3 4 PB PDF
3 4 PB PDF
Diterbitkan oleh
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
Penanggung Jawab
Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Editor Eksekutif
Fuad Gani, M.A
Staf Editor
Dr. Tamara Adriani Susetyo-Salim, M.A
Y.Sumaryanto, Dip. Lib, M.Hum.
Indira Irawati, M. A.
Purwanto Putra, M. Hum.
Kiki Fauziah, M.Hum.
Dewan Redaksi
Dr. Laksmi, M.A
Dr. Zulfikar Zen, S.S, M.A.
Utami Budi Rahayu Hariyadi, M.Lib. M,Si.
Taufik Asmiyanto, M.Si.
Nina Mayesti, M.Hum.
Alamat Sekretariat
Gedung VII Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Tel/Fax. (021)7872353
email: jurnaldipi2012@gmail.com
ISSN 1411 - 0253
Redaksi menerima tulisan ilmiah bidang informasi, perpustakaan dan kearsipan. Tulisan akan
dimuat dengan pertimbangan yang didasarkan pada keaslian dan relevansinya dengan ilmu
informasi, perspustakaan dan kearsipan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Pada bulan yang penuh berkah, bulan suci Ramadhan,
tentunya juga atas rahmat dan karunia-Nya di antara berbagai aktivitas, kami masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan
Kearsipan Volume 16 Nomor 1 April Tahun 2015. Berbagai artikel yang dimuat dalam terbitan
ini masih dilandasi dengan semangat menyebarkan update dan sarana komunikasiberbagai
hasil penelitian atau kajian bidang Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, dari berbagai
kalangan akademisi dan praktisi.
Semoga dengan kembali terbitnya Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan ini,
akan memberikan manfaat untuk memperluas wawasan berinformasi masyarakat penggiat dan
pengguna Informasi. Jurnal volume 16 akan menyajikan 7 artikel yang memiliki berbagai
variasi topik dan cakupan, tulisan pertama dari Madiareni Sulaiman, di bawah bimbingan Arie
Nugraha. Tulisan tersebut membahas tentang Kepuasan Pengguna terhadap Fasilitas Auto-
Borrowing Machine di Library and Knowledge Center (LKC) Binus University Kampus
Anggrek. Penelitian ini membahas kepuasan pengguna terhadap fasilitas auto-borrowing
machine di Library and Knowledge Center (LKC). Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan metode survei dan observasi. Menggunakan indikator kuesioner untuk
mengukur kepuasan pengguna didasarkan kepada lima dimensi kualitas layanan, yakni: bukti
fisik (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),
dan perhatian (empathy).
Artikel kedua berjudul Jaringan Komunikasi Organisasi di Perpustakaan Indonesia Raya dalam
Rangka Memberikan Layanan Informasi ditulis oleh Fariz Miharja. Tulisan ini membahas
mengenai jaringan komunikasi organisasi yang terdapat di Perpustakaan Indonesia Raya dalam
rangka menunjang layanan informasi. Jaringan komunikasi organisasi tersebut terbentuk
karena pertukaran pesan antar peran atau posisi pegawai. Ia menggunakan pendekatan
kualitatif dalam penelitiannya dan dengan metode studi kasus. Metode pengumpulan dilakukan
melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Dengan temuandi antaranya bahwa
jaringan komunikasi muncul dalam berbagai bentuk tugas. Kemudian, jaringan komunikasi
organisasi yang dibangun melalui berbagai nilai.
i
Tulisan ketiga berjudul, Layanan Arsip di Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi DKI
Jakarta ditulis oleh Hening Wahyuni. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tindakan
sosial dari para pengelola arsip dalam menentukan bagaimana bentuk layanan arsip. Penelitian
yang menggunakan sudut pandang agen dalam mengarahkan struktur dan menampilkan
berbagai keterhubungan antara agen dan struktur. Para agen melakukan pegelolalaan terhadap
arsip agar informasinya dapat dilayankan kepada masyarakat luas. Kepercayaan masyarakat
kepada lembaga ini bisa terlihat dari bagaimana layanan yang diberikan para petugas. Semakin
menarik karena beberapa temuannya mengungkapkan bahwa para petugas juga menggunakan
ini sebagai bentuk kompetisi untuk suatu ambisi dan mengambil keuntungan pribadi dan
kelompok.
Tulisan keempat dari Moh. Safii yang berjudul Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation
Library Catalog. Dalam artikel ini akan menjabarkan fitur-fitur dari OPAC 2.0 yang dijadikan
sebagai Next Generation Library Catalog, dengan mengutamakan kebutuhan pengguna (user
centered) serta mengedepankan partisipasi pengguna (user participation). Selain itu, artikel ini
juga akan menjabarkan contoh dari web yang sudah menerapkan OPAC 2.0, untuk
memudahkan pembaca berfikir ulang dalam memanfaatkan OPAC 2.0.
Tulisan kelima dari Amalia Nurma Dewi, yang berjudul Kebutuhan Informasi Komunitas
Pertuni Semarang. Tulisan ini berupaya untuk menjelaskan kebutuhan informasi sebuah
komunitas tunanetra yang bernama Pertuni, dengan menggunakan metode pengumpulan data
melalui observasi dan wawancara terhadap anggota komunitas Pertuni serta melakukan kajian
terhadap berbagai literatur yang berkaitan dengan kebutuhan informasi. Berdasarkan dari
pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan hasilnya menunjukan bahwa kebutuhan
informasi utama anggota Komunitas Pertuni Semarang berkaitan dengan kebutuhan integrasi
sosial, kebutuhan akan hiburan, serta kebutuhan integrasi personal.
Tulisan keenam diambil dari artikel yang ditulis Niko Grataridarga, dengan judul Pemahaman
Masyarakat terhadap Informasi: masyarakat kritis cerminan masyarakat informasi. Ia
mengulas tentang masyarakat informasi sebagai masyarakat yang menggunakan informasi di
dalam seluruh elemen kehidupannya. Di dalam tulisan diulas mengenai pernyataan
bahwainformasi menjadi bagian penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Masyarakat
harus berfikir kritis, sehinggainformasi yang ada dari berbagai media, harus dapat disikapi
dengan kritis agar tidak terjebak pada pola masyarakat konsumtif. Untuk mencapai masyarakat
informasi yang berpikiran kritis perlu dibentuk dengan pendidikan yang berkualitas dan budaya
membaca yang terus ditingkatkan.
Tulisan terakhir pada edisi ini berjudul Pemanfaatan Layanan Rujukan di Perpustakaan
Universitas Mercu Buana, ditulis Muh. Arif Budiyanto, menjelaskan tentang pemanfaatan
layanan rujukan di Universitas Mercu Buana Jakarta.Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi layanan rujukan di perpustakaan dan pemanfaatannya di perpustakaan UMB.
Penelitian deskriptif dengan memaparkan berbagai fakta dan data yang ditemukan di lapangan.
Beberapa temuan menunjukkan bahwa Perpustakaan UMB mempunyai 3 jenis layanan rujukan
yaitu: (1) layanan informasi (information service), (2) pembelajaran (instructional), dan (3)
bimbingan (guidance). Pemanfaatan layanan rujukan antara lain untuk: (1) menambah
wawasan baru, (2) memperluas ilmu pengetahuan, (3) menyelesaikan berbagai tugas pekerjaan
dan tugas kuliah, (4) melakukan kegiatan penelitian, (5) menyelesaikan tugas akhir (skripsi dan
tesis), dan (6) mengetahui informasi terbaru dan mutakhir sesuai bidangnya.
Kami menyadari benar bahwa masih ada berbagai kekurangan dalam jurnal ini, demi
peningkatan kualitas Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan kedepannya, kami
berharap akan ada kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca agar selalu ada upaya
perbaikan dan inovasi untuk jurnal ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
segenap jajaran tim penerbitan Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan atas
dedikasi dan kerjasamanya dalam mewujudkan penerbitan edisi ini.
Salam
Redaksi
iii
DAFTAR ISI
1
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI, Jakarta Selatan
2
Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Indonesia, Depok
Abstrak
Penelitian ini membahas kepuasan pengguna terhadap fasilitas auto-borrowing machine di Library and
Knowledge Center (LKC) Binus University Kampus Anggrek. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
metode survei dan observasi. Indikator kuesioner untuk mengukur kepuasan pengguna didasarkan kepada lima
dimensi kualitas layanan, yakni: bukti fisik (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness),
jaminan (assurance), dan perhatian (empathy). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan distribusi frekuensi ke dalam persentase dan important-performance analysis ke dalam diagram
kartesius. Hasil penelitian menyatakan bahwa 30 reponden menilai tingkat kinerja layanan fasilitas auto-
borrowing machine dikategorikan baik berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi ke dalam persentase.
Sedangkan hasil penelitian dengan menggunakan important-performance analysis didapatkan bahwa sebagian
besar indikator berada di kuadran A yang berarti masih perlu diperhatikan kembali kinerja/pelaksanaannya,
khususnya dari dimensi daya tanggap (responsiveness) dan perhatian (empathy). Sehingga berdasarkan hasil
penelitian tersebut, disarankan kepada pihak perpustakaan untuk meningkatkan perhatian mereka dalam kinerja
kedua dimensi tersebut.
Abstract
This research describes about the user satisfaction on auto-borrowing machine facility at Library and Knowledge
Centre (LKC) of Binus University Anggrek. The research uses quantitative approach with survey method and
observation. The indicators of questionnaire measuring the user satisfaction, are based on five quality service
dimensions, which are: tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy. Data analysis used in this
research are frequency distribution calculation converted to percentage and important-performance analysis
graphed to cartesius diagram. The result of this research showed that 30 respondents rate the service performance
of auto-borrowing machine facility is good, based on percentage calculation. Whereas, the result of research based
on important-performance analysis showed that most indicators and attributes are in quadrant A, that means they
need more attention for their performance ability, especially on responsiveness and empathy dimension. So, based
on those analysis, the librarian needs to improve their attention to both dimension either from the physical side or
the human resources that have responsibility for the service.
1
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek
Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, layanan Menurut Day (dalam Fandy, 2000), definisi
sirkulasi telah mengalami berbagai kepuasan pengguna adalah respon pengguna
perkembangan baik dari segi teknologi pada evaluasi ketidaksesuaian yang
maupun sistem terkait tercapainya dirasakan antara harapan sebelumnya
keefektifan dan keefisienan layanan dengan kinerja aktual produk yang
terhadap pengguna. Salah satu dirasakan setelah penggunaan. Kotler
perkembangan teknologi dan informasi (1997) memberikan definisi mengenai
yang telah menjadi perhatian sejak lama kepuasan pengguna sebagai kualitas jasa
adalah otomasi perpustakaan khususnya dimana tingkat kondisi yang dirasakan
terhadap layanan yang terotomasi. seseorang sebagai hasil perbandingan antara
Perangkat otomasi perpustakaan yang produksi atau jasa yang diterima dengan
beberapa tahun terakhir mulai diterapkan di produk atau jasa yang diharapkan orang
wilayah Indonesia adalah Radio Frequency tersebut.
Identification (selanjutnya disingkat RFID).
Fungsi dari RFID ini tidak hanya Dalam perpustakaan, kepuasan pengguna
mendeteksi hilangnya bahan pustaka, dapat dilihat melalui ragam layanan yang
namun dapat juga mempercepat kinerja staf diberikan oleh perpustakaan. Salah satu
sehingga meningkatkan kualitas layanan layanan utama perpustakaan adalah
khususnya layanan peminjaman dan peminjaman buku atau materi lainnya
pengembalian bahan pustaka bagi (sirkulasi) (Sulistyo-Basuki, 1993). Layanan
pengguna. sirkulasi berperan penting karena
merupakan bagian dari kegiatan
Perpustakaan Binus University Kampus perpustakaan yang melibatkan pengguna
Anggrek (Library and Knowledge Center secara langsung. Menurut Kotler (1997),
atau disingkat LKC) telah menggunakan adapun penilaian terhadap kualitas layanan
sistem RFID ini sejak tahun 2008 ke dalam didasarkan kepada lima komponen yang
bentuk auto-borrowing melalui auto- digunakan sebagai indikator pengukuran
borrowing machine. Sistem ini sudah mulai dan penilaian, yaitu:
disosialisasikan sejak penerimaan a. Tangible (bukti fisik)
mahasiswa baru, agar mahasiswa dapat Penilaian kualitas layanan yang diukur
menggunakan mesin perangkat RFID secara melalui bukti fisik merupakan bentuk
mandiri dengan baik dan lancar. pelayanan yang diberikan perpustakaan
Penerapan layanan sirkulasi terotomasi di dengan menonjolkan tampilan luar atau
LKC Binus University Kampus Anggrek fisik dari layanan perpustakaan seperti
bagi mahasiswa tentu perlu dipantau karena penampilan fisik gedung perpustakaan
sifatnya yang mandiri (self-borrowing). dan sarana serta prasarana
Keberhasilan pelayanan sirkulasi terotomasi perpustakaan. Penilaian didasarkan atas
dengan auto-borrowing machine aspek ‘perpustakaan sebagai tempat’,
(selanjutnya disingkat ABM) ini dapat yaitu kenyamanan dan pengaturan
diukur melalui survei kuesioner untuk ruangan.
melihat seberapa besar tingkat kepuasan b. Reliability (kehandalan)
pengguna terhadap sistem ini.
2
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha
3
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek
4
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha
c. Lokasi ABM
d. Luas ruang ABM
H Prioritas Pertahankan e. Kerapian dan kebersihan
a Utama Prestasi lingkungan fasilitas ABM
r A B 2. Kehandalan (Reliability)
a C D a. Kejelasan petunjuk penggunaan
p fasilitas ABM
Prioritas Berlebihan
a
Rendah b. Kelancaran proses peminjaman
n
Pelaksanaan (Kinerja Layanan) yang menggunakan fasilitas ABM
c. Durasi waktu peminjaman buku
Gambar 2. Diagram kartesius (dalam J. dengan ABM
Supranto, 2011) d. Ketepatan waktu jam operasional
layanan perpustakaan untuk
fasilitas ABM
Keterangan: e. Kemudahan menggunakan feature
A. Menunjukkan faktor atau atribut yang perangkat ABM (seperti card
dianggap mempengaruhi kepuasan scanner, tag reader, dll)
pengguna, termasuk unsur-unsur jasa 3. Daya Tanggap (Responsiveness)
yang dianggap sangat penting, namun a. Kecepatan respon saat melakukan
manajemen belum melaksanakannya proses peminjaman dengan ABM
sesuai keinginan pengguna. Sehingga b. Ketanggapan petugas terhadap
mengecewakan atau tidak puas. keluhan dan saran untuk ABM
B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang c. Ketanggapan petugas melayani
telah berhasil dilaksanakan pengguna saat terjadi gangguan
perpustakaan, untuk itu wajib pada perangkat ABM
dipertahankan. Dianggap sangat 4. Jaminan (Assurance)
penting dan sangat memuaskan. a. Hasil dari rekaman/record
C. Menunjukkan beberapa faktor yang peminjaman buku
kurang penting pengaruhnya bagi b. Kejelasan tampilan peringatan
pelanggan, pelaksanaannya oleh error saat terjadi kesalahan dalam
perpustakaan biasa-biasa saja. peminjaman
Dianggap kurang penting dan kurang c. Kemampuan petugas menjawab
memuaskan. pertanyaan pengguna mengenai
D. Menunjukkan faktor yang ABM
mempengaruhi pengguna kurang d. Kemampuan petugas untuk
penting, akan tetapi pelaksanaannya berkomunikasi dengan pengguna
berlebihan. Dianggap kurang penting 5. Perhatian (Empathy)
tapi sangat memuaskan. a. Interface/tampilan layar ABM
b. Perhatian/kepedulian petugas
Adapun kelima indikator kuesioner beserta untuk membantu setiap pengguna
atributnya, dapat diuraikan sebagai berikut: yang kesulitan menggunakan ABM
1. Bukti Fisik (Tangible) c. Petugas melayani setiap pengguna
a. Jumlah perangkat ABM dengan sopan dan ramah
b. Kondisi fisik ABM
5
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek
Sesuai dengan indikator dan atribut fasilitas layanan serta efektifitas waktu
kuesioner yang ditunjukkan di atas, pelayanan.
pembuatan setiap atribut dari kuesioner
didasarkan pada literatur-literatur berbentuk Analisis dan Interpretasi Data
jurnal lain yang membahas mengenai Pendekatan analisis yang digunakan adalah
praktik dimensi kualitas layanan pada objek analisis deskriptif, yakni analisis yang
yang diteliti pada jurnal tersebut. Pada memberikan informasi hanya mengenai data
dimensi bukti fisik (tangible), didapatkan yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji
bahwa pengukuran kualitas layanan dapat hipotesis dan kemudian menarik kesimpulan
dilihat melalui jumlah, kondisi fisik, lokasi, yang digeneralisasikan untuk data yang
luas dan kerapian serta kebersihan sesuai lebih besar atau populasi. Data yang telah
yang dijelaskan dalam jurnal yang berjudul terkumpul dan ditabulasi, pada akhirnya
Improved Customer Service Using RFID akan diinterpretasikan ke dalam narasi dan
Technology oleh Patrick Jaska et al. (2010). kemudian dihitung rata-rata persentase
masing-masing terhadap penggunaan
Pada jurnal tersebut dinyatakan bahwa fasilitas auto-borrowing machine
kualitas layanan internal yang terdiri atas berdasarkan pernyataan pendapat kepuasan
pendesainan ruang kerja serta alat-alat yang responden.
digunakan untuk melayani pengguna perlu
diperhatikan. Sedangkan atribut yang Selain melihat hasil dari perhitungan
dimiliki oleh dimensi kehandalan persentase, data yang telah terkumpul
(reliability) didasarkan pada jurnal yang tersebut juga dianalisis dengan menghitung
berjudul Exploring User’s Perception rata-rata (mean) dari setiap atribut
toward Automated Checkout Trolley in kuesioner, kemudian dimasukkan ke dalam
Developing Countries oleh Koh Peik See et diagram kartesius untuk melihat important-
al. Pada jurnal tersebut, ditampilkan butir- performance dari kualitas layanan yang
butir kuesioner yang digunakan untuk diberikan. Dari hal tersebut, akan muncul
mengukur pendapat pengguna pada gambaran tingkat kepuasan pengguna
penggunaan fasilitas troli belanja terotomasi perpustakaan akan layanan fasilitas auto-
di supermarket, yang mana dijadikan borrowing machine di LKC Binus
rujukan kuesioner pada atribut kejelasan University Kampus Anggrek. Hasil
petunjuk, kelancaran proses, durasi waktu, penelitian dalam mengidentifikasi tingkat
dan kemudahan menggunakan fitur tersebut. kepuasan pengguna terhadap fasilitas Auto-
Borrowing Machine dapat dilihat pada
Pada jurnal yang sama dengan dimensi bukti gambar 3 dan 4 berikut ini.
fisik (tangible) dan kehandalan (reliability)
juga menjadi rujukan pengambilan atribut
kuesioner dari dimensi daya tanggap
(responsiveness), jaminan (assurance), serta
perhatian (empathy) karena membahas
mengenai kinerja pegawai (employee
performance) yang bertanggung jawab pada
6
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha
7
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek
8
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha
9
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek
10
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi
Fariz Miharja
e-mail: fariz.miharja@ui.ac.id
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai jaringan komunikasi organisasi yang terdapat di Perpustakaan Indonesia Raya
dalam rangka memberikan layanan informasi. Jaringan komunikasi organisasi tersebut terbentuk karena adanya
pertukaran pesan antar peran atau posisi pegawai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi,
dan analisis dokumen. Perpustakaan Indonesia Raya, yang merupakan perpustakaan di bawah lembaga pemerintah
dikelola oleh Sekretariat Jenderal Indonesia Raya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa jaringan komunikasi
muncul dalam bentuk tugas pembuatan kliping koran, rapat rabuan, dan kunjungan bawahan ke ruang atasan.
Melalui proses sosial, jaringan komunikasi organisasi di Perpustakaan tersebut dibangun oleh nilai keterbukaan
dan ketulusan. Nilai tersebut muncul berdasarkan kepentingan atasan yang ingin dihormati oleh bawahannya, dan
bawahan yang memiliki kepentingan ingin dihargai oleh atasannya berdasarkan peran atau posisinya. Jaringan
komunikasi organisasi di perpustakaan tersebut dalam rangka memberikan layanan informasi ditentukan oleh
peran Susan sebagai pemimpin pendapat. Peran tersebut menyatukan simpul-simpul jaringan. Kesimpulannya
adalah jaringan komunikasi organisasi di Perpustakaan Indonesia Raya dibangun oleh nilai keterbukaan dan
ketulusan melalui komunikasi di antara atasan dan bawahan. Adapun saran yang diajukan adalah adanya
peningkatan interaksi di antara atasan maupun bawahan, peningkatan ketegasan atasan terhadap bawahan, dan
atasan membuat peninjauan ulang terhadap struktur organisasi perpustakaan.
Kata Kunci:Jaringan Komunikasi Organisasi; Kepentingan; Nilai Keterbukaan dan Ketulusan; Proses Sosial.
Abstract
This thesis discusses the organization's communications network contained in the library of Indonesia Raya in
order to provide information services. That organizational communication network is formed by the exchange of
messages between role and position of employee. This study used a qualitative approach with case study method.
Data collection methods that used in this study were interviews, observations, and document analysis. Library of
Indonesia Raya, which is a library under a government institution, is administered by the Secretariat General of
Indonesia Raya. The research findings indicate that the communication network emerged in the form of newspaper
clippings task, Wednesday’s meetings, and visits of subordinates to the superior. Through the social process,
organizational communication networks in the library was built by the values of transparency and sincerity. Values
are emerging based on the interests of superior who want to be respected by his subordinates, and subordinates
who have interest to be appreciated by their superior based on the role or position. Organizational communication
networks in the library in order to provide the information specified by Susan's role as an opinion leader. That
role brings together the network nodes. The conclusion is an organizational communication network in the library
of Indonesia Raya was built by the value of transparency and sincerity through communication between superior
and subordinates. The suggestions that can be given are to enhance interaction between superior and subordinates,
the assertiveness increased of superior to subordinates, and making a review of the organizational structure of the
library.
Keywords: Interest; Openness and Candor value; Organizational communicational network; Social Processes.
11
Fariz Miharja
Pendahuluan
Latar Belakang Tinjauan Literatur
Jaringan komunikasi organisasi merupakan
salah satu kegiatan yang berperan penting Konsep Jaringan Komunikasi Organisasi
dalam memberikan layanan informasi di Sebagaimana telah diketahui bahwa
perpustakaan khusus. Menurut Petter R pertukaran pesan yang terjadi diantara
Monge yang dikutip oleh Morrisan bahwa sejumlah individu dan kelompok terjadi
jaringan komunikasi organisasi adalah ketika adanya komunikasi sehingga
struktur sosial yang diciptakan melalui menimbulkan suatu keteraturan “siapa
komunikasi di antara sejumlah individu dan berbicara dengan siapa”. Menurut
kelompok. Artinya, ketika seseorang Danowski (1976) yang dikutip oleh R
berkomunikasi dengan orang lain, maka Wayne Pace (2006: 176) bahwa terdapat
terciptalah suatu hubungan (link) yang tujuh peranan jaringan komunikasi
merupakan garis-garis komunikasi dalam organisasi, yaitu :
organisasi. Kenyataannya adalah kegiatan 1. Klik (Clique)
pertukaran pesan yang terjadi di dalamnya Klik adalah sebuah kelompok individu
menciptakan suatu proses sosial dan yang paling sedikit separuh dari
kepentingan yang belum berjalan sesuai kontaknya merupakan hubungan
dengan harapan sehingga terjadi kekacauan dengan anggota-anggota lainnya.
pada jaringan komunikasi organisasi 2. Jembatan (Bridge)
tersebut. Jembatan adalah seorang anggota klik
yang memiliki sejumlah kontak yang
Mengacu pada pengertian mengenai menonjol dalam kontak antar
jaringan komunikasi organisasi, maka usaha kelompok, juga menjalin kontak dengan
penelitian ini bertujuan untuk mengubah anggota klik lain.
tingkah laku lama pegawai Perpustakaan 3. Penghubung (Liaison)
Indonesia Raya (bukan nama sebenarnya) Penghubung merupakan seseorang di
dalam memberikan layanan informasi. dalam klik yang berperan sebagai
Sesuai dengan hakikat perpustakaan yang penghubung antara dua klik atau lebih
memiliki kegiatan pengadaan, pengolahan, tetapi ia bukan anggota salah satu
dan pelayanan. Namun, ketiga kegiatan kelompok tersebut.
perpustakaan belum berjalan semestinya 4. Penjaga gawang (Gate keepers)
dan tidak sebanding dengan jumlah pegawai Di dalam sebuah anggota klik terdapat
yang ada. Adapun Perpustakaan Indonesia seseorang yang secara strategis
Raya merupakan lembaga pemerintah yang ditempatkan di dalam jaringan agar
berada di bawah naungan Sekretariat dapat melakukan pengendalian atas
Jenderal Indonesia Raya. Perpustakaan ini pesan apa yang akan disebarkan melalui
dipilih sebagai lokasi penelitian karena sistem tersebut.
merupakan perpustakaan milik pemerintah
yang memiliki jaringan komunikasi
organisasi kompleks yang dibentuk oleh 5. Pemimpin pendapat (Opinion leader)
peran atau posisi pegawai di dalamnya Di dalam sebuah anggota klik, terdapat
untuk mendukung tugas menyediakan seseorang yang dibutuhkan karena
layanan informasi.
12
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi
13
Fariz Miharja
dalam organisasi tersebut diharapkan dapat 2. Nilai apakah yang membangun jaringan
mengetahui cara berkomunikasi yang baik komunikasi dalam rangka memberikan
pada kelompok tugas organsiasi dalam layanan informasi seperti yang
rangka memberikan layanan informasi diinginkan?
untuk meningkatkan produktifitas
organisasi. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah yakni
Jika dikaitkan dengan penelitian mengenai sesuai dengan latar belakang yang telah
jaringan komunikasi organisasi yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu:
dilakukan, terdapat penelitian sebelumnya 1. Untuk memahami peran atau posisi
yang mendukung penelitian ini yakni komunikasi pegawai dalam
mengenai jaringan komunikasi organisasi membangun jaringan komunikasi
berjudul “Audit Jaringan Komunikasi pegawai Perpustakaan Indonesia Raya
Internal : Audit Mini Komunikasi Terhadap sehingga dapat memberikan layanan
Karyawan Radio One Jakarta” yang informasi seperti yang diinginkan.
merupakan karya ilmiah saudari Ainur 2. Untuk mengidentifikasi nilai yang
Rafikah yang merupakan seorang alumni membangun jaringan komunikasi
Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi organisasi dalam pemberian layanan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan informasi tersebut.
Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Penelitian sebelumnya lebih memfokuskan Manfaat Penelitian
kepada dinamika kerja karyawan yang Sehubungan dengan tujuan penelitian yang
berlangsung ketika pendistribusian dibahas sebelumnya, hasil penelitian ini
informasi kepada audience. Sedangkan, diharapkan dapat memberikan beberapa
dalam penelitian ini jaringan komunikasi manfaat, antara lain :
organisasi akan dipersempit menjadi 1. Manfaat Akademik
jaringan komunikasi organisasi yang Dalam manfaat akademik, diharapkan
dibahas dalam ruang lingkup pegawai dapat memberikan kontribusi pada
Perpustakaan Indonesia Raya terkait dengan pengembangan ilmu perpustakaan dan
adanya proses sosial dan kepentingan di informasi terutama dalam hal jaringan
dalamnya beserta nilai yang membangun komunikasi organisasi pada
jaringan komunikasi dalam rangka perpustakaan khusus untuk
memberikan layanan informasi. menciptakan efektifitas dan efisiensi
kerja pegawai dalam memberikan
Pertanyaan Penelitian layanan informasi.
Berdasarkan latar belakang telah dijelaskan, 2. Manfaat Praktis
maka pertanyaan penelitian yang akan Diharapkan penelitian ini dapat
dibahas dalam penelitian ini adalah: bermanfaat untuk memberikan
1. Bagaimana peran atau posisi pegawai masukan bagi Perpustakaan Indonesia
dalam organisasi Perpustakaan Raya untuk meningkatkan produktifitas
Indonesia Raya membangun jaringan kerja sesuai dengan peran atau
komunikasi dalam rangka memberikan posisinya guna memberikan layanan
layanan informasi seperti yang informasi secara prima.
diinginkan?
14
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi
15
Fariz Miharja
16
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi
17
Fariz Miharja
ditandai dengan latar belakang lingkaran yang diberikan oleh pegawai perpustakaan
oval berwarna jingga, klik kelima yang terkait.
terdiri dari Widyawati dan Ririn ditandai
dengan latar belakang lingkaran oval Jika dikaitkan dengan gambar di atas pula,
berwarna ungu, dan klik yang terakhir yaitu maka terbentuknya suatu jaringan
klik enam yang terdiri dari Narji, Hengki, komunikasi organisasi tidak terlepas dari
Ari, dan Deni ditandai dengan latar belakang peran Susan. Susan memiliki lima peranan
lingkaran oval berwarna biru muda dengan jaringan komunikasi organisasi sekaligus.
garis merah disisinya. Namun, diantara kelima peranan yang
dimilikinya terdapat satu peranan jaringan
Selain itu, lingkaran kecil berwarna komunikasi organisasi yang menonjol dan
merupakan gambaran peranan jaringan dapat menjadi satu peranan tersendiri
komunikasi organisasi selain klik. Jika pembentuk jaringan komunikasi organisasi.
diperinci lagi menjadi beberapa bagian, Hal ini karena dirinya merupakan seseorang
maka dapat dilihat pegawai yang berperan yang dipercaya oleh atasannya yaitu Puspa
sebagai jembatan dan kosmopolit yang dan rekan-rekannya di Perpustakaan
dianalogikan dengan bentuk lingkaran kecil Indonesia Raya. Di dalam memberikan
berwarna biru. Pegawai tersebut adalah suatu layanan informasi, jaringan
Rosa, Farhan, dan Nabila. Sedangkan untuk komunikasi organisasi seperti yang terdapat
pegawai yang berperan sebagai jembatan pada gambar di atas menunjukkan adanya
saja dapat dianalogikan dengan lingkaran suatu keterkaitan peranan yang diduduki
kecil yang berwarna merah. Pegawai oleh setiap pegawai.
tersebut adalah Ranti, Widyawati, Ratna,
dan Narji. Nilai Yang Membangun
JaringanKomunikasi Organisasi di
Adapun terdapat pegawai yang berperan Perpustakaan Indonesia Raya
sebagai penyendiri yang dianalogikan Selain mengetahui peranan yang terdapat di
dengan bentuk lingkaran kecil yang dalam jaringan komunikasi organisasi, maka
berwarna kuning. Pegawai yang dimaksud kali ini akan dibahas mengenai nilai-nilai
adalah Dian. Sedangkan untuk pegawai yang membangun jaringan komunikasi
yang berperan sebagai penghubung dapat organisasi di dalam Perpustakaan Indonesia
dianalogikan dengan bentuk lingkaran kecil Raya. Terbentuknya nilai-nilai ini jika
berwarna hijau lumut. Pegawai tersebut dilihat dari empat jenis arah komunikasi
yaitu Puspa sebagai kepala bidang yang terbentuk di dalamnya yaitu
perpustakaan. Sementara itu, untuk pegawai komunikasi atasan kepada bawahan
yang menempati posisi sebagai jembatan, (downward communication), komunikasi
penjaga gawang, pemimpin pendapat, dan bawahan kepada atasan (upward
kosmopolit dapat dianalogikan dengan communication), komunikasi di antara
bentuk lingkaran berwarna hitam. Selain individu yang memiliki hirarki yang sama
klik yang memiliki warna cerah, jika dilihat (horizontal communication), dan
dari gambar di atas terdapat klik yang komunikasi di antara individu yang
memiliki warna polos atau putih. Klik ini memiliki hirarki yang berbeda (diagonal
menunjukan minimnya kontribusi kinerja communication).
18
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi
19
Fariz Miharja
20
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi
21
Fariz Miharja
Perpustakaan Indonesia Raya dalam rangka Mengacu pada peran atau posisi pegawai
memberikan layanan informasi, maka dapat dalam proses terbentuknya jaringan
dibuat suatu kesimpulan bahwa bahwa komunikasi organisasi diarahkan oleh peran
jaringan komunikasi organisasi di Susan. Ia menjadi seseorang yang dipercaya
Perpustakaan Indonesia Raya dibangun oleh oleh atasannya, Puspa, dan menjadi salah
nilai keterbukaan dan ketulusan. Nilai seorang yang dihormati oleh rekan-rekan
keterbukaan dan ketulusan ini digambarkan kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan adanya bentuk komunikasi dari terlah dilakukan terhadap Susan, maka ia
bawahan kepada atasan maupun sebaliknya. memiliki lima peranan jaringan komunikasi
Hal ini tidak terlepas dari adanya peran atau organisasi di dalam Perpustakaan Indonesia
posisi seorang pegawai dalam menjalankan Raya. Adapun peranan yang dimiliki Susan
pekerjaannya sehari-hari. yaitu sebagai klik (clique), kosmopolit
(cosmopolit), penjaga gawang (gate
Terkait dengan adanya peran atau posisi keepers), jembatan (bridge), dan pemimpin
pegawai dan nilai yang membangun pendapat (opinion leader). Di antara kelima
jaringan komunikasi organisasi di peranan jaringan komunikasi organisasi
Perpustakaan Indonesia Raya dalam rangka tersebut, berdasarkan hasil penelitian di
memberikan layanan informasi tersebut, lapangan pula terdapat peranan yang paling
maka nilai keterbukaan dan ketulusan ini menonjol bagi Susan yaitu pemimpin
terlihat ketika pegawai bertemu di ruang pendapat (opinion leader) yang dapat dilihat
atasan. Sikap atasan menunjukkan ketika pegawai sedang melakukan suatu
keterbukaan dengan mendengarkan pertemuan formal maupun tidak. Selain
bawahan ketika sedang berbicara. Hal ini pandai bergaul, peran tersebut ditunjang
ditunjang pula oleh pintu ruangan atasan dengan posisi ruangannya yang berdekatan
yang selalu terbuka. Sehingga bawahan dengan banyak pegawai lainnya.
dapat mengungkapkan keluhan yang
dirasakan dirinya terhadap atasan dengan Jika dikaitkan dengan peran atau posisi
leluasa. Meskipun tidak semuanya, pegawai dan nilai yang membangun
kebanyakan dari mereka merasa senang jaringan komunikasi organisasi di
ketika pendapatnya di dengar melalui Perpustakaan Indonesia Raya, maka dalam
pemberian masukan terhadap dirinya dan hal pemberian layanan informasi, nilai
atasan terlihat respect terhadap diri mereka. keterbukaan dan ketulusan merupakan awal
Bukti tersebut menunjukkan adanya dialog dari proses terbangunnya suatu jaringan
antara kedua pihak, di mana lancer tidaknya komunikasi organisasi. Akibat adanya
sebuah dialog selalu didukung oleh rasa proses pendekatan diri di antara atasan dan
tulus dan saling terbuka. Selain itu, nilai bawahan. Selain itu, adanya kepentingan
keterbukaan dan ketulusan terlihat ketika penghargaan berupa keinginan pegawai
adanya suatu penghargaan (reward) yang yang dihargai oleh sesama teman, pegawai
diberikan atasan kepada pegawai yang yang menduduki suatu peranan di dalam
memiliki kinerja yang baik. Atasan jaringan komunikasi organisasi
mengkomunikasikan kepada bawahan memperngaruhi proses terbentuknya
mengenai hal tersebut. jaringan komunikasi dalam pemberian
layanan informasi tersebut.
22
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi
Daftar Acuan
Harjana, Andrea A. (2007). Iklim
Komunikasi Keorganisasian. Iklim
Organisasi (Vol. 4, pp. 179-231).
Pace, Wayne R. (2006). Komunikasi
Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan. Bandung: Grafindo
Media Pratama.
Petra Christian University Library.
“Komunikasi Atasan Kepada Bawahan.
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?sub
mit.x=27&submit.y=21&submit=prev&
page=8&qual=high&submitval=prev&f
name=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fikom%2F
2009%2Fjiunkpe-ns-s1-2009-51405005-
11601-grand_satelit-chapter2.pdf. (2
Januari 2013).
Romli, Khomsahrial. (2011). Komunikasi
Organisasi Lengkap. Jakarta: Grasindo.
23
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
Hening Wahyuni
e-mail: hening_wahyuni@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktik sosial petugas layanan yang terjadi dalam menentukan wajah
dan potret layanan arsip. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Dengan
menggunakan perspektif teoritik tentang kemampuan agen dalam memanfaatkan struktur, kajian ini
memperlihatkan adanya jalinan antara agen dan struktur sebagai suatu proses timbal balik. Proses ini
menunjukkan adanya kemampuan agen melakukan strategi untuk meneguhkan, merespon bahkan melakukan
perubahan struktur yang ada. Agen menjadikan layanan arsip sebagai arena pertarungan untuk memperebutkan
modal dan dengan modal yang dimiliki, agen melakukan praktik untuk meneguhkan integritas dan otoritas dalam
layanan arsip. Interaksi yang dilandasi oleh relasi kekuasaan dan lemahnya kepemimpinan menyebabkan petugas
layanan mengekspresikan makna layanan berdasarkan kepentingan pribadi.
Abstract
This study aims to identify the social practices of officers that occured in determining faces dan portrait archive
services. Archive service is the spearhead of the archives management in BPAD of Province DKI Jakarta. This
study uses a theoritical perspective on the ability of the agent to navigate the structure, and shows a link between
the agent and structure. The agent’s actions in managing the archives will show the way of the service are given
toward the people. Today is a service times, so, the people will trust the archives institution by looking the officers
serve them. In fact, the agent use it as the competition to get their own ambition, getting the benefit. They use
their own assets to change the structure of the archives service. It is hard to get the people’s trusts because there
is a rivalry among the officers to reach the benefit. Besides, the weakness of the leader in handling it is another
reason why it is hard to get the people’s trusts.
24
Hening Wahyuni
Sejauh ini kajian tentang layanan arsip Studi yang dilakukan Widyarsono ((2002)
banyak dilakukan dalam beberapa tema dengan judul Evaluasi Aksesibilitas Arsip :
yang spesifik dan cenderung menekankan Studi Kasus di Unit Layanan Informasi
pada aspek teknis seperti kapasitas layanan Arsip Nasional Republik Indonesia cukup
yang tersedia, kendala dalam hal akses, menarik untuk disimak. Studi ini bertujuan
belum sempurnanya alat bantu, terbatasnya untuk mengetahui bagaimana khazanah
sumber daya manusia, kualitas sumber daya arsip digunakan oleh pengguna dan
manusia, kinerja yang belum optimal dan bagaimana pengguna melakukan akses
lain-lain Jarang sekali penelitian yang terhadap bahan-bahan kearsipan serta
melihat penyediaan layanan arsip memiliki kendala apa saja yang dialami oleh
hubungan dengan isu-isu sosial. pengguna dalam mengakses arsip. Hasilnya
adalah pemanfaatan arsip belum optimal,
hal ini terlihat dari jumlah rata-rata peneliti
25
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
per hari sekitar 7 – 8 orang. Sementara ANM dalam jam layanan dan proses
kapasitas layanan yang tersedia sekitar 10 – registrasi dan identifikasi pemakai.
15 peneliti per hari. Masalah lainnya adalah
kendala dalam hal akses terhadap informasi Gagasan bahwa suatu organisasi
arsip, sebagai akibat belum adanya dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya
ketegasan dalam peraturan dan ketetapan pada umumnya dapat diterima, tetapi
hukum, belum sempurnanya alat bantu penelitian yang selama ini dilakukan
kembali serta terbatasnya sumber daya cenderung mengabaikan latar belakang
layanan yang ada. sosial yang dapat mempengaruhi pemberian
layanan.
Studi tentang perbandingan layanan
kearsipan yang dilakukan di Indonesia Selama ini layanan dikonseptualisasikan
dengan negara lain juga pernah dilakukan sebagai hubungan dengan pengguna, dan
Umar (2005) dalam Perbandingan Layanan telah dipelajari dari perspektif pengguna
Rujukan Kearsipan antara ANRI dan untuk mengidentifikasi persepsi mereka,
ARKIB Negara Malaysia. Masalah utama harapan mereka dan evaluasi terhadap
yang dibahas dalam penelitian ini adalah layanan kearsipan seperti penelitian-
kegiatan layanan rujukan kearsipan di penelitian yang telah dilakukan selama ini.
bidang layanan arsip ANRI di Jakarta dan Sebuah penekanan yang kuat telah
masalah yang sama di bagian akses Arkib dimasukkan baru-baru ini untuk mengukur
Negara Malaysia sebagai pembanding. Hasil kualitas layanan dari perspektif pengguna
penelitian menunjukkan bahwa ANRI untuk mengidentifikasi persepsi tentang jasa
belum memiliki peraturan pelaksanaan yang layanan secara umum dan persepsi tentang
terkait dengan layanan rujukan, secara layanan kearsipan khususnya. Layanan juga
kuantitas ANM memiliki petugas layanan mengacu untuk berbagai kegiatan yang
rujukan kearsipan lebih banyak dari ANRI. ditujukan untuk membantu pengguna
Demikian pula secara kualitas ANM mencari informasi seperti layanan referensi
memiliki lebih banyak petugas profesional atau rujukan.
kearsipan yang bertugas di bagian layanan,
sementara itu secara peraturan akses di Masalah yang dihadapi oleh staf bidang
ANRI dan ANM adalah sama, arsip dapat kearsipan dalam memberikan layanan
diakses oleh pemakai kecuali arsip rahasia,, diperiksa sebagai suatu hal yang terkait
kondisi rapuh dan dapat mengganggu dengan kondisi sosial dimana pelayanan
keamanan negara. berlangsung. Penyediaan layanan arsip
adalah suatu arena di mana aturan dan
Perbedaannya ANRI memberikan ketentuan sumber daya yang digunakan oleh individu
arsip tdak dapat diakses apabila belum ada atas dasar makna yang mereka kembangkan
sarana temu kembalinya, ketentuan ini tidak untuk memahami lingkungan di mana
ada di ANM dan ANM menetapkan arsip mereka bekerja.
dapat diakses apabila sudah melebihi 25
tahun. Ketentuan arsip dapat diakses setelah Bourdieu mengembangkan teori praktik
25 tahun ini tidak ada di ANRI, peraturan yang kompleks dan penjelasan yang luas
penggunaan juga berbeda antara ANRI dan tentang reproduksi struktur sosial. Dia
berpendapat bahwa tatanan sosial
26
Hening Wahyuni
27
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
tentang pelaksanaan kegiatan sesuai fungsi- kualitas hidup yang lebih baik selain
fungsi dan tugas unit kerja suatu instansi, memberikan kebanggaan dan kehormatan
seperti yang dimaksudkan Walne, hal itu kepada generasi penerusnya, serta
membuktikan bahwa arsip merupakan kebanggan bangsa dalam pergaulan
bagian dari memori kolektif bangsa yang internasional.
berawal dari memori organisasi tentang
bagaimana organisasi itu didirikan, Fungsi kultural juga menyangkut
dijalankan dan dikembangkan. pemenuhan kebutuhan rakyat pada
umumnya, terutama mengenai kejelasan hak
Secara umum arsip disimpan, dilestarikan, dan kewajiban rakyat terhadap negara.
diolah dan didayagunakan untuk memenuhi Penyelenggaraan negara dilaksanakan dan
fungsi kultural dalam rangka kehidupan menjadi tanggung jawab kolektif, sehingga
kebangsaan tanpa melepaskan arsip dari di dalamnya terdapat hak dan kewajiban
ikatan provenance dan original order. individu perseorangan atau organisasi. Arsip
Pengaturan arsip didasarkan pada prinsip- memberikan bukti-bukti otentik mengenai
prinsip asal-usul atau provenance yakni kejelasan hak dan kewajiban rakyat terhadap
pengaturan arsip sesuai dengan asal-usul negara dan sebaliknya kewajiban negara
organisasi penciptanya dan prinsip aturan kepada rakyatnya. Azmi (2010,p.3)
asli atau original order yakni pengaturan
arsip berdasarkan sistem aturan asli yang Layanan arsip mencakup lima kegiatan yaitu
digunakan saat arsip tersebut diciptakan. pemberian informasi tentang lembaga dan
arsipnya, pemberian informasi dari arsip,
Dalam rangka fungsi kultural, pengaturan penyediaan arsip, penyediaan kopi arsip,
arsip dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan peminjaman arsip. Sedang Mc Causland
layanan kesejarahan, layanan penelitian dan (1993, p. 273) menyatakan bahwa kegiatan
layanan publik, Layanan kesejarahan, yang bisa dilakukan dalam layanan arsip
dilakukan untuk memberi bukti-bukti bukan hanya membantu pengguna dalam
otentik mengenai keberadaan dan peran layanan fisik arsip dan informasi saja, tetapi
instansi pencipta arsip selengkap mungkin juga menciptakan lingkungan yang
dalam penyelenggaraan kehidupan menyenangkan untuk penelitian, menjawab
kebangsaan sehingga generasi mendatang permintaan surat dan telepon, dan
dapat mengenali bagaimana pendahulunya menyediakan buku-buku atau jurnal untuk
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan memfasilitasi penelitian.
negaranya. Dengan demikan arsip dapat
menjadi bukti otentik dan terpercaya sebagai Pugh (1992, p. 3) memberikan pengertian
bukti sejarah dan sekaligus berfungsi yang lebih teknis dan singkat bahwa
sebagai memori kolektif yang menjadi kegiatan yang dilakukan dalam layanan
simpul-simpul pemersatu bangsa. arsip adalah membantu para pengguna
dalam penggunaan bahan-bahan kearsipan
Layanan keilmuan, merupakan bagian dan mencari informasi yang mereka
penting dari fungsi kultural arsip. Arsip butuhkan. Pendapat ini menekankan kepada
yang berisi informasi tentang prestasi arsiparis agar tidak sekedar memberikan
intelektual akan menjadi bahan kajian dalam layanan informasi dan fisik semata tetapi
rangka pengembangan wawasan dan juga peran aktif mereka dalam membantu
28
Hening Wahyuni
para pengguna dalam memahami bagaimana untuk menjamin keselamatan arsip sebagai
menggunakan bahan kearsipan yang ada dan pertanggungjawaban nasional bagi
menemukan informasi sesuai kebutuhan kehidupan bermsayarakat, berbangsa dan
mereka. bernegara.
Dijelaskan pula bahwa kegiatan yang bisa Praktik Sosial dalam Layanan Arsip
dilakukan di ruang layanan mencakup Praktik secara umum dikenal sebagai bentuk
pemberian informasi tentang tempat pelaksanaan dari aturan. Layanan publik di
penyimpanan, informasi tentang koleksi, Indonesia rentan dari praktik
informasi dari koleksi, informasi tentang maladministrasi yaitu perilaku atau
pencipta arsip, rujukan ke tempat perbuatan melawan hukum, melampaui
penyimpanan atau sumber-sumber lain, kewenangan, menggunakan wewenang
informasi tentang copyright,privacy, untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan
kerahasiaan, kebebasan informasi, dan wewenang tersebut. Semua itu bisa terjadi
peraturan relevan lainnya, instruksi karena pelaksanaan aturan itu adalah
penggunaan arsip dan proses penelitian, manusia. Manusia merupakan makhluk
akses koleksi secara fisik, penggandaan sosial dalam suatu kehidupan sosial.
koleksi, peminjaman koleksi. Pugh Bourdieu memperlakukan kehidupan sosial
(1992,p.6) sebagai suatu interaksi struktur, disposisi
(kecenderungan) dan tindakan yang saling
Layanan arsip sangat terkait dengan mempengaruhi.
pengelolaan arsip. Pengelolaan arsip di
dalam suatu lembaga kearsipan menjadi Praktik sosial tidak didikte secara langsung
penting karena lembaga kearsipan memiliki oleh struktur dan orientasi-orientasi budaya
fungsi menyimpan, memelihara, seperti di dalam studi perilaku pada
menyelamatkan dan mengaktualisasikan umumnya, tetapi lebih merupakan hasil dari
kembali arsip kepada publik atau proses improvisasi yang kemudian
masyarakat. Peran strategis di dalam distrukturkan oleh orientasi budaya, sejarah
pengelolaan arsip adalah berbanding lurus perseorangan dan kemampuan untuk
dengan keberhasilan suatu lembaga berperan di dalam interaksi sosial. Struktur
kearsipan sebagai wali arsip dalam sosial dan pengetahuan tentang struktur itu
meningkatkan akses dan mutu layanan arsip menghasilkan orientasi yang ajeg bagi
kepada publik. tindakan yang kemudian sebaliknya ikut
memberi bentuk bagi struktur sosial. Secara
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 reflektif dibentuk dan membentuk praktik
tentang Kearsipan Pasal 1 Ketetntuan sosial. Widjojo (2003,p.40)
Umum butir 26 mendefinisikan pengelolaan
arsip statis ebagai proses pengendalian arsip Kenyataan sosial atau praktik sosial dengan
statis secara efisien, efektif dan sistematis singkat dirumuskan oleh Bourdieu sebagai
meliputi akuisisi, pengolahan, preservasi, hasil dinamika dialektis yang
pemanfaatan, pendayagunaan dan mengindikasikan bahwa praktik sosial
pelayanan publik dalam suatu sistem memilik dua dimensi. Dimensi pertama
kearsipan nasional. Pengelolaan arsip statis adalah internalisasi segala sesuatu yang
ini dilaksanakan oleh lembaga kearsipan dialami dan diamati dari luar pelaku (agen),
29
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
dimensi kedua adalah pengungkapan dari cara orang membangun realitas sosial
segala sesuatu yang telah terinternalisasi dan dengan memberi label orientasi teoritisnya
menjadi bagian dari diri pelaku. Widjojo sebagai strukturalisme genetik. Ia
(2003,p.41) mendefinisikan strukturalisme genetik
dengan cara sebagai berikut :
Manusia bertindak sesuai dengan
pemaknaan yang ada dalam dirinya atas Analisis struktur objektif tak dapat
aturan yang menjadi landasan kegiatan dipisahkan dari analisis asal-usul
mereka. Perulangan ruang dan waktu struktur mental individual yang hingga
membuat tindakan-tindakan menjadi suatu taraf tertentu merupakan produk
pembiasan dan pembenaran dari penggabungan struktur sosial. Juga tak
pelaksanaan aturan yang ada. Contohnya dapat dipisahkan dari analisis asal-usul
praktik jam karet, pungli maupun praktik struktur sosial itu sendiri, ruang sosial
korupsi di pemerintahan. dan kelompok yang menempatiya adalah
produk dari perjuangan historis (di mana
Layanan arsip merupakan ujung tombak dari agen berpartisipasi sesuai dengan posisi
suatu institusi publik. Apabila layanan suatu mereka di dalam ruang sosial dan sesuai
institusi berjalan dengan baik maka baik dengan struktur mental yang
pula pengelolaan kearsipan di dalam menyebabkan agen dapat memahami
lembaga kearsipan tersebut. Begitu pula ruang sosial ini. Ritzer (2011,p.519)
sebaliknya. Sadar atau tidak, kegiatan
layanan arsip membentuk struktur yang Melalui definisi tersebut Bourdieu berusaha
berlaku umum di Indonesia. Struktur ini menyatukan dimensi dualitas pelaku (agen)
menjadi pedoman tindakan-tindakan dan struktur. Oleh karena itu pendekatannya
individu dalam kegiatan layanan arsip. disebut strukturalisme genetik yakni analisis
Praktik layanan arsip dapat mendorong atau struktur-struktur objektif yang tidak dapat
menghambat kegiatan layanan di dalam dipisahkan dari analisis asal-usul struktur
tujuan untuk memuaskan para penggunanya. mental dalam individu-individu biologis
Mengidentifikasi dan memahami hubungan yang sebagian merupakan produk penyatuan
individu dan struktur dapat memperjelas struktur-struktur sosial dan analisis asal-usul
faktor mikro yang mendukung atau struktur sosial itu sendiri.
menghambat layanan arsip sehingga dapat
menentukan langkah antisipasi sedini Bourdieu memperoleh pemahaman tentang
mungkin. masyarakat sebagai penjumlahan hubungan-
hubungan sosial yang eksis dalam dunia
Agen dan Struktur dalam Strukturalisme sosial yaitu hubungan-hubungan yang
Genetik bukan hanya terdiri atas interaksi antara
Bourdieu memusatkan perhatian pada agen-agen atau ikatan intersubyektif antara
praktik yang dilihat sebagai hasil hubungan individu-individu namun juga hubungan-
dialektika antara struktur dan keagenan. hubungan obyektif yang eksis secara
Praktik tak ditentukan secara objektif dan independen dari kesadaran dan kehendak
bukan hasil kemauan bebas.Bourdieu individual.
menggambarkan perhatiannya terhadap
hubungan dialektika antara struktural dan
30
Hening Wahyuni
Hubungan itu berlandaskan pada bentuk dan subjektif (sering disebut dengan agensi),
kondisi-kondisi produksi ekonomi dan bukan lagi sebagai dua hal yang
kebutuhan untuk secara dialektis bertentangan melainkan saling berhubungan
mengembangkan teori sosial dari praktik dan tak terpisahkan, Haryatmoko (2003,p.
sosial. Dalam teorinya Bourdieu 9). Penyatuan kedua unsur tersebut struktur
menyatakan bahwa struktur tindakan itu dan agensi mampu mengatasi dikotomi
sendiri dan keduanya dapat saling antara individu-masyarakat, agen-struktur
dipertukarkan. Negosiasi di dalam budaya dan kebebasan-determinisme, bahkan juga
berasal dari kesadaran habitus, dan pada mampu membongkar strategi dominasi
tingkatan individu. Habitus juga berarti sekaligus menunjukkan letak ketidakadilan
sistem perilaku dan disposisi yang relatif dan ketidaksetaraan.
permanen dan berpindah dari satu objek ke
objek lainnya secara simultan dalam Proses dialektik antara agen dan struktur
mengintegrasikan antara seluruh itulah yang oleh Bourdieu disebut praktik.
pengalaman sebelumnya. Dialektik terjadi ketika internalisasi yang
eksternal dan eksternalisasi yang internal
Teori Pierre Bourdieu digerakkan oleh menjadi suatu jalinan proses yang terus
keinginan untuk mengatasi apa yang berjalan. Setiap individu lahir dan hidup
disebutkan sebagai oposisi palsu antara dalam suatu lingkungan yang gegap gempita
objektivisme dengan subyektivisme atau hal dengan berbungkus fenomena, suatu kondisi
yang disebutnya sebagai oposisi absurd eksternal yang tak mungkin terhindarkan.
antara individu dengan masyarakat. Untuk Dalam kondisi seperti itulah agen
mengatasi dilema subjektif-objektivis, dipengaruhi dibentuk dan mewujudkan
Bourdieu memusatkan perhatiannya pada aktivitas tertentu. Sementara pada saat yang
praktik yang dilihatnya sebagai akibat dari sama agen tak selalu diam dalam pengaruh
hubungan dialektis antara struktur dan dari yang eksternal itu. Agen selalu
agensi. Praktik tidak ditentukan secara merespon dan mengkonstruksi yang
objektif dan bukan pula merupakan produk eksternal itu menjadi sesuatu yang lebih
dari kehendak bebas. Melakukan refleksi produktif.
atas minatnya pada dialektika antara struktur
dengan cara mengkonstruksi realitas sosial. Proses dialektis antara agen dan struktur
diperantarai oleh suatu mediator yang
Inti karya Bourdieu dan inti upayanya untuk populer dengan sebutan habitus. Suatu
menjembatani subjektivisme dan sistem disposisi yang berulang, struktur
objektivisme terletak dalam konsepnya yang dibentuk dan membentuk sebagai
tentang habitus dan lingkungan serta prinsip penggerak dan pengatur praktik
hubungan dialektik antara keduanya. hidup representasi, dapat disesuaikan
Sementara habitus ada di dalam pikiran dengan tujuan meskipun tujuan tersebut
aktor, lingkungan ada diluar pikiran aktor. tidak harus diandaikan secara sadar terlebih
Ritzer (2011,p.522). dahulu, secara objektif diatur tetapi tidak
harus sepenuhnya patuh pada peraturan-
Realitas Sosial dalam Layanan Arsip peraturan.
Bourdieu hadir untuk mendamaikan
ketegangan antara struktur dan tindakan
31
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
32
Hening Wahyuni
kemampuan menampilkan diri di depan Koleksi arsip yang dimiliki oleh BPAD
publik, pemilikan benda-benda budaya Provinsi DKI Jakarta dilayankan kepada
bernilai tinggi, pengetahuan dan keahlian mayarakat sesuai dengan persyaratan yang
tertentu dari hasil pendidikan, juga sertifikat berlaku. Tujuan dari layanan arsip agar arsip
(gelar kesarjanaan), (3) modal sosial yang dirawat dan dipelihara oleh lembaga
menunjuk pada jaringan sosial yang dimiliki kearsipan dapat ditemukan kembali dan
pelaku (individu atau kelompok) dalam dapat memberikan manfaat kepada
hubungan dengan pihak lain yang memiliki masyarakat, pemerintah, instansi, peneliti
kuasa, dan (4) modal simbolik, mencakup maupun pengguna arsip.
segala bentuk prestise, status, otoritas dan
legitimasi. Mekanisme layanan arsip di BPAD Provinsi
DKI Jakarta dilakukan berdasarkan
Layanan Arsip di BPAD Provinsi DKI Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2010
Jakarta tentang Prosedur Pelayanan Kearsipan.
Pengelolaan arsip pada lembaga kearsipan Peraturan ini menetapkan bahwa ruang
merupakan suatu hal yang penting. lingkup layanan arsip meliputi penataan,
Keberhasilan suatu lembaga kearsipan tidak peminjaman/penggandaan, penitipan dan
hanya diukur dari keberhasilan penyimpanan, perawatan alih media, akses
mengakuisisi (mengumpulkan), menyimpan multi media dan konsultansi/asistensi. Dari
dan melestarikan arsip. Lembaga kearsipan seluruh layanan arsip tersebut yang sudah
dapat dianggap berhasil apabila mampu dilaksanakan adalah penataan,
meningkatkan akses dan mutu layanan arsip konsultansi/asistensi dan
kepada masyarakat dengan tingkat peminjaman/penggandaan.
otentisitas dan reliabilitas yang tinggi tanpa
mengabaikan ketentuan perundangan yang Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
berlaku. membutuhkan layanan arsip di BPAD
Provinsi DKI Jakarta antara lain Biro
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Umum, Biro Hukum, Dinas Pengawasan
yang berada di lingkungan Pemerintah dan Penertiban Bangunan (P2B), Badan
Daerah Provinsi DKI Jakarta wajib Kepegawaian Daerah (BKD), PAM Jaya,
menyerahkan arsip ke BPAD Provinsi DKI Dinas Pajak, Kecamatan Pasar Minggu dan
Jakarta. Kegiatan ini disebut dengan lain-lain.
akuisisi. Akuisisi merupakan sebuah
kegiatan dalam rangka pengembangan Layanan arsip juga ditujukan kepada
jumlah koleksi arsip yang dilakukan oleh anggota masyarakat, organisasi dan badan
lembaga kearsipan. Pelaksanaannya bisa hukum di luar perangkat daerah. Pada
berupa penerimaan, baik itu penyerahan umumnya mereka yang membutuhkan
ataupun penarikan arsip layanan arsip meliputi peminjaman dan
instansi/lembaga/perorangan. Pada penggandaan. Karena pada prinsipnya arsip
prosesnya secara umum akuisisi dapat yang asli itu tidak bisa keluar dari BPAD
dilakukan melalui donasi (sumbangan), Provinsi DKI Jakarta. Tetapi hal itu tetap
transfer (pemindahan) atau pembelian. Reed dimungkinkan bila diperlukan. Misalnya
(1993,p.137) untuk pembuktian di pengadilan dan arsip
yang keluar dari BPAD Provinsi DKI
33
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
Jakarta itu harus dikawal, supaya tidak terus menerus dan sulit untuk diubah kecuali
hilang. Satuan Kerja Perangkat Daerah melalui ketegasan pimpinan dan pemberian
(SKPD) yang membutuhkan arsip untuk sangsi.
pembuktian di pengadilan biasanya adalah
Biro Hukum. Strukturalisme Genetik dalam Layanan
Arsip
Masyarakat yang membutuhkan arsip Strukturalisme Genetik merupakan konsep
misalnya IMB, pada umumnya berasal dari dari Bourdieu yaitu merupakan analisis
perorangan, yaitu seseorang yang ingin struktur objektif yang tidak dapat dipisahkan
melakukan renovasi atau penambahan lantai dari analisis asal-usul mental dalam
dari bangunan miliknya. Selain itu individu-individu biologis yang sebagian
pembuatan reklame yang dilakukan di atas merupakan penyatuan struktur sosial dan
gedung juga membutuhkan IMB, analisis asal-usul struktur sosial itu sendiri.
pembuatan toren air, pemasangan menara, (Ritzer,2011,p.519)
pendirian pom bensin, pembuatan pagar,
dan sumur resapan Begitu juga bagi mereka Dalam teorinya Bourdieu menyatakan
yang ingin mendapatkan pinjaman di bank bahwa struktur tindakan itu sendiri dan
dan harus memberikan jaminan asset yang keduanya dapat saling dipertukarkan.
dimilikinya , memerlukan IMB. Negosiasi di dalam budaya berasal dari
kesadaran habitus dan pada tingkatan
Petugas layanan arsip yang bertugas di individu. Habitus juga berarti sistem
BPAD Provinsi DKI Jakarta, adalah perilaku dan disposisi yang relatif permanen
seseorang yang sudah cukup lama bertugas dan berpindah dari satu objek ke objek
di tempat tersebut. Seperti instansi lainnya secara simultan dalam
pemerintah lainnya, pada umumnya mengintegrasikan antara seluruh
seseorang yang ditempatkan di suatu posisi pengalaman sebelumnya.
tertentu merupakan orang yang memang
sudah lama berkecimpung di bidang Layanan arsip di BPAD Provinsi DKI
tersebut. Dengan asumsi bahwa seseorang Jakarta sudah dilakukan sejak lama. Mulai
yang lama menangani suatu bidang tertentu dari terbentuknya Kantor Arsip Daerah.
cukup lama, dianggap sangat menguasai, Layanan arsip merupakan suatu praktik
daripada menempatkan orang baru yang yang terus menerus dilakukan, walaupun
membutuhkan waktu untuk mempelajari. petugas layanan arsip itu berganti-ganti.
Hal seperti inilah yang pada umumnya Dalam kenyataannya bagaimana praktik
terjadi di instansi pemerintah. layanan arsip itu dilakukan oleh
pendahulunya maka hal semacam itulah
Faktanya yang terjadi di lapangan, yang terus dilanjutkan.
seseorang yang ditempatkan di suatu bidang
tertentu selama bertahun tahun rawan Walaupun layanan arsip memiliki
terhadap penyelewengan dan seperangkat aturan mengenai prosedur
penyalahgunaan wewenang. Praktik layanan pelayanan kearsipan. Dimana aturan
arsip yang telah diterapkan selama bertahun- tersebut didokumentasikan dalam bentuk
tahun di BPAD DKI Jakarta membentuk Surat Peraturan Gubernur Provinsi DKI
pola yang selanjutnya diterapkan secara Jakarta Nomor 99 Tahun 2010. Tetapi dalam
34
Hening Wahyuni
praktiknya belum tentu kondisi itu yang Agen sangat memahami, bahwa mereka
diterapkan yang membutuhkan arsip tidak akan segan-
segan untuk memberikan imbalan uang.
Seperti disebutkan dalam teori Bourdieu, Untuk itu mereka memanfaatkan kondisi
proses dialektik antara agen dan struktur itu tersebut baik secara langsung maupun tidak,
disebut dengan praktik. Dialektik terjadi antara lain dengan cara mengulur-ngulur
ketika internalisasi yang eksternal dan waktu pencarian ataupun secara terang-
eksternalisasi yang internal menjadi suatu terangan meminta imbalan apabila IMB itu
jalinan proses yang terus berjalan. Setiap dibutuhkan segera. Mengetahui bahwa
individu lahir dan hidup dalam suatu posisi di dalam layanan arsip sangat
lingkungan yang gegap gempita dengan strategis dalam arti mampu memberikan
berbungkus fenomena. Suatu kondisi penghasilan lebih, maka petugas layanan
eksternal yang tak mungkin terhindarkan. arsip menempuh segala cara untuk
Dalam kondisi seperti itulah agen mempertahankan posisinya.
dipengaruhi dibentuk dan mewujudkan
aktivitas tertentu. Sementara pada saat yang Strategi Mempertahankan Kekuasaan
sama agen tak selalu diam dalam pengaruh Bourdieu menjelaskan kekuasaan sebagai
dari yang eksternal itu. Agen selalu perjuangan setiap agen untuk mendapatkan
merespon dan mengkonstruksi yang modal dalam sebuah ranah tertentu.
eksternal itu menjadi sesuatu yang lebih Kekuasaan selalu berada dan beroperasi
produktif.. dalam suatu ranah tertentu. Ranah
merupakan konsep Bourdieu dalam
Kenyataannya memang yang terjadi adalah menjelaskan kekuasaan agen yang terlibat di
agen melanjutkan praktik layanan arsip yang dalamnya. Ranah dipahami Bourdieu
memang sudah dilakukan oleh agen sebagai arena sosial yang di dalamnya
sebelumnya dan bukan menjalani struktur terdapat perjuangan untuk memperebutkan
yang ada. Terlihat jelas dalam struktur sumber pertaruhan dengan akses terbatas.
layanan arsip. Struktur dalam kehidupan Misalnya kemampuan intelektual,
masyarakat sebagai sesuatu yang tidak lepas kekuasaan, prestise, kelas sosial dan
dari tindakan manusia yang berada di sebagainya. Hidayat (2011,p.137)
dlamnya. Sudah disusun struktur
sedemikian rupa, tetapi kenyataannya sama Agen menggunakan berbagai cara untuk
sekali tidak berpengaruh. Karena yang mempertahankan kekuasaan. Kekuasaan
memegang kendali adalah pelaku atau yang diberikan oleh pimpinan yaitu dalam
manusia sebagai agen yang memiliki bentuk kepercayaan kepada agen untuk
kepentingan. Pandangan yang melihat melayani mereka yang membutuhkan arsip,
manusia sebagai robot atau dungu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
sesungguhnya kurang tepat. Karena pelaku agen. Perintah pimpinan selalu dilaksanakan
atau manusia ini justru yang memegang dengan penuh tanggung jawab berdasarkan
peranan dalam membentuk bagaimana kepentingan pribadi.
praktik layanan arsip di BPAD Provinsi DKI
Jakarta. Pembahasan ini juga memberi pengayaan
terhadap konsep ranah/arena dari Bourdieu.
Arena oleh Bourdieu selalu dilihat sebagai
35
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
ajang pertarungan kekuatan dimana pelaku dalam satu bidang tersebut. Bersikap ramah
berusaha mempertahankan atau mengubah dan senang mentraktir adalah salah contoh
distribusi bentuk modal tertentu yang tak strategi yang dilakukan. Hal lainnya adalah
terlepas dari strategi. Pemahaman arena tidak segan membantu teman yang sedang
seperti ini sangat kuat memberi kesan bahwa kesusahan, misalnya dengan cara
dalam suatu ruang sosial yang ada, arena meminjamkan uang. Sering mendengarkan
hanya menjadi suatu pertarungan semata. keluh kesah sesama karyawan memberikan
Penelitian menunjukkan bahwa selain nasehat, masukan ataupun saran,
berada dalam pertarungan di kalangan menjadikan agen tersebut dianggap sebagai
pelaku layanan arsip ada solidaritas untuk pimpinan oleh kelompok tersebut.
hal-hal tertentu. Terutama sebagai
kelompok yang termarginalkan, terutama Agen tidak saja bersikap baik dan ramah
sejak penggabungan arsip dan perpustakaan. terhadap sesama staf, tetapi juga kepada
Layanan arsip menjadi arena dimana di petugas kebersihan, penjaga keamanan,
dalamnya ada distribusi modal yang tak bahkan juga kepada penjaga kantin.
lepas dari strategi. Sehingga agen dikenal baik tidak hanya oleh
atasan tetapi juga sampai ke mereka di level
Berbagai cara dilakukan oleh agen untuk bawah, yang pada umumnya tidak terlalu
mempertahankan posisi. Mulai dari diperhatikan oleh mereka yang berada pada
melakukan pendekatan kepada pimpinan, level pimpinan.
seperti membelikan pulsa ataupun
memberikan hadiah kepada pimpinan, Bisa dikatakan bahwa agen tersebut berhasil
melakukan tugas yang diberikan pimpinan mempengaruhi orang-orang yang berada di
secara cepat dalam melakukan pencarian sekelilingnya untuk mengakui kredibilitas
arsip, sehingga di mata pimpinan agen dan kompetensi yang dimilikinya.
tersebut dianggap satu-satunya orang yang Pengalaman bekerja selama bertahun-tahun
paling kompeten dalam melakukan memang menjadikan agen mampu
pencarian arsip. melakukan pencarian arsip secara cepat dan
pimpinan beranggapan hal tersebut tidak
Selain itu , kemampuan agen dalam mungkn dilakukan oleh orang lain. Pada
menghadapi wartawan atau Lembaga akhirnya pimpinan beranggapan bahwa
Swadaya Masyarakat (LSM), sangat hanya dia yang mampu melakukan
membantu pimpinan yang kerap dikejar- pencarian arsip, sehingga selama bertahun-
kejar oleh wartawan atau LSM. Dalam hal tahun posisinya di layanan arsip tidak
ini modal sosial agen yang banyak pernah bergeser.
berkecimpung dengan wartawan maupun
LSM di instansi sebelumnya agen bekerja, Kekuasaan yang diberikan pimpinan untuk
sangat membantu agen di layanan arsip yang bertugas di layanan arsip, dimanfaatkan
sering didatangi oleh wartawan atau LSM dengan sebaik-baiknya oleh agen untuk
yan sering berpura-pura mencari arsip. kepentingan pribadi. Sehingga nama agen
tersebut pun menjadi terkenal di kalangan
Selain kepada pimpinan, strategi lain yang mereka yang ingin mencari arsip. Bahkan
dilakukan adalah melakukan pendekatan lebih dikenal daripada kepala instansi itu
pribadi kepada karyawan lain yang berada sendiri.
36
Hening Wahyuni
Tentunya tidak mudah untuk mengubah agen, adalah orang yang berkecimpung di
praktik layanan arsip yang sudah berjalan suatu bidang selama puluhan tahun. Berada
selama bertahun-tahun, tetapi bukan berarti dalam satu bidang dalam jangka waktu
tidak ada cara untuk mengubahnya. Perlu puluhan tahun tentu tidak lepas dari peran
usaha keras terutama dari pimpinan untuk pimpinan yang tetap mempertahankannya,
mengubahnya. ataupun bisa juga disebabkan oleh
kurangnya keberanian dan ketegasan dari
Lemahnya Jajaran Birokrasi pimpinan
Peran dan fungsi birokrasi di Indonesia pada
dasarnya menjalankan pelayanan publik Kesimpulan
serta program pembangunan yang bertujuan Petugas layanan arsip di BPAD Provinsi
mencapai kesejahteraan masyarakat. Peran DKI Jakarta sebagaimana diperlihatkan
tersebut terlaksana berkat aturan yang dalam penelitian ini mengalami negosiasi
mengikat setiap jajaran, sehingga karyawan secara terus menerus dengan berbagai pihak.
akan selalu bekerja sesuai aturan tersebut. Keberadaan petugas yang bekerja di dalam
Aturan yang mengikat birokrasi pada layanan arsip tidak merepresentasikan
dasarnya bertujuan agar tidak terjadi kepentingan negara dalam mengatur
penyimpangan dalam proses pelayanan dan masyarakat yaitu dalam hal ini memberikan
menjaga keteraturan pemerintahan. Aturan pelayanan. Para petugas layanan arsip
ini juga membantu masyarakat untuk bertindak menurut kepentingannya masing-
mendapatkan pelayanan yang baik karena masing. Oleh karena itu, keberadaan sederet
mengetahui prosedur birokrasi sehingga peraturan baik itu hukum, kebijakan,
akses masyarakat terhadap birokrasi dapat petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan yang
terjalin sesuai dengan harapan. pada dasarnya menjadi titik sentral yang
harus dipatuhi, justru mengalami tentangan-
Namun dalam pelaksanaan birokrasi di tentangan.
lapangan bukan tanpa kendala, salah
satunya adalah potret birokrasi yang sangat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kental dengan budaya feodal dan dilakukan ada beberapa hal-hal menarik
terkontaminasi oleh budaya kolonialisme yaitu, petugas layanan arsip dalam kajian ini
yang korup. Budaya feodal menyebabkan diposisikan sebagai agen, merupakan sosok
muncul paham kebapakan di jajaran atau entitas aktif-kreatif yang sadar akan
birokrasi yang menyebabkan hilangnya posisinya sebagai pegawai yang di satu sisi
profesionalitas birokrat. Lemahnya jajaran harus bekerja menurut berbagai mekanisme
birokrasi menjadi celah bagi agen untuk dan aturan yang berlaku, tetapi di sisi lain
masuk dan mempengaruhi pimpinan. juga sadar bahwa posisinya sebagai pegawai
memungkinkan mereka untuk bertindak
Permasalahan tersebut menjadi masalah melampaui ataupun bertolak belakang
akut di era saat ini. Muncul pragmatisme dengan berbagai mekanisme dan aturan
jajaran birokrasi dalam menjalankan roda yang ada tersebut.
pelayanan, akhirnya muncul agen sebagai
akibat dari pragmatisme kekuasaan. Kenyataan tersebut menunjukkan adanya
Munculnya agen ini tentunya tidak terlepas suatu kondisi dimana posisi agen dan
dari peran pimpinan. Mereka yang menjadi struktur merupakan dua hal yang selalu
37
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
38
Hening Wahyuni
39
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog
Moh. Safii
e-mail: moh.safii@um.ac.id
Abstrak
Gelombang perubahan teknologi dalam dunia perpustakaan tidak dapat dielakkan lagi.Ketika Michael Casey
mencetuskan konsep Library 2.0 pada tahun 2005, sejak itu perpustakaan berduyun-duyun untuk mengadopsi
konsep tersebut.Penelitian di luar negeri tentang konsep Library 2.0 sudah berkembang pesat berbeda dengan di
Indonesia yang masih berkutat pada ranah persepsi. Penelitian Library 2.0 yang bersifat teknis akan memberikan
warna yang berbeda bagi pustakawan setidaknya dari segi manfaat akan cepat untuk diterapkan. Penelitian ini
akan menjabarkan fitur-fitur dari OPAC 2.0 yang dijadikan sebagai Next Generation Library Catalog, dengan
mengutamakan kebutuhan pengguna (user centered) serta mengedepankan partisipasi pengguna (user
participation). Contoh dari web yang sudah menerapkan OPAC 2.0 akan dijabarkan pada tulisan ini sehingga
pembaca dengan mudah untuk berfikir ulang sudahkah kita memiliki OPAC 2.0.
Abstract
Wave of technological changing in library world is not inevitable. When Michael Casey sperked the
concept, the library flock to adopt the concept. Research in abroad about the concept of library 2.0 has been
growing rapidly, unlike in Indonesia that still struggling in the realm of perception. Library 2.0 research of
technical nature will give a different color to librarian at least in terms of the benefits will be quick to apply. This
research will describe the features of OPAC 2.0 is used as the Next Generation Library Catalog, by prioritizing
the needs of the user (user centered) and promoting participation of users (user participation). The examples of
web which already apply OPAC 2.0 will be elaborated in this article so that the readers easily to think again about
have we had OPAC 2.0
40
Moh. Safii
41
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog
Dengan pemikiran tersebut, tulisan ini akan Kowalski (2010) menyatakan Sistem Temu
menjabarkan tentang OPAC 2.0 sebagai Kembali Informasi ialah sistem yang
konsep baru penelusuran yang fokus pada memiliki kemampuan untuk menyimpan,
kepentingan pengguna (user centered).Dari menemukan kembali dan melakukan
hasil penelitian ini penulis berharap dapat maintenance terhadap informasi.Informasi
membuka wacana baru pengembangan dalam tema STKI ini bisa berupa text dan
OPAC yang lebih baik.Tulisan ini juga objek multimedia lainnya. Sehingga dapat
sangat bermanfaat tentu bagi pustakawan dikatakan bahwa dalam konsep STKI
atau khususnya staf perpustakaan bagian terdapat sebuah perangkat lunak dan
teknologi informasi (system librarian). pangkalan data sama halnya dengan OPAC
di perpustakaan.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Tujuan dari Information Retrieval ialah
metode studi literaturdengan meneliti hasil- untuk meminimalisir segala kendala ketika
hasil penelitian sebelumnya tentang OPAC pengguna ingin mencari
2.0.Penulis akan menjabarkan fitur-fitur informasi.Kekurangan tersebut wujudnya
OPAC 2.0 yang menjadi jawaban bisa berupa waktu yang dibutuhkan tidak
penelusuran informasi di era Library 2.0 efisien, atau informasi yang disajikan
serta mengambil contoh dari Web yang ternyata tidak akurat.Semua informasi yang
sudah memenuhi kriteria OPAC 2.0 milik tersimpan dalam pangkalan data hendaknya
lebih mudah untuk ditelusur.Menurut Chu
42
Moh. Safii
(2003) ada 5 (lima) fitur OPAC yang harus dengan konsep Library 2.0. Kunci yang
dijadikan prinsip pengembangan OPAC dipegang dengan adanya OPAC 2.0 ialah
lebih lanjut yaitu : teknologi digunakan untuk melayani
a) OPAC berisi informasi bibliografi pengguna dan menjadi media bagi pengguna
b) OPAC harus mendukung format untuk berpartisipasi. OPAC yang semula
MARC hanya merupakan otomasi dari sistem
c) OPAC mendukung pencarian katalog, sekarang sudah lebih canggih lagi
berdasarkan pengarang, judul, kata sebagai jembatan informasi dari apa yang
kunci bebas, Boolean ada di benak pengguna dan segala
d) OPAC mendukung protocol Z39.50 sumberdaya yang dimiliki oleh
sebuah standar untuk temu kembali perpustakaan.
informasi dengan berbagai bentuk
informasi dan bebeda platform, Menurut Chalon, P. X., Di Pretoro, E., &
sehingga pengguna dapat mencari Kohn, L.(2008) OPAC 2.0 memiliki fungsi-
informasi dari perpustakaan yang fungsi seperti dibawah ini :
berbeda. a) Commenting. Pengguna dapat
e) OPAC menyediakan layanan untuk memberikan komentar atau review
pengguna dapat melihat data bibliografi terhadap suatu koleksi bahan pustaka.
berdasarkan titik akses. Misal Komentar ini memang disediakan oleh
disediakan halaman untuk sistem, baik secara anonymous atau
menampilkan data pengarang, dan login terlebih dahulu. Penyediaan
pengguna dapat melihat tulisan dari fasilitas komentar berguna untuk
masing-masing pengarang. Atau juga menjalin ikatan secara virtual dengan
disediakan halaman tersendiri untuk perpustakaan. Pengguna dapat
mengakses koleksi berdasarkan call berinteraksi dengan perpustakaan
number. Bagi pengguna yang mungkin melalui katalog buku yang sedang
belum mengetahui secara spesifik apa dibacanya. Selain membentuk ikatan,
yang dicari, bisa menggunakan layanan komentar dari pengguna juga penting
ini untuk menelusur lebih jauh. untuk membantu pengguna lain dalam
menelusur bahan koleksi.
Setidaknya perpustakaan di Indonesia harus b) Rating. Pengguna diberikan fasilitas
berfikir apakah OPAC yang dimiliki saat ini untuk melakukan penilaian biasanya
sudah sesuai dengan kelimat fitur dasar antara angka 1 sampai 5 menunjukkan
diatas.Belum lagi pada ketika Michael seberapa bagus buku tersebut.
Casey yang mencetuskan ide Library 2.0 Terkadang ketika pengguna sedang
pada tahun 2005.Sejak itulah paradigm mencari suatu tema buku, maka selain
tentang perpustakaan berubah.Dunia dengan membaca komentar atau
perpustakaan lebih terbuka dengan review, rating juga berguna untuk
menggunakan teknologi sebagai alat untuk memastikan seberapa bagus buku
menyebarkan informasi, memberikan tersebut menurut orang lain yang sudah
kemudahan kepada pengguna. Karena pernah membacanya.
Library 2.0 inilah maka muncullah konsep c) Tagging. Pengguna diberikan fasilitas
OPAC 2.0 yang memang meniru dari cara untuk memberikan tag atau kata kunci
pandang pengembangan OPAC lebih lanjut yang mendeskripsikan suatu koleksi.
43
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog
Pemberian tag atau kata kunci tersebut, OPAC yang ada di perpustakaan.
bebas tidak ada aturan tertentu sehingga ‘Pintu’ tersebut mudahnya dikenal
pengguna merasa tidak terbebani pada sebagai API.
satu standar pemberian tag. Semua tag f) Selected Dissemination Information.
yang diberikan user masuk ke dalam Memberi fasilitas pengguna untuk
folksonomy. Sebuah taksonomi yang menerima update sesuai yang
dibuat oleh non professional dan tidak dikehendaki, baik melalui email atau
terkontrol. Penggunaan tag ini akan RSS (Rich Site Summary).OPAC
mempermudah pengguna lainnya menyediakan fitur bagi pengguna jika
apabila subjek yang dimasukkan ada koleksi baru yang sesuai dengan
pustakawan terbatas. Dengan tagging tema atau subjek yang dikehendaki.
pengguna bebas untuk memasukkan Nantinya setiap ada koleksi
kata kunci yang mewakili koleksi dimasukkan ke dalam database,
tersebut, tentu yang tidak tertera pada pengguna akan dikirimi notifikasi
subjek. melalui email, atau juga bisa melalui
d) Book suggestion based on loan.OPAC sindikasi (RSS).
juga dapat memberikan masukan g) Faceted Search. Penataan hasil
kepada pengguna secara otomatis pencarian dikelompokkan berdasarkan
melalui data-data peminjaman kriteria/aspek tertentu.
sebelumnya, misal ketika pengguna h) Spelling Suggestion. Memperbaiki
sedang mencari suatu judul buku, maka ejaan atau menyempurnakan dari kata
dengan mempelajari data-data pinjaman atau huruf yang sedang diketikkan.
sebelumnya, yang subjeknya sama ikut i) Book Suggestion. Menampilkan
ditampilkan dengan tujuan agar dapat rekomendasi buku berdasarkan
memberikan informasi yang lebih pengarang yang sama atau subjek yang
komprehensif. Atau buku yang juga sama.
dipinjam berbarengan dengan buku
yang akan dipinjam saat itu. Dalam Yang, S. Q., & Hofmann, M. A. (2013)
istilah komputer, ini dikenal dengan memberikan pandangan yang berbeda
data mining. tentang OPAC yang dinamainya “Next
e) Mendukung Application Programming Generation Library Catalogs”. Ada 10 fitur
Interface. Menyediakan akses ke OPAC yang ada pada OPAC yang masuk dalam
untuk melakukan serangkaian request kriteria OPAC 2.0 Next Generation Library
baik melalui platform yang sama atau Catalog, yaitu:
berbeda. Sehingga akan memberikan a) Satu pintu untuk mengakses informasi
variasi aplikasi dengan mengakses perpustakaan. Jika perpustakaan
pangkalan data yang sama. Misal memiliki bentuk informasi yang
perpustakaan mengembangkan aplikasi beragam, entah itu buku, jurnal
untuk android, dari segi keamanan tentu tercetak, atau elektronik atau kepingan
beresiko jika aplikasi android langsung VCD, maka OPAC haruslah memiliki
mengakses database perpustakaan. satu akses untuk menuju ke berbagai
Oleh karenanya OPAC perlu dibuatkan media. Pengguna tidak direpotkan
‘pintu’ akses yang aman. Sehingga dengan banyaknya aplikasi yang
aplikasi android dapat berfungsi seperti
44
Moh. Safii
45
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog
OCLC Worldcat
Penulis menggunakan OCLC Worldcat
sebagai contoh web yang sudah
menggunakan OPAC 2.0.Bagian ini penulis Gambar 2.Fitur OPAC 2.0 pada Worldcat
akan menunjukkan fitur-fitur OPAC 2.0 menurut penelitian
melalui analisa tampilan pada website
Worldcat. OCLC (Online Computer Library
Center) ialah lembaga non profit yang
46
Moh. Safii
47
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog
Daftar Pustaka
Barner, K. (2011). The library is a growing
organism: Ranganathan's fifth law of
librar science and the academic library
in the digital era. Library Philosophy
and Practice, 1-9.
Bourne, C. P., & Hahn, T. B. (2003).A
Gambar 6.Katalog yang diperkaya dengan
history of online information services,
daftar isi
1963-1976. Cambridge, Mass: MIT
Press.
Memang akan membutuhkan waktu jika
Camden, B. P. (2008). OPAC - going, going,
ingin memasukkan daftar isi buku ke OPAC.
gone! Technicalities, 28(5), 1-17.
Tetapi manfaat itu akan besar dirasakan
Casey, M. E., & Savastinuk, L. C.
pengguna ketika pencarian berdasarkan
(2007).Library 2.0: A guide to
judul, pengarang dan subjek hanyalah titik
participatory library service. Medford,
awal sebelum pengguna memutuskan untuk
N.J: Information Today.
meminjam buku.Karena diakui atau tidak,
Chalon, P. X., Di Pretoro, E., & Kohn, L.
subjek buku tidak bisa mewakili isi semua
(2008, June). OPAC 2.0: Opportunities,
buku kecuali, pengguna disodorkan pada
development and analysis. In
daftar isi.
Proceedings of the 11th European
48
Moh. Safii
49
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang
e-mail: amalianurmadewi@gmail.com
Abstrak
Artikel ini merupakan hasil analisis terhadap kebutuhan informasi sebuah komunitas tunanetra yang bernama
Pertuni. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap anggota Komunitas
Pertuni serta melakukan kajian terhadap berbagai literatur yang berkaitan dengan kebutuhan informasi.
Berdasarkan dari pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kebutuhan
informasi utama anggota Komunitas Pertuni Semarang berkaitan dengan kebutuhan integrasi sosial, kebutuhan
akan hiburan, serta kebutuhan integrasi personal.
Abstract
This article written based on analyses related to information need in a community named Pertuni. Data collection
was done by making observation and interview with the member of Pertuni Community and also literature studies.
Based on data collection and analyses, it can be concluded that information need of Pertuny Community’s member
related with social integrative need, entertainment need and personal integrative need.
50
Amalia Nurma Dewi
51
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang
kebutuhan informasi yang nyata tetapi tidak Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan
disadari oleh pengguna dan juga kebutuhan dengan penguatan estetis, kesenangan dan
informasi yang tidak terucapkan oleh pengalaman-pengalaman emosional.
pengguna, dan untuk mendapatkan Berbagai media, baik media cetak maupun
pemahaman terhadap kebutuhan informasi media elektronik, sering dijadikan alat untuk
tersebut profesional informasi harus mengejar kesenangan dan hiburan. Orang
memiliki pemahaman mendalam terhadap membeli radio, televisi, menonton film, dan
latar belakang dan karakteristik yang membaca buku-buku bacaan ringan dengan
menyebabkan munculnya keberagaman tujuan untuk mencari hiburan.
kebutuhan informasi penggunanya
(Faibissof dan Ely). Kebutuhan integrasi personal. Kebutuhan
ini sering dikaitkan dengan penguatan
Pemahaman dan analisis mendalam kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan
terhadap faktor-faktor yang menyebabkan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini
munculnya kebutuhan informasi dan jenis berasal dari hasrat seseorang untuk mencari
kebutuhan informasi dari pengguna harga diri. Merupakan gabungan antara
Perpustakaan Pertuni bermanfaat untuk kebutuhan afektif dengan kognitif
merancang desain layanan perpustakaan
yang bisa memenuhi kebutuhan informasi Kebutuhan integrasi sosial (social
penggunanya dan diharapkan bisa integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan
meningkatkan pemanfaatan penggunaan dengan penguatan hubungan dengan
perpustakaan, sehingga tujuan Perpustakaan keluarga, teman, dan orang lain di dunia.
Pertuni sebagai lembaga informasi yang bisa Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang
meningkatkan aksesbilitas informasi dan untuk bergabung atau berkelompok dengan
literasi informasi tunanetra bisa tercapai. orang lain..
52
Amalia Nurma Dewi
dijadikan tempat mereka bertemu, bersama, makan bersama, diskusi, futsal dan
berdiskusi, atau sekedar menghabiskan banyak kegiatan lainnya. Ikatan kelompok
waktu. Lama-kelamaan hubungan antar yang kuat ini, berdampak pada eksklusifitas.
pengguna menjadi semakin dekat sehingga Para anggota mempunyai kepedulian
akhirnya pengguna perpustakaan tentang apa yang terjadi di dalam komunitas
memutuskan untuk membentuk sebuah mereka, tetapi mereka kurang peduli
komunitas, yang disebut sebagai komunitas dengan apa yang terjadi di luar komunitas.
pertuni. Mereka tidak mau tahu tentang kondisi
masyarakat, politik, ekonomi, dampak
Apa yang terjadi dalam komunitas Pertuni ikatan kelompo kini akan di bahas pada
bisa dipahami melalui konsep jaringan bagian analisis.
sosial. Jaringan sosial adalah sebuah konsep
tentang hubungan antara seseorang atau Perasaan ekslusifitas ini sebenarnya timbul
sekelompok orang, hingga menciptakan karena mereka merasa “berbeda” dengan
sebuah ikatan sosial yang didasari oleh orang-orang pada umumnya; mereka merasa
adanya rasa saling tahu, saling rendah diri, lemah, dan harus berhati-hati
menginformasikan, saling mengingatkan, dengan orang “normal”. Mereka merasa
dan saling membantu dalam melaksanakan tidak nyaman untuk berinteraksi dengan
ataupun mengatasi sesuatu. yang orang normal karena khawatir, orang normal
memungkinkan kegiatan dapat berjalan akan melakukan hal yang merugikan para
secara efisien dan efektif (Lawang, 2005). tunanetra ini. Selain itu di lingkungan
sekitar, mereka acap kali menerima
Komunitas Pertuni merupakan aktor dari perlakuan yang tidak adil, tetangga-tetagga
suatu jaringan sosial, komunitas tersebut memandang rendah kepada mereka,
terdiri dari 17 orang, mereka bekerja sebagai beranggapan bahwa orang tunanetra
tukang pijat, sales, guru, motivator dan berpendidikan rendah, masa depan suram
beberapa anggota komunitas tersebut masih dan diidentikan dengan tukang pijat.
berstatus siswa. Latar belakang pendidikan
sebagian besar anggota komunitas adalah Siswa tunanetra yang masih bersekolah, dan
lulusan sekolah menengah pertama (di beberapa dari mereka bersekolah di sekolah
SLB). Anggota komunitas Pertuni secara umum, sering mendapatkan perlakuan tidak
rutin berkumpul di perpustakaan setiap hari adil dari teman-teman atau bahkan guru
sabtu, kemudian mereka akan berbagi mereka. Menurut salah seorang anggota
informasi melalui komunitas (tanpa komunitas yang masih duduk di bangku
memanfaatkan informasi yang ada di sekolah teman-teman menjauhi mereka
perpustakaan) secara verbal, mengenai karena tidak mau direpotkan, mereka
kehidupan sehari-hari, pekerjaan, khawatir jika terlalu dekat dengan siswa
pendidikan, hobi, dan motivasi. tunanetra ini mereka akan kerepotan
menuntun tunanetra tersebut berjalan,
Mereka mempunyai ikatan yang kuat, saling menulis tugas, membaca di papan tulis, dsb.
percaya antar anggota kelompok, membantu Sementara para guru, kerap kali memarahi
satu sama lain, saling mendukung, mereka karena ketika guru sedang
berkomunikasi secara intensif, saling menerangkan siswa tunanetra tersebut
berkunjung kerumah, mengadakan piknik memegang handphone, guru berpikir siswa
53
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang
tersebut main-main, padahal dia sedang seperti orang lain, mereka ini adalah para
mencatat keterangan guru di handphonenya pengurus Perpustakaan Pertuni. Kepedulian
karena ketidak-mampuannya dalam menulis mereka terhadap teman-teman tunanetra
ataupun membaca seperti orang normal, membuat diri mereka selalu ingin belajar
walaupun siswa telah berusaha untuk berbagai hal baru, untuk kemudian
menerangkan, tetapi masih saja ada disebarkan kepada teman-temannya yang
beberapa guru yang tidak bisa menerima hal tunanetra. Menurut mereka, walaupun
tersebut. terkadang mereka mendapatkan perilaku
tidak adil dari orang-orang sekitar, tetapi hal
Sementara anggota komunitas yang telah tersebut justru memicu mereka untuk bahwa
bekerja dan mereka mendapatkan pekerjaan diri mereka mampu mencapai lebih dari apa
di lingkungan dimana mereka dikelilingi yang orang-orang tersebut miliki.
oleh orang-orang yang bukan tunanetra,
mereka merasa inferior. Berdasarkan Sikap masyarakat yang cenderung
wawancara dan observasi terhadap mereka memperlakukan anggota komunitas secara
di lingkungan kerja, anggota komunitas berbeda membuat mereka tidak percaya dan
tersebut cenderung berpikir bahwa dirinya selalu menaruh curiga kepada orang-orang
adalah beban di lingkungan kerjanya karena disekitarnya. Kurangnya kepedulian
tidak bisa bekerja sebanyak teman- pemerintah dan masyarakat terhadap
temannya, hal ini membuat dirinya merasa mereka menciptakan suatu lubang di dalam
malu, merasa tidak berguna, dan rendah diri. jaringan sosial, yang menyebabkan aktor
Hal tersebut berakibat, tunanetra ini dalam jaringan yaitu komunitas tunanetra
cenderung pasif di tempat kerja, untuk tidak dapat terhubung kejaringan sosial1.
anggota tunanetra yang bekerja dengan Anggota komunitas merasa mereka bukan
tunanetra lainnya, seperti di panti pijat, bagian dari masyarakat, kepedulian terhadap
menunjukkan karakteristik yang hampir apa yang terjadi di masyarakat pun menjadi
sama, mereka pasrah dengan kondisinya, rendah. Mereka merasa inferior dan
mudah merasa bersyukur, dan kurangnya termarjinalkan. Hal tersebut menyebabkan
motivasi untuk mengembangkan diri. ikatan sebagai kelompok di dalam
komunitas tunanetra menguat dan
Karakter tersebut berbeda dengan beberapa menciptakan eksklusifitas komunitas, yang
anggota komunitas yang pernah secara tidak langsung justru membuat
mengenyam bangku perguruan tinggi. komunitas pertuni semakinberjarakdengan
Mereka menunjukkan perilaku pantang apa yang ada dan yang terjadi di dalam
menyerah, selalu ingin maju, dan bisa hidup masyarakat.
1
Holes atau lubang di dalam struktur jaringan agar lubang dalam jaringan sosial bisa
sosial, menyediakan keuntungan yang bisa tertutup, dan dia bisa terhubung ke dalam
dieksploitasi (Burt dalamPescosolido, jaringan tersebut. Ketidakmampuan dalam
2006).Idealnya, denganadanya “hole” mengatasihole dalam jaringan sosial akan
dalamsuatujaringansosialakanberdampakbaikk menyebabkan aktor sosial terexclude dari
arenaakanmendorongaktoruntukmencariinfor jaringan sosial yang ada.
masilebihbanyaktentangjaringansosialtersebut
54
Amalia Nurma Dewi
2
Fungsi jaringan sosial ada empat; appraisal, dan monitoring Aneshensel dalam
Instrumental support, emotional Support, pescosolido, 2006)
55
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang
56
Amalia Nurma Dewi
57
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang
Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang anggota komunitas berkaitan dengan
yang ingin mencari harga diri. kebutuhan integrasi sosial, yaitu informasi-
informasi yang membuat mereka bisa
Anggota komunitas yang menyatakan menjadi bagian dari komunitasnya,
kebutuhan informasi utamanya berkaitan kebutuhan berkhayal, berkaitan dengan
deengan kebutuhan integasi personal kebutuhan akan informasi-informasi yang
mempunyai kecenderungan lebih aktif membuat para tunanetra bisa berimajinasi
dalam memenuhi kebutuhan informasi dan tentang kehidupan yang tidak mereka miliki
menyebarkan informasi yang mereka dan menghibur diri dari berbagai
dapatkan, anggota tersebut juga memiliki permasalahan yang ada, yang terakhir
pengaruh yang kuat terhadap kebutuhan adalah kebutuhan integrasi personal, yaitu
informasi anggota komunitas lainnya, kebutuhan informasi yang berkaitan dengan
mereka bisa mempengaruhi anggota peran beberapa anggota komunitas yang
komunitas agar merasa tertarik terhadap dianngap sebagai panutan, sehingga anggota
suatu jenis informasi dan mendorong komunitas tersebut membutuhkan informasi
anggota komunitas untuk melakukan yang membuat diri mereka bisa trus dihargai
pencarian informasi dengan lebih aktif. oleh anggota komunitas lainnya.
58
Amalia Nurma Dewi
59
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi
Niko Grataridarga
e-mail: nikinter90@gmail.com
Abstrak
Masyarakat informasi adalah masyarakat yang menggunakan informasi di seluruh elemen kehidupannya.
Informasi menjadi bagian penting bagi keberlangsungan hidup mereka. Untuk mencapai hasil yang maksimal
dalam pemanfaatan informasi bagi kegiatan sehari-hari, masyarakat informasi yang ideal harus dapat benar-benar
memahami dan berpikir kritis mengenai informasi yang tersedia. Informasi yang ada dari berbagai media,
contohnya seperti televisi, harus dapat disikapi dengan kritis agar justru tidak terjebak pada pola masyarakat
konsumtif. Untuk mencapai masyarakat informasi yang berpikiran kritis perlu dibentuk dengan pendidikan yang
berkualitas dan budaya membaca yang terus ditingkatkan.
Kata Kunci: Berpikir Kritis, Budaya Membaca, Masyarakat Informasi, Tayangan Televisi, Pendidikan,
Abstract
Information society is a society that uses information on all elements of their life. Information is an important part
for their survival. To achieve maximum results in the utilization of information for day-to-day activities, the ideal
information society should be really understand and think critically about the information available. Existing
information from various media, such as television, must be addressed by critical so that it does not get stuck in
the pattern of the consumer society. To achieve information society that critically thinking needs to be made with
a quality education and are continuously improved reading culture.
Keywords: Crtical Thingking, Education, Information Society, Reading Culture, Television Program
60
Niko Grataridarga
61
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi
yang lainnya dimulai sejak berkembangnya 11 stasiun TV nasional masih sama dengan
revolusi komputer. tahun lalu, yaitu sebesar 21% dari total
durasi tayang televisi yang mencapai 23.760
Dari segi sejarah, masyarakat informasi jam atau sekitar 4.996 jam. Jumlah ini paling
telah melihat perkembangan informasi besar dibandingkan program-program
sebagai suatu yang penting dari masa ke lainnya, seperti hiburan (19%), film (16%),
masa. Mulai dari menuliskan simbol dan informasi (14%) atau serial (12%), terutama
huruf pada batu, ditemukannya kertas, karena kontribusi program-program berita
hingga penemuan mesin cetak. Dari sini, MetroTV dan TVOne (hampir 50% dari
bagian historis menjadi peranan penting total siaran berita). Hal ini memperlihatkan
dalam membentuk masyarakat informasi. adanya kecenderungan bahwa segmen
penonton berita lebih memilih stasiun
Pada intinya masyarakat informasi adalah televisi khusus berita dengan beragamnya
masyarakat yang menggunakan informasi di pilihan program berita untuk senantiasa
seluruh elemen kehidupannya. Informasi memperoleh informasi terbaru seputar
menjadi bagian penting bagi kasus-kasus yang sedang hangat
keberlangsungan hidup mereka. Untuk dibicarakan. Selain itu kita bisa melihat
mencapai hasil yang maksimal dalam bahwa kedua stasiun televisi ini bersaing
pemanfaatan informasi bagi kegiatan sehari- dengan cukup kompetitif dalam hal
hari, masyarakat informasi juga harus dapat pemberitaan dibandingkan stasiun televisi
benar-benar memahami dan berpikir kritis yang lain.
mengenai informasi yang tersedia.
Informasi yang ada dari berbagai media Ada dua stasiun televisi yang begitu intens
seperti televisi, media massa, atupun dalam menyajikan sajian berita kepada
internet harus mampu dipilah oleh masyarakat yaitu TV One dan Metro TV.
masyarakat dan dipahami sebagai komoditi Seperti yang kita tahu di Indonesia ada dua
yang menguntungkan bagi mereka. stasiun televisi yang mempunyai orientasi
Diharapkan masyarakat mampu dan atau menjadikan berita sebagai sajian
mengaplikasikan informasi apa yang utama mereka. Kedua stasiun tersebut
sebenarnya dibutuhkan dan apa yang adalah TVOne dan MetroTV. Kedua stasiun
sebenarnya tidak perlu. tv ini mempunyai visi menjadi sebuah
stasiun televisi yang berbeda di Indonesia
Tayangan Berita di Televisi dengan peringkat nomor satu untuk
Media yang paling dekat dengan segala beritanya. Namun lebih jeli kita melihat
elemen masyarakat mulai dari anak-anak, pemilik dari kedua stasiun tv ini yaitu
remaja, dan dewasa, pedesaan, perkotaan Aburizal Bakrie dan Surya Paloh yang
dan memiliki intensitas tinggi dalam notabene juga merupakan ketua partai
penyampaian informasi saat ini adalah Golkar dan Nasional Demokrat, bisa
televisi. Dan sebagian besar masyarakat ditengarai ada sajian berita yang
menyukai tayangan berita di televisi. disampaikan mengandung unsur politik juga
Berdasarkan hasil survei kepemirsaan TV dalam pemberitaan mereka. Ini juga
Nielsen Audience Measurement di 10 kota mengindikasikan berita yang dimuat juga
besar di Indonesia pada periode Januari- tidaklah netral. Satu waktu saat penulis
Maret 2010, porsi tayang program berita di menyaksikan berita di TV One yang
62
Niko Grataridarga
mengabarkan mengenai kondisi tempat informasi yang penting ditangkap dan mana
pengungsian korban gunung meletus di informasi yang sebetulnya tidak perlu?
Jogjakarta beberapa waktu lalu, hal yang
pertama kali ditanyakan oleh news anchor Untuk menjawab pertanyaan di atas kembali
kepada reporter di lapangan adalah “apakah lagi pada pemahaman masyarakat atas
sudah ada partai yang memberikan bantuan informasi itu sendiri. Masyarakat Informasi
untuk korban pengungsi?”. Tentu saja menuntut kemampuan berpikir kritis dan
reporter menjawab dengan lugas bahwa kemauan untuk terus menjadi manusia yang
Partai Golkar menjadi yang pertama memahami informasi seumur hidup.
memberikan bantuan. Masyarakat informasi dapat memahami dan
menggunakan informasi yang ada secara
tepat demi menunjang kegiatan sehari-
harinya sehingga dapat menegerti informasi
mana yang penting dan mana yang
sebenarnya tidak perlu. Masyarakat
informasi juga bisa melihat fenomena sosial
lebih objektif sehingga pemikiran mereka
menjadi lebih berkembang dan tidak mudah
Gambar 1. Dua kubu stasiun TV berita di
untuk diarahkan ke suatu isu tertentu.
Indonesia yang juga dipengaruhi unsur
politik
Tayangan televisi yang perlu dikritisi lagi
bukan saja pada acara-acara ataupun berita
Hartley (1982) mengatakan bahwa yang
yang ada namun juga pada iklan-iklan yang
perlu dipahami mengenai suatu berita adalah
disajikan. Iklan membentuk pola pikir
berita tidak sekedar informasi. Harus
konsumsi pada masyarakat. Iklan bukan
dipahami bahwa dalam proses pembentukan
hanya sekedar untuk mempromosikan
berita itu terdapat berbagai aspek yang
barang namun juga memaksakan barang
mempengaruhi konteks dari berita tersebut.
untuk dibeli padahal belum tentu
Jadi berita atau informasi yang diberikan
dibutuhkan. Iklan membentuk image suatu
dalam tayangan televisi tidak selalu netral.
barang menjadi mewah, seseorang yang
Terdapat kepentingan-kepentingan yang
memakai produk tertentu menjadi simbol
termuat di dalamnya. Baik itu kepentingan
untuk kelas sosial tertentu juga.
komersialisasi, politik, pengalihan isu
social, atau sekedar memenuhi selera
Tanpa Berpikir Kritis menjadi
masyarakat yang senang bergosip.
Masyarakat konsumtif
Sebagaimana Schramm (1975) mengatakan
Selain tayangan berita, siaran televisi juga
bahwa dengan kekuatan yang dimiliki oleh
sebagian besar dipenuhi dengan iklan-iklan
media massa, maka lembaga-lembaga
komersil. Bahkan iklan sendiri bukan saja
politik seperti partai politik, organisasi
hanya ada di televise tapi juga kita temui
pemerintah, kelompok kepentingan, serikat
dalam lingkungan keseharian kita. Bisa dari
buruh, LSM, dan seagainya, seringkali
internet, kantor, jalanan, pusat
memanfaatkan media massa untuk tujuan
pembelanjaan, dan lain-lain. Arens et.al
politik. Lantas bagaimana membuat
(2008) mendefinisikan iklan sebagai
masyarakat memahami sepenuhnya mana
informasi terstruktur dan terdiri dari
63
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi
Salah seorang tokoh filsafat dan sosiologi Menurut Director for Mobility Architecture
Perancis, Jean Boudrillard (1929-2007) for Asia Pacific, Japan, and Greater China,
mengatakan, sekarang ini adalah era di mana Dirk Wolter, peningkatan jumlah ini
orang membeli barang bukan karena nilai dikarenakan perilaku konsumtif warga
kemanfaatannya namun karena gaya hidup, Indonesia disertai gaya hidup yang berubah
demi sebuah citra yang diarahkan dan mengikuti perkembangan teknologi.
dibentuk oleh iklan dan mode lewat televisi, "Seperti dapat kita lihat, satu orang di
tayangan sinetron, acara infotainment, ajang Indonesia sekarang bisa memiliki 4 ponsel.
kompetisi calon bintang, gaya hidup Ya seperti yang Anda punya, benar kan?"
selebritis, dan sebagainya. Yang ditawarkan tutur Wolter memberikan penjelasan lewat
iklan bukanlah nilai guna suatu barang, tapi telepresence dari Singapore, dikutip dari
citra dan gaya bagi pemakainya. Tidak berita okezone.com pada Kamis
penting apakah barang itu berguna atau (22/8/2013). Meskipun 4 ponsel yang ada
tidak, diperlukan atau tidak oleh konsumen. memiliki fungsi masing-masing, namun jika
Karena yang sebenarnya kita konsumsi dilihat pada masa sekarang ini 1 ponsel saja
adalah makna yang dilekatkan pada barang juga telah mencakup semua kegiatan. Mulai
itu, sehingga kita tidak pernah mampu dari internet chat, telpon, dan sms. Namun
memenuhi kebutuhan kita. Kita menjadi tak juga kita bisa melihat fenomena antrian
pernah terpuaskan. Kita lalu menjadi panjang saat launching sebuah gadget
pemboros agung, mengkonsumsi tanpa terbaru. Seperti saat penjualan perdana dari
henti, rakus dan serakah. Konsusmsi yang produk Samsung Galaxy SIII pada 2012
kita lakukan justru menghasilkan lalu, sebelum toko dibuka sudah banyak
ketidakpuasan. Kita menjadi teralienasi orang yang mengantri untuk
karena perilaku konsumsi kita. Pada mendapatkannya. Padahal harga yang
gilirannya ini menghasilkan kesadaran ditawarkan untuk ponsel ini cukup tinggi
palsu. Seakan-akan terpuaskan padahal yaitu sekitar 7 juta rupiah. Pembayaran juga
kekurangan, seakan-akan makmur padahal bisa melalui kredit. Jika kita lihat ada
miskin. beberapa ponsel merk lain yang
spesifikasinya sama dengan Galaxy SIII dan
Begitulah yang terjadi pada masyarakat harganya lebih murah tidak terlalu diminati
Indonesia. Sebuah survey menunjukkan karena bukan dari merk terkenal.
Indonesia menduduki tempat pertama dalam
64
Niko Grataridarga
Bukan hanya sekedar fungsi, telepon kapitalisme, kita harus mampu berpikir
genggam menjadi semacam simbol sosial. kritis terhadap informasi. Berpikir kritis
Memiliki ponsel dari merk terkenal seperti (critical thinking) adalah proses untuk
Apple atau Samsung membuat kebanggaan menganalisis atau mengevaluasi informasi.
tersendiri bagi pemiliknya. Dari fenomena Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil
tersebut, pertanyaannya apakah kita pengamatan, pengalaman, komunikasi atau
membutuhkan itu semua? Atau bahkan kita bisa juga dari tayangan televisi. Berpikir
tidak mengetahui sebenarnya apa yang kita kritis adalah sebuah proses, tujuannya
butuhkan? Sehingga saat ada produk baru adalah untuk membuat keputusan rasional
atau produk yang dianggap melambangkan mengenai apa yang dipercaya dan apa yang
kelas sosial yang tinggi dengan mudahnya harus dilakukan (Ennis, 1996).
orang akan mengantri dan menjadi orang
pertama yang mendapatkannya.
65
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi
66
Niko Grataridarga
juga harus memiliki karakter dan moral penyerapan informasi saat membaca,
yang tertanam dalam dirinya untuk selalu pemahamannya terhadap Kekerasan
berpikir kritis, tentu saja kritis dalam hal Simbolik menjadi 70% dan si B hanya 30%.
positif menuju kebaikan dunia. Pada akhirnya mereka melengkapi ‘sisa’
pemahamannya itu dengan mengikuti kuliah
Budaya Membaca diskusi. Katakanlah setelah mengikuti
diskusi pemahaman si A menjadi 100% dan
si B menjadi 80%. Dari analogi tersebut
apakah membaca menjadi tidak perlu karena
si B tidak mencapai 100%? Menurut saya
jawabannya tetap bahwa membaca sangat
penting, karena bukankah itu lebih baik
daripada si A dan B menghadiri diskusi
dengan bekal pemahaman 0%.
67
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi
2. Memperoleh ide-ide utama (reading for Pemahaman yang kritis tentunya harus
main ideas). dibentuk dengan bekal pendidikan dan
3. Mengetahui urutan atau susunan, kebudayaan. Perubahan dalam metode
organisasi cerita (reading for sequence pengajaran serta kesempatan pendidikan
or organization). yang merata di seluruh daerah, akan
4. Membaca bertujuan untuk membentuk lingkungan yang lebih baik bagi
menyimpulkan isi yang terkandung masyarakat Indonesia. Jika hal ini berjalan
dalam bacaan (reading for inference). dengan semestinya, setiap individu
5. Mengelompokkan atau masyarakat mempunyai modal untuk
mengklasifikasikan jenis bacaan membuat pandangan dunia mereka,
(reading to classify). tentunya modal untuk mencapai
6. Menilai atau mengevaluasi isi wacana pemahaman yang maksimal melalui
atau bacaan (reading to evaluate). kemampuan berpikir kritis terhadap
7. Membandingkan atau informasi-informasi yang datang kepada
mempertentangkan isi bacaan dengan mereka. Masyarakat bisa menentukan
kehidupan nyata (reading to compare informasi mana yang sebenarnya
or contrast). dibutuhkan demi membantu mereka dalam
pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari.
Tujuan membaca secara umum adalah
memperoleh informasi, mencakup isi, dan Hal ini nantinya akan mempengaruhi setiap
memahami makna yang terkandung dalam aspek bagaimana individu masyarakat
bahan bacaan. Dengan membaca, seseorang memilih untuk mengkonfigurasi kehidupan
dapat memperluas wawasan dan mereka dan menuntun setiap keputusan.
pengetahuan. Bahkan jika telah memahami Penghayatan nilai-nilai yang ada di
dengan lebih mendalam seseorang dapat lingkungannya, yang kemudian mengendap
menuju tingkat mempertentangkan isi menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang
bacaan tersebut. Sehingga kita bisa lebih dia hayati sebagai masyarakat informasi.
kritis dan tidak mudah untuk diperdaya. Sehingga masyarakat benar-benar bisa
mencapai tahap ideal sebagai masyarakat
Kesimpulan informasi di berbagai bidang kehidupan baik
Pemahaman masyarakat akan informasi ekonomi, sosial, teknologi ataupun secara
harus diperdalam dengan mengkritisi historis, dari pola, aturan, dan harapan
informasi itu sendiri. Informasi yang berdasarkan pendidikan dan kebiasaan.
semakin mudah untuk diakses terutama
disediakan secara terus-menerus melalui Daftar Pustaka
tayangan televisi harus segera disikapi Arens, W., M. Weigold and C. Arens, 2008.
dengan bijak. Berita-berita yang disuguhkan Contemporary advertising. Boston:
hendaknya bisa dipandang secara netral oleh McGraw –Hill Irwin. Di akses dari
pemirsanya sendiri. Iklan-iklan yang ada, www.aef.com/pdf/arens_ch01.pdf
tidak serta merta membuat pemikiran yang Baudrillard, J.P., (1970, La Societe de
dangkal pada masyarakat untuk bergerak Consommation), penerj. Wahyunto,
pada pola konsumtif. Perubahan ke arah 2006, dalam Masyarakat Konsumsi.
yang baik tentunya yang diharapkan. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
68
Niko Grataridarga
69
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana
Abstrak
Artikel ini menjelaskan secara singkat tentang pemanfaatan layanan rujukan di Universitas Mercu Buana
Jakarta.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui layanan rujukan apa saja di perpustakaan dan pemanfaatan
layanan rujukan di perpustakaan UMB. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
memaparkan berbagai fakta dan data yang ditemukan di lapangan.Hasil penelitian menunjukkan Perpustakaan
UMB mempunyai 3 jenis layanan rujukan yaitu: (1) layanan informasi(information service), (2) pembelajaran
(instructional), dan (3) bimbingan(guidance). Pemanfaatan layanan rujukan antara lain untuk: (1) menambah
wawasan baru, (2) memperluas ilmu pengetahuan, (3) menyelesaikan berbagai tugas pekerjaandan tugas kuliah,
(4) melakukan kegiatan penelitian, (5) menyelesaikan tugas akhir (skripsi dan tesis), dan (6) mengetahui informasi
terbaru dan mutakhir sesuai bidangnya.
Abstract
This article briefly describes the use of reference services at Mercu Buana University. This study aims to
determine any reference services in libraries and library utilization of reference services at UMB. The method
used is descriptive method to describe the various facts and data found in the field. The results showed UMB
Library has three types of reference services, namely: (1) information services, (2) instructional, and (3) guidance.
Utilization of reference services are to: (1) add new insight, (2) expanding knowledge, (3) complete various work
tasks and project work, (4) conduct research activities, (5) complete the final project (thesis) and (6) the latest
information and updated according to the field.
70
Muh. Arif Budiyanto
71
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana
72
Muh. Arif Budiyanto
73
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana
74
Muh. Arif Budiyanto
indeks yang berisi ringkasan dari sendiri. Adapun sumber informasi ilmu
karya tulis atau artikel yang di indeks- pengetahuan yang disediakan di
kan biasanya terbatas pada subjek perpustakaan mencakup bidang studi teknik,
tertentu. komputer, ekonomi, psikologi, komunikasi
9. Atlas dan Peta. dan arsitektur. Jumlah koleksi secara
Atlas merupakan jenis koleksi yang keseluruhan sampai Desember 2014 adalah
berupa gambar atau tulisan yang sebagai berikut:
menunjukan tentang letak tanah, laut, No Koleksi Judul Eksemplar
gunung, sungai, dan lain- 1 Buku (Teks 22.081 53.255
lain.Sedangkan atlas merupakan suatu dan Referen)
kumpulan peta-peta yang tersusun 2 Tugas Akhir 20.677 -
secara sistematis. (Skripsi,
10. Terbitan Berkala. Tesis&
Merupakan terbitan yang menyajikan Disertasi)
suatu berita atau informasi yang selalu 3 Terbitan 441 -
up to date atau selalu yang terbaru dan Berkala
terbit secara berkala, bisa harian, (Jurnal &
mingguan, bulanan, atau tahunan. Majalah)
4 Laporan 229 -
Pembahasan Penelitian
Perpustakaan Universitas Mercu Buana 5 Laporan 2.046 -
Perpustakaan Universitas Mercu Buana Kerja
Jakarta didesain dan dikembangkan untuk Praktek
menunjang misi dan visi Universitas Mercu (LKP)
Buana dalam menjadikan lembaga Tabel 1. Jumlah Koleksi
pendidikan tinggi yang unggul dan bermutu
dalam proses penyelenggaraan Tridarma Sedangkan untuk koleksi referen atau
Perguruan Tinggi untuk menghasilkan rujukan adalah sebagai berikut:
tenaga profesional, berjiwa wirausaha yang No Koleksi Referens Judul
mampu menguasai teknologi informasi, 1 Kamus 165
serta mampu berbahasa Inggris. 2 Ensiklopedi 212
3 Handbook 160
UPT Perpustakaan UMB merupakan salah 4 Direktori 46
satu unsur pendukung dalam melaksanakan
5 Biografi 13
Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan,
6 Indeks dan Abstrak 6
Penelitian dan Pengabdian Kepada
7 Atlas dan Peta 11
Masyarakat). Sebagai jantungnya
8 Jurnal dan Prosiding 291
universitas perpustakaan berfungsi sebagai
9 Majalah dan Buletin 150
penyedia sumber informasi ilmu
10 Yearbook dan Almanak 13
pengetahuan bagi para civitas akademika
Tabel 2. Jumlah Koleksi Referensi
dalam proses pendidikan, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat. Aktivitasnya
tersebut pada muaranya akan menghasilkan
inovasi rekayasa ilmu pengetahuan itu
75
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana
Kedua tabel di atas diambil dari online informasi kepada penggunanya. Seperti ada
library system database perpustakaan pada pepatah yang mengatakan bahwa
Desember 2014. pustakawan itu adalah dewa yang bisa
Lokasi Perpustakaan Universitas Mercu memberikan informasi apa saja yang
Buana berada di Gedung Tower Lantai 5 dan diinginkan oleh penggunan baik itu di
6 yang beralamat di Jalan Meruya Selatan bidang perpustakaan khususnya dan di
No 1, Kembangan Jakarta Barat. bidang-bidang lain pada umumnya juga
Keanggotaan perpustakaan terdiri dari memberikan sumber informasinya serta
semua civitas akademika UMB termasuk kalau bisa memberikan buku panduannya.
didalamnya mahasiswa, dosen, dan
karyawan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
perpustakaan sebagai penyedia informasi
Layanan Rujukan Perpustakaan yang berusaha untuk memberikan pelayanan
Universitas Mercu Buana semaksimal mungkin kepada para pengguna
Layanan rujukan adalah layanan yang perpustakaan, maksudnya perpustakaan
diberikan kepada pengguna perpustakaan sebagai penyedia informasi harus mampu
yang bertujuan untuk membantu mereka memberikan jawaban-jawaban atas
dalam penelusuran informasi rujukan. pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan
Melalui layanan referensi ini pengguna para pengguna perpustakaan tentang
Perpustakaan Universitas Mercu Buana informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
dibantu untuk menemukan dan menelusur maupun masyarakat di sekitarnya.
informasi secara lebih spesifik dengan Perpustakaan pula harus mampu
pilihan subyek yang lebih luas, dengan memberikan bimbingan kepada para
memanfaatkan sarana penelusuran yang pengguna perpustakaan untuk menemukan
tersedia secara lebih optimal. Untuk bahan pustaka atau informasi yang
membantu dalam penelusuran koleksi dibutuhkan secara cepat, tepat dan akurat
referensi, perpustakaan telah menyediakan sesuai dengan bidang masing-masing serta
OPAC (Online Public Access Catalog) atau bagaimana cara menggunakan atau mencari
katalog online yang datanya selalu informasi yang dibutuhkannya, para petugas
diperbaharuhi setiap saat (update). perpustakaan khususnya pustakawan dalam
bidang pelayanan referensi harus
Perpustakaan Universitas Mercu Buana memberikan petunjuk kepada para
dalam melayani berbagai macam kebutuhan pengguna dalam mencari atau memilih
pemakai perpustakaan terutama untuk informasi, agar informasi yang diperoleh
bagian layanan rujukan, pustakawannya menjadi informasi yang berdaya guna
dituntut harus memiliki kemampuan, maksimal atau bermutu.
pengetahuan yang luas dan skill yang handal
khususnya di bidang referensi dalam Untuk itu saat ini bagian layanan rujukan di
memberikan kebutuhan pengguna. Di Perpustakaan Mercu Buana telah memiliki
samping itu harus dapat memahami dua orang pustakawan yang khusus untuk
keinginan pengguna yang sedang mencari melayani pengguna bagian referensi. Dua
informasi, karena tanpa adanya skill dan orang pustakawan tersebut memiliki latar
pengetahuan yang luas maka pustakawan belakang pendidikan di bidang perpustakaan
akan kebingungan dalam memberikan yaitu dari Program Diploma Tiga (D3) Ilmu
76
Muh. Arif Budiyanto
77
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana
78
Muh. Arif Budiyanto
79
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana
80
Nama penulis (12pt)