85 90 90 90 91 92 92 93

sehingga Me= 75
RT PK Jumlah
> Me=75 8 8 16

17
≤ Me=75 14 10 24
Jumlah 22 18 40

Statistik uji:

| |

| |

Kriteria uji:Tolak H0 jika ≥ ⁄ terima dalam hal lainnya.

Ternyata ⁄ maka H0 diterima. Artinya kedua jenis

pelanggan (RT dan PK) memiliki median yang sama pada kualitas produknya.

e. Hipotesis:
H0 : J : C : B : SB= 1 : 2 : 3 : 4, harapan proporsi jumlah responden untuk masing-
masing kualitas 1 : 2 : 3 : 4 dapat terealisir.
H1 : J : C : B : SB ≠ : : : harapan proporsi jumlah responden untuk masing-
masing kualitas 1 : 2 : 3 : 4 tidak dapat terealisir.
α : 5%
Oi J=4 Ei J

Oi C=3 Ei C

Oi B=8 Ei B

Oi SB=25 Ei SB

Statistik uji:

Dengan

Kriteria uji:Tolak H0 jika ≥ terima dalam hal lainnya.

18
Kesimpulan :
Ternyata > maka H0 ditolak. Artinya harapan bahwa
proporsi jumlah responden untuk masing-masing kualitas 1:2:3:4 tidak dapat
terealisir.

4. Guna meningkatkan devisa negara dari sektor nonmigas, pemerintah telah


memberikan “subsidi ekspor” terhadap berbagai produk yang salah satunya adalah
produksi “rotan jadi”. Untuk melihat sejauh mana dampak dari pemberian subsidi
terhadap peningkatan volume ekspor pada produksi rotan jadi tersebut, diambil data
volume ekspor produk ini ke-11 (sebelas) NEGARA MAJU (M) dan 10 NEGARA
BERKEMBANG (B), baik volume setelah ataupun sebelum diberlakukannya subsidi,
yang diperoleh data seperti terlihat pada tabel.
VOLUME EKSPOR ROTAN JADI (DALAM JUTA DOLLAR) KEBERAPA NEGARA MAJU
DAN BERKEMBANG
NEGARA TUJUAN VOLUME EKSPOR VOLUME EKSPOR
EKSPOR SEBELUM ADA SUBSIDI SETELAH ADA SUBSIDI
EKSPOR EKSPOR
M 175 174
M 177 190
M 160 171
M 165 160
B 140 148
M 180 215
B 170 174
M 177 188
B 160 158
B 150 150
B 159 150
M 182 180
M 185 195
B 180 185
M 179 179
M 186 215
B 183 190

19
B 140 135
M 193 210
B 145 156
B 130 152

Diasumsikan bahwa data tersebut di atas tidak mengikuti distribusi normal.


a. Bilamana syarat untuk melakukan analisis sampel harus diambil secara random,
apakah dengan menggunakan data negara tujuan ekspor syarat tersebut
terpenuhi?
b. Apakah tujuan pemerintah dalam meningkatkan ekspor komoditi tersebut dengan
cara memberikan subsidi ekspor dapat tercapai ?
c. Jika Departemen Perindustrian dan Perdagangan berpendapat bahwa oleh karena
daya beli serta keperluan akan produk tersebut di negara maju lebih besar
dibandingkan dengan negara berkembang, maka rata-rata pertambahan volume
ekspor (yakni volume ekspor setelah adanya subsidi dikurangi volume sebelum
diberlakukannya subsidi) negara maju akan lebih besar dibandingkan dengan
negara berkembang. Apakah pendapat dari Departemen tersebut dapat terbukti?
d. Untuk mencapai target ekspor semaksimal mungkin, pihak produsen akan
menurunkan harga jual bagi 20% negara importir yang memiliki pertambahan
volume ekspor terbesar. Apakah besarnya pertambahan volume ekspor minimal
bagi negara yang memperoleh penurunan harga pada ke dua jenis negara tujuan
ekspor tersebut sama?
e. Andaikan terhadap data pertambahan volume ekspor dibuat beberapa klasifikasi
keberhasilan peningkatan ekspor sebagai berikut.
Jika pertambahan volume ekspor:
-1, maka ekspor menurun
– 10, maka ekspor kurang meningkat
≥ 11, maka ekspor meningkat
Apakah jenis negara tujuan ekspor menentukan klasifikasi keberhasilan
peningkatan volume ekspor?
Catatan: semua analisis mempergunakan = 0,05
Jawaban:
a. Hipotesis :
H0 : Data negara tujuan ekspor sebagai sampel telah terambil secara acak.

20
H1 : Data negara tujuan ekspor sebagai sampel telah terambil secara tidak acak.
α = 5 % , r =12, n1 =11, n2 =10
Statistik Uji :
Tabel F1 menunjukkan nilai-nilai batas terkecil r untuk menolak H0
Tabel F2 menunjukkan nilai-nilai batas terbesar r untuk menolak H0
Dari tabel uji runtun diperoleh F1 = 6 , F2 = 17
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika r < F1 atau r > F2, terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata F1 = 6 < r =12 < F2 = 17, maka H0 diterima, artinya data menunjukkan
adanya keteracakan.
b. Hipotesis :
H0: P(sebelum) = P(sesudah) artinya pemberian subsidi ekspor tidak dapat
meningkatkan ekspor komoditi.
H1: P(sebelum) < P(sesudah) artinya pemberian subsidi ekspor dapat meningkatkan
ekspor komoditi.
α :5%
Berikut selisih dan besarnya urutan sebelum dan sesudah pemberian subsidi
ekspor
Negara Tujuan Ekspor Sebelum Sesudah Selisih = di Rank di
M 175 174 1 1
M 177 190 -13 15
M 160 171 -11 13
M 165 160 5 6
B 140 148 -8 9
M 180 215 -35 19
B 170 174 -4 4
M 177 188 -11 13
B 160 158 2 2,5
B 150 150 0 0
B 159 150 9 10
M 182 180 2 2,5
M 185 195 -10 11
B 180 185 -5 6

21
M 179 179 0 0
M 186 215 -29 18
B 183 190 -7 8
B 140 135 -5 6
M 193 210 -17 16
B 145 156 -11 13
B 130 152 -22 17

Statistik Uji :
z=

Untuk n = 21 – 2=19
T = 1 + 6 + 2,5 + 10 + 2,5 = 22

Sehingga sesuai dengan p = 0,0016

Kriteria Uji :
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata p α maka H0 di tolak, artinya pemberian subsidi
ekspor dapat meningkatkan ekspor komoditi.
c. Hipotesis :
H0 : µmaju = µberkembang artinya rata-rata pertambahan volume ekspor negara maju
sama dengan negara berkembang
H1 : µmaju > µberkembang artinya rata-rata pertambahan volume ekspor negara maju
lebih besar dibandingkan dengan negara berkembang

22
α %

Negara Maju (M) Ranking M Negara Berkembang (B) Ranking B


-1 6 8 12
13 17 4 9
11 15 -2 4,5
-5 2,5 0 7,5
35 21 -9 1
11 15 5 10
-2 4,5 7 11
10 13 -5 2,5
0 7,5 11 15
29 20 22 19
17 18
Jumlah 139,5 = R1 91,5 = R2

Koreksi angka sama / kembar

xi T T=

11 3 2
-5 2 0,5
-2 2 0,5
0 2 0,5
Jumlah 3,5
m = ukuran sampel perlakuan / kelompok yang kecil = 10
n = ukuran sampel perlakuan / kelompok yang besar = 11
N = m + n = 10 + 11 = 21
Wx= jumlah ranking dari kelompok sampel yang kecil = 91,5
Statistik Uji:

µwx = = 110

.
σwx = √( )( )

.
= √( .
)( )

23
=√ = 14,1686

Sehingga = -1,27 sesuai dengan p = 0,1020

Kriteria Uji :
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
p >α maka H0 diterima yang berarti rata-rata pertambahan
volume ekspor negara maju sama dengan negara berkembang.
d. Hipotesis :
H0 : Besarnya pertumbuhan volume ekspor minimal bagi negara yang
memperoleh penurunan harga pada kedua jenis negara tujuan ekspor
sama
H1 : Besarnya pertumbuhan volume ekspor minimal bagi negara yang
memperoleh penurunan harga pada kedua jenis negara tujuan ekspor
berbeda
α %
Penyajian Data Pertambahan Volume Ekspor :
-9 -5 -5 -2 -2 -1 0 0 4 5 7 8 10 11 11 11 13 17 22 29 35

I D8 = = = 17,6

D8 = X17 + 0,6 (X18 – X17)


= 13 + 0,6 (17 - 13) = 15,4

Negara Maju Negara Berkembang Jumlah


> D8 A=3 B=1 A+B=4
D8 C=8 D=9 C + D = 17
Jumlah A + C = 11 B + D = 10 N = 21

Statistik Uji :
| |

| |
= . . .
.
= 0,6297

Kriteria Uji :
Tolak H0 jika χ2hitung ≥ χ2α

24
Kesimpulan :
χ2hitung χ2α = 3,84 maka H0 diterima yang berarti bahwa besarnya
pertumbuhan volume ekspor minimal bagi negara yang memperoleh penurunan
harga pada kedua jenis negara tujuan ekspor sama.
e. Hipotesis:
H0 : Kedua sampel memiliki populasi yang berdistribusi sama.
H1 : Kedua sampel tidak memiliki populasi yang berdistribusi sama.
= 0,05
NEGARA VOLUME VOLUME SELISIH (V2 – KELOMPOK ( -1
TUJUAN EKSPOR EKSPOR V1) = 1; – 10 = 2; ≥
EKSPOR SEBELUM SETELAH ADA 11 = 3)
ADA SUBSIDI SUBSIDI
EKSPOR (V1) EKSPOR (V2)
M 175 174 -1 1
M 177 190 13 3
M 160 171 11 3
M 165 160 -5 1
B 140 148 8 2
M 180 215 35 3
B 170 174 4 2
M 177 188 11 3
B 160 158 -2 1
B 150 150 0 2
B 159 150 -9 1
M 182 180 -2 1
M 185 195 10 2
B 180 185 5 2
M 179 179 0 2
M 186 215 29 3
B 183 190 7 2
B 140 135 -5 1
M 193 210 17 3
B 145 156 11 3
B 130 152 22 3

25
Kategori Maju Berkembang Total
Menurun ( -1) 3 3 6
Kurang Meningkat 2 5 7
– 10)
Meningkat (≥ 11) 6 2 8
Total 11 10 21

. .
E11 = = 3,1429 ; E12 = = 2,8571
. .
E21 = = 3,6667 ; E22 = = 3,3333
. .
E31 = 4,1905 ; E32 = = 3,8095

Statistik Uji :

= + + + + +

= 3,2455
Kriteria uji :
Tolak jika ≥ terima dalam hal lainnya.

Kesimpulan :
Dengan α 5% dan dk = (3-1)(2-1) = 2 diperoleh = 5,99. Ternyata =

3,2455 < = 5,99 maka diterima, artinya kedua sampel memiliki populasi
yang berdistribusi sama.

5. Guna membatasi ekspor Crude Palm Oil (CPO) serta mengatasi kelangkaan minyak
goreng di dalam negeri, pemerintah telah menaikkan pajak ekspor CPO sebesar 100%.
Untuk melihat sejauh mana dampak naiknya pajak ekspor terhadap penurunan
volume ekspor CPO, diamati data volume ekspor CPO baik sebelum maupun setelah
ada kenaikan pajak ke-21 negara di Eropa dan 10 negara di Amerika. Datanya seperti
berikut.

26
Volume ekspor CPO ke 21 negara di Eropa dan 10 negara di Amerika
(dalam ribu ton)
Sebelum Kenaikan Pajak Setelah Kenaikan Pajak
Ke Negara Ke Negara Amerika Ke Negara Ke Negara Amerika
Eropa Eropa
25 30 25 20
60 38 40 40
75 40 30 40
60 45 40 30
40 45 40 25
30 50 30 55
20 50 20 20
15 75 5 30
60 80 20 35
65 100 25 40
85 30
90 30
70 40
60 70
65 70
40 20
45 45
55 60
85 15
87 20
75 30

a. Apakah volume ekspor CPO ke Amerika sebelum ada kenaikan pajak mengikuti
sebaran normal?
b. Bila terdapat dugaan bahwa ekspor ke negera-negara di Eropa lebih besar
dibandingkan ke negara Amerika, berdasarkan data volume ekspor setelah ada
kenaikan pajak, apakah dugaan tersebut terbukti?
c. Apakah tujuan pemerintah untuk menurunkan volume ekspor dengan adanya
kenaikan pajak dapat tercapai?

27
d. Jika DEPERINDAG memberikan batasan:

Kategori berhasil jika : % %

Kategori kurang berhasil jika : %> %

Ujilah apakah negara Eropa memiliki kategori berhasil yang lebih baik
dibandingkan negara Amerika?
Catatan : semua analisis menggunakan
Jawaban:
a. Hipotesis:
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
= 0,05
Statistik Uji:
̅
F( ) = P ( ) S( ) | F( ) - S( )|

30 -1,14 0,1271 0,1 0,0271


38 -0,78 0,2177 0,2 0,0177
40 -0,69 0,2451 0,3 0,0549
45 -0,46 0,3228 0,5 0,1772
45 -0,46 0,3228 0,5 0,1772
50 -0,24 0,4052 0,7 0,2948
50 -0,24 0,4052 0,7 0,2948
75 0,89 0,8133 0,8 0,0133
80 1,11 0,8665 0,9 0,0335
100 2,01 0,9778 1,0 0,0222

̅ = 55,3
s = 22,21
n = 10
L0 = 0,2948
= 0,05
Ltabel = 0,258
KriteriaUji:
Tolak H0 jika L0 ≥ Ltabel, terima dalam hal lainnya.

28
Kesimpulan:
Dengan taraf nyata 5%, ternyata L0 = 0,2948 > Ltabel = 0,258 maka H0 ditolak.
Artinya volume ekspor CPO ke Amerika sebelum ada kenaikan pajak tidak
mengikuti sebaran normal.
b. Hipotesis:
: Data volume ekspor ke negara-negara di Eropa sama dengan ekspor ke
negara-negara Amerika setelah ada kenaikan pajak
: Data volume ekspor ke negara-negara di Eropa lebih besar dibanding ekspor
ke negara-negara Amerika setelah ada kenaikan pajak
%
Dari data yang diperoleh rank sbb :
Rank
Ke Eropa Rank Eropa Ke Amerika
Amerika
25 10 20 5,5
40 23 40 23
30 15 40 23
40 23 30 15
40 23 25 10
30 15 55 28
20 5,5 20 5,5
5 1 30 15
20 5,5 35 19
25 10 40 23
30 15
30 15
40 23
70 30,5
70 30,5
20 5,5
45 27
60 29
15 2
20 5,5
30 15

29
Jumlah 167

Koreksi angka sama/ kembar :


t T=

20 6 17,5
25 3 2
30 7 28
40 7 28
70 2 0,5
Jumlah = 76

m = 10 , n = 21
N = m + n = 10 + 21 = 31
= 167
Statistik Uji :

z=

Dengan :

= = 160

n .n N N
σw √( ) ∑T
N N

.
=√( )( )

= 23,2989
Karena >
Sehingga :
( - )-
z= = = 0,279 ~ 0,28 sesuai dengan p = 0,3897

Kriteria Uji :
Tolak jika p < terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan:
Ternyata p = 0,3897 > , maka diterima yang berarti bahwa data
volume ekspor ke negara-negara di Eropa sama dengan ekspor ke negara-negara
Amerika setelah ada kenaikan pajak.
c. Hipotesis :

30
: P (sebelum) = P (setelah) artinya volume ekspor sebelum dan setelah adanya
kenaikan pajak sama.
: P (sebelum) > P (setelah) artinya volume ekspor setelah adanya kenaikan
pajak menurun dibandingkan sebelumnya.
α: %
Berikut selesih dan besarnya urutan :
Ke Ngr Ekspor Sebelum Setelah Selisih= Rank
Eropa 25 25 0
Eropa 60 40 20 10,5
Eropa 75 30 45 18,5
Eropa 60 40 20 10,5
Eropa 40 40 0
Eropa 30 30 0
Eropa 20 20 0
Eropa 15 5 10 6
Eropa 60 20 40 15,5
Eropa 65 25 40 15,5
Eropa 85 30 55 21
Eropa 90 30 60 22,5
Eropa 70 40 30 13,5
Eropa 60 70 -10 6
Eropa 65 70 -5 3
Eropa 40 20 20 10,5
Eropa 45 45 0
Eropa 55 60 -5 3
Eropa 85 15 70 25
Eropa 87 20 67 24
Eropa 75 30 45 18,5
Amerika 30 20 10 6
Amerika 38 40 -2 1
Amerika 40 40 0
Amerika 45 30 15 8
Amerika 45 25 20 10,5

31
Amerika 50 55 -5 3
Amerika 50 20 30 13,5
Amerika 75 30 45 18,5
Amerika 80 35 45 18,5
Amerika 100 40 60 22,5
Untuk :
n = 25
T = 6+ 3+ 3 +1+3= 16
Statistik Uji :
z=

= = = 162,5

.
=√ =√ = 37,1652

Sehingga z = = -3,9419 ~ -3,94 sesuai dengan p = 0,0001

Kriteria Uji :
Tolak jika p < terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan:
Ternyata p = 0,0001 < = 0,05 , maka ditolak artinya volume ekspor setelah
adanya kenaikan pajak menurun dibandingkan sebelumnya dan tujuan pemerintah
dapat tercapai.
d. Hipotesis :
H0 : P(NE) = P(NA) artinya proporsi kategori berhasil antara Negara Eropa dan
Negara Amerika sama
H1 : P(NE) > P(NA) artinya proporsi Negara Eropa memiliki kategori berhasil
lebih baik dibandingkan dengan Negara Amerika
α : 5%
Anam Kategori Berhasil Kategori Tidak Berhasil Total
Negara Eropa 10 11 21
Negara Amerika 4 6 10
Total 14 17 31

Statistik Uji :

32
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata p = > α maka H0 diterima, artinya bahwa proporsi
kategori berhasil antara Negara Eropa dan Negara Amerika sama.

6. Berkurangnya pasokan minyak goreng ke pasar-pasar tradisional belakangan ini


menjadi pemicu melonjaknya harga ketingkat yang tidak wajar. Pengurangan
pasokan tersebut diduga disebabkan oleh produsen yang cenderung untuk
menjual produknya ke pasar swalayan dibandingkan ke pasar tradisional, hal
tersebut diperkuat dengan adanya sinyalemen bahwa rata-rata harga minyak
goring di pasar swalayan lebih tinggi dibanding pasar tradisional. Untuk
membuktikan sinyalemen tersebut DEPERINDAG melakukan inspeksi harga ke-20
pedagang di pasar tradisional dan 10 pedagang di pasar swalayan, dan diperoleh
harga minyak goreng per kg, adalah sebagai berikut :
HARGA MINYAK GORENG/KG (Dalam Rp)
Pasar 4500 4600 5000 4750 4800 4850 5000 4900 4500 5000
Tradisional 4700 4500 4200 4900 4500 4700 5000 4700 4600 4650
Pasar
4650 4900 5000 5000 4800 4600 4700 4900 4600 5100
Swalayan

Berdasarkan data di atas :


a. Apakah data harga minyak goreng di pasar swalayan masih memiliki sebaran yang
berdistribusi normal?
b. Bila terdapat dugaan bahwa 20% pedagang di pasar tradisional menjual minyak
goreng dengan harga murah (harga di bawah 4600), 40% dengan harga sedang
(harga : 4600 – 4800) dan sisanya menjual dengan harga mahal (harga: di atas
4800), apakah dengan data diatas dugaan tersebut dapat terbukti?
c. Apakan sinyalemen di atas dapat dibuktikan? (jika asumsi homogenitas varians
tidak terpenuhi).

33
d. Bila pemerintah akan mencabut ijin usaha bagi 15% pedagang yang menjual harga
minyak goreng tertinggi,apakah harga terendah dari penjual yang dicabut izin
usahanya dari kedua jenis pasar tersebut sama?
e. Dengan menganalisis harga minyak goring sebelum dan setelah dilakukan operasi
di pasar tradisional,apakah dapat disimpulkan bahwa operasi pasar dapat
mendorong penurunan harga rata-rata minyak goreng? (dengan asumsi
homogenitas varians tidak terpenuhi)
Jawab:
a. Hipotesis:
H0 : Data harga minyak goreng di pasar swalayan memiliki sebaran yang
berdistribusi normal
H1 : Data harga minyak goreng di pasar swalayan tidak memiliki sebaran yang
berdistribusi normal
α : %

xi zi F(zi) = P( i) S(zi) | F(zi) - S(zi) |


4600 - 1,24 0,1075 0,2 0,0925
4600 - 1,24 0,1075 0,2 0,0925
4650 - 0,96 0,1685 0,3 0,1315
4700 - 0,69 0,2541 0,4 0,1459
4800 - 0,14 0,4443 0,5 0,0557
4900 0,41 0,6591 0,7 0,0409
4900 0,41 0,6591 0,7 0,0409
5000 0,96 0,8315 0,9 0,0685
5000 0,96 0,8315 0,9 0,0685
5100 1,52 0,9357 1 0,0643

̅ s = 181,4295
Statistik Uji :
L = maks | F(Zi) - S(Zi) | = 0,1459
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika L0 ≥ Ltabel , terima dalam hal lainnya
Kesimpulan:
Ternyata dengan n = 10 dan taraf nyata 5%, L tabel Lilliefors = 0,258; sehingga L0 =

34
0,1459 < Ltabel = 0,258. Maka H0 diterima yang artinya bahwa data harga minyak
goreng di pasar swalayan memiliki sebaran yang berdistribusi normal.
b. Hipotesis :
H0 : Murah : Sedang : Mahal = 20% : 40% : 40% artinya dugaan terbukti
benar.
H1 : Murah : Sedang : Mahal ≠ %: %: % artinya dugaan terbukti
salah.
α = 0,05
Pasar 4500 4600 5000 4750 4800 4850 5000 4900 4500 5000
Tradisiona 4700 4500 4200 4900 4500 4700 5000 4700 4600 4650
l

Harga Jumlah ( Oi )
Murah ( < 4600 ) 5
Sedang ( 4600-4800) 8
Mahal ( > 4800) 7

Emurah =

Esedang =

Emurah =

Statistik Uji :

Kriteria Uji :
Tolak H0 jika 𝝌2hitung ≥ 𝝌2α , terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Dengan α dan db – 1 = 2 diperoleh 𝝌2α = 5,99
Ternyata 𝝌2hitung = 0,375 < 𝝌2α = 5,99, maka H0 diterima yang artinya dugaan
tersebut diterima.

35
c. Hipotesis:
H0 : µs = µt
artinya rata-rata harga minyak goreng di pasar swalayan sama dengan
rata-rata harga minyak goreng di pasar tradisional.
H1 : µs> µt
artinya rata-rata harga minyak goreng di pasar swalayan lebih tinggi dari
rata-rata harga minyak goreng di pasar tradisonal.
α = 0,05

Pasar Tradisional Rank P.T. Pasar Swalayan Rank P.S.


4500 3,5 4650 10,5
4600 7,5 4900 21,5
5000 26,5 5000 26,5
4750 16 5000 26,5
4800 17,5 4800 17,5
4850 19 4600 7,5
5000 26,5 4700 13,5
4900 21,5 4900 21,5
4500 3,5 4600 7,5
5000 26,5 5100 30
5700 13,5
4500 3,5
4200 1
4900 21,5
4500 3,5
4700 13,5
5000 26,5
4700 13,5
4600 7,5
4650 10,5

36
Koreksi Angka Sama :

xi T

4500 4 5
4600 4 5
4650 2 0,5
4700 4 5
4800 2 0,5
4900 4 5
5000 6 17,5
Jumlah 38,5

m = 10 N = m + n = 10 + 20 = 30
n = 20 Wx = Jumlah rank sampel terkecil = 182,5
Statistik Uji :

Dengan :

.
√( )( ∑ )

√( )( )

Sehingga :

p = 0,1151
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan:
Ternyata p >α maka H0 diterima yang berarti bahwa rata-rata

37
harga minyak goreng dipasar swalayan sama dengan rata-rata harga minyak
goreng dipasar tradisional dan sinyalemen tidak dapat dibuktikan.
d. Hipotesis :
H0 : Terendah dari kedua perusahaan yang dicabut ijinnya sama
H1 : Terendah dari kedua perusahaan yang dicabut ijinnya tidak sama
α : 5%
Pasar Tradisional Pasar Swalayan Total
> P (15) = 4650 12 7 19
P (15) = 4650 8 3 11
P (15) = 4650 20 10 30

Statistik Uji :

(| | )

(| | )
= 86,84

Kriteria uji :
Tolak H0 jika χ2hitung ≥ χ2αuntuk uji satu arah dan χ2hitung ≥ χ2α/2 untuk uji dua arah.
Kesimpulan:
Dengan derajat bebas v = db = n - 1 = 30 - 1 = 29, didapat nilai χ2α = 42,56. Maka
χ2hitung > χ2α= 42,56 (uji satu arah) sehingga H0 diterima atau harga
terendah dari kedua perusahaan yang dicabut ijinnya sama.
e. Hipotesis:
H0 : Operasi pasar dapat mendorong penurunan harga rata-rata minyak goreng
H1 : Operasi pasar tidak dapat mendorong penurunan harga rata-rata minyak
goreng
α : %
Sebelum Sesudah Selisih(di) Rank (di) Rank tanda <
4300 4400 -100 2
4100 4300 -200 4,5
4400 4200 200 4,5 4,5
4200 4150 50 1 1
4000 4600 -600
4100 4700 -600

38
4500 4700 -200 4,5
4600 4850 -250
4200 4400 -200 4,5
4050 4300 -250
Statistik uji:
Untuk sampel berukuran n < 15, bandingkan T dengan Ttabel dari Tabel uji tanda.
Untuk n = 10 dan T = 1 + 4,5 = 5,5
Jika dilihat dari tabel uji tanda maka nilai T untuk n dan α % adalah
Ttabel = 8.
Kriteria uji:
Tolak H0 jika T Ttabel karena α % maka uji dua arah
Kesimpulan :
T = 5,5 < Ttabel = 8, maka H0 diterima atau operasi pasar dapat mendorong
penurunan harga rata-rata minyak goreng.

7. World Class Operator (WCO) merupakan target PT. TELKOM pada tahun 2001. Namun
demikian hal ini hanya akan menjadi slogan semata, bila faktor-faktor yang
menentukan tercapainya tujuan tersebut tidak diperhatikan. Salah satu faktor
penentu keberhasilan tersebut adalah Answer to Seizure Ratio (ASR) , yakni ukuran
tingkat keberhasilan panggilan, yang dihitung berdasarkan jumlah panggilan yang
diproses oleh sentral otomat, baik yang berasal dari panggilan Lokal maupun
panggilan dari Saluran Langsung Jarak Jauh (SLJJ).
Untuk melihat seberapa besar nilai ASR yang telah diperoleh PT.TELKOM saat ini,
perusahaan tersebut melakukan pengamatan terhadap stasiun Sentral Otomat di 20
Kota Besar (kb0 dan 12 Kota Kecil (KK), sehingga diperoleh nilai ASR baik yang Lokal
maupun SLJJ, untuk masing-masing Sentral Otomat di tiap-tiap kota, seperti pada
tabel berikut.
Nilai ASR
No. Sampel Jenis Kota
Lokal SLJJ
1 KB 60 75
2 KK 67 62
3 KB 70 50
4 KB 63 54
5 KB 40 50

39
6 KB 29 20
7 KK 56 77
8 KK 34 32
9 KB 75 75
10 KK 56 70
11 KK 45 60
12 KB 75 77
13 KB 67 71
14 KB 46 59
15 KB 80 80
16 KK 56 57
17 KB 54 52
18 KK 63 64
19 KB 67 68
20 KB 68 56
21 KB 52 50
22 KK 53 56
23 KK 61 63
24 KB 45 50
25 KB 62 65
26 KB 70 72
27 KK 57 55
28 KB 90 85
29 KK 25 12
30 KK 60 61
31 KB 62 57
32 KB 55 57

a. Berdasarkan urutan jenis kota yang digunakan sebagai sampel, apakah dapat
dikatakan bahwa sampel telah terambil secara acak?
b. Ujilah normalitas data ASR yang berasal dari panggilan Lokal di Kota Kecil (KK) !
c. Jika PT. TELKOM menduga bahwa ASR dari panggilan lokal lebih rendah
dibandingkan dengan ASR dari panggilan SLJJ, hal tersebut didasarkan atas asumsi
bahwa aktivitas penggunaan telepon lokal di siang hari sangat tinggi dibandingkan

40
dengan penggunaan telepon SLJJ yang umumnya dilakukan pada malam hari,
dengan menggunakan Data ASR di Kota Besar, apakah dugaan tersebut dapat
dibuktikan?
d. Karena aktivitas di Kota Kecil lebih rendah dibandingkan dengan Kota Besar,
apakah dapat dibuktikan bahwa ASR Kota Kecil lebih tinggi dibandingkan dengan
Kota Besar?Gunakan data ASR telepon lokal.
Jawab :
a. Uji Runtun
Hipotesis
Ho : Sampel telah terambil secara acak.
H1 : Sampel tidak terambil secara acak.
α =5%

No. Sampel Jenis Kota Runtun

1 KB 1
2 KK 2
3 KB
4 KB
5 KB
6 KB 3
7 KK
8 KK 4
9 KB 5
10 KK
11 KK 6
12 KB
13 KB
14 KB
15 KB 7
16 KK 8
17 KB 9
18 KK 10
19 KB
20 KB 11

41
21 KB
22 KK
23 KK 12
24 KB
25 KB
26 KB 13
27 KK 14
28 KB 15
29 KK
30 KK 16
31 KB
32 KB 17

n1 = KB = 20
n2 = KK = 12
r = 17
Statistik Uji :
Dari diatas diperoleh F1 = 10 dan F2= 22
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika r < F1 atau r > F2, terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata F1 = 10 < r = 17 < F2 = 22, maka H0 diterima itu artinya, Sampel telah
terambil secara acak.
b. Uji Normalitas
Hipotesis:
Ho : ASR yang berasal dari panggilan lokal di kota kecil berdistribusi
normal.
H1 : ASR yang berasal dari panggilan lokal di kota kecil tidak berdistribusi
normal.
α =5%
No. xi zi F(zi P i) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 25 -2.26 0.0119 0.0833 0.0714
2 34 -1.53 0.063 0.1667 0.1037
3 45 -0.63 0.2643 0.25 0.0143

42
4 53 0.2 0.5793 0.333 0.2463
5 56 0.26 0.6026 0.5833 0.0193
6 56 0.26 0.6026 0.5833 0.0193
7 56 0.26 0.6026 0.5833 0.0193
8 57 0.35 0.6368 0.6667 0.0299
9 60 0.59 0.7224 0.75 0.0276
10 61 0.67 0.7486 0.8333 0.0847
11 63 0.83 0.7967 0.9167 0.1200
12 67 1.16 0.877 1 0.1230

̅ = 52.75
= 12.285
= 12
Statistik Uji :
Lo = Nilai terbesar dari | F(zi) - S(zi) |= 0.2463
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika L0 ≥ Ltabel, terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata L0 = 0.2463 ≥ Ltabel = 0.2420, maka H0 di terima yang berarti, ASR yang
berasal dari panggilan lokal di kota kecil berdistribusi normal.

c. Uji Pasangan Tanda Wilcoxon (dependent).


Hipotesis:
H0 : P (lokal) = P (SLJJ)
Artinya PT. TELKOM menduga bahwa ASR panggilan lokal sama dengan
ASR panggilan SLJJ di kota besar.
H1 : P (lokal) < P (SLJJ)
Artinya PT. TELKOM menduga bahwa ASR panggilan lokal lebih rendah
dari ASR panggilan SLJJ di kota besar.
α =5%

ASR kota besar


Lokal SLJJ Selisih = di Rank di Rank Tanda
60 75 -15 17 <

43
70 50 20 18 > 18
63 54 9 12.5 > 12.5
40 50 -10 14 <
29 20 9 12.5 > 12.5
75 75 0 =
75 77 -2 4 <
67 71 -4 8 <
46 59 -13 16 <
80 80 0 =
54 52 2 4 > 4
67 68 -1 1 <
68 56 12 15 > 15
52 50 2 4 > 4
45 50 -5 10 <
62 65 -3 7 <
70 72 -2 4 <
90 85 5 10 > 10
62 57 5 10 > 10
55 57 -2 4 <

Statistik Uji :
T = 18 + 12.5 + 12.5 + 4 + 15 + 4 + 10 + 10 = 86
n = 18

= .

.
σ √ =√ = 22.9619
.
Z = = .
= 0.02

P (Z) = 0.5080
Kriteria Uji :
Tolak Ho jika p α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata p . >α . 5, maka Ho diterima, Artinya PT. TELKOM menduga
bahwa ASR panggilan lokal sama dengan ASR panggilan SLJJ di kota besar.

44
d. Uji Mann Whitney-Wilcoxon (independent)
Hipotesis:
H0 : =
Artinya Rata-rata ASR (Answer to Seizure Ratio) Kota Kecil sama dengan
Kota Besar.
H1 : >
artinya Rata-rata ASR (Answer to Seizure Ratio) Kota Kecil lebih tinggi
dari Kota Besar.
α =5%
Data ASR telepon lokal kota kecil dan kota besar :
ASR Kota Kecil ASR Kota Besar
67 24 60 16.5
56 13 70 27.5
34 3 63 21.5
56 13 40 4
45 5.5 29 2
56 13 75 29.5
63 21.5 75 29.5
53 9 67 24
61 18 46 7
57 15 80 31
25 1 54 10
60 16.5 67 24
68 26
52 8
45 5.5
62 19.5
70 27.5
90 32
62 19.5
55 11
Jumlah 152.5 Jumlah 375.5

45
Koreksi angka kembar/sama

Xi T T=

45 2 0.5
56 3 2
60 2 0.5
62 2 0.5
63 2 0.5
67 3 2
70 2 0.5
75 2 0.5
7
m = n1 = 12
n = n2 = 20
= Wx = 152.5
RKB = 375.5
N = m + n = 12+20 = 32
Statistik Uji :
m N
w

.
σw √ ( ) = √( )( ) = 25.6575

karena Wx = 152.5 < w maka pendekatannya kita memakai Wx + 0,5.

. w . .
= .
= -1.75
w

P (Z) = 0.0401
Kriteria Uji :
Tolak Ho jika p α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata p . α . maka Ho ditolak, artinya Rata-rata ASR (Answer to
Seizure Ratio) Kota Kecil lebih tinggi dari Kota Besar.

8. Terpuruknya perekonomian Negara-negara Asia diduga disebabkan oleh kemampuan


perusahaan (Corporate Governance) yang masih buruk. Untuk membuktikan hal ini

46
Political & Economic Rish Consultancy (PERC) yang berbasis di hongkong, melakukan
survey mengenai skor Corporate Governance di 11 negara Asia dan 8 negara Eropa
pada saat terjadinya krisis.
Pers menetapkan skor 0 hingga 10 (skala interval) untuk tiap Negara yang di survey,
dimana semakin tinggi skor, maka semakin buruk kemampuan pengelolaan
perusahaan (Corporate Governance) di Negara tersebut. Dari hasil survey tersebut
diperoleh skor masing-masing Negara sebagai berikut :
Skor Corporate Governance
Pada saat krisi ekonomi di Asia dan Eropa
Negara Asia Negara Eropa
Negara Skor Negara Skor
Singapura 2 Jerman 0.51
Hongkong 3.59 Perancis 1.23
Jepang 3.68 Turki 3.79
Filipina 5 Yugoslavia 8.32
Taiwan
Belanda 6.1 4.21
Malaysia 6.2 Italia 2.32
Thailand 6.67 Inggris 1.37
Cina 8.22 Spayol 2.01
Indonesia 8.29
Korea Selatan 8.83
Vietnam 8.89
Keterangan : Semakin tinggi skor, semakin buruk Corporate Governance.
a. Apakah skor Corporate Governance di Negara Asia berdistribusi normal?
Jika diasumsikan bahwa sebaran data tidak berdistribusi normal !
b. Bila dibuat katagori seebagai berikut :
Skor 0.00 – 5.00 katagori pengelolaan yang baik.
Skor 5.01 – 10.00 katagori pengelolaan yang jelek.
Dengan katagori tersebut PERC menduga bahwa kondisi pengelolaan perusahaan
yang buruk di Negara-negara Asia di atas 60 %.
Apakah hal tersebut dapat dibuktikan?
c. Apakah dapat disimpulakan bahwa Negara-negara Eropa memiliki kemampuan
pengelolaan perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan Negara-negara di
Asia?

47
d. Apakah 20 % Negara terbaik dalam pengelolaan perusahaan di Asia dengan Eropa
memiliki skor tertinggi yang sama?
Untuk mempercepat pemuliahan perekonomian di Asia, Bank Dunia bekerja sama
dengan IMF merekomendasikan dilaksanakannnya reformasi dalam beberapa sektor
pengelolaan perusahaan, hal tersebut dimaksudkan untuk menekan skor Corporate
Governance. Untuk melihat sejauh mana efektivitas dari pelaksanaan program
tersebut dilakukan pemantauan di Negara Asia setelah krisis berakhir, dan diperoleh
data pada tabel berikut.
Skor Corporate Governance
pasca saat krisis ekonomi di Asia
Negara Asia
Negara Skor
Singapura 1.9
Hongkong 3.59
Jepang 3.23
Filipina 4.79
Taiwan 6
Malaysia 6.1
Thailand 7.01
Cina 6.22
Indonesia 8.11
Korea Selatan 4.32
Vietnam 8.8

e. Apakah dapat disimpulkan bahwa reformasi ekonomi yang direkomendasikan


oleh Bank Dunia dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan perusahaan ?
Catatan : Gunakan α
Jawab :
a. Hipotesis:
Ho : Skor corporative governance Negara Asia berdistribusi normal
H1 : Skor corpotative governance Negara Asia tidak berdistribusi normal
α : 5%
Skor Corporate Governance Negara Asia
Negara Xi Zi F Zi P Z Zi) S(Zi) │F Zi) – S(Zi │
Singapura 2,00 -1,76 0,0392 0,09 0,0508
Hongkong 3,59 -1,08 0,1401 0,18 0,0399

48
Jepang 3,68 -1,04 0,1492 0,27 0,1208
Filipina 5,00 -0,48 0,3156 0,36 0,0444
Taiwan 6,10 -0,01 0,4960 0,45 0,046
Malaysia 6,20 0,02 0,5080 0,54 0,032
Thailand 6,67 0,23 0,5910 0,63 0,039
Cina 8,22 0,89 0,8133 0,72 0,0933
Indonesia 8,29 0,92 0,8212 0,81 0,0112
Korea Selatan 8,83 1,15 0,8749 0,91 0,0351
Vietnam 8,89 1,17 0,8790 1 0,121

̅ =6,13
Sx = 2,34
̅

Statistik Uji:
Nilai Lmaks =0,121
Ltabel =0,249
Kriteria uji :
Tolak Ho jika L0>Ltabel ,terima dalam hal lainnya
Kesimpulan :
Ternyata Lo < Ltabel, maka hipotesis H0 diterima, artinya skor Corporative
Governance Negara Asia berdistribusi normal.
b. Hipotesis:
Ho : P1=P2 = 60% artinya kondisi pengelolaan perusahaan yang buruk di
negara-negara Asia di atas 60%
H1: P1=P2 < 60% artinya kondisi pengelolaan perusahaan yang buruk di
negara-negara Asia di bawah 60%
Taraf nyata α %

Negara Asia Skor Asia Rank Negara Eropa SkorEropa Rank


Singapura 2,00 4 Jerman 0,51 1
Hongkong 3,59 7 Perancis 1,23 2
Jepang 3,68 8 Turki 3,79 9
Filipina 5,00 11 Yugoslavia 8,32 17
Taiwan 6,10 12 Belanda 4,21 10
Malaysia 6,20 13 Italia 2,32 6
Thailand 6,67 14 Inggris 1,37 3
Cina 8,22 15 Spanyol 2,01 5
Indonesia 8,29 16
Korea Selatan 8,83 18
Vietnam 8,89 19

49
Statistik uji:
n = 11, x=4
Dari tabel binom diperoleh P=0.274
Kriteria uji :
Tolak Ho jika P α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata P . > α . dengan ini Ho diterima, artinya kondisi
pengelolaan perusahaan yang buruk di negara-negara Asia di atas 60%.

c. Hipotesis:
Ho: 𝝁Eropa = 𝝁Asia ; rata-rata skor Corporate Governance Eropa dan Asia
sama.
H1 : 𝝁Eropa > 𝝁Asia ; rata-rata skor Corporate Governance Eropa lebih baik
dari Asia.
α=5%
m = n2 =8, n = n1 = 11,
N=19
Wx =53
Statistik Uji :

√ √

KarenaWx = 53 < 𝝁wx = 80, maka pendekatannya kita memakai Wx+ 0,5

P(Z) = 0,0143
Kriteria uji :
Tolak Ho jika Phitung< Pα, terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata Phitung = 0,0143 < Pα = 0,05 maka Ho ditolak, artinya rata-rata skor
governance Negara Eropa lebih baik dari skor Negara Asia.

d. Hipotesis:
Ho : D(asia) = D(eropa) artinya 20% Negara terbaik dalam pengelolaan
perusahaan di Asia dan Eropa memiliki skor tertinggi yang sama
H1: D asia ≠ D eropa artinya % Negara terbaik dalam pengelolaan
perusahaan di Asia dan Eropa memiliki skor tertinggi yang berbeda
Taraf nyata α %
Negara Asia Negara Eropa
Negara Skor Negara Skor
Singapura 2.00 Jerman 0.51

50
Hongkong 3.59 Perancis 1.23
Jepang 3.68 Inggris 1.37
Filipina 5.00 Spanyol 2.01
Taiwan 6.10 Italia 2.32
Malaysia 6.20 Turki 3.79
Thailand 6.67 Belanda 4.21
Cina 8.22 Yugoslovia 8.32
Indonesia 8.29
Korsel 8.83
Vietnam 8.89

Desil ke I :
Asia: .
Data ke 2.4 = data ke 2 + 0.4 ( data ke-3 – data ke-2 )
= 3.59 + 0.4 (3.68-3.59)
= 3.626
Eropa: .
Data ke 1.8 = data ke 1 + 0.8 (data ke-2 – data ke-1)
= 0.51 + 0.8 (1.23-0.51)
= 1.086
Tabel Kontigensi
Asia Eropa Total
>Desil 9 7 3
Desil 2 1 16
Total 11 8 19

Statistik uji :
P=
= = 0.454
Kriteria uji :
Tolak Ho jika P terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata P = 0.454 > = 0.025 maka Ho diterima yang artinya Negara terbaik
dalam pengelolaan perusahaan di Asia dan Eropa memiliki skor tertinggi yang
sama.

e. Hipotesis:
Ho : P(sebelum) = P(sesudah) artinya Reformasi ekonomi yang
direkomendasikan oleh Bank Dunia sama/ tidak berpengaruh
H1:P sebelum ≠P sesudah artinya Reformasi ekonomi yang
direkomendasikan oleh Bank Dunia dapat meningkatkan kemampuan
pengelolaan perusahaan.

51
Taraf nyata α %
Negara Asia
Negara Sebelum Sesudah Selisih Rank
Singapore 2.00 1.9 + 0.1 3
Hongkong 3.59 3.59 0
Jepang 3.68 3.23 + 0.45 8
Filipina 5.00 4.79 + 0.21 6
Taiwan 6.10 6.00 + 0.1 3
Malaysia 6.20 6.10 + 0.1 3
Thailand 6.67 7.01 - 0.34 7
China 8.22 6.22 +2 9
Indonesia 8.29 8.11 + 0.18 5
Korsel 8.83 4.32 + 4.51 10
Vietnam 8.89 8.86 + 0.03 1

n= 11 – 1 = 10
T = 3+8+6+3+3+7+9+5+10+1 = 48
Statistik uji :

√ √ .
Sehingga :
.
.
. P (Z) = 0.0183
Kriteria uji :
Tolak Ho jika p < terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata p = 0.0183 < = 0.025 maka Ho ditolak yang artinya reformasi ekonomi
yang direkomendasikan oleh Bank Dunia dapat meningkatkan pengelolaan
perusahaan.

9. Inflasi merupakan kenaikan rata-rata harga/jenis kebutuhan pokok sehari-hari dari


suatu periode ke periode lainnya. Gejolak inflasi ini begitu kompleks dan sulit
dikontrol pemerintah karena beberapa hal, diantaranya disebabkan struktur sosial
politik, permintaan dari masyarakat yang melewati batas-batas kebutuhan dan
kebijakan pemerintah itu sendiri. Misalkan diperoleh data tentang laju inflasi (dalam
%) dari Negara-negara industri dan Negara ASEAN pada saat krisis global dan setelah
krisiS global pada tabel berikut.

52
Negara Saat Setelah
Industri Krisis Krisis
Jepang 0.6 0
USA 1.6 1.9
Jerman 0.6 0.4
Inggris 2.7 2.3
Perancis 0.7 0.5
Italia 1.7 1.5
Kanada 1 0.9
Malaysia 5.3 2.8
Filipina 9.8 6.6
Singapura -0.3 0.4
Thailand 8.1 0.3
Indonesia 77.63 2.01
Vietnam 9.2 -0.2
Sumber : khayal
a. Ujilah normalitas laju inflasi di Negara industri dan Negara ASEAN pada saat
krisis.
Soal berikut diasumsikan semua pengamatan tidak berdistribusi normal.
b. Misalkan ditetapkan bahwa laju inflasi yang kurang dari 1 % dikatagorikan
dengan baik dan yang minimal 1 % dikatagorikan dengan buruk. Ujilah pendapat
bahwa peluang laju inflasi yang baik pada saat setelah krisis di Negara industri
adalah kurang dari 50 % !
c. Dengan ketentuan pada soal b, apakah krisis global telah memperburuk laju inflasi
di negara industri?
d. Dengan ketentuan soal b, apakah laju inflasi pada saat krisis, negara industri lebih
baik dibandingkan Negara ASEAN.
e. Apakah secara rata-rata laju inflasi pada saat setelah krisis antara Negara industri
dengan Negara ASEAN sangat berbeda?
f. Apakah laju inflasi di negara ASEAN berdasarkan data diatas dapat dikatakan telah
mengalami pemulihan?
Jawab :
a. Hipotesis:
Ho:Data Berdistribusi Normal

53
H1:Data tidak Berdistribusi Normal
α: %

Xi Zi F Zi P Z Zi) S(Zi) │F Zi) – S(Zi │


0,6 -0,87 0,1922 0,28 0,0878
0,6 -0,87 0,1922 0,28 0,0878
0,7 -0,74 0,2296 0,42 0,1904
1 -0,35 0,3632 0,57 0,2068
1,6 0,42 0,6628 0,71 0,0472
1,7 0,55 0,7088 0,85 0,1412
2,7 1,85 0,9678 1 0,0322
̅ = 1,27
s = 0,77

Statistik Uji
Lo=Nilai Terbesar dari │F Zi) – S(Zi │= 0,2068

Kriteria Uji
Tolak Ho jika Lo>=Ltabel atau tolak Ho jika P α terima dalam hal lainya.
Kesimpulan :
Ternyata Lo = 0,2068 <Ltabel = 0,300 maka Ho diterima, artinya data berdistribusi
normal.

b. Hipotesis:
Ho: P1 = P2 > 50% Laju inflasi yang baik pada saat setelah krisis > 50%
H1: P1 ≠ P2 < 50% Laju inflasi yang baik pada saat setelah krisis < 50%
α : %, n=7 ; x=4
Statistik uji:
Gunakan tabel binom, dari data diperoleh P = 0,773
Kriteria Uji:
Tolak Ho P < terima dalam hal lainnya

Kesimpulan :
Ternyata P = 0,773 > = 0,025 maka Ho diterima, artinya laju inflasi yang baik

pada saat setelah krisis > 50%

c. Hipotesis:
Ho : P (Saat Krisis) = P (sesudah krisis) artinya laju inflasi saat krisis dan sesudah
krisis sama
H1 : P (Saat Krisis) < P (sesudah krisis) artinya laju inflasi semakin buruk setelah

54
krisis global dibandingkan saat krisis
α %

Rank dSetelah
i Negara
Krisis Saat Selisih Rank
Industri Krisis (di) Tanda
<
Jepang 0,6 0 0,6 7

USA 1,6 1,9 -0,3 5 5

Jerman 0,6 0,4 0,2 3

Inggris 2,7 2,3 0,4 6

Perancis 0,7 0,5 0,2 3

Italia 1,7 1,5 0,2 3

Kanada 1 0,9 0,1 1

Statistik Uji:
Dari data di atas diperoleh
T=5
Ttabel = 2
Kriteria Uji:
Tolak Ho jika T < Ttabel terima dalam hal laiinya
Kesimpulan :
Ternyata T = 5 > Ttabel = 2 maka Ho diterima, artinya laju inflasi saat krisis dan
sesudah krisis sama.

d. Hipotesis:
Ho : P (Industri) = P (ASEAN) artinya laju inflasi pada saat krisis, negara
Industri sama dengan Negara ASEAN
H1: P (Industri) < P (ASEAN) artinya laju inflasi pada saat krisis, Negara
Industri lebih baik dibandingkan Negara ASEAN
α : 5%
Rank
Negara Industri Rank NI Negara ASEAN Rank NA
0,60 2,5 5,30 9
1,60 6 9,80 12
0,60 2,5 -0,30 1
2,70 8 8,10 10
0,70 4 77,63 13

55
1,70 7 9,20 11
1,00 5
Jumlah 35 56

Koleksi Angka Sama/Kembar


xi T= t
0,6 2 0,5
Jumlah 0,5

m=6
n =7
N = m + n = 6 + 7 = 13
Wx = Jumlah rank dari perlakuan / kelompok sampel yang kecil = 56

Statistik Uji:
w = 42

σw √ ( )

.
= √( .
) = 6,9

(Karena Wx = 56 > w = 42, maka pendekatannya kita memakai Wx - 0,5 )

Sehingga,

. w

σw

Z= = →P Z

Kriteria Uji:
Tolak Ho jika P α terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata P α maka Ho ditolak artinya rata-rata laju inflasi pada
saat krisis di Negara Industri lebih baik dibandingkan dengan Negara ASEAN.

e. Hipotesis:
Ho: I A artinya rata-rata laju inflasi pada saat setelah kriris antara Negara

Industri dengan Negara ASEAN sama


H1: I ≠ A artinya rata-rata laju inflasi pada saat setelah krisis antara Negara
Industri dengan Negara ASEAN berbeda
α: %

56
Rank:
Negara Rank Negara Rank NA
Industri NI ASEAN
0,00 2 2,80 12
1,90 9 6,60 13
0,40 4,5 0,40 4,5
2,30 11 -0,30 3
0,50 6 2,01 10
1,50 8 -0,20 1
0,90 7
Jumlah 47,5 = R1 43,5 =
R2

m=6
n=7
N = m+n = 6+7 = 13
Wx = Jumlah rank dari yang kecil = 43,5

Statistik Uji:

w = 42

σw √ ( )

.
= √( .
) = 6,9
Karena Wx = 56 > w = 42, maka pendekatannya kita memakai Wx - 0,5.

Sehingga,

. w

Z= = →P Z .

Kriteria uji:

Tolak Ho jika P < terima dalam hal lainnya

Kesimpulan :
Ternyata P = 0.0268 > = 0,025 maka Ho diterima, artinya rata-rata laju inflasi

pada saat setelah krisis antara Negara Industri dengan negara ASEAN sama.

f. Hipotesis:
H0: P(sebelum) = P(sesudah) ; laju inflasi di negara Asean belum mengalami
pemulihan

57
H1 : P(sebelum) > P(sesudah); laju inflasi di negara Asean sudah
mengalami pemulihan
α :Taraf nyata %

Data :
Negara SebelumInflasi (a) SesudahInflasi (b) a-b │a-b│ Rank
Malaysia 5,30 2,80 > 2,50 2,50 2
Filipina 9,80 6,60 > 3,20 3,20 3
Singapura -0,30 0,40 < -0,70 0,70 1
Thailand 8,10 0,30 > 7,80 7,80 4
Indonesia 77,63 2,01 > 75,62 75,62 6
Vietnam 9,20 -0,20 > 9,40 9,40 5

Statistik uji :

P(z=-1,99) = 0,0233

KriteriaUji :
Tolak Ho jikaPhitung< P α terima dalam hal lainnya
Kesimpulan :
Ternyata P(hitung) 0,0233 < P(0,05), maka Ho ditolak, yang artinya laju
pertumbuhan inflasi di negara Asean masih belum mengalami pemulihan.

10. Salah satu langkah pokok penyehatan bank adalah peningkatan modal bank, untuk
mencapai rasio kebutuhan modal (Capital Adequacy Ratio/ CAR). Program ini
berlaku bagi semua bank, baik bank-bank pemerintah maupun bank- bank swasta.
Oleh karena itu bank Indonesia telah melakukan penelitian guna memberikan dana
untuk keperluan penyuntikan modal, yang dikatakan sebagai due diligence.
Tunjangan adalah memperbaiki keberadaan bank seiring denganmeningkatnya nilai
CAR, sehingga bank akan memiliki prospek dan terjadi percepatan dalam pemulihan
kondisi perekonomian. Dalam menganalisa dampak dari pemberian suntikan dana
terhadap keberhasilan penyehatan bank, bank Indonesia mengamati kondisi dari 11
bank Pemerintah, dan 15 Bank Swasta berdasarkan nilai CAR-nya, baik CAR sebelum
bank-bank tersebut diberi suntikan dana, maupun CAR setelah di beri suntikan dana,
yang data selengkapnya seperti pada tabel.
Ditanyakan:
a. Berdasarkan urutan dari status bank yang digunakan sebagai sampel ,ujilah
keacakan dari sampel tersebut!
b. Dari nilai CAR bank-bank pemerintah sebelum diberikan suntikan dana, apakah
asumsi normalitas terpenuhi ?
c. Dapatkah disimpulkan bahwa pemberian suntikan dana dapat memperbaiki
kondisi bank ?

58
STATUS BANK Nilai CAR (%)
(Bank
Pemerintah/Bank Sebelum diberi suntikan Setelah diberi suntikan
Swasta) dana dana
Bank Pemerintah 30 41
Bank Pemerintah 5 4
Bank Swasta 40 40
Bank Swasta -30 -10
Bank Swasta -25 -30
Bank Pemerintah -2 0
Bank Swasta 25 32
Bank Swasta 27 27
Bank Swasta 2 2
Bank Pemerintah -30 -26
Bank Pemerintah 3 8
Bank Pemerintah 1 -1
Bank Swasta 0 2

Bank Swasta -6 -1
Bank Swasta -7 -3
Bank Swasta -10 0
Bank Pemerintah 0 6
Bank Swasta -22 -10
Bank Swasta 3 3
Bank Pemerintah -5 -4
Bank Swasta 7 14
Bank Pemerintah 1 3
Bank Swasta 6 8
Bank Swasta -2 -1
Bank Pemerintah 3 5
Bank Pemerintah 3 6

d. Apakah setelah diberi suntikan dana dapat dikatakan bahwa secara rata-rata
kondisi dari bank pemerintah lebih baik dibandingkan dengan bank-bank
swasta ?
e. Tentukan kuatnya hubungan dari nilai CAR sebelum dan sesudah diberi
suntikan dana ?
f. Tentukan interval taksiran kuatnya hubungan butir 5 di atas untuk
populasinya.
Semua analisis menggunakan α %
Jawab :
a. menggunakan uji runtun

59
Hipotesis:
H0 : Data tersusun secara random.
H1 : Data tidak tersusun secara random
α : 5%
np = 11 ; ns = 15 ; r = 13
Statistik Uji :
Karena np dan ns < 20 makalihat table uji runtun. Dari tabel uji runtun,
diperoleh F1 = 8 dan F2=19
kriteria uji :
Tolak H0 jika r < F1 atau r > F2, atau Tolak H0 jika p < ½ α terima dalam hal
lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata F1 =8 < r=13 < F2=19. Maka H0 diterima.
Kesimpulan : H0 diterima yang artinya data tersusun secara acak atau random.

b. Jawab : menggunakan uji liliefors


Hipotesis:
H0 : CAR Bank Pemerintah sebelum suntikan dana berdistribusi normal.
H1 : CAR Bank Pemerintah sebelum suntikan dana tidak berdistribusi normal.
α : 5%
xi zi F(zi P i) S(zi) |F(zi)-S(zi)|
-30 -1.82 0.0344 0.0909 0.0565
-5 -0.33 0.3707 0.1818 0.1889
-2 -0.16 0.4364 0.2727 0.1637
0 -0.04 0.484 0.3636 0.1204
1 0.02 0.508 0.5454 0.0374
1 0.02 0.508 0.5454 0.0374
3 0.14 0.5557 0.8182 0.2625
3 0.14 0.5557 0.8182 0.2625
3 0.14 0.5557 0.8182 0.2625
5 0.26 0.6026 0.909 0.3064
30 1.74 0.9591 1 0.0409
̅ 0.6538 S = 16.8783
Statistik uji:
L0 = Nilai terbesar dari |F(zi)-S(zi)| = 0.3064
Ltabel = 0.249
Kriteria uji:
Tolak H0 jika L0≥ Ltabel, atau tolak H0 jika p α terima dalam hal
lainnya. Ternyata jika L0 . ≥ Ltabel=0.249, maka H0 ditolak.
Kesimpulan:

60
H0 ditolak yang artinya bahwa nilai CAR Bank Pemerintah sebelum diberikan
suntikan dana tidak berdistribusi normal.
c. menggunakan uji tanda wilcoxon
Hipotesis:
H0 : P(sebelum) = P(sesudah) artinya kondisi bank sebelum dan sesudah
pemberian suntikan dana sama.
H1 : p(sebelum) < P(sesudah) artinya kondisi bank sesudah pemberian
suntikan dana dapat memperbaiki kondisi bank.
α: %
SEBELUM SETELAH
STATUS SELISIH rank
SUNTIKAN SUNTIKAN Rank di
BANK (di) tanda
DANA DANA
Bank
30 41 -11 20
Pemerintah
Bank
5 4 1 2 2
Pemerintah
Bank Swasta 40 40 0 -
Bank Swasta -30 -10 -20 22
Bank Swasta -25 -30 5 14 14
Bank
-2 0 -2 6.5
Pemerintah

Bank Swasta 25 32 -7 17.5


Bank Swasta 27 27 0 -
Bank Swasta 2 2 0 -
Bank
-30 -26 -4 11.5
Pemerintah
Bank
3 8 -5 14
Pemerintah
Bank
1 -1 2 6.5 6.5
Pemerintah
Bank Swasta 0 2 -2 6.5
Bank Swasta -6 -1 -5 14
Bank Swasta -7 -3 -4 11.5
Bank Swasta -10 0 -10 19
Bank
0 6 -6 16
Pemerintah
Bank Swasta -22 -10 -12 21
Bank Swasta 3 3 0 -
Bank
-5 -4 -1 2
Pemerintah
Bank Swasta 7 14 -7 17.5
Bank
1 3 -2 6.5
Pemerintah
Bank Swasta 6 8 -2 6.5
Bank Swasta -2 -1 -1 2

61
Bank
3 5 -2 6.5
Pemerintah
Bank
3 6 -3 10
Pemerintah
T=22.5 ; n= 26-4=22
Statistik uji:
Z=

T= = = 126.5

t= √ =√ =√ . = 30.801
. .
Sehingga z = . sesuai dengan p = 0.004
.
Kriteria Uji : Tolak H0 jika p α terima hal lainnya. Ternyata p .
α . sehingga H0 ditolak.
Kesimpulan :
H0 ditolak yang artinya pemberian suntikan dana dapat memperbaiki kondisi
bank.

d. Jawab :menggunakanUji Wilcoxon – Mann Whitney


Hipotesis:
H0 : = artinya Rata-rata persentase CAR Bank Pemerintah sama
dengan Bank Swasta setelah diberi suntikan dana.
H1: > artinya Rata-rata persentase CAR Bank Pemerintahlebihbaik
dibandingkan dengan Bank Swasta setelah diberi suntikan dana.
: 5%
Dari data yang diperoleh, tentukan rank sbb:
Bank Pemerintah Rank BP Bank Swasta Rank BS
41 26 40 25
4 16 -10 3.5
0 10.5 -30 1
-26 2 32 24
8 20.5 27 23
-1 8 2 12.5
6 18.5 2 12.5
-4 5 -1 8
3 14.5 -3 6
5 17 0 10.5
6 18.5 -10 3.5
3 14.5
14 22
8 20.5
-1 8
Jumlah 156.5 = R1 194.5

Koreksi angka sama / kembar

62
Xi t T=

6 2 0.5
-10 2 0.5
2 2 0.5
-1 3 2
8 2 0.5
3 2 0.5
0 2 0.5
Jumlah 5

m = ukuran sampel perlakuan / kelompok yang kecil = 11


n = ukuransampelperlakuan / kelompok yang besar =15
N = m+n = 11+15 = 26
Wx = jumlah rank dari perlakuan / kelompok sampel yang kecil = 156.5
.
Statistik uji:

= .
.
σwx = √( ) = √( ) = 19.23
. . .
sehingga z = .
. sesuai dengan p = 0.17
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika p α terima hal lainnya. Ternyata p = 0.17> α = 0.05, maka H0
diterima.
Kesimpulan :
H0 diterima yang berarti bahwa rata-rata presentase CAR Bank Pemerintah
sama dengan Bank Swasta.

11. Kepala bagian pemasaran suatu pabrik kopi yang dikemas dalam sachet, ingin
mengetahui apakah formula dan desain kemasan yang baru dapat diterima oleh
konsumen. Suatu penelitian telah dilakukan terhadap 24 konsumen dimana kepada
mereka ditanyakan pendapatnya tentang rasa dan kemasan juga jumlah yang
dikonsumsi per minggu, baik ketika masih berupa formula lama maupun setelah
menjadi formula baru. Hasil selengkapnya disajikan dalam tabel.
Pertanyaan :
a. Sampel acak merupakan syarat penting jika penelitian dilakukan secara sampling,
oleh karena itu bagaimana menurut anda mengenai keacakan sampel di atas
berdasakan kategori gender?
b. Berhubung variabel konsumsi berskala rasio, maka selidiki terlebih dahulu
normalitas konsumsi formula baru tetapi hanya untuk konsumen wanita saja.

63
Formula lama Formula Baru
No. Gender
Rasa Kem. Kons. Rasa Kem. Kons.
1 P E J 7 TE B 3
2 P E C 5 E B 14
3 W TE C 3 E B 2
4 P E B 5 TE J 37
5 W E B 6 E C 12

6 W E J 14 TE C 10
7 W TE J 3 E B 12
8 P E C 5 TE B 4
9 W E B 7 TE B 3
10 P E B 4 E B 12
11 P E J 10 E J 14
12 P TE C 2 E C 10
13 P TE C 3 TE B 2
14 W TE C 3 E B 8
15 P TE C 4 E B 10
16 P TE C 2 E B 7
17 W E B 7 E B 14
18 P E J 14 E B 14
19 P E J 10 E B 14
20 W E J 6 E B 15
21 W E B 5 E B 18
22 W E C 4 E J 21
23 W E J 4 E C 21
24 W E J 5 E C 20
Catatan :
E = Enak B = bagus
TE = tidak enak Kem. = kemasan
J = jelek Kom. = konsumsi
C = cukup
Untuk pertanyaan selanjutnya dianggap asumsi normalitas tidak terpenuhi.
c. Apakah perubahan formula telah merubah penilaian konsumen terhadap rasa ?
d. Menurut konsumen wanita, apakah kemasan formula baru lebih menarik
dibandingkan formula lama ?
e. Berdasarkan jumlah yang dikonsumsi perminggu oleh konsumen pria, apakah
formula baru secara rata-rata lebih banyak dikonsumsi dibandingkan dengan
formula lama ?
f. Secara rata-rata apakah formula baru lebih disukai oleh konsumen wabita
dibandingkan dengan konsumen pria ?
Seluruh pengujian Hipotesis menggunakan α %

64
Jawab :
a. menggunakan uji runtun
Hipotesis:
H0 : Data tersusun secara random
H1 : Data tidak tersusun secara random
α : 5%
np = 12 ; ns = 12 ; r = 12
Statistik uji :
Karena np dan ns < 20 maka lihat table uji runtun. Dari tabel uji runtun,
diperoleh F1 =7 dan F2=19
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika r < F1 atau r > F2, terima dalam hal lainnya. Ternyata F1 =7 <
r=12 < F2=19. Maka H0 diterima.
Kesimpulan :
H0 diterima artinya data tersusun secara acak atau random.

b. menggunakan uji liliefors


Hipotesis:
H0: Data konsumsi formula baru untuk konsumen wanita berdistribusi normal.
H1: Data konsumsi formula baru untuk konsumen wanita tidak berdistribusi
normal
α: %

X1 Z1 F(z1) S(z1) | F(z1)- S(z1)|


2 -1.69 0.0455 0.0833 0.0378
3 -1.54 0.0618 0.1667 0.1049
8 -0.77 0.2206 0.25 0.0294
10 -0.46 0.3228 0.3333 0.0105
12 -0.15 0.4404 0.5 0.0596
12 -0.15 0.4404 0.5 0.0596
14 0.15 0.5987 0.5833 0.0154
15 0.31 0.6217 0.6667 0.045
18 0.77 0.7794 0.75 0.0294
20 1.08 0.8599 0.8333 0.0266
21 1.23 0.8907 1 0.1093
21 1.23 0.8907 1 0.1093
̅ =13 ; S=6.4947
Statistik Uji:
L0=Nilai terbesar dari |F(zi)-S(zi)|=0.1093
Ltabel= 0.242
Kriteria Uji:
Tolak H0 jika L0 ≥ Ltabel, terima dalam hal lainnya. Ternyata jika L0 = .
Ltabel= 0.242, maka H0 diterima.
Kesimpulan :
H0 diterima, artinya konsumsi formula baru untuk konsumen wanita berdistribusi

65
normal.

c. Jawab: menggunakan uji tanda


Hipotesis:
H0: P ( + ) = P ( - ) artinya perubahan formula tidak merubah penilaian
konsumen terhadap rasa.
H1: P ( + ) < P ( - ) artinya perubahan formula telah merubah penilaian
konsumen terhadap rasa.
α taraf nyata %

No. Gender Formula Lama Formula Baru Tanda

1 P E TE >
2 P E E 0
3 W TE E <
4 P E TE >
5 W E E 0
6 W E TE >
7 W TE E <
8 P E TE >
9 W E TE >
10 P E E 0
11 P E E 0
12 P TE E <
13 P TE TE 0
14 W TE E <
15 P TE E <
16 P TE E <
17 W E E 0
18 P E E 0
19 P E E 0
20 W E E 0
21 W E E 0
22 W E E 0
23 W E E 0
24 W E E 0
n = 24 – 13 = 11, x = 5
Statistik Uji: Dengan menggunakan Tabel Binom diperoleh p = 0,500.
Kriteria Uji : Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.
Tenyata p >α .
Kesimpulan:
Maka itu H0 diterima, artinya perubahan formula tidak merubah penilaian
konsumen terhadap rasa.

66
d. menggunakan uji tanda
Hipotesis:
H0: P (formula baru) = P ( formula lama).
H1:P (formula baru) >P ( formula lama).
α: %

No Gender sebelum sesudah tanda


1 W C B <
2 W B C >
3 W J C <
4 W J B <
5 W B B -
6 W C B <
7 W B B -
8 W J B <
9 W B B -
10 W C J >
11 W J C <
12 W J C <

Statistik Uji:
n= 12-3= 9, x= 2
Dengan menggunakan table binom diperoleh p = 0.090
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika p α terima hal lainnya. Ternyata p = 0.090 > α = 0.05 maka H0
diterima.
Kesimpulan :
H0 diterima yang berarti kemasanp ada formula baru sama menariknya dengan
kemasan pada formula lama.

e. menggunakan uji Wilcoxon Mann-Whitney


Hipotesis:
H0 : Rata-rata konsumen pria mengkonsumsi formula baru sama banyak dengan
mengkonsumsi formula lama.
H1 : Rata-rata konsumen pria mengkonsumsi formula baru lebih banyak daripada
mengkonsumsi formula lama.
α:5%

Dari data yang diperoleh tentukan rank sebagai berikut :

67
Formula Lama Rank FL Formula baru Rank FB
7 9 3 2
5 7 14 12,5
5 7 37 15
5 7 4 3
4 4,5 12 10
10 10,5 14 12,5
2 1,5 10 8,5
3 3 2 1
4 4,5 10 8,5
2 1,5 7 4
14 12 14 12,5
10 10,5 14 12,5
Jumlah 78 = R1 102 = R2
Koreksi angka sama / kembar

Xi t T=

7 2 0,5
5 3 2
10 3 2
2 3 2
14 5 10
3 2 0,5
4 3 2
Jumlah 19

m = ukuran sampel perlakuan / kelompok yang kecil = 12


n = ukuran sampel perlakuan / kelompok yang besar = 12
N = jumlah m + n =24
Wx = jumlah rank dari perlakuan / kelompok sampel yang kecil = 78
Statistik Uji :
.

dengan:
= = = 150
.
= √( ) = √( ) = 17.177
sehingga
z= .
= - 4.16  p = 0
Kriteria uji :
Tolak H0 jika p < α terima dalam hal lainnya. Ternyata p 0 < α = 0.05, maka H0
ditolak.

68
Kesimpulan :
H0 ditolak yang bearti bahwa rata-rata konsumen pria mengkonsumsi formula
baru lebih banyak dari pada formula lama.

f. menggunakan uji wilcoxon – mann whitney


Hipotesis:
H0 : µx = µy artinya rata-rata formula baru untuk konsumen wanita dan konsumen
pria sama.
H1 : µx> µy artinya rata-rata formula baru konsumen wanita lebih disukai
dibandingkan konsumen pria
α %
m = 12, n = 12, N = 24

Konsumen Pria Rank Pria Konsumen Wanita Rank Wanita


3 3.5 2 1.5
14 16 12 12
37 24 10 9
4 5 12 12
12 12 3 3.5
14 16 8 7
10 9 14 16
2 1.5 15 19
10 9 18 20
7 6 21 22.5
14 16 21 22.5
14 16 20 21
Jumlah Rank = Jumlah Rank = 179.5
134

xi t T
2 2 0.5
3 2 0.5
10 3 2
12 3 2
14 5 10
21 2 0.5

µwx = = = 150
. .
σwx = √( )( ) = √( )( . )=√ . = 17.20
Wx = 134 < µwx = 150

69
Statistik Uji :
. .
z= = = -0.90 ≈ p = 0.1841
.
Kriteria Uji : Tolak H0 jika p <α ternyata p . >α . maka H0 diterima.
Kesimpulan : H0 diterima yang artinya rata-rata formula baru untuk konsumen
wanita dan konsumen pria sama.
12. Transparency International Indonesia (TII) bekerjasama dengan The Governance
Access Learning Network didukung oleh delegasi komisi Eropa di Indonesia dan
Kedutaan besar Denmark (DANIDA), telah melakukan survey yanng dilaksanakan oleh
Marketing Research Indonesia terhadap 1.305 resonden yang ada di 21
kabupaten/kota di Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2004, dengan tujuan
untuk mengetahui indeks prestasi korupsi (IPK) yang diberi rentang 0-10 dimana
angka 10 menunjukan bersih dari korupsi. (Kompas 17 Februari 2005). Survey
tersebut di Pulau Jawa, dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah diberlakukan
pemberantasan korupsi oleh IPK berikut diperbaikinya kinerja peradilan , kepolisian ,
dan beacukai. Berdasarkan pada tabel,
a. Selidikilah keacakan sampel di atas berdasarkan kota di Jawa dan di luar Jawa ?
b. Ujilah kenormalan dari IPK (data sebelum) di kota-kota yang ada di Jawa.
Indeks persepsi Korupsi di 21 kab/kota
No. Kota Sebelum Sesudah
1 Jakarta 3.87 4.53
2 Surabaya 3.93 4.25
3 Medan 4.09
4 Semarang 4.17 5.20
5 Batam 4.32
6 Pekanbaru 4.37
7 Denpasar 4.44
8 Yogyakarta 4.51 6.32
9 Tanggerang 4.54 3.58
10 Balikpapan 4.59
11 Bekasi 4.61 4.85
12 Palembang 4.67
13 Kota Solok 4.70
14 Padang 4.83
15 Tanah Datar 4.87
16 Manado 5.12
17 Kota Baru 5.23
18 Cilegon 5.28 5.50
19 Makasar 5.31
20 Banjarmasin 5.39
21 Wonosobo 5.63 6.80
Sumber: Fiktif

70
Pertanyaan berikut, mengambil asumsi data IPK tidak berdistribusi normal.
c. Berdasarkan data IPK sebelum, dapatkah disimpulkan bahwa secara rata-rata
kota-kota di Jawa lebih korup dibandingkan dengan kota-kota yang ada di liuar
Jawa ?
d. Apakah kinerja IPK telah memperbaiki IPK kota-kota di Jawa ?
e. Pada saat dilakukan kebijakan kenaikan harga BBM, telah ditanyakan kepada 135
orang yang dipilih secara random komentarnya mengenai kebijakan ini. Ternyata
42 orang menyatakan menolak kebijakan kenaikan harga BBM. Selang beberapa
pekan, yakni setelah mereka mengikuti informasi di berbagai media. TV, berbagai
diskusi ilmiah dan non ilmiah, 135 orang tersebut ditanya ulang mengenai
kebijakan yang telah di ambil pemerintah. Kali ini pendapat berubah, 37 orang
menolak kebijakan pemerintah, dan sebenarnya 30 orang dari 37 orang
sebelumnya tidak menolak Kenaikan Harga BBM.
Apakah jumlah orang yang menolak kebijakan ini adalah cukup berarti ?
Catatan: Seluruh pengujian menggunakan α %
Jawab:
a. menggunakan uji runtun
Hipotesis:
H0 : Data tersusun secara random.
H1 : Data tidak tersusun secara random.
α : 5%
N1 = 8 ; n2 = 13 ; r = 11
Statistik Uji : Dari tabel uji runtun, diperoleh F1 = 6 dan F2=16
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika r < F1 atau r > F2, terima dalam hal lainnya. Ternyata F1 =6 < r=11 <
F2=16. Maka H0 diterima.
Kesimpulan : H0 diterima yang artinya data tersusun secara acak atau random
b. menggunakan uji liliefors
Hipotesis:
H0 : IPK (data sebelum) di kota kota yan ada di Jawa berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
H1 : IPK (data sebelum) di kota kota yan ada di Jawa tidak berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
α : 5%

xi Zi F i P i S(zi) |F(zi)-S(zi)|

3.87 -1.12447 0.1314 0.125 0.0064


3.93 -1.02774 0.1515 0.25 0.0985
4.17 -0.64083 0.2611 0.375 0.1139
4.51 -0.0927 0.4641 0.5 0.0359
4.54 -0.04433 0.484 0.625 0.141
4.61 0.068516 0.5279 0.75 0.2221

71
5.28 1.148649 0.8749 0.875 0.0001
5.63 1.712898 0.9564 1 0.0436
̅ . .
Statistik Uji : L0 = Nilai terbesar dari |F(zi)-S(zi)|=0.2221
Ltabel= 0.285
Kriteria Uji: Tolak H0 jika L0≥ Ltabel, terima dalam hal lainnya. Ternyata jika
L0 . Ltabel=0.285, maka H0 diterima.
Kesimpulan : H0 diterima yang artinya (data sebelum) di kota-kota yang ada di
Jawa berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

c. menggunakan uji Mann Whitney-Wilcoxon


Hipotesis:
H0 : µx = µy artinya kota-kota di Jawa memiliki IPK yang sama dengan kota kota di
luar Jawa
H1 : µx ≠ µy artinya rata-rata kota-kota di Jawa lebih korup dibandingkan dengan
kota-kota yang ada di liuar Jawa.
α: %

Jawa Rank Jawa Luar Jawa Rank Luar Jawa


3.87 1 4.09 3
3.93 2 4.32 5
4.17 4 4.37 6
4.51 8 4.44 7
4.54 9 4.59 10
4.61 11 4.67 12
5.28 18 4.70 13
5.63 21 4.83 14
4.87 15
5.12 16
5.23 17
5.31 19
5.39 20
Jumlah 74 157

m = ukuran sampel perlakuan / kelompok yang kecil = 8


n = ukuran sampel perlakuan / kelompok yang besar = 13
N = jumlah m + n =21
Wx = jumlah rank dari perlakuan / kelompok sampel yang kecil = 74

.
Statistik uji:

µWx=

72
. .
σWx=√ √ .
.
sehingga z = . sesuai dengan p=0.1635
.
Kriteria Uji : Tolak H0 jika p α terima hal lainnya. Ternyata p . >α=
0.05, maka H0 diterima.
Kesimpulan : H0 diterima yang berarti kota-kota di Jawa memiliki IPK yang sama
dengan kota kota di luar Jawa.

d. menggunakan Uji Tanda Wilcoxon


Hipotesia:
H0: P ( Sebelum ) = P ( Sesudah ) artinya kinerja IPK ( Indeks Persepsi Korupsi )
tidak memperbaiki IPK ( Indeks Persepsi Korupsi ) kota–kota di Jawa.
H1: P ( Sebelum ) < P ( Sesudah ) artinya kinerja IPK ( Indeks Persepsi Korupsi )
telah memperbaiki IPK ( Indeks Persepsi Korupsi ) kota–kota di Jawa.
α taraf nyata %
IPK ( Indeks Persepsi Korupsi ) Kota–kota di Jawa
Berikut Selisih dan Besarnya Urutan
No. Nama Kota Sebelum Sesudah Selisih = di Rank di Rank
Tanda <
1 Jakarta 3,87 4,53 -0,66 4
2 Surabaya 3,93 4,25 -0,32 3
3 Semarang 4,17 5,20 -1,03 6
4 Yogyakarta 4,51 6,32 -1,81 8
5 Tangerang 4,54 3,58 0,96 5 5
6 Bekasi 4,61 4,85 -0,24 2
7 Cilegon 5,28 5,50 -0,22 1
8 Wonosobo 5,63 6,80 -1,17 7
Untuk n = 8 T=5
Statistik Uji :
Z=

T= = = 18

T= √ =√ = 7,1414

Sehingga = -1,82 sesuai dengan p = 0,0344

Kriteria Uji : Tolak Ho jika p α untuk uji satu arah atau p α/ untuk uji dua
arah. Terima dalam hal lainnya. Ternyata p α .Maka Ho ditolak.
Kesimpulan:
Ho ditolak yang artinya kinerja IPK ( Indeks Persepsi Korupsi ) telah memperbaiki
IPK ( Indeks Persepsi Korupsi ) kota-kota di Jawa.

73
e. menggunakan Uji McNemar
Hipotesis:
H0 : P (A) = P (D) = ½ Artinya proporsi antara jumlah orang yang menolak
kebijakan harga BBM sebelum dan sesudah mengikuti informasi di berbagai
media adalah tidak cukup berarti.
H1 : P A ≠ P D Artinya proporsi antara jumlah orang yang menolak kebijakan
harga BBM sebelum dan sesudah mengikuti informasi di berbagai media
adalah cukup berarti.
α : Taraf nyata = 5 %
Statistik Uji :
Setelah
Sebelum
- +
+ 30 63
- 7 35

| |
χ² =
| |
=
= 0,5538
Kriteria Uji:
Tolak H0 jika ᵡ hitung ≥ ᵡ α untuk uji dua arah dan tolak H0 jika ᵡ hitung ≥ ᵡ α
untuk uji yang satu arah terima dalam hal lainnya atau p α untuk uji dua arah
dan p α/ untuk uji satu arah. Ternyata ᵡ²hitung= 0,5538 < ᵡ α maka H0
diterima.
Kesimpulan:
H0 diterima yang artinya proporsi antara jumlah orang yang menolak kebijakan
harga BBM sebelum dan sesudah mengikuti informasi di berbagai media adalah
tidak cukup berarti.

13. World Class Operator (WCO) merupakan target PT TELKOM pada tahun 2005. Namun
demikian hal ini hanya akan menjadi slogan semata, bila factor-faktor yang
menentukan tercapainya tujuan tersebut tidak diperhatikan. Salah satu faktor
penentu keberhasilan tersebut adalah Answer to Seizure Ratio (ASR), yakni ukuran
tingkat keberhasilan panggilan, yang dihitung berdasarkan jumlah panggilan berhasil,
dibagi dengan jumlah panggilan yang diproses oleh sentral otomat, baik yang berasal
dari panggalan lokal maupun panggilan dari Saluran Langsung Jarak Jauh (SLJJ).
Berdasarkan standar Badan Telekomunikasi Internasional ditetapkan bahwa suatu
perusahaan telekomunikasi dapat mencapai WCO bila:
 50% dari nilai ASR dikategorikan sangat baik (sangat baik, bila ASR > 60).
 30% dari nilai ASR dikategorikan baik (baik, bila 50 ASR

74
 15% dari nilai ASR dikategorikan cukup (cukup, bila ASR
 5% dari nilai ASR dikategorikan jelek (jelek, bila ASR < 40).
Untuk melihat seberapa besar nilai ASR yang telah diperoleh PT TELKOM saat ini,
perusahaan tersebut melakukan pengamatan terhadap Stasiun Sentral Otomat di 25
kota besar (KB) dan 15 kota kecil (KK), sehingga diperoleh nilai ASR baik yang lokal
maupun SLJJ, untuk masing-masing sentral otomat di tiap-tiap kota, seperti pada
tabel.
a. Berdasarkan urutan jenis kota yang digunakan sebagai sampel, apakah dapat
dikatakan bahwa sampel telah terambil secara acak?
b. Ujilah normalitas data ASR yang berasal dari panggilan lokal di kota kecil (KK)!
c. Berdasarkan standar badan telekomunikasi internasional, dengan menggunakan
data ASR dari panggilan SLJJ (baik kota kecil maupun besar), apakah PT TELKOM
telah mencapai World Class Operator (WCO)?
d. Jika PT TELKOM menduga bahwa ASR dari panggilan lokal lebih rendah
dibandingkan dengan ASR dari panggilan SLJJ, hal tersebut didasarkan atas asumsi
bahwa aktivitas penggunaan telepon lokal siang hari sangat tinggi dibandingkan
dengan penggunaan telepon SLJJ yang umumnya dilakukan malam hari, dengan
menggunakan data ASR di kota besar, apakah dugaan tersebut dapat dibuktikan?
e. Karena aktivitas di kota kecil lebih rendah dibandingkan dengan kota besar,
apakah dapat dibuktikan bahwa ASR kota kecil lebih tinggi dibandingkan dengan
kota besar? (Gunakan data ASR telepon lokal!)

Nilai Answer to Seizure Ratio


Lokal maupun Saluran Langsung Jarak Jauh (SLJJ)
pada masing-masing sentral otomat di 20 kota besar dan kota kecil.
Nilai ASR
No. Jenis Kota
Lokal SLJJ
1 KB 60 75
2 KK 67 62
3 KB 70 50
4 KB 63 54
5 KB 40 50
6 KB 29 20
7 KK 56 77
8 KK 34 32
9 KB 75 75
10 KK 56 70
11 KK 45 60

75
12 KB 75 77
13 KB 67 71
14 KB 46 59
15 KB 80 80
16 KK 56 57
17 KB 54 52
18 KB 63 64
19 KB 67 68
20 KB 68 56
21 KB 52 50
22 KK 53 56
23 KK 61 63
24 KB 45 50
25 KB 62 65
26 KB 70 72
27 KK 57 55
28 KB 90 85
29 KK 25 12
30 KK 60 61
31 KB 62 57
32 KB 55 57
33 KB 45 50
34 KB 90 85
35 KK 55 60
36 KB 60 50
37 KB 68 65
38 KB 67 65
39 KK 45 60
40 KK 55 70

Catatan:
Seluruh pengujian mempergunakan α % dan penaksiran dengan derajat
konfidensi 99%.
JAWAB:
a. Hipotesis:
H0 : data urutan jenis kota yang digunakan sebagai sampel terambil secara acak
H1 : data urutan jenis kota yang digunakan sebagai sampel tidak terambil secara
acak
α %
n1 = 25 , n2 = 15, r = 20

76
µr = +1= +1= + 1 = 19, 75

. .
σr = √ =√ =√

=√ = 2, 9212

z= = = 0,0856 = 0,09

p = 0,4641
α
Kriteria uji:
tolak H0 jika ρ α terima dalam hal lainnya. Ternyata p >α maka
H0 diterima.
Kesimpulan:
data urutan jenis kota yang digunakan sebagai sampel terambil secara acak.

b. Hipotesis:
H0 : data ASR yang berasal dari panggilan lokal di kota kecil berdistribusi normal
H1 : data ASR yang berasal dari panggilan lokal di kota kecil tidak berdistribusi
normal
α %
xi zi F(zi) = P i S(zi) | F(zi) – S(zi) |
25 -2,48 0,0066 0,0667 0,0601
34 -1,67 0,0475 0,1333 0,0858
45 -0.68 0,2483 0,2667 0,0184
45 -0,68 0,2483 0,2667 0,0184
53 0,04 0,5160 0,333 0,1827
55 0,22 0,5871 0,4667 0,1204
55 0,22 0,5871 0,4667 0,1204
56 0,31 0,6271 0,6667 0,045
56 0,31 0,6271 0,6667 0,045
56 0,31 0,6271 0,6667 0,045
57 0,40 0,6554 0,7333 0,0779
60 0,67 0,6554 0,8 0,0514
61 0,76 0,7764 0,8667 0,0903

77
63 0,94 0,8264 0,9333 0,1069
67 1,30 0,9032 1 0,0968

̅ = 52,5333
s = 11,1154
L0 = 0,1827

Kriteria uji :
tolak H0 jika L0 ≥ Lα terima dalam hal lainnya. Ternyata L 0 Lα
maka H0 diterima.
Kesimpulan:
Data ASR yang berasal dari panggilan lokal kota kecil berdistribusi normal.

c. Hipotesis:
H0: Berdasarkan data ASR SLJJ, PT TELKOM belum mencapai World Class Operator
H1: Berdasarkan data ASR SLJJ, PT TELKOM sudah mencapai World Class Operator
α %
Ket:
1 = Sangat Baik 2 = Baik 3 = Cukup 4 = Jelek
1 2 3 4
Oi 19 18 0 3
F0(x) ¼ ½ ¾ 1
SN(x) 19/40 37/40 37/40 1
| F0(x) – SN(x) | 0,225 0,425 0,175 0

D = maks | F0(x) – SN(x) | = 0,425


Kriteria uji: tolak H0 jika D > D tabel, terima dalam hal lainnya. Ternyata
D=0,425 > Dtabel :√ maka H ditolak.
Kesimpulan:
Berdasarkan data ASR SLJJ. PT TELKOM sudah menjadi World Class Operator
(WCO).

d. Hipotesis:
H0 : P(Lokal) = P(SLJJ) artinya ASR dari panggilan lokal sama dengan ASR

78
dibandingkan dengan panggilan SLJJ di kota besar
H1 : P(Lokal) < P(SLJJ) artinya ASR dari panggilan dari lokal lebih rendah dari ASR
dibandingkan dengan ASR dari panggilan SLJJ di kota besar.
α %

Sampel KB Lokal SLJJ Selisih Rank di Rank Tanda


1 60 75 -15 22 22
2 70 50 20 23
3 63 54 9 16,5
4 40 50 -10 18,5 18,5
5 29 20 9 16,5
6 75 75 0
7 75 77 -2 4,5 4,5
8 67 71 -4 10 10
9 46 59 -13 21 21
10 80 80 0
11 54 52 2 4,5
12 67 68 -1 1 1
13 68 56 12 20
14 52 50 2 4,5
15 45 50 -5 13 13
16 62 65 -3 8,5 8,5
17 70 72 -2 4,5 4,5
18 90 85 5 13
19 62 57 5 13
20 55 57 -2 4,5 4,5
21 45 50 -5 13 13
22 90 85 5 13
23 60 50 10 18,5
24 68 65 3 8,5
25 67 65 2 4,5
Jumlah 120,5

n = 23

79
T = 120,5

µT = = = 138

σT = √ =√ =√ = 32,8786

z= = = -0,5323 = -0,53

p= 0,2981
Kriteria uji : tolak H0 jika ρ α terima dalam hal lainnya.
Ternyata p >α H0 diterima
Kesimpulan:
ASR dari panggilan lokal sama dengan ASR dibandingkan dengan panggilan SLJJ di
kota besar.

e. Hipotesis:
H0 : µKK = µKB artinya rata-rata ASR kota kecil sama dengan ASR kota besar
H1 : µKK > µKB artinya rata-rata ASR kota kecil lebih besar dibandingkan dengan
ASR kota besar
α %
Kota Besar Rank KB Kota Kecil Rank KK
29 2 25 1
40 4 34 3
45 6,5 45 6,5
45 6,5 45 6,5
46 9 53 11
52 10 55 14
54 12 55 14
55 14 56 17
60 21 56 17
60 21 56 17
62 24,5 57 19
62 24,5 60 21
63 26,5 61 23
67 29,5 63 26,5

80
67 29,5 67 29,5
67 29,5
68 32,5
68 32,5
70 34,5
70 34,5
75 36,5
75 36,5
80 38
90 39,5
90 39,5
Jumlah 594 Jumlah 226 =Wx

Koreksi angka sama/kembar

Xi t T=

45 4 5
55 3 2
56 3 2
60 3 2
62 2 0,5
63 2 0,5
67 3 2
68 2 0,5
70 2 0,5
75 2 0,5
90 2 0,5

σwx = √( )( T)

.
= √( )( )

=√
= 31,9669

µwx =

81
=

= = 307,5

( )
z=

= -2,53
p = 0,0057
Kriteria uji:
Tolak H0 jika ρ α terima dalam hal lainnya. Ternyata p α maka
H0 ditolak.
Kesimpulan:
terbukti bahwa rata-rata ASR kota kecil lebih besar dibandingkan dengan ASR kota
besar.

14. Produsen Garmen TEXT sangat prihatin atas output (produktivitas) harian para
karyawan pabriknya yang semenjak dulu selalu rendah. Bahkan ia menduga bahwa
produktivitas kerja yang baik dari karyawannya maksimal hanya 50%. Untuk
membuktikan dugaannya, ia menggunakan 30 karyawan yang berasal dari shift siang
(S) dan shift malam (M) sebagai sampel penelitian dan diperoleh data unit output per
orang seperti pada tabel berikut.

Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Shift S M S M M S M S M M
Output 80 75 65 82 56 70 80 85 90 90

Sampel 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Shift M S M S S S S M M M
Output 80 80 80 92 91 75 80 70 70 75

Sampel 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Shift M S M S S M M M S S
Output 80 80 70 70 75 75 80 70 80 95

a. Apakah output karyawan shift siang berdistribusi normal?

82
b. Apabila syarat untuk melakukan analisis, sampel harus terambil secara acak,
apakah berdasarkan shift yang telah terambil tersebut di atas syarat ini dapat
terpenuhi?
c. Berdasarkan kriteria dari lembaga perlindungan buruh atau LPB, ditentukan
bahwa produktivitas kerja dikatakan baik bila output yang dihasilkan sedikitnya
80 unit. Atas dasar kriteria tersebut apakah dugaan pemilik bahwa produktivitas
kerja yang baik dari karyawannya maksimum hanya 50% terbukti?
d. Bilamana menurut manajer produksi produktivitas disebabkan oleh adanya
pengaturan shift, dimana shift siang mempunyai hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan shift malam. Benarkah dugaan manajer tersebut?
e. Bila mutasi pegawai diberlakukan terhadap 10% dari karyawan dengan output
terendah, apakah batas output tertinggi dari karyawan yang dimutasikan pada
kedua shift tersebut sama?
Dengan kondisi perusahaan yang demikian, pemilik mencoba menerapkan sistem
bonus dan tentunya ia mengharapkan dengan sistem ini dapat diperoleh perbaikan
produktivitas. Untuk itu ia mengambil ke-30 orang karyawan di atas untuk diamati
outputnya setelah diberlakukan sistem bonus. Adapun outputnya adalah sebagai
berikut:
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Output 80 85 87 85 80 80 60 70 85 95

Sampel 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Output 85 95 70 87 90 80 85 75 80 75

Sampel 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Output 85 85 75 70 80 80 85 95 90 95

f. Apakah harapan adanya perbaikan dengan sistem bonus tersebut dapat terwujud?
Catatan:
Untuk semua analisis yang dilakukan digunakan α %.
JAWAB:
a. Hipotesis:
H0 : Output karyawan shift siang berdistribusi normal
H1 : Output karyawan shift siang tidak berdistribusi normal
α %

83
xi zi F(zi)=P(z zi) S(zi) | F(zi) – S(zi) |
65 -1.70 0.0446 0.07 0.0254
70 -1.13 0.1292 0.21 0.0808
70 -1.13 0.1292 0.21 0.0808
75 -0.56 0.2877 0.36 0.0723
75 -0.56 0.2877 0.36 0.0723
80 0.02 0.5080 0.71 0.2020
80 0.02 0.5080 0.71 0.2020
80 0.02 0.5080 0.71 0.2020
80 0.02 0.5080 0.71 0.2020
80 0.02 0.5080 0.71 0.2020
85 0.59 0.7224 0.79 0.0676
91 1.28 0.8997 0.86 0.0397
92 1.39 0.9177 0.93 0.0123
95 1.74 0.9591 1 0.0409
̅ = 79.86 dan s = 8.72
Statistik uji : L0 = 0.2020 dan Ltabel = 0.227
Kriteria uji : Tolak H0 jika L0≥Ltabel, terima dalam hal lainnya. Ternyata L 0=
0.2020 < Ltabel=0.227 maka H0 diterima.
Kesimpulan:
output karyawan shift siang berdistribusi normal.

b. Hipotesis:
H0 : Sampel telah terambil secara acak
H1 : Sampel telah terambil secara tidak acak
α : %

Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Shift S M S M M S M S M M
Output 80 75 65 82 56 70 80 85 90 90

Sampel 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Shift M S M S S S S M M M
Output 80 80 80 92 91 75 80 70 70 75

84
Sampel 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Shift M S M S S M M M S S
Output 80 80 70 70 75 75 80 70 80 95

r = 17 , n1 = 14 , n2 = 16
Dari jumlah r = 17, maka diperoleh dari tabel uji Runtun F1 = 10 dan F2 = 22
Kriteria uji :
Tolak H0 jika r < F1 atau r > F2, terima dalam hal lainnya. Ternyata r > F1 atau r <
F2 maka H0 diterima.
Kesimpulan:
sampel telah terambil secara acak.

c. Hipotesis:
H0 : p1 = p2 50% artinya terbukti bahwa produktivitas yang lebih baik dari
karyawannya hanya 50%
H1 : p1 = p2 > 50% artinya tidak terbukti bahwa produktivitas yang lebih baik
dari karyawannya hanya 50%
α : %
n = 30 , x = 13
Statistik uji : Berdasarkan tabel Binom dengan n = 30 dan x = 13 didapat p=0.292
Kriteria uji :
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya. Ternyata p . >α . maka
H0 diterima.
Kessmpulan:
terbukti bahwa produktivitas yang lebih baik dari karyawannya hanya 50%.

d. Hipotesis:
H0 : s = m artinya rata-rata hasil produktivitas shift siang sama dengan daripada
shift malam
H1 : s > m artinya rata-rata hasil produktivitas shift siang lebih baik daripada
shift malam
α %

85
Shift Siang (SS) Rank SS Shift Malam (SM) Rank SM
80 18.5 75 11
65 2 82 24
70 5.5 56 1
85 25 80 18.5
80 18.5 90 26.5
92 29 90 26.5
91 28 80 18.5
75 11 80 18.5
80 18.5 70 5.5
80 18.5 70 5.5
70 5.5 75 11
75 11 80 18.5
80 18.5 70 5.5
95 30 75 11
80 18.5
70 5.5
Jumlah R1 = R2 =
239.5 225.5
Koreksi angka sama / kembar

Xi t

70 6 17.5
75 5 10
80 10 82.5
90 2 0.5
Jumlah 110.5

m = 14 , n = 16 , N = m+n = 14+16 =30


Wx = 239.5 , T = 110.5
Statistik uji :
. . .
. ~ p = 0.1736
.

Dengan :

86
σ √ T √ . = 23.46

Kriteria uji :
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya. Ternyata p . >α . maka
H0 diterima.
Kesimpulan:
rata-rata hasil produktivitas shift siang sama dengan shift malam.

e. Hipotesis:
H0 : P(I) P(II) artinya batas output tertinggi dari karyawan yang dimutasikan
pada kedua shift tersebut sama.
H1 : P I ≠ P II artinya artinya batas output tertinggi dari karyawan yang
dimutasikan pada kedua shift tersebut tidak sama.
α %

I =

I .

Data terurut (shift siang dan shift malam):


56, 65, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 75, 75, 75, 75, 75, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80,
82, 85, 90, 90, 91, 92, 95.
Berdasarkan letak D1 diatas maka 10% dari karyawan dengan output terendah
batasnya adalah 70.

Shift siang Shift malam Total


>D1 11 11 22
3 5 8
Total 14 16 30

Statistik Uji
│ │
χ

│ . . │

│ │

87
.
χ 3.84
Kriteria Uji :
Tolak H0 jika χ ≥χ terima dalam hal lainnya. Ternyata χ = 0.0373

<χ 3.84 , maka H0 diterima.


Kesimpulan:
batas output tertinggi dari karyawan yang dimutasikan pada kedua shift tersebut
sama.

f. Hipotesis:
H0 : P(Sebelum) = P(Sesudah) artinya produktivitas kerja sebelum dan sesudah
adanya sistem bonus sama
H1 : P(Sebelum) < P(Sesudah) artinya produktivitas kerja sesudah adanya sistem
bonus meningkat dibandingkan sebelumnya
α %

Shift Sebelum Sesudah Tanda Selisih = di Rank di Rank Tanda


S 80 80 0 0
M 75 85 < -10 18
S 65 87 < -22 24
M 82 85 < -3 2
M 56 80 < -24 25
S 70 80 < -10 18
M 80 60 > 20 23 23
S 85 70 > 15 21.5 21.5
M 90 85 > 5 9 9
M 90 95 < -5 9
M 80 85 < -5 9
S 80 95 < -15 21.5
M 80 70 > 10 18 18
S 92 87 > 5 9 9
S 91 90 > 1 1 1

88
S 75 80 < -5 9
S 80 85 < -5 9
M 70 75 < -5 9
M 70 80 < -10 18
M 75 75 0 0
M 80 85 < -5 9
S 80 85 < -5 9
M 70 75 < -5 9
S 70 70 0 0
S 75 80 < -5 9
M 75 80 < -5 9
M 80 85 < -5 9
M 70 95 < -25 26
S 80 90 < -10 18
S 95 95 0 0

n = 30-4=26 , T = 81.5
Statistik uji :
. .
. ~ p = 0.0084
.

Dengan : .

σ √ =√ = 39.37

Kriteria uji :
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya. Ternyata p α maka H0 ditolak
Kesimpulan:
produktivitas kerja sesudah adanya sistem bonus meningkat dibandingkan
sebelumnya sehingga harapan adanya perbaikan produktivitas dapat terwujud.

15. Menurut seorang pengamat ekonomi, konstelasi politik di Indonesia sedikitnya akan
memberikan pengaruh terhadap pasar keuangan, diantaranya perbankan. Berikut ini
diberikan hasil pengamatan tentang tingkat bunga deposito tiga bulanan dari 10 bank
swasta (BS) dan 8 bank pemerintah (BP) yang dipilih secara acak dengan data
sebelum dan setelah pemilihan umum legislative (pemilu legislatif).

89
Tingkat Bunga Deposito 3 bulanan
Bank Swasta dan Bank Pemerintah
Nama Tingkat Bunga (%)
No.
Bank Sebelum Setelah
1 BS 5,50 5,60
2 BS 5,75 5,60
3 BP 5,75 6,00
4 BP 6,00 6,00
5 BS 3,00 5,50
6 BS 5,88 5,75
7 BP 6,50 6,75
8 BP 7,30 7,45
9 BS 5,88 6,00
10 BP 6,25 6,50
11 BS 5,50 5,58
12 BS 5,75 5,88
13 BP 6,00 6,00
14 BS 5,75 6,50
15 BS 5,50 5,50
16 BS 5,50 6,00
17 BP 6,25 6,50
18 BP 6,88 7,30

a. Jelaskan apa karakteristik yang diukur untuk data di atas berikut skala
pengukurannya.
b. Periksalah kenormalan tingkat bunga untuk bank swasta sebelum pemilu legislatif.
c. Apakah sampel di atas bersifat acak? Jelaskan berdasarkan urutan bank yang
terpilih.
d. Selidikilah, apakah kedua jenis bank memiliki batas terendah dari 15% tingkat
bunga tertinggi setelah pemilu legislatif itu sama?
e. Secara rata-rata apakah tingkat bunga sebelum pemilu legislative di bank
pemerintah lebih kompetitif dari pada bank swasta?
f. Apakah pemilu legislatif telah meningkatkan tingkat bunga deposito 3 bulanan?
Catatan:
Untuk semua analisis digunakan taraf nyata 1%.

JAWAB:

90
a. Karakteristik yang diukur adalah tingkat bunga deposito dari kedua jenis bank,
dengan skala ukurnya ordinal. Karena untuk karakteristik ini dapat dinyatakan
dalam bentuk klasifikasi dan memperlihatkan ukuran peringkat.

b. Hipotesis:
H0 : Tingkat bunga untuk Bank Swasta sebelum pemilu berdistribusi normal
H1 : Tingkat bunga untuk Bank Swasta sebelum pemilu tidak berdistribusi normal
α %

xi zi F(zi) = P i S(zi) | F(zi) – S(zi) |


3,00 -2,8 0,0026 0,1 0,0974
5,50 0,16 0,5636 0,5 0,0636
5,50 0,16 0,5636 0,5 0,0636
5,50 0,16 0,5636 0,5 0,0636
5,50 0,16 0,5636 0,5 0,636
5,75 0,41 0,6591 0,8 0,1409
5,75 0,41 0,6591 0,8 0,1409
5,75 0,41 0,6591 0,8 0,1409
5,88 0,56 0,7123 1 0,2877
5,88 0,56 0,7123 1 0,2877

̅ = 5,401
s = 0,8581
α
L0 = 0,2877
Lα = 0,294
Kriteria uji :
tolak H0 jika L0 ≥ Lα terima dalam hal lainnya. Ternyata Lo= 0,2877 < L α = 0,294
maka H0 diterima.
Kesimpulan:
tingkat bunga untuk Bank Swasta sebelum pemilu berdistribusi normal.

c. Hipotesis:
H0 : sampel tingkat bunga deposito 3 bulanan bersifat acak

91
H1 : sampel tingkat bunga deposito 3 bulanan tidak bersifat acak
α %
n1 = nBS = 10
n1 = nBP = 8
r = 10, F1 = 5, F2 =15
kriteria uji:
tolak H0 jika r < F1 atau r > F2, terima dalam hal F1 < r < F2. Ternyata F1= 5 < r= 10
< F2= 15, maka H0 diterima.
Kesmpulan:
sampel tingkat bunga deposito 3 bulanan bersifat acak.

d. Hipotesis:
H0 : Kedua jenis bank memiliki batas terendah sama
H1 : Kedua jenis bank memiliki batas terendah tidak sama
α %
Urutan data:
5,50 5,50 5,58 5,60 5,60 5,75 5,88 6,00 6,00 6,00
6,00 6,00 6,50 6,50 6,50 6,75 7,30 7,45

Ip15 = = = 2,85

P15 = 5,50 + (0,85)(5,58 – 5,50) 5,568


= 5,57
Berdasarkan letak persentil batasnya 5,57
BS BP Total
>P15 8 8 16
P15 2 0 2
Total 10 8 18

| | | |
χ2 = = . . .
=

χ2α/ = 6,63
kriteria uji :

92
tolak H0 jika χ2 hitung ≥ χ2α untuk uji satu arah dan χ2 hitung ≥ χ2α/ untuk uji dua
arah,terim dalam hal lainnya, dengan derajat bebas v = db = (b-1)(k-1). Ternyata
χ2 hitung χ2α = 6,63 maka H0 diterima.
Kesimpulan:
kedua jenis bank memiliki batas terndah dari 15% tingkat bunga tertinggi setelah
pemilu legislatif sama.

e. Hipotesis:
H0 : µBP = µBS artinya rata-rata tingkat bunga sebelum legislatif di Bank
Pemerintah sama dengan Bank Swasta
H1 : µBP > µBS artinya rata-rata tingkat bunga sebelum legislatif di Bank
Pemerintah lebih kompetitif dari pada Bank Swasta
α %
n = 10, m = 8, N = 18

Bank Pemerintah Rank BP Bank Swasta Rank BS


5,75 7,5 3,00 1
6,00 12,5 5,50 3,5
6,00 12,5 5,50 3,5
6,25 14,5 5,50 3,5
6,25 14,5 5,50 3,5
6,50 16 5,75 7,5
6,88 17 5,75 7,5
7,30 18 5,75 7,5
5,88 10,5
5,88 10,5
Jumlah 112,5 = Wx Jumlah 58,5

Koreksi angka sama/ kembar

Xi t T=

5,50 4 5
5,75 4 5
5,88 2 0,5

93
6,00 2 0,5
6,25 2 0,5
Jumlah 11,5

σwx = √( )( )

.
= √( )( )

=√

= 11,1195

µwx =

= 76

( )
z =

= 3,2376
= 3,24
ρ
Kriteria uji:
Tolak H0 jika ρ α terima dalam hal lainnya. Ternyata ρ α maka
H0 ditolak.
Kesimpulan:
rata-rata tingkat bunga sebelum pemilu legislatif di Bank Pemerintah lebih
kompetitif dari pada Bank Swasta.

f. Hipotesis:
H0 : P(sebelum) = P(sesudah) artinya pemilu legislatif tidak meningkatkan bunga
deposit 3 bulanan
H1 : P(sebelum) < P(sesudah) artinya pemilu legislatif meningkatkan bunga
deposit 3 bulanan

94
α %
Sampel Sebelum Sesudah Selisih Rank di Rank tanda
BS 5,50 5,60 -0,10 2
BS 5,75 5,60 0,15 6,5 6,5
BP 5,75 6,00 -0,25 10
BP 6,00 6,00 0 0
BS 3,00 5,50 -2,50 15
BS 5,88 5,75 0,13 4,5 4,5
BP 6,50 6,75 -0,25 10
BP 7,30 7,45 -0,15 6,5
BS 5,88 6,00 -0,12 3
BP 6,25 6,50 -0,25 10
BS 5,50 5,58 -0,08 1
BS 5,75 5,88 -0,13 4,5
BP 6,00 6,00 0 0
BS 5,75 6,50 -0,25 10
BS 5,50 5,50 0 0
BS 5,50 6,00 -0,50 14
BP 6,25 6,50 -0,25 10
BP 6,88 7,30 -0,42 13
Total 11

n = 18 – 3 = 15
T = 11

σT =√

=√

µT =

= 60

95
z =

= -2,78
p = 0,0027
α
Kriteria uji:
Tolak H0 jika ρ α terima dalam hal lainnya. Ternyata ρ α maka
H0 ditolak.
Kesimpulan:
pemilu legislatif telah meningkatkan bunga deposito 3 bulanan.

16. PT. PLN Persero mengirimkan sampel sebanyak 20 manajernya Laki-laki (L) dan
Perempuan (P) dalam menyusun job analysis, untuk lebih mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya manusia yang ada. Berikut adalah hasil uji dari manajer
tersebut di awal, pertengahan, dan akhir training.
SAMPEL (JENIS KELAMIN) L L P L L P L P L L
Awal 40 38 50 85 66 70 25 55 90 20
Hasil Uji di
Training Pertengahan 60 50 70 70 69 85 60 95 80 65
Akhir 55 38 80 65 75 85 66 90 95 65
SAMPEL (JENIS KELAMIN) L L P P P L P P L P
Awal 80 65 86 90 65 86 90 70 80 60
Hasil Uji di
Training Pertengahan 70 60 75 80 60 80 85 70 75 60
Akhir 80 75 75 85 75 75 85 70 85 70

Pertanyaan:
a. Apakah hasil uji di pertengahan training untuk manajer perempuan
berdistribusi normal?
Untuk pertanyaan selanjutnya diasumsikan butir (a) di atas bahwa H 0-nya ditolak.
b. Apakah hasil uji di awal dan di akhir training berbeda secara nyata bagi seluruh
manajer?
c. Apakah hasil uji di pertengahan training bagi manajer perempuan lebih baik
dari manajer laki-laki?
d. Apakah ada perbedaan hasil uji di pertengahan dan di akhir training para
manajer seluruhnya?
e. Apakah median hasil uji di awal training bagi manajer laki-laki dan perempuan
sama?

96
Semua analisis menggunakan taraf nyata 0,05.
Jawab:
a. Hipotesis:
H0 : Hasil uji di pertengahan training untuk manajer perempuan berdistribusi
normal.
H1: Hasil uji di pertengahan training untuk manajer perempuan tidak
berdistribusi normal.
α:
Xi zi F(zi p i) S(zi) │F i)-S(zi │
60 -1,31 0,0951 0,2222 0,1271
60 -1,31 0,0951 0,2222 0,1271 L0
70 -0,47 0,3192 0,4444 0,1251
70 -0,47 0,3192 0,4444 0,1251
75 -0,05 0,4801 0,5556 0,0755
80 0,38 0,6480 0,6667 0,0187
85 0,80 0,7881 0,8889 0,1008
85 0,80 0,7881 0,8889 0,1008
95 1,64 0,9495 1 0,0505

Statistik uji :
L0 = maks|F(Zi)-S(Zi)|

Kriteria uji : Tolak H0 jika L0 ≥Ltabel, terima dalam hal lainnya.


Ternyata L0 = 0,1271 <Ltabel = 0,271, maka H0 diterima.
Kesimpulan:
hasil uji di pertengahan training untuk manajer perempuan berdistribusi normal.

b. Hipotesis:
H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata bagi seluruh manager dalam hasil uji
training di awal dan di akhir.
H1 : Ada perbedaan yang nyata bagi seluruh manager dalam hasil uji training di
awal dan di akhir.
α:
Uji Tanda
JENIS
NO KELAMIN AWAL AKHIR TANDA
1 L 40 55 <
2 L 38 38 0
3 P 50 80 <
4 L 85 65 >
5 L 66 75 <

97
6 P 70 85 <
7 L 25 66 <
8 P 55 90 <
9 L 90 95 <
10 L 20 65 <
11 L 80 80 0
12 L 65 75 <
13 P 86 75 >
14 P 90 85 >
15 P 65 75 <
16 L 86 75 >
17 P 90 85 >
18 P 70 70 0
19 L 80 80 <
20 P 60 70 <

n = 20 – 3 = 17 ;x = 5
Statistik uji:
Dengan menggunakan table binom dengan n=17, dan x=5 diperoleh p=0,072
Kriteria uji :
Tolak H0 jika p<α terima dalam hal lainnya.
Ternyata p > α/ ,025, maka H0 diterima.
Kesimpulan:
tidak ada perbedaan yang nyata bagi seluruh manager dalam hasil uji training di
awal dan di akhir.

Uji Wilcoxon
NO Awal Akhir Selisih (di) Rank di Rank Tanda yang
lebihsedikit
1 40 55 -15 11,5
2 38 38 0 0
3 50 80 -30 14
4 85 65 20 13 13
5 66 75 -9 5
6 70 85 -15 11,5
7 25 66 -41 16
8 55 90 -35 15
9 90 95 -5 2,5
10 20 65 -45 17
11 86 80 0 0
12 65 75 -10 7
13 86 75 11 9,5 9,5
14 90 85 5 2,5 2,5
15 65 75 -10 7
16 86 75 11 9,5 9,5
17 90 85 5 2,5 2,5

98
18 70 70 0 0
19 80 85 -5 2,5
20 60 70 -10 7
n= 20 – 3 = 17
T = 37
Statistik uji :

√ √

Jadi
Kriteria uji :
Tolak H0 jika p α/ terima dalam hal lainnya.
Ternyata p > α/ maka H0 diterima.
Kesimpulan:
tidak ada perbedaan yang nyata bagi seluruh manager dalam hasil uji training di
awal dan di akhir.

c. Hipotesis:
H0: Hasil uji dipertengahan training bagi manager perempuan tidak lebih baik
dari manager laki-laki.
H1: Hasil uji dipertengahan training bagi manager perempuan lebih baik dari
Manager laki-laki.
α:
Perempuan Rank PR Laki-laki Rank LK
70 10,5 60 4
85 18,5 50 1
95 20 70 10,5
75 13,5 69 8
80 16 60 4
60 4 80 16
85 18,5 65 7
70 10,5 70 10,5
60 4 60 4
80 16
75 13,5
m=9 R1= 115,5(Wx) n = 11 R2= 94,5

Koreksi angka kembar


Angka t T=
60 5 10

99
70 4 5
75 2 0,5
80 3 2
85 2 0,5
T

Statistik Uji :

.
√( )( ∑ )

√( )( ) √

Kriteria uji:
Tolak H0 jika p α terima dalam hal lainnya.
Ternyata p >α maka H0 diterima.
Kesimpulan:
hasil uji dipertengahan training bagi manager perempuan lebih baik dari
manager laki-laki.

d. Hipotesis:
H0: p(pertengahan)=p(akhir) artinya tidak ada perbedaan hasil uji di pertengahan
dan di akhir training para manajer seluruhnya.
H1: p pertengahan ≠ p(akhir) artinya ada perbedaan hasil uji di pertengahan dan
di akhir training para manajer seluruhnya.
α:
NO Manajer Pertengahan Akhir Tanda
1 L 60 55 >
2 L 50 38 >
3 P 70 80 <
4 L 70 65 >
5 L 69 75 <
6 P 85 85 0
7 L 60 66 <
8 P 90 90 >
9 L 95 95 <
10 L 65 65 0
11 L 70 80 <
12 L 60 75 <
13 P 75 75 0

100
14 P 80 85 <
15 P 60 75 <
16 L 80 75 >
17 P 85 85 0
18 P 70 70 0
19 L 75 85 <
20 P 60 70 <

n = 20-5 = 15 ; x=5
Statistik uji :
Dengan menggunakan table binom untuk n=20 dan x=5 diperoleh p=0,151
Kriteria uji :
Tolak H0 jika p α/ terima dalam hal lainnya.
Ternyata p > α/ maka H0 diterima.
Kesimpulan:
tidak ada perbedaan hasil uji di pertengahan dan di akhir training para manajer
seluruhnya.

Wilcoxon
No Pertengahan Akhir Selisih (di) Rank di Rank tanda yang
lebih sedikit
1 60 55 5 3 3
2 50 38 12 12 12
3 70 80 -10 9,5
4 70 65 5 3 3
5 69 75 -6 6,5
6 85 85 0 0
7 60 66 -6 6,5
8 95 90 5 3 3
9 80 95 -15 14
10 65 65 0 0
11 70 80 -10 9,5
12 60 75 -15 14
13 75 75 0 0
14 80 85 -5 3
15 60 75 -15 14
16 80 75 5 3 3
17 85 85 0 0
18 70 70 0 0
19 75 85 -10 9,5
20 60 70 -10 9,5
T 24
n= 20-5 = 15
Statistik Uji:

101
√ √

Jadi
Kriteria uji :
Tolak H0 jika p α/ terima dalam hal lainnya.
Ternyata p α/ maka H0 ditolak.
Kesimpulan:
ada perbedaan hasil uji di pertengahan dan akhir para menajer seluruhnya.

e. Hipotesis:
H0: , median hasil uji di awal training bagi manager laki-laki dan
perempuan sama.
H1: ≠ , median hasil uji diawal training bagi manajer laki- laki dan
perempuan berbeda.
α:
L 20
L 25
L 38
L 40
P 50
P 55
P 60
L 65
P 65
L 66
P 70
P 70
L 80
L 80
L 85
P 86
L 86
L 90
P 90
P 90

Manajer LK ManajerPR Total


> 5 5 10
6 4 10
Total 11 9 20

102
Statistik uji :
n
| |

| |

Kriteria uji :
Tolak H0 jika ≥ uji 1 arah, terima dalam hal lainnya.
Ternyata , maka H0 diterima.
Kesimpulan:
median hasil uji di awal training bagi manager laki-laki dan perempuan sama.

17. Dari contoh soal no. 16. Jika dua bulan terakhir ini di perusahaan tersebut telah
dilakukan SOP (Standard Operation Procedure) yang baru, kemudian bagian produksi
tertarik untuk mengamati produktivitas pegawai sebelum dan setelah
diberlakukannya SOP yang baru berdasarkan status pegawai Tetap (T) dan Kontrak
(K) hasilnya adalah sebagai berikut.
Produktivitas pegawai sebelum dan setelah SOP baru
Status Pegawai T K K T K T T T K T K T K T K K K
Sebelum SOP baru 70 78 75 90 90 70 80 75 85 90 88 85 93 60 65 70 80
Setelah 85 90 80 95 80 70 75 80 90 90 90 75 95 85 70 75 90
SOP baru

a. Sebelum diberlakukan SOP yang baru ada indikasi produktivitas karyawan Tetap
(T) lebih rendah dibandingkan karyawan kontrak (K), apakah data di atas
mendukung pendapat ini ?
b. Dapatkah anda simpulkan berdasarkan data sampel di atas, bahwa
diberlakukannya SOP yang baru telah meningkatkan produktivitas karyawan PG ?
c. Pertanyaan A dan B memerlukan asumsi sampel acak, apakah berdasarkan urutan
status karyawan asumsi tersebut sudah terpenuhi ?
d. Pertanyaan A dan B dapat diselesaikan melalui statistika parametrik apabila
produktivitas berdistribusi normal, apakah produktivitas karyawan Tetap setelah
SOP baru berdistribusi normal ?
Jawab:
a. Hipotesis:
H : Sebelum diberlakukan SOP yang baru produktivitas karyawan Tetap (T)
sebanding dengan Karyawan Kontrak (K)

103
H : Sebelum diberlakukan SOP yang baru produktivitas karyawan Tetap(T) lebih
rendah dibanding Karyawan Kontrak (K)
α: %
Dari data yang diperoleh tentukan rank sbb :
Karyawan Tetap Rank KT Karyawan Kontrak Rank KK
70 4 78 8
90 15 75 6,5
70 4 90 15
80 9,5 85 11,5
75 6,5 88 13
90 15 93 17
85 11,5 65 2
60 1 70 4
80 9,5
Jumlah 66,5 Jumlah 86,5
Koreksi angka sama / kembar :
T T=
t -t

70 3 2
75 2 0,5
80 2 0,5
85 2 0,5
90 3 2
= 5,5
m=8 , n = 9 , N = m + n = 8 + 9 = 17
= 66,5
Statistik uji :

z=

Dengan :

= = 72

n .n N N
σw √( ) ∑T
N N

.
=√( )( )

104
= 10,3220
Karena Maka
Sehingga :

z= = = - 0,4844 ~ - 0,48 sesuai dengan

p = 0,3156
Kriteria Uji :
Tolak jika p < terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata p = 0,3156 > , maka diterima
Kesimpulan:
sebelum diberlakukan SOP yang baru produktivitas karyawan Tetap (T) sebanding
dengan Karyawan Kontrak (K).
b. Hipotesis :
: P (Sebelum) = P (Setelah) artinya Produktivitas karyawan PG sebelum dan
setelah diberlakukannya SOP baru sama.
: P (Sebelum) < P (Setelah) artinya Produktivitas karyawan PG setelah
diberlakukannya SOP baru meningkat
dibandingkan sebelumnya.
α: %
Statistik Uji :
 Uji Tanda
Produktivitas Pegawai sebelum dan setelah SOP baru
No Pegawai Seb. Set. Tanda No Pegawai Seb. Set. Tanda
1 T 70 85 < 10 T 90 90 =
2 K 78 90 < 11 K 88 90 <
3 K 75 80 < 12 T 85 75 >
4 T 90 95 < 13 K 93 95 <
5 K 90 80 > 14 T 60 85 <
6 T 70 70 = 15 K 65 70 <
7 T 80 75 > 16 K 70 75 <
8 T 75 80 < 17 K 80 90 <
9 K 85 90 <
N = 17 - 2 = 15 ,x= 3

105
Kriteria Uji : Tolak jika p α untuk uji satu arah atau p α/ untuk uji dua
arah, terima dalam hal lainnya.
Dengan menggunakan Tabel Binom diperoleh p = 0,018 .
Kesimpulan :
Ternyata p α maka ditolak, yang berarti Produktivitas
karyawan PG setelah diberlakukannya SOP baru meningkat dibandingkan
sebelumnya.
 Uji Rangking bertanda wilcoxon
Hipotesis:
: P (Sebelum) = P (Setelah) artinya Produktivitas karyawan PG sebelum dan
setelah diberlakukannya SOP baru sama.
: P (Sebelum) < P (Setelah) artinya Produktivitas karyawan PG setelah
diberlakukannya SOP baru meningkat dibandingkan sebelumnya.
α: %
Produktivitas pegawai sebelum dan setelah SOP baru Berikut Selisih dan besarnya
Urutan
Pegawai Sebelum Setelah Selisih=di Rank di
T 70 85 -15 14
K 78 90 -12 13
K 75 80 -5 6
T 90 95 -5 6
K 90 80 10 11
T 70 70 0
T 80 75 5 6
T 75 80 -5 6
K 85 90 -5 6
T 90 90 0
K 88 90 -2 1.5
T 85 75 10 11
K 93 95 -2 1.5
T 60 85 -25 15
K 65 70 -5 6
K 70 75 -5 6
K 80 90 -10 11

106
Untuk : n = 15
T = 11 + 6 + 11 = 28
Statistik Uji :

z=

= = = 60

.
=√ =√ = 17,6068

Maka z = = -1,8175 ~ -1,82 sesuai dengan p = 0,0344

Kriteria Uji : Tolak jika p < terima dalam hal lainnya.


Kesimpulan :
Ternyata p = 0,0344 < = 0,05 , maka ditolak.
Kesimpulan:
produktivitas karyawan PG setelah diberlakukannya SOP baru meningkat
dibandingkan sebelumnya.
c. Hipotesis :
: Urutan status karyawan tersusun acak
: Urutan status karyawan tersusun tidak acak
α: %
Statistik Uji :
=8 , = 9 , r = 12
Dari tabel Uji Runtun diperoleh = 5, = 14
Kriteria Uji :
Tolak jika r < atau r > , terima dalam hal lainnya.
Kesimpulan :
Ternyata = 5 < r = 12 < = 14 , maka diterima.
Kesimpulan:
urutan status karyawan tersusun acak.
d. Hipotesis :
: Produktivitas karyawan Tetap setelah SOP baru berdistribusi normal
: Produktivitas karyawan Tetap setelah SOP baru tidak berdistribusi normal
α: %
Statistik Uji :

107
F( ) P ᵢ) S( ) | F( ) - S(zᵢ) |
70 -1.41 0.0793 0.125 0.0457
75 -0.82 0.2061 0.375 0.1689
75 -0.82 0.2061 0.375 0.1689
80 -0.22 0.4129 0.5 0.0871
85 0.37 0.6443 0.75 0.1057
85 0.37 0.6443 0.75 0.1057
90 0.96 0.8315 0.875 0.0435
95 1.56 0.9406 1 0.0594

̅ = 81.875 dan s = 8.4251


Kriteria Uji :
Tolak jika ≥ , terima dalam hal lainnya. Ternyata dengan n = 8 dan
taraf nyata 5 % , Lilliefors = 0.285 ; sehingga = 0.1689 < = 0.285 ,
maka diterima
Kesimpulan :
produktivitas karyawan Tetap setelah SOP baru berdistribusi normal.

18. Dari soal no. 16. Jika selain produktivitas karyawan diamati pula frekuensi
ketidakhadiran dari karyawan perusahaaan PG selama dua bulan tersebut :
Frekuensi ketidakhadiran karyawan selama dua bulan
Hari SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU
Frek.tdk hdr 21 6 4 6 5 18

Apakah ketidakhadiran karyawan merata setiap harinya?


Jawab:
Hipotesis:
: A : B : C : D : E : F = 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 (artinya ketidakhadiran karyawan merata
setiap harinya)
: A : B : C : D : E : F ≠ 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 (artinya ketidakhadiran karyawan tidak
merata setiap harinya)
α %
= (60) = 10

Statistika Uji :

108
= +

= 27,8
Kriteria uji : Tolak jika ≥ terima dalam hal lainnya.

Kesimpulan :
Dengan α % dan db - 1 = 5 diperoleh = 11,07.
Ternyata = 27,8 > = 11,07 maka ditolak

Kesimpulan:
ketidakhadiran karyawan tidak merata setiap harinya.

Aplikasi Bidang Pendidikan

19. Mahasiswa di suatu Universitas menunjukan gejala yang malas dalam hal belajar.Seorang
dosen yang aktif dan peduli dengan keadaan mahasiswanya akan merencanakan
pemberian penyuluhan motivasi belajar per tahun sebanyak A, B, C, dan D. Buatlah suatu
kesimpulan berdasarkan jurusan yang ada di Universitas. Apakah dengan adanya
pemberian penyuluhan motivasi belajar mahasiswa akan semakin rajin dalam belajar?
Jurusan A B C D
Statiska 9 29 30 31
Matematika 18 10 17 28
Kimia 20 25 18 30
Fisika 8 20 25 32
Biologi 10 27 5 17
Rf 9 12 10 19
R1 R2 R3 R4

Jawab:
Page test
Hipotesis uji:

H0: ɵ1 = ɵ2= ɵ3 = ɵ4 artinya pemberian motifasi belajar tidak memberikan efek


H1 : ɵ1 ≤ ɵ2 ≤ ɵ3 ≤ ɵ4 artinya pemberian motifasi belajar memberikan efek
α = 5%
L= = = 1(R1) +2(R2) +3(R3) + 4(R4)

109
=1(9)+2(12)+3(10)+4(19)=139
Kriteria uji :
tolak H0 jika L hitung ≥ L kritis(k,b, α)
L hitung = 139; L kritis(k,b, α) = L(4;5;0,05) = 137
Ternyata L hitung > L kritis, maka H0 ditolak
Kesimpulan: pemberian motifasi belajar memberikan efek.

20. Davis i (E-14) meneliti untuk kerja murid-murid sekolah tuna rungu dalam melaksanakan
sustu tugas yang menyangkut pengetahuan tentang 50 konsep dasar yang di pandang
perlu demi pencapaian prestasi akademik yang memuaskan selama menduduki kelas
taman kanak-kanak,kelas satu dan kelas dua sekolah dasar. Berikut datanya :
6 tahun 17 20 24 34 34 38
skor kasar
7 tahun 23 25 27 34 38 47
skor kasar
8 tahun 22 23 26 32 34 34 36 38 38 42 48 50
skor kasar

Skor-skor yang di hasilkan oleh 24 murid sekolah tuna rungu (dari TK hingga kelas tiga) sesudah
mengerjakan yang di kelompokkan menurut usia. Apakah data ini menyediakan bukti yang
cukup menunjukkan bahwa skor-skor itu cenderung menurun sesuai usia?
Jawab:
k sampel independen (uji Jonckheere)
Hipotesis uji :
H0: ɵ6 = ɵ7 = ɵ8
artinya skor tugas untuk usia 6,7,dan 8 tahun adalah sama dan cenderung tidak menurun
H1 : ɵ6 ≥ ɵ7 ≥ ɵ8
artinya skor tugas untuk usia 6,7,dan 8 tahun adalah cenderung menurun
α = 5%
Statistik uji:
J= dimana uji (a,b):
Jika Xia >Xjb maka skornya (0)
Jika Xia < Xjb maka skornya (1)

110
Jika Xia = Xjb maka skornya ( )

U(6 tahun)(7 tahun) = 6 + 6 + 5 + 2,5 + 2,5 + 1,5 = 23,5


U(7 tahun)(8 tahun) =10,5 + 10 +9+7+4+2 = 42,5
U(8 tahun)(6 tahun) =23,5 +42,5+52 = 118
Karena ukuran sampel besar yaitu 6, 6, 12 dan di tabel tidak ada, maka gunakan:
/
Z=
√[ ]/

= 62+ 62 +122 =216


62(2(6)+3)+ 62(2(6)+3)+122 (2(12)+3)= 4968
/
Maka: Z = = 1,5208
√ /

P = 0,0643
Kriteria uji: Tolak H0 jika P < α
Ternyata P > α, maka terima H0
Kesimpulan:
skor tugas untuk usia 6,7,dan 8 tahun adalah sama dan cenderung tidak menurun.

Aplikasi Bidang Kesehatan

21. Sebuah studi yang mempelajari efek-efek tiga jenis obat dalam kaitan dengan waktu reaksi
yang di berikan oleh subjek-subjek manusia dengan waktu reaksi (per seribu detik). Pada
10 subjek setelah menerima satu dari tiga macam obat sebagai berikut :
Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 10 10 11 8 7 15 14 10 9 10
B 10 15 15 12 12 10 12 14 9 14
C 15 20 12 10 9 15 18 17 12 16

Apakah data ini menyediakan bukti nyang cukup untuk menunjukkan bahwa ketiga jenis
obat itu berbeda dalam hal efek-efek yang di timbulkan?
Jawab:
Hipotesis:

H0: ɵA = ɵB = ɵC artinya efek-efek yang di timbulkan ketiga jenis obat tersebut sama

H1 : ɵA ≠ ɵB ≠ɵC artinya efek-efek yang di timbulkan ketiga jenis obat tersebut berbeda

111
α = 5%
Data di sajikan sebagai berikut
Blok Sampel Range Rank Q1 Treat 1 (A) Treat 2 (B) Treat 3 (C)
1 5 5 10 10 15
2 10 10 10 15 20
3 4 2,5 11 15 12
4 4 2,5 8 12 10
5 5 5 7 12 9
6 5 5 15 10 15
7 6 7,5 14 12 18
8 7 9 10 14 17
9 3 1 9 9 12
10 6 7,5 10 14 16

Sij =Qi [R(xij) - ]

Q1 Treat 1 Treat 2 Treat 3


5 5 [1,5-2] = -2,5 5 [1,5-2]= -2,5 5 [3-2] =5
10 10 [1-2]= -10 10 [2-2]= 0 10 [3-2] =10
2,5 2,5 [1-2] : -2,5 2,5 [3-2] = 2,5 2,5 [2-2] = 0
2,5 2,5 [1-2] = -2,5 2,5 [3-2] = 2,5 2,5 [2-2] = 0
5 5 [1-2] = -5 5 [3-2] = 5 5 [2-2] = 0
5 5 [2,5-2] = 2,5 5 [1-2] = -5 5 [2,5-2] = 2,5
7,5 7,5 [2-2] = 0 7,5[1-2] = -7,5 7,5[3-2] = 7,5
9 9 [1-2] = -9 9 [2-2] =0 9 [3-2] = 9
1 1 [1,5-2] = -0,5 1 [1,5-2] = -0,5 1 [3-2] = 1
7,5 7,5 [1-2] = -7,5 7,5 [2-2] =0 7,5 [3-2] = 7,5
Sj -37 -55 42,5
Sij2 287,5 125,25 325,75
Ai = Sij2 = 738,5

Bi =

= ((-37)2 + (-55)2+42,52)= 320,55

Karena Ai ≠ Bi maka gunakan:

112
T= = = 6,9026 (F hitung)

Bandingkan dengan F(α , df)


df = ((k-1), (b-1)(k-1)) = (2,18)
F(0,05; 2; 18)= 3,55
Kriteria uji yaitu tolak H0 jika F hitung > F(0,05; 2; 18)
Ternyata F hitung = 6,9026 > F(0,05; 2; 18) =3,55 maka H0 ditolak.
Kesimpulan: Efek-efek yang diberikan ketiga jenis obat tersebut berbeda.

22. Henry dkk melakukan sebuah penelitian untuk memastikan apakah emboli paru –paru di
sengaja pada hewan –hewan yang tidak menyandang penyakit jantung secara konsisten
menyebabkan peningkatan aktifitas creatine phosphorkinase (CPK) dalam serum.
Embolisasi paru-paru eksperiental itu mereka lakukan pada beberapa jenis anjing
kampung yang dalam keadaan sabar di suntik dengan gumpalan-gumpalan plasma atau
gumpalan-gumpalan darah langsung ke dalam arteri paru-paru utaa sebelah kiri.Merka
mengukur CPK dalam serum selama periode control dan beberapa kali secara berkala
setelah embolisasi.Data yang di peroleh adalah aktifitas fosfokinase keratin dalam serum
sesudah embolisasi paru pada anjing geledak.
Anjing Embolisasi 0’ Embolisasi 15’ Embolisasi 60’ Embolisasi 120’
A+ 28 97 126 158
B 23 45 48 48
C 26 22 87 97
D 24 32 33 52
E 25 68 60 80
Ujilah hipotesi nol tentang tidak adanya perubahan dalam aktifitas CPK terhadap hipotesis
tandingan yang menyatakan bahwa aktifitas ini meningkat sejalan dengan waktu sampai
120 menit sesudah embolisasi.
Jawab:
Page Test
Hipotesis uji :

H0: ɵ0 = ɵ15 = ɵ60= ɵ120


artinya aktifitas CPK terhadap hipotesis tandingannya tidak meningkat sejalan dengan
waktu sampai dengan 120 menit

113
H1 : ɵ0 < ɵ15< ɵ60< ɵ120
artinya aktifitas CPK terhadap hipotesis tandingannya meningkat sejalan dengan waktu
sampai dengan 120 menit
α = 5%
Statistik uji:
Data yang di peringkat dalam blok masing-masing
Blok 1 (0 menit ) 2 ( 15 menit ) 3 ( 60 menit ) 4 ( 120 menit )
1 1 2 3 4
2 1 2 3,5 3,5
3 2 1 3 4
4 1 2 3 4
5 1 3 2 4
6 10 14,5 19,5

L= = 1(R1) +2(R2) +3(R3) + 4(R4)


=1(6)+2(10)+3(14,5)+4(19,5)=137,5
Kriteria uji :
tolak H0 jika L hitung ≥ L kritis(k,b, α)
L hitung = 137,5; L kritis(k,b, α) = L(4;5;0,05) = 137
Ternyata L hitung > L kritis, maka H0 ditolak
Kesimpulan:
Aktivitas CPK terhadap hipotesis tandingannya meningkat sejalan dengan waktu sampai
dengan 120 menit.

23. Stern dkk melaporkan nilai-nilai bilirubin tidak langsung dalam serum untuk 10 bayi
normal,seperti tampak dalam tabel.
Usia(hari)
kasus 4 5 6 7 8 9 10
1 10,80 6,15 4,10 5,00 5,00 3,40 2,60
2 12,50 11,80 13,20 11,00 8,20 6,80 6,00
3 13,70 16,80 16,80 15,60 11,70 12,50 10,55
4 11,50 6,80 4,00 3,50 1,66 1,60 1,60

114
5 10,20 6,40 3,10 3,00 2,60 2,20 1,98
6 8,00 7,85 7,45 7,00 3,60 4,00 3,00
7 10,80 11,10 6,15 7,40 3,80 4,30 5,60
8 14,90 10,80 9,90 9,40 10,50 7,70 7,60
9 16,20 16,40 15,40 10,20 8,30 10,70 7,40
10 10,80 10,00 6,80 4,60 4,20 3,80 3,50
Apakah data ini menunjukkan bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa nilai- nilai bilirubin
tersebut menurun sejalan dengan waktu pada usia antara 4 sampai 10 hari? Gunakan α = 5%.
Jawab:
K Sampel Dependen ( Uji Page )
Hipotesis uji :
H0: ɵ4 = ɵ5 = . . . = ɵ10
artinya nilai- nilai bilirubin tersebut adalah sama untuk usia antara 4 sampai 10 hari
H1 : ɵ4 < ɵ5 < . . . < ɵ10
artinya nilai- nilai bilirubin tersebut menurun sejalan dengan usia antara 4 sampai 10 hari
α = 5%
Blok 1 (4 hr) 2 (5 hr) 3 (6 hr) 4 (7 hr) 5 (8 hr) 6 (9 hr) 7 (10 hr)

1 7 6 3 4,5 4,5 2 1

2 6 5 7 4 3 2 1

3 4 6,5 6.5 5 2 3 1

4 7 6 5 4 3 1,5 1,5

5 7 6 5 4 3 2 1

6 7 6 5 4 2 3 1

7 6 7 4 5 1 2 3

8 7 6 4 3 5 2 1

9 6 7 5 3 2 4 1

10 7 6 5 4 3 2 1

∑ 64 61,5 49,5 40,5 28,5 23,5 12,5

115
L= = 1(R1) +2(R2) +. . . + 7(R7)
=1(64)+2(61,5)+3(49,5)+4(40,5)+5(28,5)+6(23,5)+7(12,5) = 868,5
Kriteria uji :
tolak H0 jika L hitung ≥ L kritis(k,b, α)
L hitung = 868,5 ; L kritis(k,b, α) = L(7;10;0,05) = 1180
Ternyata L hitung < L kritis, maka H0 diterima
Kesimpulan:
nilai-nilai bilirubin tersebut adalah sama untuk usia antara 4 sampai 10 hari.

116
Daftar Pustaka

1. Siegel, Sydney and Castellan, John, Jr., Nonparametric Statistics for the Behavioral
Science, 2nd edition, Mc Graw Hill International Edition.

2. Basic Statistics for Social Research, 2nd edition, Mac millan Publishing Co.,Inc, New
York.

3. Statistika Takparametrik, (Bahan Ajar), Titty Ngadiman, Neneng Sunengsih, 2006,


Bandung.

117

Anda mungkin juga menyukai