Anda di halaman 1dari 2

Pengaturan makan di hipotalamus (pusat lapar dan kenyang)

Hipotalamus menerima sinyal saraf dari saluran pencernaan yang memberikan informasi
sensorik mengenai isi lambung, sinyal kimia dari zat nutrisi dalam darah (glukosa, asam
amino, dan asam lemak) yang menandakan rasa kenyang, sinyal dari hormon gastrointestinal,
sinyal dari hormon yang dilepaskan oleh jaringan lemak, dan sinyal dari korteks serebri
(penglihatan, penciuman, dan pengecepan) yang memengaruhi perilaku makan. Pusat makan
dan kenyang di hipotalamus memiliki kepadatan reseptor yang tinggi untuk neurotransmitter
dan hormon yang memengaruhi perilaku makan.

1. Pusat Lapar = Hipotalamus bagian lateral


Lapar adalah suatu keinginan intrinsik seseorang untuk mendapatkan jumlah
makanan tertentu untuk dikonsumsi. Selera makan adalah hasrat untuk makan dan
sangat berguna untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang akan
dimakan. Faktor yang memengaruhi selera makan, di antaranya sistem saraf,
endokrin, dan psikososial. Regulasi sistem saraf dan biokimia berperan besar dalam
fisiologi selera makan. Terdapat banyak daerah pada otak yang merupakan pusat-
pusat selera makan serta saraf-saraf tepi yang merupakan jarak untuk menyampaikan
sinyal dari jaringan ke sistem saraf pusat dan sebaliknya.
Hipotalamus adalah pusat pengendali selera makan terbesar. Pusat rasa lapar
di hipotalamus adalah nukleus lateralis hipotalami. Mekanisme rasa lapar dan nafsu
makan adalah suatu sistem regulator otomatis yang penting dalam usaha tubuh untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi intriksiknya (Guytin dan Hall, 2006). Ketika energi
yang dihasilkan tidak cukup untuk menunjang kegiatan yang dilakukan, maka otak,
terutama bagian hipotalamus akan dengan otomatis menaikkan nafsu makan untuk
mendapatkan lebih banyak makanan yang masuk kemudian diubah menjadi energi.
Lapar terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar yang akan mengirimkan
impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya di
nukleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus.
Pada hipotalamus terdapat melanocotrin 3 dan 4, sebuah reseptor atau
penerima pesan. Zat melanocotrin mengatur porsi yang seharusnya dimakan untuk
membuat tubuh menjadi kenyang. Oleh karena itu, jika terdapat gangguan atau terjadi
kerusakan pada reseptor ini, maka pengaturan porsi akan kacau dan menyebabkan
seseorang menjadi makan berlebihan dan menyebabkan obesitas.
2. Pusat Kenyang = Nukleus Ventromedial
Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi yang ditentukan oleh berbagai faktor,
maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang, yakni di nukleus ventromedial di
hipotalamus. Kemudian, tubuh akan merasa puas untuk makan sehingga kita akan
berhenti makan. Rangsangan listrik di daerah ini dapat menimbulkan rasa kenyang
yang penuh. Bahkan, dengan adanya makanan yang sangat menggiurkan, tubuh
menolak untuk makan (afagia). Rasa kenyang juga disebabkan setidaknya oleh
interaksi antara efek mekanistis makanan dalam lambung (berupa distensi atau
penggembungan lambung oleh makanan) dengan efek kimia dari makanan berupa
pelepasan hormon-hormon tertentu seperti Kolesistokinin dari usus halus. Destruksi
nukleus ventromedial dapat menyebabkan tubuh makan dengan rakus dan terus
menerus sampai tubuh menjadi sangat gemuk dan dapat menyebabkan obesitas.

Etika, Nimas Mita. 2020. Bagaimana Cara Otak Mengatur Nafsu Makan?. Diambil
dari https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/otak-mengatur-nafsu-makan/#gref (22
September 2020)

Nasution, Ali Napiah. 2012. Biopsikologi Makan dan Lapar. Diambil dari
http://aallinafiah.blogspot.com/2012/06/biopsikologi-makan-dan-lapar.html. (22 September
2020)

Unknown. 2014. Laporan Pendahuluan Personal Hygiene. Diambil dari


http://eisevenci.blogspot.com/. (22 September 2020)

Anda mungkin juga menyukai