Anda di halaman 1dari 90

JURNAL

ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN


KEARSIPAN

Diterbitkan oleh
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA

Penanggung Jawab
Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Editor Eksekutif
Fuad Gani, M.A

Staf Editor
Dr. Tamara Adriani Susetyo-Salim, M.A
Y.Sumaryanto, Dip. Lib, M.Hum.
Indira Irawati, M. A.
Purwanto Putra, M. Hum.
Kiki Fauziah, M.Hum.

Dewan Redaksi
Dr. Laksmi, M.A
Dr. Zulfikar Zen, S.S, M.A.
Utami Budi Rahayu Hariyadi, M.Lib. M,Si.
Taufik Asmiyanto, M.Si.
Nina Mayesti, M.Hum.

Sekretariat dan Administrasi


Faisal Hazami

Alamat Sekretariat
Gedung VII Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Tel/Fax. (021)7872353
email: jurnaldipi2012@gmail.com
ISSN 1411 - 0253
Redaksi menerima tulisan ilmiah bidang informasi, perpustakaan dan kearsipan. Tulisan akan
dimuat dengan pertimbangan yang didasarkan pada keaslian dan relevansinya dengan ilmu
informasi, perspustakaan dan kearsipan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Pada bulan yang penuh berkah, bulan suci Ramadhan,
tentunya juga atas rahmat dan karunia-Nya di antara berbagai aktivitas, kami masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan
Kearsipan Volume 16 Nomor 1 April Tahun 2015. Berbagai artikel yang dimuat dalam terbitan
ini masih dilandasi dengan semangat menyebarkan update dan sarana komunikasiberbagai
hasil penelitian atau kajian bidang Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, dari berbagai
kalangan akademisi dan praktisi.

Semoga dengan kembali terbitnya Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan ini,
akan memberikan manfaat untuk memperluas wawasan berinformasi masyarakat penggiat dan
pengguna Informasi. Jurnal volume 16 akan menyajikan 7 artikel yang memiliki berbagai
variasi topik dan cakupan, tulisan pertama dari Madiareni Sulaiman, di bawah bimbingan Arie
Nugraha. Tulisan tersebut membahas tentang Kepuasan Pengguna terhadap Fasilitas Auto-
Borrowing Machine di Library and Knowledge Center (LKC) Binus University Kampus
Anggrek. Penelitian ini membahas kepuasan pengguna terhadap fasilitas auto-borrowing
machine di Library and Knowledge Center (LKC). Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan metode survei dan observasi. Menggunakan indikator kuesioner untuk
mengukur kepuasan pengguna didasarkan kepada lima dimensi kualitas layanan, yakni: bukti
fisik (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),
dan perhatian (empathy).

Artikel kedua berjudul Jaringan Komunikasi Organisasi di Perpustakaan Indonesia Raya dalam
Rangka Memberikan Layanan Informasi ditulis oleh Fariz Miharja. Tulisan ini membahas
mengenai jaringan komunikasi organisasi yang terdapat di Perpustakaan Indonesia Raya dalam
rangka menunjang layanan informasi. Jaringan komunikasi organisasi tersebut terbentuk
karena pertukaran pesan antar peran atau posisi pegawai. Ia menggunakan pendekatan
kualitatif dalam penelitiannya dan dengan metode studi kasus. Metode pengumpulan dilakukan
melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Dengan temuandi antaranya bahwa
jaringan komunikasi muncul dalam berbagai bentuk tugas. Kemudian, jaringan komunikasi
organisasi yang dibangun melalui berbagai nilai.

i
Tulisan ketiga berjudul, Layanan Arsip di Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi DKI
Jakarta ditulis oleh Hening Wahyuni. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tindakan
sosial dari para pengelola arsip dalam menentukan bagaimana bentuk layanan arsip. Penelitian
yang menggunakan sudut pandang agen dalam mengarahkan struktur dan menampilkan
berbagai keterhubungan antara agen dan struktur. Para agen melakukan pegelolalaan terhadap
arsip agar informasinya dapat dilayankan kepada masyarakat luas. Kepercayaan masyarakat
kepada lembaga ini bisa terlihat dari bagaimana layanan yang diberikan para petugas. Semakin
menarik karena beberapa temuannya mengungkapkan bahwa para petugas juga menggunakan
ini sebagai bentuk kompetisi untuk suatu ambisi dan mengambil keuntungan pribadi dan
kelompok.

Tulisan keempat dari Moh. Safii yang berjudul Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation
Library Catalog. Dalam artikel ini akan menjabarkan fitur-fitur dari OPAC 2.0 yang dijadikan
sebagai Next Generation Library Catalog, dengan mengutamakan kebutuhan pengguna (user
centered) serta mengedepankan partisipasi pengguna (user participation). Selain itu, artikel ini
juga akan menjabarkan contoh dari web yang sudah menerapkan OPAC 2.0, untuk
memudahkan pembaca berfikir ulang dalam memanfaatkan OPAC 2.0.

Tulisan kelima dari Amalia Nurma Dewi, yang berjudul Kebutuhan Informasi Komunitas
Pertuni Semarang. Tulisan ini berupaya untuk menjelaskan kebutuhan informasi sebuah
komunitas tunanetra yang bernama Pertuni, dengan menggunakan metode pengumpulan data
melalui observasi dan wawancara terhadap anggota komunitas Pertuni serta melakukan kajian
terhadap berbagai literatur yang berkaitan dengan kebutuhan informasi. Berdasarkan dari
pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan hasilnya menunjukan bahwa kebutuhan
informasi utama anggota Komunitas Pertuni Semarang berkaitan dengan kebutuhan integrasi
sosial, kebutuhan akan hiburan, serta kebutuhan integrasi personal.

Tulisan keenam diambil dari artikel yang ditulis Niko Grataridarga, dengan judul Pemahaman
Masyarakat terhadap Informasi: masyarakat kritis cerminan masyarakat informasi. Ia
mengulas tentang masyarakat informasi sebagai masyarakat yang menggunakan informasi di
dalam seluruh elemen kehidupannya. Di dalam tulisan diulas mengenai pernyataan
bahwainformasi menjadi bagian penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Masyarakat
harus berfikir kritis, sehinggainformasi yang ada dari berbagai media, harus dapat disikapi
dengan kritis agar tidak terjebak pada pola masyarakat konsumtif. Untuk mencapai masyarakat
informasi yang berpikiran kritis perlu dibentuk dengan pendidikan yang berkualitas dan budaya
membaca yang terus ditingkatkan.

Tulisan terakhir pada edisi ini berjudul Pemanfaatan Layanan Rujukan di Perpustakaan
Universitas Mercu Buana, ditulis Muh. Arif Budiyanto, menjelaskan tentang pemanfaatan
layanan rujukan di Universitas Mercu Buana Jakarta.Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi layanan rujukan di perpustakaan dan pemanfaatannya di perpustakaan UMB.
Penelitian deskriptif dengan memaparkan berbagai fakta dan data yang ditemukan di lapangan.
Beberapa temuan menunjukkan bahwa Perpustakaan UMB mempunyai 3 jenis layanan rujukan
yaitu: (1) layanan informasi (information service), (2) pembelajaran (instructional), dan (3)
bimbingan (guidance). Pemanfaatan layanan rujukan antara lain untuk: (1) menambah
wawasan baru, (2) memperluas ilmu pengetahuan, (3) menyelesaikan berbagai tugas pekerjaan
dan tugas kuliah, (4) melakukan kegiatan penelitian, (5) menyelesaikan tugas akhir (skripsi dan
tesis), dan (6) mengetahui informasi terbaru dan mutakhir sesuai bidangnya.

Kami menyadari benar bahwa masih ada berbagai kekurangan dalam jurnal ini, demi
peningkatan kualitas Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan kedepannya, kami
berharap akan ada kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca agar selalu ada upaya
perbaikan dan inovasi untuk jurnal ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
segenap jajaran tim penerbitan Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan atas
dedikasi dan kerjasamanya dalam mewujudkan penerbitan edisi ini.

Salam

Redaksi

iii
DAFTAR ISI

1 Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine


Di Library And Knowledge Center (Lkc) Binus University Kampus
Anggrek
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha

Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya


11 Dalam Rangka Memberikan Layanan Informasi
Fariz Miharja

24 Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki


Jakarta
Hening Wahyuni

40 Mengulas Opac 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog


Moh. Safii

50 Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang


Amalia Nurma Dewi

60 Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis


Cerminan Masyarakat Informasi
Niko Grataridarga

70 Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas


Mercubuana
Muh. Arif Budiyanto
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha

KEPUASAN PENGGUNA TERHADAP FASILITAS AUTO-


BORROWING MACHINE DI LIBRARY AND KNOWLEDGE CENTER
(LKC) BINUS UNIVERSITY KAMPUS ANGGREK

Madiareni Sulaiman1, Arie Nugraha2

1
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI, Jakarta Selatan
2
Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Indonesia, Depok

e-mail: punyarenie@gmail.com, dicarve@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini membahas kepuasan pengguna terhadap fasilitas auto-borrowing machine di Library and
Knowledge Center (LKC) Binus University Kampus Anggrek. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
metode survei dan observasi. Indikator kuesioner untuk mengukur kepuasan pengguna didasarkan kepada lima
dimensi kualitas layanan, yakni: bukti fisik (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness),
jaminan (assurance), dan perhatian (empathy). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan distribusi frekuensi ke dalam persentase dan important-performance analysis ke dalam diagram
kartesius. Hasil penelitian menyatakan bahwa 30 reponden menilai tingkat kinerja layanan fasilitas auto-
borrowing machine dikategorikan baik berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi ke dalam persentase.
Sedangkan hasil penelitian dengan menggunakan important-performance analysis didapatkan bahwa sebagian
besar indikator berada di kuadran A yang berarti masih perlu diperhatikan kembali kinerja/pelaksanaannya,
khususnya dari dimensi daya tanggap (responsiveness) dan perhatian (empathy). Sehingga berdasarkan hasil
penelitian tersebut, disarankan kepada pihak perpustakaan untuk meningkatkan perhatian mereka dalam kinerja
kedua dimensi tersebut.

Kata Kunci:kepuasan pengguna; auto-borrowing machine; kualitas layanan; important-performance analysis

Abstract

This research describes about the user satisfaction on auto-borrowing machine facility at Library and Knowledge
Centre (LKC) of Binus University Anggrek. The research uses quantitative approach with survey method and
observation. The indicators of questionnaire measuring the user satisfaction, are based on five quality service
dimensions, which are: tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy. Data analysis used in this
research are frequency distribution calculation converted to percentage and important-performance analysis
graphed to cartesius diagram. The result of this research showed that 30 respondents rate the service performance
of auto-borrowing machine facility is good, based on percentage calculation. Whereas, the result of research based
on important-performance analysis showed that most indicators and attributes are in quadrant A, that means they
need more attention for their performance ability, especially on responsiveness and empathy dimension. So, based
on those analysis, the librarian needs to improve their attention to both dimension either from the physical side or
the human resources that have responsibility for the service.

Keywords: user satisfaction; auto-borrowing machine; service quality; important-performance analysis

1
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek

Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, layanan Menurut Day (dalam Fandy, 2000), definisi
sirkulasi telah mengalami berbagai kepuasan pengguna adalah respon pengguna
perkembangan baik dari segi teknologi pada evaluasi ketidaksesuaian yang
maupun sistem terkait tercapainya dirasakan antara harapan sebelumnya
keefektifan dan keefisienan layanan dengan kinerja aktual produk yang
terhadap pengguna. Salah satu dirasakan setelah penggunaan. Kotler
perkembangan teknologi dan informasi (1997) memberikan definisi mengenai
yang telah menjadi perhatian sejak lama kepuasan pengguna sebagai kualitas jasa
adalah otomasi perpustakaan khususnya dimana tingkat kondisi yang dirasakan
terhadap layanan yang terotomasi. seseorang sebagai hasil perbandingan antara
Perangkat otomasi perpustakaan yang produksi atau jasa yang diterima dengan
beberapa tahun terakhir mulai diterapkan di produk atau jasa yang diharapkan orang
wilayah Indonesia adalah Radio Frequency tersebut.
Identification (selanjutnya disingkat RFID).
Fungsi dari RFID ini tidak hanya Dalam perpustakaan, kepuasan pengguna
mendeteksi hilangnya bahan pustaka, dapat dilihat melalui ragam layanan yang
namun dapat juga mempercepat kinerja staf diberikan oleh perpustakaan. Salah satu
sehingga meningkatkan kualitas layanan layanan utama perpustakaan adalah
khususnya layanan peminjaman dan peminjaman buku atau materi lainnya
pengembalian bahan pustaka bagi (sirkulasi) (Sulistyo-Basuki, 1993). Layanan
pengguna. sirkulasi berperan penting karena
merupakan bagian dari kegiatan
Perpustakaan Binus University Kampus perpustakaan yang melibatkan pengguna
Anggrek (Library and Knowledge Center secara langsung. Menurut Kotler (1997),
atau disingkat LKC) telah menggunakan adapun penilaian terhadap kualitas layanan
sistem RFID ini sejak tahun 2008 ke dalam didasarkan kepada lima komponen yang
bentuk auto-borrowing melalui auto- digunakan sebagai indikator pengukuran
borrowing machine. Sistem ini sudah mulai dan penilaian, yaitu:
disosialisasikan sejak penerimaan a. Tangible (bukti fisik)
mahasiswa baru, agar mahasiswa dapat Penilaian kualitas layanan yang diukur
menggunakan mesin perangkat RFID secara melalui bukti fisik merupakan bentuk
mandiri dengan baik dan lancar. pelayanan yang diberikan perpustakaan
Penerapan layanan sirkulasi terotomasi di dengan menonjolkan tampilan luar atau
LKC Binus University Kampus Anggrek fisik dari layanan perpustakaan seperti
bagi mahasiswa tentu perlu dipantau karena penampilan fisik gedung perpustakaan
sifatnya yang mandiri (self-borrowing). dan sarana serta prasarana
Keberhasilan pelayanan sirkulasi terotomasi perpustakaan. Penilaian didasarkan atas
dengan auto-borrowing machine aspek ‘perpustakaan sebagai tempat’,
(selanjutnya disingkat ABM) ini dapat yaitu kenyamanan dan pengaturan
diukur melalui survei kuesioner untuk ruangan.
melihat seberapa besar tingkat kepuasan b. Reliability (kehandalan)
pengguna terhadap sistem ini.

2
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha

Penilaian kehandalan suatu dapat melakukan peminjaman bahan


perpustakaan dilihat dari bagaimana pustaka secara mandiri dan juga dapat
praktik pelayanan yang diberikan itu melakukan proses peminjaman dengan lima
sesuai dengan harapan pengguna. buah bahan pustaka sekaligus dalam sekali
c. Responsiveness (daya tanggap) proses. Hal ini memudahkan petugas
Kemampuan perpustakaan diukur perpustakaan dalam kegiatan layanan
dengan pemberian pelayanan yang sirkulasi, khususnya peminjaman sehingga
cepat dan tepat kepada pengguna, petugas perpustakaan dapat memanfaatkan
diikuti dengan informasi yang jelas. waktu mereka dengan melakukan pekerjaan
Daya tanggap yang baik dalam suatu lain dalam pengelolaan perpustakaan
layanan perpustakaan adalah (Shahid S., 2005). Berikut ditampilkan
menghindari pengguna untuk tidak fasilitas Auto-Borrowing Machine di bawah
menunggu dalam waktu yang lama. Hal ini.
ini dapat berdampak negatif bagi
kualitas layanan perpustakaan.
d. Assurance (jaminan)
Jaminan yang dimaksud di sini adalah
bentuk layanan yang diberikan
pustakawan kepada pengguna harus
didasarkan kepada profesionalitas dan
etika layanan. Jaminan tersebut dapat
berbentuk kemampuan pustakawan
untuk melayani dan menguasai layanan.
e. Empathy (perhatian)
Perhatian yang diberikan pustakawan
kepada pengguna ditunjukkan melalui
upaya dalam memenuhi kebutuhan
pengguna. Upaya ini dapat dilihat dari
pemahaman pustakawan terhadap
kebutuhan pengguna secara spesifik.

Sejalan dengan perkembangan teknologi,


layanan sirkulasi telah tersentuh oleh
layanan terotomasi, dimana sesuai dengan
fokus penelitian adalah layanan sirkulasi Gambar 1. Auto-Borrowing Machine
yang berbasis sistem RFID. Dari ragam (www.rfid-library.com dan
komponen yang dimiliki oleh RFID, www.library.binus.ac.id)
komponen Auto-Borrowing Machine
merupakan komponen yang paling sering Metode Penelitian
berinteraksi langsung dengan pengguna. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Auto-borrowing machine memiliki berbagai kuantitatif dengan metode survei yang
istilah lain seperti self check-out station, self menggunakan kuesioner sebagai instrumen
loan station, dan m-kios. Melalui auto- pengumpulan data. Objek penelitian ini
borrowing machine, pengguna perpustakaan adalah kepuasan pengguna terhadap fasilitas

3
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek

otomasi layanan sirkulasi (auto-borrowing penting dan tidak penting yang


machine) secara mandiri di LKC Binus menggambarkan user expectation atau
University Kampus Anggrek. Sedangkan harapan pengguna terhadap fasilitas
subjek penelitian adalah mahasiswa Binus tersebut. Kelima penilaian tersebut diberi
University dengan tahun masuk sebagai bobot senilai:
mahasiswa adalah pada tahun 2009 dan 1. Jawaban sangat penting berbobot 4
menggunakan fasilitas auto-borrowing 2. Jawaban penting berbobot 3
machine sebagai alat peminjaman bahan 3. Jawaban kurang penting berbobot 2
pustaka secara mandiri. Sehingga 4. Jawaban tidak penting berbobot 1
berdasarkan hal tersebut, ditentukan
populasi dalam penelitian dengan kriteria Sedangkan untuk kinerja/penampilan
merupakan mahasiswa Binus University (service performance) diberikan penilaian
dengan tahun masuk 2009 dan pernah dengan bobot sebagai berikut:
menggunakan fasilitas Auto-Borrowing 1. Jawaban sangat baik berbobot 4
Machine di LKC Binus University Kampus 2. Jawaban baik berbobot 3
Anggrek. 3. Jawaban kurang baik berbobot 2
4. Jawaban tidak baik berbobot 1
Menurut Mantra dan Kasto (1989) dalam
Masri Singarimbun (1995) dinyatakan Melalui hasil penilaian tingkat kepentingan
bahwa jumlah minimal untuk perkiraan (harapan) dan kinerja tersebut diperoleh
jumlah sampel adalah sebanyak 30 sampel. perhitungan tingkat kesesuaian antara
Sehingga diputuskan bagi penelitian ini tingkat kepentingan (harapan) dengan
untuk mengambil sampel dengan jumlah 30 pelaksanaannya (kinerja) oleh Library and
sampel. Pengambilan sampel pada Knowledge Center (LKC) Binus University
penelitian dilakukan dengan teknik non- Kampus Anggrek. Tingkat kesesuaian
probability sampling yaituconvenience merupakan hasil perbandingan skor
sampling, yang berarti responden yang kinerja/pelaksanaan dan skor kepentingan
menjadi sampel penelitian dipilih karena (harapan). Tingkat kesesuaian ini yang
berada pada tempat dan waktu yang sama menentukan prioritas peningkatan faktor-
saat penelitian dilakukan (Istijanto, 2006). faktor yang mempengaruhi kepuasan
pengguna (J. Supranto, 2011).
Bentuk pertanyaan untuk kuesioner adalah
bentuk pertanyaan tertutup. Sedangkan, Hasil perhitungan tingkat kesesuaian
untuk menjawab perumusan masalah dituangkan ke dalam bentuk persentase
mengenai sejauh mana tingkat kepuasan penilaian. Selanjutnya tingkat unsur-unsur
pengguna terhadap fasilitas auto-borrowing (atribut) dibagi menjadi empat bagian besar
machine, digunakan importance- dalam diagram Kartesius. Diagram tersebut
performance analysis (John A. Martila and dapat dilihat sebagai berikut:
John C. James, 1977 dalam J. Supranto,
2011) atau analisis tingkat kepentingan dan
kinerja / kepuasan pelanggan. Dalam hal
ini, digunakan 4 (empat) skala Likert yang
terdiri atas sangat penting, penting, kurang

4
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha

c. Lokasi ABM
d. Luas ruang ABM
H Prioritas Pertahankan e. Kerapian dan kebersihan
a Utama Prestasi lingkungan fasilitas ABM
r A B 2. Kehandalan (Reliability)
a C D a. Kejelasan petunjuk penggunaan
p fasilitas ABM
Prioritas Berlebihan
a
Rendah b. Kelancaran proses peminjaman
n
Pelaksanaan (Kinerja Layanan) yang menggunakan fasilitas ABM
c. Durasi waktu peminjaman buku
Gambar 2. Diagram kartesius (dalam J. dengan ABM
Supranto, 2011) d. Ketepatan waktu jam operasional
layanan perpustakaan untuk
fasilitas ABM
Keterangan: e. Kemudahan menggunakan feature
A. Menunjukkan faktor atau atribut yang perangkat ABM (seperti card
dianggap mempengaruhi kepuasan scanner, tag reader, dll)
pengguna, termasuk unsur-unsur jasa 3. Daya Tanggap (Responsiveness)
yang dianggap sangat penting, namun a. Kecepatan respon saat melakukan
manajemen belum melaksanakannya proses peminjaman dengan ABM
sesuai keinginan pengguna. Sehingga b. Ketanggapan petugas terhadap
mengecewakan atau tidak puas. keluhan dan saran untuk ABM
B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang c. Ketanggapan petugas melayani
telah berhasil dilaksanakan pengguna saat terjadi gangguan
perpustakaan, untuk itu wajib pada perangkat ABM
dipertahankan. Dianggap sangat 4. Jaminan (Assurance)
penting dan sangat memuaskan. a. Hasil dari rekaman/record
C. Menunjukkan beberapa faktor yang peminjaman buku
kurang penting pengaruhnya bagi b. Kejelasan tampilan peringatan
pelanggan, pelaksanaannya oleh error saat terjadi kesalahan dalam
perpustakaan biasa-biasa saja. peminjaman
Dianggap kurang penting dan kurang c. Kemampuan petugas menjawab
memuaskan. pertanyaan pengguna mengenai
D. Menunjukkan faktor yang ABM
mempengaruhi pengguna kurang d. Kemampuan petugas untuk
penting, akan tetapi pelaksanaannya berkomunikasi dengan pengguna
berlebihan. Dianggap kurang penting 5. Perhatian (Empathy)
tapi sangat memuaskan. a. Interface/tampilan layar ABM
b. Perhatian/kepedulian petugas
Adapun kelima indikator kuesioner beserta untuk membantu setiap pengguna
atributnya, dapat diuraikan sebagai berikut: yang kesulitan menggunakan ABM
1. Bukti Fisik (Tangible) c. Petugas melayani setiap pengguna
a. Jumlah perangkat ABM dengan sopan dan ramah
b. Kondisi fisik ABM

5
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek

Sesuai dengan indikator dan atribut fasilitas layanan serta efektifitas waktu
kuesioner yang ditunjukkan di atas, pelayanan.
pembuatan setiap atribut dari kuesioner
didasarkan pada literatur-literatur berbentuk Analisis dan Interpretasi Data
jurnal lain yang membahas mengenai Pendekatan analisis yang digunakan adalah
praktik dimensi kualitas layanan pada objek analisis deskriptif, yakni analisis yang
yang diteliti pada jurnal tersebut. Pada memberikan informasi hanya mengenai data
dimensi bukti fisik (tangible), didapatkan yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji
bahwa pengukuran kualitas layanan dapat hipotesis dan kemudian menarik kesimpulan
dilihat melalui jumlah, kondisi fisik, lokasi, yang digeneralisasikan untuk data yang
luas dan kerapian serta kebersihan sesuai lebih besar atau populasi. Data yang telah
yang dijelaskan dalam jurnal yang berjudul terkumpul dan ditabulasi, pada akhirnya
Improved Customer Service Using RFID akan diinterpretasikan ke dalam narasi dan
Technology oleh Patrick Jaska et al. (2010). kemudian dihitung rata-rata persentase
masing-masing terhadap penggunaan
Pada jurnal tersebut dinyatakan bahwa fasilitas auto-borrowing machine
kualitas layanan internal yang terdiri atas berdasarkan pernyataan pendapat kepuasan
pendesainan ruang kerja serta alat-alat yang responden.
digunakan untuk melayani pengguna perlu
diperhatikan. Sedangkan atribut yang Selain melihat hasil dari perhitungan
dimiliki oleh dimensi kehandalan persentase, data yang telah terkumpul
(reliability) didasarkan pada jurnal yang tersebut juga dianalisis dengan menghitung
berjudul Exploring User’s Perception rata-rata (mean) dari setiap atribut
toward Automated Checkout Trolley in kuesioner, kemudian dimasukkan ke dalam
Developing Countries oleh Koh Peik See et diagram kartesius untuk melihat important-
al. Pada jurnal tersebut, ditampilkan butir- performance dari kualitas layanan yang
butir kuesioner yang digunakan untuk diberikan. Dari hal tersebut, akan muncul
mengukur pendapat pengguna pada gambaran tingkat kepuasan pengguna
penggunaan fasilitas troli belanja terotomasi perpustakaan akan layanan fasilitas auto-
di supermarket, yang mana dijadikan borrowing machine di LKC Binus
rujukan kuesioner pada atribut kejelasan University Kampus Anggrek. Hasil
petunjuk, kelancaran proses, durasi waktu, penelitian dalam mengidentifikasi tingkat
dan kemudahan menggunakan fitur tersebut. kepuasan pengguna terhadap fasilitas Auto-
Borrowing Machine dapat dilihat pada
Pada jurnal yang sama dengan dimensi bukti gambar 3 dan 4 berikut ini.
fisik (tangible) dan kehandalan (reliability)
juga menjadi rujukan pengambilan atribut
kuesioner dari dimensi daya tanggap
(responsiveness), jaminan (assurance), serta
perhatian (empathy) karena membahas
mengenai kinerja pegawai (employee
performance) yang bertanggung jawab pada

6
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha

12. Q12 (Ketanggapan petugas terhadap


keluhan dan saran untuk auto-
borrowing machine)
13. Q13 (Ketanggapan petugas melayani
pengguna saat terjadi gangguan pada
perangkat auto-borrowing machine)
Jaminan (Assurance)
14. Q14 (Hasil dari rekaman / record
peminjaman buku)
Gambar 3. Tingkat kepuasan dalam 15. Q15 (Kejelasan tampilan peringatan
diagram kartesius (per atribut) error saat terjadi kesalahan dalam
Keterangan: peminjaman)
Bukti Fisik (Tangible) 16. Q16 (Kemampuan petugas menjawab
1. Q1 (Jumlah perangkat auto-borrowing pertanyaan pengguna mengenai auto-
machine) borrowing machine)
2. Q2 (Kondisi fisik auto-borrowing 17. Q17 (Kemampuan petugas untuk
machine) berkomunikasi dengan pengguna)
3. Q3 (Lokasi auto-borrowing machine) Perhatian (Empathy)
4. Q4 (Luas ruangan auto-borrowing 18. Q18 (Interface / tampilan layar auto-
machine) borrowing machine)
5. Q5 (Kerapian dan kebersihan 19. Q19 (Perhatian.kepedulian petugas
lingkungan fasilitas autoborrowing untuk membantu setiap pengguna yang
machine) kesulitan menggunakan auto-borrowing
Kehandalan (Reliability) machine)
6. Q6 (Kejelasan petunjuk penggunaan 20. Q20 (Petugas melayani setiap pengguna
fasilitas auto-borrowing machine) dengan sopan dan ramah)
7. Q7 (Kelancaran proses peminjaman
yang menggunakan fasilitas auto- Keterangan:
borrowing machine)
8. Q8 (Durasi waktu peminjaman buku
dengan auto-borrowing machine) A B
9. Q9 (Ketepatan waktu jam operasional
layanan perpustakaan untuk fasilitas
auto-borrowing machine) C
10. Q10 (Kemudahan menggunakan feature D
perangkat autoborrowing machine
seperti card scanner, tag reader, touch
screen,dll)
Daya Tanggap (Responsiveness) Gambar 4. Tingkat kepuasan dalam
11. Q11 (Kecepatan respon saat melakukan diagram kartesius (per indikator)
proses peminjaman dengan auto-
borrowing machine) 1. Bukti Fisik (Tangible)
2. Kehandalan (Reliability)
3. Daya Tanggap (Responsiveness)

7
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek

4. Jaminan (Assurance) jaminan (assurance), dan perhatian


5. Perhatian(Empathy) (empathy) secara keseluruhan dinyatakan ke
dalam kategori baik oleh 30 responden. Hal
Sesuai dengan gambar 3 dan 4 di atas, ini membuktikan bahwa tingkat kinerja
diperlihatkan penempatan atribut pada layanan fasilitas auto-borrowing machine di
kuadran yang dimiliki oleh kelima dimensi LKC Binus University Kampus Anggrek
kualitas layanan fasilitas auto-borrowing digolongkan ke dalam pernyataan baik oleh
machine. Hal ini menggambarkan tingkat responden. Sesuai dengan kebermanfaatan
kepuasan pengguna sesuai dengan penerapan sistem RFID di kegiatan
perbandingan antara harapan dengan kinerja perpustakaan, keunggulan utama masing-
dari fasilitas auto-borrowing machine. masing komponen sistem RFID adalah
adanya peningkatan kualitas pelayanan yang
Hasil penilaian akan kinerja layanan dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
harapan pengguna memungkinkan pihak pengguna.
perpustakaan untuk dapat memfokuskan
usaha-usaha perbaikan berdasarkan atribut- Kedua, berdasarkan important-performance
atribut yang dinilai oleh pengguna analysis, dari keseluruhan atribut yang
(responden) sebagai hal yang penting. menjadi indikator kualitas layanan,
Usaha-usaha ini dilakukan untuk umumnya atribut yang paling dominan
meningkatkan kepuasan pengguna dalam terdapat di kuadran A yang berarti perlu
melakukan peminjaman mandiri melalui diperhatikan kembali
fasilitas auto-borrowing machine. Untuk kinerja/pelaksanaannya oleh pihak
memperoleh titik-titik dalam diagram perpustakaan guna mencapai kepuasan
kartesius, diperlukan penghitungan bobot pengguna sesuai yang diharapkan.
terlebih dahulu, untuk mendapatkan nilai
rata-rata (mean) dari masing-masing atribut. Ketiga, terdapat pula dua indikator yang
Seperti yang ditunjukkan oleh berada di kuadran A, yaitu indikator daya
gambar 3 dan 4 di atas, dapat disimpulkan tanggap (responsiveness) dan indikator
bahwa terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian (empathy). Sesuai dengan kriteria
faktor dalam mempengaruhi kepuasan kuadran A, indikator tersebut juga perlu
pengguna terhadap layanan mandiri LKC diperhatikan kembali kinerja oleh pihak
Binus University Kampus Anggrek yang perpustakaan.
terbagi menjadi empat bagian kuadran A, B,
C dan D. Keempat, untuk masing-masing tingkat
kesesuaian yang dimiliki oleh atribut, dapat
Kesimpulan menggambarkan tingkat kepuasan pengguna
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah terhadap fasilitas auto-borrowing machine.
dikemukakan sebelumnya, maka hasil Tingkat kesesuaian terbesar berada di atribut
penelitian ini dapat disimpulkan pada empat (Q14) yakni hasil dari rekaman / record
bagian besar. Pertama, dimensi kualitas peminjaman buku sebesar 100%. Sedangkan
layanan yang terdiri dari lima dimensi yakni tingkat kesesuaian terkecil berada di atribut
bukti fisik (tangible), kehandalan (Q6) yakni kejelasan petunjuk penggunaan
(reliability), daya tanggap (responsiveness),

8
Madiareni Sulaiman, Arie Nugraha

fasilitas auto-borrowing machine sebesar dapat dengan lancar melakukan kegiatan


81,3%. peminjaman secara mandiri tanpa dibantu
oleh petugas perpustakaan serta pihak
Dari uraian di atas didapatkan hasil dari perpustakaan perlu memperhatikan durasi
penelitian bahwa telah tercapainya kepuasan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pengguna terhadap fasilitas layanan auto- peminjaman buku dengan auto-borrowing
borrowing machine di LKC Binus machine agar gangguan durasi seperti tidak
University Kampus Anggrek dalam tingkat terbacanya bahan pustaka oleh RFID reader
tidak memuaskan sesuai definisi kuadran A dan gangguan lain tidak akan
dengan beberapa catatan bagi pihak memperlambat proses peminjaman oleh
perpustakaan untuk meningkatkan serta pengguna. Disamping itu, pihak
mempertahankan beberapa dimensi kualitas perpustakaan perlu meningkatkan
layanan yang ditampilkan dalam hasil perhatian/kepedulian petugas untuk
penelitian ini untuk diperhatikan lebih lanjut membantu setiap pengguna yang kesulitan
tingkat kinerja/pelaksanaannya. menggunakan auto-borrowing machine agar
pengguna yang saat melakukan peminjaman
Saran mengalami masalah saat kegiatan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini terdapat berlangsung, dapat dengan mudah
saran yang terbagi menjadi dua bagian menemukan petugas yang sigap membantu
besar, yakni bagian fisik layanan fasilitas mengatasi hal tersebut.
auto-borrowing machine dan bagian sumber
daya manusia yang bertanggung jawab Secara keseluruhan, pihak perpustakaan
dalam pelayanan fasilitas auto-borrowing perlu meningkatkan kualitas layanan
machine. berdasarkan dimensi daya tanggap
(responsiveness) dan perhatian (empathy)
Pertama, perpustakaan perlu menambah agar pengguna dapat terpenuhi
jumlah perangkat auto-borrowing machine kebutuhannya sehingga mencapai kepuasan
agar pengguna yang menggunakan fasilitas sesuai yang diharapkan oleh pengguna atas
tersebut dapat terlayani dalam waktu yang dasar tingkat kepentingannya.
bersamaan serta memperhatikan kondisi
fisik dari auto-borrowing machine agar Daftar Acuan
pengguna dapat dengan nyaman Tjiptono, Fandy. (2000). Manajemen jasa.
menggunakan fasilitas tersebut. Kejelasan Yogyakarta: Andi Offset
petunjuk penggunaan fasilitas auto- Istijanto. (2006). Riset sumber daya
borrowing machine juga perlu menjadi manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka
perhatian utama agar pengguna yang kurang Utama
mengerti akan tata cara penggunaan fasilitas Supranto, J. (2011). Pengukuran tingkat
ini bisa menggunakannya dengan baik dan kepuasan pelanggan: untuk menaikkan
lancar sesuai petunjuk yang diberikan. pangsa pasar. Jakarta: Rineka Cipta
Jasca, Patrick. (2010). Improved customer
Kedua, pihak perpustakaan perlu service using RFID technology. The
memperhatikan kelancaran proses Review of Business Information Systems.
peminjaman yang menggunakan fasilitas Third Quarter 2010, 14 (3): hlm. 11-18.
auto-borrowing machine agar pengguna

9
Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Auto-Borrowing Machine Di Library And Knowledge Center (Lkc)
Binus University Kampus Anggrek

Kotler, Philip. (1997). Manajemen


pemasaran jasa jilid I. Jakarta: PT.
Prenhallindo
Koh, Peik See. Exploring User’s Perception
toward Automated Checkout Trolley in
Developing Countries. Proceedings of
European Computing Conference.
Singarimbun, Masri & Effendi, Soffian.
(1995). Metodologi penelitian survey.
Jakarta: LP3ES
Shahid, S. (2005). Use of RFID technology
in libraries: a new approach to
circulation, tracking, inventorying, and
security of library materials. Library
Philosophy and Practice. 8 (1)
Sulistyo-Basuki. (1993). Pengantar ilmu
perpustakaan. Jakarta: Gramedia
Website LKC Binus University. 1
November 2012.
www.library.binus.ac.id
Website LibBest-Library RFID
Management System. 10 November
2011. www.rfid-library.com

10
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi

JARINGAN KOMUNIKASI ORGANISASI DI PERPUSTAKAAN


INDONESIA RAYA DALAM RANGKA MEMBERIKAN LAYANAN
INFORMASI

Fariz Miharja

Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

e-mail: fariz.miharja@ui.ac.id

Abstrak

Penelitian ini membahas mengenai jaringan komunikasi organisasi yang terdapat di Perpustakaan Indonesia Raya
dalam rangka memberikan layanan informasi. Jaringan komunikasi organisasi tersebut terbentuk karena adanya
pertukaran pesan antar peran atau posisi pegawai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi,
dan analisis dokumen. Perpustakaan Indonesia Raya, yang merupakan perpustakaan di bawah lembaga pemerintah
dikelola oleh Sekretariat Jenderal Indonesia Raya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa jaringan komunikasi
muncul dalam bentuk tugas pembuatan kliping koran, rapat rabuan, dan kunjungan bawahan ke ruang atasan.
Melalui proses sosial, jaringan komunikasi organisasi di Perpustakaan tersebut dibangun oleh nilai keterbukaan
dan ketulusan. Nilai tersebut muncul berdasarkan kepentingan atasan yang ingin dihormati oleh bawahannya, dan
bawahan yang memiliki kepentingan ingin dihargai oleh atasannya berdasarkan peran atau posisinya. Jaringan
komunikasi organisasi di perpustakaan tersebut dalam rangka memberikan layanan informasi ditentukan oleh
peran Susan sebagai pemimpin pendapat. Peran tersebut menyatukan simpul-simpul jaringan. Kesimpulannya
adalah jaringan komunikasi organisasi di Perpustakaan Indonesia Raya dibangun oleh nilai keterbukaan dan
ketulusan melalui komunikasi di antara atasan dan bawahan. Adapun saran yang diajukan adalah adanya
peningkatan interaksi di antara atasan maupun bawahan, peningkatan ketegasan atasan terhadap bawahan, dan
atasan membuat peninjauan ulang terhadap struktur organisasi perpustakaan.

Kata Kunci:Jaringan Komunikasi Organisasi; Kepentingan; Nilai Keterbukaan dan Ketulusan; Proses Sosial.

Abstract

This thesis discusses the organization's communications network contained in the library of Indonesia Raya in
order to provide information services. That organizational communication network is formed by the exchange of
messages between role and position of employee. This study used a qualitative approach with case study method.
Data collection methods that used in this study were interviews, observations, and document analysis. Library of
Indonesia Raya, which is a library under a government institution, is administered by the Secretariat General of
Indonesia Raya. The research findings indicate that the communication network emerged in the form of newspaper
clippings task, Wednesday’s meetings, and visits of subordinates to the superior. Through the social process,
organizational communication networks in the library was built by the values of transparency and sincerity. Values
are emerging based on the interests of superior who want to be respected by his subordinates, and subordinates
who have interest to be appreciated by their superior based on the role or position. Organizational communication
networks in the library in order to provide the information specified by Susan's role as an opinion leader. That
role brings together the network nodes. The conclusion is an organizational communication network in the library
of Indonesia Raya was built by the value of transparency and sincerity through communication between superior
and subordinates. The suggestions that can be given are to enhance interaction between superior and subordinates,
the assertiveness increased of superior to subordinates, and making a review of the organizational structure of the
library.

Keywords: Interest; Openness and Candor value; Organizational communicational network; Social Processes.

11
Fariz Miharja

Pendahuluan
Latar Belakang Tinjauan Literatur
Jaringan komunikasi organisasi merupakan
salah satu kegiatan yang berperan penting Konsep Jaringan Komunikasi Organisasi
dalam memberikan layanan informasi di Sebagaimana telah diketahui bahwa
perpustakaan khusus. Menurut Petter R pertukaran pesan yang terjadi diantara
Monge yang dikutip oleh Morrisan bahwa sejumlah individu dan kelompok terjadi
jaringan komunikasi organisasi adalah ketika adanya komunikasi sehingga
struktur sosial yang diciptakan melalui menimbulkan suatu keteraturan “siapa
komunikasi di antara sejumlah individu dan berbicara dengan siapa”. Menurut
kelompok. Artinya, ketika seseorang Danowski (1976) yang dikutip oleh R
berkomunikasi dengan orang lain, maka Wayne Pace (2006: 176) bahwa terdapat
terciptalah suatu hubungan (link) yang tujuh peranan jaringan komunikasi
merupakan garis-garis komunikasi dalam organisasi, yaitu :
organisasi. Kenyataannya adalah kegiatan 1. Klik (Clique)
pertukaran pesan yang terjadi di dalamnya Klik adalah sebuah kelompok individu
menciptakan suatu proses sosial dan yang paling sedikit separuh dari
kepentingan yang belum berjalan sesuai kontaknya merupakan hubungan
dengan harapan sehingga terjadi kekacauan dengan anggota-anggota lainnya.
pada jaringan komunikasi organisasi 2. Jembatan (Bridge)
tersebut. Jembatan adalah seorang anggota klik
yang memiliki sejumlah kontak yang
Mengacu pada pengertian mengenai menonjol dalam kontak antar
jaringan komunikasi organisasi, maka usaha kelompok, juga menjalin kontak dengan
penelitian ini bertujuan untuk mengubah anggota klik lain.
tingkah laku lama pegawai Perpustakaan 3. Penghubung (Liaison)
Indonesia Raya (bukan nama sebenarnya) Penghubung merupakan seseorang di
dalam memberikan layanan informasi. dalam klik yang berperan sebagai
Sesuai dengan hakikat perpustakaan yang penghubung antara dua klik atau lebih
memiliki kegiatan pengadaan, pengolahan, tetapi ia bukan anggota salah satu
dan pelayanan. Namun, ketiga kegiatan kelompok tersebut.
perpustakaan belum berjalan semestinya 4. Penjaga gawang (Gate keepers)
dan tidak sebanding dengan jumlah pegawai Di dalam sebuah anggota klik terdapat
yang ada. Adapun Perpustakaan Indonesia seseorang yang secara strategis
Raya merupakan lembaga pemerintah yang ditempatkan di dalam jaringan agar
berada di bawah naungan Sekretariat dapat melakukan pengendalian atas
Jenderal Indonesia Raya. Perpustakaan ini pesan apa yang akan disebarkan melalui
dipilih sebagai lokasi penelitian karena sistem tersebut.
merupakan perpustakaan milik pemerintah
yang memiliki jaringan komunikasi
organisasi kompleks yang dibentuk oleh 5. Pemimpin pendapat (Opinion leader)
peran atau posisi pegawai di dalamnya Di dalam sebuah anggota klik, terdapat
untuk mendukung tugas menyediakan seseorang yang dibutuhkan karena
layanan informasi.

12
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi

memiliki pengaruh yang kuat dalam yang terbentuk. Menurut W Charles


pembuatan keputusan. Redding (1972) yang dikutip dari Andre
6. Kosmopolit (Cosmopolit) Harjana (2007: 202) bahwa terdapat lima
Di dalam sebuah anggota klik, terdapat faktor penting nilai yang membangun
seseorang yang bertugas melakukan jaringan komunikasi organisasi, yaitu :
kontak dengan dunia luar yaitu dengan 1. Keterbukaan dan ketulusan (Openness
individu-individu di luar organisasi. and candor)
7. Penyendiri (Isolate) Nilai ini terjadi di antara atasan,
Penyendiri adalah mereka yang hanya bawahan, maupun sesama hirarki yang
melakukan sedikit atau sama sekali dapat menjadi kunci dalam pembuatan
tidak mengadakan kontak dengan keputusan. Kurangnya sifat ini akan
anggota kelompok lainnya. menyebabkan pembokan dalam
penyampaian pesan.
Ketujuh peranan jaringan komunikasi 2. Kepercayaan, keyakinan, dan
tersebut saling mengisi satu sama lain kredibilitas (Trust, confidence, and
membentuk suatu struktur hubungan antara creadibility)
satu individu dengan individu lain di dalam Nilai ini mengacu pada alat yang
organisasi. Adapun gambaran yang digunakan pegawai dalam
menunjukkan ketujuh peranan jaringan berkomunikasi. Adapun alat
komunikasi tersebut adalah sebagai berikut: berkomunikasi tersebut adalah tatap
muka.
3. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
Bridge
(Participative decision making)
Klik 1 Nilai ini terlihat apabila pegawai
Klik 4
Bridge bertemu untuk membicarakan suatu
Penghubung
keputusan yang menyangkut organisasi,
Bridge
(Liaison) misalnya adalah melalui rapat.
Gate
keepers
4. Dukungan (Supportiveness)
Klik 3 Klik 2
Isolate Nilai ini sejalan dengan nilai partisipasi
Opinion
leader
yang telah dibahas sebelumnya. Nilai
Gambar 1Diagram Jaringan kerja yang menunjukkan ini diberikan oleh sesama pegawai
peranan jaringan komunikasi organisasi dalam menjalankan tugas.
5. Tujuan kinerja tinggi (High
Dari gambar tersebut, terlihat terdapat performance goals)
lingkaran dan arah panah ke kiri dan ke Nilai ini memperlihatkan kinerja
kanan yang menunjukkan kepentingan- pegawai di dalam suatu organisasi yang
kepentingan yang menunjukkan keteraturan erat dengan komunikasi atasan kepada
siapa berbicara dengan siapa. Sedangkan bawahannya.
lingkaran menunjukkan seseorang yang
menempati peran atau posisi tertentu dalam
jaringan komunikasi organisasi. Selain Setelah mengetahui jenis nilai yang terdapat
membentuk tujuh peranan, terdapat lima di dalam jaringan komunikasi organisasi,
nilai yang terbentuk akibat arah komunikasi maka setiap individu yang berperan di

13
Fariz Miharja

dalam organisasi tersebut diharapkan dapat 2. Nilai apakah yang membangun jaringan
mengetahui cara berkomunikasi yang baik komunikasi dalam rangka memberikan
pada kelompok tugas organsiasi dalam layanan informasi seperti yang
rangka memberikan layanan informasi diinginkan?
untuk meningkatkan produktifitas
organisasi. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah yakni
Jika dikaitkan dengan penelitian mengenai sesuai dengan latar belakang yang telah
jaringan komunikasi organisasi yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu:
dilakukan, terdapat penelitian sebelumnya 1. Untuk memahami peran atau posisi
yang mendukung penelitian ini yakni komunikasi pegawai dalam
mengenai jaringan komunikasi organisasi membangun jaringan komunikasi
berjudul “Audit Jaringan Komunikasi pegawai Perpustakaan Indonesia Raya
Internal : Audit Mini Komunikasi Terhadap sehingga dapat memberikan layanan
Karyawan Radio One Jakarta” yang informasi seperti yang diinginkan.
merupakan karya ilmiah saudari Ainur 2. Untuk mengidentifikasi nilai yang
Rafikah yang merupakan seorang alumni membangun jaringan komunikasi
Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi organisasi dalam pemberian layanan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan informasi tersebut.
Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Penelitian sebelumnya lebih memfokuskan Manfaat Penelitian
kepada dinamika kerja karyawan yang Sehubungan dengan tujuan penelitian yang
berlangsung ketika pendistribusian dibahas sebelumnya, hasil penelitian ini
informasi kepada audience. Sedangkan, diharapkan dapat memberikan beberapa
dalam penelitian ini jaringan komunikasi manfaat, antara lain :
organisasi akan dipersempit menjadi 1. Manfaat Akademik
jaringan komunikasi organisasi yang Dalam manfaat akademik, diharapkan
dibahas dalam ruang lingkup pegawai dapat memberikan kontribusi pada
Perpustakaan Indonesia Raya terkait dengan pengembangan ilmu perpustakaan dan
adanya proses sosial dan kepentingan di informasi terutama dalam hal jaringan
dalamnya beserta nilai yang membangun komunikasi organisasi pada
jaringan komunikasi dalam rangka perpustakaan khusus untuk
memberikan layanan informasi. menciptakan efektifitas dan efisiensi
kerja pegawai dalam memberikan
Pertanyaan Penelitian layanan informasi.
Berdasarkan latar belakang telah dijelaskan, 2. Manfaat Praktis
maka pertanyaan penelitian yang akan Diharapkan penelitian ini dapat
dibahas dalam penelitian ini adalah: bermanfaat untuk memberikan
1. Bagaimana peran atau posisi pegawai masukan bagi Perpustakaan Indonesia
dalam organisasi Perpustakaan Raya untuk meningkatkan produktifitas
Indonesia Raya membangun jaringan kerja sesuai dengan peran atau
komunikasi dalam rangka memberikan posisinya guna memberikan layanan
layanan informasi seperti yang informasi secara prima.
diinginkan?

14
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi

berhubungan dengan penelitian


Metode Penelitian mengenai jaringan komunikasi
Penelitian ini merupakan penelitian organisasi.
kualitatif dengan menggunakan metode 2. Observasi
studi kasus. Mengacu pada metode Selain melakukan wawancara, peneliti
penelitian yang telah dijelaskan melakukan observasi partisipan dengan
sebelumnya, jika dikaitkan dengan informan melihat interaksi sesama pegawai guna
yang digunakan, maka dalam penelitian ini memperkaya informasi yang
digunakan suatu cara pemilihan sampel tersembunyi dan tidak terungkap
bertujuan (purposive sampling). Kriteria selama wawancara.
pemilihan informan ditentukan berdasarkan 3. Analisis dokumen
lamanya pegawai menjabat dan kapabilitas Setelah data diperoleh melalui
pekerjaan yang diterima. Berikut merupakan wawancara mendalam dan observasi
informan yang identitasnya disamarkan. partisipan, peneliti melakukan
pengecekan terhadap dokumen primer
Nama Jenis Pekerjaan dan sekunder terkait dengan penelitian
Samaran Kelamin yang dilakukan.
Puspa P Kepala
bidang Metode analisis data
perpustakaan Setelah mengumpulkan data yang
Susan P Pegawai tata berhubungan dengan penelitian jaringan
usaha komunikasi organisasi, peneliti
Dian P Staf menganalisis data melalui tiga tahap, yaitu :
perpustakaan 1. Catatan lapangan (fieldnotes)
Farhan L Staf Pada tahap ini peneliti menulis dan
perpustakaan mencatat semua hal yang dilihat ketika
Rosa P Staf berada di lapangan.
perpustakaan 2. Koding
Ratna P Staf Setelah membuat catatan lapangan,
perpustakaan peneliti menganalisis dan
Nabila P Pustakawan mengkategorikan data-data yang
Narji L Pustakawan diperoleh di lapangan.
3. Interpretasi
Metode pengumpulan data. Pada tahap ini Setelah data dikategorikan, peneliti
peneliti melakukan tiga tahap di dalam menginterpretasi fenomena yang terjadi
pengumpulan data terkait dengan penelitian menggunakan teknik thick description.
yang dilakukan, diantaranya adalah : Teknik ini merupakan cara menjelaskan
1. Wawancara perilaku manusia sekaligus konteks
Pada tahap ini peneliti melakukan yang melingkupi suatu fenomena
wawancara mendalam dengan tujuan sehingga perilaku manusia dapat
menggali informasi yang tersimpan dimaknai.
pada informan terkait. Tentunya,
pertanyaan wawancara yang dilakukan

15
Fariz Miharja

Peranan Jaringan Komunikasi Setelah mengetahui siapa saja pegawai


Organisasi di Perpustakaan Indonesia yang berperan sebagai klik, maka kali
Raya Dalam Rangka Memberikan ini akan dibahas mengenai siapa saja
Layanan Informasi. pegawai yang berperan sebagai
Berdasarkan tinjauan literatur yang telah jembatan. Sebagaimana telah diketahui
dibahas sebelumnya bahwa pertkaran pesan bahwa jembatan merupakan seseorang
yang terjadi di antara individu atau yang menonjol di dalam sebuah klik
kelompok menimbulkan suatu keteraturan yang menggabungkan antara satu
“siapa berbicara dengan siapa”. Terkait anggota klik dengan klik lain (R Wayne
dengan hal tersebut, maka setiap individu di Pace,2006: 179). Berdasarkan hasil
Perpustakaan Indonesia Raya menempati penelitian di lapangan, pegawai yang
peranan masing-masing di dalam sistem berperan sebagai jembatan adalah Rosa,
jaringan komunikasi organisasi. Adapun Susan, Farhan, Ranti, Nabila,
peranan yang dimaksud adalah sebagai Widyawati, Ratna, dan Narji.
berikut: 3. Penghubung (Liaison)
1. Klik (Clique) Selain berperan sebagai jembatan,
Menurut hasil penelitian di lapangan, terdapat pegawai yang berperan sebagai
pegawai Perpustakaan Indonesia Raya penghubung. Seperti yang telah
yang berperan sebagai klik dapat diketahui bahwa penghubung berperan
melakukan suatu hubungan sosial. Di sebagai penghubung antara dua klik
dalam proses sosial jika dilihat dari atau lebih, tetapi ia bukan salah satu
proses sosial dan kepentingan yang anggota klik tersebut (R Wayne Pace,
mereka miliki, mereka mampu 2006: 179). Berdasarkan hasil
melakukan kontak sosial dan penelitian, pegawai yang berperan
komunikasi dengan cara tatap muka sebagai penghubung adalah kepala
secara terbiasa dan melembaga bidang perpustakaan yaitu Puspa. Ia
dibandingkan melalui media. Dengan melakukan perannya ketika terdapat
cara tersebut, mereka dapat pegawai atau bawahan yang sedang
menciptakan suatu keakraban satu sama menyampaikan aspirasinya. Bentuk
lain. nyatanya adalah ketika mereka sedang
melaksanakan “rapat rabuan” dan
Menurut hasil penelitian di lapangan ketika bawahan sedang menemui Puspa
pula, terdapat enam klik yang terbentuk. di ruangannya.
Klik tersebut adalah klik satu yang 4. Penjaga gawang (Gate keepers)
terdiri dari Susan dan Nabila, klik dua Selain mengetahui peran pegawai
yang terdiri dari Rosa dan Ratna, klik sebagai penghubung, di dalam jaringan
tiga terdiri dari Farhan dan Rizal, klik komunikasi organisasi pula terdapat
empat terdiri dari Rina, Fira, dan Ranti, peranan penjaga gawang. Berdasarkan
klik lima terdiri dari Ririn dan hasil penelitian, pegawai yang berperan
Widyawati, klik enam terdiri dari Deni, sebagai penjaga gawang adalah Susan.
Ari, Hengki, dan Narji. Ia melakukan perannya sebagai
pengendali pesan yang masuk dari dan
ke dalam Perpustakaan Indonesia Raya.
2. Jembatan (Bridge) 5. Pemimpin pendapat (Opinion leader)

16
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi

Di dalam jaringan komunikasi


organisasi, terdapat pegawai yang Kosmopolit
Nabila Ranti Klik 4 Rina
Bridge
menempai peranan pemimpin pendapat. Klik 1 Opinion
Pegawai yang dimaksud tersebut adalah Susan leader Fira
Penjaga
Susan. Ia memiliki pengaruh besar di Bridge Puspa
Gawang
Bridge Klik 5
dalam pembuatan keputusan yang Widyawati
Farhan
menyangkut Perpustakaan Indonesia Klik 3 Ririn
Ari
Klik 2
Rosa Isolate
Raya. Pendapat yang diajukannya Narji Klik 6
selalu diikuti oleh atasannya yaitu Dian
Puspa. Hengki Deni
6. Kosmopolit (Cosmopolit)
Selain memiliki peranan sebagai Gambar 3 Diagram jaringan kerja yang
pemimpin pendapat, di Perpustakaan menunjukkan peranan jaringan kerja
komunikasi di Perpustakaan Indonesia Raya
Indonesia Raya pula memiliki pegawai
yang berperan sebagai kosmopolit.
Berdasarkan hasil penelitian di Dari gambar di atas, terlihat bahwa terdapat
lapangan, pegawai tersebut adalah tujuh peranan jaringan komunikasi
Nabila, Rosa, Susan, dan Farhan. organisasi. Sistem jaringan komunikasi
Mereka sering berhubungan kerja organisasi tersebut terjadi karena adanya
dengan orang-orang yang berada di luar proses sosial dan kepentingan yang dimiliki
perpustakaan sesuai dengan job oleh individu atau kelompok. Adapun di
description yang mereka lakukan. dalam proses sosial dan kepentingan
7. Penyendiri (Isolate) tersebut, proses pembentukan jaringan
Selain keenam peranan jaringan komunikasi organisasi digambarkan dengan
komunikasi organisasi yang telah adanya bentuk lingkaran dan anak panah
disebutkan, terdapat satu peranan di yang menunjukan panah searah dan dua
luar klik yang ditempati oleh seorang arah, baik yang ke kanan maupun yang ke
pegawai Perpustakaan Indonesia Raya kiri.
yaitu Dian. Ia berperan sebagai
penyendiri karena sedikit melakukan Mengacu pada gambar di atas juga terdapat
kontak atau tidak sama sekali berbagai macam warna lingkaran oval yang
mengadakan kontak dengan kelompok menunjukan kedudukan pegawai di dalam
lainnya. Hal ini terjadi karena ruangan klik suatu jaringan komunikasi organisasi.
kerja dirinya yang terpisah sehingga Klik pertama yang terdiri dari Susan dan
sistem komunikasi tertutup baginya. Nabila ditandai dengan latar belakang
bentuk lingkaran oval berwarna merah
Terkait dengan tujuh peranan jaringan muda, klik kedua yang terdiri dari Rosa dan
komunikasi yang telah dijelaskan Ratna ditandai dengan latar belakang
sebelumnya di bawah ini merupakan lingkaran oval berwarna biru laut, klik
gambaran yang menunjukan peranan ketiga yang terdiri dari Farhan dan Rizal
jaringan komunikasi organisasi di ditandai dengan latar belakang lingkaran
Perpustakaan Indonesia Raya. oval berwarna hijau lumut, klik keempat
yang terdiri dari Ranti, Rina, dan Fira

17
Fariz Miharja

ditandai dengan latar belakang lingkaran yang diberikan oleh pegawai perpustakaan
oval berwarna jingga, klik kelima yang terkait.
terdiri dari Widyawati dan Ririn ditandai
dengan latar belakang lingkaran oval Jika dikaitkan dengan gambar di atas pula,
berwarna ungu, dan klik yang terakhir yaitu maka terbentuknya suatu jaringan
klik enam yang terdiri dari Narji, Hengki, komunikasi organisasi tidak terlepas dari
Ari, dan Deni ditandai dengan latar belakang peran Susan. Susan memiliki lima peranan
lingkaran oval berwarna biru muda dengan jaringan komunikasi organisasi sekaligus.
garis merah disisinya. Namun, diantara kelima peranan yang
dimilikinya terdapat satu peranan jaringan
Selain itu, lingkaran kecil berwarna komunikasi organisasi yang menonjol dan
merupakan gambaran peranan jaringan dapat menjadi satu peranan tersendiri
komunikasi organisasi selain klik. Jika pembentuk jaringan komunikasi organisasi.
diperinci lagi menjadi beberapa bagian, Hal ini karena dirinya merupakan seseorang
maka dapat dilihat pegawai yang berperan yang dipercaya oleh atasannya yaitu Puspa
sebagai jembatan dan kosmopolit yang dan rekan-rekannya di Perpustakaan
dianalogikan dengan bentuk lingkaran kecil Indonesia Raya. Di dalam memberikan
berwarna biru. Pegawai tersebut adalah suatu layanan informasi, jaringan
Rosa, Farhan, dan Nabila. Sedangkan untuk komunikasi organisasi seperti yang terdapat
pegawai yang berperan sebagai jembatan pada gambar di atas menunjukkan adanya
saja dapat dianalogikan dengan lingkaran suatu keterkaitan peranan yang diduduki
kecil yang berwarna merah. Pegawai oleh setiap pegawai.
tersebut adalah Ranti, Widyawati, Ratna,
dan Narji. Nilai Yang Membangun
JaringanKomunikasi Organisasi di
Adapun terdapat pegawai yang berperan Perpustakaan Indonesia Raya
sebagai penyendiri yang dianalogikan Selain mengetahui peranan yang terdapat di
dengan bentuk lingkaran kecil yang dalam jaringan komunikasi organisasi, maka
berwarna kuning. Pegawai yang dimaksud kali ini akan dibahas mengenai nilai-nilai
adalah Dian. Sedangkan untuk pegawai yang membangun jaringan komunikasi
yang berperan sebagai penghubung dapat organisasi di dalam Perpustakaan Indonesia
dianalogikan dengan bentuk lingkaran kecil Raya. Terbentuknya nilai-nilai ini jika
berwarna hijau lumut. Pegawai tersebut dilihat dari empat jenis arah komunikasi
yaitu Puspa sebagai kepala bidang yang terbentuk di dalamnya yaitu
perpustakaan. Sementara itu, untuk pegawai komunikasi atasan kepada bawahan
yang menempati posisi sebagai jembatan, (downward communication), komunikasi
penjaga gawang, pemimpin pendapat, dan bawahan kepada atasan (upward
kosmopolit dapat dianalogikan dengan communication), komunikasi di antara
bentuk lingkaran berwarna hitam. Selain individu yang memiliki hirarki yang sama
klik yang memiliki warna cerah, jika dilihat (horizontal communication), dan
dari gambar di atas terdapat klik yang komunikasi di antara individu yang
memiliki warna polos atau putih. Klik ini memiliki hirarki yang berbeda (diagonal
menunjukan minimnya kontribusi kinerja communication).

18
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi

Dengan melihat kontak sosial dan


menentukan makna interaksi yang terjadi di Jika dikaitkan dengan hal tersebut
antara pegawai yang membentuk jaringan terdapat kesenjangan antara pegawai
komunikasi organisasi di Perpustakaan yang “diperhatikan” dengan pegawai
Indonesia Raya, maka dapat terlihat suasana yang “diabaikan”. Mereka terlihat
dan moral organisasi yang melingkupi. belum bersinergi dalam hal cara
Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan berkomunikasi. Hal ini dapat dilihat
oleh R Wayne Pace (2006: 179) bahwa ketika bawahan yang memiliki keluhan
terdapat lima nilai penting yang membangun mengenai permasalahan yang tidak
jaringan komunikasi organisasi dalam dapat diselesaikan apabila ia
menentukan suasana dan moral tersebut. berkonsultasi dengan atasan.
Dalam hal ini nilai tersebut adalah nilai Berdasarkan hasil penelitian di
keterbukaan dan ketulusan (openness and lapangan pula menunjukkan bahwa
candor), nilai kepercayaan, keyakinan, dan kesenjangan tersebut dapat terjadi
kredibilitas (trust, confidence, and karena intensitas volume yang berbeda
creadibility), partisipasi dalam pembuatan antara atasan dengan bawahan. Akibat
keputusan (participative decision making), yang ditimbulkan dari hal ini adalah
dukungan (supportiveness), dan tujuan adanya rasa kekecewaan yang
kinerja tinggi (high performance goals). ditimbulkan dan bawahan hanya ingin
Nilai-nilai ini akan dijelaskan sebagai bekerja apabila mendapatkan tugas saja.
berikut:
1. Nilai keterbukaan dan ketulusan Selain itu, bagi pegawai yang merasa
(openness and candor) diperhatikan, bahwa ia merasakan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kedekatan antara dirinya dengan
bahwa nilai keterbukaan dan ketulusan atasannya. Atasan memberikan
diperoleh melalui komunikasi dari masukan terhadapnya apabila menemui
bawahan kepada atasan. Menurut R kesulitan, berbeda dengan perlakuan
Wayne Pace (2006: 189) menyebutkan yang diberikan kepada pegawai yang
bahwa komunikasi dari bawahan tidak diperhatikan oleh atasan.
kepada atasan memiliki arti bahwa
informasi mengalir dari tingkat yang 2. Nilai kepercayaan, keyakinan, dan
lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang kredibilitas (Trust, confidence, and
lebih tinggi (atasan). Terbentuknya creadibility)
jaringan komunikasi organisasi dilihat Selain memiliki nilai keterbukaan dan
dari adanya interaksi sosial yang terjadi ketulusan, terdapat nilai kepercayaan,
di antara mereka. Dari sini terlihat keyakinan, dan kredibilitas yang
bahwa terdapat masalah keterbukaan diberikan oleh atasan terhadap
terhadap atasan yaitu keterbatasan bawahannya dalam membangun
berbicara terhadap atasan karena rasa jaringan komunikasi organisasi di
takut menyinggung perasaan atasan. Perpustakaan Indonesia Raya. Nilai ini
Ternyata, setelah ditelisik lebih diberikan oleh atasan kepada
mendalam terdapat kesenjangan bawahannya karena adanya suatu
diantara atasan dengan bawahan. kedekatan yang menyebabkan adanya

19
Fariz Miharja

perbedaan dalam intensitas keputusan untuk membuat kebijakan


berkomunikasi yang dilakukan. Cara tersebut perlu dirundingkan oleh antar
penyampaian pesan yang dilakukan pegawai di dalamnya. Hal ini di
baim atasan maupun bawahan ini Perpustakaan Indonesia Raya biasa
dilakukan dengan cara tatap muka. Hal dilakukan di dalam suatu rapat rabuan.
ini sejalan dengan pikiran Dahle (1981) Di dalam rapat rabuan tersebut, atasan
yang dikutip dari Universitas Kristen memberikan kesempatan kepada
Petra (2009: 13) bahwa pesan itu akan bawahan untuk menyampaikan aspirasi,
lebih efektif bila dikirimkan dalam ide, gagasan, kegiatan maupun masalah
bentuk lisan dan tulisan. terkait dengan Perpustakaan Indonesia
Raya.
Jika dikaitkan dengan media
penyampaian tersebut, maka nilai Sependapat dengan yang diungkapkan
kepercayaan pun timbul ketika seorang oleh Khomsarial Ramli (2011: 176)
bawahan mulai dipercaya oleh bahwa bawahan diharapkan dapat
atasannya serta adanya sifat respect memberikan informasi tentang
yang ditunjukkan oleh yang prestasinya, praktik serta kebijakan
ditunjukkan oleh atasan kepada organisasi. Mengacu pada peryataan
bawahannya sebagai reaksi timbulnya tersebut, maka pegawai Perpustakaan
kepercayaan tersebut. Berdasarkan Indonesia Raya dituntut untuk bersikap
hasil penelitian pula akibat adanya nilai proaktif saat diadakan rapat rabuan.
kepercayaan, keytakinan, dan Tetapi pada kenyataannya, pegawai-
kredibilitas ini adalah apabila bawahan pegawai tertentu saja yang bersikap
sudah dipercaya oleh atasannya maka ia proaktif, sementara pegawai lainnya
akan menunjuk secara terus menerus tidak. Hal ini dipengaruhi oleh nilai
kepada pegawai tersebut. yang ada sebelumnya yaitu nilai
keterbukaan dan ketulusan yang
3. Nilai partisipasi dalam pembuatan mempengaruhi nilai partisipasi dalam
keputusan (Participative decision pembuatan keputusan ini. Nilai ini pula
making) terbentuk ketika bawahan sedang
Berdasarkan hasil penelitian di menemui atasan di ruangannya.
lapangan didapatkan bahwa terdapat
nilai partisipasi dalam pembuatan 4. Nilai dukungan (sense of mission)
keputusan. Perpustakaan Indonesia Selain nilai partisipasi dalam
Raya sebagai suatu organisasi di bawah pembuatan keputusan, terdapat nilai
lembaga pemerintah tentunya dukungan yang membangun di dalam
memerlukan kebijakan-kebijakan yang jaringan komunikasi organisasi. Nilai
perlu diperbaharui dari masa ke masa. dukungan terlihat pada komunikasi
Tentunya, untuk menunjang hal yang dibangun oleh atasan dengan
tersebut diperlukan suatu diskusi antar bawahannya. Hal ini sesuai dengan
pegawai di dalamnya. pernyataan yang dikemukakan oleh R
Wayne Pace (2006: 185) bahwa
Jika dikaitkan dengan nilai partisipasi informasi yang biasa dikomunikasikan
dalam pembuatan keputusan ini, maka dari atasan kepada bawahan yang salah

20
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi

satunya adalah informasi untuk pemahaman oleh pegawai yang


mengembangkan rasa memiliki tugas menempati peran atau posisi di
(sense of mission). dalamnya untuk mencapai suatu kinerja
yang maksimal.
Berdasarkan pendapat tersebut, sesuai
dengan penemuan di lapangan terkait di Jika dikaitkan dengan nilai tujuan
dalam membangun jaringan kinerja tinggi yang membangun
komunikasi organisasi bahwa atasan jaringan komunikasi organisasi di
yaitu Puspa sebagai seorang kepala Perpustakaan Indonesia Raya erat
bidang Perpustakaan Indonesia Raya kaitannya dengan motivasi kerja yang
memberikan suatu dukungan dan dilakukan oleh pegawai di dalamnya.
kepercayaan terhadap apa yang Menurut hasil penelitian di lapangan
dilakukan oleh bawahannya dan yakin motivasi kerja yang dilakukan oleh
bahwa bawhan dapat melakukan pegawai tersebut terbagi menjadi dua
pekerjaan tersebut dengan baik. Atasan yaitu motivasi kerja yang kurang dan
mengetahui dan menyadari siapa saja motivasi kerja yang tinggi. Bagi
bawahannya yang memiliki tugas sebagian pegawai yang memiliki
mengerjakan suatu pekerjaan. motivasi kerja yang kurang
Berdasarkan hasil penelitian di beranggapan bahwa mereka kurang
lapangan pula didapatkan bahwa porsi memahami Standar Operasional
dukungan yang diberikan oleh atasan Prosedur (SOP), konsistensi job
terhadap bawahannya ditentukan oleh description yang kurang, serta
faktor kedekatan seperti yang terdapat kurangnya perhatian atasan terhadap
pada nilai partisipasi dalam pembuatan dirinya. Hal ini bertolak belakang
keputusan. dengan pegawai yang memiliki
motivasi kerja yang tinggi, mereka
5. Nilai tujuan kinerja tinggi (high mengetahui segala apa saja yang harus
performance goals) mereka lakukan seseuai dengan job
Selain membutuhkan dukungan dari description nya masing-masing. Hal ini
atasan kepada bawahan, Perpustakaan pula dipengaruhi oleh perhatian yang
Indonesia Raya juga harus mampu diberikan oleh atasan terhadapnya.
bekerja dan mempertunjukkan Berdasarkan hal-hal tersebut maka
kinerjanya yang telah dikomunikasikan dapat disinyalir adanya pemahaman
sebelumnya oleh atasan. Bentuk yang efektif di antara keseluruhan
komunikasi ini terlihat dari adanya job pegawai Perpustakaan Indonesia Raya
description yang jelas yang didapatkan terhadap interaksi yang terjadi di dalam
kepada setiap bawahan termasuk jaringan komunikasi organisasi
atasan. Hal ini terkait dengan tersebut.
pencapaian tujuan kinerja yang
diharapkan. Oleh karena itu,
dibutuhkan adanya komunikasi yang Kesimpulan
efektif dari bawahan maupun atasan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan
Selain itu, dibutuhkan pula suatu mengenai jaringan komunikasi organisasi di

21
Fariz Miharja

Perpustakaan Indonesia Raya dalam rangka Mengacu pada peran atau posisi pegawai
memberikan layanan informasi, maka dapat dalam proses terbentuknya jaringan
dibuat suatu kesimpulan bahwa bahwa komunikasi organisasi diarahkan oleh peran
jaringan komunikasi organisasi di Susan. Ia menjadi seseorang yang dipercaya
Perpustakaan Indonesia Raya dibangun oleh oleh atasannya, Puspa, dan menjadi salah
nilai keterbukaan dan ketulusan. Nilai seorang yang dihormati oleh rekan-rekan
keterbukaan dan ketulusan ini digambarkan kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan adanya bentuk komunikasi dari terlah dilakukan terhadap Susan, maka ia
bawahan kepada atasan maupun sebaliknya. memiliki lima peranan jaringan komunikasi
Hal ini tidak terlepas dari adanya peran atau organisasi di dalam Perpustakaan Indonesia
posisi seorang pegawai dalam menjalankan Raya. Adapun peranan yang dimiliki Susan
pekerjaannya sehari-hari. yaitu sebagai klik (clique), kosmopolit
(cosmopolit), penjaga gawang (gate
Terkait dengan adanya peran atau posisi keepers), jembatan (bridge), dan pemimpin
pegawai dan nilai yang membangun pendapat (opinion leader). Di antara kelima
jaringan komunikasi organisasi di peranan jaringan komunikasi organisasi
Perpustakaan Indonesia Raya dalam rangka tersebut, berdasarkan hasil penelitian di
memberikan layanan informasi tersebut, lapangan pula terdapat peranan yang paling
maka nilai keterbukaan dan ketulusan ini menonjol bagi Susan yaitu pemimpin
terlihat ketika pegawai bertemu di ruang pendapat (opinion leader) yang dapat dilihat
atasan. Sikap atasan menunjukkan ketika pegawai sedang melakukan suatu
keterbukaan dengan mendengarkan pertemuan formal maupun tidak. Selain
bawahan ketika sedang berbicara. Hal ini pandai bergaul, peran tersebut ditunjang
ditunjang pula oleh pintu ruangan atasan dengan posisi ruangannya yang berdekatan
yang selalu terbuka. Sehingga bawahan dengan banyak pegawai lainnya.
dapat mengungkapkan keluhan yang
dirasakan dirinya terhadap atasan dengan Jika dikaitkan dengan peran atau posisi
leluasa. Meskipun tidak semuanya, pegawai dan nilai yang membangun
kebanyakan dari mereka merasa senang jaringan komunikasi organisasi di
ketika pendapatnya di dengar melalui Perpustakaan Indonesia Raya, maka dalam
pemberian masukan terhadap dirinya dan hal pemberian layanan informasi, nilai
atasan terlihat respect terhadap diri mereka. keterbukaan dan ketulusan merupakan awal
Bukti tersebut menunjukkan adanya dialog dari proses terbangunnya suatu jaringan
antara kedua pihak, di mana lancer tidaknya komunikasi organisasi. Akibat adanya
sebuah dialog selalu didukung oleh rasa proses pendekatan diri di antara atasan dan
tulus dan saling terbuka. Selain itu, nilai bawahan. Selain itu, adanya kepentingan
keterbukaan dan ketulusan terlihat ketika penghargaan berupa keinginan pegawai
adanya suatu penghargaan (reward) yang yang dihargai oleh sesama teman, pegawai
diberikan atasan kepada pegawai yang yang menduduki suatu peranan di dalam
memiliki kinerja yang baik. Atasan jaringan komunikasi organisasi
mengkomunikasikan kepada bawahan memperngaruhi proses terbentuknya
mengenai hal tersebut. jaringan komunikasi dalam pemberian
layanan informasi tersebut.

22
Jaringan Komunikasi Organisasi Di Perpustakaan Indonesia Raya Dalam Rangka Memberikan Layanan
Informasi

Daftar Acuan
Harjana, Andrea A. (2007). Iklim
Komunikasi Keorganisasian. Iklim
Organisasi (Vol. 4, pp. 179-231).
Pace, Wayne R. (2006). Komunikasi
Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan. Bandung: Grafindo
Media Pratama.
Petra Christian University Library.
“Komunikasi Atasan Kepada Bawahan.
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?sub
mit.x=27&submit.y=21&submit=prev&
page=8&qual=high&submitval=prev&f
name=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fikom%2F
2009%2Fjiunkpe-ns-s1-2009-51405005-
11601-grand_satelit-chapter2.pdf. (2
Januari 2013).
Romli, Khomsahrial. (2011). Komunikasi
Organisasi Lengkap. Jakarta: Grasindo.

23
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta

LAYANAN ARSIP DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP


PROVINSI DKI JAKARTA

Hening Wahyuni

Arsiparis Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta

e-mail: hening_wahyuni@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktik sosial petugas layanan yang terjadi dalam menentukan wajah
dan potret layanan arsip. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Dengan
menggunakan perspektif teoritik tentang kemampuan agen dalam memanfaatkan struktur, kajian ini
memperlihatkan adanya jalinan antara agen dan struktur sebagai suatu proses timbal balik. Proses ini
menunjukkan adanya kemampuan agen melakukan strategi untuk meneguhkan, merespon bahkan melakukan
perubahan struktur yang ada. Agen menjadikan layanan arsip sebagai arena pertarungan untuk memperebutkan
modal dan dengan modal yang dimiliki, agen melakukan praktik untuk meneguhkan integritas dan otoritas dalam
layanan arsip. Interaksi yang dilandasi oleh relasi kekuasaan dan lemahnya kepemimpinan menyebabkan petugas
layanan mengekspresikan makna layanan berdasarkan kepentingan pribadi.

Kata Kunci:layanan arsip, agen, struktur

Abstract

This study aims to identify the social practices of officers that occured in determining faces dan portrait archive
services. Archive service is the spearhead of the archives management in BPAD of Province DKI Jakarta. This
study uses a theoritical perspective on the ability of the agent to navigate the structure, and shows a link between
the agent and structure. The agent’s actions in managing the archives will show the way of the service are given
toward the people. Today is a service times, so, the people will trust the archives institution by looking the officers
serve them. In fact, the agent use it as the competition to get their own ambition, getting the benefit. They use
their own assets to change the structure of the archives service. It is hard to get the people’s trusts because there
is a rivalry among the officers to reach the benefit. Besides, the weakness of the leader in handling it is another
reason why it is hard to get the people’s trusts.

Keywords: archive services, agent, structure

24
Hening Wahyuni

Latar Belakang Studi Ismiatun (2006) misalnya, yang


Konseptualisasi layanan pada umumnya berjudul Kinerja Arsiparis Unit Layanan
mengarah pada studi dimana jasa itu Arsip di ANRI, membicarakan tentang
diproduksi oleh lembaga kearsipan dan kinerja arsiparis di unit layanan arsip dalam
bagaimana mereka dilihat dari perspektif memberikan layanan kepada pengguna.
pengguna, tetapi mereka tidak memberikan Kajian dilakukan terhadap arsiparis guna
akses ke proses internal atau “kotak hitam” menemukan penyebab lamban atau kurang
dari lembaga kearsipan.Arah tulisan ini responsifnya arsiparis terhadap
ingin menjelaskan bahwa pemberian kebutuhanpengguna. Kinerja arsiparis yang
layanan melibatkan tingkat tinggi interaksi belum optimal disebabkan karena
manusia dan dicapai dalam konteks sosial kompetensi yang dimiliki arsiparis belum
dan historis tertentu. Dengan demikian studi sesuai dengan kriteria persyaratan arsiparis
tentang layanan sebagai fenomena sosial di layanan.
dan organisasi memerlukan kerangka
konseptual yang memperhitungkan dimensi Selain itu juga ditemukan bahwa sebagian
sosial budaya organisasi dan tindakan besar arsiparis tidak mempunyai
individu. kemampuan bahasa asing, belum menguasai
informasi khasanah arsip yang ada sehingga
Penelitian ini menggunakan metode kesulitan berkomunikasi dengan pengguna
penelitian kualitatif melalui pendekatan dalam layanan konsultasi. Arsiparis juga
etnografi. Pendekatan etnografi dirancang kurang memahami deskripsi kerja dalam
untuk memahami sifat dan peran layanan layanan dan memiliki disiplin kerja yang
lembaga kearsipan dalam konteks tertentu. cenderung rendah. Kinerja yang tidak
Penelitian menggunakan sebagian besar optimal juga dipengaruhi kondisi kerja dan
kerangka teori Piere Bourdieu. perilaku pimpinan unit layanan. Terhadap
Pengumpulan data dilakukan melalui kondisi seperti ini Ismiatun menyarankan
wawancara mendalam, observasi pimpinan organisasi untuk meningkatkan
partisipatif, dan analisis dokumen seperti kinerja arsiparis dengan pemberian peluang
catatan harian, peraturan perundangan, pengembangan karir, motivasi kerja dan
laporan, dan sebagainya. perlakuan secara adil.

Sejauh ini kajian tentang layanan arsip Studi yang dilakukan Widyarsono ((2002)
banyak dilakukan dalam beberapa tema dengan judul Evaluasi Aksesibilitas Arsip :
yang spesifik dan cenderung menekankan Studi Kasus di Unit Layanan Informasi
pada aspek teknis seperti kapasitas layanan Arsip Nasional Republik Indonesia cukup
yang tersedia, kendala dalam hal akses, menarik untuk disimak. Studi ini bertujuan
belum sempurnanya alat bantu, terbatasnya untuk mengetahui bagaimana khazanah
sumber daya manusia, kualitas sumber daya arsip digunakan oleh pengguna dan
manusia, kinerja yang belum optimal dan bagaimana pengguna melakukan akses
lain-lain Jarang sekali penelitian yang terhadap bahan-bahan kearsipan serta
melihat penyediaan layanan arsip memiliki kendala apa saja yang dialami oleh
hubungan dengan isu-isu sosial. pengguna dalam mengakses arsip. Hasilnya
adalah pemanfaatan arsip belum optimal,
hal ini terlihat dari jumlah rata-rata peneliti

25
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta

per hari sekitar 7 – 8 orang. Sementara ANM dalam jam layanan dan proses
kapasitas layanan yang tersedia sekitar 10 – registrasi dan identifikasi pemakai.
15 peneliti per hari. Masalah lainnya adalah
kendala dalam hal akses terhadap informasi Gagasan bahwa suatu organisasi
arsip, sebagai akibat belum adanya dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya
ketegasan dalam peraturan dan ketetapan pada umumnya dapat diterima, tetapi
hukum, belum sempurnanya alat bantu penelitian yang selama ini dilakukan
kembali serta terbatasnya sumber daya cenderung mengabaikan latar belakang
layanan yang ada. sosial yang dapat mempengaruhi pemberian
layanan.
Studi tentang perbandingan layanan
kearsipan yang dilakukan di Indonesia Selama ini layanan dikonseptualisasikan
dengan negara lain juga pernah dilakukan sebagai hubungan dengan pengguna, dan
Umar (2005) dalam Perbandingan Layanan telah dipelajari dari perspektif pengguna
Rujukan Kearsipan antara ANRI dan untuk mengidentifikasi persepsi mereka,
ARKIB Negara Malaysia. Masalah utama harapan mereka dan evaluasi terhadap
yang dibahas dalam penelitian ini adalah layanan kearsipan seperti penelitian-
kegiatan layanan rujukan kearsipan di penelitian yang telah dilakukan selama ini.
bidang layanan arsip ANRI di Jakarta dan Sebuah penekanan yang kuat telah
masalah yang sama di bagian akses Arkib dimasukkan baru-baru ini untuk mengukur
Negara Malaysia sebagai pembanding. Hasil kualitas layanan dari perspektif pengguna
penelitian menunjukkan bahwa ANRI untuk mengidentifikasi persepsi tentang jasa
belum memiliki peraturan pelaksanaan yang layanan secara umum dan persepsi tentang
terkait dengan layanan rujukan, secara layanan kearsipan khususnya. Layanan juga
kuantitas ANM memiliki petugas layanan mengacu untuk berbagai kegiatan yang
rujukan kearsipan lebih banyak dari ANRI. ditujukan untuk membantu pengguna
Demikian pula secara kualitas ANM mencari informasi seperti layanan referensi
memiliki lebih banyak petugas profesional atau rujukan.
kearsipan yang bertugas di bagian layanan,
sementara itu secara peraturan akses di Masalah yang dihadapi oleh staf bidang
ANRI dan ANM adalah sama, arsip dapat kearsipan dalam memberikan layanan
diakses oleh pemakai kecuali arsip rahasia,, diperiksa sebagai suatu hal yang terkait
kondisi rapuh dan dapat mengganggu dengan kondisi sosial dimana pelayanan
keamanan negara. berlangsung. Penyediaan layanan arsip
adalah suatu arena di mana aturan dan
Perbedaannya ANRI memberikan ketentuan sumber daya yang digunakan oleh individu
arsip tdak dapat diakses apabila belum ada atas dasar makna yang mereka kembangkan
sarana temu kembalinya, ketentuan ini tidak untuk memahami lingkungan di mana
ada di ANM dan ANM menetapkan arsip mereka bekerja.
dapat diakses apabila sudah melebihi 25
tahun. Ketentuan arsip dapat diakses setelah Bourdieu mengembangkan teori praktik
25 tahun ini tidak ada di ANRI, peraturan yang kompleks dan penjelasan yang luas
penggunaan juga berbeda antara ANRI dan tentang reproduksi struktur sosial. Dia
berpendapat bahwa tatanan sosial

26
Hening Wahyuni

direproduksi oleh mekanisme budaya tidak dimilikinya. Agen berusaha untuk


langsung bukan oleh kontrol sosial. Budaya mempertahankan kekuasaan di dalam
dan praktik-praktik budaya berkontribusi layanan arsip, sehingga selama bertahun-
pada legitimasi perbedaan sosial dengan tahun, agen tersebut tetap berada dalam
mendefiniskan produk budaya yang sah. posisi tersebut.

Untuk menjelaskan praktik-praktik budaya Tujuan penelitian ini adalah untuk


yang dihasilkan, Bourdieu menggunakan memahami bagaimana layanan arsip
konsep habitus yang mengacu pada dikonstruksi oleh agen yang berada di
disposisi, diperoleh melalui proses panjang BPAD Provinsi DKI Jakarta dengan
penanaman, yang mengarahkan individu memanfaatkan modal dan kekuasaan yang
untuk bertindak dengan cara-cara tertentu dimiliki untuk mengatur pihak lain. Layanan
dalam konteks sosial tertentu. Dalam arsip merupakan suatu proses budaya yang
konsepnya masyarakat sebagai makhluk melihat manusia dalam kaitan dengan
dibagi menjadi beberapa konteks atau kelompoknya. Penyediaan layanan arsip
bidang yang mewakili ruang sosial merupakan arena di mana aturan dan modal
terstruktur dengan hukum yang berfungsi yang digunakan oleh individu atas dasar
dan di mana individu dan lembaga atau agen makna yang mereka konstruksikan untuk
menduduki posisi sosial yang terstruktur memahami lingkungan di mana mereka
dalam hal hubungan kekuasaan. bekerja. Fokus analisisnya adalah pada cara
bagaimana agen berperan sebagai penyedia
Agen bersaing untuk mengendalikan layanan arsip dan juga memperhatikan
sumber daya material (modal ekonomi atau tindakan mereka ketika memberikan
barang beragam) atau sumber daya simbolik layanan dan berinteraksi dengan
(misalnya dalam bentuk pengetahuan, kelompoknya, sekaligus juga untuk
prestise dan pengakuan). Sumber daya ini mendapatkan bukti empiris praktik individu
merupakan dasar kekuasaan yang dan makna yang mereka kembangkan dalam
memaksakan sistem makna pada kelompok memberikan layanan kearsipan.
sosial sedemikian rupa sehingga mereka
diakui dan dianggap sah. Proses legitimasi Layanan Arsip
mengaburkan hubungan kekuasaan dan Layanan arsip adalah kegiatan penyediaan
memberikan kontribusi untuk reproduksi dan pemberian informasi dan atau mengenai
mereka. arsip serta penyajian arsip untuk
kepentingan pengguna arsip, termasuk
Dinamika masing-masing bidang dijelaskan penyediaan salinan atau reproduksi arsip
dalam hal transaksi ekonomi atau pertukaran apabila diperlukan. Kantor Arsip Daerah
antara agen yang memiliki beragam bentuk (2001, p. 50)
sumber daya atau modal. Dalam hal ini agen
adalah aktor yang diberi mandat atau Arsip sebagai informasi terekam merupakan
kekuasaan oleh pimpinan untuk endapan informasi kegiatan
menjalankan layanan arsip di BPAD DKI administrasi/bukti transaksi pelaksanaan
Jakarta. Agen bertindak sedemikian rupa fungsi unit-unit kerja yang terekam dalam
untuk mempertahankan kekuasaannya, berbagai media, Walne (1988,p.128). Bila
dengan memanfaatkan modal yang arsip dilihat sebagai informasi terekam

27
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta

tentang pelaksanaan kegiatan sesuai fungsi- kualitas hidup yang lebih baik selain
fungsi dan tugas unit kerja suatu instansi, memberikan kebanggaan dan kehormatan
seperti yang dimaksudkan Walne, hal itu kepada generasi penerusnya, serta
membuktikan bahwa arsip merupakan kebanggan bangsa dalam pergaulan
bagian dari memori kolektif bangsa yang internasional.
berawal dari memori organisasi tentang
bagaimana organisasi itu didirikan, Fungsi kultural juga menyangkut
dijalankan dan dikembangkan. pemenuhan kebutuhan rakyat pada
umumnya, terutama mengenai kejelasan hak
Secara umum arsip disimpan, dilestarikan, dan kewajiban rakyat terhadap negara.
diolah dan didayagunakan untuk memenuhi Penyelenggaraan negara dilaksanakan dan
fungsi kultural dalam rangka kehidupan menjadi tanggung jawab kolektif, sehingga
kebangsaan tanpa melepaskan arsip dari di dalamnya terdapat hak dan kewajiban
ikatan provenance dan original order. individu perseorangan atau organisasi. Arsip
Pengaturan arsip didasarkan pada prinsip- memberikan bukti-bukti otentik mengenai
prinsip asal-usul atau provenance yakni kejelasan hak dan kewajiban rakyat terhadap
pengaturan arsip sesuai dengan asal-usul negara dan sebaliknya kewajiban negara
organisasi penciptanya dan prinsip aturan kepada rakyatnya. Azmi (2010,p.3)
asli atau original order yakni pengaturan
arsip berdasarkan sistem aturan asli yang Layanan arsip mencakup lima kegiatan yaitu
digunakan saat arsip tersebut diciptakan. pemberian informasi tentang lembaga dan
arsipnya, pemberian informasi dari arsip,
Dalam rangka fungsi kultural, pengaturan penyediaan arsip, penyediaan kopi arsip,
arsip dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan peminjaman arsip. Sedang Mc Causland
layanan kesejarahan, layanan penelitian dan (1993, p. 273) menyatakan bahwa kegiatan
layanan publik, Layanan kesejarahan, yang bisa dilakukan dalam layanan arsip
dilakukan untuk memberi bukti-bukti bukan hanya membantu pengguna dalam
otentik mengenai keberadaan dan peran layanan fisik arsip dan informasi saja, tetapi
instansi pencipta arsip selengkap mungkin juga menciptakan lingkungan yang
dalam penyelenggaraan kehidupan menyenangkan untuk penelitian, menjawab
kebangsaan sehingga generasi mendatang permintaan surat dan telepon, dan
dapat mengenali bagaimana pendahulunya menyediakan buku-buku atau jurnal untuk
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan memfasilitasi penelitian.
negaranya. Dengan demikan arsip dapat
menjadi bukti otentik dan terpercaya sebagai Pugh (1992, p. 3) memberikan pengertian
bukti sejarah dan sekaligus berfungsi yang lebih teknis dan singkat bahwa
sebagai memori kolektif yang menjadi kegiatan yang dilakukan dalam layanan
simpul-simpul pemersatu bangsa. arsip adalah membantu para pengguna
dalam penggunaan bahan-bahan kearsipan
Layanan keilmuan, merupakan bagian dan mencari informasi yang mereka
penting dari fungsi kultural arsip. Arsip butuhkan. Pendapat ini menekankan kepada
yang berisi informasi tentang prestasi arsiparis agar tidak sekedar memberikan
intelektual akan menjadi bahan kajian dalam layanan informasi dan fisik semata tetapi
rangka pengembangan wawasan dan juga peran aktif mereka dalam membantu

28
Hening Wahyuni

para pengguna dalam memahami bagaimana untuk menjamin keselamatan arsip sebagai
menggunakan bahan kearsipan yang ada dan pertanggungjawaban nasional bagi
menemukan informasi sesuai kebutuhan kehidupan bermsayarakat, berbangsa dan
mereka. bernegara.

Dijelaskan pula bahwa kegiatan yang bisa Praktik Sosial dalam Layanan Arsip
dilakukan di ruang layanan mencakup Praktik secara umum dikenal sebagai bentuk
pemberian informasi tentang tempat pelaksanaan dari aturan. Layanan publik di
penyimpanan, informasi tentang koleksi, Indonesia rentan dari praktik
informasi dari koleksi, informasi tentang maladministrasi yaitu perilaku atau
pencipta arsip, rujukan ke tempat perbuatan melawan hukum, melampaui
penyimpanan atau sumber-sumber lain, kewenangan, menggunakan wewenang
informasi tentang copyright,privacy, untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan
kerahasiaan, kebebasan informasi, dan wewenang tersebut. Semua itu bisa terjadi
peraturan relevan lainnya, instruksi karena pelaksanaan aturan itu adalah
penggunaan arsip dan proses penelitian, manusia. Manusia merupakan makhluk
akses koleksi secara fisik, penggandaan sosial dalam suatu kehidupan sosial.
koleksi, peminjaman koleksi. Pugh Bourdieu memperlakukan kehidupan sosial
(1992,p.6) sebagai suatu interaksi struktur, disposisi
(kecenderungan) dan tindakan yang saling
Layanan arsip sangat terkait dengan mempengaruhi.
pengelolaan arsip. Pengelolaan arsip di
dalam suatu lembaga kearsipan menjadi Praktik sosial tidak didikte secara langsung
penting karena lembaga kearsipan memiliki oleh struktur dan orientasi-orientasi budaya
fungsi menyimpan, memelihara, seperti di dalam studi perilaku pada
menyelamatkan dan mengaktualisasikan umumnya, tetapi lebih merupakan hasil dari
kembali arsip kepada publik atau proses improvisasi yang kemudian
masyarakat. Peran strategis di dalam distrukturkan oleh orientasi budaya, sejarah
pengelolaan arsip adalah berbanding lurus perseorangan dan kemampuan untuk
dengan keberhasilan suatu lembaga berperan di dalam interaksi sosial. Struktur
kearsipan sebagai wali arsip dalam sosial dan pengetahuan tentang struktur itu
meningkatkan akses dan mutu layanan arsip menghasilkan orientasi yang ajeg bagi
kepada publik. tindakan yang kemudian sebaliknya ikut
memberi bentuk bagi struktur sosial. Secara
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 reflektif dibentuk dan membentuk praktik
tentang Kearsipan Pasal 1 Ketetntuan sosial. Widjojo (2003,p.40)
Umum butir 26 mendefinisikan pengelolaan
arsip statis ebagai proses pengendalian arsip Kenyataan sosial atau praktik sosial dengan
statis secara efisien, efektif dan sistematis singkat dirumuskan oleh Bourdieu sebagai
meliputi akuisisi, pengolahan, preservasi, hasil dinamika dialektis yang
pemanfaatan, pendayagunaan dan mengindikasikan bahwa praktik sosial
pelayanan publik dalam suatu sistem memilik dua dimensi. Dimensi pertama
kearsipan nasional. Pengelolaan arsip statis adalah internalisasi segala sesuatu yang
ini dilaksanakan oleh lembaga kearsipan dialami dan diamati dari luar pelaku (agen),

29
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta

dimensi kedua adalah pengungkapan dari cara orang membangun realitas sosial
segala sesuatu yang telah terinternalisasi dan dengan memberi label orientasi teoritisnya
menjadi bagian dari diri pelaku. Widjojo sebagai strukturalisme genetik. Ia
(2003,p.41) mendefinisikan strukturalisme genetik
dengan cara sebagai berikut :
Manusia bertindak sesuai dengan
pemaknaan yang ada dalam dirinya atas Analisis struktur objektif tak dapat
aturan yang menjadi landasan kegiatan dipisahkan dari analisis asal-usul
mereka. Perulangan ruang dan waktu struktur mental individual yang hingga
membuat tindakan-tindakan menjadi suatu taraf tertentu merupakan produk
pembiasan dan pembenaran dari penggabungan struktur sosial. Juga tak
pelaksanaan aturan yang ada. Contohnya dapat dipisahkan dari analisis asal-usul
praktik jam karet, pungli maupun praktik struktur sosial itu sendiri, ruang sosial
korupsi di pemerintahan. dan kelompok yang menempatiya adalah
produk dari perjuangan historis (di mana
Layanan arsip merupakan ujung tombak dari agen berpartisipasi sesuai dengan posisi
suatu institusi publik. Apabila layanan suatu mereka di dalam ruang sosial dan sesuai
institusi berjalan dengan baik maka baik dengan struktur mental yang
pula pengelolaan kearsipan di dalam menyebabkan agen dapat memahami
lembaga kearsipan tersebut. Begitu pula ruang sosial ini. Ritzer (2011,p.519)
sebaliknya. Sadar atau tidak, kegiatan
layanan arsip membentuk struktur yang Melalui definisi tersebut Bourdieu berusaha
berlaku umum di Indonesia. Struktur ini menyatukan dimensi dualitas pelaku (agen)
menjadi pedoman tindakan-tindakan dan struktur. Oleh karena itu pendekatannya
individu dalam kegiatan layanan arsip. disebut strukturalisme genetik yakni analisis
Praktik layanan arsip dapat mendorong atau struktur-struktur objektif yang tidak dapat
menghambat kegiatan layanan di dalam dipisahkan dari analisis asal-usul struktur
tujuan untuk memuaskan para penggunanya. mental dalam individu-individu biologis
Mengidentifikasi dan memahami hubungan yang sebagian merupakan produk penyatuan
individu dan struktur dapat memperjelas struktur-struktur sosial dan analisis asal-usul
faktor mikro yang mendukung atau struktur sosial itu sendiri.
menghambat layanan arsip sehingga dapat
menentukan langkah antisipasi sedini Bourdieu memperoleh pemahaman tentang
mungkin. masyarakat sebagai penjumlahan hubungan-
hubungan sosial yang eksis dalam dunia
Agen dan Struktur dalam Strukturalisme sosial yaitu hubungan-hubungan yang
Genetik bukan hanya terdiri atas interaksi antara
Bourdieu memusatkan perhatian pada agen-agen atau ikatan intersubyektif antara
praktik yang dilihat sebagai hasil hubungan individu-individu namun juga hubungan-
dialektika antara struktur dan keagenan. hubungan obyektif yang eksis secara
Praktik tak ditentukan secara objektif dan independen dari kesadaran dan kehendak
bukan hasil kemauan bebas.Bourdieu individual.
menggambarkan perhatiannya terhadap
hubungan dialektika antara struktural dan

30
Hening Wahyuni

Hubungan itu berlandaskan pada bentuk dan subjektif (sering disebut dengan agensi),
kondisi-kondisi produksi ekonomi dan bukan lagi sebagai dua hal yang
kebutuhan untuk secara dialektis bertentangan melainkan saling berhubungan
mengembangkan teori sosial dari praktik dan tak terpisahkan, Haryatmoko (2003,p.
sosial. Dalam teorinya Bourdieu 9). Penyatuan kedua unsur tersebut struktur
menyatakan bahwa struktur tindakan itu dan agensi mampu mengatasi dikotomi
sendiri dan keduanya dapat saling antara individu-masyarakat, agen-struktur
dipertukarkan. Negosiasi di dalam budaya dan kebebasan-determinisme, bahkan juga
berasal dari kesadaran habitus, dan pada mampu membongkar strategi dominasi
tingkatan individu. Habitus juga berarti sekaligus menunjukkan letak ketidakadilan
sistem perilaku dan disposisi yang relatif dan ketidaksetaraan.
permanen dan berpindah dari satu objek ke
objek lainnya secara simultan dalam Proses dialektik antara agen dan struktur
mengintegrasikan antara seluruh itulah yang oleh Bourdieu disebut praktik.
pengalaman sebelumnya. Dialektik terjadi ketika internalisasi yang
eksternal dan eksternalisasi yang internal
Teori Pierre Bourdieu digerakkan oleh menjadi suatu jalinan proses yang terus
keinginan untuk mengatasi apa yang berjalan. Setiap individu lahir dan hidup
disebutkan sebagai oposisi palsu antara dalam suatu lingkungan yang gegap gempita
objektivisme dengan subyektivisme atau hal dengan berbungkus fenomena, suatu kondisi
yang disebutnya sebagai oposisi absurd eksternal yang tak mungkin terhindarkan.
antara individu dengan masyarakat. Untuk Dalam kondisi seperti itulah agen
mengatasi dilema subjektif-objektivis, dipengaruhi dibentuk dan mewujudkan
Bourdieu memusatkan perhatiannya pada aktivitas tertentu. Sementara pada saat yang
praktik yang dilihatnya sebagai akibat dari sama agen tak selalu diam dalam pengaruh
hubungan dialektis antara struktur dan dari yang eksternal itu. Agen selalu
agensi. Praktik tidak ditentukan secara merespon dan mengkonstruksi yang
objektif dan bukan pula merupakan produk eksternal itu menjadi sesuatu yang lebih
dari kehendak bebas. Melakukan refleksi produktif.
atas minatnya pada dialektika antara struktur
dengan cara mengkonstruksi realitas sosial. Proses dialektis antara agen dan struktur
diperantarai oleh suatu mediator yang
Inti karya Bourdieu dan inti upayanya untuk populer dengan sebutan habitus. Suatu
menjembatani subjektivisme dan sistem disposisi yang berulang, struktur
objektivisme terletak dalam konsepnya yang dibentuk dan membentuk sebagai
tentang habitus dan lingkungan serta prinsip penggerak dan pengatur praktik
hubungan dialektik antara keduanya. hidup representasi, dapat disesuaikan
Sementara habitus ada di dalam pikiran dengan tujuan meskipun tujuan tersebut
aktor, lingkungan ada diluar pikiran aktor. tidak harus diandaikan secara sadar terlebih
Ritzer (2011,p.522). dahulu, secara objektif diatur tetapi tidak
harus sepenuhnya patuh pada peraturan-
Realitas Sosial dalam Layanan Arsip peraturan.
Bourdieu hadir untuk mendamaikan
ketegangan antara struktur dan tindakan

31
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta

Habitus semacam hubungan yang terstruktur dan


Penjelasan Bourdieu tentang habitus tanpa disadari mengatur posisi-posisi
menggambarkan serangkaian individu dan kelompok dalam tatanan
kecenderungan yang mendorong pelaku masyarakat yang terbentuk secara spontan.
sosial untuk beraksi dan bereaksi dengan (Mohamad, 2012, p.102)
cara-cara tertentu. Kecenderungan-
kecenderungan inilah yang melahirkan Arena adalah ruang sosial yang terstruktur,
praktik-praktik, persepsi-persepsi, dan ranah kekuasaan. Arena tersebut berisi
perilaku yang tetap, teratur, yang kemudian orang yang mendominasi dan orang lain
menjadi “kebiasaan” yang tidak yang didominasi. Hubungan ketidaksetaraan
dipertanyakan lagi aturan-aturan yang yang permanen dan konstan beroperasi di
melatarbelakanginya. (Rusdiarti, 2004,p. dalam ruang ini. Pada saat yang sama,
42) menjadi ruang berbagai macam aktor yang
berjuang untuk menstransformasikan dan
Habitus dapat dirumuskan sebagai sebuah melestarikan ranah/arena ini. Semua
struktur disposisi-disposisi (skema-skema individu di dunia ini membawa menuju
persepsi, pikiran dan tindakan yang kompetisi seluruh kekuasaan (relatif) bagi
diperoleh dan bertahan lama). Habitus juga pembagian pasar mereka. Kekuasaan ini
merupakan gaya hidup (lifestyle), nilai-nilai menentukan posisinya dalam ranah/arena
(values), watak (dispositions) dan harapan dan sebagian hasilnya adalah strategi
(expectation) kelompok sosial tertentu. mereka. Fauzi (2014, p.112)
Sebagian habitus dikembangkan melalui
pengalaman. Individu belajar tentang apa Modal
yang berada di luar kehidupan, bagaimana Modal adalah semua barang, baik material
mereka berhasil dalam berbagai kegiatan, maupun simbolik tanpa pembedaan yang
bagaimana orang lain merespons aktivitas menampilkan dirinya sebagai sesuatu yang
dirinya, jika mereka melakukan cara yang langka dan berharga untuk dikejar dan dicari
tidak biasanya. (Martono, 2012, p. 37) dalam suatu formasi sosial tertentu. Menurut
Haryatmoko (2003, p. 12) para pelaku
Ranah/Arena menempati posisi masing-masing
Habitus yang memerantai tindakan agen dan ditentukan oleh dua dimensi, pertama
struktur perlu dorongan yang seolah-olah menurut besarnya modal yang dimiliki dan
bersifat niscaya yaitu modal yang kemudian kedua, sesuai dengan bobot komposisi
berkontestasi dalam ranah. Ranah/arena keseluruhan modal mereka. Modal dapat
lebih dipandang Bourdieu secara relasional digolongkan menjadi empat golongan yaitu
daripada secara struktural. Ranah adalah (1) modal ekonomi yang mencakup alat-alat
jaringan relasi antarposisi objektif di produksi (mesin, tanah, buruh) materi
dalamnya. Keberadaan relasi-relasi ini (pendapatan dan benda-benda) dan uang
terpisah dari kesadaran dan kehendak yang dengan mudah digunakan untuk segala
individu. Ranah merupakan (1) arena tujuan serta diwariskan dari satu generasi ke
kekuatan sebagai upaya perjuangan untuk generasi berikutnya. (2) modal budaya, yang
memperebutkan sumber daya atau modal mencakup keseluruhan kualitas intelektual
dan juga untuk memperoleh akses tertentu yang dapat diproduksi melalui pendidikan
yang dekat dengan hirarki kekuasaan, (2) formal maupun warisan keluarga. Misalnya

32
Hening Wahyuni

kemampuan menampilkan diri di depan Koleksi arsip yang dimiliki oleh BPAD
publik, pemilikan benda-benda budaya Provinsi DKI Jakarta dilayankan kepada
bernilai tinggi, pengetahuan dan keahlian mayarakat sesuai dengan persyaratan yang
tertentu dari hasil pendidikan, juga sertifikat berlaku. Tujuan dari layanan arsip agar arsip
(gelar kesarjanaan), (3) modal sosial yang dirawat dan dipelihara oleh lembaga
menunjuk pada jaringan sosial yang dimiliki kearsipan dapat ditemukan kembali dan
pelaku (individu atau kelompok) dalam dapat memberikan manfaat kepada
hubungan dengan pihak lain yang memiliki masyarakat, pemerintah, instansi, peneliti
kuasa, dan (4) modal simbolik, mencakup maupun pengguna arsip.
segala bentuk prestise, status, otoritas dan
legitimasi. Mekanisme layanan arsip di BPAD Provinsi
DKI Jakarta dilakukan berdasarkan
Layanan Arsip di BPAD Provinsi DKI Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2010
Jakarta tentang Prosedur Pelayanan Kearsipan.
Pengelolaan arsip pada lembaga kearsipan Peraturan ini menetapkan bahwa ruang
merupakan suatu hal yang penting. lingkup layanan arsip meliputi penataan,
Keberhasilan suatu lembaga kearsipan tidak peminjaman/penggandaan, penitipan dan
hanya diukur dari keberhasilan penyimpanan, perawatan alih media, akses
mengakuisisi (mengumpulkan), menyimpan multi media dan konsultansi/asistensi. Dari
dan melestarikan arsip. Lembaga kearsipan seluruh layanan arsip tersebut yang sudah
dapat dianggap berhasil apabila mampu dilaksanakan adalah penataan,
meningkatkan akses dan mutu layanan arsip konsultansi/asistensi dan
kepada masyarakat dengan tingkat peminjaman/penggandaan.
otentisitas dan reliabilitas yang tinggi tanpa
mengabaikan ketentuan perundangan yang Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
berlaku. membutuhkan layanan arsip di BPAD
Provinsi DKI Jakarta antara lain Biro
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Umum, Biro Hukum, Dinas Pengawasan
yang berada di lingkungan Pemerintah dan Penertiban Bangunan (P2B), Badan
Daerah Provinsi DKI Jakarta wajib Kepegawaian Daerah (BKD), PAM Jaya,
menyerahkan arsip ke BPAD Provinsi DKI Dinas Pajak, Kecamatan Pasar Minggu dan
Jakarta. Kegiatan ini disebut dengan lain-lain.
akuisisi. Akuisisi merupakan sebuah
kegiatan dalam rangka pengembangan Layanan arsip juga ditujukan kepada
jumlah koleksi arsip yang dilakukan oleh anggota masyarakat, organisasi dan badan
lembaga kearsipan. Pelaksanaannya bisa hukum di luar perangkat daerah. Pada
berupa penerimaan, baik itu penyerahan umumnya mereka yang membutuhkan
ataupun penarikan arsip layanan arsip meliputi peminjaman dan
instansi/lembaga/perorangan. Pada penggandaan. Karena pada prinsipnya arsip
prosesnya secara umum akuisisi dapat yang asli itu tidak bisa keluar dari BPAD
dilakukan melalui donasi (sumbangan), Provinsi DKI Jakarta. Tetapi hal itu tetap
transfer (pemindahan) atau pembelian. Reed dimungkinkan bila diperlukan. Misalnya
(1993,p.137) untuk pembuktian di pengadilan dan arsip
yang keluar dari BPAD Provinsi DKI

33
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta

Jakarta itu harus dikawal, supaya tidak terus menerus dan sulit untuk diubah kecuali
hilang. Satuan Kerja Perangkat Daerah melalui ketegasan pimpinan dan pemberian
(SKPD) yang membutuhkan arsip untuk sangsi.
pembuktian di pengadilan biasanya adalah
Biro Hukum. Strukturalisme Genetik dalam Layanan
Arsip
Masyarakat yang membutuhkan arsip Strukturalisme Genetik merupakan konsep
misalnya IMB, pada umumnya berasal dari dari Bourdieu yaitu merupakan analisis
perorangan, yaitu seseorang yang ingin struktur objektif yang tidak dapat dipisahkan
melakukan renovasi atau penambahan lantai dari analisis asal-usul mental dalam
dari bangunan miliknya. Selain itu individu-individu biologis yang sebagian
pembuatan reklame yang dilakukan di atas merupakan penyatuan struktur sosial dan
gedung juga membutuhkan IMB, analisis asal-usul struktur sosial itu sendiri.
pembuatan toren air, pemasangan menara, (Ritzer,2011,p.519)
pendirian pom bensin, pembuatan pagar,
dan sumur resapan Begitu juga bagi mereka Dalam teorinya Bourdieu menyatakan
yang ingin mendapatkan pinjaman di bank bahwa struktur tindakan itu sendiri dan
dan harus memberikan jaminan asset yang keduanya dapat saling dipertukarkan.
dimilikinya , memerlukan IMB. Negosiasi di dalam budaya berasal dari
kesadaran habitus dan pada tingkatan
Petugas layanan arsip yang bertugas di individu. Habitus juga berarti sistem
BPAD Provinsi DKI Jakarta, adalah perilaku dan disposisi yang relatif permanen
seseorang yang sudah cukup lama bertugas dan berpindah dari satu objek ke objek
di tempat tersebut. Seperti instansi lainnya secara simultan dalam
pemerintah lainnya, pada umumnya mengintegrasikan antara seluruh
seseorang yang ditempatkan di suatu posisi pengalaman sebelumnya.
tertentu merupakan orang yang memang
sudah lama berkecimpung di bidang Layanan arsip di BPAD Provinsi DKI
tersebut. Dengan asumsi bahwa seseorang Jakarta sudah dilakukan sejak lama. Mulai
yang lama menangani suatu bidang tertentu dari terbentuknya Kantor Arsip Daerah.
cukup lama, dianggap sangat menguasai, Layanan arsip merupakan suatu praktik
daripada menempatkan orang baru yang yang terus menerus dilakukan, walaupun
membutuhkan waktu untuk mempelajari. petugas layanan arsip itu berganti-ganti.
Hal seperti inilah yang pada umumnya Dalam kenyataannya bagaimana praktik
terjadi di instansi pemerintah. layanan arsip itu dilakukan oleh
pendahulunya maka hal semacam itulah
Faktanya yang terjadi di lapangan, yang terus dilanjutkan.
seseorang yang ditempatkan di suatu bidang
tertentu selama bertahun tahun rawan Walaupun layanan arsip memiliki
terhadap penyelewengan dan seperangkat aturan mengenai prosedur
penyalahgunaan wewenang. Praktik layanan pelayanan kearsipan. Dimana aturan
arsip yang telah diterapkan selama bertahun- tersebut didokumentasikan dalam bentuk
tahun di BPAD DKI Jakarta membentuk Surat Peraturan Gubernur Provinsi DKI
pola yang selanjutnya diterapkan secara Jakarta Nomor 99 Tahun 2010. Tetapi dalam

34
Hening Wahyuni

praktiknya belum tentu kondisi itu yang Agen sangat memahami, bahwa mereka
diterapkan yang membutuhkan arsip tidak akan segan-
segan untuk memberikan imbalan uang.
Seperti disebutkan dalam teori Bourdieu, Untuk itu mereka memanfaatkan kondisi
proses dialektik antara agen dan struktur itu tersebut baik secara langsung maupun tidak,
disebut dengan praktik. Dialektik terjadi antara lain dengan cara mengulur-ngulur
ketika internalisasi yang eksternal dan waktu pencarian ataupun secara terang-
eksternalisasi yang internal menjadi suatu terangan meminta imbalan apabila IMB itu
jalinan proses yang terus berjalan. Setiap dibutuhkan segera. Mengetahui bahwa
individu lahir dan hidup dalam suatu posisi di dalam layanan arsip sangat
lingkungan yang gegap gempita dengan strategis dalam arti mampu memberikan
berbungkus fenomena. Suatu kondisi penghasilan lebih, maka petugas layanan
eksternal yang tak mungkin terhindarkan. arsip menempuh segala cara untuk
Dalam kondisi seperti itulah agen mempertahankan posisinya.
dipengaruhi dibentuk dan mewujudkan
aktivitas tertentu. Sementara pada saat yang Strategi Mempertahankan Kekuasaan
sama agen tak selalu diam dalam pengaruh Bourdieu menjelaskan kekuasaan sebagai
dari yang eksternal itu. Agen selalu perjuangan setiap agen untuk mendapatkan
merespon dan mengkonstruksi yang modal dalam sebuah ranah tertentu.
eksternal itu menjadi sesuatu yang lebih Kekuasaan selalu berada dan beroperasi
produktif.. dalam suatu ranah tertentu. Ranah
merupakan konsep Bourdieu dalam
Kenyataannya memang yang terjadi adalah menjelaskan kekuasaan agen yang terlibat di
agen melanjutkan praktik layanan arsip yang dalamnya. Ranah dipahami Bourdieu
memang sudah dilakukan oleh agen sebagai arena sosial yang di dalamnya
sebelumnya dan bukan menjalani struktur terdapat perjuangan untuk memperebutkan
yang ada. Terlihat jelas dalam struktur sumber pertaruhan dengan akses terbatas.
layanan arsip. Struktur dalam kehidupan Misalnya kemampuan intelektual,
masyarakat sebagai sesuatu yang tidak lepas kekuasaan, prestise, kelas sosial dan
dari tindakan manusia yang berada di sebagainya. Hidayat (2011,p.137)
dlamnya. Sudah disusun struktur
sedemikian rupa, tetapi kenyataannya sama Agen menggunakan berbagai cara untuk
sekali tidak berpengaruh. Karena yang mempertahankan kekuasaan. Kekuasaan
memegang kendali adalah pelaku atau yang diberikan oleh pimpinan yaitu dalam
manusia sebagai agen yang memiliki bentuk kepercayaan kepada agen untuk
kepentingan. Pandangan yang melihat melayani mereka yang membutuhkan arsip,
manusia sebagai robot atau dungu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
sesungguhnya kurang tepat. Karena pelaku agen. Perintah pimpinan selalu dilaksanakan
atau manusia ini justru yang memegang dengan penuh tanggung jawab berdasarkan
peranan dalam membentuk bagaimana kepentingan pribadi.
praktik layanan arsip di BPAD Provinsi DKI
Jakarta. Pembahasan ini juga memberi pengayaan
terhadap konsep ranah/arena dari Bourdieu.
Arena oleh Bourdieu selalu dilihat sebagai

35
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta

ajang pertarungan kekuatan dimana pelaku dalam satu bidang tersebut. Bersikap ramah
berusaha mempertahankan atau mengubah dan senang mentraktir adalah salah contoh
distribusi bentuk modal tertentu yang tak strategi yang dilakukan. Hal lainnya adalah
terlepas dari strategi. Pemahaman arena tidak segan membantu teman yang sedang
seperti ini sangat kuat memberi kesan bahwa kesusahan, misalnya dengan cara
dalam suatu ruang sosial yang ada, arena meminjamkan uang. Sering mendengarkan
hanya menjadi suatu pertarungan semata. keluh kesah sesama karyawan memberikan
Penelitian menunjukkan bahwa selain nasehat, masukan ataupun saran,
berada dalam pertarungan di kalangan menjadikan agen tersebut dianggap sebagai
pelaku layanan arsip ada solidaritas untuk pimpinan oleh kelompok tersebut.
hal-hal tertentu. Terutama sebagai
kelompok yang termarginalkan, terutama Agen tidak saja bersikap baik dan ramah
sejak penggabungan arsip dan perpustakaan. terhadap sesama staf, tetapi juga kepada
Layanan arsip menjadi arena dimana di petugas kebersihan, penjaga keamanan,
dalamnya ada distribusi modal yang tak bahkan juga kepada penjaga kantin.
lepas dari strategi. Sehingga agen dikenal baik tidak hanya oleh
atasan tetapi juga sampai ke mereka di level
Berbagai cara dilakukan oleh agen untuk bawah, yang pada umumnya tidak terlalu
mempertahankan posisi. Mulai dari diperhatikan oleh mereka yang berada pada
melakukan pendekatan kepada pimpinan, level pimpinan.
seperti membelikan pulsa ataupun
memberikan hadiah kepada pimpinan, Bisa dikatakan bahwa agen tersebut berhasil
melakukan tugas yang diberikan pimpinan mempengaruhi orang-orang yang berada di
secara cepat dalam melakukan pencarian sekelilingnya untuk mengakui kredibilitas
arsip, sehingga di mata pimpinan agen dan kompetensi yang dimilikinya.
tersebut dianggap satu-satunya orang yang Pengalaman bekerja selama bertahun-tahun
paling kompeten dalam melakukan memang menjadikan agen mampu
pencarian arsip. melakukan pencarian arsip secara cepat dan
pimpinan beranggapan hal tersebut tidak
Selain itu , kemampuan agen dalam mungkn dilakukan oleh orang lain. Pada
menghadapi wartawan atau Lembaga akhirnya pimpinan beranggapan bahwa
Swadaya Masyarakat (LSM), sangat hanya dia yang mampu melakukan
membantu pimpinan yang kerap dikejar- pencarian arsip, sehingga selama bertahun-
kejar oleh wartawan atau LSM. Dalam hal tahun posisinya di layanan arsip tidak
ini modal sosial agen yang banyak pernah bergeser.
berkecimpung dengan wartawan maupun
LSM di instansi sebelumnya agen bekerja, Kekuasaan yang diberikan pimpinan untuk
sangat membantu agen di layanan arsip yang bertugas di layanan arsip, dimanfaatkan
sering didatangi oleh wartawan atau LSM dengan sebaik-baiknya oleh agen untuk
yan sering berpura-pura mencari arsip. kepentingan pribadi. Sehingga nama agen
tersebut pun menjadi terkenal di kalangan
Selain kepada pimpinan, strategi lain yang mereka yang ingin mencari arsip. Bahkan
dilakukan adalah melakukan pendekatan lebih dikenal daripada kepala instansi itu
pribadi kepada karyawan lain yang berada sendiri.

36
Hening Wahyuni

Tentunya tidak mudah untuk mengubah agen, adalah orang yang berkecimpung di
praktik layanan arsip yang sudah berjalan suatu bidang selama puluhan tahun. Berada
selama bertahun-tahun, tetapi bukan berarti dalam satu bidang dalam jangka waktu
tidak ada cara untuk mengubahnya. Perlu puluhan tahun tentu tidak lepas dari peran
usaha keras terutama dari pimpinan untuk pimpinan yang tetap mempertahankannya,
mengubahnya. ataupun bisa juga disebabkan oleh
kurangnya keberanian dan ketegasan dari
Lemahnya Jajaran Birokrasi pimpinan
Peran dan fungsi birokrasi di Indonesia pada
dasarnya menjalankan pelayanan publik Kesimpulan
serta program pembangunan yang bertujuan Petugas layanan arsip di BPAD Provinsi
mencapai kesejahteraan masyarakat. Peran DKI Jakarta sebagaimana diperlihatkan
tersebut terlaksana berkat aturan yang dalam penelitian ini mengalami negosiasi
mengikat setiap jajaran, sehingga karyawan secara terus menerus dengan berbagai pihak.
akan selalu bekerja sesuai aturan tersebut. Keberadaan petugas yang bekerja di dalam
Aturan yang mengikat birokrasi pada layanan arsip tidak merepresentasikan
dasarnya bertujuan agar tidak terjadi kepentingan negara dalam mengatur
penyimpangan dalam proses pelayanan dan masyarakat yaitu dalam hal ini memberikan
menjaga keteraturan pemerintahan. Aturan pelayanan. Para petugas layanan arsip
ini juga membantu masyarakat untuk bertindak menurut kepentingannya masing-
mendapatkan pelayanan yang baik karena masing. Oleh karena itu, keberadaan sederet
mengetahui prosedur birokrasi sehingga peraturan baik itu hukum, kebijakan,
akses masyarakat terhadap birokrasi dapat petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan yang
terjalin sesuai dengan harapan. pada dasarnya menjadi titik sentral yang
harus dipatuhi, justru mengalami tentangan-
Namun dalam pelaksanaan birokrasi di tentangan.
lapangan bukan tanpa kendala, salah
satunya adalah potret birokrasi yang sangat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kental dengan budaya feodal dan dilakukan ada beberapa hal-hal menarik
terkontaminasi oleh budaya kolonialisme yaitu, petugas layanan arsip dalam kajian ini
yang korup. Budaya feodal menyebabkan diposisikan sebagai agen, merupakan sosok
muncul paham kebapakan di jajaran atau entitas aktif-kreatif yang sadar akan
birokrasi yang menyebabkan hilangnya posisinya sebagai pegawai yang di satu sisi
profesionalitas birokrat. Lemahnya jajaran harus bekerja menurut berbagai mekanisme
birokrasi menjadi celah bagi agen untuk dan aturan yang berlaku, tetapi di sisi lain
masuk dan mempengaruhi pimpinan. juga sadar bahwa posisinya sebagai pegawai
memungkinkan mereka untuk bertindak
Permasalahan tersebut menjadi masalah melampaui ataupun bertolak belakang
akut di era saat ini. Muncul pragmatisme dengan berbagai mekanisme dan aturan
jajaran birokrasi dalam menjalankan roda yang ada tersebut.
pelayanan, akhirnya muncul agen sebagai
akibat dari pragmatisme kekuasaan. Kenyataan tersebut menunjukkan adanya
Munculnya agen ini tentunya tidak terlepas suatu kondisi dimana posisi agen dan
dari peran pimpinan. Mereka yang menjadi struktur merupakan dua hal yang selalu

37
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta

memungkinkan adanya pengekangan dan Layanan Arsip Statis kepada Publik.


pembebasan sebagai dua hal yang saling www.anri.go.id
timbal balik. Dengan pengertian lain Fashri, Fauzi. (2014) Pierre Bourdieu
struktur mengekang itu juga mengondisikan Menyingkap Kuasa Simbol, Yogyakarta
agen untuk melakukan respon (kritik,siasat) : Jalasutra
sebagai wujud kapasitas diri yang tidak Haryatmoko (2003). Etika Politik dan
pernah bisa tunduk patuh secara total Kekuasaan. Jakarta : Penerbit Buku
terhadap struktur. Kompas
Hidayat, Rakhmat (2011) Pengantar
Tindakan strategis dan kreatif yang Sosiologi Kurikulum, Jakarta :
dipraktikkan oleh petugas layanan arsip RajaGrafindo Persada
bukanlah respon secara langsung terhadap Ismiatun, Diah. (2006). Kinerja Arsiparis
struktur yang ada, melainkan telah Unit Layanan Arsip di Arsip Nasional
mengalami suatu proses ruang dan waktu Republik Indonesia, Depok : Fakultas
akibat dari proses pembelajaran yang Ilmu Budaya Universitas Indonesia
dialami dan dilakukan oleh para petugas ------------------- (2001) Manajemen Arsip
layanan arsip itu sendiri. Proses Statis : Langkah Pendayagunaan Arsip
pembelajaran untuk mengendapkan struktur Statis hingga Layanan Publik. Suara
dan kemudian mengalami penuangan Badar Vol1/3/2001
kembali dalam tindakan praktis itu yang Indonesia Undang-Undang (2009). Undang-
oleh Bourdieu disebut dengan habitus. Undang Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2009 tentang Kearsipan
Individu yang dikondisikan oleh struktur Martono, Nanang. (2012). Kekerasan
untuk melakukan penyimpangan dalam Simbolik di Sekolah sebuah ide
berbagai bentuk (setoran, mark-up laporan, Sosiologi Pendidikan Pierre Bourdieu.
pungutan dan sebagainya) secara terus Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
menerus membuat kesadaran dan tindakan Mc. Causland, Sigrid, (1993). Access and
praktisnya seolah-olah demikian adanya dan Reference Services dalam Keeping
tidak perlu dipertanyakan lagi benar- Archives , Ellis Judith (Editor) second
tidaknya. Tindakan praktis individu yang edition. Australia : DW Thorpe
kemudian menjadi tindakan kolektif ini --------------------------- (2010) Peraturan
memperteguh suatu skema budaya petugas Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor
sebagai potret layanan arsip di BPAD 99 Tahun 2010 tentang Prosedur
Provinsi DKI Jakarta. Layanan Kearsipan
--------------------------- (2001) Istilah-istilah
Daftar Pustaka Kearsipan, Jakarta : Kantor Arsip
Adib, Mohammad (2012). Agen dan Daerah
Struktur dalam Pandangan Pierre Pugh, Mary Jo. (1992). Providing Reference
Bourdieu, Biokultur Volume I/No. 2 Services for Archives and Manuscript.
Juli-Desember Chicago : The Society of American
Azmi (2010) Strategi Pengaturan Arsip Archivist
Statis pada Lembaga Kearsipan dalam Reed, Barbara (1993) Keeping Archives,
Upaya Meningkatkan Akses dan Mutu Judith Ellis (ed) Ed.2 Australia, D.W.

38
Hening Wahyuni

Ritzer, George, & Douglas J. Goodman


(2011) Teori Sosiologi Modern, Jakarta
: Kencana
Rusdiarti, Suma Riella, (2003). Bahasa
Pertarungan Simbolik dan
Kekuasaan , Majalah Basis Nomor
11-12, Tahun ke-52, November –
Desember 2003, Yayasan BP
Basis
------------------------------- (2004) Bahasa,
Kapital Simbolik dan Pertarungan
Kekuasaan : Tinjauan Filsafat
Sosial Pierre Bourdieu tentang
Bahasa, Tesis Pascasarjana
Departemen Filsafat FIB UI Depok
(tidak dipublikasikan)
Widjojo, Muridan S, (2003) Strukturalisme
Konstruktivis Pierre Bourdieu dan
Kajian Sosial Budaya dalam
Perancis dan Kita , Strukturalisme,
Sejarah, Politik, Film dan Bahasa,
Jakarta : Wedatama Widya Sastra
Widyarsono, Toto, (2002). Evaluasi
Aksesibilitas Arsip : Studi Kasus di
Unit Layanan Informasi Arsip
Nasional Republik Indonesia,
Depok : Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Indonesia
Walne, Peter (1988) Dictionary of Archival
Terminology. K.G. Saur London – Paris

39
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog

MENGULAS OPAC 2.0 SEBAGAI NEXT GENERATION LIBRARY


CATALOG

Moh. Safii

UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang – Jawa Timur

e-mail: moh.safii@um.ac.id

Abstrak

Gelombang perubahan teknologi dalam dunia perpustakaan tidak dapat dielakkan lagi.Ketika Michael Casey
mencetuskan konsep Library 2.0 pada tahun 2005, sejak itu perpustakaan berduyun-duyun untuk mengadopsi
konsep tersebut.Penelitian di luar negeri tentang konsep Library 2.0 sudah berkembang pesat berbeda dengan di
Indonesia yang masih berkutat pada ranah persepsi. Penelitian Library 2.0 yang bersifat teknis akan memberikan
warna yang berbeda bagi pustakawan setidaknya dari segi manfaat akan cepat untuk diterapkan. Penelitian ini
akan menjabarkan fitur-fitur dari OPAC 2.0 yang dijadikan sebagai Next Generation Library Catalog, dengan
mengutamakan kebutuhan pengguna (user centered) serta mengedepankan partisipasi pengguna (user
participation). Contoh dari web yang sudah menerapkan OPAC 2.0 akan dijabarkan pada tulisan ini sehingga
pembaca dengan mudah untuk berfikir ulang sudahkah kita memiliki OPAC 2.0.

Kata Kunci: OPAC 2.0, Library 2.0

Abstract

Wave of technological changing in library world is not inevitable. When Michael Casey sperked the
concept, the library flock to adopt the concept. Research in abroad about the concept of library 2.0 has been
growing rapidly, unlike in Indonesia that still struggling in the realm of perception. Library 2.0 research of
technical nature will give a different color to librarian at least in terms of the benefits will be quick to apply. This
research will describe the features of OPAC 2.0 is used as the Next Generation Library Catalog, by prioritizing
the needs of the user (user centered) and promoting participation of users (user participation). The examples of
web which already apply OPAC 2.0 will be elaborated in this article so that the readers easily to think again about
have we had OPAC 2.0

Key words: OPAC 2.0, Library 2.0

40
Moh. Safii

Pendahuluan satu contoh kongkrit dari otomasi.Hubungan


Hukum ke 4 (empat) dari 5 (lima) hukum dengan hukum keempat SR Ranganathan
ilmu perpustakaan SR Ranganathan yaitu diatas ialah dengan otomasi akan
save the time of the reader, menjelaskan mempermudah dan mempersingkat waktu
bahwa perpustakaan harus memberikan pengguna untuk mencari koleksi yang
kemudahan akses bagi pengguna untuk dikehendaki. Pengguna dapat mencari bahan
mencari koleksi yang dikehendaki koleksi dari komputer, atau dari telepon
(Ranganathan, 1931). Kemudahan akses ini genggam, baik dari jaringan di perpustakaan
tentu akan berdampak pada efesiensi waktu. atau dari rumah.Kecanggihan ini yang
Mempermudah pengguna untuk menjadikan perpustakaan dalam
mendapatkan buku yang dikehendaki ialah menentukan kebijakan selalu berpijak pada
salah satu prinsip perpustakaan.Sehingga di kemudahan akses.Misalnya perpustakaan
kala itu, penggunaan kartu katalog sebagai yang melanggan jurnal tercetak, lama
alat untuk penelusuran sangat kelamaan dengan adanya teknologi, maka
membantu.Jika dibandingkan pengguna tidak perlu melanggan lagi jurnal tercetak,
harus menelusur ke rak.Gorman (1998) tetapi melanggan jurnal online.Pergeseran
kemudian menerjemahkan lebih lanjut tersebut tentu terjadi karena adaptasi
sesuai dengan kondisi saat ini, memaknai perpustakaan terhadap teknologi.
hukum keempat SR Ranganathan bahwa
semua aspek apapun yang ada termasuk Katalog ialah yang pertama menjadi sorotan
kebijakan, aturan, prosedur, sistem ketika teknologi masuk ke
kesemuanya itu haruslah mudah tidak perlu perpustakaan.Diyakini penggunaan model
dipersulit contohnya ketika layanan jasa kartu katalog sangat tidak efisien.Oleh
referensi agar memuaskan maka haruslah karena itu teknologi digunakan untuk
menggunakan alat komunikasi misalnya mengatasi katalog perpustakaan sehingga
seperti teleponatau untuk saat ini efektif dan efisien. Tetapi perkembangan
menggunakan internet melalui chat, email OPAC ternyata tidak hanya mengotomasi
dsb. apa yang ada di kartu katalog saja, tetapi
harus lebih dari itu, bagaimana pengguna
Teknologi yang masuk ke perpustakaan diberikan pilihan lebih banyak lagi untuk
sudah menjadi alat untuk menyelesaikan dapat mencari apa yang dikehendaki.
kegiatan sehari-hari pustakawan. Istilah Melihat perkembangan tersebut tahun 1985
otomasi dikenal sebagai proses untuk muncullah wacana OPAC merupakan
mengubah manual ke bentuk otomatis. Information Retrieval System atau umum
Ketika seorang pustakawan yang semula dikenal sistem temu kembali informasi
menulis data bibliografi di kartu katalog, (Chu, 2003).Semenjak itu banyak penelitian
maka itu tergantikan dengan yang mengembangkan OPAC sedemikian
memasukkannya ke dalam database yang rupa dapat bekerja efektif dan efisien
tersimpan di komputer.Database tersebut daripada penggunaan model kartu katalog.
kemudian bisa diakses dari manapun dan
dapat dimanfaatkan dengan cepat.Ketika Pertanyaan kemudian muncul, ketika
terjadi kesalahan dalam pengentrian, maka teknologi berkembang baik dari sisi
data tersebut masih bisa di edit walau oleh hardware maupun software, apakah OPAC
orang yang berbeda sekalipun.Inilah salah akan berkembang mengikuti ?. IFLA telah

41
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog

membuat panduan tentang OPAC pada OCLC (Online Computer Library


tahun 1999 (Yee,1999). Panduan tersebut Center)yaitu Worldcat.
tentu sesuai dengan perkembangan
teknologi kala itu. Pertanyaanya lagi, Fitur OPAC 2.0 Next Generation Library
apakah itu sudah sesuai dengan adaptasi saat Catalog
ini ?.Pertanyaan ini akan selalu muncul Perpustakaan sebagai growing
karena pada penelitian selanjutnya, pola organismakan terus berkembang sesuai
pencarian informasi pengguna berbeda dengan lingkungan sekitar. Perubahan
apalagi dengan berkembangnya teknologi. perpustakaan tersebut merupakan bagian
Perbedaan ini sangat kentara ketika Michael dari adaptasi secara organisasi agar tidak
Casey mencetuskan ide tentang Library 2.0, ditinggalkan oleh penggunannya.Karenanya
yang sejak itu merubah paradigma peran perpustakaan harus ditingkatkan lebih
perpustakaan tentang teknologi.Library 2.0 lagi dengan menjadi jembatan informasi
membuka cara pandang baru bagi (Barner, 2011).Tetapi faktanya sekarang,
perpustakaan. Teknologi dianggap sebagai pengguna lebih menyukai untuk mencari
alat untuk membantu perpustakaan dalam bahan koleksi melalui mesin pencari seperti
menjalankan fungsinya dan menjangkau Google dsb.Mesin pencari perpustakaan
penggunanya lebih luas. Masuknya konsep yaitu OPAC tidak menyuguhkan hasil
Library 2.0 ini akan merubah bagaimana pencarian yang sesuai dengan keinginan
OPAC selanjutnya. Oleh karena itu pengguna.OPAC sendiri merupakan salah
muncullah konsep OPAC 2.0 atau juga satu jenis dari Information Retrieval System
disebut sebagai OPAC Next Generation. (Sistem Temu Kembali Informasi).

Dengan pemikiran tersebut, tulisan ini akan Kowalski (2010) menyatakan Sistem Temu
menjabarkan tentang OPAC 2.0 sebagai Kembali Informasi ialah sistem yang
konsep baru penelusuran yang fokus pada memiliki kemampuan untuk menyimpan,
kepentingan pengguna (user centered).Dari menemukan kembali dan melakukan
hasil penelitian ini penulis berharap dapat maintenance terhadap informasi.Informasi
membuka wacana baru pengembangan dalam tema STKI ini bisa berupa text dan
OPAC yang lebih baik.Tulisan ini juga objek multimedia lainnya. Sehingga dapat
sangat bermanfaat tentu bagi pustakawan dikatakan bahwa dalam konsep STKI
atau khususnya staf perpustakaan bagian terdapat sebuah perangkat lunak dan
teknologi informasi (system librarian). pangkalan data sama halnya dengan OPAC
di perpustakaan.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Tujuan dari Information Retrieval ialah
metode studi literaturdengan meneliti hasil- untuk meminimalisir segala kendala ketika
hasil penelitian sebelumnya tentang OPAC pengguna ingin mencari
2.0.Penulis akan menjabarkan fitur-fitur informasi.Kekurangan tersebut wujudnya
OPAC 2.0 yang menjadi jawaban bisa berupa waktu yang dibutuhkan tidak
penelusuran informasi di era Library 2.0 efisien, atau informasi yang disajikan
serta mengambil contoh dari Web yang ternyata tidak akurat.Semua informasi yang
sudah memenuhi kriteria OPAC 2.0 milik tersimpan dalam pangkalan data hendaknya
lebih mudah untuk ditelusur.Menurut Chu

42
Moh. Safii

(2003) ada 5 (lima) fitur OPAC yang harus dengan konsep Library 2.0. Kunci yang
dijadikan prinsip pengembangan OPAC dipegang dengan adanya OPAC 2.0 ialah
lebih lanjut yaitu : teknologi digunakan untuk melayani
a) OPAC berisi informasi bibliografi pengguna dan menjadi media bagi pengguna
b) OPAC harus mendukung format untuk berpartisipasi. OPAC yang semula
MARC hanya merupakan otomasi dari sistem
c) OPAC mendukung pencarian katalog, sekarang sudah lebih canggih lagi
berdasarkan pengarang, judul, kata sebagai jembatan informasi dari apa yang
kunci bebas, Boolean ada di benak pengguna dan segala
d) OPAC mendukung protocol Z39.50 sumberdaya yang dimiliki oleh
sebuah standar untuk temu kembali perpustakaan.
informasi dengan berbagai bentuk
informasi dan bebeda platform, Menurut Chalon, P. X., Di Pretoro, E., &
sehingga pengguna dapat mencari Kohn, L.(2008) OPAC 2.0 memiliki fungsi-
informasi dari perpustakaan yang fungsi seperti dibawah ini :
berbeda. a) Commenting. Pengguna dapat
e) OPAC menyediakan layanan untuk memberikan komentar atau review
pengguna dapat melihat data bibliografi terhadap suatu koleksi bahan pustaka.
berdasarkan titik akses. Misal Komentar ini memang disediakan oleh
disediakan halaman untuk sistem, baik secara anonymous atau
menampilkan data pengarang, dan login terlebih dahulu. Penyediaan
pengguna dapat melihat tulisan dari fasilitas komentar berguna untuk
masing-masing pengarang. Atau juga menjalin ikatan secara virtual dengan
disediakan halaman tersendiri untuk perpustakaan. Pengguna dapat
mengakses koleksi berdasarkan call berinteraksi dengan perpustakaan
number. Bagi pengguna yang mungkin melalui katalog buku yang sedang
belum mengetahui secara spesifik apa dibacanya. Selain membentuk ikatan,
yang dicari, bisa menggunakan layanan komentar dari pengguna juga penting
ini untuk menelusur lebih jauh. untuk membantu pengguna lain dalam
menelusur bahan koleksi.
Setidaknya perpustakaan di Indonesia harus b) Rating. Pengguna diberikan fasilitas
berfikir apakah OPAC yang dimiliki saat ini untuk melakukan penilaian biasanya
sudah sesuai dengan kelimat fitur dasar antara angka 1 sampai 5 menunjukkan
diatas.Belum lagi pada ketika Michael seberapa bagus buku tersebut.
Casey yang mencetuskan ide Library 2.0 Terkadang ketika pengguna sedang
pada tahun 2005.Sejak itulah paradigm mencari suatu tema buku, maka selain
tentang perpustakaan berubah.Dunia dengan membaca komentar atau
perpustakaan lebih terbuka dengan review, rating juga berguna untuk
menggunakan teknologi sebagai alat untuk memastikan seberapa bagus buku
menyebarkan informasi, memberikan tersebut menurut orang lain yang sudah
kemudahan kepada pengguna. Karena pernah membacanya.
Library 2.0 inilah maka muncullah konsep c) Tagging. Pengguna diberikan fasilitas
OPAC 2.0 yang memang meniru dari cara untuk memberikan tag atau kata kunci
pandang pengembangan OPAC lebih lanjut yang mendeskripsikan suatu koleksi.

43
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog

Pemberian tag atau kata kunci tersebut, OPAC yang ada di perpustakaan.
bebas tidak ada aturan tertentu sehingga ‘Pintu’ tersebut mudahnya dikenal
pengguna merasa tidak terbebani pada sebagai API.
satu standar pemberian tag. Semua tag f) Selected Dissemination Information.
yang diberikan user masuk ke dalam Memberi fasilitas pengguna untuk
folksonomy. Sebuah taksonomi yang menerima update sesuai yang
dibuat oleh non professional dan tidak dikehendaki, baik melalui email atau
terkontrol. Penggunaan tag ini akan RSS (Rich Site Summary).OPAC
mempermudah pengguna lainnya menyediakan fitur bagi pengguna jika
apabila subjek yang dimasukkan ada koleksi baru yang sesuai dengan
pustakawan terbatas. Dengan tagging tema atau subjek yang dikehendaki.
pengguna bebas untuk memasukkan Nantinya setiap ada koleksi
kata kunci yang mewakili koleksi dimasukkan ke dalam database,
tersebut, tentu yang tidak tertera pada pengguna akan dikirimi notifikasi
subjek. melalui email, atau juga bisa melalui
d) Book suggestion based on loan.OPAC sindikasi (RSS).
juga dapat memberikan masukan g) Faceted Search. Penataan hasil
kepada pengguna secara otomatis pencarian dikelompokkan berdasarkan
melalui data-data peminjaman kriteria/aspek tertentu.
sebelumnya, misal ketika pengguna h) Spelling Suggestion. Memperbaiki
sedang mencari suatu judul buku, maka ejaan atau menyempurnakan dari kata
dengan mempelajari data-data pinjaman atau huruf yang sedang diketikkan.
sebelumnya, yang subjeknya sama ikut i) Book Suggestion. Menampilkan
ditampilkan dengan tujuan agar dapat rekomendasi buku berdasarkan
memberikan informasi yang lebih pengarang yang sama atau subjek yang
komprehensif. Atau buku yang juga sama.
dipinjam berbarengan dengan buku
yang akan dipinjam saat itu. Dalam Yang, S. Q., & Hofmann, M. A. (2013)
istilah komputer, ini dikenal dengan memberikan pandangan yang berbeda
data mining. tentang OPAC yang dinamainya “Next
e) Mendukung Application Programming Generation Library Catalogs”. Ada 10 fitur
Interface. Menyediakan akses ke OPAC yang ada pada OPAC yang masuk dalam
untuk melakukan serangkaian request kriteria OPAC 2.0 Next Generation Library
baik melalui platform yang sama atau Catalog, yaitu:
berbeda. Sehingga akan memberikan a) Satu pintu untuk mengakses informasi
variasi aplikasi dengan mengakses perpustakaan. Jika perpustakaan
pangkalan data yang sama. Misal memiliki bentuk informasi yang
perpustakaan mengembangkan aplikasi beragam, entah itu buku, jurnal
untuk android, dari segi keamanan tentu tercetak, atau elektronik atau kepingan
beresiko jika aplikasi android langsung VCD, maka OPAC haruslah memiliki
mengakses database perpustakaan. satu akses untuk menuju ke berbagai
Oleh karenanya OPAC perlu dibuatkan media. Pengguna tidak direpotkan
‘pintu’ akses yang aman. Sehingga dengan banyaknya aplikasi yang
aplikasi android dapat berfungsi seperti

44
Moh. Safii

berbeda dan tampilan yang berbeda pengguna. Caranya ialah dengan


pula. mengolah data sirkulasi, sistem akan
b) Tampilan OPAC yang menarik bagi merekomendasikan buku-buku apa saja
pengguna. Menarik bagi pengguna bisa yang mungkin pengguna tertarik untuk
diukur dengan menggunakan tema- meminjam. Cara ini sebenarnya ditiru
tema yang mirip seperti Google, dari web jual beli seperti Amazon. Di
Amazon dan web popular lainnya. bagian bawah amazon akan muncul
c) Konten yang diperkaya. Maksud kalimat “Customers who bought
diperkaya ialah menambahkan foto this item also bought…” cara ini
cover buku pada katalog, daftar isi, bisa ditiru dengan menerapkannya pada
ringkasan, review, foto dan objek OPAC “Patrons who borrowed this
lainnya yang memudahkan pengguna. book also borrowed the
Memperkaya konten selain tanggung following books.. .”
jawab pustakawan juga dapat i) User Contribution - pemberian rating,
mengandalkan kontribusi dari review, tag dan komentar
pengguna. j) RSS Feed. Menyediakan sindikasi
d) Navigasi hasil pencarian yang untuk menampilkan entrian data baru.
terorganisir. Pada halaman hasil Pengguna hanya melihat pada aplikasi
pencarian, hendaknya hasil pencarian pembaca RSS, untuk mengetahui hal
dikelompokkan berdasarkan aspek- baru apa yang ada di perpustakaan.
aspek atau kriteria tertentu(facet).
Untuk memudahkan pengguna dalam Selain fitur-fitur OPAC 2.0 seperti
menelusur lebih lanjut lagi. dijabarkan diatas, ada hal penting yang
e) Penyederhanaan kotak pencarian agar harus diketahui bahwa OPAC 2.0
tidak membingungkan pengguna. seharusnya sudah menerapkan konsep
Misalnya seperti kotak pencarian Functional Requirements for Bibliographic
Google Records (FRBR). Menurut Smiraglia, R. P.,
f) Relevancy. OPAC harus bisa Riva, P., & Žumer, M. (2013) keuntungan
memberikan tingkat relevansi antara menerapkan FRBR :
kata kunci dengan hasil pencarian. a) Menghemat waktu dalam proses
g) “Did you mean….?”. Kalimat ini tentu kataloging karena ketika katalog sudah
sering dijumpai pada mesin pencari dibuat, maka dengan konsep FRBR jika
seperti Google atau Yahoo. Pengguna ada penambahan koleksi baru,
perlu diberi tahu apakah kata kunci dilakukan pengecekan pada ‘work’.
yang diketikkan sudah tepat sesuai Apakah ‘work’ sudah dimasukkan atau
ejaan atau bahkan sistem belum, kemudian dilakukan cara yang
merekomendasikan kata apa yang sama pada ‘expression’, ‘manifestation’
seharusnya diketikkan. dan terakhir ‘item’. Selama OPAC
h) Rekomendasi terhadap bahan koleksi tersusun tidak dengan FRBR dengan
yang berkaitan. Pengguna yang akan ciri, satu entrian satu katalog, maka itu
meminjam bahan koleksi perlu diberi belum masuk dalam konsep FRBR.
tahu juga, buku apa saja yang dipinjam b) Meningkatkan kemudahan akses
pengguna lain yang memiliki informasi dengan katalog yang
ketertarikan yang sama dengan

45
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog

terstruktur dan saling ber-relasi satu memberikan akses informasi seluas-luasnya


sama lain. kepada dunia. Contoh produk dari OCLC
ialah Worldcat, katalog perpustakaan
Dari semua penelitian tentang OPAC terbesar didunia yang mengumpulkan
ternyata jika ditarik satu kesimpulan ialah database dari berbagai perpustakaan dari
kesederhanaan tampilan seperti mesin seluruh dunia.Database worldcat terhubung
pencari Google dan web jual beli seperti dengan 72.000 perpustakaan di seluruh
Amazon, menjadi model untuk dunia dengan total koleksi berjumlah 2
pengembangan OPAC lebih lanjut.Para Milyar data. Worldcat dapat diakses di
peneliti melihat interaksi memang sengaja http://www.wordlcat.org. Sebagai
disediakan bukan untuk melemahkan suatu pustakawan, kita juga dapat memasukkan
produk tetapi untuk menguatkan testimony koleksi perpustakaan tempat bekerja ke
pengguna jasa situs tersebut.Misalkan pada worldcat dengan membaca petunjuk yang
web jual beli, testimony tersebut seputar disediakan oleh worldcat.
produk tersebut kelebihan dan
kekurangannya. Jika diimplikasikan dalam
dunia perpustakaan maka sebuah katalog
yang penuh dengan coretan-coretan
komentar misalnya, akan membantu
pengguna lain untuk memutuskan
meminjam buku tersebut atau tidak.
Gambar 1.Halaman depan worldcat
Interaksi yang sengaja disediakan ini akan http://www.worldcat.org
membentuk ikatan kuat antara pengguna
dengan perpustakaan. Tentu trend seperti ini Pada halaman depan gambar 1 diatas, kotak
akan terus berubah sesuai dengan pencarian dibuat sederhana. Pengguna
perkembangan jaman. Fitur-fitur OPAC dibuat nyaman dengan memasukkan kata
dalam tulisan ini suatu saat beberapa tahun kunci pada 1 (satu) kotak
mendatang malah dianggap using karena pencarian.Kalaupun pengguna ingin
teknologi sudah berubah. Namun dari memilih format koleksi yang berbeda,
tulisan ini penulis ingin menunjukkan tinggal memilih tab sebelahnya tanpa perlu
bahwa keberadaan OPAC sangat penting berpindah halaman.
ibarat sebuah web jual beli, semakin
dikemas menarik, pengunjung akan tertarik
untuk membeli produk.

OCLC Worldcat
Penulis menggunakan OCLC Worldcat
sebagai contoh web yang sudah
menggunakan OPAC 2.0.Bagian ini penulis Gambar 2.Fitur OPAC 2.0 pada Worldcat
akan menunjukkan fitur-fitur OPAC 2.0 menurut penelitian
melalui analisa tampilan pada website
Worldcat. OCLC (Online Computer Library
Center) ialah lembaga non profit yang

46
Moh. Safii

Sumber yang tepat. Dengan kata kunci yang tepat


www.worldcat.org/title/library/oclc/310463 akan memberikan hasil yang akurat.Bila
02&referer=brief_results pengguna memaksakan untuk mengetikkan
kata yang salah atau tidak tertera dalam
Dari gambar 2 diatas, worldcat memenuhi database, maka sistem akan memberikan
untuk fitur-fitur OPAC 2.0 diantaranya rekomendasi melalui kata yang mirip.
commenting/review, tagging, Selected Misalnya diketikkan kata ‘obamah’, maka
Dissemination Information (SDI), jika tidak ada hasil pencariannya, maka
rating,katalog yang mendukung FRBR dan sistem akan merekomendasikan kata
Book Suggestion.Tentu untuk beberapa fitur ‘obama’. Rekomendasi ini yang dikenal
seperti pemanfaatan SDI, API pengguna dengan fitur ‘Did you mean….’, pada mesin
harus login terlebih dahulu.Selain itu menu pencari seperti Google.
Cite/Export berguna bagi peneliti untuk
mengutip buku tersebut sesuai dengan Faceted Search pada worldcat, tersusun
format kutipan yang dikehendaki.Fitur lain berdasarkan format media, pengarang,
seperti Spelling Suggestion pada worldcat, bahasa, isi, audien dan topic.
meniru dari mesin pencari seperti Google.
Karena dari berbagai penelitian, pengguna
mungkin saja mengetikkan ejaan yang salah,
dan sistem harus bisa mendeteksi bagaimana
kata itu seharusnya.

Gambar 4.Faceted Search

Hasil pencarian seperti gambar 4 diatas,


pada sebelah kiri ialah contoh dari faceted
Gambar 3.Spelling Suggestion search.Hasil pencarian tersebut
dikelompokkan berdasarkan kategori/aspek
Pada kotak pencarian, setiap huruf yang tertentu yang diambil dari hasil pencarian
diketikkan akan dicek keberadaannya yang sedang ditemukan.Dari model seperti
dengan data yang tersimpan dalam database. itu, pengguna akan dimudahkan untuk
Bisa berupa judul, pengarang atau subjek menganalisa koleksi mana yang
koleksi.Contoh diatas, penulis ingin mencari dikehendaki dengan mengerucutkan pilihan
koleksi dengan judul ‘research met…’ pada contoh diatas.
selanjutnya sistem memberikan pilihan
sejumlah kata kunci yang memang ada Memperkaya katalog dengan memberikan
hasilnya di dalam database.Spelling sampul buku, daftar isi atau cantuman lain,
Suggestion ini bermanfaat untuk yang pada intinya akan mempermudah
mengendalikan kosa kata dan mengarahkan pengguna sangat penting untuk era Library
pengguna untuk menggunakan kata kunci 2.0. Pola pikir pengguna internet lebih

47
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog

menyukai segala sesuatunya jelas,


terdeskripsi dengan gambar. Dalam OPAC Kesimpulan
2.0 salah satu fiturnya ialah penyediaan OPAC sebagai jembatan informasi bagi
sampul koleksi, daftar isi dll.Rata-rata buku perpustakaan, sudah seharusnya merubah
yang tertera pada worldcat sudah memiliki dirinya sebagai satu-satunya mesin pencari
sampul buku dan beberapa memiliki daftar koleksi apapun yang ada di perpustakaan.
isi. Misalnya pada buku berikut ini : Pengembangan OPAC 2.0 semata-mata
untuk memudahkan pengguna. Berbagai
macam fitur ditambahkan dalam OPAC
tidak lain untuk memberikan kenyamanan
pengguna dalam menelusur dan
memberikan tanggung jawab pada
perpustakaan untuk memberikan pelayanan
sebaik-baiknya melalui OPAC.
Gambar 5. OPAC dengan sampul buku
Dunia perpustakaan serasa iri dengan
Untuk pengembangan OPAC sendiri, keberhasilan Amazon dan Goodreads dalam
gambar sampul buku bisa diambil dari memfasilitasi partisipasi aktif penggunanya.
Google Book API. Oleh karena itu dengan memahami fitur-
fitur OPAC 2.0 dan mengimplementasikan
pada sistem perpustakaan masing-masing,
sudah seharusnya kita lebih bisa mengikat
pengguna perpustakaan.

Daftar Pustaka
Barner, K. (2011). The library is a growing
organism: Ranganathan's fifth law of
librar science and the academic library
in the digital era. Library Philosophy
and Practice, 1-9.
Bourne, C. P., & Hahn, T. B. (2003).A
Gambar 6.Katalog yang diperkaya dengan
history of online information services,
daftar isi
1963-1976. Cambridge, Mass: MIT
Press.
Memang akan membutuhkan waktu jika
Camden, B. P. (2008). OPAC - going, going,
ingin memasukkan daftar isi buku ke OPAC.
gone! Technicalities, 28(5), 1-17.
Tetapi manfaat itu akan besar dirasakan
Casey, M. E., & Savastinuk, L. C.
pengguna ketika pencarian berdasarkan
(2007).Library 2.0: A guide to
judul, pengarang dan subjek hanyalah titik
participatory library service. Medford,
awal sebelum pengguna memutuskan untuk
N.J: Information Today.
meminjam buku.Karena diakui atau tidak,
Chalon, P. X., Di Pretoro, E., & Kohn, L.
subjek buku tidak bisa mewakili isi semua
(2008, June). OPAC 2.0: Opportunities,
buku kecuali, pengguna disodorkan pada
development and analysis. In
daftar isi.
Proceedings of the 11th European

48
Moh. Safii

Conference of Medical and Health


Libraries 2008
Chu, H. (2003). Information representation
and retrieval in the digital age.
Medford, N.J: Published for the
American Society for Information
Science and Technology by
Information Today.
Dayal, B. (2011). Managing academic
libraries: Priciples [i.e. principles] and
practice. New Delhi: Isha Books.
Gorman, M. (1998). The Five Laws of
Library Science: Then & Now. School
Library Journal, 44 (7), 20-23.
Kowalski, G., Maybury, M. T., & Kowalski,
G. (2000). Information storage and
retrieval systems: Theory and
implementation. Boston, MA: Kluwer
Academic.
Ranganathan, S. R. (1931). The five laws of
library science. Social commenting, llc;
researchers submit patent application,
"system and method for tagging content
in a digital media display", for approval.
(2015). Computer Weekly News, , 4245.
Smiraglia, R. P., Riva, P., & Žumer, M.
(2013). The FRBR family of conceptual
models: Toward a linked bibliographic
future. London: Routledge
Tramullas, J., & Garrido, P. (2013). Library
automation and OPAC 2.0:
Information access and services in the
2.0 landscape. Hershey, Pa:
Information Science Reference.
Yee, M. M. (1999). Guidelines for OPAC
Displays.Prepared for the IFLA Task
Force on Guidelines for OPAC
Displays (draft) [Online]. Available:
<http://www.ifla.org/VII/s13/guide/op
ac.htm> [2000, February 9].

49
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang

KEBUTUHAN INFORMASI KOMUNITAS PERTUNI SEMARANG

Amalia Nurma Dewi

Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,


Universitas Indonesia, Depok, 16425, Indonesia

e-mail: amalianurmadewi@gmail.com

Abstrak

Artikel ini merupakan hasil analisis terhadap kebutuhan informasi sebuah komunitas tunanetra yang bernama
Pertuni. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap anggota Komunitas
Pertuni serta melakukan kajian terhadap berbagai literatur yang berkaitan dengan kebutuhan informasi.
Berdasarkan dari pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kebutuhan
informasi utama anggota Komunitas Pertuni Semarang berkaitan dengan kebutuhan integrasi sosial, kebutuhan
akan hiburan, serta kebutuhan integrasi personal.

Kata Kunci:kebutuhan informasi, tunanetra, komunitas pertuni, Inklusi sosial

Abstract

This article written based on analyses related to information need in a community named Pertuni. Data collection
was done by making observation and interview with the member of Pertuni Community and also literature studies.
Based on data collection and analyses, it can be concluded that information need of Pertuny Community’s member
related with social integrative need, entertainment need and personal integrative need.

Keywords: Information need, blind-difability, pertuni community, social inclussion

50
Amalia Nurma Dewi

Pendahuluan datang secara teratur setiap hari sabtu untuk


Perpustakaan DPD Persatuan Tunanetra ke perpustakaan, mereka hanya datang
Indonesia (yang selanjutnya disebut dengan untuk berkumpul-kumpul saja, dan jarang
Pertuni), Semarang adalah sebuah memanfaatkaan koleksi dan teknologi
perpustakaan komunitas yang dikhususkan informasi yang telah disediakan
untuk melayani kebutuhan informasi perpustakaan. Berdasarkan hasil observasi
tunanetra di wilayah Semarang. dan wawancara ditemukan bahwa koleksi
Perpustakaan Pertuni merupakan satu- dan teknologi informasi yang disediakan
satunya perpustakaan di Semarang yang bisa tidak sesuai dengan kebutuhan informasi
dimanfaatkan oleh tunanetra untuk pengguna. Pembangunan Perpustakaan
memenuhi kebutuhan informasinya. Pertuni yang murni berasal dari bantuan dan
Kebutuhan informasi didefinisikan sebagai tidak dilibatkannya pengelola informasi
kebutuhan yang diperlukan oleh seseorang profesional seperti pustakawan,
untuk terus mengembangkan pemikirannya menyebabkan pembangunan perpustakaan
dan agar dia bisa mengatasi berbagai kurang tepat sasaran.
permasalahan yang muncul dalam
kehidupannya, kebutuhan informasi muncul Pihak Perpustakaan Pertuni harus
karena adanya kesenjangan informasi yang menyadari, bahwa untuk meningkatkan
dimiliki oleh seseorang, dengan informasi akses informasi pengguna perpustakaan,
yang seharusnya dimiliki oleh orang mereka membutuhkan lebih dari sekedar
tersebut untuk melakukan aktivitas sehari- teknologi, tidak hanya keterbatasan fisik
hari ( Darvin). tunanetra saja yang dijadikan dasar
pembangunan Perpustakaan Pertuni, tetapi
Di tengah ketidakpedulian Perpustakaan hal-hal yang bersifat konseptual seperti
Umum ataupun lembaga informasi lainnya informasi apa yang dibutuhkan, faktor-
terhadap kebutuhan informasi para faktor apa saja yang menyebabkan
tunanetra, Perpustakaan Pertuni mempunyai munculnya kebutuhan informasi tersebut,
potensi besar sebagai satu-satunya lembaga dan bagaimana kecenderungan pengguna
informasi yang bisa diandalkan untuk dalam memenuhi kebutuhan informasinya,
memenuhi kebutuhan informasi mereka. Di hal-hal yang seperti ini harus dipahami oleh
Perpustakaan Pertuni disediakan teknologi pihak perpustakaan.
yang dapat membantu tunanetra untuk
mengakses informasi di internet, koleksi Faibissof dan Ely mengungkapkan, bahwa
perpustakaan di simpan dalam bentuk kesesuaian antara koleksi dan layanan
digital, yang kemudian bisa di dengarkan sebuah lembaga informasi dengan
oleh tunaneta dalam bentuk audio. kebutuhan informasi penggunanya akan
Keseluruhan teknologi yang disediakan meningkatkan pemanfaatan lembaga
ditujukan untuk mengatasi hambatan fisik informasi tersebut, karenanya, lembaga
yang dimiliki oleh tunanetra dan membuka informasi harus mampu mengcapture
akses informasi yang lebih luas bagi mereka. kebutuhan informasi yang dimiliki oleh
penggunanya, bukan hanya kebutuhan
Setelah delapan tahun berdirinya informasi yang disampaikan oleh pengguna,
perpustakaan, pihak pengelola perpustakaan bukan hanya kebutuhan informasi yang
menyatakan bahwa walaupun pengguna disadari oleh pengguna, tetapi juga

51
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang

kebutuhan informasi yang nyata tetapi tidak Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan
disadari oleh pengguna dan juga kebutuhan dengan penguatan estetis, kesenangan dan
informasi yang tidak terucapkan oleh pengalaman-pengalaman emosional.
pengguna, dan untuk mendapatkan Berbagai media, baik media cetak maupun
pemahaman terhadap kebutuhan informasi media elektronik, sering dijadikan alat untuk
tersebut profesional informasi harus mengejar kesenangan dan hiburan. Orang
memiliki pemahaman mendalam terhadap membeli radio, televisi, menonton film, dan
latar belakang dan karakteristik yang membaca buku-buku bacaan ringan dengan
menyebabkan munculnya keberagaman tujuan untuk mencari hiburan.
kebutuhan informasi penggunanya
(Faibissof dan Ely). Kebutuhan integrasi personal. Kebutuhan
ini sering dikaitkan dengan penguatan
Pemahaman dan analisis mendalam kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan
terhadap faktor-faktor yang menyebabkan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini
munculnya kebutuhan informasi dan jenis berasal dari hasrat seseorang untuk mencari
kebutuhan informasi dari pengguna harga diri. Merupakan gabungan antara
Perpustakaan Pertuni bermanfaat untuk kebutuhan afektif dengan kognitif
merancang desain layanan perpustakaan
yang bisa memenuhi kebutuhan informasi Kebutuhan integrasi sosial (social
penggunanya dan diharapkan bisa integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan
meningkatkan pemanfaatan penggunaan dengan penguatan hubungan dengan
perpustakaan, sehingga tujuan Perpustakaan keluarga, teman, dan orang lain di dunia.
Pertuni sebagai lembaga informasi yang bisa Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang
meningkatkan aksesbilitas informasi dan untuk bergabung atau berkelompok dengan
literasi informasi tunanetra bisa tercapai. orang lain..

Jenis-jenis Kebutuhan Informasi Kebutuhan berkhayal (escapist needs).


Dikaitkan dengan lingkungan yang Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-
mendorong timbulnya kebutuhan Informasi, kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan
khususnya yang berkaitan dengan seseorang ketegangan, dan hasrat untuk mencari
yang dihadapkan pada berbagai media hiburan atau pengalihan (diversion).
penyedia informasi (sumber-sumber
informasi), menurut Katz, Gurevitch, dan Profil Pengguna Perpustakaan Pertuni
Haas (1973), kebutuhan informasi Perpustakaan Pertuni didirikan pada Maret
dikelompokkan menjadi: 2007, untuk memastikan agar perpustakaan
ini bisa termanfaatkan secara maksimal,
Kebutuhan kognitif. Kebutuhan ini berkaitan maka pihak pendiri perpustakaan menunjuk
erat dengan kebutuhan untuk memperkuat staf perpustakaan, yang semuanya adalah
atau menambah informasi, pengetahuan, tunanetra untuk mengelola dan mengajak
dan pemahaman seseorang akan teman-teman sesama tunanetra agar datang
lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan dan memanfaatkan Perpustakaan Pertuni,
pada hasrat seseorang untuk memahami dan hal tersebut menyebabkan pengguna
menguasai lingkungannya. perpustakaan pertuni mengenal satu sama
lain sehingga kemudian perpustakaan

52
Amalia Nurma Dewi

dijadikan tempat mereka bertemu, bersama, makan bersama, diskusi, futsal dan
berdiskusi, atau sekedar menghabiskan banyak kegiatan lainnya. Ikatan kelompok
waktu. Lama-kelamaan hubungan antar yang kuat ini, berdampak pada eksklusifitas.
pengguna menjadi semakin dekat sehingga Para anggota mempunyai kepedulian
akhirnya pengguna perpustakaan tentang apa yang terjadi di dalam komunitas
memutuskan untuk membentuk sebuah mereka, tetapi mereka kurang peduli
komunitas, yang disebut sebagai komunitas dengan apa yang terjadi di luar komunitas.
pertuni. Mereka tidak mau tahu tentang kondisi
masyarakat, politik, ekonomi, dampak
Apa yang terjadi dalam komunitas Pertuni ikatan kelompo kini akan di bahas pada
bisa dipahami melalui konsep jaringan bagian analisis.
sosial. Jaringan sosial adalah sebuah konsep
tentang hubungan antara seseorang atau Perasaan ekslusifitas ini sebenarnya timbul
sekelompok orang, hingga menciptakan karena mereka merasa “berbeda” dengan
sebuah ikatan sosial yang didasari oleh orang-orang pada umumnya; mereka merasa
adanya rasa saling tahu, saling rendah diri, lemah, dan harus berhati-hati
menginformasikan, saling mengingatkan, dengan orang “normal”. Mereka merasa
dan saling membantu dalam melaksanakan tidak nyaman untuk berinteraksi dengan
ataupun mengatasi sesuatu. yang orang normal karena khawatir, orang normal
memungkinkan kegiatan dapat berjalan akan melakukan hal yang merugikan para
secara efisien dan efektif (Lawang, 2005). tunanetra ini. Selain itu di lingkungan
sekitar, mereka acap kali menerima
Komunitas Pertuni merupakan aktor dari perlakuan yang tidak adil, tetangga-tetagga
suatu jaringan sosial, komunitas tersebut memandang rendah kepada mereka,
terdiri dari 17 orang, mereka bekerja sebagai beranggapan bahwa orang tunanetra
tukang pijat, sales, guru, motivator dan berpendidikan rendah, masa depan suram
beberapa anggota komunitas tersebut masih dan diidentikan dengan tukang pijat.
berstatus siswa. Latar belakang pendidikan
sebagian besar anggota komunitas adalah Siswa tunanetra yang masih bersekolah, dan
lulusan sekolah menengah pertama (di beberapa dari mereka bersekolah di sekolah
SLB). Anggota komunitas Pertuni secara umum, sering mendapatkan perlakuan tidak
rutin berkumpul di perpustakaan setiap hari adil dari teman-teman atau bahkan guru
sabtu, kemudian mereka akan berbagi mereka. Menurut salah seorang anggota
informasi melalui komunitas (tanpa komunitas yang masih duduk di bangku
memanfaatkan informasi yang ada di sekolah teman-teman menjauhi mereka
perpustakaan) secara verbal, mengenai karena tidak mau direpotkan, mereka
kehidupan sehari-hari, pekerjaan, khawatir jika terlalu dekat dengan siswa
pendidikan, hobi, dan motivasi. tunanetra ini mereka akan kerepotan
menuntun tunanetra tersebut berjalan,
Mereka mempunyai ikatan yang kuat, saling menulis tugas, membaca di papan tulis, dsb.
percaya antar anggota kelompok, membantu Sementara para guru, kerap kali memarahi
satu sama lain, saling mendukung, mereka karena ketika guru sedang
berkomunikasi secara intensif, saling menerangkan siswa tunanetra tersebut
berkunjung kerumah, mengadakan piknik memegang handphone, guru berpikir siswa

53
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang

tersebut main-main, padahal dia sedang seperti orang lain, mereka ini adalah para
mencatat keterangan guru di handphonenya pengurus Perpustakaan Pertuni. Kepedulian
karena ketidak-mampuannya dalam menulis mereka terhadap teman-teman tunanetra
ataupun membaca seperti orang normal, membuat diri mereka selalu ingin belajar
walaupun siswa telah berusaha untuk berbagai hal baru, untuk kemudian
menerangkan, tetapi masih saja ada disebarkan kepada teman-temannya yang
beberapa guru yang tidak bisa menerima hal tunanetra. Menurut mereka, walaupun
tersebut. terkadang mereka mendapatkan perilaku
tidak adil dari orang-orang sekitar, tetapi hal
Sementara anggota komunitas yang telah tersebut justru memicu mereka untuk bahwa
bekerja dan mereka mendapatkan pekerjaan diri mereka mampu mencapai lebih dari apa
di lingkungan dimana mereka dikelilingi yang orang-orang tersebut miliki.
oleh orang-orang yang bukan tunanetra,
mereka merasa inferior. Berdasarkan Sikap masyarakat yang cenderung
wawancara dan observasi terhadap mereka memperlakukan anggota komunitas secara
di lingkungan kerja, anggota komunitas berbeda membuat mereka tidak percaya dan
tersebut cenderung berpikir bahwa dirinya selalu menaruh curiga kepada orang-orang
adalah beban di lingkungan kerjanya karena disekitarnya. Kurangnya kepedulian
tidak bisa bekerja sebanyak teman- pemerintah dan masyarakat terhadap
temannya, hal ini membuat dirinya merasa mereka menciptakan suatu lubang di dalam
malu, merasa tidak berguna, dan rendah diri. jaringan sosial, yang menyebabkan aktor
Hal tersebut berakibat, tunanetra ini dalam jaringan yaitu komunitas tunanetra
cenderung pasif di tempat kerja, untuk tidak dapat terhubung kejaringan sosial1.
anggota tunanetra yang bekerja dengan Anggota komunitas merasa mereka bukan
tunanetra lainnya, seperti di panti pijat, bagian dari masyarakat, kepedulian terhadap
menunjukkan karakteristik yang hampir apa yang terjadi di masyarakat pun menjadi
sama, mereka pasrah dengan kondisinya, rendah. Mereka merasa inferior dan
mudah merasa bersyukur, dan kurangnya termarjinalkan. Hal tersebut menyebabkan
motivasi untuk mengembangkan diri. ikatan sebagai kelompok di dalam
komunitas tunanetra menguat dan
Karakter tersebut berbeda dengan beberapa menciptakan eksklusifitas komunitas, yang
anggota komunitas yang pernah secara tidak langsung justru membuat
mengenyam bangku perguruan tinggi. komunitas pertuni semakinberjarakdengan
Mereka menunjukkan perilaku pantang apa yang ada dan yang terjadi di dalam
menyerah, selalu ingin maju, dan bisa hidup masyarakat.

1
Holes atau lubang di dalam struktur jaringan agar lubang dalam jaringan sosial bisa
sosial, menyediakan keuntungan yang bisa tertutup, dan dia bisa terhubung ke dalam
dieksploitasi (Burt dalamPescosolido, jaringan tersebut. Ketidakmampuan dalam
2006).Idealnya, denganadanya “hole” mengatasihole dalam jaringan sosial akan
dalamsuatujaringansosialakanberdampakbaikk menyebabkan aktor sosial terexclude dari
arenaakanmendorongaktoruntukmencariinfor jaringan sosial yang ada.
masilebihbanyaktentangjaringansosialtersebut

54
Amalia Nurma Dewi

teman atau apa yang terjadi di dalam


Kebutuhan Informasi Anggota komunitas mereka. Perlakuan orang-orang
Komunitas Pertuni di sekitar mereka yang menjaga jarak,
Berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu memandang rendah, dan tidak menganggap
yang dilakukan oleh penulis, hasil keberadaan mereka menyebabkan pengguna
wawancara dan observasi yang telah perpustakaan memiliki keinginan kuat untuk
dilakukan, ditemukan hasil bahwasebanyak menjadi bagian dari komunitas pertuni.
delapan orang dari anggota komunitas
kebutuhan informasi utamanya berkaitan Kuatnya ikatan antar anggota, menyebabkan
dengan kebutuhan integrasi sosial,enam komunitas yang mereka bentuk berfungsi
orang anggota komunitas menyatakan sebagai emotional support dan appraisal2.
bahwa kebutuhan informasi utamanya Dalam menjalankan fungsinya sebagai
adalah kebutuhan untuk berkhayal, emotional support, Komunitas Pertuni
sementara tiga orang anggota komunitas mampu memberikan, persahabatan, rasa
menyatakan bahwa kebutuhan informasi nyaman dan percaya, kepedulian dan cinta
utamanya adalah kebutuhan integrasi sehingga membuat anggota komunitas bisa
personal merasa menjadi bagian dari suatu kelompok,
mereka merasa penting dan dibutuhkan.
Kebutuhan integrasi sosial Pada perkembangannya, perasaan menjadi
Sebanyak delapam informan dalam bagian dari komunitas membuat mereka
penelitian ini menyatakan bahwa kebutuhan memiliki keinginan kuat untuk selalu
informasi utama mereka berkaitan dengan mengetahui apa yang terjadi di dalam
kebutuhan integrasi sosial. Berikut ini komunitas mereka, hal tersebut mendorong
kutipan wawancara dari salah satu informan: kebutuhan informasi yang muncul pada
sebagian besar anggota komunitas adalah
“informasi apa ya? Sepertinya paling informasi terkait dengan komunitas mereka.
sering cari informasi tentang teman-
teman pertuni, kadang cari di facebook. Kebutuhan integrasi sosial yang kuat pada
Kadang telpon-telponan, atau dateng ke anggota pertuni, memberi dampak positif
acara kumpul-kumpul di pertuni. dan negatif terhadap anggota,.dampak
Gimana kabar mereka, gosip-gosip positif tersebut adalah tingginya rasa ingin
tentang temen biar kalau ketemu bisa tahu, keinginan kuat untuk terus
buat ledek-ledekan, atau kalau ada temen berkembang dan mengembangkan
buka bisnis apa, ada acara buat komunitasnya membuat para pengguna
tunanetra bisa bareng-bareng ikut” terdorong untuk menambah pengetahuan
baru yang berkaitan dengan tunanetra dan
Bisa dipahami mengapa kebutuhan komunitas mereka. Sebelum bergabung
informasi sebagian besar anggota pertuni dengan komunitas pertuni, mereka hanya
berkaitan dengan informasi tentang teman- melakukan pekerjaan rutin yang menurut

2
Fungsi jaringan sosial ada empat; appraisal, dan monitoring Aneshensel dalam
Instrumental support, emotional Support, pescosolido, 2006)

55
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang

mereka tidak membutuhkan informasi dan dipenuhi berkaitan dengankebutuhan


lingkup pergaulan yang berorientasi pada berkhayal:
keluarga dengan tiga atau empat orang “mmm..kalau informasi si saya sukanya
teman membuat mereka tidak menyadari nyari informasi yang bikin seneng, kaya
kebutuhan informasinya, motivasi dan usaha gosip-gosip artis, kalo ga saya pinjem
untuk memenuhi kebutuhan informasi koleksi perpustakaan yang novel-novel,
kurang. Dengan bergabungnya mereka tapi milih yang tipis si mba males baca
dengan komunitas, rasa ingin tahu semakin tebel-tebel”.
terasah, kebutuhan informasi lebih disadari,
dan motivasi dan usaha untuk memenuhi “Bola mba, seneng banget saya sama
kebutuhan informasi menguat. Arsenal, kalo pas abis pusing-pusing ada
masalah apa, terus saya online aja cari-
Dampak negatif yang muncul akibat cari artikel tentang arsenal, bisa bikin
kuatnya kebutuhan integrasi sosial adalah saya seneng lagi, buat hiburan banget
ketidakpedulian anggota komunitas lah mba”.
terhadap informasi di luar lingkungan
komunitas mereka. Hal tersebut salah Anggota Komunitas Pertuni yang
satunya terbukti saat saya menanyakan menyatakan bahwa kebutuhan informasi
informasi berkaitan dengan berita terhangat mereka berkaitan dengan kebutuhan
yang sedang menjadi sorotan media, dari 17 berkhayal adalah para anggota yang bekerja
aggota pertuni, hanya dua orang saja yang di panti pijat, dengan rutinitas keseharian
mengetahu informasi tersebut. Jika yang sama, berulang-ulang, dan monoton
kebutuhan integrasi informasi di anggota hampir setiap harinya, dengan lingkungan
komunitas tidak di rangsang dengan pergaulan yang berkisar antara keluarga dan
informasi lain yang lebih luas dan beragam rekan kerja di panti pijat membuat anggota
dari pihak perpustakaan, maka komunitas yang berada dalam kondisi
kemungkinan munculnya kebutuhan tersebut merasa jenuh, beberapa anggota
informasi yang homogen yang membuat bahkan menyatakan, bahwa satu- satunya
ikatan anggota komunitas makin kuat, tetapi hiburan yang bisa mereka dapatkan adalah
menjauhkan mereka dari kehidupan melakukan surfing di internet, keterbatasan
masyarakat luas bisa terjadi. indra penglihatan menyebabkan terbatasnya
ruang gerak, dan mereka juga menyatakan
Kebutuhan berkhayal (escapist need) bahwa tidak semua orang mau berbicara
Sebanyak enam orang informan menyatakan dengan tunanetra, hal tersebut menyebabkan
bahwa kebutuhan informasinya berkaitan kebutuhan informasi yang berkaitan dengan
dengan kebutuhan berkhayal. Kebutuhan ini berkhayal, yang bisa membuat mereka
dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan keluar dari kehidupan sehari-hari yang
untuk melarikan diri, melepaskan terasa monoton dan membosankan,
ketegangan, dan hasrat untuk mencari informasi-informasi yang membuat mereka
hiburan atau pengalihan (diversion). Berikut merasa terhibur, yang membuat mereka bisa
ini, kutipan wawancara dari beberapa berkhayal tentang kehidupan di luar yang
anggota komunitas yang menyatakan bahwa tidak bisa mereka dapatkan karena
kebutuhan informasi yang paling utama keterbatasan yang mereka miliki menjadi

56
Amalia Nurma Dewi

prioritas utama kebutuhan informasi dengan hal-hal yang berbau IT.


mereka. Kebetulan di PERTUNI ini saya bekerja
di bagian IT, jadi kalau ada teman-teman
Kebutuhan integrasi personal yang minta diajarin tentang IT saya tidak
Sebanyak tiga orang informan menyatakan keteteran menjawabnya.”(AR)
bahwa kebutuhan informasi utamanya
berkaitan dengan kebutuhan integrasi Dari kutipan wawancara di atas kita bisa
personal. Berikut ini adalah petikan melihat bahwa informan berusaha
wawancara dari informan: membekali diri dengan informasi-informasi
terbaru seputar bidang yang diminatinya.
“Informasi yang sering saya cari Informan yang menjawab bahwa kebutuhan
biasanya informasi yang berkaitan informasi utama mereka berkaitan dengan
dengan manajemen, SDM, dan psikologi. kebutuhan integrasi personal, adalah para
Saya butuh informasi tersebut karena anggota komunitas yang di dalam
tuntutan pekerjaan. Pekerjaan Komunitas Pertuni mempunyai peran
sampingan saya kan juga bekerja sebagai “panutan”, mereka berlatar
sebagai motivator, ga hanya di dalam belakang pendidikan lebih tinggi dari rata-
komunitas perpustakaan saja, kadang rata anggota komunitas lainnya, dianggap
juga diundang ke luar seperti kalo ada lebih pintar, dan dijadikan sebagai “sumber
acara dari Telkomsel “ informasi” bagi anggota komunitas lainnya,
dengan peran yang demikian, anggota-
“Saya biasanya mencari informasi angota komunitas tersebut merasa
tentang budaya, sejarah, sama filsafat. mempunyai “kewajiban” untuk terus
Hal-hal yang seperti itu. Latar belakang meningkatkan kemampuannya sehingga
pendidikan saya kan memang sejarah status mereka sebagai panutan dalam
sama bahasa dan saya juga bekerja kelompok bisa terus stabil. mereka bisa terus
sebagai guru bahasa jadi saya berusaha mendapatkan kepercayaan dari anggota
untuk terus mengikuti informasi yang komunitas lainnya, kredibilitas.
berhubungan dengan topik-topik
tersebut. Kalau tidak diikuti terus- Dengan memiliki banyak informasi terkait
menerus nanti ada miss link nya. Selain bidang yang diminati, informan dianggap
itu, dengan mengikuti perkembangan ahli oleh teman-teman dalam komunitas
dari topik yang berkaitan dengan pertuni.Keinginan untuk mendapatkan
pekerjaan, saya merasa lebih mempunyai harga diri, kredibilitas, dan kepercayaan dari
bekal dan rasa percaya diri ketika anggota komunitas lain menjadi motivasi
berdiskusi dengan guru-guru lain yang utama informan dalam melakukan pencarian
bidang ilmunya sama dengan informasi. Pernyataan informan akan
saya.”(IND) kebutuhan integrasi personal ini diperkuat
oleh pendapat Katz, Gurevitch, dan Haas
“Biasanya mencari informasi tentang (dalam Yusup, 2010:83) yang menyatakan
komputer, saya mengikuti terus bahwa kebutuhan integrasi personal adalah
perkembangan tentang komputer, kebutuhan seseorang akan kepercayaan,
software-software, dan juga screen stabilitas, status, dan kredibilitas yang
readernya. Saya memang tertarik sekali diberikan oleh orang lain kepada dirinya.

57
Kebutuhan Informasi Komunitas Pertuni Semarang

Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang anggota komunitas berkaitan dengan
yang ingin mencari harga diri. kebutuhan integrasi sosial, yaitu informasi-
informasi yang membuat mereka bisa
Anggota komunitas yang menyatakan menjadi bagian dari komunitasnya,
kebutuhan informasi utamanya berkaitan kebutuhan berkhayal, berkaitan dengan
deengan kebutuhan integasi personal kebutuhan akan informasi-informasi yang
mempunyai kecenderungan lebih aktif membuat para tunanetra bisa berimajinasi
dalam memenuhi kebutuhan informasi dan tentang kehidupan yang tidak mereka miliki
menyebarkan informasi yang mereka dan menghibur diri dari berbagai
dapatkan, anggota tersebut juga memiliki permasalahan yang ada, yang terakhir
pengaruh yang kuat terhadap kebutuhan adalah kebutuhan integrasi personal, yaitu
informasi anggota komunitas lainnya, kebutuhan informasi yang berkaitan dengan
mereka bisa mempengaruhi anggota peran beberapa anggota komunitas yang
komunitas agar merasa tertarik terhadap dianngap sebagai panutan, sehingga anggota
suatu jenis informasi dan mendorong komunitas tersebut membutuhkan informasi
anggota komunitas untuk melakukan yang membuat diri mereka bisa trus dihargai
pencarian informasi dengan lebih aktif. oleh anggota komunitas lainnya.

Kesimpulan Pemahaman karakteristik dan jenis


Kebutuhan informasi satu orang dengan informasi yang dimiliki oleh komunitas
yang lainnya berbeda, pada tunanetra pertuni, akan membuat perpustakaan bisa
keterbatasan indra penglihatan berpengaruh meningkatkan kualitas informasi yang
tidak hanya pada cara mereka mengakses disediakan, meningkatkan pemanfaatan
informasi tetapi juga pada jenis informasi perpustakaan, dan yang lebih penting lagi
yang dibutuhkan, hal tersebut yang adalah membantu anggota komunitas
terkadang dilupakan oleh pusat informasi. dengan informasi-informasi yang benar-
Beberapa pusat informasi yang ramah benar mereka butuhkan dalam kehidupan
difabilitas, seperti Perpustakaan Pertuni, mereka, sehingga bisa meningkatkan
cenderung berfokus pada pembangunan kualitas diri para anggota komunitas yang
teknologi informasi canggih yang bisa selama ini terexclude dari kehidupan
mengatasi keterbatasan para tunanetra, hal sosialnya.
tersebut memang penting dilakukan tetapi
terkadang mereka melupakan bahwa Daftar Pustaka
keterbatasan yang dimiliki oleh para Nurma Dewi, Amalia. 2012. Perilaku
tunanetra juga berdampak pada masalah Informasi Pemustaka Perpustakaan
yang mempengaruhi kebutuhan informasi Pertuni. Semarang: UNDIP
mereka. Barner, Karen dan Tal, Sharon.
2012.“Information Need”. Library
Analisis terhadap karakteristik anggota Philosophy and Practise. Diunduh dari
komunitas dan permasalahan yang dihadapi http://www.webpages.uidaho.edu/~mb
oleh mereka memberi pemahaman terhadap olin/barner-tal.htm
kebutuhan informasi yang dimiliki oleh Darvin, Brenda. 1976 . The Development of
anggota komunitas, setelah dianalisis Strategies for Dealing with the
ditemukan bahwa kebutuhan informasi Information Needs of Urban Residents:

58
Amalia Nurma Dewi

Phase I; Citizen Study. ERIC. Diunduh


dari http://eric.ed.gov/?id=ED125640
Ghahramani, Zoubine. 2000. Information
Theory. London: Macmilan Reference
Ltd
Katz, Gurevitch and Haas. 1973. On the Use
of Mass Media for Important things.
Diunduh dari
http://repository.upenn.edu/cgi/viewco
ntent.cgi?article=1275&context=asc_p
apers
Mitranera. 2014. Merindukan Hadirnya
Perpustakaan Umum Modern Di
Indonesia, Refleksi Hari Braille 4
Januari 2014. Di unduhdari
http://www.mitranetra.or.id/default.asp
?page=halo&id=150
Pendit, Putu Laxman. 2008. Perilaku
Informasi Semesta Pengetahuan.
Diunduh November 9, 2013
Pesocolido, Bernice, A. 2006. Indiana
University. Diunduh dari
http://www.uk.sagepub.com/leonguerr
ero4e/study/materials/reference/05434
_socnet.pdf
Tweb site:
http://iperpin.wordpress.com/tag/perila
ku-informasi.[09.11.2013].

59
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi

PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP INFORMASI:


MASYARAKAT KRITIS CERMINAN MASYARAKAT INFORMASI

Niko Grataridarga

Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,


Universitas Indonesia, Depok, 16425, Indonesia

e-mail: nikinter90@gmail.com

Abstrak

Masyarakat informasi adalah masyarakat yang menggunakan informasi di seluruh elemen kehidupannya.
Informasi menjadi bagian penting bagi keberlangsungan hidup mereka. Untuk mencapai hasil yang maksimal
dalam pemanfaatan informasi bagi kegiatan sehari-hari, masyarakat informasi yang ideal harus dapat benar-benar
memahami dan berpikir kritis mengenai informasi yang tersedia. Informasi yang ada dari berbagai media,
contohnya seperti televisi, harus dapat disikapi dengan kritis agar justru tidak terjebak pada pola masyarakat
konsumtif. Untuk mencapai masyarakat informasi yang berpikiran kritis perlu dibentuk dengan pendidikan yang
berkualitas dan budaya membaca yang terus ditingkatkan.

Kata Kunci: Berpikir Kritis, Budaya Membaca, Masyarakat Informasi, Tayangan Televisi, Pendidikan,

Abstract

Information society is a society that uses information on all elements of their life. Information is an important part
for their survival. To achieve maximum results in the utilization of information for day-to-day activities, the ideal
information society should be really understand and think critically about the information available. Existing
information from various media, such as television, must be addressed by critical so that it does not get stuck in
the pattern of the consumer society. To achieve information society that critically thinking needs to be made with
a quality education and are continuously improved reading culture.

Keywords: Crtical Thingking, Education, Information Society, Reading Culture, Television Program

60
Niko Grataridarga

Pendahuluan Informasi” oleh Sugiharto (2011),


Berpikir kritis terhadap informasi saat ini dijelaskan bahwa era globalisasi informasi
sangat diperlukan oleh masyarakat menjadi suatu primadona, di mana informasi
Indonesia. Membludaknya informasi yang tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang
dapat diakses memberi keuntungan biasa, tapi informasi menjadi barang
tersendiri bagi masyarakat sebagai bahan dagangan atau menjadi suatu komoditi yang
pendukung dalam menjalankan artinya informasi dapat dikemas dalam
aktivitasnya. Sektor-sektor kehidupan tak berbagai bentuk sumber informasi (source)
lepas dari kebermanfaatan informasi. seperti bentuk digital, cd-rom, web, dll.
Ekonomi, sosial dan teknologi dapat Dengan demikian, informasi tersebut
berjalan maju dengan modal pemanfaatan menjadi suatu kebutuhan pokok, sehingga
informasi. Namun jika masyarakat tidak informasi mempunyai nilai tambah dan
memiliki pengetahuan dan pemahaman merupakan komoditi yang dapat dijual
yang memadai akan informasi yang kepada pengguna informasi di seluruh
bertebaran tersebut, justru akan dunia, yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kebingungan tersendiri bagi mendatangkan devisa.
mereka. Tanpa pemahaman dalam
mengkritisi informasi, masyarakat Dari segi teknologi masyarakat informasi
Indonesia akan mudah diperdaya oleh telah tergerak untuk selalu menggunakan
informasi-informasi yang tidak netral dan teknologi informasi dalam berbagai bidang.
komersialisasi. Maka dari itu harus dibentuk Misalnya dalam bidang ekonomi mulai dari
pola berpikir kritis dalam masing-masing produksi, distribusi atau transasksi ekonomi
individu masyarakat melalui pendidikan dan semuanya telah teratasi dengan sistem
budaya membaca. teknologi informasi. Sejak komputer
menjadi komersial pada awal 1950an
Masyarakat Informasi generasi teknologi juga mengikuti dengan
Setiap sektor kehidupan dalam masyarakat perubahan yang cepat. Seluruh sendi-sendi
yang tidak lepas dari kebermanfaatan kehidupan telah dirasuki dengan campur
informasi mengarahkan pola sosial tangan teknologi.
masyarakat menjadi masyarakat informasi.
Sebagaimana yang dipaparkan John Feather Pada model sosial masyarakat informasi
(2004), ada 4 model utama dalam penilaian telah berada pada interaksi komunikasi yang
bahwa suatu masyarakat menjadi tak terbatas.Komunikasi tidak lagi terhalang
masyarakat informasi, yaitu : ruang dan waktu. Masyarakat di seluruh
a. Ekonomi belahan dunia terhubung melalui berbagai
b. Teknologi jaringan. Pada saat ini jaringan internet
c. Sosial menjadi pionir utama. Sejak dimulainya
d. Sejarah revolusi komputer memiliki dampak yang
luar biasa dan komperhensif, yang
Dalam model ekonomi, masyarakat mempengaruhi manusia dengan manusia
informasi memandang informasi sebagai yang lain dengan berbagai aspek dalam
sebuah komoditas. Dikutip dari sebuah kehidupannya. Masyarakat informasi
artikel yang berjudul “Pendekatan Informasi sebagai interkasi informasi yang saling
Sebagai Komoditi dalam Proses Diseminasi mempengaruhi manusia yang satu dengan

61
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi

yang lainnya dimulai sejak berkembangnya 11 stasiun TV nasional masih sama dengan
revolusi komputer. tahun lalu, yaitu sebesar 21% dari total
durasi tayang televisi yang mencapai 23.760
Dari segi sejarah, masyarakat informasi jam atau sekitar 4.996 jam. Jumlah ini paling
telah melihat perkembangan informasi besar dibandingkan program-program
sebagai suatu yang penting dari masa ke lainnya, seperti hiburan (19%), film (16%),
masa. Mulai dari menuliskan simbol dan informasi (14%) atau serial (12%), terutama
huruf pada batu, ditemukannya kertas, karena kontribusi program-program berita
hingga penemuan mesin cetak. Dari sini, MetroTV dan TVOne (hampir 50% dari
bagian historis menjadi peranan penting total siaran berita). Hal ini memperlihatkan
dalam membentuk masyarakat informasi. adanya kecenderungan bahwa segmen
penonton berita lebih memilih stasiun
Pada intinya masyarakat informasi adalah televisi khusus berita dengan beragamnya
masyarakat yang menggunakan informasi di pilihan program berita untuk senantiasa
seluruh elemen kehidupannya. Informasi memperoleh informasi terbaru seputar
menjadi bagian penting bagi kasus-kasus yang sedang hangat
keberlangsungan hidup mereka. Untuk dibicarakan. Selain itu kita bisa melihat
mencapai hasil yang maksimal dalam bahwa kedua stasiun televisi ini bersaing
pemanfaatan informasi bagi kegiatan sehari- dengan cukup kompetitif dalam hal
hari, masyarakat informasi juga harus dapat pemberitaan dibandingkan stasiun televisi
benar-benar memahami dan berpikir kritis yang lain.
mengenai informasi yang tersedia.
Informasi yang ada dari berbagai media Ada dua stasiun televisi yang begitu intens
seperti televisi, media massa, atupun dalam menyajikan sajian berita kepada
internet harus mampu dipilah oleh masyarakat yaitu TV One dan Metro TV.
masyarakat dan dipahami sebagai komoditi Seperti yang kita tahu di Indonesia ada dua
yang menguntungkan bagi mereka. stasiun televisi yang mempunyai orientasi
Diharapkan masyarakat mampu dan atau menjadikan berita sebagai sajian
mengaplikasikan informasi apa yang utama mereka. Kedua stasiun tersebut
sebenarnya dibutuhkan dan apa yang adalah TVOne dan MetroTV. Kedua stasiun
sebenarnya tidak perlu. tv ini mempunyai visi menjadi sebuah
stasiun televisi yang berbeda di Indonesia
Tayangan Berita di Televisi dengan peringkat nomor satu untuk
Media yang paling dekat dengan segala beritanya. Namun lebih jeli kita melihat
elemen masyarakat mulai dari anak-anak, pemilik dari kedua stasiun tv ini yaitu
remaja, dan dewasa, pedesaan, perkotaan Aburizal Bakrie dan Surya Paloh yang
dan memiliki intensitas tinggi dalam notabene juga merupakan ketua partai
penyampaian informasi saat ini adalah Golkar dan Nasional Demokrat, bisa
televisi. Dan sebagian besar masyarakat ditengarai ada sajian berita yang
menyukai tayangan berita di televisi. disampaikan mengandung unsur politik juga
Berdasarkan hasil survei kepemirsaan TV dalam pemberitaan mereka. Ini juga
Nielsen Audience Measurement di 10 kota mengindikasikan berita yang dimuat juga
besar di Indonesia pada periode Januari- tidaklah netral. Satu waktu saat penulis
Maret 2010, porsi tayang program berita di menyaksikan berita di TV One yang

62
Niko Grataridarga

mengabarkan mengenai kondisi tempat informasi yang penting ditangkap dan mana
pengungsian korban gunung meletus di informasi yang sebetulnya tidak perlu?
Jogjakarta beberapa waktu lalu, hal yang
pertama kali ditanyakan oleh news anchor Untuk menjawab pertanyaan di atas kembali
kepada reporter di lapangan adalah “apakah lagi pada pemahaman masyarakat atas
sudah ada partai yang memberikan bantuan informasi itu sendiri. Masyarakat Informasi
untuk korban pengungsi?”. Tentu saja menuntut kemampuan berpikir kritis dan
reporter menjawab dengan lugas bahwa kemauan untuk terus menjadi manusia yang
Partai Golkar menjadi yang pertama memahami informasi seumur hidup.
memberikan bantuan. Masyarakat informasi dapat memahami dan
menggunakan informasi yang ada secara
tepat demi menunjang kegiatan sehari-
harinya sehingga dapat menegerti informasi
mana yang penting dan mana yang
sebenarnya tidak perlu. Masyarakat
informasi juga bisa melihat fenomena sosial
lebih objektif sehingga pemikiran mereka
menjadi lebih berkembang dan tidak mudah
Gambar 1. Dua kubu stasiun TV berita di
untuk diarahkan ke suatu isu tertentu.
Indonesia yang juga dipengaruhi unsur
politik
Tayangan televisi yang perlu dikritisi lagi
bukan saja pada acara-acara ataupun berita
Hartley (1982) mengatakan bahwa yang
yang ada namun juga pada iklan-iklan yang
perlu dipahami mengenai suatu berita adalah
disajikan. Iklan membentuk pola pikir
berita tidak sekedar informasi. Harus
konsumsi pada masyarakat. Iklan bukan
dipahami bahwa dalam proses pembentukan
hanya sekedar untuk mempromosikan
berita itu terdapat berbagai aspek yang
barang namun juga memaksakan barang
mempengaruhi konteks dari berita tersebut.
untuk dibeli padahal belum tentu
Jadi berita atau informasi yang diberikan
dibutuhkan. Iklan membentuk image suatu
dalam tayangan televisi tidak selalu netral.
barang menjadi mewah, seseorang yang
Terdapat kepentingan-kepentingan yang
memakai produk tertentu menjadi simbol
termuat di dalamnya. Baik itu kepentingan
untuk kelas sosial tertentu juga.
komersialisasi, politik, pengalihan isu
social, atau sekedar memenuhi selera
Tanpa Berpikir Kritis menjadi
masyarakat yang senang bergosip.
Masyarakat konsumtif
Sebagaimana Schramm (1975) mengatakan
Selain tayangan berita, siaran televisi juga
bahwa dengan kekuatan yang dimiliki oleh
sebagian besar dipenuhi dengan iklan-iklan
media massa, maka lembaga-lembaga
komersil. Bahkan iklan sendiri bukan saja
politik seperti partai politik, organisasi
hanya ada di televise tapi juga kita temui
pemerintah, kelompok kepentingan, serikat
dalam lingkungan keseharian kita. Bisa dari
buruh, LSM, dan seagainya, seringkali
internet, kantor, jalanan, pusat
memanfaatkan media massa untuk tujuan
pembelanjaan, dan lain-lain. Arens et.al
politik. Lantas bagaimana membuat
(2008) mendefinisikan iklan sebagai
masyarakat memahami sepenuhnya mana
informasi terstruktur dan terdiri dari

63
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi

komunikasi non-personal, dibayar dan pembelian gadget terbanyak dibandingkan


biasanya bersifat persuasif, tentang produk, negara-negara lain di dunia. Menurut data
jasa atau ide oleh sponsor yang dari VNI Forecast Cisco, pada 2011, tercatat
diidentifikasi melalui berbagai media. ada 250 juta pembelian berbagai ponsel dan
Definisi tersebut menunjukkan bahwa iklan- komputer tablet di Indonesia. Hanya dalam
iklan dan acara di televisi begitu gencar satu tahun, menurut penelitian Cisco,
menyuguhkan informasi produk kepada pemilik ponsel di Indonesia meningkat 50
masyarakat yang sifatnya mengajak atau juta menjadi 300 juta pengguna.
persuasif. Informasi ini bila tidak disikapi Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus
dengan bijak, akan membentuk pola sosial berkembang hingga 2017 menjadi 370 juta
masyarakat konsumtif. pengguna ponsel atau komputer tablet.

Salah seorang tokoh filsafat dan sosiologi Menurut Director for Mobility Architecture
Perancis, Jean Boudrillard (1929-2007) for Asia Pacific, Japan, and Greater China,
mengatakan, sekarang ini adalah era di mana Dirk Wolter, peningkatan jumlah ini
orang membeli barang bukan karena nilai dikarenakan perilaku konsumtif warga
kemanfaatannya namun karena gaya hidup, Indonesia disertai gaya hidup yang berubah
demi sebuah citra yang diarahkan dan mengikuti perkembangan teknologi.
dibentuk oleh iklan dan mode lewat televisi, "Seperti dapat kita lihat, satu orang di
tayangan sinetron, acara infotainment, ajang Indonesia sekarang bisa memiliki 4 ponsel.
kompetisi calon bintang, gaya hidup Ya seperti yang Anda punya, benar kan?"
selebritis, dan sebagainya. Yang ditawarkan tutur Wolter memberikan penjelasan lewat
iklan bukanlah nilai guna suatu barang, tapi telepresence dari Singapore, dikutip dari
citra dan gaya bagi pemakainya. Tidak berita okezone.com pada Kamis
penting apakah barang itu berguna atau (22/8/2013). Meskipun 4 ponsel yang ada
tidak, diperlukan atau tidak oleh konsumen. memiliki fungsi masing-masing, namun jika
Karena yang sebenarnya kita konsumsi dilihat pada masa sekarang ini 1 ponsel saja
adalah makna yang dilekatkan pada barang juga telah mencakup semua kegiatan. Mulai
itu, sehingga kita tidak pernah mampu dari internet chat, telpon, dan sms. Namun
memenuhi kebutuhan kita. Kita menjadi tak juga kita bisa melihat fenomena antrian
pernah terpuaskan. Kita lalu menjadi panjang saat launching sebuah gadget
pemboros agung, mengkonsumsi tanpa terbaru. Seperti saat penjualan perdana dari
henti, rakus dan serakah. Konsusmsi yang produk Samsung Galaxy SIII pada 2012
kita lakukan justru menghasilkan lalu, sebelum toko dibuka sudah banyak
ketidakpuasan. Kita menjadi teralienasi orang yang mengantri untuk
karena perilaku konsumsi kita. Pada mendapatkannya. Padahal harga yang
gilirannya ini menghasilkan kesadaran ditawarkan untuk ponsel ini cukup tinggi
palsu. Seakan-akan terpuaskan padahal yaitu sekitar 7 juta rupiah. Pembayaran juga
kekurangan, seakan-akan makmur padahal bisa melalui kredit. Jika kita lihat ada
miskin. beberapa ponsel merk lain yang
spesifikasinya sama dengan Galaxy SIII dan
Begitulah yang terjadi pada masyarakat harganya lebih murah tidak terlalu diminati
Indonesia. Sebuah survey menunjukkan karena bukan dari merk terkenal.
Indonesia menduduki tempat pertama dalam

64
Niko Grataridarga

Bukan hanya sekedar fungsi, telepon kapitalisme, kita harus mampu berpikir
genggam menjadi semacam simbol sosial. kritis terhadap informasi. Berpikir kritis
Memiliki ponsel dari merk terkenal seperti (critical thinking) adalah proses untuk
Apple atau Samsung membuat kebanggaan menganalisis atau mengevaluasi informasi.
tersendiri bagi pemiliknya. Dari fenomena Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil
tersebut, pertanyaannya apakah kita pengamatan, pengalaman, komunikasi atau
membutuhkan itu semua? Atau bahkan kita bisa juga dari tayangan televisi. Berpikir
tidak mengetahui sebenarnya apa yang kita kritis adalah sebuah proses, tujuannya
butuhkan? Sehingga saat ada produk baru adalah untuk membuat keputusan rasional
atau produk yang dianggap melambangkan mengenai apa yang dipercaya dan apa yang
kelas sosial yang tinggi dengan mudahnya harus dilakukan (Ennis, 1996).
orang akan mengantri dan menjadi orang
pertama yang mendapatkannya.

Gambar 3. Berpikir kritis membantu


masyarakat untuk berkembang memahami
informasi

Lebih lanjut Reichenbach mengatakan


Gambar 2. Konsumerisme merugikan dalam bukunya Introduction to Critical
masyarakat tanpa disadari Thinking (2001), dengan berpikir kritis kita
memasuki sebuah perjalanan dalam
Iklan-iklan dan informasi yang terpampang mempertanyakan, menganalisis, dan
di berbagai media dimaknai mentah-mentah mengevaluasi apa yang dibaca dan didengar.
oleh masyarakat tanpa menelisik lebih tajam Kita akan lebih tertantang untuk mengetahui
apa yang menjadi kebutuhan dasarnya. dunia dan bebas untuk meragukan sesuatu.
Sehingga membuat masyarakat mudah Dari pengalaman, bacaan, dan segala hal
diarahkan pemikiran dan bahkan yang kita dengar, bukan hanya nilai luarnya
tindakannya menuju apa yang diinginkan saja yang kita petik tapi juga melihat sesuatu
oleh si pembuat iklan karena tidak ada yang lebih jelas untuk di pertanyakan
pemikiran yang tajam terhadap informasi kembali, dibuktikan, dan di argumentasikan.
dan penggambaran iklan yang ditampilkan. Jika perjalanan berpikir kritis ini telah
Alih-alih untuk bergerak ke masyarakat komplit kita akan mendapatkan kemampuan
informasi, masyarakat Indonesia telah untuk mempertahankan pandangan kita dan
terjebak menuju masyrakat konsumsi. bekerja untuk menyelesaikan masalah.
Seseorang yang berpikir kritis dapat
Berpikir Kritis terhadap Informasi bernalar logis dan membuat kesimpulan
Untuk memahami dan memandang netral yang tepat. Langkah-langkah berpikir kritis
dengan adanya berita-berita di televisi serta yang yang baik meliputi pengetahuan,
segera keluar dan tidak terjebak semakin pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dalam di pola konsumtif yang dibentuk oleh dan evaluasi.

65
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi

Tentu saja berpikir kritis ini dibentuk


melalui pendidikan, kebiasaan, dan
pengalaman dalam belajar. Pola pendidikan
yang baik, budaya membaca yang selalu
digalakkan, akan membentuk pengalaman
dan keterampilan intelektual yang
mememadai dalam memahami informasi.
Hal ini menjadi bekal untuk berpikir kritis Gambar 4. Ujian Nasional masih dianggap
dan bijak dalam menyikapi lautan informasi momok yang menakutkan
yang semakin luas saat ini.
Sepertinya para tenaga pengajar di
Membentuk Pola Kritis dengan Indonesia perlu memahami lagi arti
Pendidikan pendidikan itu sebenarnya. Seperti
Modal utama untuk membentuk diungkapkan oleh Budiningsih (2004)
keterampilan intelektual dan menjadikannya sekolah bukan hanya mencetak anak-anak
pola pemikiran kritis, bisa dikatakan pintar tapi lebih dari sekedar itu. Menjadi
pendidikan adalah jawaban yang paling pintar bukanlah poin utama, tapi
tepat untuk permasalahan masyarakat membentuk diri siswa untuk menggali
Indonesia. Bagaimana pola pemikiran potensi dalam dirinyalah yang menjadi
seseorang untuk berfikir kritis dan tujuan dari pendidikan.
memahami informasi dimulai saat dia
mendapat pendidikan di sekolah. Di Untuk benar-benar menjadi pendidik, tidak
Indonesia kebanyakan metode belajar cukup hanya dengan menguasai bahan
mengajar masih sebatas “menghafal”. Murid pelajaran, tetapi juga harus tahu nilai-nilai
diberi pertanyaan kemudian menjawab apa yang dapat disentuh oleh materi
pertanyaan sesuai teks. Terlalu kaku. pelajaran yang akan diberikan kepada
Ditambah lagi dengan adanya UAN (Ujian mahasiswa (Nata, 2003). Seorang siswa
Akhir Nasional) yang menjadi momok yang belajar matematika apakah akan
tersendiri bagi siswa. Memang ada tujuan menggunakan ilmu menghitungnya untuk
positif dari UAN sebagai evaluasi belajar berbuat jujur atau untuk memanipulasi data
siswa selama menempuh pendidikan baik itu keuangan. Seorang siswa yang belajar kimia
SD, SMP, dan SMA. Tapi karena dan biologi akan menggunakan ilmunya
keistimewaan dari UAN ini juga yang untuk memajukan industri pertanian di
membuat UAN bak sebuah tiket untuk Indonesia atau mencemari lingkungan
keluar dari pendidikan wajib belajar. Jadi semata-mata demi meraih keuntungan.
orang akan melakukan apa saja demi
mendapatkan tiket tersebut, termasuk Dari sini dapat dipahami bahwa pendidikan
dengan “membayar” mahal untuk selain menggali potensi siswa, juga harus
membelinya. menjadi pondasi bagi pembentukan karakter
dan moral. Menjadi pintar dan memiliki
potensi untuk menjadi seseorang yang
terbaik di bidangnya tidaklah cukup. Siswa

66
Niko Grataridarga

juga harus memiliki karakter dan moral penyerapan informasi saat membaca,
yang tertanam dalam dirinya untuk selalu pemahamannya terhadap Kekerasan
berpikir kritis, tentu saja kritis dalam hal Simbolik menjadi 70% dan si B hanya 30%.
positif menuju kebaikan dunia. Pada akhirnya mereka melengkapi ‘sisa’
pemahamannya itu dengan mengikuti kuliah
Budaya Membaca diskusi. Katakanlah setelah mengikuti
diskusi pemahaman si A menjadi 100% dan
si B menjadi 80%. Dari analogi tersebut
apakah membaca menjadi tidak perlu karena
si B tidak mencapai 100%? Menurut saya
jawabannya tetap bahwa membaca sangat
penting, karena bukankah itu lebih baik
daripada si A dan B menghadiri diskusi
dengan bekal pemahaman 0%.

Berdiskusi dan mendengarkan dapat


membuat kita cukup terbantu dalam
Gambar 5. Budaya membaca menjadi bekal memahami sesuatu, tapi dengan membaca
kemjauan bangsa. pemahaman kita akan lebih mendetail
daripada sekedar mendengarkan. Sebuah
Selain pendidikan yang baik kebiasaan yang buku yang mengambil judul “Kekerasan
baik juga membantu membentuk pola pikir Simbolik” tentu akan mengupas habis
yang memadai dalam menyikapi informasi mengenai “Kekerasan Simbolik” melalui
yang ada.Budaya membaca merupakan tiap-tiap halamannya. Tentunya tiap
salah satu kebiasaan intelektual yang harus halaman ini tidak langsung mengacu pada
dikedepankan.Teringat akan obrolan santai judul utama tapi akan membentuk fondasi
saya dengan teman-teman dekat. Salah yang kokoh melalui bahasan-bahasan
seorang teman mencoba membuka topik mendetail tiap bab nya mengenai
dengan kalimat “kita memang terkenal “Kekerasan Simbolik” sehingga
dengan budaya lisan tapi tidak ada yang pengetahuan yang disampaikan lebih
salah dengan itu kan? Saya pribadi justru terstruktur. Hal ini lah yang mungkin tidak
lebih menangkap pelajaran saat didapat jika hanya mendengarkan.
mendengarkan daripada membaca jadi bisa
dikatakan kita tidak terlalu butuh-butuh Budaya membaca harus terus
banget membaca”. Sebuah pernyataan yang dikampanyekan untuk membentuk
membuat saya berpikir dan merenung. masyarakat informasi yang berpikiran kritis.
Menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008),
Jika kita analogikan ada dua orang, sebutlah terdapat tujuh tujuan membaca.
mahasiswa A dan mahasiswa B. Kedua Ketujuh tujuan tersebut adalah sebagai
mahasiswa ini akan menghadiri sebuah berikut.
kuliah diskusi dengan tema “Kekerasan 1. Memperoleh perincian-perincian atau
Simbolik”. Kedua mahasiswa ini disuruh fakta-fakta (reading for details or
membaca dulu materinya sebelum facts).
mengikuti diskusi tersebut. Si A, dalam

67
Pemahaman Masyarakat Terhadap Informasi: Masyarakat Kritis Cerminan Masyarakat Informasi

2. Memperoleh ide-ide utama (reading for Pemahaman yang kritis tentunya harus
main ideas). dibentuk dengan bekal pendidikan dan
3. Mengetahui urutan atau susunan, kebudayaan. Perubahan dalam metode
organisasi cerita (reading for sequence pengajaran serta kesempatan pendidikan
or organization). yang merata di seluruh daerah, akan
4. Membaca bertujuan untuk membentuk lingkungan yang lebih baik bagi
menyimpulkan isi yang terkandung masyarakat Indonesia. Jika hal ini berjalan
dalam bacaan (reading for inference). dengan semestinya, setiap individu
5. Mengelompokkan atau masyarakat mempunyai modal untuk
mengklasifikasikan jenis bacaan membuat pandangan dunia mereka,
(reading to classify). tentunya modal untuk mencapai
6. Menilai atau mengevaluasi isi wacana pemahaman yang maksimal melalui
atau bacaan (reading to evaluate). kemampuan berpikir kritis terhadap
7. Membandingkan atau informasi-informasi yang datang kepada
mempertentangkan isi bacaan dengan mereka. Masyarakat bisa menentukan
kehidupan nyata (reading to compare informasi mana yang sebenarnya
or contrast). dibutuhkan demi membantu mereka dalam
pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari.
Tujuan membaca secara umum adalah
memperoleh informasi, mencakup isi, dan Hal ini nantinya akan mempengaruhi setiap
memahami makna yang terkandung dalam aspek bagaimana individu masyarakat
bahan bacaan. Dengan membaca, seseorang memilih untuk mengkonfigurasi kehidupan
dapat memperluas wawasan dan mereka dan menuntun setiap keputusan.
pengetahuan. Bahkan jika telah memahami Penghayatan nilai-nilai yang ada di
dengan lebih mendalam seseorang dapat lingkungannya, yang kemudian mengendap
menuju tingkat mempertentangkan isi menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang
bacaan tersebut. Sehingga kita bisa lebih dia hayati sebagai masyarakat informasi.
kritis dan tidak mudah untuk diperdaya. Sehingga masyarakat benar-benar bisa
mencapai tahap ideal sebagai masyarakat
Kesimpulan informasi di berbagai bidang kehidupan baik
Pemahaman masyarakat akan informasi ekonomi, sosial, teknologi ataupun secara
harus diperdalam dengan mengkritisi historis, dari pola, aturan, dan harapan
informasi itu sendiri. Informasi yang berdasarkan pendidikan dan kebiasaan.
semakin mudah untuk diakses terutama
disediakan secara terus-menerus melalui Daftar Pustaka
tayangan televisi harus segera disikapi Arens, W., M. Weigold and C. Arens, 2008.
dengan bijak. Berita-berita yang disuguhkan Contemporary advertising. Boston:
hendaknya bisa dipandang secara netral oleh McGraw –Hill Irwin. Di akses dari
pemirsanya sendiri. Iklan-iklan yang ada, www.aef.com/pdf/arens_ch01.pdf
tidak serta merta membuat pemikiran yang Baudrillard, J.P., (1970, La Societe de
dangkal pada masyarakat untuk bergerak Consommation), penerj. Wahyunto,
pada pola konsumtif. Perubahan ke arah 2006, dalam Masyarakat Konsumsi.
yang baik tentunya yang diharapkan. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

68
Niko Grataridarga

Budiningsih, Asri C. (2004). Pembelajaran Sumber gambar www.google.com


moral: berpihak pada karateristik siswa
dan
budayanya. Jakarta: Rineka Cipta.
Ennis, Robert Hugh. (1996). Critical
Thinking. New Jersey: Prentice-Hall.
Feather, John. (2004). The Information
Society: A Study of Continuity and
Change. London: Facet Publishing.
Hartley, John. 1982. Understanding News.
Routledge.
Hornby, Susan., & Clarke, Zoe. (2003).
Challenge and Change in The
Information Society. London: Facet
Publishing.
Nata, Abuddin. (2003). Manajemen
pendidikan: mengatasi kelemahan
pendidikan IslamIndonesia.Jakarta:
Kencana.
Ramadhan, Aditya. Masyarakat Indonesia
Keranjingan Gadget Hingga 2017.
Jum'at, 23 Agustus2013 - 05:01 wib. Di
akses dari website www.okezone.com
Reichenbach, Bruce R. (2001). Introduction
to Critical Thinking. New York:
McGraw-Hill.
Schramm, Wilbur. 1975. Responsibility in
Mass Communication. New York:
Harper’s Row Publisher Inc.
Sugiharto. (2011). Pendekatan Informasi
Sebagai Komoditi dalam Proses
Diseminasi Informasi.Di akses dari
website
http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011/09/
21/pendekatan-informasi-sebagai-
komoditi-dalam proses-diseminasi-
informasi.html
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Membaca:
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Wijendaru, Andini. (2010). Penonton Berita
Naik 22%. 14 April 2010. The Nielsen
Company, Nielsen Audience
Measurement.

69
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana

PEMANFAATAN LAYANAN RUJUKAN DI PERPUSTAKAAN


UNIVERSITAS MERCU BUANA

Muh. Arif Budiyanto

Magister Ilmu Perpustakaan FIB Universitas Indonesia

e-mail: arif_5110@yahoo.com dan arif.5110@gmail.com

Abstrak

Artikel ini menjelaskan secara singkat tentang pemanfaatan layanan rujukan di Universitas Mercu Buana
Jakarta.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui layanan rujukan apa saja di perpustakaan dan pemanfaatan
layanan rujukan di perpustakaan UMB. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
memaparkan berbagai fakta dan data yang ditemukan di lapangan.Hasil penelitian menunjukkan Perpustakaan
UMB mempunyai 3 jenis layanan rujukan yaitu: (1) layanan informasi(information service), (2) pembelajaran
(instructional), dan (3) bimbingan(guidance). Pemanfaatan layanan rujukan antara lain untuk: (1) menambah
wawasan baru, (2) memperluas ilmu pengetahuan, (3) menyelesaikan berbagai tugas pekerjaandan tugas kuliah,
(4) melakukan kegiatan penelitian, (5) menyelesaikan tugas akhir (skripsi dan tesis), dan (6) mengetahui informasi
terbaru dan mutakhir sesuai bidangnya.

Kata Kunci:layanan rujukan, manfaat, perpustakaan perguruan tinggi, informasi

Abstract

This article briefly describes the use of reference services at Mercu Buana University. This study aims to
determine any reference services in libraries and library utilization of reference services at UMB. The method
used is descriptive method to describe the various facts and data found in the field. The results showed UMB
Library has three types of reference services, namely: (1) information services, (2) instructional, and (3) guidance.
Utilization of reference services are to: (1) add new insight, (2) expanding knowledge, (3) complete various work
tasks and project work, (4) conduct research activities, (5) complete the final project (thesis) and (6) the latest
information and updated according to the field.

Keywords: reference services, benefits, college libraries, information

70
Muh. Arif Budiyanto

Pendahuluan termasuk dalam Perguruan Tinggi meliputi


Dewasa ini keberadaan perpustakaan dalam universitas, institut, sekolah tinggi,
mengantisipasi arus globalisasi memiliki akademi, politeknik dan atau Perguruan
nilai strategis dalam kiprahnya sebagai Tinggi lain yang sederajat.
sarana informasi yang mampu memberikan
informasi yang cepat-tepat dan bermanfaat Permasalahan
bagi masyarakat. Kegiatan utama Secara umum peran perpustakaan perguruan
perpustakaan adalah pelayanan, tanpa tinggi adalah memberikan pelayanan
pelayanan perpustakaan hanyalah gudang informasi yang dibutuhkan oleh
buku. Di samping itu perkembangan penggunanya dalam hal ini civitas
perpustakaan di seluruh nusantara berjalan akademika. Untuk itu dalam tulisan ini
lebih cepat dibanding dengan tahun-tahun rumusan permasalahannya adalah
sebelumnya, seiring dengan meningkatnya Bagaimana pemanfaatan layanan rujukan di
kesadaran oleh berbagai pihak akan Perpustakaan Universitas Mercu Buana.
kebutuhan informasi baik anak-anak, muda
dan dewasa. Dalam kiprahnya kegiatan Metode Penelitian dan Teknik
perpustakaan adalah pelayanan atau Pengumpulan Data
melayani pengguna (User), tanpa adanya Metode penelitian yang digunakan dalam
pelayanan maka bangunan perpustakaan penyusunan artikel ini menggunakan
hanyalah gudang dimana tempat metode deskriptif, yaitu dengan
menyimpan koleksi buku-buku yang memaparkan berbagai fakta dan data yang
lainnya. Dengan adanya pelayanan maka ditemui penulis sesuai dengan permasalahan
sebuah perpustakaan akan terasa lebih yang diobservasikan di Perpustakaan
berguna dan bermanfaat, dengan pelayanan Universitas Mercu Buana.
akan banyak sekali informasi yang
ditemukan ataupun yang bisa dimanfaatkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
penulis, yaitu :
Keberadaan perpustakaan perguruan tinggi 1. Observasi (pengamatan), yaitu teknik
dipandang sangat strategis dalam pengumpulan data yang dilakukan
pengembangan ilmu pengetahuan dan terjun langsung ke lapangan dan
teknologi.Dalam Undang-undang Nomor 20 melakukan pengamatan diPerpustakaan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Universitas Mercu Buana, khsusnya
Nasional pada pasal 55 menyebutkan bahwa dalam bidang layanan referensi.
salah satu syarat untuk menyelenggarakan 2. Studi Kepustakaan, yaitu mencari dan
Perguruan Tinggi harus memiliki membaca pustaka atau sumber-sumber
Perpustakaan. Sedangkan Perpustakaan dari buku dan mengumpulkan informasi
Perguruan Tinggi (PPT) merupakan Unit yang ada hubungannya dengan topik
Pelaksana Teknis (UPT) yang bersama- yang penulis angkat, serta mempelajari
sama dengan unit lain melaksanakan Tri dokumen-dokumen yang tersedia di
Dharma Perguruan Tinggi dengan cara Perpustakaan Universitas Mercu Buana
menghimpun, memilih, mengolah, merawat
serta melayani sumber informasi kepada
lembaga induk khususnya dan masyarakat Tinjauan Pustaka
akademis pada umumnya. Adapun yang Perpustakaan Perguruan Tinggi

71
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana

Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan 1. Layanan perpustakaan dilakukan secara


Unit Pelayanan Teknis (UPT) perguruan prima dan berorientasi bagi
tinggi, yang bersama-sama dengan unit lain kepentingan pemustaka,
turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan 2. Setiap perpustakaan menerapkan tata
Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, cara layanan perpustakaan berdasarkan
mengolah, merawat serta melayankan standar nasional perpustakaan,
sumber informasi kepada lembaga induknya 3. Setiap perpustakaan mengembangkan
pada khususnya dan masyarakat akademis layanan perpustakaan sesuai dengan
pada umumnya.Sejalan dengan pernyataan kemajuan teknologi informasi dan
di atas, Sulistyo Basuki (1991) menyatakan komunikasi,
pendapatnya bahwa Perpustakaan 4. Layanan perpustakaan sebagaimana
Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang dimaksud pada ayat (1) dikembangkan
terdapat pada perguruan tinggi, badan melalui pemanfaatan sumber daya
bawahannya maupun lembaga yang perpustakaan untuk memenuhi
berafiliasi dengan perguruan tinggi, kebutuhan pemustaka,
bertujuan utama membantu perguruan tinggi 5. Layanan perpustakaan diselenggarakan
mencapai tujuannya. Sutarno (2008) sesuai dengan standar nasional
mendefinisikan sebagai berikut: perpustakaan untuk mengoptimalkan
pelayanan kepada pemustaka,
Perpustakaan Perguruan Tinggi 6. Layanan perpustakaan terpadu
merupakan perpustakaan yang berada diwujudkan melalui kerja sama antar
dalam suatu perguruan tinggi dan yang perpustakaan, dan,
sederajat yang berfungsi mencapai Tri 7. Layanan perpustakaan secara terpadu
Dharma Perguruan Tinggi, sedangkan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
penggunanya adalah seluruh civitas dilaksanakan melalui jejaring
akademika. telematika.

Dalam kegiatan pelayanan perpustakaan Layanan Rujukan/Referensi


terdapat berbagai jenis layanan yang Menurut Sumardji (1992) dalam bukunya
diberikan kepada pemustaka tergantung dari yang berjudul Pelayanan Referensi di
kebutuhan pemustaka dan disesuaikan Perpustakaan mendefinisikan sebagai
dengan program studi yang ada, layanan berikut : “Salah satu kegiatan pokok yang
tersebut antara lain : Layanan Sirkulasi; dilakukan di Perpustakaan, yang khusus
Layanan Rujukan/Referensi; Layanan melayankan atau menyajikan koleksi
Serial/ Periodical; Layanan A, AV dan referensi kepada para pemakai atau
AVA; Jasa Kesiagaan Informasi; pengunjung perpustakaan”, pelayanan
Penelusuran Pustaka; Layanan Foto Copy; referensi untuk membantu para pemakai
Layanan Pinjam antar Perpustakaan; atau pengunjung perpustakaan menemukan
Pembuatan Abstrak, Indeks dan Bibliografi; atau mencari informasi dengan cara :
Layanan Terjemahan; Layanan Buku 1. Menerima pertanyaan-pertanyaan dari
Tandon; Penyediaan Fasilitas; dll. Dalam para pemakai atau pengunjung
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 perpustakaan kemudian menjawab
pasal 14 disebutkan bahwa: dengan menggunakan koleksi
referensi.

72
Muh. Arif Budiyanto

2. Memberikan bimbingan untuk e. Dalam menyelenggarakan tugasnya,


menemukan koleksi referensi yang layanan rujukan mempunyai fungsi
diperlukan untuk menemukan atau sebagai berikut :
mencari informasi yang dibutuhkan f. Fungsi informasi yaitu memberikan
oleh pemakai atau pengunjung. jawaban atas kebutuhan pemakai akan
3. Memberikan kepada para pemakai informasi. Agar jawaban dapat
atau pengunjung perpustakaan tentang diberikan secara tepat, seorang petugas
bagaimana menggunakan setiap bahan layanan rujukan harus mengetahui latar
pustaka koleksi referensi. belakang dan tujuan pemakai.
g. Fungsi bimbingan, memberikan
Pengertian laintentang layanan referensi, bimbingan perpustakaan kepada
Soejono Trimo (1997) mendefinisikan pemakai.
tentang layanan referensi dalam bukunya Bimbingan perpustakaan diberikan
yang berjudul Pedoman Pelaksanaan kepada pemakai.
Perpustakaan sebagai berikut: h. Fungsi instruksi, memberikan instruk
si atau pengarahan kepada
Pemberi bantuan secara langsung dan pemakai perpustakaan mengenai pen
bersifat lebih personal oleh ggunaan perpustakaan secara umum,
perpustakaan kepada masyarakat yang penggunaan sumber-sumber bibliografi
dilayaninya yang sedang mencari atau dan koleksi rujukan lainnya.
membutuhkan keterangan-keterangan i. Fungsi supervisi, melakukan supervisi
tertentu. terhadap pengaturan personil, koleksi,
ruangan, jam layanan, tata tertib dan
Tugas dan Fungsi Layanan sebagainya.
Rujukan/Referensi j. Fungsi bibliografi membuat sarana
Tugas layanan rujukan antara lain: temu kembali informasi seperti indeks
a. Layanan rujukan bersifat langsung, artikel majalah, bibliografi, abstrak,
artinya dalam memberikan layanan panduan literatur, katalog.
benar-benar berhubungan secara k. Fungsi evaluasi, melakukan evalua
langsung dengan pengguna, terutama si terhadap sumber-sumber
dalam memberikan informasi. rujukan dengan memperhatikan otorit
b. Tugas pokok layanan rujukan ialah as, ruang lingkup, susunan bahan
memberikan informasi baik yang rujukan, format serta tujuan dan sasaran
bersifat umum maupun ilmiah untuk perpustakaan.
tujuan studi dan penelitian.
c. Dalam memberikan layanan informasi, Sumber Rujukan di Perpustakaan
dapat menggunakan sumber- sumber Sumber informasi yang dibutuhkan pemakai
baik yang terdapat di dalam perpustakaan untuk berbagai keperluannya
perpustakaan yang bersangkutan seperti penelitian, pekerjaan, pendidikan
ataupun di perpustakaan lain dengan dan sebagainya memerlukan berbagai
seluas-luasnya. sumber rujukan informasi. Sumber koleksi
d. Membantu pengguna dalam rujukan berasal dari buku-buku sumber
memanfaatkan bahan pustaka yang ada informasi yang terbagi ke dalam beberapa
dengan sebaik-baiknya. kelompok/jenis, pada umumnya antara lain :

73
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana

1. Kamus. pengetahuan (pengetahuan/ pelajaran)


Kamus adalah suatu daftar kata-kata yang digunakan untuk petunjuk dalam
atau istilah-istlah yang dilengkapi penerapan prakteknya atau
dengan penjelasan-penjelasan tertentu memberikan pelajaran.
atas kata-kata atau istilah-istilah yang 4. Yearbook.
dimuatnya.Atau juga sekumpulan kata Yearbook merupakan terbitan tahunan
yang disusun menurut abjad, disertai yang berisi informasi dalam betuk
dengan artinya secara ringkas, kamus deskriftif, statistik, atau ihktisar
memberikan informasi tentang arti tentang kejadian yang telah tejadi
kata, asal kata, ejaan pengucapan, dalam tahun sebelumnya baik yang
pembagian suku kata pemakaian kata. bersifat umum atau khusus.Tapi
Secara umum kamus dapat di kadang-kadang terbatas pada sebuah
golongkan ke dalam dua golongan subjek tertentu saja.
antara lain: 5. Almanak.
a. Kamus Bahasa : Kamus yang Almanak adalah penanggalan atau
berisi satu atau beberapa jenis kalender dalam setahun.Dalam
bahasa beserta dengan artinya perkembangan almanak menjadi suatu
dalam bahasa lain. buku acuan yang berisi informasi
b. Kamus khusus : Kamus yang mengenai daftar hari, minggu, bulan,
berisi satu satu istilah yang peristiwa hari-hari penting dalam
lazimnya digunakan dalam setahun.
suatu bidang pengetahuan. 6. Direktori.
2. Ensiklopedia. Direktori adalah kumpulan nama
Merupakan suatu jenis koleksi yang orang atau pejabat, nama lembaga,
berisi informasi tetang beberapa hal nama organisasi, yang dilengkapi
atau ilmu pengetahuan yang disusun dengan alamat, kode-kode, dan data-
secara sistematis berdasarkan abjad data lain yang penting disusun secara
secara alfabetis yang menurut sistematis berdasarkan alfabetis atau
subjeknya. Ensiklopedia juga menurut urutan kode-kode nomor.
merupakan sumber informasi yang 7. Biografi.
banyak dicari dan dipakai oleh orang- Biografi adalah jenis buku referen
orang dari kalangan terpelajar, banyak yang memuat informasi mengenai
ide, teori, prinsip, data, peristiwa, atau riwayat hidup seseorang.
kejadian historis, formula atau konsep, 8. Indeks dan Abstrak.
bahkan hasil-hasil dari berbagai Indeks adalah daftar kata atau istilah
penelitian dalam berbagai bidang yang biasanya terdapat pada akhir dari
kajian terkumpul dalam jenis buku suatu buku yang di susun secara
sumber ini. alfabetis, yang memberikan informasi
3. Buku Pegangan. mengenai halaman di mana terdapat
Dalam bahasa asing buku pegangan masing-masing kata atau istilah-istilah
disebut juga “handbook” buku ini yang terdaftar tersebut indeks juga
merupakan buku acuan yang isinya biasanya disusun secara alfabetis
mengenai ikhtisar pokok bahasan atau menurut abjad atau nomor
subjek tertentu mengenai suatu ilmu tertentu.Abstrak adalah perluasan dari

74
Muh. Arif Budiyanto

indeks yang berisi ringkasan dari sendiri. Adapun sumber informasi ilmu
karya tulis atau artikel yang di indeks- pengetahuan yang disediakan di
kan biasanya terbatas pada subjek perpustakaan mencakup bidang studi teknik,
tertentu. komputer, ekonomi, psikologi, komunikasi
9. Atlas dan Peta. dan arsitektur. Jumlah koleksi secara
Atlas merupakan jenis koleksi yang keseluruhan sampai Desember 2014 adalah
berupa gambar atau tulisan yang sebagai berikut:
menunjukan tentang letak tanah, laut, No Koleksi Judul Eksemplar
gunung, sungai, dan lain- 1 Buku (Teks 22.081 53.255
lain.Sedangkan atlas merupakan suatu dan Referen)
kumpulan peta-peta yang tersusun 2 Tugas Akhir 20.677 -
secara sistematis. (Skripsi,
10. Terbitan Berkala. Tesis&
Merupakan terbitan yang menyajikan Disertasi)
suatu berita atau informasi yang selalu 3 Terbitan 441 -
up to date atau selalu yang terbaru dan Berkala
terbit secara berkala, bisa harian, (Jurnal &
mingguan, bulanan, atau tahunan. Majalah)
4 Laporan 229 -
Pembahasan Penelitian
Perpustakaan Universitas Mercu Buana 5 Laporan 2.046 -
Perpustakaan Universitas Mercu Buana Kerja
Jakarta didesain dan dikembangkan untuk Praktek
menunjang misi dan visi Universitas Mercu (LKP)
Buana dalam menjadikan lembaga Tabel 1. Jumlah Koleksi
pendidikan tinggi yang unggul dan bermutu
dalam proses penyelenggaraan Tridarma Sedangkan untuk koleksi referen atau
Perguruan Tinggi untuk menghasilkan rujukan adalah sebagai berikut:
tenaga profesional, berjiwa wirausaha yang No Koleksi Referens Judul
mampu menguasai teknologi informasi, 1 Kamus 165
serta mampu berbahasa Inggris. 2 Ensiklopedi 212
3 Handbook 160
UPT Perpustakaan UMB merupakan salah 4 Direktori 46
satu unsur pendukung dalam melaksanakan
5 Biografi 13
Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan,
6 Indeks dan Abstrak 6
Penelitian dan Pengabdian Kepada
7 Atlas dan Peta 11
Masyarakat). Sebagai jantungnya
8 Jurnal dan Prosiding 291
universitas perpustakaan berfungsi sebagai
9 Majalah dan Buletin 150
penyedia sumber informasi ilmu
10 Yearbook dan Almanak 13
pengetahuan bagi para civitas akademika
Tabel 2. Jumlah Koleksi Referensi
dalam proses pendidikan, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat. Aktivitasnya
tersebut pada muaranya akan menghasilkan
inovasi rekayasa ilmu pengetahuan itu

75
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana

Kedua tabel di atas diambil dari online informasi kepada penggunanya. Seperti ada
library system database perpustakaan pada pepatah yang mengatakan bahwa
Desember 2014. pustakawan itu adalah dewa yang bisa
Lokasi Perpustakaan Universitas Mercu memberikan informasi apa saja yang
Buana berada di Gedung Tower Lantai 5 dan diinginkan oleh penggunan baik itu di
6 yang beralamat di Jalan Meruya Selatan bidang perpustakaan khususnya dan di
No 1, Kembangan Jakarta Barat. bidang-bidang lain pada umumnya juga
Keanggotaan perpustakaan terdiri dari memberikan sumber informasinya serta
semua civitas akademika UMB termasuk kalau bisa memberikan buku panduannya.
didalamnya mahasiswa, dosen, dan
karyawan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
perpustakaan sebagai penyedia informasi
Layanan Rujukan Perpustakaan yang berusaha untuk memberikan pelayanan
Universitas Mercu Buana semaksimal mungkin kepada para pengguna
Layanan rujukan adalah layanan yang perpustakaan, maksudnya perpustakaan
diberikan kepada pengguna perpustakaan sebagai penyedia informasi harus mampu
yang bertujuan untuk membantu mereka memberikan jawaban-jawaban atas
dalam penelusuran informasi rujukan. pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan
Melalui layanan referensi ini pengguna para pengguna perpustakaan tentang
Perpustakaan Universitas Mercu Buana informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
dibantu untuk menemukan dan menelusur maupun masyarakat di sekitarnya.
informasi secara lebih spesifik dengan Perpustakaan pula harus mampu
pilihan subyek yang lebih luas, dengan memberikan bimbingan kepada para
memanfaatkan sarana penelusuran yang pengguna perpustakaan untuk menemukan
tersedia secara lebih optimal. Untuk bahan pustaka atau informasi yang
membantu dalam penelusuran koleksi dibutuhkan secara cepat, tepat dan akurat
referensi, perpustakaan telah menyediakan sesuai dengan bidang masing-masing serta
OPAC (Online Public Access Catalog) atau bagaimana cara menggunakan atau mencari
katalog online yang datanya selalu informasi yang dibutuhkannya, para petugas
diperbaharuhi setiap saat (update). perpustakaan khususnya pustakawan dalam
bidang pelayanan referensi harus
Perpustakaan Universitas Mercu Buana memberikan petunjuk kepada para
dalam melayani berbagai macam kebutuhan pengguna dalam mencari atau memilih
pemakai perpustakaan terutama untuk informasi, agar informasi yang diperoleh
bagian layanan rujukan, pustakawannya menjadi informasi yang berdaya guna
dituntut harus memiliki kemampuan, maksimal atau bermutu.
pengetahuan yang luas dan skill yang handal
khususnya di bidang referensi dalam Untuk itu saat ini bagian layanan rujukan di
memberikan kebutuhan pengguna. Di Perpustakaan Mercu Buana telah memiliki
samping itu harus dapat memahami dua orang pustakawan yang khusus untuk
keinginan pengguna yang sedang mencari melayani pengguna bagian referensi. Dua
informasi, karena tanpa adanya skill dan orang pustakawan tersebut memiliki latar
pengetahuan yang luas maka pustakawan belakang pendidikan di bidang perpustakaan
akan kebingungan dalam memberikan yaitu dari Program Diploma Tiga (D3) Ilmu

76
Muh. Arif Budiyanto

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada dan ada.Sebagai contoh pustakawan akan


satu lagi dari Program Strata Satu (S1) Ilmu mengajarkan cara menggunakan
Perpustakaan Universitas Indonesia. koleksi referensi, menggunakan
Diharapkan dengan adanya dua pustakawan katalog, menggunakan database online,
tersebut kebutuhan layanan rujukan kepada internet, dan lain-lain untuk
pengguna bisa terpenuhi. menemukan informasi yang
dibutuhkannya.
Sistem layanan yang digunakan adalah 3. Bimbingan (guidance) yaitu
sistem layanan terbuka atau Open Acces memberikan petunjuk secara langsung,
System, di mana semua pengguna diberikan melakukan pendampingan kepada yang
kesempatan mencari, memilih, dan dibimbing. Di Perpustakaan Mercu
mengambil sendiri bahan pustaka yang Buana salah satu layanan rujukan yaitu
diinginkan secara langsung ke rak pustakawan akan membimbing
penyimpanan bahan pustaka sesuai dengan pengguna secara langsung ke rak
kebutuhan yang diinginkannya. Dengan koleksi dan melakukan pendampingan
sistem ini pengguna bisa memanfaatkan kepada pengguna untuk menemukan
koleksi yang ada dengan maksimal untuk informasi yang dibutuhkannya dan
memenuhi kebutuhan informasinya. sesuai dengan jenis koleksinya secara
cepat dan tepat.
Selain itu untuk membantu pengguna dalam
memenuhi kebutuhan informasinya Pemanfaatan Layanan Rujukan
tersebut, pustakawan juga memberikan tiga diPerpustakaan Universitas Mercu
jenis layanan rujukan. Ketiga jenis layanan Buana.
rujukan tersebut adalah: Pelayanan rujukan/referensi dapat
1. Layanan informasi, pustakawan akan dimanfaatkan oleh seluruh civitas
berusaha semaksimal mungkin akademika Mercu Buana dengan berbagai
menjawab pertanyaan-pertanyaan tujuan dan berbagai kebutuhan yang sedang
pengguna sesuai kebutuhan diperlukannya, sedangkan pemanfaatan
informasinya mulai dari informasi yang pelayanan referensi oleh pengguna bisa
sangat sederhana sampai dengan dilihat di statistik pengunjung yang datang
informasi yang sangat kompleks. ke perpustakaan dalam tiap hari dengan
Misalnya ada pertanyaan dari pengguna melihat buku tamu pengunjung yang telah
tentang arti atau sinonim suatu kata, disediakan oleh petugas perpustakaan
maka pustakawan akan menggunakan tersebut.
kamus untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Pemanfaatan pelayanan rujukan/referensi
2. Pembelajaran (instructional) yaitu antara lain dapat dilihat di bawah ini seperti:
memberikan petunjuk danpengajaran 1. Menambah wawasan yang di
kepada pengguna untuk dapat dapatkannya.
menemukan letak informasi (locate Koleksi rujukan dapat dimanfaatkan
information) yang dibutuhkan secara untuk menambah wawasan para
mandiri atau membantu pengguna pengguna perpustakaan, seperti
untuk memilih dan menggunakan alat- pengguna yang ingin mengunjungi
alat bantu (reference tools) yang suatu wilayah yang belum pernah

77
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana

dikunjunginyabisa menambah wawasan secara fulltext. Untuk memaksimalkan


tentang wilayah tersebut dengan pemanfaatannya pustawakan
membaca ensiklopediatau majalah yang melakukan bimbingan singkat kepada
membahas atau mengulasnya terlebih para mahasiswa dan dosen tentang cara
dahulu. penggunaannya serta memberikan user
2. Memperluas ilmu pengetahuan dengan dan password untuk mengakses dari
cara membaca buku atau koleksi luar perpustakaan. Untuk diketahui
referensi. bahwa akses jurnal-jurnal tersebut
Pengguna yang ingin memperluas ilmu apabila melalui jaringan kampus tidak
pengetahuannya banyak membaca memerlukan user password karena
buku-buku referen seperti handbook, perpustakaan sudah melanggannya.
ensiklopedi ataupun jurnal hasil riset 5. Penyelesaian tugas akhir seperti:
ilmuwan yang banyak menyajikan Skripsi, Disertasi, Tesis dan
inovasi-inovasi terbaru di bidang ilmu sebagainya.
pengetahuannya sesuai subjeknya Koleksi referen ini yaitu tugas akhir
masing-masing. merupakan koleksi favorit yang dicari
3. Menyelesaikan tugas pekerjaan, tugas pengguna terutama oleh pengguna dari
perkuliahan, dan lain-lain. kalangan mahasiswa. Di perpustakaan
Beberapa pengguna dari kalangan Mercu Buana koleksi tugas akhir terdiri
mahasiswa maupun karyawan ada yang dari: skripsi, tesis, disertasi, dan laporan
memanfaatkan koleksi referen di tugas akhir diploma. Koleksi ini banyak
perpustakaan untuk membantu dimanfaatkan oleh pengguna karena
menyelesaikan tugas-tugas seperti, salah satunya sudah tersedia dalam
tugas pekerjaan maupun tugas bentuk teks dan digital sehingga
perkuliahan dari dosen. Mereka bisa mempermudah pengguna dalam
datang secara berkelompok maupun mengambil informasi yang
sendiri-sendiri. diperlukannya. Selain itu mahasiswa
4. Melakukan kegiatan penelitian juga memanfaatkan koleksi ini untuk
terutama untuk dosen dan mahasiswa. keperluan penyusunan tugas akhir yaitu
Salah satu bentuk koleksi rujukan yang sebagai referensi atau bahan rujukan
bisa digunakan sebagai bahan sesuai dengan topik atau tema tugas
penelitian adalah koleksi jurnal.Dari akhirnya tersebut.
koleksi jurnal ini para peneliti bisa 6. Untuk mengetahui informasi yang
belajar dari penelitian-penelitian terbaru dan mutakhir yang sesuai
sebelumnya untuk mengembangkannya dengan bidang dan minatnya.
maupun sebagai bahan untuk Jenis koleksi referen yang digunakan
mengadakan riset atau penelitian untuk mengetahui informasi yang
baru.Salah satu koleksi rujukan yang terbaru dan mutakhir adalah terbitan
banyak digunakan untuk penelitian ini berkala yaitu jurnal dan majalah,
adalah database jurnal online yang koleksi rujukan ini terbit secara berkala
sudah dilanggan oleh perpustakaan sesuai waktu terbitnya sehingga yang
yaitu: Jurnal Proquest, Jurnal Ebsco dan terbit terakhir berisi informasi yang
Jurnal Gale Cangage. Jurnal-jurnal terbaru dan mutakhir. Selain itu
tersebut isinya bisa diakses atau dilihat perpustakaan juga telah menyediakan

78
Muh. Arif Budiyanto

layanan internet untuk membantu seperti kamus, ensiklopedi, direktori dan


pengguna menelusur maupun mencari lain-lain belum di manfaatkan dengan
informasi yang diperlukannya, maksimal.
sehingga update informasi terbaru akan
bisa ditampilkan dan diakses dari Agar pemanfaatan layanan rujukan bisa
perpustakaan. maksimal peran pustakawan rujukan sangat
diperlukan.Seorang petugas pustakawan
Pemanfaatan pelayanan referensi yang tentunya harus mempunyai kompetensi-
dilakukan oleh pengguna perpustakaan ada kompetensi tertentu khususnya dalam
yang mengutarakannya langsung kepada bidang referensi disamping memiliki
petugas perpustakaan mengenai masalah- kepribadian yang komunikatif, ramah,
masalah yang sedang dihadapinya dengan kreatif, dan mampu mandiri. Sebagai
kata lain yaitu dengan konsultasi kepada seorang petugas pustakawan mempunyai
pustakawan, ada juga yang langsung tugas antara lain penyebarluasan informasi
mencari informasi sendiri dengan cara kepada masyarakat yang dilayaninya.
mencari koleksi referensi tanpa meminta
bantuan petugas perpustakaan yang DAFTAR PUSTAKA
dianggap cocok dan sesuai dengan
keinginan mereka. Indonesia. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem
Sedangkan kepada para pengguna yang baru Pendidikan Nasional.
mengenal istilah referensi biasanya selalu Indonesia. Undang-Undang Nomor 43
meminta bantuan para petugas perpustakaan Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
tentang bagaimana cara menelusur dan cara Marnodi, Sri. (1980). Referensi Suatu
menggunakan koleksi yang ada diruangan Pengantar. Yogyakarta: Pusdiklat
referensi seperti (kamus, ensiklopedia, dan IKIP Yogyakarta.
lain-lain) sampai pengguna yang itu benar- Rismayeti. (2013, February). Perpustakaan
benar bisa mencari informasi sendiri. Disini Perguruan Tinggi: Pedoman,
akan dituntut kesabaran dan keahlian Pengelolaan dan Standardisasi. Jurnal
pustawakan untuk memberikan informasi Ilmu Budaya, Vol 9, No 2. Pekanbaru:
sejelas-jelasnya kepada pengguna. FIB Universitas Lancang Kuning.
Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar Ilmu
Kesimpulan Perpustakaan.Jakarta : PT Gramedia
Uraian diatas telah mendeskripsikan Pustaka Utama.
layanan rujukan di Perpustakaan Universitas Sumardji. (1992). Pelayanan Referensi di
Mercu Buana saat ini. Dari pengamatan dan Perpustakaan.Yogyakarta : Kanisius.
observasi penulis di lapangan dapat NS, Sutarno. (2008). Satu Abad
disimpulkan bahwa pemanfaatan layanan Kebangkitan Nasional 1908-2008 &
rujukan belum sepenuhnya maksimal dilihat Kebangkitan Perpustakaan. Jakarta :
dari pertanyaan pengguna yang datang Sagung Seto.
kebagian referensi. Sebagian besar Soejono, Trimo. (1997). Pedoman
pengguna perpustakaan yaitu mahasiswa Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung:
dan dosen baru memanfaatkan koleksi jurnal Remaja Rosda Karya.
dan tugas akhir saja. Koleksi yang lain

79
Pemanfaatan Layanan Rujukan Di Perpustakaan Universitas Mercu Buana

Universitas Mercu Buana (2009). Website


Perpustakaan Universitas Mercu
Buana. December 20,
2013.http://digilib.mercubuana.ac.id
/index.php
Universitas Mercu Buana (2011). Website
Universitas Mercu Buana. December
20, 2013.
http://www.mercubuana.ac.id/lemb
agax.php?id=63

80
Nama penulis (12pt)

Anda mungkin juga menyukai