DISUSUN OLEH :
PRODI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Syariah
tentang “Sistem dan Konsep Ekonomi Marcantilisme, Kapitalisme dan Sosialisme”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.
Bengkulu, 6 Oktober 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah...........................................................................................................4
1.2. Perumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................6
2.1 Merkantilisme............................................................................................................................6
2.2 Kapitalisme................................................................................................................................8
2.3 Sosialisme..................................................................................................................................9
2.4 Demokrasi Ekonomi................................................................................................................12
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14
3.2. Saran.........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15
BAB I PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi dunia menjadi seolah tanpa batas (boundaryless) yang ditandai
dengan munculnya perdagangan bebas (free trade) antar pelaku ekonomi global. Implikasinya
adalah kondisi pasar menjadi semakin kompetitif, tingginya tuntutan pelanggan khususnya
berkaitan dengan kualitas produk dan ketepatan logistik, pemenuhan hak paten, faktor
lingkungan, product life cycle yang kian pendek dilihat dari dimensi waktu, dan inovasi produk
yang harus memiliki kecenderungan (trend) meningkat.
Seiring dengan hal tersebut maka tiap-tiap negara menggunakan sistem perekonomian
yang berbeda-beda dan adakalanya juga menggunakan sistem perekonomian campuran. Setiap
perusahaan harus mengetahui dan mendalami sistem perekonomian mana yang dianut oleh
negara dimana perusahaan berada agar dapat mempermudah memecahkan masalah operasional
perusahaan sehari-hari. Campur tangan pemerintah di bidang perekonomian, peranan sector
swasta dalam memperlancar perekonomian, harus menjadi perhatian setiap perusahan.
1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penulisan ini
adalah sebagai berikut:
Dalam hal ini ada beberapa bentuk sistem perekonomian dunia sejak dahulu hingga saat ini:
2.1 Merkantilisme
Di Eropa ada tiga macam system perekonomian yang berlaku :
- Perekonomian tersendiri
- Kapitalisme
Pada masa perekonomian tersendiri serta pada masa kerajinan dan pertukangan sering
disebut masa pra kapitalisme. Pada masa perekonomian tersendiri belum terjadi tukar menukar
barang dan jasa, ekomoni bersifat setempat dan untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Disini
setiap keluarga membuat semua barang yang dibutuhkan untuk dikonsumsikan sendiri.
Kemudian pada masa perekonomian kerajinan dan pertukangan terjadilah tukar menukar atau
barter. Seringkali pada masa ini disebut Perekonomian Feodal. Pada masa itu perekonomian
berpusat pada “Menorial Estate” dimana orang bekerja di lapangan pertanian dengan pimpinan
kaum bangsawan. Jadi kekuasaan terletak pada kaum bangsawan. Selanjutnya pada akhir abad
pertengahan lahir negara-negara nasional yang menggantikan negara feodal. Saat itulah timbul
kapitalisme muda dan masa ini sering disebut masa merkantilisme. Dengan menyewa serdadu
upahan, negara-negara nasional menumpas kekuasaan tuan-tuan tanah atau kaum feodal.
Dari pengertian Merkantilisme yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri Merkantilisme yaitu:
TUJUAN
a) Mendapatkan neraca perdagangan aktif, yakni untuk memperoleh keuntungan besar dari
perdagangan luar negeri;
b) Melibatkan pemerintah dalam segala lapangan usaha dan perdagangan;
c) Mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan dimanfaatkan sebagai
daerah monopoli perdagangannya.
Sebagai akibat adanya faham tersebut, maka mengalirlah emas ke dalam negei. Pada
masa itu pertanian tidak banyak mendapat perhatian, sehingga timbul tantangan dari mereka
yang mementingkan pertanian. Maka timbullah faham baru yang dipelopori oleh Quesnay
(1794), yaitu psysiocratisme. Pendapat kaum physiocrat ialah bahwa untuk mencapai
kemakmuran, manusia membutuhkan bahan atau barang yang nyata dan ini hanya dapat
dihasilkan oleh bidang pertanian.
2.2 Kapitalisme
Di dalam system perekonomian ini, seorang bebas untuk memiliki kekayaan, memiliki
perusahaan, bersaing secara bebas dalam pasar, seorang bebas dalam memilih dan membuat
barang/jasa yang diinginkan. Kebebasan ini disebut dengan “Leissez faire”. Seseorang bebas
bertindak sejauh uang yang mereka miliki dan merupakan menggerak utama dari kegiatan
perekonomian kapitalis.
Jadi dalam system kapitalisme ini terdapat tiga sifat pokok yaitu :
- Ketiga, kekerasan,
Ketiga hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan idiologi Lenin dalam masyarakat yang
harus dimerdekakan dari penindasan pasar Rusia.
2) Peran pemerintah sangat kuat. Pemerintah bertindak aktif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga tahap pengawasan. Alat-alat produksi dan kebijaksanaan ekonomi
semuanya diatur oleh negara.
3) Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi. Pola produksi (aset dikuasai masyarakat)
melahirkan kesadaran kolektivisme (masyarakat sosialis). Pola produksi (aset dikuasai
individu) melahirkan kesadaran individualisme (masyarakat kapitalis).
Dalam Konsep ekonomi sosialisme mempunyai beberapa prinsip dasar sebasagai berikut:
Seluruh bentuk produksi dan sumber pendapatan menjadi milik masyarakat secara keseluruhan.
Hak individu untuk memiliki harta atau memanfaatkan produksi tidak diperbolehkan.
2) Kesamaan Ekonomi
Sistem ekonomi sosialis menyatakan, (walaupun sulit ditemui disemua Negara komunis) bahwa
hak-hak individu dalam suatu bidang ekonomi ditentukan oelh prinsip kesamaan. Setiap
individu disediakan kebutuhan hidup menurut keperluan masing-masing.
3) Disiplin Politik
Untuk mencapai tujuan diatas, keseluruhan Negara diletakkan dibawah peraturan kaum buruh,
yang mengambil alih semua aturan produksi dan distribusi. Kebebasan ekonomi serta hak
kepemilikan harta dihapus. Aturan yang diperlakukan sangat ketat untuk lebih menggefektifkan
praktek sosialisme. Hal ini yang menunjukkan tanpa adanya upaya yang lebih ketat mengatur
kehidupan rakyat, maka keberlangsungan system sosialis ini tidak akan berlaku ideal
sebagaimana dicita-citakan oleh Marx, Lenin dan Stalin.
Setiap warga Negara disediakan kebutuhan pokoknya, termasuk makanan dan minuman,
pakaian, rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta tempat dan lain-lain. Setiap individu
mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta orang yang cacat fisik dan mental berada
dalam pengawasan Negara.
2) Didasarkan perencanaan Negara
Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh Negara, sedangkan keuntungan yang
diperoleh akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan Negara.
Tawar-menawar sangat sukar dilakukan oleh individu yang terpaksa mengorbankan kebebasan
pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadi hanya untuk mendapatkan makanan sebanyak
dua kali. Jual beli sangat terbatas, demikian pula masalah harga juga ditentukan oelh
pemerintah, oleh karena itu stabilitas perekonomian Negara sosialis lebih disebabkan tingkat
harga ditentukan oleh Negara, bukan ditentukan oelh mekanisme pasar.
System tersebut menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri sendiri, kewibawaan individu
yang menghambatnyadalam memperoleh kebebasan berfikir serta bertindak, ini menunjukkan
secara tidak langsung system ini terikat kepada system ekonomi dictator. Buruh dijadikan
budak masyarakat yang memaksanya bekerja seperti mesin.
Dalam system ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan ekonomi, sementara
pendidika moral individu diabaikan. Dengan demikian, apabila pencapaian kepuasan
kebendaan menjadi tujuan utama dan nlai-nilai moral tidak diperhatikan lagi.
2.4 Demokrasi Ekonomi
Demokrasi ekonomi berhubungan erat dengan pengertian kedaulatan rakyat di bidang ekonomi.
Istilah kedaulatan rakyat itu sendiri dikembangkan oleh para ilmuwan sebagai konsep filsafat
hukum dan filsafat politik. Sebagai istilah, kedaulatan rakyat lebih sering digunakan dalam
studi ilmu hukum, namun pengertian teknis keduanya sama-sama berkaitan dengan prinsip
kekuasaan yang berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam demokrasi, rakyat dipandang
berdaulat dan konsep kedaulatan itu terkait erat dengan kemandirian. Karenanya, dalam
Pembukaan UUD 1945, perkataan “merdeka dan berdaulat” dirumuskan dalam satu rangkaian.
Kedaulatan dan kemandirian suatu kolektivitas tentu harus dimulai dari kedaulatan dan
kemandirian setiap individu yang terdapat di dalamnya. Kedaulatan dan kemandirian setiap
warga atas sumber-sumber daya ekonomi akan menyebabkan kolektivitas individu warga
tersebut mampu bersikap mandiri, yang kemudian akan membentuk sikap merdeka dan
berdaulat atas sumber-sumber ekonomi kita sendiri dalam berhadapan dengan berbagai aktor di
dunia perekonomian pada umumnya. Hubungan-hubungan persekutuan dan kerjasama antar
individu yang merdeka dan berdaulat sebagian dilembagakan melalui organisasi negara, dan
sebagian lagi dilembagakan dalam bentuk badan-badan usaha yang dikendalikannya sendiri-
sendiri seperti perseroan, ataupun bersama-sama seperti melalui koperasi. Sementara itu,
negara, bila diperlukan dapat pula membentuk badan usaha sendiri yang dapat dijadikan
instrumen pemupukan modal dan sebagai ‘mesin’ untuk menggerakkan roda perekonomian
masyarakat. Ketiganya terwujud dalam triad perseroan, koperasi, dan BUMN.
Negara tidak boleh lepas tangan secara tidak bertanggung jawab, dan itulah guna bangsa kita
dengan membentuk negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Negara
ini didirikan untuk – seperti yang diistilahkan oleh Bung Hatta – menjadi Negara Pengurus,
yaitu negara dimana para pengelolanya mengurusi nasib rakyatnya, melayani kepentingan
seluruh rakyatnya tanpa diskriminasi. Hanya dengan itulah organisasi negara kita dapat
berfungsi sebagai instrumen yang efektif untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian
bangsa, sebagai perwujudan dari cita-cita sebuah bangsa yang benar-benar merdeka, berdaulat,
adil, dan makmur berdasarkan Pancasila.
Gagasan demokrasi ekonomi tercantum secara eksplisit dalam konstitusi sebagai hukum
tertinggi di negara kita. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memang mengandung
gagasan demokrasi politik dan sekaligus demokrasi ekonomi, yang berarti dalam pemegang
kekuasaan tertinggi di negara kita adalah rakyat, baik di bidang politik maupun ekonomi.
Seluruh sumber daya politik dan ekonomi dikuasai oleh rakyat yang berdaulat. Dalam sistem
demokrasi yang dibangun tentu tidak semuanya secara langsung dikuasai oleh rakyat. Beberapa
bagian yang pokok pengurusannya diwakilkan kepada negara, dalam hal ini kepada (i) MPR,
DPR, DPD, dan Presiden dalam urusan penyusunan haluan-haluan dan perumusan kebijakan-
kebijakan resmi bernegara, dan (ii) kepada Presiden, lembaga-lembaga eksekutif pemerintahan
lainnya dalam urusan-urusan melaksanakannya, serta (iii) secara tidak langsung kepada
lembaga peradilan dalam urusan mengadili pelanggaran terhadap haluan dan kebijakan negara
tersebut. Namun, terlepas dari adanya pendelegasian kewenangan dari rakyat yang berdaulat
kepada para wakil rakyat, baik di bidang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, makna
kedaulatan rakyat sebagai kekuasaan tertinggi menurut sistem demokrasi politik dan ekonomi
itu tidak dapat dikurangi dengan dalih kewenangan rakyat diserahkan kepada pejabat.
3.1 Kesimpulan
Seiring perkembangan yang terjadi saat ini maka sistem perekonomian akan terus
mengalami perubahan. Mulai dari merkantilisme yang menitikberatkan pada masalah ekspor
secara besar-besaran hingga demokrasi ekonomi yang berorientasi pada kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat. Namun pada dasarnya sistem perekonomian yang terbaik bagi suatu
negara tergantung beberapa faktor seperti budaya dan juga sumberdaya yang tersedia di negara
tersebut. Seperti misalnya Kapitalisme, adalah hanya sesuai untuk negara yang ingin
menggunakan sistem perekonomian dimana seseorang bebas untuk memiliki dan mengatur
bisnisnya masing-masing secara individual, ingin mengembangkan kreasi dan inisiatif dalam
mengambil keputusan bisnisnya tanpa campur tangan pihak lain.
3.2. Saran
Melihat banyaknya jenis sistem perekonomian yang ada di dunia maka setiap negara
seharusnya bijaksana dalam menyesuaikan sistem yang akan digunakan dengan kondisi
masyarakatnya sehingga nantinya akan tercipta suatu perekonomian yang dapat memajukan
negara tersebut ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA