Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia terutama

dalam mengurangi penyebaran penyakit menular diperlukan kesadaran ,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang baik petugas kesehatan
maupun seluruh lapisan masyarakat agar penyebaran dapat di kendalikan.
Penyakit demam berdarah merupakan salah satu penyakit menular yang perlu
di waspadai karena di Indonesia merupakan negara dengan kasus tertinggi di Asia
Tenggara.

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan penanggulangan Demam


Berdarah Dengue (DBD) yang mempunyai fungsi sebagai penggerak
masyarakat dalam menanggulangi penyebaran, penggerak masyarakat agar
berperilaku hidup bersih dan sehat, serta sebagai pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya dalam penanggulangan DBD,
mempunyai peran yang sangat setrategis dalam mencapai tujuan pembangunan
kesehatan terutama dalam mengurangi penyebaran penyakit menular.

Pedoman Penanggulangan penyakitDemam Berdarah Dengue (DBD) ini


dapat dijadikan sebagai acuan atau pengatur aspek pelaksanaan penanggulangan
penyakit Demam Berdarah terutama di wilayah kerja Puskesmas.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah- Nya kepada
kita semua. Amiin.

Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Ardimulyo

dr. Widya Damayanti


NIP. 19710309200212 2004
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.
Laporan Kementrian Kesehatan (KEMENKES) mencatat di tahun 2015 pada
bulan Oktober ada 3.219 kasus DBD dengan kematian 32 jiwa, sementara
November ada 2.921 kasus dengan 37 angka kematian dan Desember 1.104
kasus dengan 31 kematian. Ada penurunan jumlah kasus dan angka
kematian penderita DBD di 34 propinsi di Indonesia di banding tahun 2014
pada bulan Oktober tercatat 8.149 kasus dengan 81 kematian, November
7.877 kasus dengan 65 kematian dan Desember 7.856 kasus dengan 50
kematian.
Target pengendalian DBD tertuang dalan dokumen Rencana
Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Srategis
(RENSTRA) Kementrian Kesehatan 2010 - 2014 dan KEPMENKES 1457

tahun 2003 tentang standar pelayanan minimal yang meguatkan pentingnya


upaya pengendalian peyakit DBD di Indonesia Kabupaten / Kota bahkan sampai
ke desa melalui pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD di harapkan
dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
menular di Indonesia
Sejak di temukan pertamakali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah kasus
DBD di laporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas bahkan sering
menimbulkan. Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah Data Direktorat
Pengendalian Penyakit Vektor dan Zoonosis Kemenkes menyebutkan hingga
akhir Januari Tahun 2016 KLB DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3 kota
dari 11 Propinsi di Indonesia yang meliputi antara lain Provinsi Banten, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Bali, Sulawesi Selatan, Provinsi Gorontalo, Papua Barat,
Propinsi Papua, NTT, Jawa tengah dan Provinsi Sulawesi Barat .
Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada Usia 5-14
tahun mencapai 43,44% dan Usia 15-44 Tahun mencapai 33,25%.

B. TUJUAN

1. Urnum
Untuk rneningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam mencegah dan
melindungi diri dan masyarakat dari penularan DBD melalui perubahan
perilaku (PSN DBD) dan kebersihan lingkungan.
2. Khusus
a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian
DBD.
b. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap
penularan DBD.

16
c. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar.
d. Menurunkan angka kesakitan DBD.
e. Menurunkan angka kematian akibat DBD.

C. SASARAN PEDOMAN

Petugas pelaksana program pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue di


wilayah kerja puskesmas.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Ruang lingkup pedoman pemberantasan penyakit demam berdarah secara garis


besar adalah meliputi upaya yang bersifat promotif, perventif, kuratf, dan
rehabilitatif yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dengan melibatkan kader
jumantik dan tenaga sukarelawan lainnya.

E. BATASAN OPERASIONAL

Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides Aigepty dan Aides Albopictus.
DBD adalah penyakit yang ditandai oleh demam yang mendadak disertai gejala
lain seperti lemah, anoreksia, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,
kepala , dan perut akibat adanya virus Dengue yang masuk yang dapat
menyebabkan kematian bagi penderita.

16
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan di


kecamatan Kesamben terutama dalam pengendalian penularan penyakit DBD,
Puskesmas Kesamben memiliki tenaga kerja baik dari Puskesmas maupun
dari masyarakat yaitu :

No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH


1 Programer DBD Perawat 1
2 Supervisor Jumantik Kader Jumantik Desa 10

Dengan melihat tabel ini dapat dilihat bahwa ketenagaan dalam program
pengendalian peyakit DBD di Puskesmas Kesamben sudah memenuhi standar,
dengan adanya satu tenaga perawat untuk menyelenggarakan pemantauan
perkembangan pengendalian penularan penyakit DBD kecamatan Kesamben
meliputi: Kuratif, Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dan dibantu 10 kader
Jumantik untuk melaksanakan pemantauan jentik di desa masing-masing.
.Adapun uraian tugas pengelola program pengendalian penyakit DBD
Puskesmas Kesamben berdasarkan tupoksi yang sesuai kompetensinya antara
lain :
1. Menyusun rencana kerja P2 DBD berdasarkan data program puskesmas dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
2. Melaksanakan kegiatan P2 DBD meliputi penemuan dini penderita suspek
DBD serta melakukan rujukan untuk penanganan lebih lanjut, Pemantauan
Jentik Berkala / Abatisasi Selektif (PJB/AS), pembinaan peran serta
masyarakat dalam kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk),
penyuluhan DBD, dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan
prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Mengevaluasi hasil kegiatan P2 DBD secara keseluruhan.
4. Menbuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai bahan
informasi dan pertanggung jawaban kepada atasan.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengelola program P2 DBD adalah tenaga kesehatan dari puskesmas yang
ditunjuk oleh kepala puskesmas untuk melaksanakan tugasnya sebagai
pengelola program (programmer) pengendalian penularan penyakit DBD di
wilayah kerja puskesmas.
Programer P2 DBD mendapatkan SK dari kepala puskesmas. Selain
pemegang program DBD dan jumantik pelaksanaan pemberantasan penyakit
DBD juga melibatkan :
1. Dokter
2. Koordinator P2M dan PKM
3. Petugas Laboratorium

16
4. Petugas Administrasi
5. Kader aktif

C. JADWAL KEGIATAN PELAYANAN

Bulan ke
No Kegiatan
Surveilans 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 epidemiologi
Penemuan dan tata
laksana kasus
Pengendalian Vektor
(PSN)
Peningkatan peran
serta masyarakat
Sitem kewaspadaan
dirni (SKD) dan
penanggulangan
KLB (PJB)
Penyuluhan
Kemitraan/ jejaring
kerja
Monitoring dan
evaluasi

16
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan upaya pemberantasan penyakit DBD dilakukan
oleh penanggung jawab UKM DBD yang menempati poli …… dari gedung
puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di aula Puskesmas Ardimulyo.

POLI UMUM UNIT


LAB

POLI LANSIA
POLI GIGI UNIT IMUNISASI

B. Standar fasilitas ruang upaya pemberantasan penyakit demam berdarah


Set alat kesehatan :
 Tensimeter dan stetoskop
 Thermometer
 Timbangan
 Tinggi badan
 Senter

16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

1. Lingkup kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah secara garis


besar adalah meliputi upaya yang bersifat promotif, perventif, kuratif, dan
rehabilitatif diwilayah kerja puskesmas Kesamben.
2. Program pemberantasan penyakit Demam Berdarah sebagai
jaringan Puskesmas harus :
a. Bertanggung jawab pada kepala Puskesmas.
b. Bertanggung jawab kepada masyarakat dalam penanganan DBD.
c. Berkoordinasi dengan lintas sektor dan jejaring pelayanan kesehatan lain di
wilayah kerjanya.
d. Membina Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam
upaya pemberantasan sarang nyamuk dan penaggulangan penyakit DBD.

B. METODE

Terdapat metode untuk :


1. Penemuan penderita tersangka DBD.
2. Rujukan penderita DBD.
3. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi :
a. Penyuluhan perorangan.
b. Penyuluhan kelompok.
4. Surveilan kasus DBD.

5. Surveilan Vektor.
Pengamatan jentik berkala.

6. Pemberantasan vector.
a. Abatisasi.
b. Kegiatan 3 M.
c. Penanggulangan Fokus (fogging).
7. Pencatatan dan pelaporan.

C. LANGKAH KEGIATAN

1. Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai :
a. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dari jumlah suspek DBD yang datang ke puskesmas.
b. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD seperti mendadak panas tinggi 2

– 7 hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38º - 40º C atau lebih,
tampak bintik-bintik merah pada kulit direnggangkan bintik merah itu hilang,

16
kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau
BAB darah, tes Torniquet positif.
c. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi :
1) Penyuluhan perorangan.
Terhadap individu yang berobat melalui konseling.
2) Penyuluhan kelompok.
Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan melalui poster.
d. Surveilan kasus DBD.
Angka Bebas Jentik (ABJ); presentasi rumah yang bebas jentik dibanding

dengan jumlah rumah yang diperiksa.


e. Surveilan Vektor
Pengamatan jentik berkala ; presentasi jumlah rumah yang diperksa jentik
dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa.
f. Pemberantasan vector
g. Abatisasi
Pemberian bubuk abate paada tempat penampungan air yang tidak
bisa dikuras.
h. Kegiatan 3 M
Dengan kegiatan 3M yang perwujudannya bisa melalui jum´at bersih
selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan dengan
pengawasan kader, Menguras,Menutup, dan Memanfaatkan barang
bekasyang dapat menjadi sarang berkembangbiaknya jentik nyamuk.
i. Penanggulangan Fokus (fogging)
j. Pencatatan dan pelaporan.
2. Pelaksanaan
Adalah pelaksanaan dari seluruh kegiatan yang telah tertulis
dalam perencanaan.

3. Pengawasan dan pengendalian


Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan:
a. Bulanan
b. Tribulanan
c. Tahunan
4. Keluaran
a. Penemuan penderita tersangka DBD
b. Rujukan penderita DBD
c. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Penyuluhan /informasi tentang
demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-jalur informasi
yang ada:
1) Penyuluhan kelompok:
PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid
sekolah, pengelola tempat umum/ instansi, dll.
2) Penyuluhan perorangan:
Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, penderita/keluarga di

puskesmas, kunjungan rumah oleh kader/ petugas


puskesmas.Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll.
d. Surveilan kasus DBD

16
Hasil angka bebas jentik. Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau
memeriksa semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypty dengan mata telanjang untuk
mengetahui ada tidaknya jentik, yaitu dengan cara visual.
e. Surveilan vector
Melalui pengamatan jentik berkala (PJB) yaitu merupakan bentuk evaluasi
hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali ditiap desa/kelurahaan
endemis pada 100 rumah /bangunan yang dipilih secara acak (Random
Sampling).
f. Pemberantasan vector
Perlindungan perseorangan,yaitu memberikan anjuran untuk mencegah
gigitan nyamuk dengan meniadakan nyamuk didalam rumah dengan cara
menyemprotkan obat anti serangga.

16
BAB V
LOGISTIK

Daftar logistik yang dipersiapkan pelaksana program pemberantasan


penyakit demam berdarah dengue puskesmas Kesamben :

1. Perlengkapan medis:

No Jenis Alat Keterangan


1 Poliklinik set :
Stetoskop Ada
Tensimeter Ada
Timbangan berat badan Ada
Termometer suhu Ada
Senter Ada
2 Alat pemeriksa hematokrit Tidak ada
3 Obat-obatan :
Analgetik Ada
Antipiretik Ada
4 Formulir KD-UPK-DBD Ada
5 SOP pelaksanaan kegiatan Ada
6 Larvasida Ada

2. Perlengkapan non medis:


No Jenis Alat Keterangan
1 Buku petunjuk program DBD Ada
2 Alat penyuluhan kesehatan Ada
3 Formulir hasil epidemiologi Ada
4 Formulir hasil PJB Ada
5 Bagan penatalaksanaan kasus DBD Tidak ada

16
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Pemberantasan


Penyakit Demam Berdarah Dengue perlu diperhatikan keselamatan pasien dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap pasien harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain :
1. Penatalaksanaan penderita DBD
a. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian cairan harus adekuat dan seinbang
antara intake dan out put untuk menghindari overload ataupun kekurangan
cairan yang berakibat memperparah keadaan pasien.
b. Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan DL Sereal agar perubahan
perkembangan pasien dapat terpantau.
2. Pemberian Temephos (Abate)
Pemberian Abate harus sesuai dengan takaran yaitu 10 gram untuk 100 liter air,
dan diutamakan pada penampungan air yang yang sulit di kuras dan bukan untuk
minum untuk menghindari dampak dari pemakaian temephos.
3. Pemeriksaan Jentik nyamuk
Dalam melakukan pemeriksaan harus menyeluruh dan cermat pada bagian sudut-
sudut tempat penampungan air dan dengan pencahayaan yang cukup agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
PJB dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara acak (Random Sampling). Dalam
melakukan pemeriksaan diharapkan dapat dilakukan secara cermat dan teliti agar
hasil pemeriksaan berupa Angka Bebas Jentik (ABJ) dapat dipertanggung
jawabkan.
5. Pengendalian Fokkus (Fogging)
a. Petugas penyemprot harus dilatih terlebih dahulu dan dinyatakan terampil
dan paham bekerja dengan insektisida.
b. Petugas mempersiapkan perlengkapan lain berupa:
1) 1 set pakaian lapangan/ werpak (2buah) untuk 1 orang penyemprot.
2) 1 buah masker per orang.
3) 1 buah topi lapangan.
4) 1 pasang sarung tangan yang standar (tahan bahan kimia dan
lunak ditangan).
5) 1 pasang sepatu lapangan.
Untuk keamanan petugas penyemprot.
c. Petugas menghimbau kepada warga sebelum penyemprotan:
1) Semua makanan dan minuman hendaknya disimpan ditempat yang aman
dan tertutup.
2) Hewan peliharaan dikeluarkan dari rumah sedangkan untuk ikan hias bisa
ditutup.
3) Tempat tidur/ kasur cukup dilipat, pakaian tergantung hendaknya diturunkan
kemudian ditutup Koran atau penutup lain.
4) Barang-barang elektronik, mainan anak-anak, sepatu dan lain-lain ditutup
dengan kertas Koran atau penutup lainnya.
5) Semua sumber api (kompor, lampu, AC, dll) harus dimatikan.
6) Semua jendela ditutup dan semua pintu dibuka.

16
7) Memberitahu kepada penyemprot/ kepala regu bahwa rumah/ bangunan siap
untuk disemprot.
d. Petugas menghimbau warga bahwa selama penyemprotan:
1) Semua penghuni rumah/ Bangunan hendaknya berada diluar.
2) Jangan mengikuti penyemprot saat penyemprotan berlangsung.
e. Petugas menghimbau warga bahwa setelah penyemprotan:
1) Pintu rumah ditutup bila belum ditutup.
2) Semua penghuni rumah tetap diluar sampai lebih kurang 30 menit – 1 jam
selesai disemprot.
3) Menyapu lantai bila ada hewan seperti cicak, kecoak dllyang mati dan
dikumpulkan dalam kantong plastik yang rapat jangan sampai dilakan oleh
hewan piaraan.
4) Bila lantai kotor kena larutan insektisida atau solar supaya dilap dulu (bila
licin dilap dengan bensin)

16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Untuk keamanan dan kenyamanan bagi petugas dalam memberikan pelayanan


kesehatan, terutama untuk mencegah tertularnya penyakit dimana banyak kasus-kasus
penyakit menular, misalnya : TBC, Kusta, Hepatitis, HIV/ AIDS, danbersinggungan
langsung dengan bahan kimia, misalnya Abate atau obat Fogging, maka petugas
dalam melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikan keamanan diri dengan
pemakaian alat perlindungan diri (APD), menggunakan masker, sarung tangan dan
celemek plastik, jas operasi bila diperlukan. Dan selalu melakukan cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan kegiatan atau pelayanan.

PEMAKAIAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

Pemeriksaan
Sanitasi tangan Ya
Sarung tangan Ya
Masker Ya
Celemek (Apron) Tidak

16
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah


terjadinya masalah terkait pelayanan atau mencegah terjadinya kesalahan tindakan
yang diberikan yang bertujuan untuk keselamatan pasien.
Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian
mutu pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi :
1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu standar.
2. Pelaksanaan, yaitu :
a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan
antara capaian dan rencana kerja).
b. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu :
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk
memastikan bahwa aktifitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.
Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedik yang melakukan proses.
Aktifitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil
pemantauan.
Contoh : monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga kesehatan.
Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui
metode berdasarkan waktu, cara dan tehnis pengambilan data.
1. Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas ;
a. Retrospektif
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan. Contoh : survey
kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
b. Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan.
Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan.
2. Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas :
a. Langsung (data primer)
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil data.
Contoh : survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan klinis.
b. Tidak langsung (tidak langsung)
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung. Contoh : catatan
riwayat penyakit yang lalu.
3. Cara pengambilan data ;
a. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Contoh :
survey kepuasan pelanggan.

16
b. Observasi.
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan
menggunakan ceklist atau perekaman.
4. Pelaksanaan evaluasi terdiri dari :
a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan
pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan
kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan
menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu audit merupakan alat untuk
menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan klinis secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit yaitu :
1) Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis klinis sistematis terhadap pelayanan klinis, meliputi
prosedur yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumberdaya, hasil
yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klit klinis dikaitkan dengan
pengobatan berbasis bukti.
2) Audit Profesional
Audit Provesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis seluruh tenaga medis
dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati,
penggunaan sumberdaya dan hasil yang diperoleh. Contoh : audit
pelaksanaan sister manajemen mutu.

b. Review (pengkajian).
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelayanan klinis tanpa
dibandingkan dengan standar. Contoh : kajian penggunaan antibiotik.

Indikator mutu Penanggulangan penyakit demam Berdarah meliputi :

1. INPUT

No Uraian Standar Kompetensi Target


1 Sumber Daya Bila Pelaksana Program berasal
Manusia dari Paramedis maka petugas
harus memiliki : 100 %
- SIK 100%
- STR 100%
- Sertivikat
pelatihan
Penanganan KLB

2. PROSES

No Standar Kompetensi Target


1 SOP Pengukuran Tekanan darah Ada

2 SOP Pemeriksaan jentik Ada

16
3 SOP Penyuluhan kepada Individu / keluarga Ada

4 SOP Pemeriksaan Penderita DBD Ada

5 SOP Penyelidikan Epidemiologi Penderita DBD Ada

6 SOP Pemberian Temephos (abatisasi) Ada

7 SOP Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) Ada

8 SOP Pengendalian Fokus Ada

9 SOP Penanganan KLB DBD Ada

10 SOP Pencatatan dan Pelaporan Ada

11 SOP Rujukan Pasien Ada


80
12 Kepatuhan Petugas Terhadap SOP %

3. OUT PUT
N
o Uraian Target
1Kepuasan Pelanggan 80 %
2Terpenuhi target SPM :
b.1. Angka Bebas Jentik (ABJ) 95 %
b.2. Penderita DBD ditangani 100 %
b.3. Cakupan PE Kasus DBD 100 %

16
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Puskesmas


Ardimulyo ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan di Puskesmas
Ardimulyo diperlukan komitmen dan kerjasama semua pihak. Hal tersebut akan
menjadikan pelayanan semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat yang diwilayah kerja puskesmas Ardimulyo. Serta dapat meningkatkan
citra Puskesmas dan kepuasan pasien atau masyarakat.

16

Anda mungkin juga menyukai