Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis
asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk Ordinal.
Contoh:
Ada 10 orang responden yang diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tentang Motivasi dan Prestasi
dalam sebuah kantor. Jumlah responden yang diminta mengisi daftar pertanyaan itu 10 karyawan,
masing-masing diberi nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Nilai yang diberikan oleh kesepuluh responden
tentang Motivasi dan Prestasi itu diberikan pada contoh berikut. Yang akan diketahui adalah apakah ada
hubungan antara Motivasi dengan Prestasi.
1 9 8
2 6 7
3 5 6
4 7 8
5 4 5
6 3 4
7 2 2
8 8 9
9 7 8
10 6 6
Data tersebut diperoleh dari sumber yang berbeda yaitu Motivasi (Xi) dan Prestasi (Yi). Karena sumber
datanya berbeda dan berbentuk ordinal, maka untuk menganalisisnya digunakan Korelasi Rank yang
rumusnya adalah:
= 1 ( 6bi 2
: N ( N2 1 )
= koefisien korelasi Spearman Rank
di = beda antara dua pengamatan berpasangan
N = total pengamatan
Korelasi Spearman rank bekerja dengan data ordinal. Karena jawaban responden merupakan data
ordinal, maka data tersebut diubah terlebih dahulu dari data ordinal dalam bentuk ranking yang caranya
dapat dilihat dalam Tabel 2.
Bila terdapat nilai yang sama, maka cara membuat peringkatnya adalah: Misalnya pada Xi nilai 9 adalah
peringkat ke 1, nilai 8 pada peringkat ke 2, selanjutnya disini ada nilai 7 jumlahnya dua. Mestinya
peringatnya kalau diurutkan adalah peringkat 3 dan 4. tetapi karena nilainya sama, maka peringkatnya
dibagi dua yaitu: (3 + 4) : 2 = 3,5. akhirnya dua nilai 7 pada Xi masing-masing diberi peringkat 3,5.
Selanjutnya pada Yi disana ada nilai 8 jumlahnya tiga. Mestinya peringkatnya adalah 2, 3 dan 4. Tetapi
karena nilainya sama maka peringkatnya dibagi tiga yaitu: (2 + 3 + 4) : 3 = 3. Jadi nilai 8 yang
jumlahnya tiga masing-masing diberi peringkat 3 pada kolom Yi. Selanjutnya nilai 7 diberi peringkat
setelah peringkat 4 yaitu peringkat 5. Lanjutkan saja..
1 9 8 1 3 -2 4
5 4 5 8 8 0 0
6 3 4 9 9 0 0
7 2 2 10 10 0 0
8 8 9 2 1 1 1
10 6 6 5,5 6,5 -1 1
0 7
Selanjutnya harga bi2 yang telah diperoleh dari hitungan dalam tabel kolom terakhir dimasukkan dalam
rumus korelasi Spearman Rank :
= 1 6.7 : ( 10 x 102 -1 ) = 1 0,04 = 0,96
Sebagai interpretasi, angka ini perlu dibandingkan dengan tabel nilai-nilai (dibaca: rho) dalamTabel 3.
Dari tabel itu terlihat bahwa untuk n = 10, dengan derajat kesalahan 5 % diperoleh harga 0,648 dan
untuk 1 % = 0,794. Hasil hitung ternyata lebih besar dari tabel
Derajat kesalahan 5 %.. 0,96 > 0,648
Kesimpulan :
Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara Motivasi (Xi) dengan Prestasi (Yi). Dalam hal ini
hipotesis nolnya (Ho) adalah: tidak ada hubungan antara variabel Motivasi (Xi) dengan Prestasi (Yi).
Sedangkan hipotesis alternatifnya (Ha) adalah: terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
variabel Motivasi (Xi) dengan Prestasi (Yi). Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima. Atau dengan kata lain bahwa variabel Motivasi mempunyai hubungan yang
signifikan dengan Prestasi.
Tabel 3: Tabel Nilai-nilai (RHO), Korelasi Spearman Rank
5% 1% 5% 1%
Sumber:
B. Pembahasan
a. Data nominal
Sebelum kita membicarakan bagaimana alat analisis data digunakan, berikut ini akan diberikan ulasan
tentang bagaimana sebenarnya data nominal yang sering digunakan dalam statistik nonparametrik bagi
mahasiswa. Menuruti Moh. Nazir, data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka
yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan
apapun.
Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan
data diskrit dan tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua
anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa.
Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set
di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3). Jelas kelihatan bahwa angka
yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat
renang lebih tinggi dari tenis. Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka
yang diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. Begitu juga tentang suku, yakni Dayak, Bugis dan
Badui.
Tentang partai, misalnya Partai Bulan, Partai Bintang dan Partai Matahari. Masing-masing kategori tidak
dinyatakan lebih tinggi dari atribut (nama) yang lain. Seseorang yang pergi ke Jakarta, tidak akan
pernah mengatakan dua setengah kali, atau tiga seperempat kali. Tetapi akan mengatakan dua kali,
lima kali, atau tujuh kali. Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga. Numerik yang
dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya. Tidak akan pernah ada bilangan
pecahan. Data nominal ini diperoleh dari hasil pengukuran dengan skala nominal.
Menuruti Sugiono, alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang digunakan untuk
data nominal adalah Coefisien Contingensi. Akan tetapi karena pengujian hipotesis Coefisien Contingensi
memerlukan rumus Chi Square (2), perhitungannya dilakukan setelah kita menghitung Chi Square.
Penggunaan model statistik nonparametrik selain Coefisien Contingensi tidak lazim dilakukan.
b. Data ordinal
Bagian lain dari data kontinum adalah data ordinal. Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga
memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk
mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak
memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki
sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila
dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki
urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling
buruk.
Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir), mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju
sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat untuk
menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan
kode 5, kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak
pernah menghadiri, dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari
hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal. Alat analisis (uji
hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang lazim digunakan untuk data ordinal adalah Spearman
Rank Correlation dan Kendall Tau.
c. Data interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu
sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan
jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan
jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala
interval dinamakan data interval.
Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval
pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi
antara mahasiswa C dan A adalah 3 1 = 2. Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 3 = 3.
Akan tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A
ataupun prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa B.
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval. Alat analisis
(uji hipotesis asosiatif) statistik parametrik yang lazim digunakan untuk data interval ini adalah Pearson
Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple
Regression.
d. Data rasio
Ukuran yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang
memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran rasio (data
rasio). Data rasio, yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol. Karenanya,
interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik
nol di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian.
Angka pada data rasio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 orang
pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp.
40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat dengan ukuran rasio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali
pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A.
Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan pengemudi B.
Dengan kata lain, rasio antara pengemudi C dan A adalah 4 : 1, rasio antara pengemudi D dan A adalah
5 : 1, sedangkan rasio antara pengemudi C dan B adalah 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C
adalah 30.000, dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh data rasio
lainnya adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio. Bayi A memiliki berat 3 Kg. Bayi B
memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan skala rasio, maka bayi A
memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari
berat badan bayi C, dan bayi C memiliki rasio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst.
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data rasio. Alat analisis (uji
hipotesis asosiatif) yang digunakan adalah statistik parametrik dan yang lazim digunakan untuk data
rasio ini adalah Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial
Regression, dan Multiple Regression.Sesuai dengan ulasan jenis pengukuran yang digunakan, maka
variabel penelitian lazimnya bisa di bagi menjadi 4 jenis variabel, yakni variabel (data) nominal, variabel
(data) ordinal, variabel (data) interval, dan variabel (data) rasio.
Variabel nominal, yaitu variabel yang dikategorikan secara diskrit dan saling terpisah satu sama lain,
misalnya status perkawinan, jenis kelamin, suku bangsa, profesi pekerjaan seseorang dan sebagainya.
Variabel ordinal adalah variabel yang disusun atas dasar peringkat, seperti motivasi seseorang untuk
bekerja, peringkat perlombaan catur, peringkat tingkat kesukaran suatu pekerjaan dan lain-lain.
Variabel interval adalah variabel yang diukur dengan ukuran interval seperti indek prestasi mahasiswa,
skala termometer dan sebagainya, sedangkan variabel rasio adalah variabel yang disusun dengan
ukuran rasio seperti tingkat penganggguran, penghasilan, berat badan, dan sebagainya.
e. Konversi variabel ordinal
Adakalanya kita tidak ingin menguji hipotesis dengan alat uji hipotesis statistik nonparametrik dengan
berbagai pertimbangan, baik dari segi biaya, waktu maupun dasar teori. Misalnya kita ingin melakukan
uji statistik parametrik Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial
Regresion dan Multiple Regression, padahal data yang kita miliki adalah hasil pengukuran dengan skala
ordinal, sedangkan persyaratan penggunaan statistik parametrik adalah selain data harus berbentuk
interval atau rasio, data harus memiliki distribusi normal. Jika kita tidak ingin melakukan uji normalitas
karena data yang kita miliki adalah data ordinal, hal itu bisa saja kita lakukan dengan cara menaikkan
data dari pengukuran skala ordinal menjadi data dalam skala interval dengan metode Suksesive
Interval.
Menuruti Al-Rasyid, menaikkan data dari skala ordinal menjadi skala interval dinamakan transformasi
data. Transformasi data itu dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan Metode Suksesive
Interval (MSI). Tujuan dari dilakukannya transformasi data adalah untuk menaikkan data dari skala
pengukuran ordinal menjadi skala dengan pengukuran interval yang lazim digunakan bagi kepentingan
analisis statistik parametrik.
Transformasi data ordinal menjadi interval itu, selain merupakan suatu kelaziman, juga untuk
mengubah data agar memiliki sebaran normal. Artinya, setelah dilakukan transformasi data dari ordinal
menjadi interval, penggunaan model dalam suatu penelitian tidak perlu melakukan uji normalitas.
Karena salah satu syarat penggunaan statistik parametrik, selain data harus memiliki skala interval (dan
rasio), data juga harus memiliki distribusi (sebaran) normal.
Dengan dilakukannya transformasi data, diharapkan data ordinal sudah menjadi data interval dan
memiliki sebaran normal yang langsung bisa dilakukan analisis dengan statistik parametrik. Berbeda
dengan ststistik nonparametrik, ia hanya digunakan untuk mengukur distribusi. (Ronald E. Walpole).
DAFTAR PUSTAKA
Konsep-Konsep Dasar Penelitian (Bagian 4)
A. DATA
Primary Data, adalah data mentah yang dikumpulkan langsung dari sumbernya oleh peneliti baru kemudian diolahnya.
Secondary Data, adalah data olahan yang diambil peneliti dari pihak kedua (pihak yang mengumpulkan langsung dari sumber dan mengolahnya).
Catatan: Jika menggunakan data dari pihak ketiga, maka datanya disebut data tersier, dan seterusnya.
Prominent/Eminent Data, adalah data pokok dalam suatu penelitian. Jika data ini tidak ada, maka jawaban terhadap pertanyaan penelitian tidak
akan didapat.
Supporting Data, adalah data yang meskipun tidak ada pada suatu penelitian namun jawaban atas pertanyaan penelitian masih dapat dibuat,
Qualitative Data, adalah data yang bukan berupa angka seperti atribut/kategorik.
Catatan: Data kategorik (dengan skala nominal maupun ordinal) dapat dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus matematika/statistika setelah
Quantitative Data, adalah data yang berupa angka/numerik (dengan skala ordinal, interval, ataupun rasio)
Jika dilihat dari skala pengukurannya (Measurement Scale), maka data dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Categorical Data
Data kategorik adalah data kualitatif sehingga untuk dapat dianalisis dengan menggunakan rumus matematika/statistika perlu diberi kode
(coding) berupa angka. Analisis matematika/statistika yang digunakan adalah berdasarkan hasil membilang (counting) pada setiap
kategori/pasangan kategori.
Data kategorik disebut juga data nonmetric atau data yang bukan merupakan hasil pengukuran.
Klasifikasinya adalah:
1) Kategorik Nominal, yaitu data kategorik yang tak dapat dinyatakan bahwa kategori yang satu lebih baik dari kategori lainnya atau dengan
Karena tidak memiliki urutan tertentu, maka dapat saja kategori pria diberi kode 0 dan wanita diberi kode 1 maupun
sebaliknya.
2) Kategorik Ordinal, yaitu data kategorik yang mempunyai urutan tertentu namun jarak antar kategori sulit untuk dinyatakan sama.
Karena memiliki urutan, maka jika rusak diberi kode 1, maka urutan berikutnya adalah sedang yang diberi kode 2, dan
kategori baik diberi kode 3 atau sebaliknya. Urutan pengkodean di atas tidak dapat ditukar-tukar secara acak, karena akan menjadi
Data kategorik nominal maupun ordinal dapat diubah menjadi data numerik:
1) rasio, dengan cara membagi jumlah frekuensi suatu kategori dengan kategori yang lain, atau dengan total frekuensi seluruh kategori.
2) ordinal, dengan cara melakukan ranking sesuai dengan jumlah frekuensi dari kategori-kategori yang ada.
b. Numerical Data
Data numerik adalah data metric atau data yang merupakan hasil pengukuran. Jika data hasil pengukuran eksakta menghasilkan data metrik
murni (pure metric data), maka pada pengukuran sosial humaniora, data yang dihasilkan bukan data metrik murni.
Pada pengukuran sosial-humaniora, suatu variabel dikonstruk sedemikian rupa dalam beberapa indikator yang kemudian menjadi dasar
pembuatan item pengukuran. Pada setiap item disediakan beberapa pilihan jawaban yang pada dasarnya berbentuk kategorik ordinal. Untuk
jawaban yang dipilih pada setiap indikator diubah ke bentuk angka yang disebut scoring. Meskipun kelihatannya sama, namun
Coding Scoring
Diterapkan pada variabel laten yang dikonstruk dari beberapa
Diterapkan pada variabelmanifest, dimana setiap
variabel manifest (indikator), dimana setiap variabel mengandung
variabel hanya mengandung 1 item
beberapa item
Hasil scoring per item tak boleh dianalisis langsung, tapi harus
Hasil coding per item dapat dianalisis langsung,
dijumlahkan dengan score item-item lain yang mewakili variabelyang
karena setiap item mewakili 1 variabel
sama.
Data yang dihasilkan merupakan data kategorik baik Data yang dihasilkan adalah data interval atau data ordinal yang
nominal maupun ordinal diperlakukan sebagai data interval
Catatan: Data yang didapat sebagai penjumlahan skor-skor seluruh item pada suatu konstruk variabel laten dimasukkan dalam klasifikasi data
interval. Namun ada yang merasa ragu dengan konsep scoring dan coding di atas, Apakah data ordinal yang dijumlahkan
Karena itu dalam konteks seperti ini, jumlah skor-skor dari suatu konstruk dinyatakan diperlakukan sebagai data interval
1) Numerik Ordinal
Data numerik ordinal adalah data yang berupa angka yang menunjukkan urutan.
Contoh:
a) urutan antrian
d) urutan kemunculan
bentuk khusus data numerik ordinal ini adalah data ranking (rank order), yaitu data yang dihasilkan dari pengurutan data interval atau
Seperti data kategorik ordinal, operasi matematika tak dapat dilakukan pada data ini.
2) Numerik Interval
Data numerik interval selain mengandung unsur urutan juga memiliki unsur kesamaan jarak antar urutan. Karena itulah operasi
Contoh: 40 C 30 C = 10C
Contoh: 0 C = 32 F
Siswa yang mendapat nilai 0 pada tes Statistika tidak dapat diartikan bahwa yang bersangkutan tidak memiliki
Kesamaan jarak ukuran ini yang sulit dijamin pada suatu pengukuran sosial humaniora. Karena itulah hasil pengukuran sosial
humaniora dianggap bukan data interval, tetapi data ordinal yang diperlakukan sebagai data interval.
3) Numerik Rasio
Data numerik rasio adalah data yang selain mengandung unsur urutan, memiliki jarak ukuran yang sama, serta memiliki nilai 0
absolut.
Contoh: Jika tidak ada sesuatu yang diletakkan di atas timbangan emas, maka angka digital yang tertera tetap angka 0,00.
Seperti data numerik interval, data numerik rasio ini dapat diubah menjadi data:
Catatan: Pada program Statistical Package and Service Solutions (SPSS) digunakan hal-hal sebagai berikut:
- Seluruh data yang di-entry untuk dianalisis diperlakukan sebagai data numerik
- Konsep pendataan disamakan dengan pengukuran yang diklasifikasikan atas skala (scale), ordinal, dan nominal.
C.FUNGSI PERAWAT
Dalam menjalankan perannya perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya :
n Fungsi independen
n Fungsi dependen
n Fungsi interdependen
Fungsi independen
Fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Mandiri
Perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan keamanan dan kenyamanan
Kebutuhan mencintai dan dicintai
Kebutuhan harga diri
Aktualisasi diri
Fungsi dependen
n Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
n Pelimpahan tugas diberikan.Biasa dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat
primer ke perawat pelaksana.
Fungsi interdependen
n Dilakukan dalam kelompok tim yang saling ketergantungan diantara tim satu dengan tim lainnya.
n Fungsi ini terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.
Lensa mata adalah bagian transparan di belakang pupil (titik hitam di tengah bagian mata
yang gelap) yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada lapisan retina. Dengan adanya
katarak, kejernihan lensa mata berkurang dan cahaya yang masuk ke mata menjadi terhalang.
Seiring bertambahnya usia, umumnya lensa mata perlahan-lahan akan keruh dan berkabut.
Jadi katarak adalah penyakit yang biasa terjadi seraya kita bertambah tua. Banyak pengidap
yang pada akhirnya membutuhkan operasi untuk mengganti lensa yang rusak ini dengan lensa
buatan.
Katarak adalah penyebab utama kebutaan di dunia. Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan
anak-anak (katarak anak-anak), meski kemungkinannya sangat kecil. Penyakit ini umumnya
ditemukan pada orang-orang lanjut usia dan dikenal sebagai katarak manula.
Di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 210.000 penderita baru yang muncul setiap tahun.
Dan lebih dari 50% kebutaan di Indonesia disebabkan oleh katarak.
Katarak umumnya menyerang kedua mata penderita dengan tingkat keparahan yang mungkin
berbeda-beda dan tidak bersamaan. Penyakit ini dapat berkembang selama bertahun-tahun
dan tanpa terasa oleh penderitanya.
Katarak tidak menyebabkan rasa sakit atau iritasi. Penderita biasanya akan mengalami
penglihatan yang samar-samar dan berkabut. Kemudian akan muncul bintik atau bercak saat
penglihatannya kurang jelas. Kondisi ini juga dapat memengaruhi pandangan Anda dengan
cara-cara seperti:
Konsultasikanlah dengan optisien (ahli lensa kacamata) jika terdapat perubahan mendadak
pada penglihatan Anda.
Optisien akan memeriksa mata dengan oftalmoskop. Alat ini akan memperjelas tampilan
mata dan mengeluarkan cahaya terang sehingga optisien dapat melihat bagian dalam mata,
termasuk kondisi lensa mata Anda.
Jika terdapat katarak, Anda dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis mata yang
dapat memberikan diagnosis dan merencanakan proses pengobatan Anda.
Penyebab katarak belum diketahui secara pasti. Seiring bertambahnya usia, protein yang
membentuk lensa mata akan berubah, termasuk kandungan airnya. Inilah yang
memungkinkan lensa mata yang tadinya bening, berubah menjadi keruh.
Hingga saat ini, alasan di balik proses penuaan yang dapat berujung pada perubahan protein
di lensa mata belum diketahui. Meski demikian, ada beberapa faktor lain yang akan
mempertinggi risiko Anda terkena katarak. Di antaranya adalah:
Kacamata dan lampu yang lebih terang mungkin bisa membantu katarak yang ringan. Meski
demikian, katarak akan berkembang seiring waktu dan akhirnya penderita akan
membutuhkan operasi.
Satu-satunya langkah pengobatan yang terbukti paling efektif adalah operasi. Efek
penyembuhan dari operasi akan sangat signifikan, terutama bagi penderita dengan kondisi
katarak yang sudah menghambat kegiatan sehari-hari.
Dalam operasi katarak, lensa yang keruh akan diangkat dan digantikan dengan lensa plastik
bening. Operasi tersebut biasanya dilakukan dengan pembiusan lokal agar mata Anda
menjadi mati rasa.
Usai operasi, dokter umumnya akan menganjurkan penggunaan dua jenis obat tetes mata.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi dan yang mengandung
steroid guna mengurangi pembengkakan.
Di samping penggunaan obat tetes mata, ada beberapa hal yang sebaiknya Anda hindari
selama masa pemulihan. Hal ini dilakukan guna mencegah infeksi maupun komplikasi.
Aktivitas-aktivitas yang harus dijauhi tersebut meliputi menggosok mata, berenang, aktivitas
fisik yang berat (seperti menggendong anak atau menggeser perabotan), serta menggunakan
kosmetik pada mata (misalnya, eyeliner atau eyeshadow). Anda juga perlu berhati-hati
menjaga kebersihan mata saat berada di tempat yang berangin dan berdebu serta saat
keramas.
Meski pemulihan dari operasi akan membutuhkan beberapa waktu (dari beberapa hari hingga
minggu), hampir semua orang yang menjalaninya akan merasakan peningkatan pada
penglihatan mereka. Penderita biasanya bisa kembali melakukan rutinitas secara normal
dalam waktu dua minggu setelah operasi.
Pemakaian kacamata juga mungkin akan diperlukan untuk membantu penglihatan jauh atau
dekat. Sama halnya jika Anda telah berkacamata, ukuran lensa bisa berubah. Disarankan
untuk menunggu pemulihan sampai selesai sebelum membuat kacamata baru.
Katarak adalah lensa mata yang menjadi keruh, sehingga cahaya tidak dapat menembusnya,
bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total. Dalam perkembangannya
katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan pengerasan lensa,
menyebabkan penderita menderita miopi, berwarna kuning menjadi coklat/putih secara
bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya
berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi
membutakan jika katarak terlalu tebal. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tetapi
hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi keburaman
dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan
transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan
membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul
lensa dan terjadi kebocoran. Bila tidak dioperasi, katarak dapat menyebabkan glaukoma.
Penyebaran
Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan yang terjadi di
dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO. kelayakan bedah katarak di beberapa
negara belum memadai, sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Bahkan di
mana ada layanan bedah yang tersedia, penglihatan yang rendah terkait dengan katarak masih
dapat dijumpai, sebagai akibat dari lamanya menunggu untuk operasi dan hambatan untuk
dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah transportasi.
Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan mencapai 42% dari
orang-orang antara usia 52 sampai 64, 60% dari orang-orang antara usia 65 dan 74, dan 91%
dari mereka antara usia 75 dan 85.
Gejala
Penyebab
lampu celah foto pemburaman kapsuler anterior terlihat beberapa bulan setelah implantasi
lensa intraokular di mata, gambar diperbesar
Katarak berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya
ultra violet, radiasi, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut,
atau trauma (dapat terjadi lebih awal) dan biasanya akibat denaturasi dari lensa protein.
Faktor-faktor genetik sering menjadi penyebab katarak kongenital dan sejarah keluarga yang
positif juga mungkin berperan dalam predisposisi seseorang untuk katarak pada usia lebih
dini, fenomena "antisipasi" dalam katarak pra-senilis.
Katarak juga dapat diakibatkan oleh cedera pada mata atau trauma fisik. Sebuah studi
menunjukan katarak berkembang di antara pilot-pilot pesawat komersial tiga kali lebih besar
daripada orang-orang dengan pekerjaan selain pilot. Hal ini diduga disebabkan oleh radiasi
berlebihan yang berasal dari luar angkasa. Katarak juga biasanya sering terjadi pada orang
yang terkena radiasi inframerah, seperti para tukang (meniup)kaca yang menderita "sindrom
Pengelupasan". Eksposur terhadap radiasi gelombang mikro juga dapat menyebabkan
katarak. Kondisi atopik atau alergi yang juga dikenal untuk mempercepat perkembangan
katarak, terutama pada anak-anak.
Katarak dapat terjadi hanya sebagian atau penuh seluruhnya, stasioner atau progresif, keras
atau lembut.
Beberapa obat dapat menginduksi perkembangan katarak, seperti kortikosteron dan Seroquel
.
Apa penyebab katarak kongenital?
Jika biasanya katarak pada orang tua berhubungan dengan proses penuaan, maka katarak
kongenital yang terjadi pada bayi baru lahir bisa disebabkan karena keturunan, infeksi,
masalah metabolik, diabetes, trauma, inflamasi atau reaksi obat.
Katarak kongenital ini juga dapat terjadi sejak kehamilan Gan. Yaitu saat ibu hamil memiliki
penyakit infeksi seperti campak atau rubella (yang merupakan penyebab paling umum),
rubeola, cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza,
virus Epstein-Barr, sifilis, dan toksoplasmosis. Sementara pada katarak kongenital yang
disebabkan oleh keturunan, kelainan terjadi saat pembentukan protein penting untuk
mempertahankan transparansi dari lensa mata alami, sehingga akhirnya mengakibatkan
adanya noda keruh pada lensa mata.
Haruskah operasi?
Katarak harus segera diobati agar tidak menghambat penglihatan anak. Untuk mengobatinya
diperlukan operasi katarak sesegera mungkin untuk menghilangkan lensa alami anak Gan.
Operasinya pun harus dilakukan sedini mungkin untuk menjamin penglihatan bayi cukup bisa
untuk berkembang dengan normal. Beberapa ahli mengatakan waktu untuk melakukanoperasi
katarak kongenital ini di usia 6 minggu sampai 3 bulan.
Setelah operasi pengangkatan lensa mata anak yang terkena katarak kongenital, lensa mata
anak kemudian bisa diganti dengan lensa buatan atau memakai lensa kontak atau kacamata
setelah operasi.
Namun begitu, tidak semua katarak kongenital harus dioperasi Gan. Katarak yang hanya
menutupi bagian tepi lensa mungkin tidak perlu dioperasi karena penglihatan masih dapat
berfungsi tanpa hambatan. Ukuran katarak yang kecil juga mungkin tidak perlu dilakukan
operasi.
CAMPAK
Dari ketiga penyakit ini, yang paling berbahaya adalah campak. Campak disebabkan oleh
paramiksovirus. Sebenarnya bukan campaknya yang berbahaya, tapi komplikasinya seperti:
Dari beberapa komplikasi ini, yang bisa berakibat fatal adalah radang paru-paru dan radang
otak.
Penularan virus ini termasuk cepat dan dalam 10-12 hari setelah tertular, gejala mulai
muncul.
Gejala-gejala campak:
Berikan imunisasi campak pada usia 9 bulan, karena pada usia ini kekebalan tubuh
atas campak yang dibawa dari lahir sudah menurun.
Bila tidak memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan, berikan MMR pada usia
12 bulan.
Karantina penderita supaya tidak menulari orang lain, selama selang waktu 4 hari
sebelum dan sesudah ruam muncul.
Berikan parasetamol saat demam diatas 38,5C dan anak gelisah atau rewel.
Waspada kejang demam pada anak yang berbakat kejang.
Berikan banyak cairan. Bisa minuman, ato makanan berkuah banyak.
Uapi ruangan/kamar untuk meredakan batuk dan sakit tenggorokan.
Bila sakit mata dan silau, redupkan lampu, kurangi menonton TV dan komputer.
Bila terjadi komplikasi bakteri, akan diresepkan antibiotik oleh dokter.
Perawatan paliatif
1. 1. PELAYANAN PALIATIF DENGAN PENDEKATAN INTERDISIPLINER
2. 2. Pada kasus yang oleh tim dokter dinyatakan sulit sembuh atau tidak ada harapan lagi,
bahkan mungkin hampir meninggal dunia atau yang dikenal pasien stadium terminal
(PST), tentunya dibutuhkan pelayanan yang spesial. Tujuannya mencakup aspek
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, yang tujuan utamanya mempertahankan
kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin Pelayanan
kesehatan yang paripurna tidak hanya yang dilakukan di rumah sakit, tetapi juga meliputi
perawatan pra-rumah sakit, selama di rumah sakit, dan purna rumah sakit.
PENDAHULUAN
3. 3. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya. Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif
dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Lanjutan
4. 4. Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat Pengembangan Paliatif
dan Bebas Nyeri. Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif),
rawat rumah, day care, dan respite care. Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai
pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto
Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo
(Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).
5. 5. Definisi Perawatan palliative telah mengalami beberapa evolusi. menurut WHO pada
1990 perawatan palliative adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif
6. 6. Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
7. 7. PerawataanPaliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa perawatan
paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup,
dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual
dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan
terhadap keluarga yang kehilangan/berduka
8. 8. Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan pasien yang
mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat kemajuannya, apakah ada atau tidak
ada harapan untuk sembuh. Perawatan paliatif tidak bertujuan untuk menyediakan obat
dan juga tidak sebaliknya perkembangan penyakit.PRINSIP PERAWATAN PALIATAIF
9. 9. Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang
ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya. Tujuannya untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. TUJUAN
10. 10. LINGKUP KEGIATAN PERAWATAN PALIATIF 1. Jenis kegiatan perawatan paliatif
meliputi Penatalaksanaan nyeri. Penatalaksanaan keluhan fisik lain. Asuhan
keperawatan Dukungan psikologis Dukungan sosial Dukungan kultural dan spiritual
Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement). 2. Perawatan paliatif
dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat rumah.
11. 11. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan
khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan
oleh keluarga. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di
rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. Puskesmas : Untuk
pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan. Rumah sakit : Untuk pasien yang
harus mendapatkan perawatan yang memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus
atau peralatan khusus. Tempat Melakukan Perawatan Paliatif
12. 12. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua
unsur terkait. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan
dan kelas A. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas
B non pendidikan. Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana kesehatan
13. 13. Perawatan paliatif merupakan tanggungjawab multidisiplin dan multiagency. Tim
perwatan paliatif meliputi tenaga profesional dari yang umum sampai spesialis dan dapat
berasal dari rumah sakit, komunitas, hospice, atau tempat perawatan lainnya seperti
home care keperawatan. TANTANGAN PERAWATAN PALIATIF
14. 14. Bentuk tim multidisiplin dapat terdiri dari dokter, perawat, terapis, apoteker, ahli gizi,
sosial woker serta tokoh spiritual. Bentuk kerjasama multidisiplin yang sudah dikenalkan
merupakan salah satu elemen kunci dari kesuksesan perawatan. Tujuan adanya model
multidisiplin adalah untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas pasien dan
keluarga.
15. 15. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada
dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang- undangan.
Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif melalui
komunikasi yang intensif dan berkesinambungan antara tim perawatan paliatif dengan
pasien dan keluarganya. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien
paliatif. ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM PERAWATAN PALIATIF
16. 16. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien sendiri
apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya. Waktu yang
cukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya.
Dalam hal pasien telah tidak kompeten, maka keluarga terdekatnya melakukannya atas
nama pasien. Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya setiap
tindakan yang berisiko dilakukan informed consent. Lanjutan .
17. 17. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan paliatif
dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi dapat diberikan
pada kesempatan pertama. Lanjutan . Tim perawatan paliatif sebaiknya
mengusahakan untuk memperoleh pesan atau pernyataan pasien pada saat ia sedang
kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya
apabila kompetensinya kemudian menurun (advanced directive).
18. 18. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi, sepanjang
informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan telah dipahaminya.
Keputusan tersebut dapat d Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan
pada saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif. Keputusan dilakukan
atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau
oleh Tim Perawatan paliatif. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif iberikan
dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam informed consent menjelang ia
kehilangan kompetensinya.
19. 19. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi
sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien berada dalam tahap
terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki
kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut. Keluarga terdekatnya
pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan
dalam advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas
pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota
keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
Lanjutan ..
20. 20. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life- supporting. Pada
dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan- ketentuan umum yang
berlaku sebagaimana diuraikan di atas. Perawatan Pasien Paliatif Di ICU/PICU
21. 21. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga
medis, tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.
Komunikasi antara pelaksana dengan pembuat kebijakan harus dipelihara. Tim
Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Pimpinan
Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di rumah pasien. Masalah
medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif
22. 22. Standar Asuhan Keperwatan : Standard I Perawat mengumpulkan data kesehatan
klien Standard II Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan
analisa terhadap data yangtelah terkumpul Standard III Perawat mengidentifikasi hasil
yang diharapkan baik dari klien maupun lingkungannya Standard IV Perawat
mengembangkan rencana asuhan keperawatan dengan menetapkan intervensi
yangakan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan Standard VPerawat
melaksanakan rencana intervensi yang telah di tetapkan dalam perencanaan Standard
VIPerawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang mengarah ke pencapaian
hasil yangdiharapkan.
23. 23. Standard IV Kesejawatan, perawat berinteraksi dan berperan aktif dalam
pengembangan professionalismsesama perawat dan praktisi kesehatan lainnya sebagai
sejawat Standard III Pendidikan, perawat berupaya untuk selalu meningklatkan
pengetahuan dan kemampuandirinya dalam praktik keperawatan Standard II
Performance Appraisal, perawat melakukan evaluasi diri sendiri terhadap praktik
keperawatanyang dilakukannya dihubungkan dengan standar praktik professional, hasil
penelitian ilmiahdan peraturan yang berlaku Standar Kinerja Profesional (Profesional
Performance) o Standard I Kualitas asuhan keperawatan, perawat melakukan evaluasi
terhadap kualitas dan efektifitaspraktik keperawatan secara sistematis
24. 24. Standard VIII Pemanfaatan sumber, perawat membantu klien atau keluarga untuk
memahami resiko,keuntungan dan biaya perencanaan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan. Standar VII Penelitian, dalam praktiknya, perawat menerapkan hasil
penelitian Standar VI Kolaborasi, dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat
berkolaborasi dengan klien,keluarga dan praktisi kesehatan lain. Standard V Etika,
putusan dan tindakan perawat terhadap klien berdasarkan pada landasan etika profesi
25. 25. Tata kerja organisasi perawatan paliatif harus bersifat koodinatif dan melibatkan
semua unsur terkait dengan mengedepankan tim kerja yang kuat, membentuk jaringan
yang luas, berinovasi tinggi, dan layanan sepenuh hati. Perawatan paliatif adalah
pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan
keluarganya dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui
identifikasi awal dan penilaian serta terapi dan masalah lain-fisik, psikososial, dan
spiritual. SIMPULAN
Perawatan paliatif artinya meringankan penderitaan si pasien yang sudah sakit parah dan
tidak dapat disembuhkan seperti misalnya kanker Stadium akhir, pasien penyakit motor
neuron, penyakit degeneratif saraf dan pasien HIV/AIDS. Tujuannya agar penderita dapat
menjalani hari-hari sakitnya dengan semangat dan tidak putus asa serta memberi dukungan
agar mampu melakukan hal2 yang masih bisa dilakukan dan bermanfaat bagi Spiritual
pasien.
Pasien dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan kebanyakan berpikir sudah tidak ada
lagi yang bisa dilakukan. Untuk itulah perawatan paliatif dibutuhkan, ujar Prof Dr dr Akmal
Taher, SpU(K) dalam acara seminar dan konferensi press Memperingati Hari Hospis dan
Perawatan Paliatif Sedunia pada 7 oktober 2010.
Perawatan paliatif merupakan metode yang ampuh dalam membantu pasien lepas dari
penderitaannya, baik nyeri berkepanjangan ataupun keluhan lain. Kondisi ini akan membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga keluarganya.
Pada awalnya perawatan paliatif ini hanya ditujukan untuk pasien Kanker (kecuali di Afrika
Selatan awalnya untuk pasien HIV/AIDS). Tapi kini perawatan paliatif juga bisa digunakan
untuk penyakit lain seperti paru obstruktif kronis (COPD), stroke, parkinson, gagal jantung,
gagal ginjal, penyakit genetika dan juga infeksi seperti HIV/AIDS.
Intinya perawatan ini lebih berupa dukungan dan motivasi ke pasien. Kemudian setiap
keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit.
Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu pasien dan keluarganya bagaimana
memberikan perhatian khusus terhadap penderita, penanggulangannya serta kesiapan untuk
menghadapi kematian.
Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendalian gejala dan keluhan, serta bukan terhadap
penyakit utamanya karena penyakit utamanya tidak dapat disembuhkan. Dengan begitu
pasien terbebas dari penderitaan akibat keluhan dan bisa menjalani akhir hidupnya dengan
nyaman.
Perawatan paliatif dilakukan dengan kerja sama antara dokter, perawat, terapis, sosial-
media, psikolog, rohaniawan, relawan dan profesi lain yang diperlukan. Hal ini bertujuan
untuk agar pasien bebas dari penderitaan, sehingga kehidupannya tetap berkualitas dan
berakhir dengan tenang, ujar Prof dr R Sunaryadi Tejawinata, SpTHT(K), FAAO, PGD,
PAllMed.
Lebih lanjut Prof Sunaryadi menuturkan dari tahun 1992-2010 pelayanan perawatan paliatif
baru ada di 6 ibukota besar yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali
dan Sulawesi Selatan.
Perawatan paliatif kebanyakan terdapat di rumah sakit pemerintah seperti RS Hasan Sadikin
Bandung, RSCM, RSK Dharmais, RSU Dr Soetomo Surabaya, RS Sanglah Bali, RS Dr
Wahidin Sudirohusodo Makasar dan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Keluhan yang muncul seperti nyeri, gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare,
konstipasi), gangguan kulit (gatal, kering atau akibat berbaring terlalu lama), kelemahan
umum, gangguan respirasi, kelemahan anggota gerak, gangguan saluran kemih dan juga
merasa bingung.
Nah, dengan perawatan paliatif pasien diajak untuk lebih bisa menerima keadaannya
sehingga masih bisa menjalani hidupnya meskipun umurnya tak lama lagi. Karena
kebanyakan kualitas hidup pasien dengan penyakit tak bisa disembuhkan akan terus
memburuk atau menurun jika harapan pasien tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Jadi tugas dari tim paliatif adalah memodifikasi ekspektasi dari pasien, sehingga jarak antara
harapan dan kenyataannya menjadi lebih dekat. Bisa dengan cara membangkitkan spirit untuk
hidup, orientasi masa depan, keimanan bahkan tentang seksualitasnya, ungkap Dr Siti
Annisa Nuhonni, SpKFR(K).
Dr Nuhonni menuturkan harapan selalu ada, tapi sebaiknya tidak memberikan harapan yang
palsu karena harapan juga harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Untuk itu keluarga
merupakan kunci makna hidup dalam perawatan paliatif.
1. Rumah sakit, untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan dengan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau meemrlukan peralatan khusus.
2. Puskesmas, untuk pasien yang melakukan rawat jalan.
3. Rumah singgah atau panti (hospis), untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena
masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
4. Rumah Pasien, untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan atau
peralatan khusus, serta keterampilan perawatan bisa dilakukan oleh anggota keluarga.
Selain mengurangi gejala-gejala yang muncul, perawatan paliatif juga memberikan dukungan
dalam hal spiritual dan psikososial. Perawatan ini bisa dimulai saat diagnosis diumumkan
sampai akhir hayat dari si pasien.
Meski pasien telah meninggal dunia, perawatan paliatif tidak berhenti sampai di situ. Karena
relawan paliatif juga akan memberikan dukungan moral kepada keluarga yang berduka, ujar
Prof Sunaryadi.
bagi seorang dokter,butuh Empati yang besar dan Ketrampilan Khusus dalam melakukan
Paliatif care. Penyampaian kabar buruk (ketika pasien tidak bisa sembuh dan harus dilakukan
paliative care)pun harus ada etikanya. jangan sampai ketika kita menyampaikan kabar buruk
tersebut menimbulkan Stres mendalam bagi pasien maupun keluarganya yang berakibat
semakin cepatnya proses kematian bagi pasien. Terkadang juga tindakan Euthanasia
dilakukan jika tindakan Paliatif sudah dilakukan tapi pasien masih sangat menderita. Namun
perlu dicatat, Tindakan Euthanasia tidak semudah itu dilakukan. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan (permintaan pasien,permintaan keluarga,dasar hukum,adat istiadat
setempat,agama dll)
Perawatan Paliatif (Palliative Care)
Cobaan tidak bisa kita hindari. Orang-orang yang mengalami cobaan penyakit yang tidak
bisa disembuhkan sungguh berat menjalani hidupnya. Sungguh menjadi dilema antara
Dokter,pasien dan keluarga pasien. Memang berat menerima cobaan demikian.Tapi dengan
Perawatan Paliatif, pasien akan tetap memiliki kualitas hidup yang baik meski penyakitnya
tak bisa disembuhkan.
Perawatan paliatif artinya meringankan penderitaan si pasien yang sudah sakit parah dan
tidak dapat disembuhkan seperti misalnya kanker Stadium akhir, pasien penyakit motor
neuron, penyakit degeneratif saraf dan pasien HIV/AIDS. Tujuannya agar penderita dapat
menjalani hari-hari sakitnya dengan semangat dan tidak putus asa serta memberi dukungan
agar mampu melakukan hal2 yang masih bisa dilakukan dan bermanfaat bagi Spiritual
pasien.
Pasien dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan kebanyakan berpikir sudah tidak ada
lagi yang bisa dilakukan. Untuk itulah perawatan paliatif dibutuhkan, ujar Prof Dr dr Akmal
Taher, SpU(K) dalam acara seminar dan konferensi press Memperingati Hari Hospis dan
Perawatan Paliatif Sedunia pada 7 oktober 2010.
Perawatan paliatif merupakan metode yang ampuh dalam membantu pasien lepas dari
penderitaannya, baik nyeri berkepanjangan ataupun keluhan lain. Kondisi ini akan membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga keluarganya.
Pada awalnya perawatan paliatif ini hanya ditujukan untuk pasien Kanker (kecuali di Afrika
Selatan awalnya untuk pasien HIV/AIDS). Tapi kini perawatan paliatif juga bisa digunakan
untuk penyakit lain seperti paru obstruktif kronis (COPD), stroke, parkinson, gagal jantung,
gagal ginjal, penyakit genetika dan juga infeksi seperti HIV/AIDS.
Intinya perawatan ini lebih berupa dukungan dan motivasi ke pasien. Kemudian setiap
keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit.
Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu pasien dan keluarganya bagaimana
memberikan perhatian khusus terhadap penderita, penanggulangannya serta kesiapan untuk
menghadapi kematian.
Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendalian gejala dan keluhan, serta bukan terhadap
penyakit utamanya karena penyakit utamanya tidak dapat disembuhkan. Dengan begitu
pasien terbebas dari penderitaan akibat keluhan dan bisa menjalani akhir hidupnya dengan
nyaman.
Perawatan paliatif dilakukan dengan kerja sama antara dokter, perawat, terapis, sosial-
media, psikolog, rohaniawan, relawan dan profesi lain yang diperlukan. Hal ini bertujuan
untuk agar pasien bebas dari penderitaan, sehingga kehidupannya tetap berkualitas dan
berakhir dengan tenang, ujar Prof dr R Sunaryadi Tejawinata, SpTHT(K), FAAO, PGD,
PAllMed.
Lebih lanjut Prof Sunaryadi menuturkan dari tahun 1992-2010 pelayanan perawatan paliatif
baru ada di 6 ibukota besar yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali
dan Sulawesi Selatan.
Perawatan paliatif kebanyakan terdapat di rumah sakit pemerintah seperti RS Hasan Sadikin
Bandung, RSCM, RSK Dharmais, RSU Dr Soetomo Surabaya, RS Sanglah Bali, RS Dr
Wahidin Sudirohusodo Makasar dan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Keluhan yang muncul seperti nyeri, gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare,
konstipasi), gangguan kulit (gatal, kering atau akibat berbaring terlalu lama), kelemahan
umum, gangguan respirasi, kelemahan anggota gerak, gangguan saluran kemih dan juga
merasa bingung.
Nah, dengan perawatan paliatif pasien diajak untuk lebih bisa menerima keadaannya
sehingga masih bisa menjalani hidupnya meskipun umurnya tak lama lagi. Karena
kebanyakan kualitas hidup pasien dengan penyakit tak bisa disembuhkan akan terus
memburuk atau menurun jika harapan pasien tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Jadi tugas dari tim paliatif adalah memodifikasi ekspektasi dari pasien, sehingga jarak antara
harapan dan kenyataannya menjadi lebih dekat. Bisa dengan cara membangkitkan spirit untuk
hidup, orientasi masa depan, keimanan bahkan tentang seksualitasnya, ungkap Dr Siti
Annisa Nuhonni, SpKFR(K).
Dr Nuhonni menuturkan harapan selalu ada, tapi sebaiknya tidak memberikan harapan yang
palsu karena harapan juga harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Untuk itu keluarga
merupakan kunci makna hidup dalam perawatan paliatif.
1. Rumah sakit, untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan dengan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau meemrlukan peralatan khusus.
2. Puskesmas, untuk pasien yang melakukan rawat jalan.
3. Rumah singgah atau panti (hospis), untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena
masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
4. Rumah Pasien, untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan atau
peralatan khusus, serta keterampilan perawatan bisa dilakukan oleh anggota keluarga.
Selain mengurangi gejala-gejala yang muncul, perawatan paliatif juga memberikan dukungan
dalam hal spiritual dan psikososial. Perawatan ini bisa dimulai saat diagnosis diumumkan
sampai akhir hayat dari si pasien.
Meski pasien telah meninggal dunia, perawatan paliatif tidak berhenti sampai di situ. Karena
relawan paliatif juga akan memberikan dukungan moral kepada keluarga yang berduka, ujar
bagi seorang dokter,butuh Empati yang besar dan Ketrampilan Khusus dalam melakukan
Paliatif care. Penyampaian kabar buruk (ketika pasien tidak bisa sembuh dan harus dilakukan
paliative care)pun harus ada etikanya. jangan sampai ketika kita menyampaikan kabar buruk
tersebut menimbulkan Stres mendalam bagi pasien maupun keluarganya yang berakibat
semakin cepatnya proses kematian bagi pasien. Terkadang juga tindakan Euthanasia
dilakukan jika tindakan Paliatif sudah dilakukan tapi pasien masih sangat menderita. Namun
perlu dicatat, Tindakan Euthanasia tidak semudah itu dilakukan. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan (permintaan pasien,permintaan keluarga,dasar hukum,adat istiadat
setempat,agama dll)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi
dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka
ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga memerlukan perawatan
Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era
peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care,
perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab
langsung, atau efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat
untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah
berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar
bila salah satu tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan
diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan
perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu
tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di
rumah memerlukan izin operasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan
perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi
Berdasarkan uraian diatas kami tertarik untuk membuat Rancangan Ide Pelayanan
Home Care pada Rumah Sakit Swasta di Masa Depan, untuk membantu program rumah
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan karya tulis ilmuah ini
adalah bagaimana rancangan program pelayanan home care rumah sakit swasta di masa
depan?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penulisan
b. Agar pasien mengetahui rumah sakit mana saja yang ada pelayanan home care
c. Agar pasien mampu membandingkan keefektifan dan keefisienan pelayanan yang di rumah
sakit
rumah sakit yang mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
E. LandasanHukum
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.
F. Ruang lingkup
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Agar pelayanan home care ini dapat berjalan dengan lancar maka perlu diperhatikan
2. Pelaksana Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang ada (dokter, bidan,
5. Menggunakan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan dalam menetapkan diagnosa.
7. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
8. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan, medik dan
lainnya.
13. Menggunakan kode etik profesi dalam melaksanakan pelayanan di home care .
H. Metode penulisan
1. Studi pustaka
2. Layanan jurnal
3. Media internet.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
pasien di rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan
keterampian teknikal tertentu yang berasal dari spesalisasi kesehatan tertentu, yang befokus
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan
kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga
home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang
oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama.
Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada program
home care yang meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-
kasus khusus klinik dan yang biasa dijumpai di komunitas. Kasus umum yang merupakan
3. SDM perawat
4. Kebutuhan pasien
5. Kependudukan
6. Dana
a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin
mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi keluarga
b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga ada
yang sakit
d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit
yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk
menggantikannya
2. Bagi Perawat :
a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang tetap
sama
b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja
yang dilakukannya.
system pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain
banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa di
rawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang
1. Kasus-kasus penyakit terminal di anggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apa bila di rawat
di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara medis
degenerative yang memerlukan perawatan relative lama. Dengan demikian berdampak pada
Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan
3. Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa perawatan klien
yang sangat lama (lebih dari 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban
manajemen.
4. Banyak orang merasakan bahwa di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan membatasi
kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal
2002).
asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan
1. Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio-
spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara
dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk
perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
3. Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara
berkelompok.
keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan
memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan
terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.
5. Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan,
1. Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak dilaksanakan
pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah.
Individu yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya dan
2. Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada promosi dan prevensi.
pelayanan yang sangat sederhana, yaitu kunjungan perawat kepada pasien tua atau lemah
yang tidak mampu berjalan menuju rumah sakit atau yang tidak memiliki biaya untuk
membayar dokter di rumah sakit atau yang tidak memiliki akses kepada pelayanan kesehatan
karena strata sosial yang dimilikinya. Pelaksanaannya juga merupakan inisiatif pemuka
agama yang care terhadap merebaknya kasus gangguan kesehatan. Perawat yang
melakukannya dikenal dengan istilah perawat kunjung (visiting nurse). Bentuk intervensi
Pada saat klien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem pelayanan keperawatan
dirumah (home care nursing), maka klien dan keluarga berharap mendapatkan sesuatu yang
tidak didapatkannya dari pelayanan keperawatan dirumah sakit.adapun klien dan keluarga
memutuskan untuk tidak menggunakan sistem ini, mungkin saja ada pertimbangan-
pertimbangan yang menjadikan home care bukan pilihan yang tepat.dibawah ini terdapat
1. home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan yang dikenal oleh
klien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit klien akan merasa asing dan perlu
adaptasi.
2. home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat diberikan secara
focus pada satu klien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi pada beberapa
pasien.
3. home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi klien, dimana
4. home care menjaga privacy klien dan keluarga, dimana semua tindakan yang berikan
5. home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif lebih rendah
6. home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam memonitor
kebiasaan klien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana berguna memahami
7. home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana keluarga dapat sambil
8. home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan dengan pelayanan
dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi dapat diberikan pelayanan sekaligus
1. home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika menggunakan agency yang
a. dokter spesialis.
b. Petugas laboratorium.
c. Petugas ahli gizi.
d. Petugas fisioterafi.
2. home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika dibandingkan dengan
3. klien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk mencapai unit-
4. pelayanan home care tidak dapat diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan
keluarga merasa bahwa semua kebutuhan klien sudah dapat terlayani dengan adanya
home care.
a. fasilitas resusitasi
b. fasilitas defibrilator
7. jika tidak berhasil, pelayanan home care berdampak tingginya tingkat ketergantungan
a. Alat kesehatan
1) Tas/ kit
2) Pemeriksaan fisik
3) Set perawatan luka
4) Set emergency
6) Set huknah
7) Set memandikan
11) Sterilisator
1) Obat emergency
2) Perawatan luka
4) Set infus
6) Huknah
7) Kateter
c. Sarana lain
1) Alat dan media pendidikan kesehatan
3) Kendaraan
4) Alat komunikasi
5) Dokumentasi
Tempat tidur manual 3 posisi Rp. 300.000/hari selama perawatan home care
Spuit 50cc TIP Terumo Rp. 30.000/pcs selama perawatan home care
yellow
s/d 24 Gold
Coated
bisolvon, nacl)
Jika ada tindakan lainnya diluar daftar tarif dikenakan biaya = Rp. 30.000/tindakan
1. Adanya rasa kurang atau belum percayanya masyarakat atau keluarga terhadap pelayanan
Home Care.
2. Situasi dan keadaan lingkungan atau wilayah serta kurangnya akses transportasi
Jarak wilayah yang terlalu jauh sehingga kurang mendapat pelayanan Home Care
dari pihak rumah sakit serta keadaan yang kurang mendukung, misalnya pada lingkungan
rumah susun yang berkaitan dengan ketenangan, kebersihan, kerapian yang kurang
mendukung untk proses penyembuhan dalam pelayanan home care. Hal ini menyebabkan
3. Tenaga kesehatan yang kurang kompeten dalam melaksanakan pelayanan home care
6. Adanya panggilan kunjungan yang tidak diperlukan, hal ini akan membuang waktu, tenaga
dan biaya,
9. Untuk kolaborasi dengan tim profesional lain membutuhkan waktu yang cukup lama,
10. Letak geografis yang jauh dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan dan cost yang
diperlukan.
kesehatan
1 minggu di rumah sakit untuk kelas 3 kurang lebih biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.
1.000.000,00 kalau memakai pelayanan home care dalam 1 minggu yang dilakukan visit 3
3. Letak geografis yang berjauhan, sehingga sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
BAB III
PEMBAHASAN
Berikut ini adalah data-data tentang Home Care yang di dapat dari rumah sakit
A. Protap Umum
Prosedur tetap (Protap) umum Home Care adalah pedoman tatalaksana perawatan
secara umum, berlaku bagi segenap komponen pelaksana home care, baik bagi dokter
maupun bidan dan perawat. Dalam hal yang bersifat khusus semisal : tatalaksana biaya
perawatan, pengelolaan obat dan bahan habis pakai atau yang lain, diatur dalam pedoman
tersendiri.
4. Pelakasana home care menerima pasien dari dokter penanggung jawab, dokter praktek,
institusi pelayanan medis atau atas kemauan pasien (keluarganya) dengan indikasi rawat inap
b) Memeriksa tanda-tanda vital (tensi, suhu, nadi, respirasi) dan mencatat di kartu status pasien
c) Bila dokter sulit dihubungi, berikan pertolongan pertama sesuai keadaan pasien pada saat itu,
d) Setelah diberikan terapi/tindakan, berikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang
6. Awasi keadaan pasien secara berkala, termasuk pengamatan tanda vital. Tulis dan catat di
8. Pemberian obat oral di atur sesuai jadwal pengobatan dan kenyamanan pasien.
9. Apabila kondisi pasien menurun atau mengalami perubahan mendadak, segera konsultasi ke
dokter konsultan (dokter penanggung jawab) atau langsung di rujuk ke rumah sakit dengan
pendampingan
10. Jika terjadi anafilaksis shock, tangani sesuai protap anafilaksis, kemudian baru konsultasi.
11. Pelaksana home care hendaknya memberikan tindakan atas rekomendasi dokter, kecuali
12. Penggunaan obat dan BHP (bahan habis pakai) di catat di buku stok masing-masing
13. Pasien yang memerlukan pemeriksaan laboratorium disiapkan oleh petugas pelaksana home
15. Jika diperlukan follow up, pasien dapat diperiksakan ke dokter konsultan (praktek).
16. Rujukan ke rumah sakit RK Charitas Palembang didampingi oleh petugas jaga.
17. Pasien yang tidak dapat ditangani di rumah atau memerlukan tindakan lebih lanjut atau
tindakan operatif, di rujuk ke rumah sakit disertai rujukan dan tindakan sementara yang sudah
dilakukan.
18. Penggunaan mobil ambulance hendaknya bekerjasama dengan pihak rumah sakit dan dikenai
tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sesuai daftar tarif ambulance di rumah sakit RK
Charitas Palembang.
19. Dokter dan pelaksana home care tidak diperkenankan menerima sesuatu dan melakukan
perjanjian-perjanjian dengan pihak manapun yang berujung pada pembengkakan biaya home
care.
20. Dikter bersama pelaksana home care hendaknya membuat standarisasi obat sesuai keperluan
berdasarkan indikasi medis dan bekerjasama denga apotek rumah sakit dalam pengadaan
obat. Dalam menetukan jenis obat tentunya mempertimbangkan daya jangkau pasien tanpa
21. Penggantian petugas pelaksana, oleh berbagai sebab, hendaknya melakukan serah terima,
meliputi : kondisi pasien, obat dan tindakan meis, sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
22. Semua komponen home care hendaknya bersikap ramah dengan pasien dan keluarganya,
B. Alur Pelayanan
1. Setiap pasien, mendapatkan pelayanan home care melalui dokter penanggung jawab, dokter
2. Petugas pelaksana home care melaksanakan pelayanan meds sesuai dengan instruksi dokter
3. Petugas pelaksana home care membuat registrasi dan mencatat di lembar status pasien
4. Petugas pelaksana mengunjungi rumah pasien secara berkala
5. Petugas pelaksana yang berhalangan dalam perawatan home care dapat digantikan oleh
6. Pasien di rawat hingga sembuh atau hingga akhir perawatan pada perawatan paliatif
7. Apabila perlu di rujuk, maka pasien di rujuk setelah mendapatkan tindakan stabilisasi
8. Apabila penderita meninggal dunia, petugas pelaksana membuat laporan keatian sejak masa
perawatan.
a. Home care menerima pasie dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain, keluarga
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
8) Dokumentasikan kegiatan
5) Pasien di rujuk
Berikut ini adalah panduan singkat tatalaksana home care, mulai pra perawatan di
1. Dokter dan tim home care merencanakan jadwal perawatan pasien sesuai jenis perawatan,
jenis penyakit, gradasi penyakit dan kondisi klinis pasien berdasarkan prosedur perawatan.
perawatan emergency.
2. Dokter dan tim home care merencanakan pemeriksaan penunjang diagnostik dan follow up
infus set, intravena cath, cairan infus, spuit, needle, nebulizer dan lain-lain sesuai keperluan
1. Pelaksana perawatan mengunjungi rumah pasien secara berkala sesuai jadwal perawatan
2. Pelaksana home care melaporkan kondisi klinis setiap pasien dan keluhan serta tindakan
medis yang sudah dilakukan, meliputi : kondisi umum terkini setiap pasien. Hasil
laboratorium dan obat atau tindakan medis yang telah diberikan dan respon hasil pengobatan
3. Dokter memonitor pelaksanaan home care oleh pelaksana perawatan melalui sarana
4. Dokter dan tim home care mendiskusikan setiap kasus selama masa home care dan pasca
1. Dokter memberikan terapi dan instruksi tindakan medis atau laboratorium serta advis sesuai
2. Dokter memberikan support dan berdialog denganpasien dan atau keluarganya secara santun
1. Dokter bersama-sama pelaksana home care melakukan evaluasi klinis setiap pasie pasca
pelaksanaan home care untuk perbaikan kualitas perawatan di masa yang akan datang
2. Dokter dan pelaksana home care membuat jadwal perawatan jangka panjang bagi pasien
yang memerlukan perawatan rehabilitatif, seperti : pasca stroke, decompensasi cordis dan
lain-lain
3. Dokter memberikan bombingan teknis medis kepada pelaksana home care secara berkala
Charita sejak tahun 2006, yang pada perkembangannya mengalami peningkatan jumlah
permintaan pelayanan kunjungan setiap tahun, hal ini dapat di lihat dari data jumlah pasien
Di tinjau dari jumlah permintaan pelayanan home care dari pasien setiap tahunnya
yang mengalami peningkatan maka tingkat keberhasilan yang di capai oleh rumah sakit RK
Penerapan harga dalam pelayanan home care di rumah sakit RK Charitas Palembang
g. GB kecil : Rp.50.000,00
h. GB sedang : Rp.75.000,00
l. Kolostomi : Rp.75.000,00
q. Injeksi : Rp.30.000,00
v. Transportasi : Rp.20.000,00
a. Masih kurangnya tenaga kesehatan yang khusus untuk melayani pelayanan home care.
b. Masyarakat terutama yang berada di daerah-daerah jauh dari wilayah kerja RS RK Charitas
Palembang belum bisa terjangkau pelayanannya terutama dalam pelayanan home care
d. Dalam memberikan pelayanan tenaga kesehatan kurang melibatkan keluarga dan pasien dan
a. Masyarakat masih banyak yang belum tahu tentang program home care, terutama masyarakat
c. Biaya yang masih dirasakan terlalu besar oleh masyarakat terutama masyarakat dari kelas
BAB IV
Terlampir
Loket Pendaftaran
Poli Home Care
Administrasi Home Care
Pemeriksaan Kesehatan
Pembuatan Kartu
Pelayanan
Pembuatan Jadwal
Pembiayaan
Terminasi Pelayanan
Pasien Datang
C. Uraian Tugas
ian : Seorang tenaga medis yang profesional yang di beri wewenang dan tanggung jawab untuk
mengelola terselenggaranya kegiatan home care dan telah memiliki sertifikat pelatihan home
Persyaratan :
Uraian Tugas :
2. Sekertaris
ian : Perawat profesional yang diberikan wewenang dan tan ggung jawab untuk mencatat segala
didokumentasikan.
3. Bendahara
tian : Tenaga profesional yang diberikan wewenang dan tanggung jawab dalam melaksanakan
Uraian Tugas :
5. Koordinator Kasus
rtian : Seseorang perawat profesional yang di beri wewenang dan tanggung jawab
b. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan kep. dan klien di rumah
6. Pelaksana Pelayanan
an : Seorang tenaga profesional (keperawatan, pekerja sosial, terapis, gizi) yang di beri wewenang dan
Persyaratan :
c. Sertifikat pelatihan
Uraian Tugas :
e. Membuat dokumentasi tertulis pada rekam kep. setiap selesai melaksanakan tugas
7. Koordinator Administrasi
Persyaratan :
b. Mampu mengoperasikan SIM rumah sakit yang telah di program oleh rumah sakit
Uraian Tugas :
8. Konsulen
Uraian Tugas :
a. Menerima konsultasi dari pelaksanaan keperawatan dan memberikan petunjuk / advis sesuai
kewenangannya
Berdasarkan program yang telah dibuat oleh RS tentang home care maka pihak
rumah sakit akan terjun langsung ke lapangan untuk mensosialisasikan home care pada
tempat-tempat yang menjadi wilayah kerja rumah sakit tersebut. Sasaran yang dicapai adalah
seluruh komponen masyarakat baik dari tingkat sosial, ekonomi, budaya, dan usia.
memperkenalkan apa itu home care, tujuan, manfaat, serta program-program dan prosedur
home care yang akan di berikan kepada masyarakat bisa dilakukan melalui beberapa cara,
diantaranya :
1. Pihak rumah sakit akan melakukan upaya pengenalan dan penyebaran pelayanan home care
dari rumah sakit tersebut dengan cara menyebar tenaga kesehatan ke setiap pembagian
wilayah yang sudah ditentukan untuk melakukan salah satunya dengan teknik berupa
diinformasikan adalah tentang apa itu home care, tujuan , manfaat serta program-program
dari pelayanan home care yang akan di laksanakan. Teknik penyuluhan ini dilakukan 4 kali
dalam 1 bulan agar benar-benar masyarakat mengerti dan paham tentang home care.
a. Waktu yang diperlukan tidak terlalu banyak dalam mempromosikan home care karena
b. Bisa bertatap muka langsung dan bisa bertanya langsung, agar apa yang disampaikan bisa
diterima atau menjadi 1 persepsi dalam masyarakat tersebut tentang home care
c. Bisa dilakukan juga untuk kegiatan pemeriksaan kesehatan dalam kegiatan tersebut.
a. Kurangnya kesadaran dari pihak masyarakat untuk menghadiri kegiatan penyuluhan tersebut
b. Terkadang masyarakat kurang mengerti dengan apa yang disampaikan karena banyaknya
2. Pihak dari rumah sakit akan menyebarkan pamflet, brosur tentang home care kepada
masyarakat baik yang datang ke rumah sakit untuk berobat (pasien dan keluarga) maupun
pihak masyarakat yang ada di komunitas serta pemasangan poster-poster tentang home care,
c. Terkadang bagi masyarakat kurang menarik sehingga hanya di lihat sekilas saja
d. Pada orang-orang yang yang tidak bisa membaca juga mengalami kesusahan.
a. Untuk masyarakat yang tidak bisa mengakses lewat media massa akan tidak tahu tentang
home care
b. Kurang pemahaman yang lebih karena terkadang hanya melihat dan mendengar serta
b. Bisa langsung bertanya jawab bila ada yang perlu ditanyakan tentang home care.
Kekurangan Dari Teknik Ini Adalah :
b. Tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan hal ini butuh banyak.
dalam area kerja rumah sakit tersebut. Tetapi apabila dalam area kerja rumah sakit tersebut
ada wilayah yang berada jauh dari rumah sakit maka bisa dilakukan dengan kerja sama
melalui rumah sakit yang ada dalam wilayah tersebut yang sebelumnya memang belum ada
program home care. Tetapi apabila dalam wilayah tersebut tidak ada sarana kesehatan maka
bisa dilakukan semacam membuat bangunan seperti puskesmas sebagai cabang home care
dari rumah sakit swasta tersebut. Setelah tersosialisasinya program home care kepada
masyarakat tersebut maka pihak rumah sakit akan langsung melakukan pelayanan home care
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
e. Pasien di rujuk
1. Pelayanan home care dirumah sakit swasta yang dilakukan tersebut akan ditempatkan atau di
buat semacam poli tersendiri yakni poli home care yang nantinya akan melayani pasien-
2. Pasien baru yang datang yang memerlukan perlayanan home care di rumah sakit swasta
rumahnya sendiri.
b. Pasien dari perawatan rumah sakit yang meminta pelayanan home care.
c. Pasien yang meminta pelayanan home care melalui telepon.
c. Setelah pembuatan kartu, pasien yang ingin menggunakan jasa home care melakukan
pemeriksaan kesehatan jika pasien tersebut datang langsung. tetapi apabila pasien tidak
datang langsung ke poli home care maka pemeriksaan kesehatan dilakukan dirumah pasien
dengan mengirimkan tenaga kesehatan ke rumah pasien sebagai data penunjang untuk
d. Setelah mengetahui hasil dari pemeriksaan kesehatan pasien tersebut akan di rujuk ke bagian
e. Selanjutnya pasien tersebut akan melakukan administrasi untuk mengurus cara pembiayaan
f. Setelah pasien tersebut setuju maka pelayanan home care tersebut di laksanakan sesuai
5. Pasien yang sebelumnya di rawat di rumah sakit dan meminta pelayanan home care untuk
6. Setelah prosedur di atas selesai maka tenaga kesehatan pada bagian home care akan
melakukan pengkajian untuk menetukan tindakan yang akan dilakukan serta untuk
7. melakukan kunjungan ke rumah pasien serta melakukan perawatan pada pasien sesuai
8. untuk jadwal kunjungan ke pasien disesuaikan dengan apa yang dialami pasien (penyakitnya)
sudah mulai membaik bahkan sembuh maka pelayanan home care dihentikan.
10. tetapi bila kondisi pasien semakin gawat dan memerlukan perawatan secara intensif, maka
dilakukan rujukan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Sistem Rujukan :
rujukan dilakukan bila kondisi pasien lebih memburuk atau semakin gawat dan memerlukan
perawatan yang lebih intensif. rujukan akan dilakukan ke rumah sakit melalui beberapa
prosedur :
1. pemberitahuan kepada pihak pasien bahwa pasien harus di rujuk karena keadaannya yang
semakin memburuk.
2. petugas pelaksana home care pada pasien tersebut akan melaporkan kepada koordinator
3. selanjutnya koordinator kasus akan mengurus proses rujukan langsung ke bagian emergency
rumah sakit.
5. untuk pembiayaan : setiap pelayanan yang dilakukan oleh tempat rujukan (rumah sakit) maka
6. Keberlanjutan pelayanan home care.ini terkait dengan apakah pelayanan home care akan
1. Ketenagaan
1) Minimal D.III
4) Memiliki SIP,SIK,SIPP
4) Memiliki SIP,SIK,SIPP
1) Rekomendasi PPNI
5) .Ijin lingkungan
6) Ijin usaha
a. Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain, keluarga
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
8) Dokumentasikan kegiatan
5) Pasien di rujuk
1. Dengan adanya program poli home care di rumah sakit swasta maka pelayanan program
3. Semakin membuat pasien dan keluarga menjadi mandiri dalam pemeliharaan kesehatan
BAB V
ANALISA
Institusi Home Care swasta dapat didirikan dengan semacam membuat poli
khusus poli home care di rumah sakit tersebut, baik untuk satu jenis layanan maupun
layanan yang bervariasi. Untuk itu diperlukan perencanaan yang berdasarkan kebutuhan
1. Analisa Interna
Analisa internal, melihat pada ketersediaan sumber (alam, manusia dan dana) baik
yang actual maupun potensial. Selain ketersediaan dana juga perlu dianalisa komitmen
personil yang ada terhadap rencana pembentukan institusi Home Care. Komitmen
personil merupakan persyaratan mutlak yang harus di mililki untuk mengawali suatu
2. Analisa Eksterna
maupun jumlahnya. Misalnya bila kita berada di daerah yang penduduknya kebanyakan
berusia produktif, maka sudah dapat diperkirakan bahwa pasar membutuhkan layanan
keperawatan yang berhubungan persoalan reproduksi, bayi serta balita. Analisa eksternal
juga melihat pesaing yang ada disekitar daerah tersebut, baik dalam jumlah, jenis
maupun kondisinya.
Agar pelanggan loyal terhadap suatu institusi HC, maka HC harus memperhatikan hal -
hal berikut :
1. Kemudahan (untuk dihubungi , untuk mendapatkan informasi, untuk membuat janji)
2. Selalu tepat janji, penting untuk membina kepercayaan masyarakat pada institusi HC
3. Sesuai dengan standar yang telah di tetapkan, hal ini merupakan ciri professional
5. Mengembangkan hubungan kerja sama secara internal dan eksternal untuk memperbaiki
kualitas layanan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
mengembangkan program home care yang sebelumnya hanya ada di RS pemerintah. Home
care merupakan suatu program yang dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan
B. Saran
Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat maka hendaknya rumah sakit swasta juga
ikut mendukung visi dan misi Depkes RI untuk mengembangkan pelayanan home care
partisipasinya dan untuk perawat harus meningkatkan kualitas, wawasan dan keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA
RI
Hidayat, Lukman. 2009. Home Care dan "sedikit konsep untuk anda"
http://www.facebook.com/note.php?note_id=133675939370. Diakses tanggal 02
Oktober 2011
Sumatra Selatan
http://mitramedical.blogspot.com/2010/03/home-care-ala-mitra-medical- service.html
Posting Komentar
310428
My Facebook
Eko Jatiarso
Mengenai Saya
Eko Jatiarso
Hhhmmm, Aku ingin berbagi tentang pengalaman hidupku. Hidup yang penuh
dengan warna-warni. Ku ukir semua pengalaman hidup itu, dalam sebuah lagu.
Walau hidupku berantakan dan penuh cerita, tapi aku tetap Tuan bagi diriku sendiri.
Lihat profil lengkapku
Entri Populer
Makalah Home Care
makalah askep bayi setelah lahir
Pemberian obat dengan injeksi subkutan
makalah Model konsep Florence Nightingale
Nafas Dalam dan Batuk Efektif
ASUHAN KEPERAWATAN CYSTITIS
MAKALAH ASKEP HIPERTENSI PADA LANSIA
Makalah Asuhan Keperawatan Mastitis
makalah askep sepsis neonatus
Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
Kumpulan Makalah, Askep, Artikel Kesehatan
2013 (20)
2012 (115)
o 12 (3)
o 11 (1)
o 10 (5)
o 09 (4)
o 08 (1)
o 06 (14)
o 05 (2)
o 04 (43)
Apr 29 (3)
Apr 24 (1)
Apr 22 (1)
Apr 18 (1)
Apr 15 (1)
Apr 09 (1)
Apr 08 (1)
Apr 04 (1)
Apr 03 (33)
makalah askep sepsis neonatus
Asuhan Keperawatan Mata bintitan
Asuhan Keperawatan Blepharitis
askep kelainan kongenital
artikel keratitis
artikel Strabismus (Mata juling)
Askep Trauma Mata
artikel Tunanetra (buta)
makalah Model konsep Florence Nightingale
makalah askep konsep kehilangan duka
makalah pendidikan kesehatan keluarga
askep glaukoma
makalah askep kanker kolon usus besar
makalah askep hemofilia
Pemberian Obat Melalui Telinga
Pemberian Obat pada Hidung
Pemberian Obat Melalui Intravena
Pemberian Obat Pada Mata
pemberian obat topikal
Distosia Jalan Lahir
Artikel Antenatal Care / ANC
Askep Post Partum Sistitis
Distosia Karena Faktor Fetus
Gangguan Haid dan Siklusnya
Perubahan anatomi & fisiologi pada wanita hamil
Asuhan Keperawatan Luka Bakar
asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan Keperawatan Myastenia gravis
Makalah Home Care
Rancangan Program Home Care
Asuhan Keperawatan Influenza
Sistem Reproduksi Pada Pria
Makalah Asuhan Keperawatan Mastitis
o 03 (6)
o 02 (1)
o 01 (35)