Anda di halaman 1dari 79

DEWAN PENGURUS KOMISARIAT

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA


(INDONESIAN NATIONAL NURSES ASSOCIATION)
KOMISARIAT BATANG KOTA KABUPATEN BATANG

Sekretariat: Jalan Pemuda Cepokokuning Batang Telp (0285) 4494201

Nomor : 24/DPK.PPNI-BATANG/K/VII/2017 Batang, 28 Juli 2017


Lamp : -
Hal : Pengajuan SIKP Kepada
Yth : Ketua DPD PPNI Batang
Di Tempat
Dengan Hormat,
Berdasarkan hasil pendataan anggota di DPK Batang Kota, masih terdapat anggota kami
yang belum memiliki SIKP, karenanya kami mengajukan permohonan pembuatan SIKP dari
nama anggota kami di bawah ini:

1. Idha Dwi Yulianti


Alamat : Jln.Blimbing 5 No.78 RT4 RW3 Pasekaran Batang
No.STR: 14.01.521.12-0657308
2. Nur Pratiwi
Alamat : Condong RT4 RW1 Desa Tambahrejo Bandar Batang
No.STR: 14.01.521.12-0657307
3. Eka Winingrum
Alamat : Perum Pasekaran Griya Permai RT5 RW1 Desa Pasekaran Batang
No.STR: 14.01.521.12-0657309
4. Diah Puji Lestari
Alamat : Jln.Kyai Surgi no.51 RT5 RW7 Kauman Batang
No.STR : 14.01.521.12-0657311

Demikian atas kerja samanya disampaikan terima kasih.

Ketua DPK PPNI Batang Kota

Fita Prami Astuti, Amd.Kep


NIRA. 33250122854
KORELASI SPEARMAN RANK
(Suharto)

Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis
asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk Ordinal.

Contoh:
Ada 10 orang responden yang diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tentang Motivasi dan Prestasi
dalam sebuah kantor. Jumlah responden yang diminta mengisi daftar pertanyaan itu 10 karyawan,
masing-masing diberi nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Nilai yang diberikan oleh kesepuluh responden
tentang Motivasi dan Prestasi itu diberikan pada contoh berikut. Yang akan diketahui adalah apakah ada
hubungan antara Motivasi dengan Prestasi.

Berdasarkan hal tersebut maka:

1. Judul penelitian adalah : Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi.


2. Variabel penelitiannya adalah : nilai jawaban dari 10 responden tentang Motivasi (Xi) dan
Prestasi (Yi)
3. Rumusan masalah: apakah ada hubungan antara variabel Motivasi dan Prestasi?
4. Hipotesis:
Ho: tidak ada hubungan antara variabel Motivasi dan Prestasi.
Ha: ada hubungan antara variabel Motivasi dan Prestasi
5. Kriteria Pengujian Hipotesis

Ho ditolak bila harga hitung > dari tabel


Ho diterima bila harga hitung dari tabel
Penyajian data
Jawaban responden yang telah terkumpul ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Nilai Motivasi dan Prestasi

Nomor responden Jumlah Skor Jumlah skor

1 9 8

2 6 7

3 5 6

4 7 8

5 4 5

6 3 4

7 2 2
8 8 9

9 7 8

10 6 6

6. Perhitungan untuk pengujian Hipotesis

Data tersebut diperoleh dari sumber yang berbeda yaitu Motivasi (Xi) dan Prestasi (Yi). Karena sumber
datanya berbeda dan berbentuk ordinal, maka untuk menganalisisnya digunakan Korelasi Rank yang
rumusnya adalah:

= 1 ( 6bi 2
: N ( N2 1 )
= koefisien korelasi Spearman Rank
di = beda antara dua pengamatan berpasangan
N = total pengamatan
Korelasi Spearman rank bekerja dengan data ordinal. Karena jawaban responden merupakan data
ordinal, maka data tersebut diubah terlebih dahulu dari data ordinal dalam bentuk ranking yang caranya
dapat dilihat dalam Tabel 2.
Bila terdapat nilai yang sama, maka cara membuat peringkatnya adalah: Misalnya pada Xi nilai 9 adalah
peringkat ke 1, nilai 8 pada peringkat ke 2, selanjutnya disini ada nilai 7 jumlahnya dua. Mestinya
peringatnya kalau diurutkan adalah peringkat 3 dan 4. tetapi karena nilainya sama, maka peringkatnya
dibagi dua yaitu: (3 + 4) : 2 = 3,5. akhirnya dua nilai 7 pada Xi masing-masing diberi peringkat 3,5.
Selanjutnya pada Yi disana ada nilai 8 jumlahnya tiga. Mestinya peringkatnya adalah 2, 3 dan 4. Tetapi
karena nilainya sama maka peringkatnya dibagi tiga yaitu: (2 + 3 + 4) : 3 = 3. Jadi nilai 8 yang
jumlahnya tiga masing-masing diberi peringkat 3 pada kolom Yi. Selanjutnya nilai 7 diberi peringkat
setelah peringkat 4 yaitu peringkat 5. Lanjutkan saja..

Tabel 2. Tabel penolong untuk menghitung koefisien korelasi Spearman Rank.

Nomor Nilai Motivasi Nilai Prestasi Peringkat Peringkat bi bi2


Responden Resp. I (Xi) dari Resp. II (Xi) (Yi)
(Yi)

1 9 8 1 3 -2 4

2 6 7 5,5 5 0,5 0,25

3 5 6 7 6,5 0,5 0,25

4 7 8 3,5 3 0,5 0,25

5 4 5 8 8 0 0
6 3 4 9 9 0 0

7 2 2 10 10 0 0

8 8 9 2 1 1 1

9 7 8 3,5 3 0,5 0,25

10 6 6 5,5 6,5 -1 1

0 7

Selanjutnya harga bi2 yang telah diperoleh dari hitungan dalam tabel kolom terakhir dimasukkan dalam
rumus korelasi Spearman Rank :
= 1 6.7 : ( 10 x 102 -1 ) = 1 0,04 = 0,96
Sebagai interpretasi, angka ini perlu dibandingkan dengan tabel nilai-nilai (dibaca: rho) dalamTabel 3.
Dari tabel itu terlihat bahwa untuk n = 10, dengan derajat kesalahan 5 % diperoleh harga 0,648 dan
untuk 1 % = 0,794. Hasil hitung ternyata lebih besar dari tabel
Derajat kesalahan 5 %.. 0,96 > 0,648

Derajat kesalahan 1 %.. 0,96 > 0,794

Hal ini berarti menolak Ho dan menerima Ha.

Kesimpulan :
Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara Motivasi (Xi) dengan Prestasi (Yi). Dalam hal ini
hipotesis nolnya (Ho) adalah: tidak ada hubungan antara variabel Motivasi (Xi) dengan Prestasi (Yi).
Sedangkan hipotesis alternatifnya (Ha) adalah: terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
variabel Motivasi (Xi) dengan Prestasi (Yi). Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima. Atau dengan kata lain bahwa variabel Motivasi mempunyai hubungan yang
signifikan dengan Prestasi.
Tabel 3: Tabel Nilai-nilai (RHO), Korelasi Spearman Rank

N Derajat signifikansi N Derajat signifikansi

5% 1% 5% 1%

5 1,000 16 0,506 0,665

6 0,886 1,000 18 0,475 0,625

7 0,786 0,929 20 0,450 0,591

8 0,738 0,881 22 0,428 0,562


9 0,683 0,833 24 0,409 0,537

10 0,648 0,794 26 0,392 0,515

12 0,591 0,777 28 0,377 0,496

14 0,544 0,715 30 0,364 0,478

Sumber:
B. Pembahasan
a. Data nominal
Sebelum kita membicarakan bagaimana alat analisis data digunakan, berikut ini akan diberikan ulasan
tentang bagaimana sebenarnya data nominal yang sering digunakan dalam statistik nonparametrik bagi
mahasiswa. Menuruti Moh. Nazir, data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka
yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan
apapun.
Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan
data diskrit dan tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua
anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa.
Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set
di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3). Jelas kelihatan bahwa angka
yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat
renang lebih tinggi dari tenis. Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka
yang diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. Begitu juga tentang suku, yakni Dayak, Bugis dan
Badui.
Tentang partai, misalnya Partai Bulan, Partai Bintang dan Partai Matahari. Masing-masing kategori tidak
dinyatakan lebih tinggi dari atribut (nama) yang lain. Seseorang yang pergi ke Jakarta, tidak akan
pernah mengatakan dua setengah kali, atau tiga seperempat kali. Tetapi akan mengatakan dua kali,
lima kali, atau tujuh kali. Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga. Numerik yang
dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya. Tidak akan pernah ada bilangan
pecahan. Data nominal ini diperoleh dari hasil pengukuran dengan skala nominal.
Menuruti Sugiono, alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang digunakan untuk
data nominal adalah Coefisien Contingensi. Akan tetapi karena pengujian hipotesis Coefisien Contingensi
memerlukan rumus Chi Square (2), perhitungannya dilakukan setelah kita menghitung Chi Square.
Penggunaan model statistik nonparametrik selain Coefisien Contingensi tidak lazim dilakukan.
b. Data ordinal
Bagian lain dari data kontinum adalah data ordinal. Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga
memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk
mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak
memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki
sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila
dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki
urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling
buruk.
Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir), mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju
sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat untuk
menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan
kode 5, kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak
pernah menghadiri, dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari
hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal. Alat analisis (uji
hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang lazim digunakan untuk data ordinal adalah Spearman
Rank Correlation dan Kendall Tau.
c. Data interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu
sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan
jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan
jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala
interval dinamakan data interval.
Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval
pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi
antara mahasiswa C dan A adalah 3 1 = 2. Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 3 = 3.
Akan tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A
ataupun prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa B.
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval. Alat analisis
(uji hipotesis asosiatif) statistik parametrik yang lazim digunakan untuk data interval ini adalah Pearson
Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple
Regression.
d. Data rasio
Ukuran yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang
memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran rasio (data
rasio). Data rasio, yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol. Karenanya,
interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik
nol di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian.
Angka pada data rasio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 orang
pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp.
40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat dengan ukuran rasio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali
pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A.
Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan pengemudi B.
Dengan kata lain, rasio antara pengemudi C dan A adalah 4 : 1, rasio antara pengemudi D dan A adalah
5 : 1, sedangkan rasio antara pengemudi C dan B adalah 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C
adalah 30.000, dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh data rasio
lainnya adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio. Bayi A memiliki berat 3 Kg. Bayi B
memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan skala rasio, maka bayi A
memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari
berat badan bayi C, dan bayi C memiliki rasio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst.
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data rasio. Alat analisis (uji
hipotesis asosiatif) yang digunakan adalah statistik parametrik dan yang lazim digunakan untuk data
rasio ini adalah Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial
Regression, dan Multiple Regression.Sesuai dengan ulasan jenis pengukuran yang digunakan, maka
variabel penelitian lazimnya bisa di bagi menjadi 4 jenis variabel, yakni variabel (data) nominal, variabel
(data) ordinal, variabel (data) interval, dan variabel (data) rasio.
Variabel nominal, yaitu variabel yang dikategorikan secara diskrit dan saling terpisah satu sama lain,
misalnya status perkawinan, jenis kelamin, suku bangsa, profesi pekerjaan seseorang dan sebagainya.
Variabel ordinal adalah variabel yang disusun atas dasar peringkat, seperti motivasi seseorang untuk
bekerja, peringkat perlombaan catur, peringkat tingkat kesukaran suatu pekerjaan dan lain-lain.
Variabel interval adalah variabel yang diukur dengan ukuran interval seperti indek prestasi mahasiswa,
skala termometer dan sebagainya, sedangkan variabel rasio adalah variabel yang disusun dengan
ukuran rasio seperti tingkat penganggguran, penghasilan, berat badan, dan sebagainya.
e. Konversi variabel ordinal
Adakalanya kita tidak ingin menguji hipotesis dengan alat uji hipotesis statistik nonparametrik dengan
berbagai pertimbangan, baik dari segi biaya, waktu maupun dasar teori. Misalnya kita ingin melakukan
uji statistik parametrik Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial
Regresion dan Multiple Regression, padahal data yang kita miliki adalah hasil pengukuran dengan skala
ordinal, sedangkan persyaratan penggunaan statistik parametrik adalah selain data harus berbentuk
interval atau rasio, data harus memiliki distribusi normal. Jika kita tidak ingin melakukan uji normalitas
karena data yang kita miliki adalah data ordinal, hal itu bisa saja kita lakukan dengan cara menaikkan
data dari pengukuran skala ordinal menjadi data dalam skala interval dengan metode Suksesive
Interval.
Menuruti Al-Rasyid, menaikkan data dari skala ordinal menjadi skala interval dinamakan transformasi
data. Transformasi data itu dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan Metode Suksesive
Interval (MSI). Tujuan dari dilakukannya transformasi data adalah untuk menaikkan data dari skala
pengukuran ordinal menjadi skala dengan pengukuran interval yang lazim digunakan bagi kepentingan
analisis statistik parametrik.
Transformasi data ordinal menjadi interval itu, selain merupakan suatu kelaziman, juga untuk
mengubah data agar memiliki sebaran normal. Artinya, setelah dilakukan transformasi data dari ordinal
menjadi interval, penggunaan model dalam suatu penelitian tidak perlu melakukan uji normalitas.
Karena salah satu syarat penggunaan statistik parametrik, selain data harus memiliki skala interval (dan
rasio), data juga harus memiliki distribusi (sebaran) normal.
Dengan dilakukannya transformasi data, diharapkan data ordinal sudah menjadi data interval dan
memiliki sebaran normal yang langsung bisa dilakukan analisis dengan statistik parametrik. Berbeda
dengan ststistik nonparametrik, ia hanya digunakan untuk mengukur distribusi. (Ronald E. Walpole).

DAFTAR PUSTAKA
Konsep-Konsep Dasar Penelitian (Bagian 4)
A. DATA

1. Primer dan Sekunder

Primary Data, adalah data mentah yang dikumpulkan langsung dari sumbernya oleh peneliti baru kemudian diolahnya.

Secondary Data, adalah data olahan yang diambil peneliti dari pihak kedua (pihak yang mengumpulkan langsung dari sumber dan mengolahnya).

Catatan: Jika menggunakan data dari pihak ketiga, maka datanya disebut data tersier, dan seterusnya.

2. Utama dan Pendukung

Prominent/Eminent Data, adalah data pokok dalam suatu penelitian. Jika data ini tidak ada, maka jawaban terhadap pertanyaan penelitian tidak

akan didapat.

Supporting Data, adalah data yang meskipun tidak ada pada suatu penelitian namun jawaban atas pertanyaan penelitian masih dapat dibuat,

meskipun mungkin dapat dianggap kurang memadai.

3. Kualitatif dan Kuantitatif

Qualitative Data, adalah data yang bukan berupa angka seperti atribut/kategorik.

Catatan: Data kategorik (dengan skala nominal maupun ordinal) dapat dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus matematika/statistika setelah

diberi kode (coding) berupa angka.

Quantitative Data, adalah data yang berupa angka/numerik (dengan skala ordinal, interval, ataupun rasio)

4. Nominal, Ordinal, Interval, Rasio

Jika dilihat dari skala pengukurannya (Measurement Scale), maka data dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Categorical Data

Data kategorik adalah data kualitatif sehingga untuk dapat dianalisis dengan menggunakan rumus matematika/statistika perlu diberi kode

(coding) berupa angka. Analisis matematika/statistika yang digunakan adalah berdasarkan hasil membilang (counting) pada setiap

kategori/pasangan kategori.

Data kategorik disebut juga data nonmetric atau data yang bukan merupakan hasil pengukuran.

Klasifikasinya adalah:

1) Kategorik Nominal, yaitu data kategorik yang tak dapat dinyatakan bahwa kategori yang satu lebih baik dari kategori lainnya atau dengan

kata lain kategori yang tidak memiliki urutan tertentu.


Contoh: Pria wanita, ungu biru, dan lain-lain.

Karena tidak memiliki urutan tertentu, maka dapat saja kategori pria diberi kode 0 dan wanita diberi kode 1 maupun

sebaliknya.

2) Kategorik Ordinal, yaitu data kategorik yang mempunyai urutan tertentu namun jarak antar kategori sulit untuk dinyatakan sama.

Contoh: Alat dalam kondisi baik, sedang, rusak.

Karena memiliki urutan, maka jika rusak diberi kode 1, maka urutan berikutnya adalah sedang yang diberi kode 2, dan

kategori baik diberi kode 3 atau sebaliknya. Urutan pengkodean di atas tidak dapat ditukar-tukar secara acak, karena akan menjadi

tidak sesuai dengan urutan kategorinya.

Data kategorik nominal maupun ordinal dapat diubah menjadi data numerik:

1) rasio, dengan cara membagi jumlah frekuensi suatu kategori dengan kategori yang lain, atau dengan total frekuensi seluruh kategori.

2) ordinal, dengan cara melakukan ranking sesuai dengan jumlah frekuensi dari kategori-kategori yang ada.

b. Numerical Data

Data numerik adalah data metric atau data yang merupakan hasil pengukuran. Jika data hasil pengukuran eksakta menghasilkan data metrik

murni (pure metric data), maka pada pengukuran sosial humaniora, data yang dihasilkan bukan data metrik murni.

Pada pengukuran sosial-humaniora, suatu variabel dikonstruk sedemikian rupa dalam beberapa indikator yang kemudian menjadi dasar

pembuatan item pengukuran. Pada setiap item disediakan beberapa pilihan jawaban yang pada dasarnya berbentuk kategorik ordinal. Untuk

jawaban yang dipilih pada setiap indikator diubah ke bentuk angka yang disebut scoring. Meskipun kelihatannya sama, namun

istilah coding dan scoring berbeda, yaitu:

Coding Scoring
Diterapkan pada variabel laten yang dikonstruk dari beberapa
Diterapkan pada variabelmanifest, dimana setiap
variabel manifest (indikator), dimana setiap variabel mengandung
variabel hanya mengandung 1 item
beberapa item
Hasil scoring per item tak boleh dianalisis langsung, tapi harus
Hasil coding per item dapat dianalisis langsung,
dijumlahkan dengan score item-item lain yang mewakili variabelyang
karena setiap item mewakili 1 variabel
sama.
Data yang dihasilkan merupakan data kategorik baik Data yang dihasilkan adalah data interval atau data ordinal yang
nominal maupun ordinal diperlakukan sebagai data interval

Catatan: Data yang didapat sebagai penjumlahan skor-skor seluruh item pada suatu konstruk variabel laten dimasukkan dalam klasifikasi data

interval. Namun ada yang merasa ragu dengan konsep scoring dan coding di atas, Apakah data ordinal yang dijumlahkan

dapat menghasilkan data interval?.

Karena itu dalam konteks seperti ini, jumlah skor-skor dari suatu konstruk dinyatakan diperlakukan sebagai data interval

(threat as interval), meski sebenarnya dianggap bukan data interval.

1) Numerik Ordinal
Data numerik ordinal adalah data yang berupa angka yang menunjukkan urutan.

Contoh:

a) urutan antrian

b) urutan tempat duduk

c) urutan nomor rumah

d) urutan kemunculan

bentuk khusus data numerik ordinal ini adalah data ranking (rank order), yaitu data yang dihasilkan dari pengurutan data interval atau

rasio baik secara meningkat (ascending) maupun menurun (descending).

Seperti data kategorik ordinal, operasi matematika tak dapat dilakukan pada data ini.

Contoh: Tidak dapat dikatakan bahwa; ranking 3 ranking 2 = ranking 1

Juga tidak dapat dikatakan bahwa; 2 x kali ranking 1 = ranking 2.

2) Numerik Interval

Data numerik interval selain mengandung unsur urutan juga memiliki unsur kesamaan jarak antar urutan. Karena itulah operasi

bilangan dapat dilakukan.

Contoh: 40 C 30 C = 10C

40 C adalah 2x lebih panas dari 20 C.

Namun data numerik interval tidak memiliki 0 yang absolut.

Contoh: 0 C = 32 F

Siswa yang mendapat nilai 0 pada tes Statistika tidak dapat diartikan bahwa yang bersangkutan tidak memiliki

pengetahuan sama sekali tentang Statistika.

Kesamaan jarak ukuran ini yang sulit dijamin pada suatu pengukuran sosial humaniora. Karena itulah hasil pengukuran sosial

humaniora dianggap bukan data interval, tetapi data ordinal yang diperlakukan sebagai data interval.

Data numerik interval ini dapat diubah menjadi data:

a) numerik ordinal, dengan cara me-ranking-nya


b) kategorik ordinal, dengan cara mengkategorikannya.

3) Numerik Rasio

Data numerik rasio adalah data yang selain mengandung unsur urutan, memiliki jarak ukuran yang sama, serta memiliki nilai 0

absolut.

Contoh: Jika tidak ada sesuatu yang diletakkan di atas timbangan emas, maka angka digital yang tertera tetap angka 0,00.

Seperti data numerik interval, data numerik rasio ini dapat diubah menjadi data:

a) numerik ordinal, dengan cara me-ranking-nya

b) kategorik ordinal, dengan cara mengkategorikannya.

Catatan: Pada program Statistical Package and Service Solutions (SPSS) digunakan hal-hal sebagai berikut:

- Seluruh data yang di-entry untuk dianalisis diperlakukan sebagai data numerik

- Konsep pendataan disamakan dengan pengukuran yang diklasifikasikan atas skala (scale), ordinal, dan nominal.

Perbandingan dengan konsep sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Konsep Sebelumnya Konsep di SPSS


Nomial Nominal
Kategorik
Ordinal
Ordinal
Pendataan Ordinal Pengukuran
Numerik Interval
Skala
Rasio
diposting oleh ali hasmy di 07.20
Definisi, Peran, Fungsi dan Tugas Perawat
1. Definisi Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti
merawat atau memelihara.
Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,
membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan peruses penuaan
(Harlley, 1997).
Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang
memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenagannya (Depkes RI, 2002 dalam
Aisiyah 2004).
Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan (www.pustakaindonesia.or.id).
Sedangkan menurut international Council of Nurses (1965), perawat adalah
seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang
di Negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
2. Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat
konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
b. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,
hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bhkan tindakan yang diberikankan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
d. Koordinator
peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.
e. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
g. Peneliti / Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
3. Fungsi Perawat
Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:
a. Fungsi Independent
Merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi dir
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang
di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim
perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.
4. Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai pemberi asuhan keperawatan
ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas
perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan adalah:
a. Mengumpulkan Data
b. Menganalisis dan mengintrepetasi data
c. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
d. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu
perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dalam rangka memenuhi KDM.
e. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan
f. Menilai tingkat pencapaian tujuan.
g. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan
h. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan.
i. Mencatat data dalam proses keperawatan
j. Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan keperawatan
k. mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan
l. membuat usulan rencana penelitian keperawatan
m. menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan.
n. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan
o. Membuat rencana penyuluhan kesehatan
p. Melaksanakan penyuluhan kesehatan
q. Mengevaluasi penyuluhan kesehatan
r. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
s. Menciptakan komunikasi yang efektis baik dengan tim keperawatan maupun tim
kesehatan lain.
DIPOSTING OLEH RHANDHYIE DI 23.31
Peran Perawat :
1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memeprhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan
kompleks.
10 Faktor Asuhan dalam Keperawatan :
1. Menunjukkan system nilai kemanusian dan altruisme.
2. Memberi harapan dengan :
mengembangkan sikap dalam membina hubungan dengan klien
memfalitasi untuk optimis
percaya dan penuh harapan
3. Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya : komunikasi efektif, empati, dan hangat.
5. Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar pendapat tentang perasaan.
6. Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif
7. Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses belajar mengajar
8. Memeberi support, perlindungan, koreksi mental, sosiokultural dan lingkungan spiritual
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
10. Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual.
Kekuatan dalam Asuhan :
1. Aspek Transformasi
Perawat membantu klien untuk mengontrol perasaannya dan berpartisipasi aktif dalam asuhan.
2. Integrasi asuhan
Engintegrasikan individu ke dalam sosialnya.
3. Aspek Pembelaan
Membatu klien memilih support social, emosional, spiritual.4. Aspek penyembuhan
5. Aspek Partisipasi.
6. Pemecahan masalah dengan metoda ilmiah.
2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam meninterpretasikan
berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-
baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Sebagai Edukator
Peran ini dilakukan untuk :
1. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi kesehatanya.
2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
4. Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
merencanakan
mengorganisasikan
mengarahkan
mengontrol
5. Peran Sebagai Kolaborator
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter
fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan
yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
6. Peran Sebagai Konsultan
Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran Sebagai Pembeharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
Kemajuan teknologi
Perubahan Lisensi-regulasi
Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat
menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya
peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola
pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta
peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.
Fungsi Perawat :
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu
dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim
dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita
yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.
4.
CLIENT ADVOCATE
n Sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain
n Membela kepentingan klien dan membantu klien
n Menjadi nara sumber dan fasilitator
n Melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kes.
n Melindungi hak-hak klien
Hak-hak klien
n Hak atas informasi
n Mendapatkan pelayanan yg manusiawi, adil dan jujur serta bermutu sesuai dgn standar
n Hak atas persetujuan dan atau penolakan
n Hak atas keselamatan dan keamanan
n Hak atas rahasia medik dll
CONSELOR
n Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya
n Membimbing klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
n Membantu meningkatkan kemampuan adaptasi
EDUCATOR
n Mendidik klien , keluarga dan masyarakat menuju hidup sehat, mandiri
COLLABORATOR
n Bekerjasama dgn tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan pelaksanaan asuhan guna memenuhi
kebutuhan klien
COORDINATOR
n Memanfaatkan semua sumber2 dan potensi yg ada utk :
mengkoordinasi seluruh yankep
mengatur tenaga kep yg akan bertugas
mengembangkan sistem yankep
CHANGE AGENT
n Mengadakan inovasi dalam cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku
n Meningkatkan keterampilan klien dan keluarga agar menjadi sehat
CONSULTANT
Menjadi sumber informasi yg berkaitan dengan kondisi klien

C.FUNGSI PERAWAT
Dalam menjalankan perannya perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya :
n Fungsi independen
n Fungsi dependen
n Fungsi interdependen
Fungsi independen
Fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Mandiri
Perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan keamanan dan kenyamanan
Kebutuhan mencintai dan dicintai
Kebutuhan harga diri
Aktualisasi diri
Fungsi dependen
n Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
n Pelimpahan tugas diberikan.Biasa dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat
primer ke perawat pelaksana.
Fungsi interdependen
n Dilakukan dalam kelompok tim yang saling ketergantungan diantara tim satu dengan tim lainnya.
n Fungsi ini terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.

TANGGUNG JAWAB PERAWAT


n Pemberi asuhan keperawatan
n Meningkatkan Pengetahuan
n Meningkatkan diri sebagai profesi
Pengertian Katarak Pada Manula
Katarak adalah bagian keruh pada lensa mata yang biasanya bening dan akan mengaburkan
penglihatan. Katarak tidak menyebabkan rasa sakit dan termasuk penyakit yang sangat umum
terjadi.

Lensa mata adalah bagian transparan di belakang pupil (titik hitam di tengah bagian mata
yang gelap) yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada lapisan retina. Dengan adanya
katarak, kejernihan lensa mata berkurang dan cahaya yang masuk ke mata menjadi terhalang.
Seiring bertambahnya usia, umumnya lensa mata perlahan-lahan akan keruh dan berkabut.
Jadi katarak adalah penyakit yang biasa terjadi seraya kita bertambah tua. Banyak pengidap
yang pada akhirnya membutuhkan operasi untuk mengganti lensa yang rusak ini dengan lensa
buatan.

Penderita Katarak di Indonesia

Katarak adalah penyebab utama kebutaan di dunia. Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan
anak-anak (katarak anak-anak), meski kemungkinannya sangat kecil. Penyakit ini umumnya
ditemukan pada orang-orang lanjut usia dan dikenal sebagai katarak manula.

Di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 210.000 penderita baru yang muncul setiap tahun.
Dan lebih dari 50% kebutaan di Indonesia disebabkan oleh katarak.

Gejala-gejala Katarak yang Mungkin Dialami

Katarak umumnya menyerang kedua mata penderita dengan tingkat keparahan yang mungkin
berbeda-beda dan tidak bersamaan. Penyakit ini dapat berkembang selama bertahun-tahun
dan tanpa terasa oleh penderitanya.

Katarak tidak menyebabkan rasa sakit atau iritasi. Penderita biasanya akan mengalami
penglihatan yang samar-samar dan berkabut. Kemudian akan muncul bintik atau bercak saat
penglihatannya kurang jelas. Kondisi ini juga dapat memengaruhi pandangan Anda dengan
cara-cara seperti:

Mata yang sensitif ketika terkena cahaya menyilaukan.


Sulit melihat saat cahaya remang-remang (terutama pada malam hari) atau sangat
terang.
Semua menjadi terlihat ganda.
Semua terlihat seperti memiliki semburat kuning atau cokelat.
Ukuran lensa kacamata yang sering berubah.
Di sekeliling cahaya terang (misalnya, lampu mobil atau lampu jalan) seperti ada
lingkaran cahaya.
Warna yang terlihat memudar atau menjadi tidak jelas.

Konsultasikanlah dengan optisien (ahli lensa kacamata) jika terdapat perubahan mendadak
pada penglihatan Anda.

Optisien akan memeriksa mata dengan oftalmoskop. Alat ini akan memperjelas tampilan
mata dan mengeluarkan cahaya terang sehingga optisien dapat melihat bagian dalam mata,
termasuk kondisi lensa mata Anda.
Jika terdapat katarak, Anda dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis mata yang
dapat memberikan diagnosis dan merencanakan proses pengobatan Anda.

Penyebab dan Faktor Risiko Katarak pada Manula

Penyebab katarak belum diketahui secara pasti. Seiring bertambahnya usia, protein yang
membentuk lensa mata akan berubah, termasuk kandungan airnya. Inilah yang
memungkinkan lensa mata yang tadinya bening, berubah menjadi keruh.

Hingga saat ini, alasan di balik proses penuaan yang dapat berujung pada perubahan protein
di lensa mata belum diketahui. Meski demikian, ada beberapa faktor lain yang akan
mempertinggi risiko Anda terkena katarak. Di antaranya adalah:

Mata yang terpajan sinar matahari untuk waktu yang lama.


Penyakit-penyakit tertentu, misalnya diabetes atau peradangan pada bagian tengah
mata (uveitis) jangka panjang.
Konsumsi obat kortikosteroid berdosis tinggi untuk waktu lama.
Pernah menjalani operasi mata.
Pernah mengalami cedera pada mata.
Memiliki riwayat katarak dalam keluarga.
Pola makan yang tidak sehat dan kekurangan vitamin.
Konsumsi minuman keras dalam jumlah banyak secara rutin.
Merokok.

Langkah Pengobatan Katarak Pada Manula

Kacamata dan lampu yang lebih terang mungkin bisa membantu katarak yang ringan. Meski
demikian, katarak akan berkembang seiring waktu dan akhirnya penderita akan
membutuhkan operasi.

Satu-satunya langkah pengobatan yang terbukti paling efektif adalah operasi. Efek
penyembuhan dari operasi akan sangat signifikan, terutama bagi penderita dengan kondisi
katarak yang sudah menghambat kegiatan sehari-hari.

Dalam operasi katarak, lensa yang keruh akan diangkat dan digantikan dengan lensa plastik
bening. Operasi tersebut biasanya dilakukan dengan pembiusan lokal agar mata Anda
menjadi mati rasa.

Usai operasi, dokter umumnya akan menganjurkan penggunaan dua jenis obat tetes mata.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi dan yang mengandung
steroid guna mengurangi pembengkakan.

Di samping penggunaan obat tetes mata, ada beberapa hal yang sebaiknya Anda hindari
selama masa pemulihan. Hal ini dilakukan guna mencegah infeksi maupun komplikasi.
Aktivitas-aktivitas yang harus dijauhi tersebut meliputi menggosok mata, berenang, aktivitas
fisik yang berat (seperti menggendong anak atau menggeser perabotan), serta menggunakan
kosmetik pada mata (misalnya, eyeliner atau eyeshadow). Anda juga perlu berhati-hati
menjaga kebersihan mata saat berada di tempat yang berangin dan berdebu serta saat
keramas.

Meski pemulihan dari operasi akan membutuhkan beberapa waktu (dari beberapa hari hingga
minggu), hampir semua orang yang menjalaninya akan merasakan peningkatan pada
penglihatan mereka. Penderita biasanya bisa kembali melakukan rutinitas secara normal
dalam waktu dua minggu setelah operasi.

Pemakaian kacamata juga mungkin akan diperlukan untuk membantu penglihatan jauh atau
dekat. Sama halnya jika Anda telah berkacamata, ukuran lensa bisa berubah. Disarankan
untuk menunggu pemulihan sampai selesai sebelum membuat kacamata baru.

Perkembangan Baru Dalam Pengobatan Katarak

Seiring dengan perkembangan teknologi, operasi pengangkatan katarak sekarang bisa


dilakukan dengan proses komputerisasi. Dalam proses ini, sinar laser khusus akan dipandu
melalui gambar tiga dimensi sehingga sayatan bisa lebih akurat sesuai dengan petunjuk dari
ahli bedah. Selain keakuratan, beberapa ahli juga menyebutkan bahwa prosedur ini berpotensi
mempersingkat durasi operasi katarak.
Katarak
Katarak

Klasifikasi dan rujukan luar

Katarak adalah lensa mata yang menjadi keruh, sehingga cahaya tidak dapat menembusnya,
bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total. Dalam perkembangannya
katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan pengerasan lensa,
menyebabkan penderita menderita miopi, berwarna kuning menjadi coklat/putih secara
bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya
berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi
membutakan jika katarak terlalu tebal. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tetapi
hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.

Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi keburaman
dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan
transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan
membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul
lensa dan terjadi kebocoran. Bila tidak dioperasi, katarak dapat menyebabkan glaukoma.

Penyebaran

Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan yang terjadi di
dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO. kelayakan bedah katarak di beberapa
negara belum memadai, sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Bahkan di
mana ada layanan bedah yang tersedia, penglihatan yang rendah terkait dengan katarak masih
dapat dijumpai, sebagai akibat dari lamanya menunggu untuk operasi dan hambatan untuk
dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah transportasi.

Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan mencapai 42% dari
orang-orang antara usia 52 sampai 64, 60% dari orang-orang antara usia 65 dan 74, dan 91%
dari mereka antara usia 75 dan 85.

Gejala

Penderita katarak akan mengalami pengelihatan yang buram, ketajaman pengelihatan


berkurang, sensitivitas kontras juga hilang, sehingga kontur, warna bayangan dan visi kurang
jelas karena cahaya tersebar oleh katarak ke mata. Tes sensitivitas kontras harus dilakukan
dan jika kekurangan sensitivitas kontras terlihat makan dianjurkan untuk konsultasi dengan
spesialis mata.

Di dunia berkembang, khususnya di kelompok berisiko tinggi seperti penderita diabetes,


disarankan untuk mencari konsultasi medis jika 'halo' yang terjadi disekitar lampu jalan di
malam hari, terutama jika fenomena ini tampak hanya dengan satu mata.

Gejala-gejala katarak sangat mirip dengan gejala citrosis mata.

Penyebab

lampu celah foto pemburaman kapsuler anterior terlihat beberapa bulan setelah implantasi
lensa intraokular di mata, gambar diperbesar

Katarak berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya
ultra violet, radiasi, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut,
atau trauma (dapat terjadi lebih awal) dan biasanya akibat denaturasi dari lensa protein.
Faktor-faktor genetik sering menjadi penyebab katarak kongenital dan sejarah keluarga yang
positif juga mungkin berperan dalam predisposisi seseorang untuk katarak pada usia lebih
dini, fenomena "antisipasi" dalam katarak pra-senilis.

Katarak juga dapat diakibatkan oleh cedera pada mata atau trauma fisik. Sebuah studi
menunjukan katarak berkembang di antara pilot-pilot pesawat komersial tiga kali lebih besar
daripada orang-orang dengan pekerjaan selain pilot. Hal ini diduga disebabkan oleh radiasi
berlebihan yang berasal dari luar angkasa. Katarak juga biasanya sering terjadi pada orang
yang terkena radiasi inframerah, seperti para tukang (meniup)kaca yang menderita "sindrom
Pengelupasan". Eksposur terhadap radiasi gelombang mikro juga dapat menyebabkan
katarak. Kondisi atopik atau alergi yang juga dikenal untuk mempercepat perkembangan
katarak, terutama pada anak-anak.

Katarak dapat terjadi hanya sebagian atau penuh seluruhnya, stasioner atau progresif, keras
atau lembut.

Beberapa obat dapat menginduksi perkembangan katarak, seperti kortikosteron dan Seroquel

.
Apa penyebab katarak kongenital?

Jika biasanya katarak pada orang tua berhubungan dengan proses penuaan, maka katarak
kongenital yang terjadi pada bayi baru lahir bisa disebabkan karena keturunan, infeksi,
masalah metabolik, diabetes, trauma, inflamasi atau reaksi obat.

Katarak kongenital ini juga dapat terjadi sejak kehamilan Gan. Yaitu saat ibu hamil memiliki
penyakit infeksi seperti campak atau rubella (yang merupakan penyebab paling umum),
rubeola, cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza,
virus Epstein-Barr, sifilis, dan toksoplasmosis. Sementara pada katarak kongenital yang
disebabkan oleh keturunan, kelainan terjadi saat pembentukan protein penting untuk
mempertahankan transparansi dari lensa mata alami, sehingga akhirnya mengakibatkan
adanya noda keruh pada lensa mata.

Haruskah operasi?

Katarak harus segera diobati agar tidak menghambat penglihatan anak. Untuk mengobatinya
diperlukan operasi katarak sesegera mungkin untuk menghilangkan lensa alami anak Gan.
Operasinya pun harus dilakukan sedini mungkin untuk menjamin penglihatan bayi cukup bisa
untuk berkembang dengan normal. Beberapa ahli mengatakan waktu untuk melakukanoperasi
katarak kongenital ini di usia 6 minggu sampai 3 bulan.

Setelah operasi pengangkatan lensa mata anak yang terkena katarak kongenital, lensa mata
anak kemudian bisa diganti dengan lensa buatan atau memakai lensa kontak atau kacamata
setelah operasi.

Namun begitu, tidak semua katarak kongenital harus dioperasi Gan. Katarak yang hanya
menutupi bagian tepi lensa mungkin tidak perlu dioperasi karena penglihatan masih dapat
berfungsi tanpa hambatan. Ukuran katarak yang kecil juga mungkin tidak perlu dilakukan
operasi.
CAMPAK

Dari ketiga penyakit ini, yang paling berbahaya adalah campak. Campak disebabkan oleh
paramiksovirus. Sebenarnya bukan campaknya yang berbahaya, tapi komplikasinya seperti:

radang telinga yang disebabkan oleh bakteri.


bronkhitis, laryngitis, atau croup (batuk menggonggong).
pneumonia atau radang paru-paru.
radang otak (encephalitis).
kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita
mudah memar dan mudah mengalami perdarahan.
masalah pada kehamilan, seperti keguguran, kelahiran prematur, atau bayi lahir
dengan berat badan rendah.

Dari beberapa komplikasi ini, yang bisa berakibat fatal adalah radang paru-paru dan radang
otak.

Penularan virus ini termasuk cepat dan dalam 10-12 hari setelah tertular, gejala mulai
muncul.

Gejala-gejala campak:

Hidung berair dan sedikit batuk.


Mata berair dan radang mata (conjuctivitis), termasuk photo phobia (silau bila melihat
cahaya).
Muncul bercak putih-abu di dalam mulut (pipi bagian dalam), yang dinamakan Koplik
Spots atau bercak koplik.
Demam tinggi bertahap (38-40,5C).
Pada saat demam memuncak, ruam merah-merah mulai muncul. Mula-mula di daerah
muka, disekitar garis rambut dan belakang telinga. Kemudian menyebar ke dada dan
punggung. Lalu berlanjut ke paha dan kaki. Ruam ini mungkin agak-agak gatal pada
beberapa anak.
Ruam bisa berbentuk timbul maupun datar.
Banyak atau sedikitnya ruam juga menandai berat ringannya campak. Makin banyak
dan penuh ruamnya di sekujur tubuh, makin berat juga penyakitnya.
Ketika demam mulai menurun, bintik merah juga berangsur menghilang sesuai urutan
timbulnya.

Pencegahan & Penanganan:

Berikan imunisasi campak pada usia 9 bulan, karena pada usia ini kekebalan tubuh
atas campak yang dibawa dari lahir sudah menurun.
Bila tidak memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan, berikan MMR pada usia
12 bulan.
Karantina penderita supaya tidak menulari orang lain, selama selang waktu 4 hari
sebelum dan sesudah ruam muncul.
Berikan parasetamol saat demam diatas 38,5C dan anak gelisah atau rewel.
Waspada kejang demam pada anak yang berbakat kejang.
Berikan banyak cairan. Bisa minuman, ato makanan berkuah banyak.
Uapi ruangan/kamar untuk meredakan batuk dan sakit tenggorokan.
Bila sakit mata dan silau, redupkan lampu, kurangi menonton TV dan komputer.
Bila terjadi komplikasi bakteri, akan diresepkan antibiotik oleh dokter.
Perawatan paliatif
1. 1. PELAYANAN PALIATIF DENGAN PENDEKATAN INTERDISIPLINER
2. 2. Pada kasus yang oleh tim dokter dinyatakan sulit sembuh atau tidak ada harapan lagi,
bahkan mungkin hampir meninggal dunia atau yang dikenal pasien stadium terminal
(PST), tentunya dibutuhkan pelayanan yang spesial. Tujuannya mencakup aspek
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, yang tujuan utamanya mempertahankan
kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin Pelayanan
kesehatan yang paripurna tidak hanya yang dilakukan di rumah sakit, tetapi juga meliputi
perawatan pra-rumah sakit, selama di rumah sakit, dan purna rumah sakit.
PENDAHULUAN
3. 3. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya. Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif
dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Lanjutan
4. 4. Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat Pengembangan Paliatif
dan Bebas Nyeri. Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif),
rawat rumah, day care, dan respite care. Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai
pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto
Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo
(Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).
5. 5. Definisi Perawatan palliative telah mengalami beberapa evolusi. menurut WHO pada
1990 perawatan palliative adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif
6. 6. Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
7. 7. PerawataanPaliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa perawatan
paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup,
dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual
dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan
terhadap keluarga yang kehilangan/berduka
8. 8. Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan pasien yang
mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat kemajuannya, apakah ada atau tidak
ada harapan untuk sembuh. Perawatan paliatif tidak bertujuan untuk menyediakan obat
dan juga tidak sebaliknya perkembangan penyakit.PRINSIP PERAWATAN PALIATAIF
9. 9. Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang
ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya. Tujuannya untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. TUJUAN
10. 10. LINGKUP KEGIATAN PERAWATAN PALIATIF 1. Jenis kegiatan perawatan paliatif
meliputi Penatalaksanaan nyeri. Penatalaksanaan keluhan fisik lain. Asuhan
keperawatan Dukungan psikologis Dukungan sosial Dukungan kultural dan spiritual
Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement). 2. Perawatan paliatif
dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat rumah.
11. 11. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan
khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan
oleh keluarga. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di
rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. Puskesmas : Untuk
pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan. Rumah sakit : Untuk pasien yang
harus mendapatkan perawatan yang memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus
atau peralatan khusus. Tempat Melakukan Perawatan Paliatif
12. 12. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua
unsur terkait. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan
dan kelas A. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas
B non pendidikan. Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana kesehatan
13. 13. Perawatan paliatif merupakan tanggungjawab multidisiplin dan multiagency. Tim
perwatan paliatif meliputi tenaga profesional dari yang umum sampai spesialis dan dapat
berasal dari rumah sakit, komunitas, hospice, atau tempat perawatan lainnya seperti
home care keperawatan. TANTANGAN PERAWATAN PALIATIF
14. 14. Bentuk tim multidisiplin dapat terdiri dari dokter, perawat, terapis, apoteker, ahli gizi,
sosial woker serta tokoh spiritual. Bentuk kerjasama multidisiplin yang sudah dikenalkan
merupakan salah satu elemen kunci dari kesuksesan perawatan. Tujuan adanya model
multidisiplin adalah untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas pasien dan
keluarga.
15. 15. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada
dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang- undangan.
Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif melalui
komunikasi yang intensif dan berkesinambungan antara tim perawatan paliatif dengan
pasien dan keluarganya. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien
paliatif. ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM PERAWATAN PALIATIF
16. 16. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien sendiri
apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya. Waktu yang
cukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya.
Dalam hal pasien telah tidak kompeten, maka keluarga terdekatnya melakukannya atas
nama pasien. Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya setiap
tindakan yang berisiko dilakukan informed consent. Lanjutan .
17. 17. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan paliatif
dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi dapat diberikan
pada kesempatan pertama. Lanjutan . Tim perawatan paliatif sebaiknya
mengusahakan untuk memperoleh pesan atau pernyataan pasien pada saat ia sedang
kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya
apabila kompetensinya kemudian menurun (advanced directive).
18. 18. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi, sepanjang
informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan telah dipahaminya.
Keputusan tersebut dapat d Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan
pada saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif. Keputusan dilakukan
atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau
oleh Tim Perawatan paliatif. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif iberikan
dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam informed consent menjelang ia
kehilangan kompetensinya.
19. 19. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi
sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien berada dalam tahap
terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki
kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut. Keluarga terdekatnya
pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan
dalam advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas
pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota
keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
Lanjutan ..
20. 20. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life- supporting. Pada
dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan- ketentuan umum yang
berlaku sebagaimana diuraikan di atas. Perawatan Pasien Paliatif Di ICU/PICU
21. 21. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga
medis, tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.
Komunikasi antara pelaksana dengan pembuat kebijakan harus dipelihara. Tim
Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Pimpinan
Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di rumah pasien. Masalah
medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif
22. 22. Standar Asuhan Keperwatan : Standard I Perawat mengumpulkan data kesehatan
klien Standard II Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan
analisa terhadap data yangtelah terkumpul Standard III Perawat mengidentifikasi hasil
yang diharapkan baik dari klien maupun lingkungannya Standard IV Perawat
mengembangkan rencana asuhan keperawatan dengan menetapkan intervensi
yangakan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan Standard VPerawat
melaksanakan rencana intervensi yang telah di tetapkan dalam perencanaan Standard
VIPerawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang mengarah ke pencapaian
hasil yangdiharapkan.
23. 23. Standard IV Kesejawatan, perawat berinteraksi dan berperan aktif dalam
pengembangan professionalismsesama perawat dan praktisi kesehatan lainnya sebagai
sejawat Standard III Pendidikan, perawat berupaya untuk selalu meningklatkan
pengetahuan dan kemampuandirinya dalam praktik keperawatan Standard II
Performance Appraisal, perawat melakukan evaluasi diri sendiri terhadap praktik
keperawatanyang dilakukannya dihubungkan dengan standar praktik professional, hasil
penelitian ilmiahdan peraturan yang berlaku Standar Kinerja Profesional (Profesional
Performance) o Standard I Kualitas asuhan keperawatan, perawat melakukan evaluasi
terhadap kualitas dan efektifitaspraktik keperawatan secara sistematis
24. 24. Standard VIII Pemanfaatan sumber, perawat membantu klien atau keluarga untuk
memahami resiko,keuntungan dan biaya perencanaan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan. Standar VII Penelitian, dalam praktiknya, perawat menerapkan hasil
penelitian Standar VI Kolaborasi, dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat
berkolaborasi dengan klien,keluarga dan praktisi kesehatan lain. Standard V Etika,
putusan dan tindakan perawat terhadap klien berdasarkan pada landasan etika profesi
25. 25. Tata kerja organisasi perawatan paliatif harus bersifat koodinatif dan melibatkan
semua unsur terkait dengan mengedepankan tim kerja yang kuat, membentuk jaringan
yang luas, berinovasi tinggi, dan layanan sepenuh hati. Perawatan paliatif adalah
pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan
keluarganya dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui
identifikasi awal dan penilaian serta terapi dan masalah lain-fisik, psikososial, dan
spiritual. SIMPULAN

Perawatan Paliatif (Palliative Care)

Cobaan tidak bisa kita hindari. Orang-orang yang mengalami


cobaan penyakit yang tidak bisa disembuhkan sungguh berat menjalani hidupnya. Sungguh
menjadi dilema antara Dokter,pasien dan keluarga pasien. Memang berat menerima cobaan
demikian.Tapi dengan Perawatan Paliatif, pasien akan tetap memiliki kualitas hidup yang
baik meski penyakitnya tak bisa disembuhkan.

Perawatan paliatif artinya meringankan penderitaan si pasien yang sudah sakit parah dan
tidak dapat disembuhkan seperti misalnya kanker Stadium akhir, pasien penyakit motor
neuron, penyakit degeneratif saraf dan pasien HIV/AIDS. Tujuannya agar penderita dapat
menjalani hari-hari sakitnya dengan semangat dan tidak putus asa serta memberi dukungan
agar mampu melakukan hal2 yang masih bisa dilakukan dan bermanfaat bagi Spiritual
pasien.
Pasien dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan kebanyakan berpikir sudah tidak ada
lagi yang bisa dilakukan. Untuk itulah perawatan paliatif dibutuhkan, ujar Prof Dr dr Akmal
Taher, SpU(K) dalam acara seminar dan konferensi press Memperingati Hari Hospis dan
Perawatan Paliatif Sedunia pada 7 oktober 2010.
Perawatan paliatif merupakan metode yang ampuh dalam membantu pasien lepas dari
penderitaannya, baik nyeri berkepanjangan ataupun keluhan lain. Kondisi ini akan membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga keluarganya.

Pada awalnya perawatan paliatif ini hanya ditujukan untuk pasien Kanker (kecuali di Afrika
Selatan awalnya untuk pasien HIV/AIDS). Tapi kini perawatan paliatif juga bisa digunakan
untuk penyakit lain seperti paru obstruktif kronis (COPD), stroke, parkinson, gagal jantung,
gagal ginjal, penyakit genetika dan juga infeksi seperti HIV/AIDS.

Seperti apa perawatan paliatif itu?

Intinya perawatan ini lebih berupa dukungan dan motivasi ke pasien. Kemudian setiap
keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit.

Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu pasien dan keluarganya bagaimana
memberikan perhatian khusus terhadap penderita, penanggulangannya serta kesiapan untuk
menghadapi kematian.

Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendalian gejala dan keluhan, serta bukan terhadap
penyakit utamanya karena penyakit utamanya tidak dapat disembuhkan. Dengan begitu
pasien terbebas dari penderitaan akibat keluhan dan bisa menjalani akhir hidupnya dengan
nyaman.

Perawatan paliatif dilakukan dengan kerja sama antara dokter, perawat, terapis, sosial-
media, psikolog, rohaniawan, relawan dan profesi lain yang diperlukan. Hal ini bertujuan
untuk agar pasien bebas dari penderitaan, sehingga kehidupannya tetap berkualitas dan
berakhir dengan tenang, ujar Prof dr R Sunaryadi Tejawinata, SpTHT(K), FAAO, PGD,
PAllMed.

Lebih lanjut Prof Sunaryadi menuturkan dari tahun 1992-2010 pelayanan perawatan paliatif
baru ada di 6 ibukota besar yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali
dan Sulawesi Selatan.

Perawatan paliatif kebanyakan terdapat di rumah sakit pemerintah seperti RS Hasan Sadikin
Bandung, RSCM, RSK Dharmais, RSU Dr Soetomo Surabaya, RS Sanglah Bali, RS Dr
Wahidin Sudirohusodo Makasar dan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Sementara Prof Dr I W Suardana, SpTHT(K) menuturkan berbagai keluhan biasanya


dirasakan oleh pasien perawatan paliatif ini.

Keluhan yang muncul seperti nyeri, gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare,
konstipasi), gangguan kulit (gatal, kering atau akibat berbaring terlalu lama), kelemahan
umum, gangguan respirasi, kelemahan anggota gerak, gangguan saluran kemih dan juga
merasa bingung.

Nah, dengan perawatan paliatif pasien diajak untuk lebih bisa menerima keadaannya
sehingga masih bisa menjalani hidupnya meskipun umurnya tak lama lagi. Karena
kebanyakan kualitas hidup pasien dengan penyakit tak bisa disembuhkan akan terus
memburuk atau menurun jika harapan pasien tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Jadi tugas dari tim paliatif adalah memodifikasi ekspektasi dari pasien, sehingga jarak antara
harapan dan kenyataannya menjadi lebih dekat. Bisa dengan cara membangkitkan spirit untuk
hidup, orientasi masa depan, keimanan bahkan tentang seksualitasnya, ungkap Dr Siti
Annisa Nuhonni, SpKFR(K).

Dr Nuhonni menuturkan harapan selalu ada, tapi sebaiknya tidak memberikan harapan yang
palsu karena harapan juga harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Untuk itu keluarga
merupakan kunci makna hidup dalam perawatan paliatif.

Tempat untuk melakukan perawatan paliatif beragam, seperti:

1. Rumah sakit, untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan dengan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau meemrlukan peralatan khusus.
2. Puskesmas, untuk pasien yang melakukan rawat jalan.
3. Rumah singgah atau panti (hospis), untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena
masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
4. Rumah Pasien, untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan atau
peralatan khusus, serta keterampilan perawatan bisa dilakukan oleh anggota keluarga.

Selain mengurangi gejala-gejala yang muncul, perawatan paliatif juga memberikan dukungan
dalam hal spiritual dan psikososial. Perawatan ini bisa dimulai saat diagnosis diumumkan
sampai akhir hayat dari si pasien.

Meski pasien telah meninggal dunia, perawatan paliatif tidak berhenti sampai di situ. Karena
relawan paliatif juga akan memberikan dukungan moral kepada keluarga yang berduka, ujar
Prof Sunaryadi.

bagi seorang dokter,butuh Empati yang besar dan Ketrampilan Khusus dalam melakukan
Paliatif care. Penyampaian kabar buruk (ketika pasien tidak bisa sembuh dan harus dilakukan
paliative care)pun harus ada etikanya. jangan sampai ketika kita menyampaikan kabar buruk
tersebut menimbulkan Stres mendalam bagi pasien maupun keluarganya yang berakibat
semakin cepatnya proses kematian bagi pasien. Terkadang juga tindakan Euthanasia
dilakukan jika tindakan Paliatif sudah dilakukan tapi pasien masih sangat menderita. Namun
perlu dicatat, Tindakan Euthanasia tidak semudah itu dilakukan. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan (permintaan pasien,permintaan keluarga,dasar hukum,adat istiadat
setempat,agama dll)
Perawatan Paliatif (Palliative Care)
Cobaan tidak bisa kita hindari. Orang-orang yang mengalami cobaan penyakit yang tidak
bisa disembuhkan sungguh berat menjalani hidupnya. Sungguh menjadi dilema antara
Dokter,pasien dan keluarga pasien. Memang berat menerima cobaan demikian.Tapi dengan
Perawatan Paliatif, pasien akan tetap memiliki kualitas hidup yang baik meski penyakitnya
tak bisa disembuhkan.

Perawatan paliatif artinya meringankan penderitaan si pasien yang sudah sakit parah dan
tidak dapat disembuhkan seperti misalnya kanker Stadium akhir, pasien penyakit motor
neuron, penyakit degeneratif saraf dan pasien HIV/AIDS. Tujuannya agar penderita dapat
menjalani hari-hari sakitnya dengan semangat dan tidak putus asa serta memberi dukungan
agar mampu melakukan hal2 yang masih bisa dilakukan dan bermanfaat bagi Spiritual
pasien.

Pasien dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan kebanyakan berpikir sudah tidak ada
lagi yang bisa dilakukan. Untuk itulah perawatan paliatif dibutuhkan, ujar Prof Dr dr Akmal
Taher, SpU(K) dalam acara seminar dan konferensi press Memperingati Hari Hospis dan
Perawatan Paliatif Sedunia pada 7 oktober 2010.
Perawatan paliatif merupakan metode yang ampuh dalam membantu pasien lepas dari
penderitaannya, baik nyeri berkepanjangan ataupun keluhan lain. Kondisi ini akan membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga keluarganya.

Pada awalnya perawatan paliatif ini hanya ditujukan untuk pasien Kanker (kecuali di Afrika
Selatan awalnya untuk pasien HIV/AIDS). Tapi kini perawatan paliatif juga bisa digunakan
untuk penyakit lain seperti paru obstruktif kronis (COPD), stroke, parkinson, gagal jantung,
gagal ginjal, penyakit genetika dan juga infeksi seperti HIV/AIDS.

Seperti apa perawatan paliatif itu?

Intinya perawatan ini lebih berupa dukungan dan motivasi ke pasien. Kemudian setiap
keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit.

Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu pasien dan keluarganya bagaimana
memberikan perhatian khusus terhadap penderita, penanggulangannya serta kesiapan untuk
menghadapi kematian.

Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendalian gejala dan keluhan, serta bukan terhadap
penyakit utamanya karena penyakit utamanya tidak dapat disembuhkan. Dengan begitu
pasien terbebas dari penderitaan akibat keluhan dan bisa menjalani akhir hidupnya dengan
nyaman.

Perawatan paliatif dilakukan dengan kerja sama antara dokter, perawat, terapis, sosial-
media, psikolog, rohaniawan, relawan dan profesi lain yang diperlukan. Hal ini bertujuan
untuk agar pasien bebas dari penderitaan, sehingga kehidupannya tetap berkualitas dan
berakhir dengan tenang, ujar Prof dr R Sunaryadi Tejawinata, SpTHT(K), FAAO, PGD,
PAllMed.

Lebih lanjut Prof Sunaryadi menuturkan dari tahun 1992-2010 pelayanan perawatan paliatif
baru ada di 6 ibukota besar yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali
dan Sulawesi Selatan.
Perawatan paliatif kebanyakan terdapat di rumah sakit pemerintah seperti RS Hasan Sadikin
Bandung, RSCM, RSK Dharmais, RSU Dr Soetomo Surabaya, RS Sanglah Bali, RS Dr
Wahidin Sudirohusodo Makasar dan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Sementara Prof Dr I W Suardana, SpTHT(K) menuturkan berbagai keluhan biasanya


dirasakan oleh pasien perawatan paliatif ini.

Keluhan yang muncul seperti nyeri, gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare,
konstipasi), gangguan kulit (gatal, kering atau akibat berbaring terlalu lama), kelemahan
umum, gangguan respirasi, kelemahan anggota gerak, gangguan saluran kemih dan juga
merasa bingung.

Nah, dengan perawatan paliatif pasien diajak untuk lebih bisa menerima keadaannya
sehingga masih bisa menjalani hidupnya meskipun umurnya tak lama lagi. Karena
kebanyakan kualitas hidup pasien dengan penyakit tak bisa disembuhkan akan terus
memburuk atau menurun jika harapan pasien tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Jadi tugas dari tim paliatif adalah memodifikasi ekspektasi dari pasien, sehingga jarak antara
harapan dan kenyataannya menjadi lebih dekat. Bisa dengan cara membangkitkan spirit untuk
hidup, orientasi masa depan, keimanan bahkan tentang seksualitasnya, ungkap Dr Siti
Annisa Nuhonni, SpKFR(K).

Dr Nuhonni menuturkan harapan selalu ada, tapi sebaiknya tidak memberikan harapan yang
palsu karena harapan juga harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Untuk itu keluarga
merupakan kunci makna hidup dalam perawatan paliatif.

Tempat untuk melakukan perawatan paliatif beragam, seperti:

1. Rumah sakit, untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan dengan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau meemrlukan peralatan khusus.
2. Puskesmas, untuk pasien yang melakukan rawat jalan.
3. Rumah singgah atau panti (hospis), untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena
masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
4. Rumah Pasien, untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan atau
peralatan khusus, serta keterampilan perawatan bisa dilakukan oleh anggota keluarga.

Selain mengurangi gejala-gejala yang muncul, perawatan paliatif juga memberikan dukungan
dalam hal spiritual dan psikososial. Perawatan ini bisa dimulai saat diagnosis diumumkan
sampai akhir hayat dari si pasien.

Meski pasien telah meninggal dunia, perawatan paliatif tidak berhenti sampai di situ. Karena
relawan paliatif juga akan memberikan dukungan moral kepada keluarga yang berduka, ujar

bagi seorang dokter,butuh Empati yang besar dan Ketrampilan Khusus dalam melakukan
Paliatif care. Penyampaian kabar buruk (ketika pasien tidak bisa sembuh dan harus dilakukan
paliative care)pun harus ada etikanya. jangan sampai ketika kita menyampaikan kabar buruk
tersebut menimbulkan Stres mendalam bagi pasien maupun keluarganya yang berakibat
semakin cepatnya proses kematian bagi pasien. Terkadang juga tindakan Euthanasia
dilakukan jika tindakan Paliatif sudah dilakukan tapi pasien masih sangat menderita. Namun
perlu dicatat, Tindakan Euthanasia tidak semudah itu dilakukan. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan (permintaan pasien,permintaan keluarga,dasar hukum,adat istiadat
setempat,agama dll)
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan

oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi

dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh

masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia

harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang,

sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan

kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka

ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga memerlukan perawatan

lebih lama di rumah sakit.

Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era

peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care,

perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab

langsung, atau efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat

untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah

berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar

bila salah satu tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.

Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan

keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang

diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan

perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri

Keperawatan Di Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).

Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu

dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi

tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di
rumah memerlukan izin operasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan

pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain : Kebutuhan masyarakat,

perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi

pelayanan kesehatan di rumah.

Berdasarkan uraian diatas kami tertarik untuk membuat Rancangan Ide Pelayanan

Home Care pada Rumah Sakit Swasta di Masa Depan, untuk membantu program rumah

sakit pemerintah yang telah dijalankan selama ini.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan karya tulis ilmuah ini

adalah bagaimana rancangan program pelayanan home care rumah sakit swasta di masa

depan?

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Terselenggaranya pelayanan keperawatan secara menyeluruh, efektif dan efisien yang

berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.

2. Tujuan khusus

a. Memenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko- sosial- spiritual) secara mandiri.

b. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.

c. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

d. Meminimalisir tingkat kematian.

e. Menekan serendah mungkin biaya rumah sakit

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi pasien :

a. Agar pasien mengetahui pelayanan yang ada di rumah sakit swasta

b. Agar pasien mengetahui rumah sakit mana saja yang ada pelayanan home care
c. Agar pasien mampu membandingkan keefektifan dan keefisienan pelayanan yang di rumah

sakit

2. Manfaat bagi perawat :

a. Untuk menambah wawasan perawat

b. Agar mengurangi pandangan buruk masyarakat terhadap perawat

c. Untuk memotivasi perawat agar mampu melaksanakan perannya dengan baik

3. Manfaat bagi rumah sakit :

a. Untuk mempromosikan rumah sakit

b. Untuk memotivasi rumah sakit merencanakan, membuat/ memperbaharui programprogram

rumah sakit yang mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat

c. Agar rumah sakit mendapat citra yang baik dimasyarakat

E. LandasanHukum

1. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran

5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat

6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas

7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.

8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.

9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.

F. Ruang lingkup

Ruang Lingkup Home Care yaitu :

1. Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif

2. Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya.


3. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga.

Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik

3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

4. Pelayanan informasi dan rujukan

5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan

6. Higiene, dan sanitasi perorangan serta lingkungan

7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial.

G. Prinsip Home Care

Agar pelayanan home care ini dapat berjalan dengan lancar maka perlu diperhatikan

beberapa prinsip dalam melakuakan pelayanan home care.

Prinsip prinsip terssebut diantaranya :

1. Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat

2. Pelaksana Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang ada (dokter, bidan,

perawat,ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga profesi yang lain).

3. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.

4. Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.

5. Menggunakan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan dalam menetapkan diagnosa.

6. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada kebutuhan.

7. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.

8. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan, medik dan

lainnya.

9. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen.

10. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.


11. Mengembankan kemampuan profesional.

12. Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.

13. Menggunakan kode etik profesi dalam melaksanakan pelayanan di home care .

H. Metode penulisan

1. Studi pustaka

2. Layanan jurnal

3. Media internet.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Pelayanan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada

pasien di rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan

keterampian teknikal tertentu yang berasal dari spesalisasi kesehatan tertentu, yang befokus

pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan keluarga, dengan tujuan

menyembuhkan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien.

Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan

kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga

home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang

telah melalui sejarah yang panjang.

Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan

kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu, keluarga, di

tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan

kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit.

Layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan, dikoordinir,

oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama.
Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada program

home care yang meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-

kasus khusus klinik dan yang biasa dijumpai di komunitas. Kasus umum yang merupakan

pasca perawatan di RS adalah :

1. Klien dengan COPD

2. Klien dengan penyakit gagal jantung

3. Klien dengan gangguan oksigenasi

4. Klien dengan mengalami perlukaan kronis

5. Klien dengan diabetes

6. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan

7. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan ( rehabilitasi )

8. Klien dengan terapi cairan infus di rumah

9. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan

10. Klien dengan AIDS

Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :

1. Klien dengan post partum

2. Klien dengan gangguan kesehatan mental

3. Klien dengan kondisi Usia Lanjut

4. Klien dengan kondisi terminal ( Hospice and Palliative care)

(Rice R , 2001.,Allender &Spradley, 2001)

B. Tujuan Diadakannya Home Care

1. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara mandiri.

2. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.


C. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Home Care

1. Kesiapan tenaga dan partisipasi masyarakat

2. Upaya promotif atau preventif

3. SDM perawat

4. Kebutuhan pasien

5. Kependudukan

6. Dana

D. Manfaat Home Care

1. Bagi Klien dan Keluarga :

a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin

mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi keluarga

b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga ada

yang sakit

c. Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri

d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit

yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk

menggantikannya

2. Bagi Perawat :

a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang tetap

sama

b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan yang

diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja

perawat akan meningkat.

c. Data dan minat pasien

3. Bagi Rumah Sakit :


a. Membuat rumah sakit tersebut menjadi lebih terkenal dengan adanya pelayanan home care

yang dilakukannya.

b. Untuk mengevaluasi dari segi pelayanan yang telah dilakukan

c. Untuk mempromosikan rumah sakit tersebut kepada masyarakat

E. Perkembangan Pelayanan Kesehatan Dirumah

Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang di kenal masyarakat dalam

system pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain

banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa di

rawat di rumah dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang

mendorong perkembangan perawatan kesehatan di rumah adalah :

1. Kasus-kasus penyakit terminal di anggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apa bila di rawat

di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara medis

belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan.

2. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit

degenerative yang memerlukan perawatan relative lama. Dengan demikian berdampak pada

makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah.

Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan

pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu relative lama.

3. Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa perawatan klien

yang sangat lama (lebih dari 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban

manajemen.

4. Banyak orang merasakan bahwa di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan membatasi

kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal

karena terikat aturan-aturan yang ditetapkan.


5. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan

dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat kesembuhan (DEPKES,

2002).

F. Lingkup Keperawatan Di Rumah

Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal,

asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan

asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan

lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.

Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :

1. Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio-

spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara

langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan

tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan

dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-

tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling

kesehatan dan melakukan evaluasi.

2. Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien,

dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk

perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.

3. Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara

berkelompok.

4. Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan

keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan

memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan

terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.
5. Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan,

mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.

G. Jenis Pelayanan Keperawatan Di Rumah

Jenis pelayanan keperawatan di rumah di bagi tiga kategori yaitu :

1. Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak dilaksanakan

pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah.

Individu yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya dan

mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu di rawat di rumah sakit.

2. Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada promosi dan prevensi.

Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana merawat bayinya setelah

melahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia beradaptasi

terhadap proses menua, serta tentag diet mereka.

3. Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit-penyakit

terminal misalnya kanker, penyakit-penyakit kronis seperti diabetes, stroke, hpertensi,

masalah-masalah kejiwaan dan asuhan paa anak.

H. Peran dan Fungi Perawat Home Care

1. Manajer kasus : mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan, dengan fungsi :

a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga

b. Menyusun rencana pelayanan

c. Mengkoordinir akifitas tim

d. Memantau kualitas pelayanan

2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan dengan fungsi :

a. Melakukan pengkajian komprehensif

b. Menyusun rencana keperawatan

c. Melakukan tindakan keperawatan


d. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien

e. Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang efektif

f. Melibatkan keluarga dalam pelayanan

g. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

h. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan

i. Mendikumentasikan asuhan keperawatan.

I. Pro dan Kontra Home Care di Indonesia

Di awal perjalanannya home care nursing sesungguhnya merupakan bentuk

pelayanan yang sangat sederhana, yaitu kunjungan perawat kepada pasien tua atau lemah

yang tidak mampu berjalan menuju rumah sakit atau yang tidak memiliki biaya untuk

membayar dokter di rumah sakit atau yang tidak memiliki akses kepada pelayanan kesehatan

karena strata sosial yang dimilikinya. Pelaksanaannya juga merupakan inisiatif pemuka

agama yang care terhadap merebaknya kasus gangguan kesehatan. Perawat yang

melakukannya dikenal dengan istilah perawat kunjung (visiting nurse). Bentuk intervensi

yang diberikan berupa kuratif dan rehabilitatif.

Pada saat klien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem pelayanan keperawatan

dirumah (home care nursing), maka klien dan keluarga berharap mendapatkan sesuatu yang

tidak didapatkannya dari pelayanan keperawatan dirumah sakit.adapun klien dan keluarga

memutuskan untuk tidak menggunakan sistem ini, mungkin saja ada pertimbangan-

pertimbangan yang menjadikan home care bukan pilihan yang tepat.dibawah ini terdapat

tentang pro dan kontra home care di Indonesia.

Pro home care berpendapat :

1. home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan yang dikenal oleh

klien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit klien akan merasa asing dan perlu

adaptasi.
2. home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat diberikan secara

focus pada satu klien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi pada beberapa

pasien.

3. home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi klien, dimana

pelayanan keperawatan dapat diberikan secara komprehensif (biopsikososiospiritual).

4. home care menjaga privacy klien dan keluarga, dimana semua tindakan yang berikan

hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu.

5. home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif lebih rendah

daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah sakit.

6. home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam memonitor

kebiasaan klien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana berguna memahami

perubahan pola dan perawatan klien.

7. home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana keluarga dapat sambil

melakukan kegiatan lain dengan tidak meninggalkan klien.

8. home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan dengan pelayanan

dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi dapat diberikan pelayanan sekaligus

dalam home care.

9. pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan kesehatan yang

diberikan, perawat dapat memberi penguatan atau perbaikan dalam pelaksanaan

perawatan yang dilakukan keluarga.

Kontra home care berpendapat :

1. home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika menggunakan agency yang

belum ada hubungannya dengan tim kesehatan lain seperti :

a. dokter spesialis.

b. Petugas laboratorium.
c. Petugas ahli gizi.

d. Petugas fisioterafi.

e. Psikolog dan lain-lain.

2. home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika dibandingkan dengan

menggunakan tenaga kesehatan secara individu.

3. klien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk mencapai unit-

unit yang terdapat dirumah sakit, misalnya :

a. Unit diagnostik rontgen

b. Unit diagnostik CT scan.

c. Unit diagnostik MRI.

d. Laboratorium dan lain-lain.

4. pelayanan home care tidak dapat diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan

total, misalnya: klien dengan koma.

5. tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam kegiatan perawatan, dimana

keluarga merasa bahwa semua kebutuhan klien sudah dapat terlayani dengan adanya

home care.

6. pelayanan home care memiliki keterbatasan fasilitas emergency, misalnya :

a. fasilitas resusitasi

b. fasilitas defibrilator

7. jika tidak berhasil, pelayanan home care berdampak tingginya tingkat ketergantungan

klien dan keluarga pada perawat

J. Standar Alat Home Care

a. Alat kesehatan

1) Tas/ kit

2) Pemeriksaan fisik
3) Set perawatan luka

4) Set emergency

5) Set pemasangan selang lambung

6) Set huknah

7) Set memandikan

8) Set pengambilan preparat

9) Set pemeriksaan lab. Sederhana

10) Set infus/ injeksi

11) Sterilisator

12) Pot/ urinal

13) Tiang infus

14) Tempat tidur khusus orang sakit

15) Pengisap lendir

16) Perlengkapan oxigen

17) Kursi roda

18) Tongkat/ tripot

19) Perlak/ alat tenun

b. Alat habis pakai

1) Obat emergency

2) Perawatan luka

3) Suntik/ pengambilan darah

4) Set infus

5) NGT dengan berbagai ukuran

6) Huknah

7) Kateter

8) Sarung tangan, masker

c. Sarana lain
1) Alat dan media pendidikan kesehatan

2) Ruangan beserta perlengkapannya

3) Kendaraan

4) Alat komunikasi

5) Dokumentasi

Pembiayaan Sarana Dan Prasarana Dan Obat-Obatan

Nama barang Harga Keterangan

Suction pump Rp. 300.000/bln 1 x Pemakaian

Kasur Dekubitus Rp. 200.000/bln 1 x pemakaian

Kursi Roda Strecher Rp. 200.000/bln selama perawatan home care

Oksigen 1 kubik Rp. 100.000/bln 1 x pemakaian

Inhalasi/Nebilizer Rp. 100.000/bln 1 x pemakaian

Ventilator Rp. 500.000/hari selama perawatan home care

Tempat tidur manual 3 posisi Rp. 300.000/hari selama perawatan home care

Harga Alkes Dan Obat

Nama barang Harga Keterangan

NGT no 8 s/d 20 Terumo Rp. 20.000/pcs 1 x pemakaian

Xylocain Jelly 2% 10mg Rp. 50.000/pcs 1x pemakaian

Spuit 50cc TIP Terumo Rp. 30.000/pcs selama perawatan home care

Spuit 5cc Terumo Rp. 2.000/pcs 1 x pemakaian

Spuit 10cc Terumo Rp. 2.500/pcs 1 x pemakaian

Spuit 3cc Terumo Rp. 1.500/pcs 1 x pemakaian

Handscoon Sensi Glovers Rp. 40.000/box 1 x pemakaian

WFI 25ml Rp. 3.000 1 x pemakaian

NaCl 0,9% 25ml Rp. 3.000 1 x pemakaian


Handscoon Gamex no 6 s/d 8 Rp. 15.000/pcs 1 x pemakaian

Urine Bag Adult Rp. 10.000 1 x pemakaian

Folley Catheter no 8 s/d 24 Rp. 18.000/pcs 1 x pemakaian

yellow

Folley Catheter Rusch no 8 Rp. 20.000/pcs 1 x pemakaian

s/d 24 Gold

Folley Catheter no 18 Silicon Rp. 22.000/pcs 1 x pemakaian

Coated

Folley Catheter no 14 s/d 24 Rp. 100.000/pcs 1 x pemakaian

Silicon White Rusch

Wing Neddle no 23 & 25 Rp. 7.000/pcs 1 x pemakaian

Makro Set Rp. 15.000/pcs 1 x pemakaian

Venflon no 18 s/d 24 Rp. 30.000/pcs 1 x pemakaian

Obat Inhalasi (berotec, Rp. 20.000 1 x pemakaian

bisolvon, nacl)

Kassa sterile 10pcs Rp. 1.500 1 x pemakaian

Contoh Biaya Pelayanan Home Care

Kunjungan dan perawatan paramedis:

1. Rp 50.000 untuk 1 kali kunjungan (berlaku radius 5-30 km)

2. Rp 75.000 untuk 1 kali kunjungan (berlaku radius >30 km)

3. Rp 30.000 untuk 1 kali kunjungan (radius <5 km)

Konsul dan kunjungan dokter:

1. Kunjungan ke rumah penderita: Rp 250.000,- per kunjungan sesuai radius di atas.

2. Konsul via telepon (hp): Rp50.000,- per hari (1 kali)

Sudah termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital dan konsultasi.


Untuk pemasangan kateter = Rp. 30.000/tindakan

Untuk Pemasangan NGT = Rp. 30.000/tindakan

Untuk pemasangan infuse = Rp. 40.000/tindakan

Tindakan Suctioning = Rp. 30.000/tindakan

Untuk perawatan luka dan ganti balutan = Rp. 30.000/tindakan

Jika ada tindakan lainnya diluar daftar tarif dikenakan biaya = Rp. 30.000/tindakan

K. Faktor Penghambat Dalam Pelayanan Home Care

1. Adanya rasa kurang atau belum percayanya masyarakat atau keluarga terhadap pelayanan

Home Care.

2. Situasi dan keadaan lingkungan atau wilayah serta kurangnya akses transportasi

Jarak wilayah yang terlalu jauh sehingga kurang mendapat pelayanan Home Care

dari pihak rumah sakit serta keadaan yang kurang mendukung, misalnya pada lingkungan

rumah susun yang berkaitan dengan ketenangan, kebersihan, kerapian yang kurang

mendukung untk proses penyembuhan dalam pelayanan home care. Hal ini menyebabkan

persepsi masyarakat kurang baik terhadap keberadaan home care.

3. Tenaga kesehatan yang kurang kompeten dalam melaksanakan pelayanan home care

4. Banyak masyarakat yang belum tahu tentang pelayanan home care.

5. Terbatasnya tenaga kesehatan

6. Adanya panggilan kunjungan yang tidak diperlukan, hal ini akan membuang waktu, tenaga

dan biaya,

7. Hambatan yang datang dari pasien dan keluarga

8. Ketergantungan penderita dan atau keluarga,

9. Untuk kolaborasi dengan tim profesional lain membutuhkan waktu yang cukup lama,

10. Letak geografis yang jauh dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan dan cost yang

diperlukan.

L. Kelebihan Pelayanan Home Care


1. Bisa meningkatkan kemandrian pasien dan keluarga dalam melakukan pemeliharaan

kesehatan

2. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

3. Pembiayaan yang lebih murah

1 minggu di rumah sakit untuk kelas 3 kurang lebih biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.

1.000.000,00 kalau memakai pelayanan home care dalam 1 minggu yang dilakukan visit 3

kali kurang lebih biaya yang dikeluarkan Rp. 425.000,00.

M. Kekurangan Pelayanan Home Care

1. Penanganan masa kritis kurang cepat dan kurang efektif

2. Kurang perhatian atau pengawasan dari tenaga medis

3. Letak geografis yang berjauhan, sehingga sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

BAB III

PEMBAHASAN

Berikut ini adalah data-data tentang Home Care yang di dapat dari rumah sakit

tempat kami praktek yaitu Rumah Sakit RK Charitas Palembang :

A. Protap Umum

Prosedur tetap (Protap) umum Home Care adalah pedoman tatalaksana perawatan

secara umum, berlaku bagi segenap komponen pelaksana home care, baik bagi dokter

maupun bidan dan perawat. Dalam hal yang bersifat khusus semisal : tatalaksana biaya

perawatan, pengelolaan obat dan bahan habis pakai atau yang lain, diatur dalam pedoman

tersendiri.

4. Pelakasana home care menerima pasien dari dokter penanggung jawab, dokter praktek,

institusi pelayanan medis atau atas kemauan pasien (keluarganya) dengan indikasi rawat inap

maupun pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan perawatan penunjang (paliatif) karena

berbagai alasan. Langkah awal adalah :


a) Pelaksana home care mencatat identitas pasien di buku register dan kartu status home care

b) Memeriksa tanda-tanda vital (tensi, suhu, nadi, respirasi) dan mencatat di kartu status pasien

5. Melakukan hal-hal sebagai berikut :

a) Bila ada instruksi tertulis, lakukan sesuai instruksi/tindakan

b) Bila belum ada instruksi, konsultasi dokter

c) Bila dokter sulit dihubungi, berikan pertolongan pertama sesuai keadaan pasien pada saat itu,

misalnya pasang infus, perawatan luka, pasang kateter dan lain-lain

d) Setelah diberikan terapi/tindakan, berikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang

cara-cara mengawasi infus dan tindakan medis lainnya

e) Mencatat setiap tindakan/terapi/konsultasi dalam lembar status pasien

f) Memberitahu keluarga pasien tentang cara menghubungi pelaksana bila sewaktu-waktu

diperlukan terkait dengan keluhan pasien

6. Awasi keadaan pasien secara berkala, termasuk pengamatan tanda vital. Tulis dan catat di

lembar catatan perawat setiap melakukan pengukuran tanda-tanda vital.

7. Melaksanakan petunjuk/perintah pengobatan selanjutnya dari dokter

8. Pemberian obat oral di atur sesuai jadwal pengobatan dan kenyamanan pasien.

9. Apabila kondisi pasien menurun atau mengalami perubahan mendadak, segera konsultasi ke

dokter konsultan (dokter penanggung jawab) atau langsung di rujuk ke rumah sakit dengan

pendampingan

10. Jika terjadi anafilaksis shock, tangani sesuai protap anafilaksis, kemudian baru konsultasi.

11. Pelaksana home care hendaknya memberikan tindakan atas rekomendasi dokter, kecuali

dikter tidak bisa dihubungi atau pasien memerlukan tindakan cepat.

12. Penggunaan obat dan BHP (bahan habis pakai) di catat di buku stok masing-masing

pelaksana home care.

13. Pasien yang memerlukan pemeriksaan laboratorium disiapkan oleh petugas pelaksana home

care, kemudian di kirim ke bagian laboratorium rumah sakit RK Charitas Palembang.

Selanjutnya hasil laboratorium dikonsultasikan ke dokter.


14. Konsultasi pasien dapat dilaksanakan melalui telepon atau SMS

15. Jika diperlukan follow up, pasien dapat diperiksakan ke dokter konsultan (praktek).

16. Rujukan ke rumah sakit RK Charitas Palembang didampingi oleh petugas jaga.

17. Pasien yang tidak dapat ditangani di rumah atau memerlukan tindakan lebih lanjut atau

tindakan operatif, di rujuk ke rumah sakit disertai rujukan dan tindakan sementara yang sudah

dilakukan.

18. Penggunaan mobil ambulance hendaknya bekerjasama dengan pihak rumah sakit dan dikenai

tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sesuai daftar tarif ambulance di rumah sakit RK

Charitas Palembang.

19. Dokter dan pelaksana home care tidak diperkenankan menerima sesuatu dan melakukan

perjanjian-perjanjian dengan pihak manapun yang berujung pada pembengkakan biaya home

care.

20. Dikter bersama pelaksana home care hendaknya membuat standarisasi obat sesuai keperluan

berdasarkan indikasi medis dan bekerjasama denga apotek rumah sakit dalam pengadaan

obat. Dalam menetukan jenis obat tentunya mempertimbangkan daya jangkau pasien tanpa

mengurangi kualiatas obat.

21. Penggantian petugas pelaksana, oleh berbagai sebab, hendaknya melakukan serah terima,

meliputi : kondisi pasien, obat dan tindakan meis, sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

22. Semua komponen home care hendaknya bersikap ramah dengan pasien dan keluarganya,

memberikan support serta mendidik pasien berkenaan dengan penyakitnya.

B. Alur Pelayanan

Secara garis besar alur pelayanan yang diberikan adalah :

1. Setiap pasien, mendapatkan pelayanan home care melalui dokter penanggung jawab, dokter

konsultan atau langsung melalui petugas pelaksana home care

2. Petugas pelaksana home care melaksanakan pelayanan meds sesuai dengan instruksi dokter

atau prosedur tetap home care rumah sakit Charitas Palembang

3. Petugas pelaksana home care membuat registrasi dan mencatat di lembar status pasien
4. Petugas pelaksana mengunjungi rumah pasien secara berkala

5. Petugas pelaksana yang berhalangan dalam perawatan home care dapat digantikan oleh

petugas lain dengan melakukan serah terima

6. Pasien di rawat hingga sembuh atau hingga akhir perawatan pada perawatan paliatif

7. Apabila perlu di rujuk, maka pasien di rujuk setelah mendapatkan tindakan stabilisasi

8. Apabila penderita meninggal dunia, petugas pelaksana membuat laporan keatian sejak masa

perawatan.

C. Mekanisme Pelayanan Home Care

1. Proses Penerimaan Kasus

a. Home care menerima pasie dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain, keluarga

b. Pimpinan home care menunjuk koordinator kasus untuk mengelola kasus

c. Koordinator kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus.

2. Proses Pelayanan Home Care

a. Persiapan

1) Pastikan identitas pasien

2) Bawa denah/penunjuk tempat tinggal pasien

3) Lengkap kartu identitas unit tempat kerja

4) Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah

5) Siapkan file asuhan keperawatan

6) Siapkan alat bantu media untuk pendidikan

b. Pelaksanaan

1) Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan

2) Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat

3) Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien

4) Membuat rencana pelayanan

5) Lakukan perawatan langsung


6) Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dan lain-lain

7) Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan

8) Dokumentasikan kegiatan

c. Monitoring dan Evaluasi

1) Keakuratan data kelengkapan pengkajian awal

2) Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan

3) Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksana

d. Proses Penghentian Pelayanan Home Care, Dengan Kriteria :

1) Tercapai sesuai tujuan

2) Kondisi pasien stabil

3) Program rehabilitasi tercapai secara maksimal

4) Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien

5) Pasien di rujuk

6) Pasien menolak pelayanan lanjutan

7) Pasien meninggal dunia

D. Tata Laksana Home Care

Berikut ini adalah panduan singkat tatalaksana home care, mulai pra perawatan di

rumah pasien hingga pasca perawatan.

Pra Home Care :

1. Dokter dan tim home care merencanakan jadwal perawatan pasien sesuai jenis perawatan,

jenis penyakit, gradasi penyakit dan kondisi klinis pasien berdasarkan prosedur perawatan.

Jenis perawatan, meliputi : perawatan kuratif, perawatan suportif, perawatan rehabilitatif,

perawatan emergency.

2. Dokter dan tim home care merencanakan pemeriksaan penunjang diagnostik dan follow up

jika diperlukan, seperti : laboratorium, rontgen dan lain-lain


3. Pelaksana home care mempersiapkan saran dan prasarana perawatan, meliputi : tensimeter,

infus set, intravena cath, cairan infus, spuit, needle, nebulizer dan lain-lain sesuai keperluan

perawatan masing-masing kasus.

Pelaksanaan Home Care :

1. Pelaksana perawatan mengunjungi rumah pasien secara berkala sesuai jadwal perawatan

untuk melaksanakan perawatan dan tindakan medis berdasarkan jadwal perawatan

2. Pelaksana home care melaporkan kondisi klinis setiap pasien dan keluhan serta tindakan

medis yang sudah dilakukan, meliputi : kondisi umum terkini setiap pasien. Hasil

laboratorium dan obat atau tindakan medis yang telah diberikan dan respon hasil pengobatan

3. Dokter memonitor pelaksanaan home care oleh pelaksana perawatan melalui sarana

komunikasi untuk menilai hasil perawat dan menetukan langkah selanjutnya

4. Dokter dan tim home care mendiskusikan setiap kasus selama masa home care dan pasca

home care untuk evaluasi dan perbaikan kualitas perawatan penderita,

Kontrol dan Pemeriksaan :

1. Dokter memberikan terapi dan instruksi tindakan medis atau laboratorium serta advis sesuai

kondisi klinis pasien pemeriksaan saat pasien kontrol

2. Dokter memberikan support dan berdialog denganpasien dan atau keluarganya secara santun

dan bersahabat ketika pasien menjalani konrol.

Pasca Home Care :

1. Dokter bersama-sama pelaksana home care melakukan evaluasi klinis setiap pasie pasca

pelaksanaan home care untuk perbaikan kualitas perawatan di masa yang akan datang

2. Dokter dan pelaksana home care membuat jadwal perawatan jangka panjang bagi pasien

yang memerlukan perawatan rehabilitatif, seperti : pasca stroke, decompensasi cordis dan

lain-lain

3. Dokter memberikan bombingan teknis medis kepada pelaksana home care secara berkala

untuk meningkatkan kualitas perawatan


4. Dokter dan pelaksana home care mengadakan review kasus-kasus khusus dan kasus-kasus

yang sering memerlukn home care.

E. Jumlah Permintaan Pasien Untuk Pelayanan Home Care

Pelayanan kunjungan perawatan di rumah sudah dilakukan oleh rumah sakit RK

Charita sejak tahun 2006, yang pada perkembangannya mengalami peningkatan jumlah

permintaan pelayanan kunjungan setiap tahun, hal ini dapat di lihat dari data jumlah pasien

yang dilakukan kunjungan rumah :

1. Pada tahun 2006 = 14 orang

2. Pada tahun 2007 = 19 orang

3. Pada tahun 2008 = 26 orang

4. Pada tahun 2009 = 39 orang.

F. Data Pelayanan Home Care

1. Jenis Penyakit Yang Sering Dilayani

a. Klien dengan penyakit gagal jantung

b. Klien dengan gangguan oksigenasi

c. Klien dengan diabetes

d. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan ( rehabilitasi )

e. Klien dengan terapi cairan infus di rumah

f. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan

g. Klien dengan post partum

h. Klien dengan kondisi Usia Lanjut

i. Klien dengan kondisi terminal ( Hospice and Palliative care).

2. Keberhasilan Pelaksanaan Home Care Sesuai Harapan Pasien

Di tinjau dari jumlah permintaan pelayanan home care dari pasien setiap tahunnya

yang mengalami peningkatan maka tingkat keberhasilan yang di capai oleh rumah sakit RK

Charitas Palembang dalam memberikan pelayanan home care cukup berhasil.


3. Biaya Dalam Pelayanan Home Care

Penerapan harga dalam pelayanan home care di rumah sakit RK Charitas Palembang

a. Imbalan dokter/visit dokter : Rp. 100.000,00

b. Spoeling telinga : Rp. 70.000,00

c. Konsul gizi : Rp. 50.000,00

d. Fisioterapi : Rp. 150.000,00-Rp. 175.000,00

e. GB besar : Rp. 100.000,00

f. GB ekstra besar : Rp. 150.000,00

g. GB kecil : Rp.50.000,00

h. GB sedang : Rp.75.000,00

i. Pasang infus :Rp.50.000,00

j. Pasang Cateter : Rp.100.000,00

k. Pasang NGT : Rp.100.000,00

l. Kolostomi : Rp.75.000,00

m. Pemeriksaan BSS : Rp.25.000,00

n. Pemeriksaan asam urat : Rp.30.000,00

o. Pemeriksaan kolesteol : Rp.20.000,00

p. Pemeriksaan TTV : Rp.30.000,00

q. Injeksi : Rp.30.000,00

r. Perawatan luka bakar : Rp.75.000,00

s. Post partum/resiko tinggi : Rp.50.000,00

t. Personal higiene : Rp.50.000,00

u. Visit perawat : Rp.50.000,00

v. Transportasi : Rp.20.000,00

4. Kelebihan dari Program Home Care RS RK Charitas Palembang

a. Pelayanan yang diberikan dilandasi dengan semangat cinta kasih


b. Tanggung jawab terhadap tugas pelayanan

5. Kekurangan dari Program Home Care RS RK Charitas Palembang

a. Masih kurangnya tenaga kesehatan yang khusus untuk melayani pelayanan home care.

b. Masyarakat terutama yang berada di daerah-daerah jauh dari wilayah kerja RS RK Charitas

Palembang belum bisa terjangkau pelayanannya terutama dalam pelayanan home care

c. Asuhan keperawatan yang belum sepenuhnya dijalankan.

d. Dalam memberikan pelayanan tenaga kesehatan kurang melibatkan keluarga dan pasien dan

hanya melakukan tindakan medis saja.

6. Kendala Pelaksanaan Pelayanan Home Care RS RK Charitas

a. Masyarakat masih banyak yang belum tahu tentang program home care, terutama masyarakat

dari daerah-daerah yang jauh.

b. Masih kurangnya tingkat kepercayaan terhadap program home care.

c. Biaya yang masih dirasakan terlalu besar oleh masyarakat terutama masyarakat dari kelas

ekonomi menengah ke bawah.

BAB IV

RANCANGAN GAGASAN PROGRAM HOME CARE

A. Struktur Organisasi Home Care

Terlampir

B. Bagan Alur Pelayanan Home Care

Loket Pendaftaran
Poli Home Care
Administrasi Home Care
Pemeriksaan Kesehatan
Pembuatan Kartu
Pelayanan
Pembuatan Jadwal
Pembiayaan
Terminasi Pelayanan
Pasien Datang

C. Uraian Tugas

1. Ketua Koordinator Home Care

Nama Jabatan : Ketua Koordinator Home Care

ian : Seorang tenaga medis yang profesional yang di beri wewenang dan tanggung jawab untuk

mengelola terselenggaranya kegiatan home care dan telah memiliki sertifikat pelatihan home

care yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

Persyaratan :

a. Dokter yang berpengalaman kerja kurang lebih 2 tahun

b. Memiliki sertifikat pelatihan home care

c. Sehat jasmani dan rohani

d. Fleksibel dan kreatif

Masa Jabatan : 2 tahun

Uraian Tugas :

a. Mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan Perawatan di rumah

b. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan pelayanan dan klien.

c. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pelaksanaan Pelayanan

d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap kinerja pelayanan

e. Menyusun laporan pelaksanaan Home Care secara berkesinambungan

2. Sekertaris

Nama Jabatan : Sekertaris

ian : Perawat profesional yang diberikan wewenang dan tan ggung jawab untuk mencatat segala

kegiatan pelayanan home care.


Tugas : Melaksanakan kegiatan pencatatan setiap kegiatan home care di rumah sakit untuk

didokumentasikan.

3. Bendahara

Nama Jabatan : Bendahara

tian : Tenaga profesional yang diberikan wewenang dan tanggung jawab dalam melaksanakan

pencatatan pembiayaan dalam pelayanan home care.

Tugas : mencatat pemasukan dan pengeluaran pelayanan home care

4. Penanggung Jawab Poli Home Care

Uraian Tugas :

a. Mengkoordinasi semua kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pelaksana pelayanan

b. Menngkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaksana perawatan

c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan kepada pelaksana keperawatan

d. Menyusun laporan kegiatan pelayanan sesuai bidang tugas.

5. Koordinator Kasus

Nama Jabatan : Koordinator kasus

rtian : Seseorang perawat profesional yang di beri wewenang dan tanggung jawab

untuk membantu ketua koordinator home care dalam terselenggaranya kegiatan

pelayanan home care di rumah sakit.

Persyaratan : a. Usia minimal 21 tahun

b. Pendidikan minimal D3 Keperawatan + SIP + SIK + SIPP

c. Memiliki sertifikat pelatihan

d. Pengalaman di unit pelayanan minimal 3 tahun

e. Mampu melakukan pengkajian, analisis dan rencana intervensi

f. Mampu bekerja sama dengan tim dan mampu memimpin

g. Mampu melaksanakan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi

Masa Jabatan : 2 tahun


Uraian Tugas :

a. Mengkoordinasikan semua kegiatan pel. yang dilaksanakan oleh pelaksanan pelayanan

b. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan kep. dan klien di rumah

c. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pelaksanaan keperawatan

d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan kepada pelaksana keperawatan

e. Menyusun laporan kegiatan pelayanan sesuai bidang tugasnya

6. Pelaksana Pelayanan

Nama Jabatan : Pelaksana Pelayanan.

an : Seorang tenaga profesional (keperawatan, pekerja sosial, terapis, gizi) yang di beri wewenang dan

tanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan home care rumah sakit.

Persyaratan :

a. Usia minimal 21 tahun

b. Ijazah normal tenaga profesional (keperawatan, pekerja sosial, terapis, gizi)

c. Sertifikat pelatihan

d. Mampu memberi pelayanan secara mandiri dan bertanggung jawab

e. Mampu menjalankan standar prosedur

f. Mampu memberikan pelayanan sesuai etika

g. Mampu bekerja sama

h. Sehat jasmani dan rohani

Uraian Tugas :

a. Melaksanakan pengkajian dan menentukan diagnosa keperawatan

b. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan

c. Melaksanakan intervensi / tindakan keperawatan sesuai rencana yang ditentukan

d. Mengevaluasi kegiatan/ tindakan yang diberikan dg. berpedoman pada renpra.

e. Membuat dokumentasi tertulis pada rekam kep. setiap selesai melaksanakan tugas

7. Koordinator Administrasi

Nama Jabatan : Petugas Administrasi Home Care


ian : Seseorang perawat yang diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola

administrasi (pelayanan, pemakaian alat-alat kesehatan, surat-menyurat) yang berhubungan

dengan pelayanan hone care rumah sakit

Persyaratan :

a. Pendidikan minimal SPK/SLTA

b. Mampu mengoperasikan SIM rumah sakit yang telah di program oleh rumah sakit

c. Mampu berorganisasi dengan baik

d. Mampu bekerja sama

e. Sehat jasmani dan rohani

Uraian Tugas :

a. Mengkoordinasikan semua kegiatan administrasi dan keuangan Home Care

b. Melakukan perlakuan yang baik terhadap administrasi pengelolaan Home Care

c. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pada bidang administrasi dan

keuangan Home Care

d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian proses adm. keuangan Home Care

e. Menyusun laporan administrasi keuangan Home Care

8. Konsulen

Uraian Tugas :

a. Menerima konsultasi dari pelaksanaan keperawatan dan memberikan petunjuk / advis sesuai

kewenangannya

b. Memberikan advokasi khususnya dalam bidang tindakan medik

c. Melaksanakan tindakan-tindakan medik sesuai kewenangannya

d. Memeriksa, menentukan Diagnosa dan memberi terapi medik.

10. Pelaksanaan Kegiatan Program Home Care

Berdasarkan program yang telah dibuat oleh RS tentang home care maka pihak

rumah sakit akan terjun langsung ke lapangan untuk mensosialisasikan home care pada
tempat-tempat yang menjadi wilayah kerja rumah sakit tersebut. Sasaran yang dicapai adalah

seluruh komponen masyarakat baik dari tingkat sosial, ekonomi, budaya, dan usia.

Dalam mensosialisasikan program home care kepada masyarakat dengan

memperkenalkan apa itu home care, tujuan, manfaat, serta program-program dan prosedur

home care yang akan di berikan kepada masyarakat bisa dilakukan melalui beberapa cara,

diantaranya :

1. Pihak rumah sakit akan melakukan upaya pengenalan dan penyebaran pelayanan home care

dari rumah sakit tersebut dengan cara menyebar tenaga kesehatan ke setiap pembagian

wilayah yang sudah ditentukan untuk melakukan salah satunya dengan teknik berupa

penyuluhan, dengan mengumpulkan masyarakat di kelurahan tersebut. Hal yang

diinformasikan adalah tentang apa itu home care, tujuan , manfaat serta program-program

dari pelayanan home care yang akan di laksanakan. Teknik penyuluhan ini dilakukan 4 kali

dalam 1 bulan agar benar-benar masyarakat mengerti dan paham tentang home care.

Kelebihan Dari Teknik Ini Adalah :

a. Waktu yang diperlukan tidak terlalu banyak dalam mempromosikan home care karena

dilakukan secara serentak

b. Bisa bertatap muka langsung dan bisa bertanya langsung, agar apa yang disampaikan bisa

diterima atau menjadi 1 persepsi dalam masyarakat tersebut tentang home care

c. Bisa dilakukan juga untuk kegiatan pemeriksaan kesehatan dalam kegiatan tersebut.

Kekurangan Dari Teknik Ini Adalah :

a. Kurangnya kesadaran dari pihak masyarakat untuk menghadiri kegiatan penyuluhan tersebut

walaupun pihak dari kelurahan/wilayah tersebut sudah turun tangan sendiri

b. Terkadang masyarakat kurang mengerti dengan apa yang disampaikan karena banyaknya

masyarakat (sibuk sendiri-sendiri)

2. Pihak dari rumah sakit akan menyebarkan pamflet, brosur tentang home care kepada

masyarakat baik yang datang ke rumah sakit untuk berobat (pasien dan keluarga) maupun
pihak masyarakat yang ada di komunitas serta pemasangan poster-poster tentang home care,

melalui koran serta majalah kesehatan.

Kelebihan Dari Teknik Ini Adalah :

a. Menghemat tenaga yang mempromosikan pelayanan home care

b. Akan lebih menarik karena disertai dengan gambar-gambar

c. Mudah untuk dilakukan.

Kekurangan Dari Teknik Ini Adalah :

a. Terkadang masyarakat kurang memahami tentang apa yang ada di brosur/pamflet

b. Untuk pemasangan poster pun harus melewati perizinan dahulu

c. Terkadang bagi masyarakat kurang menarik sehingga hanya di lihat sekilas saja

d. Pada orang-orang yang yang tidak bisa membaca juga mengalami kesusahan.

3. Melalui media massa, misalnya radio, tv, internet.

Kelebihan Dari Teknik Ini Adalah :

a. Semua orang bisa tahu tentang program home care

b. Lebih efisien dalam pelaksanaannya.

Kekurangan Dari Teknik Ini Adalah :

a. Untuk masyarakat yang tidak bisa mengakses lewat media massa akan tidak tahu tentang

home care

b. Kurang pemahaman yang lebih karena terkadang hanya melihat dan mendengar serta

menyimak sekilas saja

c. Bila masyarakat tidak paham masyarakat tidak bisa bertanya langsung.

4. Melalui door to door setiap keluarga dalam wilayah tersebut

Kelebihan Dari Teknik Ini Adalah :

a. Keluarga bisa dengan jelas menangkap/memahami tentang home care

b. Bisa langsung bertanya jawab bila ada yang perlu ditanyakan tentang home care.
Kekurangan Dari Teknik Ini Adalah :

a. Waktu yang diperlukan untuk menyampaikan butuh waktu yang lama

b. Tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan hal ini butuh banyak.

Teknik-teknik di atas bisa dilakukan di setiap pembagian masing-masing wilayah

dalam area kerja rumah sakit tersebut. Tetapi apabila dalam area kerja rumah sakit tersebut

ada wilayah yang berada jauh dari rumah sakit maka bisa dilakukan dengan kerja sama

melalui rumah sakit yang ada dalam wilayah tersebut yang sebelumnya memang belum ada

program home care. Tetapi apabila dalam wilayah tersebut tidak ada sarana kesehatan maka

bisa dilakukan semacam membuat bangunan seperti puskesmas sebagai cabang home care

dari rumah sakit swasta tersebut. Setelah tersosialisasinya program home care kepada

masyarakat tersebut maka pihak rumah sakit akan langsung melakukan pelayanan home care

dengan proses sebagai berikut :

1. Persiapan

a. Pastikan identitas pasien

b. Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien

c. Lengkap kartu identitas unit tempat kerja

d. Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah

e. Siapkan file asuhan keperawatan

2. Pelaksanaan

a. Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan.

b. Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat

c. Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien

d. Membuat rencana pelayanan

e. Lakukan perawatan langsung

f. Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll

g. Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan


h. Dokumentasikan kegiatan

3. Monitoring dan evaluasi

a. Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal

b. Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan

c. Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanaan

4. Proses penghentian pelayanan home care

a. Tercapai sesuai tujuan

b. Kondisi pasien stabil

c. Program rehabilitasi tercapai secara maximal

d. Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien

e. Pasien di rujuk

f. Pasien menolak pelayanan lanjutan

g. Pasien meninggal dunia

Untuk pembiayaan, rumah sakit memberikan pilihan diantaranya yaitu:

1. Dibayar setiap kali bertemu atau setiap melakukan pelayanan.

2. Dibayar pada saat dihentikannya pelayanan.

Alur Pelayanan Home Care :

1. Pelayanan home care dirumah sakit swasta yang dilakukan tersebut akan ditempatkan atau di

buat semacam poli tersendiri yakni poli home care yang nantinya akan melayani pasien-

pasien yang membutuhkan pelayanan atau perawatan di rumah.

2. Pasien baru yang datang yang memerlukan perlayanan home care di rumah sakit swasta

tersebut akan melalui beberapa tahap untuk mendapatkan pelayanan keperawatan di

rumahnya sendiri.

3. Pasien yang datang yakni :

a. Pasien baru yang datang langsung ke poli home care.

b. Pasien dari perawatan rumah sakit yang meminta pelayanan home care.
c. Pasien yang meminta pelayanan home care melalui telepon.

4. Tahap-tahap yang harus dilalui pasien baru yakni sebagai berikut:

a. Tahap pendaftaran di loket pendaftaran

b. Selanjutnya masuk ke poli home care untuk pembuatan kartu

c. Setelah pembuatan kartu, pasien yang ingin menggunakan jasa home care melakukan

pemeriksaan kesehatan jika pasien tersebut datang langsung. tetapi apabila pasien tidak

datang langsung ke poli home care maka pemeriksaan kesehatan dilakukan dirumah pasien

dengan mengirimkan tenaga kesehatan ke rumah pasien sebagai data penunjang untuk

melakukan pelayanan home care.

d. Setelah mengetahui hasil dari pemeriksaan kesehatan pasien tersebut akan di rujuk ke bagian

menurut pembagian wilayah kerja pelayanan home care.

e. Selanjutnya pasien tersebut akan melakukan administrasi untuk mengurus cara pembiayaan

serta mengenai pemberitahuan informasi tentang jadwal kunjungan pelayanan perawatan di

runah pasien tersebut

f. Setelah pasien tersebut setuju maka pelayanan home care tersebut di laksanakan sesuai

dengan jadwal yang telah di buat

g. Melakukan perawatan sampai pasien mampu melakukan perawatan mandiri.

5. Pasien yang sebelumnya di rawat di rumah sakit dan meminta pelayanan home care untuk

prosedurnya tetap sama, hanya meneruskan pelayanannya yang diteruskan di rumahnya.

6. Setelah prosedur di atas selesai maka tenaga kesehatan pada bagian home care akan

melakukan pengkajian untuk menetukan tindakan yang akan dilakukan serta untuk

menentukan jadwal kunjungan sesuai data yang diperoleh saat pengkajian

7. melakukan kunjungan ke rumah pasien serta melakukan perawatan pada pasien sesuai

dengan kebutuhan pasien

8. untuk jadwal kunjungan ke pasien disesuaikan dengan apa yang dialami pasien (penyakitnya)

serta sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pasien.


9. bila kebutuhan pasien sudah terpenuhi secara mandiri oleh pasien dan tingkat kesehatan

sudah mulai membaik bahkan sembuh maka pelayanan home care dihentikan.

10. tetapi bila kondisi pasien semakin gawat dan memerlukan perawatan secara intensif, maka

dilakukan rujukan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Sistem Rujukan :

rujukan dilakukan bila kondisi pasien lebih memburuk atau semakin gawat dan memerlukan

perawatan yang lebih intensif. rujukan akan dilakukan ke rumah sakit melalui beberapa

prosedur :

1. pemberitahuan kepada pihak pasien bahwa pasien harus di rujuk karena keadaannya yang

semakin memburuk.

2. petugas pelaksana home care pada pasien tersebut akan melaporkan kepada koordinator

kasus bahwa pasien tersebut perlu di rujuk.

3. selanjutnya koordinator kasus akan mengurus proses rujukan langsung ke bagian emergency

rumah sakit.

4. pasien langsung di rujuk.

5. untuk pembiayaan : setiap pelayanan yang dilakukan oleh tempat rujukan (rumah sakit) maka

sistem pembiayaan akan melalui administrasi rumah sakit.

6. Keberlanjutan pelayanan home care.ini terkait dengan apakah pelayanan home care akan

dilanjutkan atau dihantikan setelah pasien dirujuk ke rumah sakit.

11. Syarat-Syarat Pengadaan Home Care

1. Ketenagaan

a. Manajer kasus, dengan kwalifikasi :

1) Minimal D.III

2) Pemegang sertifikat pelatihan home care

3) Pengalaman kerja minimal 3 tahun

4) Memiliki SIP,SIK,SIPP

b. Pelaksana pelayanan, dengan kwalifikasi :


1) Minimal D.III

2) Pemegang sertifikat pelatihan home care

3) Pengalaman kerja minimal 3 tahun

4) Memiliki SIP,SIK,SIPP

2. Perijinan Home Care

a. Berbadan hukum ( yayasan, badan hukum lainnya )

b. Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten/ Kota, dengan melampirkan:

1) Rekomendasi PPNI

2) Ijin prakik perawat ( SIP, SIK, SIPP )

3) Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan transportasi

4) Ijin lokasi bangunan

5) .Ijin lingkungan

6) Ijin usaha

7) Persyaratan tata ruang bangunan

12. Mekanisme Pelayanan Home Care

1. Proses Penerimaan Kasus

a. Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain, keluarga

b. Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola kasus

c. Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus

2. Proses Pelayanan Home Care

a. Persiapan

1) Pastikan identitas pasien

2) Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien

3) Lengkap kartu identitas unit tempat kerja

4) Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah


5) Siapkan file asuhan keperawatan

6) Siapkan alat bantu media untuk pendidikan

b. Pelaksanaan

1) Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan.

2) Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat

3) Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien

4) Membuat rencana pelayanan

5) Lakukan perawatan langsung

6) Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll

7) Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan

8) Dokumentasikan kegiatan

c. Monitoring dan evaluasi

1) Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal

2) Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan

3) Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanan

d. Proses penghentian pelayanan home care, dengan kriteria :

1) Tercapai sesuai tujuan

2) Kondisi pasien stabil

3) Program rehabilitasi tercapai secara maximal

4) Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien

5) Pasien di rujuk

6) Pasien menolak pelayanan lanjutan

7) Pasien meninggal dunia

13. Keunggulan Program Home Care

1. Dengan adanya program poli home care di rumah sakit swasta maka pelayanan program

home care akan semakin efektif.


2. Masyarakat akan semakin tahu tentang program home care.

3. Semakin membuat pasien dan keluarga menjadi mandiri dalam pemeliharaan kesehatan

BAB V

ANALISA

Institusi Home Care swasta dapat didirikan dengan semacam membuat poli

khusus poli home care di rumah sakit tersebut, baik untuk satu jenis layanan maupun

layanan yang bervariasi. Untuk itu diperlukan perencanaan yang berdasarkan kebutuhan

pasar. Perencanaan berdasarkan kebutuhan pasar mengharuskan kita untuk melakukan

analisa eksternal dan internal.

1. Analisa Interna

Analisa internal, melihat pada ketersediaan sumber (alam, manusia dan dana) baik

yang actual maupun potensial. Selain ketersediaan dana juga perlu dianalisa komitmen

personil yang ada terhadap rencana pembentukan institusi Home Care. Komitmen

personil merupakan persyaratan mutlak yang harus di mililki untuk mengawali suatu

bisnis yang baru .

2. Analisa Eksterna

Analisa eksternal, memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar baik jenis

maupun jumlahnya. Misalnya bila kita berada di daerah yang penduduknya kebanyakan

berusia produktif, maka sudah dapat diperkirakan bahwa pasar membutuhkan layanan

keperawatan yang berhubungan persoalan reproduksi, bayi serta balita. Analisa eksternal

juga melihat pesaing yang ada disekitar daerah tersebut, baik dalam jumlah, jenis

maupun kondisinya.

Agar pelanggan loyal terhadap suatu institusi HC, maka HC harus memperhatikan hal -

hal berikut :
1. Kemudahan (untuk dihubungi , untuk mendapatkan informasi, untuk membuat janji)

2. Selalu tepat janji, penting untuk membina kepercayaan masyarakat pada institusi HC

3. Sesuai dengan standar yang telah di tetapkan, hal ini merupakan ciri professional

4. Bersifat responsive terhadap keluhan, kebutuhan dan harapan klien

5. Mengembangkan hubungan kerja sama secara internal dan eksternal untuk memperbaiki

kualitas layanan

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Guna mewujudkan visi dan misi Depkes RI maka RS swasta mencoba

mengembangkan program home care yang sebelumnya hanya ada di RS pemerintah. Home

care merupakan suatu program yang dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan

kuaklitas hidup baik dari kebutuhan boi-psiko social dan spiritual

B. Saran

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat maka hendaknya rumah sakit swasta juga

ikut mendukung visi dan misi Depkes RI untuk mengembangkan pelayanan home care

dimasyarakat selain di rumah sakit pemerintah. Dan kepada masyarakat diharapkan

partisipasinya dan untuk perawat harus meningkatkan kualitas, wawasan dan keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.1990.Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jakarta:Depkes

RI

Dr.M.N Bustan.2000.Epidemiologi Pasien Tidak Menular.Jakarta:PT Rineka Cipta

Hidayat, Lukman. 2009. Home Care dan "sedikit konsep untuk anda"
http://www.facebook.com/note.php?note_id=133675939370. Diakses tanggal 02

Oktober 2011

Mahyuddin.2006.Revitalisasi Kesehatan Daerah Sumsel Melalui Paradigma Sehat.

Sumatra Selatan

Notoatmodjo,Soekidjo.1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: PT Rineka Cipta

Potter dan Ferry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol.1.Jakarta:EGC

Pujawayan. 2011. Home Care.http://wayanpuja.wordpress.com/2011/05/13/home- care/ di

akses tanggal 02 Oktober 2011

Wijayanto, W. T. 2010. Home Care Ala Mitra Medical Service

http://mitramedical.blogspot.com/2010/03/home-care-ala-mitra-medical- service.html

di akses tanggal 02 Oktober 2011

Diposting oleh Eko Jatiarso di 05.43


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Total Pengunjung Blog

310428

My Facebook
Eko Jatiarso

Buat Lencana Anda

Lagu sederhana, karya sendiri


http://youtube.com/jatiarso
http://jatiarso7.blogspot.com

Mengenai Saya

Eko Jatiarso
Hhhmmm, Aku ingin berbagi tentang pengalaman hidupku. Hidup yang penuh
dengan warna-warni. Ku ukir semua pengalaman hidup itu, dalam sebuah lagu.
Walau hidupku berantakan dan penuh cerita, tapi aku tetap Tuan bagi diriku sendiri.
Lihat profil lengkapku

Ketik di kotak ini, untuk mencari makalah, askep, artikel


kesehatan lainnya ...!

Entri Populer
Makalah Home Care
makalah askep bayi setelah lahir
Pemberian obat dengan injeksi subkutan
makalah Model konsep Florence Nightingale
Nafas Dalam dan Batuk Efektif
ASUHAN KEPERAWATAN CYSTITIS
MAKALAH ASKEP HIPERTENSI PADA LANSIA
Makalah Asuhan Keperawatan Mastitis
makalah askep sepsis neonatus
Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
Kumpulan Makalah, Askep, Artikel Kesehatan
2013 (20)

2012 (115)
o 12 (3)
o 11 (1)
o 10 (5)
o 09 (4)
o 08 (1)
o 06 (14)
o 05 (2)
o 04 (43)
Apr 29 (3)
Apr 24 (1)
Apr 22 (1)
Apr 18 (1)
Apr 15 (1)
Apr 09 (1)
Apr 08 (1)
Apr 04 (1)
Apr 03 (33)
makalah askep sepsis neonatus
Asuhan Keperawatan Mata bintitan
Asuhan Keperawatan Blepharitis
askep kelainan kongenital
artikel keratitis
artikel Strabismus (Mata juling)
Askep Trauma Mata
artikel Tunanetra (buta)
makalah Model konsep Florence Nightingale
makalah askep konsep kehilangan duka
makalah pendidikan kesehatan keluarga
askep glaukoma
makalah askep kanker kolon usus besar
makalah askep hemofilia
Pemberian Obat Melalui Telinga
Pemberian Obat pada Hidung
Pemberian Obat Melalui Intravena
Pemberian Obat Pada Mata
pemberian obat topikal
Distosia Jalan Lahir
Artikel Antenatal Care / ANC
Askep Post Partum Sistitis
Distosia Karena Faktor Fetus
Gangguan Haid dan Siklusnya
Perubahan anatomi & fisiologi pada wanita hamil
Asuhan Keperawatan Luka Bakar
asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan Keperawatan Myastenia gravis
Makalah Home Care
Rancangan Program Home Care
Asuhan Keperawatan Influenza
Sistem Reproduksi Pada Pria
Makalah Asuhan Keperawatan Mastitis
o 03 (6)
o 02 (1)
o 01 (35)

Tema Sederhana. Diber

Anda mungkin juga menyukai