Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENGAUDITAN 1

“MEMPERTIMBANGKAN RISIKO KECURANGAN”

DISUSUN OLEH :

Khairunisa (C1C018104)

Bouga Invillea Emilta (C1C018084)

Dosen Pengampu: Dr. Novita Sari, SE., M.Si

PRODI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BENGKULU

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mempertimbangkan Risiko
Kecurangan”. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Ibu Dr. Novita Sari, SE., M.Si. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pengauditan 1 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Novita Sari, SE., M.Si yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                 Bengkulu,06 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................5
A. JENIS-JENIS KECURANGAN............................................................................................5
B. KONDISI YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KECURANGAN..........................6
C. MENGUKUR RISIKO KECURANGAN............................................................................8
D. PENGAWASAN TATA KELOLA PERUSAHAAN UNTUK MENGURANGI RISIKO
KECURANGAN...................................................................................................................11
E. MENGHADAPI RISIKO KECURANGAN......................................................................14
F. BAGIAN-BAGIAN RISIKO KECURANGAN SPESIFIK..............................................16
G. TANGGUNG JAWAB KETIKA KECURANGAN DICURIGAI TELAH TERJADI. .20
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................24
A. KESIMPULAN....................................................................................................................24
B. SARAN.................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Melihat realita saat ini perkembangan zaman terutama dibidang teknologi informasi
yang semakkin berkembang. Hal ini berdampak juga dibidang ekonomi termasuk dalam
ruang lingkup auditing. Teknologi seakan-akan digunakan sebagai alat untuk mempermudah
cara untuk melakukan kecurangan. Disinilah terlihat bahwa perkembangan tekonologi yang
semakin canggih akan mempersulit pendektisi kecurangan dalam dunia bisnis. Dan
tanggung jawab seorang auditor akan semakin berat untuk mendeteksi kecurangan oleh
pihak-pihak tertentu.
Skandal kecurangan dalam pelaporan keuangan di awal abad ke 21 telah membuka
mata dunia tentangbetapa besarnya kerugian yang diderita para investor yang selama ini
mengandalkan keputusan yang diambil berdasarkan informasi dalam laporan keuangan
auditan. Hal ini mendorong profesi pengauditan untuk meninjau ulang berbagai standard dan
ketentuan yang dipandang sudah tidak memadai. Sebenarnya kecurangan semacam ini sudah
sering terjadi jauh sebelumnya. Contoh klasik adalah kecurangan pada mckesson-Robbins
yang melukiskan bahwa kecurangan pelaporan keuangan bukan kejadian yang baru terjadi
akhir-akhir ini saja. Pada makalah ini akan dibahas tanggungjawab auditor untuk menilai
risiko kecurangan, dan mendeteksi kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan dan menggambarkan daerah-daerah yang rentan terhadap kecurangan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi audit kecurangan dan membedakan antara kecurangan laporan
keuangan dengan penyalahgunaan aset?
2. Bagaimana segitiga kecurangan dan mengidentifikasi kondisi yang menimbulkan
terjadinya kecurangan?
3. Bagaimana tanggung jawab auditor dalam melakukan pengukuran terhadap risiko
kecurangan dan mendeteksi salah saji karena kecurangan?
4. Bagaimana tata kelola perusahaan dan factor pengendalian lingkungan yang akan
mengurangi risiko kecurangan?
5. Bagaimana penanganan, bagian-bagian dan mendekteksi risiko-risiko kecurangan serta
memahami teknik wawancara dan aktivitas setelah dicurigai terjadinya kecurangan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi audit kecurangan dan membedakan antara kecurangan
laporan keuangan dengan penyalahgunaan asset
2. Untuk mengetahui segitiga kecurangan dan mengidentifikasi kondisi yang menimbulkan
terjadinya kecurangan.
3. Untuk tanggung jawab auditor dalam melakukan pengukuran terhadp risiko kecurangan
dan mendeteksi salah saji karenakan kecurangan.
4. Untuk mengetahui tata kelola perusahaan dan factor pengendalian lingkungan yang akan
mengurangi risiko kecurangan.
5. Untuk mengetahui penanganan, bagian-bagian dan mendekteksi risiko-risiko kecurangan
serta memahami teknik wawancara dan aktivitas setelah dicurigai terjadinya kecurangan.
4
BAB II

PEMBAHASAN

A. JENIS-JENIS KECURANGAN
Kecurangan Audit adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam
transaksi-transaksi komersial. Sebagaimana juga diakui oleh IAI, kesengajaan sering sulit
ditentukan, padahal faktor kesengajaan merupakan kata kunci yang digunakan oleh IAI
untuk menentukan apakah suatu kesalahan dianggap sebagai kekeliruan (error) atau
kecurangan. Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap
ketidakjujuran yang tidak disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak
lain.Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kekurangan didevenisikan sabagi salah saji
dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja.Dua kategori utama kecurangan
adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.
1) Kecurangan Dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan
terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang sering dilakukan dengan tujuan untuk
mengelabui para pengguna.sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap
jumlah yang dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan.Sebagai contoh,
WorldCom yang dilporkan telah mengapitalisasi jutaan dollar pengeluaran sebgaai
aset tetap, yang semestinya harus dibebankan, penghapusan terhadap jumlah yang
dilaporkan merupakan kasus yang kurang umum ditemukan,namun sebuah
perusahaan dapat melebih sajikan pendapatan dengan menghapus untang utang
dagang dan liabilitas lainnya.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan suatu usaha untuk melebisajikan pendapatan apakah dengan cara melebih
sajikan aset dan pendapatan ataupun dengan menghapus liabilitas dengan menghapus
liabilitas dan beban-beban, perusahaan-perusahaan dengan mudah sengaja
mengurang sajikan laba.pada perusahan-perusahaan-perusahan nonpublik, hal
tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak
penghasilan.Manajemen laba (management earning) melibatkan tindakan-tindakan
manajemen yang sengaja dilkukan unntuk memenuhi target laba.Perataan laba
(income smooting) merupakan salah satu bentuk manajemen laba dimana
pendapatan-pendapatandan beban-beban dipindahkan diantara beberapa periode
untuk mengurangi fluktasi laba.
Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan
dalam lapoarn keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai.sebagai
contoh dalam masalah dalam kasus Enron apakah perusahaan telah mengakui
kewajiban terhadap perusahaan afiliasi yang dikenal dengan entitas bertujuan khusus
(Special purpose entities) secara memadai.
2) Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan kecurian atau
aset milik entita.Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah minimal yang
terlibat tidak material terhadap laporan keuangan.Namun demikian, pencurian aset
perusahaan sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tampa melihat tingkat

5
materialitasnya, karena penurian-pencurian kecil dapat dengan mudah menigkat
ukuran setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang dlakukan dengan pegawai dan pihak-pihak internal lainnya didalam
ssuatu organisasi.Menurut perkiraan Association of Certified fraud examiners rata-
rata perusahaan merugi 6 persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan,
meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut melibakan pihak-pihan eksternal,
seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan penipuaan yang dilakukan
oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada ditingkat hierarki organisasi
yang lebih rendah.Namundemikian dalam beberapa kasus penting, manajemen
puncak terkadang terlibat dalam pencurian aset perusahaan, karena otoritas
manajemen yang lebih besar serta kendali tehadap aset-aset perusahaan, penggalapan
yang melibatkan manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang signifikan

B. KONDISI YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KECURANGAN


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan
dan penyalahguanaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Terdapat 3
kondisi yang menyebabkan kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud
triangle).
a. Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
b. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan.
c. Sikap/Rasionalasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau
mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup
besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur
tersebut.
Segitiga kecurangan (The Fraud Triangle)

Insentif/Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasionalisasi

 Faktor-faktor Risiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan


Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risikokecurangan.faktor risiko
kecurangan untuk setiap kondisi kecurangan dalam laporan keuangan.dalyang sama am

6
segitiga kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset memiliki tiga
kondisi yang sama namun faktor risikonya berbeda.
Insentif/Tekanan
Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan
adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan perusahaan Sebagai contoh,
penurunan dalam laba dapat mengancam kemampuaan perusahaan dalam mendapatkan
pendanaan.
Kesempatan
Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi manipulasi,
risiko menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam industri yang
melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan.sebagai contoh, terdapat
kemungkinan salah saji dalam persediaan dalam perusahaan-perusahaan memilki
persediaan yang terletak dibeberapa tempat yang berbeda.
Penggantian pegawai dibagian akuntansi atau kelemahan lainnya dalam proses akuntansi
dan informasi dapat menyebabkan munculnya kesempatan terjadinya salah saji.banyak
kasus dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh komite audit dan dewak direksi
yang tidak efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan faktor risiko penting
dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan keuangan.Jiko CEO atau
manajer puncak menunjukkan dominasi terhadap proses penyusunan laporan keuangan,
seperti terus menerus mengeluarkan proyeksi yang terlalu optimi, atau mereka terlalu
khawatir untuk memenuhi proksi laba para analisis pasar, kemungkinan terjadi
kecurangan dalam laporan keuangan menjadilebuh besar.

 Faktor-faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset


Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset.namun demikian,
dalam melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar diberikan insentif dan
kesempatan pribadi untuk melakukan penilaian risiko, pen dekanan yang lebih besar
dibrikan insentif dan kesempatan pribadi untuk melakukan pencurian.
Insentif/tekanan
Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang menyalahgunakan
aset.pegawai yang memiliki utang yang sangat besar, atau mereka yang terlibat dalam
masalah kecanduan narkotika dan perjadian, dapat mencuri untuk memenuhi kebutuhan
pribadi mereka.
Kesempatan
Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua
perusahaan.Namun,Kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang akses
terhadap kasnya sangat mudah, atau pada perusahaan yang memilki persediaan atau aset
berharga lainnya.Khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan mudah dipindah-pindah
sebagai contoh,kasino-kasino yang menangani jumlah besar uang kas dengan pencatatan
informasi yang sangat kecil atas penerimaan kas.
Kelemahan dalam pengendalian internal menciptakan kesempatan terjadinya pencurian,
pemisahan tugas yang tidak yang memadai hampir dipastikan menjadi liseni bagi para
pegawai untuk melakukan pencuriaan.Jika para karyawan menangani atau bahkan
7
memiliki akses sementara terhadap aset dan juga melakukan pembukuan untuk aset
tersebut, maka muncul potensi terjadinya pencurian.
Kecurangan menjadi lebih besar di perusahaan yang lebih kecil dan organisasi nirlaba
karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan pemisahan tugas .Namun
demikian, bahkan perusahaan yang lebih besar pun dapat tidak melakukan pemisahan
tugas yang memadai dibagian-bagian penting.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat menyebabkan para
kayawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset.Jika manjemen mencurangi
para pelanggannya dan menetapkan harga yang sangat tinggi untuk barang-barang atau
terlibat dalam taktik penjualan bertekanan tinggi, para pegawai dapat merasa bahwa
mereka juga dibenarkan untuk memmbuat serupa dengan memalsukan pengeluaran atau
memalsukan laporan keuangan waktu kinerja.

Fraud Triangle Faktor resiko untuk Faktor resiko penyalah


kecurangan pelaporan gunaan Aktiva
keuangan

Insentif / Tekanan Stabilitasi keuangan atau - Kewajiban keuangan


profitabilitas teranacam oleh pribadi menciptakan
kondisi ekonomi,industri tekanan
dan persaingan. - Hubungan buruk antara
contoh : penurunan management dan pegawai
permintaan pelanggan
yang signifikan

Kesempatan - Estimasi akuntansi yang - Adanya jumlah kas yang


signifikan besar ditangan atau
- Ketidak efektifan komite ditempat kasir
audit dalam mengawasi - Pengendalian internal
pelaporan keuangan yang tidak memadai
- Staf akuntansi, IT yang
sering berganti atau tidak
efektif

Sikap / Rasionalisasi - Komunikasi yang tidak - Meremehkan


tepat pengendalian internal
- Sejarah pelanggaran - Meremehkan pemantauan
hukum securitas
- Kebiasaan management
membuat peramalan

C. MENGUKUR RISIKO KECURANGAN


PSA 70 memberikan paduan kepada auditor dalam mengukur risiko kecurangan.
Auditor harus menjaga suatu tingkat skeptisme professional ketika mereka
mempertimbangkan informasi yang luas termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk
mengedintifikasi dan menghadapi risiko kecurangan.

8
 Skeptisme Profesional
PSA 04 (SA230) menyatakan bahwa, dalam melaksanakan skeptisme professional,
seorang auditor “tidak menganggap bahwa manajemen tidak jujur maupun tidak
menganggap kejujuran manajemen dipertanyakan”. Dalam praktinya, menjaga sikap
skeptisme professional dapat menjadi sulit, karena meskipun beberapa contoh kasus
kecurangan dalam laporan keuangan tingkat tinggi, kecurangan material jarang terjadi
dibandingkan dengan jumlah audit atas laporan keuangan yang di lakukan setiap tahun.
Sebagian besar auditor tidak akan pernah menemukan kecurangan material sepanjang
karir mereka.
Berfikir kritis
PSA 07 menekankan pertimbangan atas kecurangan klien untuk melakukan kecurangan,
tampa mempertimbangkan keyakinan auditor mengenai kemungkinan terjadinya
kecurangan serta kejujuran dan integrasi manajeman. Selama merancang audit dalam
setiap pengauditan ,tim kerja harus membahas kebutuhan untuk menjaga pikiran kritis
disepanjang pengauditan untuk mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan dan secara
kritis mengevaluasi bukti-bukti audit
Evaluasi Kritis atas Bukti Audit
Terhadap informasi yang ditemukan atau kondisi-kondisi lainya yang mengindikasikan
adanya salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan mungkin telah terjadi,
auditor harus meninvestogasi masalah-masalah yang ada secara menyeluruh,
mendapatkan bukti tambahan jika diperlukan, dan berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya. Auditor harus berhati-hati tidak membenarkan atau mengasumsikan suatu salah
saji merupakan suatu insiden yang terpisah.Sebagai contoh katakanlah seorang auditor
menemukan adanya penjualan ditahun berjalan yang seharusnya secara tepat diakui
sebagai penjualan pada tahun berikutnya.

 Sumber-Sumber Informasi Untuk Mengukur Risiko Kecurangan


Lima sumber kecurangan untuk mengukur risiko kecurangan adalah sebagai berikut :
Komunikasi Antara Sesama Tim Audit
PSA 70 mengharuskan tim audit untuk melakukan diskusi untuk berbagai pemahaman
dari anggota tim audit lebih berpengalam dan untuk “urun rembug”ide-ide yang
menyangkut hal berikut.
1. Bagaimana dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan entitas tidak dicurigai
terdapat salah saji yang disebabkan oleh kecurangan. Hal ini juga termasuk
pertimbangan atas faktor internal dan eksternal yang diketahui memengaruhi entitas
yang mungkin akan
a) Menciptakan ensentif atau tekanan bagi manajemen untuk melakukan
kecurangan.
b) Memberikan kesempatan untuk dilakukanya tidak kecurangan.
c) Mengindikasikan budaya atau lingkunganya yang membuat manajemen
membenarkan tindakan -tindakan kecurangan.
2. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan dalam laporan
keuangan
3. Bagaimana setiap orang dapat menyalahsajikan asset entitas tersebut.
9
4. Bagaimana auditor dapat menyikapi kemungkinan adanya salah saji dalam laporan
keuangan yang disebabkan oleh kecurangan.

Tanya Jawab dengan Manajemen

PSA 70 Mengharuskan auditor untuk membuat Tanya jawab spesifik seputar kecurangan
dan setiap pengauditan. Tanya jawab dengan manajemen dan pihak lainya dalam
perusahaan memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk memberitahukan
informasi yang mungkin tidak dapat dikomunikasikan dengan pihak lain, selain itu,
jawaban mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan auditor sering kali membuka
pertanyaan atas kemungkinan adanya kecurangan.

Tanya jawab auditor terhadap manajemen harus menyatakan apakah manajemen


mengetahui setiap kecurangan atau kecurigaan terhadap terjadinya kecurangan di dalam
perusahaan. Auditor juga harus menanyakan mengenai proses manajemen dalam
mengukur risiko kecurangan, sifat risiko kecurangan yang diidentifikasikan oleh
manajemn atau setiap pengendalian internal yang diterapkan untuk mengatasi risiko-
risiko tersebut, dan setiap informasi mengenai kecurangan dan pengendalian terkait yang
harus dilaporkan oleh manajemen kepada mereka yang bertanggung jawab terhadap tata
kelola perusahaan, seperti komite audit.

Komite audit sering kali melakukan peran aktif dalam mengawasi pengukuran risiko
kecurangan manajemen serta proses penangananya. PSA 70 mengharuskan auditor untuk
melakukan Tanya jawab dengan komite audit atau pihak lain yang bertanggung jawab
terhadap tata kelola perusahaan mengenai pandangan mereka terhadap risiko kecurangan
dan apakah mereka mengetahui setiap kecurangan atau kecurigaan atau kecurigaan telah
terjandinya kecurangan.

Faktor- Faktor Risiko

PSA 70 Mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko


kecurangan mengidentifikasi adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan,
kesempatan untuk melakukan kecurangan, atau sikap atau rasionalisasi digunakan untuk
membenarkan tindakan kjecurangan.

Prosedur Analitis

Auditor harus melakukan prosedur analitis sepanjang fase perencanaan dan


penyelesaiaan audit untuk membantu mengidentifikasi transaksi-transaksi atau
kejadiaan- kejadian yang tidak biasa yang dapat mengindentifikasikan salah saji
material dalam laporan keuangan. Ketiaka hasil prosedur analitis berbeda dengan
ekspektasi auditor, auditor harus mengevaluasi hasil tersebut beserta informasi lain yang
didapatkan terkait dengan kemungkinan adanya kecurangan atau menentukan apakah
risiko kecurangan meningkat.

Informasi lainnya

Auditor harus mempertimbamgkan semua informasi yang telah mereka dapatkan dalam
setiap fase atau bagian pengauditan ketika mereka mengukur risiko kecurangan. Banyak
10
prosedur pengukuran risiko yang dilakukan auditor disepanjang fase perencanaan untuk
mengukur salah sajimaterial yang dapat mengindikasikan adanya peningkatan risiko
kecurangan. Sebagai contoh informasi mengenai integritas dan kejujuran manajemen
yang didapatkan selama melakukan prosedur penerimaan klien, Tanya jawab dan
prosedur analitis yang dilakukan sehubungan dengan penelaahan auditor terhadap
laporan keuangan kuartalan klien dan informasi yang dipertimbangkan dalam mengukur
risiko bawaan dan risiko pengendalian dapat mengarahkan perhatiaan auditor terhadap
kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan.

 Mendokumentasikan Hasil Pengujian Kecurangan


PSA 70 Mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berukut yang terkait dengan
pertimbangan auditor terhadap salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan.
a) Diskusi dengan sesama personel tim kerja dalam perencanaan audit mengenai
kecurigaan terhadap adanya salah saji material dalam laporan keuangan entitas yang
disebabkan oleh kecurangan .
b) Prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengindentifikasi dan mengukur risiko kecurangan material.
c) Risiko spesifik dalam kecurangan material yang telah diindentifikasi, dan deskripsi
respons auditor terhadap risiko-risiko tersebut.
d) Alasan-alasan yang mendukug suatu kesimpulan tersebut bukan merupakan risiko
yang signifikan pengakuan pendapatan material yang tidak tepat.
e) Hasil dari prosedur yang dijalankan untuk mengatasi risiko dominasi pengendalian
oleh manajemen.
f) Kondisi-kondisi lain serta hubungan analitis yang mengindikasikan bahwa prosedur
audit atau tambahan atau penanganan lainya diperlukan, dan tindakan-tindakan
tersebut adalah dijalankan oleh auditor.
g) Sifat komunikasi mengenai kecurangan yang dilakukan dengan manajemen komite
audit atau lainya.

D. PENGAWASAN TATA KELOLA PERUSAHAAN UNTUK MENGURANGI RISIKO


KECURANGAN
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan
prosedur pengendalian untuk meminimalisasikan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi
melalui kombinasi antara tindakan pencegahan, yang dapat dikurangi melalui kombinasi
antara tindakan pencegahan, antisipasi dan pendeteksiaan. Karena kolusi dan dokumentasi
palsu menjadikan deteksi kecurangan menjadi lebih sulit sehinggasering kali lebih efektif
dan lebih efesien bagi perusahaan untuk memfokuskan bagi pencegahan dan
pengantisipasian kecurangan.
Untuk membantu manajemen dan direksi dalam menjalankan usaha-usaha anti
kecurangan.AICPA, bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi, terkait menerbitkan
program dan pengendalian bagi manajemen: panduan untuk membantu mencegah,
mengantisipasi, mendeteksi kecurangan. Paduan tersebut mengidentifikasi tiga elemen
berikut untuk mencegah, mengantisipasi dan mendeteksim kecurangan.
1. Budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi.
2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko-risiko kecurangan .
3. Pengawasan dari komite audit.
11
 Budaya kejujuran dan Etika Bernilai Tinggi
Riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah kecurangan dan
pengantisipasinya adalah dengan menerapkan program-program dan pengendalian-
pengendalian anti kecurangan yang berdasarkan pada nilai-nilai utama yang dianut oleh
perusahaan. Nilai-nilai tersebut menciptakan suatu lingkungan yang mendorong
dilakukanya perilaku dan ekspektasi yang berlaku bahwa para pegawai dapat
menggunakannya untuk memandu tindakan-tindakan mereka. Nilai-nilai tersebut
membantu menciptakan suatu budaya kejujuran dan etika yang menjadi dasr yang
bertanggung jawab kerja bagi para pegawai. Menciptakan suatu budaya kejujuran dan
etika yang bernilai tinggi yang mencakup enam elemen berikut ini:
Teladan dari Pimpinan
Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab unntuk memeberikan teladan
dalam perilaku yang beretika dalam perusahaan. Kejujuran dan integritas manajemen
mendorong kejujuran dan integritas pada seluruh pegawai dalam integritas pada seluruh
pegawai dalam organisasi tersebut. Manajemen tidak dapat bertindak dalam suatu cara
tertentu dan berharap bawahannya berperilaku yang berbeda dari yang di contohkan.
Melalui tindakan dan komunikasinya, manajamen dapat menunjukkan bahwa perilaku
tidak jujur dan tidak etis tidak dapat di terima, meskipun menguntungkan bagi
perusahaan.
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
Penelitian menunjukkan bahwa perbuatan salah lebih jarang terjadi ketika para
pegawai memiliki perasaan positif mengenai pemberi kerjanya dibandingkan ketika
mereka merasa bahwa mereka teraniaya, terancam atau terabaikan. Lingkungan kerja
yang positif dapat menciptakan moral pegawai yang lebih baik, yang akan mengurangi
kemungkinan para pegawai untuk melakukan kecurangan terhadap perusahaan.
Para pegawai juga harus bisa mendapatkan nasihat secara internal sebelum mereka
mengambil keputusan-keputusan yang memiliki implikasi hukum atau etika. Banyak
organisasi yang memiliki suatu proses pengduan bagi para pegawai untuk melaporkan
perbauatan salah yang telah terjadi atau kecurigaan telah terjadinya kecurangan atau
potensi pelanggaran atas kode etik atau kebijakan etik. Beberapa organisasi bahkan
memiliki saluran tefon yang di pimpin atau di awasi oleh seorang petugas etika atau
individu yang di percaya untuk menyelidiki dan melaporkan tindak kecurangan tau
pelanggaran hukum.
Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
Kisah sebelumnya menggambarkan risiko-risiko pegawai yang tidak jujur di
pekerjakan. Agar berhasil mencegah kecurangan, perusahaan yang telah berjalan dengan
baik harus menerapkan kebijakan pemilihan yang efektif untuk mengurangi
kemungkinan mempekerjakan dan mempromosikan orang-orang yang memiliki tingkat
kejujuran yang rendah. Khususnya untuk mereka yang memegang posisi-posisi penting.
Kebijakan tersebut dapat mencakup pengecekan terhadap latar belakang kandidat yang
akan di pekerjakan atau yang akan di promosikan untuk posisi-posisi penting.
Pelatihan
Semua pegawai baru harus terlebih dahulu di latih tentang ekspektasi perusahaan
terhadap perilaku etika para pegawainya. Harus di ajarkan bahwa mereka harus
12
mengemudikasikan adanya tindakan kecurangan yang terjadi atau di curigaitelah terjadi
atau cara yang tepat untuk mengomunikasikanya. Selain itu pelatihan mengenai
kewaspadaan terhadap kecurangan terhadap kewaspadaan terhadap kecurangan yang
harus disesuaikan dengan tanggung jawab ekspesifik pegawai, misalnya pelatihan yang
berbeda dengan agen-agen pembelian dan penjualan.

Konfirmasi
Sebagian besar perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara periodik
mengkonfirmasikan tanggung jawab mereka untuk memenuhi kode etik. Para pegawai
diminta untuk membuat pernyataan bahwa mereka memahami ekspektasi perusahaan
dan telah mematuhi kode etik, serta bahwa mereka mewaspadai setiap bentuk
pelanggaran. Konfirmasi tersebut membantu penegakan kode etik dan juga membantu
mencegah para pegawai untuk melakukan kecurangan atau pelanggaran etika lainnya.
Dengan menindaklanjuti pengakuan-pengakuan dan tidak adanya balasan, maka auditor
internal atau lainnya dapat mengungkap masalah-masalah penting.
Disiplin
Para pegawai harus mengetahui bahwa mereka harus bertanggung jawab jika mereka
tidak mematuhi kode etik perusahaan. Pemberian hukuman atas pelanggaran kode etik,
tanpa mempertimbangkan jenjang pegawai yang melakukan tindakan tersebut,
memberikan pesan yang jelas pada semua pegawai bahwa kepatuhan terhadap kode etik
dan standar etika lainnya sangat penting dan di harapkan. Penyelidikan yang menjadi
alat pencegah kecurangan yang efektif.

 Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Risiko-Risiko Kecurangan


Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka untuk
melakukan dan menutupi tindakan tersebut. Manajemen bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi dan mengatur risiko kecurangan, menjalankan langkah-langkah untuk
mengurangi risiko-risiko yang terindentifikasi, dan mengawasi pengembalian internal
yang dapat mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Mengidentifikasi dan Mengukur Risiko Kecurangan
Pengawasan terhadap kecurangan yang efektif di mulai dengan kesadaran
manajemen bahwa kecurangan mungkin terjadi dan hampir setiap pegawai mampu
melakukan tindakan yang tidak jujur pada kondisi lingkungan uang normal. Kesadaran
ini meningkatkan kemungkinan bahwa program-program dan pengendalian untuk
mencegah, mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kecurangan
dalam suatu organisasi yang harus di pertimbangkan oleh manajemen.
Menangani Risiko Kecurangan
Manajemen bertanggung jawab dalam merancang dan menerapkan program-program
dan pengendalian-pengendalian untuk menangani risiko-risiko kecurangan, dan tersebut
dapat mengubah aktifitas dan proses bisnis yang rentang terhadap terjadinya kecurangan,
untuk mengurangi insentif dan kesempatan terjadinya kecurangan. Sebagai contoh,
manajemen dapat mengalihkan beberapa kegiatan operasional seperti pengiriman uang
yang di terimah dari penjualan dari personel perusahaan sistem perbangkan otomatis.
Program dan pengendalian lainnya dapat di terapkan di tingkat korporasi, seperti
13
pelatihan bagi semua pegawai mengenai risiko kecurangan, dan memperkuat
kepegawaian dan promosi.
Pengawasan dalam Program-Program dan Pengendalian - Pengendalian
Pencegahan Kecurangan
Untuk bagian-bagian yang memiliki risiko kecurangan yang tinggi, manajemen
secara berkala harus mengevaluasi apakah program-program dan pengendalian-
pengendalian anti kecurangan tel;ah di terapkan dan berjalan secara efektif. Sebagai
contoh, penelahaan dan evaluasi manajemen terhadap hasil keuangan unit-unit operasi
atau anak-anak perusahaan meningkatkan kemungkinan bahwa hasil-hasil yang telah di
manipulasi akan terdeteksi.

 Pengawasan dari Komite Audit


Komite audit memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses penyusunan
laporan keuangan dan pengendalian internal organisasi. Dalam menjalankan tanggung
jawabnya, komite audit mempertimbangkan kemungkinan manajemen mengabaikan
pengendalian internal dan mengawasi proses pengukuran risiko kecurangan, demikian
juga dengan program dan pengendalian dan anti kecurangan. Komite audit juga
membantu dalam menciptakan suatu “contoh teladan” yang efektif mengenai pentingnya
kejujuran dan perilaku beretika dengan tidak memberikan toleransi sama sekali terhadap
setiap tindakan kejujuran.
Pengawasan yang di lakukan oleh komite audit juga bertindak sebagai pencegah
kecurangan oleh manajemen senior. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kemungkinan
bahwa setiap usaha yang di lakukan oleh manajemen senior untuk melibatkan para
pegawainya dalam melakukan tau menutupi kecurangan dapat segera terungkap,
pengawasannya dapat mencakup hal-hal berikut:
1) Pelaporan langsung atas temuan-temuan kunci oleh internal audit kepada komite
audit.
2) Laporan berkala oleh petugas etika mengenai pengaduannya yang ada.
3) Laporan lainnya mengenai perilaku yang tidak etis atau kecurangan yang dicurigai
telah terjadi.

Sebagai bagian dari evaluasi, auditor dapat mempertimbangkan independensi komite


audit terhadap manajemen dan tingkat pemahaman antara manajemen dan komite audit
mengenai tanggung jawab yang terakhir. Seorang auditor eksternal dapat memperoleh
dengan menganati interaksi diantara sesame tim audit, komite audit, dan auditor internal
terkait dengan tingkat komitmen komite audit dalam mengawasi proses penyusunan
laporan keuangan.

E. MENGHADAPI RISIKO KECURANGAN


Ketika risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan teridentifikasi
auditor pertama kali harus membahas temuan-temuan tersebut dengan manajemen serta
mendapatkan pandangan manajemen atas potensi kecurangan dan pengendalian yang ada
dan dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah saji. Auditor harus
mempertimbangkan apakah program dan pengendalian anti kecurangan tersebut dapat
mengatasi risiko salah saji material yang teridentifikasi yang disebabkan oleh kecurangan

14
atau apakah kelemahan dalam pengendalian telah meningkatkan risiko kecurangan. Respons
auditor terhadap risiko kecurangan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Mengubah keseluruhan pelaksanaan audit
2) Merancang dan melakukan prosedur audit untuk menghadapi risiko kecurangan tersebut.
3) Merancang dan melakukan prosedur-prosedur untuk mengatasi dominasi manajemen
terhadap pengendalian.

Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit

Auditor dapat memilih dari beberapa respons secara keseluruhan atas meningkatnya
risiko kecurangan. Jika risiko salah saji yang disebabkan oleh kecurangan meningkat, lebih
banyak personel yang berpengalaman ditugaskan dalam pegauditan. Dalam beberapa kasus,
seorang ahli dibidang kecurangan dapat ditugaskan kedalam tim audit.

Pelaku kecurangan sering kali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur
audit. untuk alasan itu, PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit yang
tidak dapat diprediksi. Sebagai contoh, auditor dapat mengunjungi lokasi tempat persediaan
berada atau menguji akun-akun yang tidak diuji pada periode audit sebelumnya. Auditor
juga harus mempertimbangkan pengujian untuk terkait dengan penyalahgunaan aset,
meskipun bila jumlah tersebut biasanya tidak material.

Merancang Dan Melakukan Prosedur Audit Untuk Menghadapi Risiko Kecurangan

Prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi risiko audit spesifik
bergantung pada akun yang sedang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang teridentifikasi.
Auditor juga harus mempertimbangkan pilihan manajemen atas prinsip-prinsip akuntansi.
Perhatian saksama harus diberikan pada prinsip-prinsip akuntansi yang melibatkan
pengukuran-pengukuran subjektif atau transaksi-transaksi yang rumit. Karena auditor
meyakini adanya risiko kecurangan dalam pengungkapan pendapatan, mereka juga harus
mengevaluasi kebijakan pengakuan pendapatan perusahaan.

Merancang Dan Melakukan Prosedur-Prosedur Untuk Mengatasi Dominasi


Manajemen Terhadap Pengendalian

Risiko dominasi manajemen terhadap pengendalian muncul pada hampir semua


pengauditan. Karena manajemen merupakan suatu posisi yang unik untuk melakukan
kecurangan dengan menngabaikan pengendalian yang seharusnya berjalan efektif, auditor
harus menjalankan prosedur-prosedur dalam setiap pengauditan untuk mengatasi risiko
dominasi oleh manajemen. Tiga prosedur berikut harus dijalankan dalam setiap pengauditan.

1. Memeriksa Ayat-Ayat Jurnal dan Penyesuaian-Penyesuaian Lainnya Sebagai


Bukti Adanya Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan oleh Kecurangan
Kecurangan seringkali diakibatkan oleh penyesuaian terhadap jumlah yang
dilaporkan dalam laporan keuangan, meskipun terdapat pengendalian internal yang
efektif di dalam laporan keuangan, meskipun terdapat pengendalian internal yang efektif
di sepanjang proses pencatatan. Auditor pertama kali harus mendapatkan pemahaman
atas proses pelaporan keuangan entitas, demikian pula halnya dengan pengendalian
terhadap ayat-ayat jurnal dan penyesuaian-penyesuaian lainnya, serta menanyakan pada

15
pegawai yang terlibat dalam proses penyusunan laporan keuangan bilamana terdapat
ketidaktepatan atau aktivitas yang tidak biasa dalam pemrosesan ayat jurnal dan
penyesuaian lainnya. SAS 99 mengharuskan auditor untuk menguji ayat-ayat jurnal dan
penyesuaian-penyesuaian laporan keuangan lainnya.
2. Menelaah Estimasi Akuntansi untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar
Kecurangan dalam laporan keuangan sering kali dicapai melalui salah saji yag
disengaja dalam estimasi akuntansi. PSA 70 mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan potensi ketidakwajaran manajemen ketika menelaah estimasi-
estimasi tahun berjalan. Auditor diharuskan untuk “melihat kembali” estimasi-estimasi
signifikan pada periode sebelumnya untuk mengidentifikasi setiap perubahan dalam
proses perusahaan atau penilaian manajemen dan asumsi-asumsi yang dapat memadai
adanya dimasukkan ke dalam kelompoj yang tinggi untuk rentang jumlah yang dapat
diterima ditahun sebelumnya dan di kelompok yang rendah di tahu berjalan.
3. Mengevaluasi rasionalitas bisnis untuk transaksi-transaksi yang tidak biasa
PSA 70 menempatkan fokus yang lebih besar dibandingkan yang sebelumnya
diharuskan untuk pemahaman atas dasar rasionalitas bisnis untuk transaksi-transaksi
tidak biasa yang signifikan yang mungkin di luar kebiasaan bisnis perusahaan. Auditor
harus mendapatkan pemahaman atas tujuan-tujuan dari setiap transaksi yang signifikan
untuk menilai apakah transaksi-transaksi tersebut terkait dengan kecurangan dalam
laporan keuangan. Sebagai contoh, perusahaan dapat terlibat ddalam transaksi
pembiayaan apakah perlakuyan akuntansi untuk setiap transaksi yang tidak biasa sudah
tepat dengan kondisi yang ada, dan apakah informasi mengenai transaksi tersebut telah
diungkapkan dengan memadai dalam laporan keuangan..
4. Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko
Penilaian auditor terhadap risiko dalah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
harus terus berjalan disepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur
penilaian risiko lainnya. Auditor harus mewaspadai kondisi-kondisi berikut ketika
melakukan pengauditan.
a. Ketidak konsistenan dalam pencatatan akuntansi
b. Bukti audit yang bermasalah atau hilang
c. Hubungan yang problematik atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen
d. Hasil dari pengujian substantif atau penelaahan akhir darinprosedur analitis yang
mengindikasikan adanya risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.
e. Jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan di sepanjang pengauditan yang tidak
jelas atau tidak masuk akal atau yang menghasilakn bukti yang tidak konsisten
dengan bukti lainnya.

F. BAGIAN-BAGIAN RISIKO KECURANGAN SPESIFIK


Kewaspadaan terhadap adanya tanda-tanda peringatan terjadinya kecurangan dan teknis
pendektesian kecurangan lainnya akan meningkatkan kemungkinan auditor dalam
mengidentifikasi salah saji yang disebabkan karena kecurangan.
1. Risiko Kecurangan Dalam Pendapatan Dan Piutang Dagang
Pendapatan dan beberapa akun piutang yang terkait serta akun kas biasanya sangat
rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Sebuah penelitian yang disponsori oleh
committee of sponsoring organization (COSO) menemukan bahwa lebih dari separuh

16
kasus kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan akun pendapatan dan piutang
dagang.
Risiko Kecurangan dalam Laporan Keuangan untuk Akun Pendapatan.
Ada beberapa alasan mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi. Yang paling
penting pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba-rugi,
sehingga suatu salah saji yang hanya berupa persentase penjualan yang kecil tetap dapat
berpengaruh besar terhadap laba. Alasan lain yang menyebabkan pendapatan rentan
terhadap manipulasi adalah kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat untuk
mengakui pendapatan dalam berbagai situasi. Berikut tiga jenis manipulasi pendapatan
yang penting :
 Pendapatan fiktif
Bentuk kecurangan pendapatan yang paling fatal melibatkan penciptaan
pendaptan-pendapatan aktif. Para pelaku kecuragan sering kali melakukannya dalam
jangka waktu yang lama untuk mendukung pendapatan fiktif dan melibatkan para
pegawai perusahaan.
 Pengakuan pendapatan yang premature
Perusahaan sering kali mempercepat waktu pengakuan pendaptan untuk
memenuhi proyeksi laba atau penjualan. Pengakuan pendapatan yang premature,
pengakuan pendapatan sebelum ketentuan dalam PABU untuk mencatat pendapatan
telah terpenuhi, harus dibedakan dari kesalahan karena masalah pisah batas, dimana
transaksi-transaksi tersebut tanpa disengaja dicatat dalam periode yang salah. Salah
satu metode kecurangan dalam mempercepat pengakuan pendapatan adalah dengan
menagih dan menahan penjualan. Metode lainnya adalah dengan menerbitkan
perjanjian tambahan yang memodifikasi syarat transaksi penjualan.
 Manipulasi penyesuaian-penyesuaian pendapatan
Penyesuaian terhadap penjualan yang paling umum melibatkan retur penuualan dan
pengurangan harga. Sebuah perusahaan dapat menyembunyikan retur penjualan dari
auditornya untuk melebihsajikan penjualan bersih dan laba. Perusahaan juga dapat
mengurangsajikan beban piutang tak tertagih, sebagian disebabkan karena
pertimbangan yang signifikan diperlukan untuk menentukan jumlah yang tepat.

Tanda-tanda peringatan kecurangan dalam pendapatan.

Terdapat banyak kemungkinan tanda-tanda peringatan atau tanda-tanda yang


mengindikasikan terjadinya kecurangan dalam pendapatan. Dua tanda peringatan yang
paling berguna didapatkan dari prosedur analitis dan ketidakcocokan dalam dokumen-
dokumen.

a) Prosedur Analitis. Prosedur analitis seringkali dapat menandai kecurangan dalam


pendapatan, khususnya dari persentase margin kotor dan perputassran piutang
dagang. Pendapatan fiktif akan melebihsajikan persentase margin laba dan
pengakuan pendapatan yang premature juga melebihsajikan margin laba kotor jika
biaya penjualan yang terkait tidak diakui. Penjualan fiktif juga menurunkan
perputaran piutang karena penjualan fiktif juga dimasukkan ke dalam piutang tak
tertagih.

17
b) Ketidakcocokan Dokumen. Meskipun usaha yang terbaik telah dilakukan oleh
pelaku kecurangan., transaksi-transaksi fiktif jarang memilki tingkat keandalan bukti
yang sama sebagaimana yang dihasilkan dari transaksi-transaksi yang sah. Para
auditor harus mewaspadai penandaan dan perubahan yang tidak biasa dalam
dokumen-dokumen, dan mereka harus mengandalkan dokumen asli daripada salinan
dokumen atau duplikasinya.

Penyalahgunaan Bukti Penerimaan Yang Melibatkan Pendapatan.

Meskipun penyalahgunaan bukti penerimaan kas tidak sepenting kecurangan dalam


laporan pendapatan, kecurangan semacam itu sangat mahal bagi organisasi karena
menyebabkan kerugian langsung terhadap asset-aset organisasi. Jenis penyalahgunaan
yang paling umum terhadap kas dengan tidak dicatatnya suatu penjualan yang diikuti
dengan penyesuaian terhadap akun piutang pelanggan untuk menutupi pencurian
tersebut.

a) Tidak Dicatatnya Sebuah Penjualan. Salah satu kecurangan yang paling sulit untuk
dideteksi adalah ketika suatu penjualan tidak dicatat dan kas dari penjualan tersebut
dicuri. Kecurangan semacam itu lebih mudah terdeteksi ketika barang-barang
dikirim untuk para pelanggan yang membeli secara kredit. Menelusuri dokumen
pengiriman terhadap terhadap ayat penjualan dalam jurnal penjualan dan akuntansi
untuk semua dokumen pengiriman dapat digunakan untuk memverifikasi bahwa
semua penjualan telah dicatat.
b) Pencurian Penerimaan Kas Setelah Sebuah Penjualan Dicatat. Akan menjadi jauh
lebih sulit untu menyembunyikan pencuran atas penerimaan kas setelah penjualan
dicatat. Jika pembayaran pelanggan dicuri, penagihan regular atas akun-akun yang
belum dibayar akan segera membongkar kecurangan. Akibatnya, untuk
menyembunyikan pencurian, pelaku kecurangan harus mengurangi akun pelanggan
dengan salah satu dari tiga cara berikut.
o Mencatat retur penjualan atau pengurangan harga
o Menghapus akun piutang pelanggan.
o Memasukkan pembayaran dari pelanggan lain ke akun pelanggan yang uangnya
ia curi, ynag juga dikenal sebagai lapping.

Tanda-Tanda Peringatan Penyalahgunaan Pendapatan Dan Penerimaan Kas.

Pencurian atas penjualan dan penerimaan kas yang terkait yang jumlanya relative
kecil dapat dicegah dan deteksi dengan lebih baik oleh pengendalian internal yang
dirancang untuk meminimalisasi kesempatan untuk melakukan kecurangan. Untuk
mendeteksi kecurangan yang lebih besar, prosedur analitis dan perbandingan
-perbandingan lainnya dapat berguna untuk mendeteksi kecurangan tersebut.

2. Risiko Kecurangan Dalam Persediaan


Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar
perusahaan dan auditor seringkali kesulitan untk memverifikasi keberadaan dan
penilaian persediaan. Sebagai akibatnya, persediaan sangat rentan terhadap manipulasi
yang dilakukan oleh manajer yang ingin mencapai beberapa sasaran dalam laporan

18
keuangan karena persediaan umumnya siap dijual, persediaan juga rentan
disalahgunakan.
Risiko Kecurangan Laporan Keuangan Untuk Persediaan.
Persediaan fiktif telah menjadi inti masalah dari beberapa kasus kecurangan laporan
keuangan penting. Banyak perusahaan besar yang memilki persediaan yang beragam dan
dalam jumlah yang sangat banyak yang terletak di beberapa lokasi yang berbeda, yang
membuat perusahaan relative mudah untuk menambah persediaan aktif dalam
pencatatan akuntansi. Sememtara auditor diharuskan untuk memverifikasi keberadaan
fisik persediaan pengujian audit dilakukan berdarkan sampel dan biasanya tidak semua
lokasi persediaan diuji.
Tanda-Tanda Peringatan Untuk Kecurangan Dalam Persediaan.
Banyak kemungkinan tanda-tanda peringatan atau indicator adanya kecurangan
dalam persediaan. Prosedur analitis berguna untuk mendeteksi kecurangan dalam
persediaan
Prosedur analitis. Prosedur analitis, khususnya persentasi margin laba kotor dan
perputaran persediaan, sering kali melibatkan dalam mengungkap kecurangan dalam
persediaan. Persediaan aktif akan mengurangsajikan beban pokok penjualan dan
melebihsajikan persentase margin kotor. Persediaan fiktif juga akan menurunkan
perputaran persediaan.

3. Risiko Kecurangan Pada Akun Pembelian Dan Utang Dagang.


Kasus-kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang melibatkan utang dagang
relative umum meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan dengan kecurangan yang
melibatkan persediaan atau piutang dagang. Pengurangsajian utang dagang yang
disengaja umumnya mengakibatkan kurang saji dalam pembelian dan beban poko
penjualan serta lebih saji dalam laba bersih. Penyalahgunaan yang signifikan yang
melibatkan pembelian juga dapat terjadi dalam bentuk pembayaran kepada para
pemasok fiktif, dan juga pemberian suap atau kesepakatan illegal lainnya dengan para
pemasok.
Risiko Kecurangan Laporan Keuangan Untuk Akun Piutang Dagang.
Perusahaan-perusahaan dapat terlibat dapat terlibat dalam usaha-usaha yang
disengaja untuk mengurangsajikan utang dagang dan melebihsajikan laba. Hal tersebut
dapat dicapai dengan tidak mencatat utang dagang hingga periode berikutnya atau
dengan mencatat pengurangan fiktif dalam utang dagang. Perusahaan seringkali memilki
kesepakatan bisnis yang kompleks dengan para pemasok yang mengakibatkan
pengurangan dalam utang dagang mereka karena adanya pengakuan dalam iklan dan
penyisihan lainnya.
Penyalahgunaan Dalam Siklus Perolehan Dan Pembayaran.
Kecurangan yang paling umum dalam bagian perolehan adalah bagi sang pelaku
untuk mengeluarkan pembayaran-pembayaran kepada pemasok fiktif dan menyimpan
kas di rekening fiktif. Kecurangan semacam itu dapat dicegah dengan membuat
pembayaran hanya dilakukan pada pemasok resmi dan memeriksa dokumentasi-
dokumentasi yang mendukung pembelian tersebut dengan seksama oleh personel yang
memilki otoritas sebelum pembayaran dilakukan.

19
4. Bagian-Bagian Risiko Kecurangan Lainnya
Meskipun beberapa akun lebih rentan dibandingkan dengan yang lainnya, hampir
dapat terjadi manipulasi pada setiap akun. Beberapa akun lainnya yang memiliki risiko
kecurangan spesifik dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan asset.
1. Asset Tetap. Asset tetap, sebua akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan,
sering kali berdasarkan pada penilaian yang ditentukan secara subjektif. Akibatnya,
asset tetap dapat menjadi target manipulasi, khusunya bagi perusahaan-perusahaan
yang tidak memilki persediaan atau piutang yang material. Untuk mengurang potensi
pencurian, asset tetap harus dilindungi secara fisik jika kemungkinan, diberi tanda,
atau diberi label permanen dan harus dicek keberadaannya secara berkala.
2. Beban Gaji. Gaji biasanya jarang menjadi bagian risiko yang signifikan pada
kecurangan dalam laporan keuangan . meski demkian, perusahaan dapat
mengurangsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya upah karyawan
yang berlebihan dalam persediaan. Kecurangan dalam gaji yang melibatkan
pencurian asset tidak terlalu banyak ditemukan, namun jumalah yang terlibat
seringkali material. Dua bagian umum yang biasanya terjadi kecurangan adalah
diciptakannya pegawai-pegawai fiktif dan lebih saji dalam jumlah jam kerja setiap
karyawan.

G. TANGGUNG JAWAB KETIKA KECURANGAN DICURIGAI TELAH TERJADI


Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebih banyak kecurangan yang
terdeteksi oleh pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan oleh auditor
eksternal
1. Merespons Salah Saji yang Mungkin Disebabkan oleh Kecurangan
Sepanjang pengauditan, auditor terus menerus mengevaluasi apakah bukti-bukti
yang didapatkan dan pengamatan-pengamatan lainnya mengindikasikan adanya salah
saji material yang disebabkan oleh kecurangan. Semua salah saji yang ditemukan auditor
selama melakukan auditor harus diidentifikasi ada tidaknya indikasi kecurangan. Ketika
dicurigai terjadi kesalahan, auditor mendapatkan informasi tambahan untuk menentukan
apakah kecurangan benar-benar telah terjadi.
Jenis Teknik-Teknik Wawancara
Tanya jawab dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif.
Wawancara memungkinkan auditor untuk mengklarisifikasi masalah-masalah yang
dihilangkan dari dokumentasi atau konfirmasi. Auditor juga dapat memodifikasi
pertanyaan-pertanyaan selama melakukan wawancara berdasarkan respons dari orang
yang diwawancara.
Tanya jawab sebagai suatu bukti audit juga harus disesuaikan dengan tujuan
penggunaannya. Tergantung pada tujuannya, auditor dapat menanyakan beberapa
pertanyaan yang berbeda dan mengubah nada pertanyaan.
1) Tanya Jawab Informal
Auditor melakukan tanya jawab informal untuk mendapatkan informasi
mengenai fakta-fakta dan rincian yang tidak didapatkan auditor. Biasanya auditor
menginginkan informasi dari orang yang diwawancara mengenai kejadian atau
proses pada periode sebelumnya. Seringkali tanya jawab dilakukan dengan santai,
dengan auditor memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan

20
responden memberikan perincian kejadian, proses atau kondisi yang ditanyakan.
Auditor sering kali menggunakan tanya jawab informal ketika menindak lanjuti
bukti-bukti yang dikumpulkan mengenai program atau pengendalian atau bukti
lainnya yang melibatkan salah saji atau kecurangan yang dicurigai untuk
diungkapkan dalam pengauditan.
2) Tanya Jawab Evaluasi
Seorang auditor juga menggunakan tanya jawab untuk mengevaluasi apakah
informasi yang telah ia dapatkan sudah tepat, akurat atau benar. auditor
menggunakan tanya jawab evaluasi untuk mendukung atau tidak mendukung
informasi sebelumnya. Auditor sering kali memulai tanya jawab evaluasi dengan
pertanyaan-pertanyaan yang luas dan terbuka yang memungkinkan orang yang
diwawancarai meberikan jawaban yang terperinci yang kemudian dapat ditinda
lanjuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik.
3) Tanya Jawab Interogratif
Kategori tanya jawab ini digunakan ketika auditor ingin mencarai tanggapan dari
subjek yang ia wawancarai mengenai pengetahuannya atas kejadian atau kondisi.
Tanya jawab introgatif sering kali digunakan untuk menentukan apakah individu
tersebut tidak jujur atau dengan sengaja mengahapus fakta-fakta pengetahuan kunci,
kejadian atau kondisi yang penting, khususnya ketika auditor mencurigai orang yang
diwawancarai tidak jujur atau menutup-nutupi informasi yang sebenarnya. Sering
kali tanya jawab yang intrigatif bersifat konfrontatif, dikarenakan subjek yang
diwawancarai mungkin defensif, karena mereka menutupi pengetahuan meereka
atasa fakta, kejadian, atau kondisi tertentu. Ketika menggunakan tanya jawab yang
informatif auditor biasanya menanyakan pertanyaan langsung yang memerluka
jawaban “ya” atau “tidak”. Wawancara introgatif biasanya hanya dilakukan oleh
anggota senior tim audit yang berpengalaman dan mengetahui masalah yang
melibatkan klien tersebut.

Mengevaluasi Respons Tanya Jawab

Agar tanya jawab menjadi efektif, seorang auditor harus memiliki keterampilan
dalam mendengarkan dan mengevaluasi jawaban dari pertyanyaan-pertanyaan.
Biasanya, respons awal dari orang yang diwawancara akan mengabaikan informasi
yang berguna. Pertanyaan tindak lanjut yang efektif sering kali mengarahkan pada
informasi yang lebih baik untuk menilai apakah kecurangan telah terjadi. Tekhnik
mendengarkan serta pengamatan sikap tubuh yang baik akan memperkuat tekhnik
wawancara.

a) Teknik Mendengarkan
Sangat penting bagi auditor untuk menggunakan keterampilan mendengarkan
secara efektif di sepanjang wawancara. Auditor harus terus menerus
memperhatikan dengan menjaga kontak kontak mata, anggukan persetujuan atau
menunjukkan tanda-tanda kepahaman lainnya. Auditor juga harus mencoba
untuk menghindari pemikiran-pemikiran yang kaku terhadap informasi yang
sedang diberikan. Pendengar yang baik juga memanfaatkan keheningan untuk

21
memikirkan mengenai informasi yang diberikan dan melakukan prioritas atas
informasi yang ia dengar.
b) Mengamati Tanda-Tanda Perilaku
Seorang editor yang terampil dalam menggunakan tanya jawab,akan
mengevaluasi respons verbal dan nonverbal dari orang yang ia wawancarai.
selain mengamati tanda-tanda verbal,penggunaan wawancara juga
memungkinkan auditor untuk mengamati perilaku nonverbal. Auditor yang
kurang berpengalaman harus berhati-hati ketika mereka mulai mengamati
perilaku yang tidak biasa,dan mereka mengamati perilaku yang tidak bias,dan
mereka harus membahas hal yang menjadi perhatian mereka dengan anggota tim
audit senior sebelum melakukan apa pun dalam menggapai perilaku tersebut.

Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai adanya kecurangan

Ketika auditor mencurigai bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA 70


mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti tambahan untuk apakah kecurangan
yang signifikan telah terjadi. Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit
seperti ACL atau IDEA untuk menentukan apakah kecurangan telah terjadi. sebagai
contoh, perangkat lunak dapat di gunakan untuk mencari transaksi-transaksi fiktif
dengan mencari nomor duplikat faktur penjualan atau dengan merekonsiliasi basis
data faktur penjualan pada basis data dokumen pengiriman,untuk menyakinkan
bahwa semua penjualan telah di dukung dengan bukti pengiriman.

Auditor juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti excel untuk
melakukan prosedur analitis pada beberapa tingkatan. sebagai contoh,penjualan
dapat di pisahkan ke dalam beberapa data terpisah berdasarkan lokasi,jenis
produk,atau periode waktu(bulanan) untuk prosedur lanjutan.

Auditor juga memperluas prosedur subtantif lainnya untuk mengganti


tinggihnya resiko kecurangan. Sebagai contoh, ketika terdapat risiko bahwa syarat
penjualan mungkin telah di ubah agar dapat mengakui penjualan sebelum waktunya,
auditor dapat memodifikasi permintaan konfirmasi piutang dagang untuk
mendapatkan tanggapan yang lebih rinci dari para pelanggan mengenai syarat-syarat
tertentu dalam transaksi,seperti pembayaran, pengiriman barang, dan kebijakan
pengembalian barang. Ketika auditor menentukan bahwa kecurangan mungkin telah
terjadi, PSA 70 mengharuskan auditor untuk membahas hal tersebut dan juga
pendekatan audit yang di gunakan untuk penyelidikan lebih lanjut dengan tingkat
manajemen yang tepat, meskipun masalah tersebut di anggap tidak penting.

Terkadang auditor mengidentifikasi risiko salah saji material yang di


sebabkan oleh kecurangan yang memiliki implikasi terhadap pengendalian internal
dalam beberapa kasus, pertimbangan auditor terhadap program dan pengendalian
anti kecurangan-kecurangan yang menyebabkan gagalnya penanganan terhadap
risiko kecurangan tersebut. Auditor harus membicarakan hal tersebut dengan
manajemen serta dengan mereka yang bertanggung jawab dalam tata kelola
perusahaan, seperti komite audit.

22
Hasil dari prosedur-prosedur yang di jalankan oleh auditor dapat
mengindikasikan adanya salah saji yang material yang di sebabkan oleh kecurangan
sehingga auditor harus mempertimbangkan kemungkinan untuk mengundurkan diri
dari perikatan.pengunduran diri tersebut dapat bergantung pada integrasi manajemen
serta kehati-hatian dan kerja sam manjemen dan dewan direksi dalm menyelidiki
potensi kecurangan dan pengambilan tindakan-tindakan yang tepat.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kecurangan Audit adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam
transaksi-transaksi komersial. Sebagaimana juga diakui oleh IAI, kesengajaan sering sulit
ditentukan, padahal faktor kesengajaan merupakan kata kunci yang digunakan oleh IAI
untuk menentukan apakah suatu kesalahan dianggap sebagai kekeliruan (error) atau
kecurangan
Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan aset. Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau
penghapusan terhadap jumlah atau pun pengungkapan yang sering dilakukan dengan tujuan
untuk mengelabui para pengguna. Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang
melibatkan kecurian atau aset milik entita.Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya,
jumlah minimal yang terlibat tidak material terhadap laporan keuangan.
Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahguanaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316) yaitu
Insentif/Tekanan, Kesempatan, & Sikap/Rasionalasi. Respons auditor terhadap risiko
kecurangan meliputi hal-hal yaitu Mengubah keseluruhan pelaksanaan audit, Merancang dan
melakukan prosedur audit untuk menghadapi risiko kecurangan tersebut, Merancang dan
melakukan prosedur-prosedur untuk mengatasi dominasi manajemen terhadap pengendalian.
Jenis teknik-teknik wawancara yaitu tanya jawab informal, tanya jawab evaluasi, & tanya
jawab interogratif.

B. SARAN
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat menambah
pengetahuan berkaitan dengan Audit Kecurangan. Tak lupa, kami meminta saran dan kritik
atas tulisan kami demi melengkapi dan menjadi bahan pertimbangan pada penulisan-
penulisan berikutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Elder.landar J, Beasly. Mark S, Arens. Alfin A, Jusuf. Amir abadi. 2011. Jasa audit dan
assurance.Jakarta: Salemba Empat

http://stdln.blogspot.com/2011/02/kecurangan-dalam-audit.html diakses 06 Desember 2020

http://blogkuliahan.blogspot.com/2012/06/audit-kecurangan.html diakses 06 Desember 2020

http://budww.blogspot.com/2011/05/audit-kecurangan.html diakses 06 Desember 2020

25

Anda mungkin juga menyukai