Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALIRAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM KONTEMPORER

DOSEN PENGAMPU:
LISMAWATI Z,Dr.E., S.E.,M Si. Ak

DISUSUN OLEH:
AMIRA NABILA (C1C018065)
MUHAMMAD GATRA FIKARIS (C1C018129)
LILI LESTARI (C1C018131)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI


UNIVERSITAS BENGKULU

1
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..4
1.3 Tujuan Pembelajaran………...…………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori……………………………………………………………………………..5
2.2 Aliran Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer……………………………………5
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan………………………………………………………………………………..11
3.2 Saran……………………………………………….……………………………………11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekonomi Islam yang dikenal pula dengan sebutan ekonomi syariah merupakan sebuah
sistem yang bersumber pokok dari ajaran wahyu.Di tengah berkembangnya sistem ekonomi
sekuler yang ribawi dengan segala dampak negatif yang ditimbulkan, ekonomi Islam justru
merupakan sistem yang antagonis karena secara tegas mengajarkan antiribawi. Sistem ekonomi
yang berbasis syariahini mempunyai karakternya sendiri yang unik yang membedakannya
dengan sistem lain yang merupakan produk akal manusia (sains).
Karena itu kehadiran sistem ekonomi yang sarat dengan nilai-nilaitransendenitu sangat
menekankan pada nilai-nilai kemanusiaandan keadilansecara universal.Sesuai dengan watak
dasar ajaran Islam itu sendiri sebagai rahmatan lil ‘alamin yang mengandung konsekuensisemua
ajarannya berlaku untuk semua manusia, termasuk di dalamnya ajaran masalah ekonomi.
Sebagaimana kita pahami bahwa sumber pokok ajaran ekonomi Islam itubersifat mujmal
sehingga dibutuhkan penafsiran yang mendalam dengan penuh kehati-hatian untuk menjamin
validitas produk ijtihadnya. Karena itu tidak jarang terjadi kolaborasi pemikiran antarpakar,
sebagaimana yang dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).Untuk bisa menghasilkan produk fatwa dalam kaitan dengan ekonomi misalnya, mereka
belum mensinergikan pendapat ulama fikih dengan ahli ekonomi konvensional. Pada akhirnya
produkfatwa ulama ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi (maraji’) ajaran
ekonomi Islam oleh para pakar untuk memperkuat analisis dalam karyanya.Selain sumber
utamanya, yakni al-Qur’an dan Sunnah.
Sejatinya dalam masalah ekonomi Islam (muamalah) sudah banyak diajarkan oleh para
ulama zaman terdahulu sebagaimana banyak tertuang di dalam karya-karya tulis mereka yang
dikenal dengan kitab turats.Akan tetapi pikiran-pikiran mereka belumlah sedemikian sistemik
dan utuh karena masih berserakan di antara kajian-kajian yang disajikan dalam berbagai ragam
kitab mereka.
Oleh karena itu sejalan dengan tuntutan zaman, patutlah kita memberi apresiasi kepada
parapakar terkemudian (modern-kontemporer) yang banyak melakukan kajian ekonomi Islam
secara lebih sistemik akademik kendati karya-karya mereka tetap merujuk kepadaajaran wahyu.
3
Tanpa kecuali, tidak jarang mereka juga merujuk kepada pemikiran para pakar terdahulu yang
memiliki kapasitas dalam keilmuannya.
Sebab itu karya ini bertujuan untuk menangkap pokok-pokok pikiran para pakar tentang
ekonomi Islam dan pendekatan apa yang digunakan dalam menuangkan pikiran mereka dalam
bentuk karya tulis. Selain,apa dampak hasil pemikiran itu untuk membangun budaya kerja yang
berbasis nilai-nilai syariah di kalangan umat Islam. Tanpa budaya kerja yang kuat, sulit kiranya
umat Islam membumikan nilai-nilai syariah dalam ekonomi yang selama ini masih dapat
dikatakan lemah.Inilah di antara alasan justru mengapa penelitian ini perlu dilakukan, agar
khazanah pemikiran ekonomi Islam di era modern ini semakin kaya dan berkembang sejalan
dengan tuntutan zaman.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari uraian diatas adalah “Apakah itu aliran pemikiran ekonomi islam
kontemporer dan bagaimana asal usulnya?”

1.3 Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa Mampu menjelaskan apa itu pemikiran ekonomi islam kontemporer.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori


Dikatakan bahwa ekonomi Islamyang bersumber dari wahyu mempunyai keunikan
tersendiri karena mempunyai karakter yang berbeda darisistem lain. Sedangkan sistem
lainyang bersumber dari ajaran sains tidak lepas dari berbagai kelemahan yang
mendasar.Menurut Islam, ilmu pengetahuan adalah suatu cara yang sistematis untuk
memecahkan masalah kehidupan manusia yang mendasarkan pada segala aspek tujuan
(ontologi), metode epistemologi), dan nilai-nilai (aksiologis) yang terkandung dalam ajaran
Islam.
Menurut Khursid Ahmad, ekonomi Islam adalah upaya sistematis untuk memahami
masalah ekonomi dan perilaku manusia yang berkaitan dengan masalah ekonomi dari
perspektif Islam. Akan tetapi dari sekian banyak definisi pada prinsipnya ekonomi Islam itu
adalah suatu cabang ilmu pengatahuan yang berupaya memandang, menganalisis, dan akhirnya
menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami. Atau,
secara singkat, ekonomi Islam juga dimaksudkan untuk mempelajari upaya manusia untuk
mencapai falah dengan sumber daya yang ada melalui mekanisme pertukaran.
Dengan demikian ekonomi Islam yang betujuan mencapai falah (kebahagiaan dunia dan
akhirat) dan bersifat transenden selalu menyeimbangkan antara kehidupan duniawi dan
ukhrawi (spiritual).Karena itu secara garis besar konstruksi ekonomi Islam dapat digambarkan
sebagaimana yang dikontruk oleh Adiwarman A. Karim, yang pada intinya sangat menekankan
pada aspek ketuhanan, nubuwah, khilafah, akhlak, dan adanya hari akhir. Namun demikian, di
sisi lain iajuga mendukung adanya kehendak bebas dari individu.

2.2 Aliran Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer


Pemikiran ekonomi Islam kontemporer ini merupakan buah pikiran dari para ekonom Muslim
pada abad ke-20 Masehi. Jika dalam pemikiran ekonomi Islam klasik dibagi menjadi 3 fase, maka
pemikiran ekonomi Islam kontemporer ini dibagi menjadi 3 aliran, yaitu aliran Iqtishādunā, aliran
Mainstream, dan aliran Alternatif. Masing-masing dari ketiga aliran ini memiliki corak pemikiran yang
berbeda-beda.

5
1. Aliran Iqtishādunā
Corak utama dari aliran ini adalah pemikirannya tentang masalah ekonomi yang muncul karena
adanya distribusi yang tidak merata dan tidak adil sebagai akibat dari sistem ekonomi yang
membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses
terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat kaya. Sementara yang lemah tidak memiliki akses
terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat miskin. Karena itu, masalah ekonomi muncul bukan
karena sumber daya yang tidak terbatas, tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.

Aliran ini menolak pernyataan yang menyatakan bahwa masalah ekonomi disebabkan oleh adanya
keinginan manusia yang tak terbatas sementara sumber daya alam yang tersedia jumlahnya terbatas.
Karena hal tersebut bertentangan dengan firman Allah: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala
sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. al-Qamar: 49).

Aliran ini dipelopori oleh Baqir Sadr. Nama aliran ini pun diambil dari nama karyanya Iqtishādunā.
Menurutnya, ekonomi Islam adalah cara atau jalan yang dipilih oleh Islam untuk dijalani dalam rangka
mencapai kehidupan ekonominya dan dalam memecahkan masalah ekonomi praktis sejalan dengan
konsepnya tentang keadilan. Baginya, Islam tidak mengurusi hukum permintaan dan penawaran …
(tidak pula) hubungan antara laba dan bunga bank … (tidak pula) fenomena diminishing returns di
dalam produksi, yang baginya merupakan ”ilmu ekonomi”. Jadi menurutnya, ekonomi Islam adalah
doktrin karena ia membicarakan semua aturan dasar dalam kehidupan ekonomi dihubungkan dengan
ideologinya mengenai keadilan sosial. Sebagai doktrin, sistem ekonomi Islam juga berhubungan dengan
pertanyaan ”apa yang seharusnya” berdasarkan kepercayaan, hukum, konsep dan definisi yang diambil
dari Al-Qur’an dan Hadits. Di dalam doktrin ekonomi Sadr, keadilan menempati posisi sentral,
sehingga menjadi tolak ukur untuk menilai teori, kegiatan dan output ekonomi.

2. Aliran Mainstream
Corak utama dari pemikiran aliran ini adalah kebalikan dari aliran Iqtishādunā dalam memandang
masalah ekonomi. Menurut aliran ini, masalah ekonomi timbul memang dikarenakan kelangkaan
(scarcity) Sumber Daya Alam sementara keinginan manusia tidak terbatas. Untuk itu, manusia
diarahkan untuk melakukan prioritas dalam memenuhi segala kebutuhannya. Dan keputusan dalam
menentukan skala prioritas tersebut tidak dapat dilakukan semaunya sendiri karena dalam Islam sudah
ada rujukannya sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

6
Aliran ini ditokohi oleh 4 tokoh utama, yaitu Muhammad Abdul Mannan, Muhammad Nejatullah
Siddiqi, Syed Nawab Haidar Naqvi, dan Monzer Kahf.

a. Muhammad Abdul Mannan.


Pemikiran ekonominya dituangkan dalam karya-karyanya; Islamic Economics: Theory and Practice
(1970) dan The Making of Islamic Economic Society (1984). Ia mendefinisikan ekonomi Islam sebagai
“ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-
nilai Islam.” Ketika ekonomi Islam dihadapkan pada masalah ”kelangkaan”, maka bagi Mannan, sama
saja artinya dengan kelangkaan dalam ekonomi Barat. Bedanya adalah pilihan individu terhadap
alternatif penggunaan sumber daya, yang dipengaruhi oleh keyakinan terhadap nilai-nilai Islam. Oleh
karena itu, menurut Mannan, yang membedakan sistem ekonomi Islam dari sistem sosio-ekonomi lain
adalah sifat motivasional yang mempengaruhi pola, struktur, arah dan komposisi produksi, distribusi
dan konsumsi. Dengan demikian, tugas utama ekonomi Islam adalah menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi asal-usul permintaan dan penawaran sehingga dimungkinkan untuk mengubah keduanya
ke arah distribusi yang lebih adil.

b. Muhammad Nejatullah Siddiqi.


Pemikiran ekonominya dituangkan dalam karya-karyanya; The Economic Enterprise in Islam (1971)
dan Some Aspects of The Islamic Economy (1978). Ia mendefinisikan ekonomi Islam sebagai “respon
para pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi yang dihadapi pada zaman mereka masing-masing.
Dalam usaha ini, mereka dibantu oleh Qur’an dan Sunnah, baik sebagai dalil dan petunjuk maupun
sebagai eksprimen.” Siddiqi menolak determinisme ekonomi Marx. Baginya, ekonomi Islam itu
modern, memanfaatkan teknik produksi terbaik dan metode organisasi yang ada. Sifat Islamnya terletak
pada basis hubungan antarmanusia, di samping pada sikap dan kebijakan-kebijakan sosial yang
membentuk sistem tersebut. Ciri utama yang membedakan perekonomian Islam dan sistem-sistem
ekonomi modern yang lain, menurutnya, adalah bahwa di dalam suatu kerangka Islam, kemakmuran
dan kesejahteraan ekonomi merupakan sarana untuk mencapai tujuan spritual dan moral. Oleh karena
itu, ia mengusulkan modifikasi teori ekonomi Neo-Klasik konvensional dan peralatannya untuk
mewujudkan perubahan dalam orientasi nilai, penataan kelembagaan dan tujuan yang dicapai.

c. Syed Nawab Haidar Naqvi.

7
Pemikiran ekonominya dituangkan dalam karyanya; Ethics and Economics: An Islamic Synthesis
(1981). Ia mendefinisikan ekonomi Islam sebagai “perilaku muslim sebagai perwakilan dari ciri khas
masyarakat muslim.” Ada 3 tema besar yang mendominasi pemikiran Naqvi dalam ekonomi Islam.
Pertama, kegiatan ekonomi dilihat sebagai suatu subjek dari upaya manusia yang lebih luas untuk
mewujudkan masyarakat yang adil berdasarkan pada prinsip etika ilahiyyah, yakni keadilan (Al-’Adl)
dan kebajikan (Al-Ihsān). Menurutnya, hal itu berarti bahwa etika harus secara eksplisit mendominasi
ekonomi dalam ekonomi Islam, dan faktor etika inilah yang membedakan sistem ekonomi Islam dari
sistem ekonomi lainnya. Kedua, melalui prinsip Al-’Adl wa Al- Ihsān, ekonomi Islam memerlukan
suatu bias yang melekat dalam kebijakan-kebijakan yang memihak kaum miskin dan lemah secara
ekonomis. Bias tersebut mencerminkan penekanan Islam terhadap keadilan, yang ia terjemahkan
sebagai egalitarianisme. Ini adalah suatu butir penting yang sering kali ia tekankan dalam tulisannya.
Dan ketiga adalah diperlukannya suatu peran utama negara dalam kegiatan ekonomi. Negara tidak
hanya berperan sebagai regulator kekuatan-kekuatan pasar dan penyedia (supplier) kebutuhan dasar,
tetapi juga sebagai partisipan aktif dalam produksi dan distribusi, baik di pasar barang maupun faktor
produksi, demikian pula negara berperan sebagai pengontrol sistem perbankan. Ia melihat negara Islam
sebagai perwujudan atau penjelmaan amanah Allah tatkala ia meletakkan negara sebagai penyedia,
penopang dan pendorong kegiatan ekonomi.

d. Monzer Kahf.
Pemikiran ekonominya dituangkan dalam karyanya; The Islamic Economy: Analytical of The
Functioning of The Islamic Economic System (1978). Ia tidak mengusulkan suatu definisi ”formal”
bagi ekonomi Islam, tetapi karena ilmu ekonomi berhubungan dengan perilaku manusia dalam hal
produksi, distribusi dan konsumsi, maka ekonomi Islam, menurutnya, dapat dilihat sebagai sebuah
cabang dari ilmu ekonomi yang dipelajari dengan berdasarkan paradigma (yakni aksioma, sistem nilai
dan etika) Islam, sama dengan studi ekonomi Kapitalisme dan ekonomi Sosialisme. Dengan
pandangannya ini, ia mencela kelompok-kelompok ekonom Islam tertentu. Ia menengarai suatu
kelompok yang mencoba untuk menekankan dengan terlalu keras perbedaan antara ekonomi Islam dan
Barat. Kelompok itu tidak memahami bahwa perbedaan antara keduanya sebenarnya terletak pada
filosofi dan prinsipnya, bukan pada metode yang digunakan. Di pihak lain, terdapat juga kelompok lain
yang secara implisit menerima asumsi-asumsi ekonomi Barat yang sarat nilai. Kelompok lain yang ia
tegur adalah mereka yang mecoba menyamakan antara ekonomi Islam dan Fiqih Mu’amalat. Kelompok
ini, menurutnya, telah menyempitkan ekonomi Islam sehingga hanya berisi sekumpulan perintah dan
larangan saja, padalah seharusnya mereka membicarakan hal-hal seperti teori konsumsi atau teori

8
produksi. Semua kelompok tersebut tidak memahami posisi ekonomi Islam dalam kerangka atau
kategorisasi cabang ilmu pengetahuan serta tidak pula bisa memisah-misahkan berbagai seginya seperti
filosofinya, prinsip atau aksiomanya, serta fungsi aktualnya.

3. Aliran Alternatif

Madzhab alternatif adalah sebuah madzhab yang kritis. Madzhab ini berpendapat bahwa dalam
bersikap kritis tidak hanya terhadap kapitalisme dan sosialisme, tapi juga ekonomi islam itu sendiri.
Mereka meyakini bahwa islam pati benar, tapi  ekonomi islam belum tentu benar karena ekonomi islam
menafsirkan dari Al-Qur'an dan sunah sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Dalam ekonomi islam
juga dibutuhkan pengujian kebenaran yang juga dilakukan oleh ekonomi konvensional.

Pemikiran madzhab ini dipelopori oleh Timur Kuran (Unifersity of Shoutherm California), Jomo
(Hardvard Unifersity). Madzhab ini juga mengkritik dua madzhab sebelumnya, yaitu yang pertama
Madzhab Baqir dikritik karena madzhab tersebut berusaha menemukan sesuatau yang baru yang
sebenarnya sudah sering ditemukan orang lain, menghancurkan teori lama dan membangun teori yang
baru. Yang kedua yaitu mengkritik Madzhab Maenstream, karena menurutnya madzhab ini sebagai
jiplakan dari ekonomi neoklasik dengan menghilangkan Riba dan memasukan Zakat serta niat.
Pemikiran ekonomi islam ini sudah berkembang pesat dengan berjalannya implementasinya. Zarqa
(1992) telah mengklarifikasikan kontribusi pemikiran ekonomi islam yang berkembang saat ini kedalam
4 kategori, yaitu:

Banyak menyumbang pemikiran dalam aspek normative sistem ekonomi islam. Menemukan prinsip
yang baru tentang ekonomi islam dan menjawab pertanyaan modern tentang sisitem tersebut. Termasuk
dalam kategori ahli syari'ah. (Fuqaha/juruts).

Asumsi dan pernyataan positif dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah yang relevan bagi ilmu ekonomi.
Contoh kategori ini yaitu konsepsi ekonomi islam mengenai pasar (yang diderivasi dari konsep
syariah), mengajukan asumsi adanya ketimpangan informasi antara pembeli dan penjual. Konsep ini
berbeda dengan pasara persaingan sempurna dan pasar konvensional (klasik) yang secara eksplisit
mengasumsikan semua pasar mempunyai informasi yang sempurna, benar dan lengkap, dan tersedia
secara bebas. Karya Munawar Iqbal (1992), mengenai organisasi produksi dan teori perilaku
perusahaan dalam perspektif islam.

9
Adanya pernyataan ekonomi positif yang dibuat oleh para pemikir ekonomi islam, seperti dalam
karyanya Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun  menganalisa tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi jangka panjang dan menurunnya masyarakat dalam bukunya muqadimah. Contoh lainnya
dalah karya al-Maqrizi mengenai penyebab dan dampak inflasi terhadap perekonomian.

Analisis ekonomi dalam bagian ekonomi islam dan konsekuensi pernyataan positif ekonomi islam
mengenai kehidupan ekonomi. Kontributor kategori ini dimana para ahli ekonomi konvensional
sekaligus menguasai ekonomi syariah, dan mereka menggunakan alat analisis seperti ekonomi
konvensional. Bahkan banyak juga para ahli ekonomi non muslim yang mengkaji ekonomi islam.

Tokoh-tokoh aliran ini adalah Timur Kuran, Sohrab Behdad, dan Abdullah Saeed.

a. Timur Kuran.
Ia adalah seorang dosen ekonomi di Southern California University, USA. Pemikirannya bisa
ditemukan dalam tulisan artikel-artikelnya, yaitu; “The Economyc System in Contemporary Islamic
Thought: Interpretation and Assessment”, dalam International Journal of Middle East Studies Volume
18 tahun 1986, dan “On The Notion of Economic Justice in Contemporary Islamic Thought”, dalam
International Journal of Middle East Studies Volume 21 tahun 1989.
b. Sohrab Behdad.
Pemikirannya dapat ditemukan dalam tulisan artikelnya yang berjudul “Property Rights in
Contemporary Islamic Economic Thought: A Critical Perspective” dalam jurnal Review of Social
Economy Volume 47 tahun 1989.
c. Abdullah Saeed.
Ia adalah seorang Profesor Studi Arab-Islam di University of Melbourne, Australia. Pemikirannya bisa
ditemukan dalam tulisan artikel-artikelnya, yaitu; “Islamic Banking in Practice: A Critical Look at The
Murabaha Financing Mechanism” dalam Journal of Arabic, Islamic & Middle Eastern Studies tahun
1993, dan “The Moral Context of The Prohibition of Riba in Islam Revisited” dalam American Journal
of Islamic Social Science tahun 1995.

BAB III
PENUTUP

10
3.1 Simpulan
Bertitik tolak dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melihat titik lemah
sistem sekuler, kiranya perlu ada sistem altertnatif sebagai solusi untuk memperkuat dan
penyeimbang perekonomian umat manusia.Yakni sebuah sistem berbasiskan syariah yang
bersumber dari ajaran wahyu.Akan tetapi menurut Chapra, nampaknya umat Islam selama
ini belum mampu menjadi subjekatau pemain utama untuk menjadikan ekonomi Islam
sebagai solusi.Bukan lagi sebagai sebuah sistem alternatif.
Karena itu sagatlah wajar jika sampai saat ini ekonomi Islam masih belum mampu
menunjukkan eksistensinya di pentas global karena belum dikelola oleh subjek pelaku yang
militan dan kapabel.Sebab itu untuk menjawab harapan itu diperlukan adanya semacam
rekonstruksi budaya kerja agar ekonomi Islam menjadi bagian perilaku berekonomi
masyarakat, utamanya komunitas muslim. Antara lain dengan terus mengeksplorasi
pemikiran para pakar sebagaimana yang dilakukan oleh Qardhawi dan Chapra yang
didukung dengan infrastruktur yang memadahi serta dilakukan oleh berbagai elemen
bangsa yang kompeten.
Dengan hasil pemikiran itu diharapkan mampu merubah maindset masyarakat yang
selama ini masih banyak diwarnai oleh hasil ijtihad para pakar ekonomi konvensional.
Untuk kemudian dari perubahan mindset ini akan terjadi kesadaran kolektif masyarakat
global tentang keunggulan sistem ekonomi Islam. Selanjutnya dengan proses kesadaran itu
mereka mampu mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidupnya.

3.2 Saran
Sejatinya proses pembudayaan itu bisa dilakukan siapa pun saja, seperti guru, ulama,
tokoh masyarakat, orang tua, bahkan komunitas yang berkepedulian dengan menggunakan
institusi di mana mereka menjalankan profesi masing-masing dalam keseharian. Mereka
itulah sejatinya, menurut Qardhawi, para khalifah yang berperan sebagai wakil Tuhan
memakmurkan bumi. Sasaran utamanya adalah masyarakat luas, terutama komunitas
muslim agar mereka berkemampuan sebagaimana yang diharapkan Chapra.

11
Sedangkan bahan ajar (nilai) yang harus diajarkan adalah nilai-nilai ajaran wahyu yang
mendorong manusia agar bekerja keras di dalam sebuah bingkai karakteristik ekonomi
berbasis syariah sebagaimana yang digambarkan Qardhawi sebelum ini.Karakteristik yang
mewarnai aktivitas bisnis,yang pada akhirnya bisa menjadi bagian dari nilai budaya kerja
dalam mengembangkan ekonomi Islam di Indonesia. Akan tetapi pembudayaan itu akan
semakin kuat jika didukung oleh pihak penguasa yang memegang otoritas.

DAFTAR PUSTAKA

12
Ahmad, Mustaq.Etika Bisnis dalam Islam, ter. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2001

Anonim.Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Jilid 1& 2, penyunting: H.M. Ichwan
Sam, dkk. Jakarta: DSN-MUI, 2010

Chapra,Umer.Islam dan Tantangan Ekonomi, ter. Ikhwan Abidin Basri, dalam Kata Pengantar,
Khurshid Ahmad. Jakarta: Gema Insani Press bekerja sama dengan Tazkia Institute, 2000

De George, Richard T.Business Ethics, fifth edition. London: Printice Hall International, 1999

Djakfar, Muhammad. Agama, Etika, dan Ekonomi, edisi revisi.Malang: UIN-Maliki Press,2014

Djakfar, Muhammad, Wacana Teologi Ekonomi Membumikan Titah Langit di Ranah Bisnis
dalam Era Globalisasi, edisi revisi. Malang: UIN-Maliki Press, 2015

http//wikipediabahasaindonesiachapra (diakses, 28 April 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/M._Umer_Chapra (diakses 8 Mei 2010)

http//wikipediabahasaindonesiachapra (diakses, 28 April 2010)

http/adminblogsyariah.tokohekonomisyariah (diakses 28 April 2010)

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: IIIT, 2001

Koentjaraningrat.Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia, 1985

Kuntowijoyo, Budaya & Masyarakat, cet 2. Jakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999

Mahasin, Aswab Mahasin, dkk. (ed). Ruh Islam dalam Budaya Bangsa Aneka Budaya di Jawa.
Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996

Mannan. M. Abdul.Teori dan Praktik Ekonomi Islam, ter. M. Nastangin. Yogyakarta: PT Dana
Bhakti Wakaf, 1995

13

Anda mungkin juga menyukai