Anda di halaman 1dari 30

KERANGKA EKONOMI

MAKRO
RPJMN 2020-2024
13 Agustus 2019

Kedeputian Bidang Ekonomi

1
Kedeputian Bidang Ekonomi

Outline Kementerian PPN/Bappenas

• Tantangan dan Isu Strategis


• Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024
- Arahan Menteri PPN/Kepala Bappenas
- PDB Pengeluaran dan Produksi
- Fiskal dan Kebutuhan Investasi
- Pertumbuhan Ekonomi per Pulau
• Highlight Kebijakan Pembangunan Ekonomi Jangka
Menengah
2
Kedeputian Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas

TANTANGAN DAN ISU STRATEGIS

• Kondisi Ekonomi Global


• Isu Strategis Pembangunan Ekonomi
• Disparitas Antar Daerah dan Antar Pulau

3
Kedeputian Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas
Kondisi Ekonomi Global Ke Depan
Pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia Perlambatan pertumbuhan negara mitra dagang utama
cenderung melambat
(persen)
6,0
202 202
5,5 2020 202 2020 2020
4 4
5,0
1,9 4 6,0 2,4
4,5
1,6 5,5 2,2
4,0 (persen)

3,5
202 202 2020 202
3,0 2020 2020
4 4 1,9 4
2,5
Sumber : WEO, Juli 2019 0,4 1,6
2,0 0,5 1,4 1,6
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Pertumbuhan Ekonomi (Apr '19) Volume Perdagangan (Apr '19) Sumber : WEO, Juli 2019
Pertumbuhan Ekonomi (Jul '19) Volume Perdagangan (Jul '19)

Harga komoditas internasional cenderung menurun Tekanan normalisasi kebijakan moneter mulai mereda
140
Sumber : Oxford Economics
2,4
120 1,9

1,4
100 (indeks 2016=100)
0,9
Sumber : WEO, April 2019 (persen)
80 0,4
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 -0,1
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Indeks Harga Komoditas (Termasuk BBM) Indeks Harga Komoditas (Non BBM) Suku Bunga AS Suku Bunga Eropa 4
Kedeputian Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas

Lanjutan … Risiko Ekonomi Global

Proteksionisme

Pelemahan ekonomi China yang Perlambatan harga komoditas


tajam (hard landing)

R i s i ko E ko n o m i G l o b a l
Tingkat utang negara dunia
Normalisasi kebijakan moneter yang tinggi

Risiko Geopolitik
Peningkatan aliran
populisme
Krisis di negara-negara EU
Stagnasi pertumbuhan

Sumber : Oxford Economics, Maret 2019

5
Kedeputian Bidang Ekonomi
Isu Strategis Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024 : Kementerian PPN/Bappenas

Pertumbuhan Ekonomi Stagnan dan Defisit Transaksi Berjalan


ISU STRATEGIS:
INTI
FAKTOR-FAKTOR YANG PERTUMBUHAN EKONOMI STAGNAN*
PERMASALAHAN: 10
MEMPENGARUHI
5

-
5,3%
Rendahnya (5) Pertumbuhan
Pertumbuhan Potensial vs Aktual
Inovasi dan (10) (Persen) Potensial
Indonesia
Kualitas Investasi (15)
(Bappenas,

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

2016

2018
2019)
Aktual HP AS_KF Growth Accounting

DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN RELATIF MASIH TINGGI


China Vietnam Thailand
Kualitas SDM dan Tenaga Kerja

1,85 1,32 0,31 4,09 2,78 5,06 11,72 11,02 7,42

2016 2017 2018 2016 2017 2018 2016 2017 2018

The Most Binding Constraint Malaysia Filipina Indonesia


Binding Constraint (1,83) (1,58) (2,98)
(0,34) (0,58) (2,75)
Bukan Binding Constraint 2,39 2,94 2,35

Future Binding Constraint 2016 2017 2018 2016 2017 2018 2016 2017 2018
(Jika tidak diatasi, akan menghalangi
Indonesia untuk bersaing di era digital dan
beralih ke manufaktur bertekonologi tinggi)

Fasilitasi transformasi struktural melalui peningkatan efisiensi, produktivitas dan nilai tambah (sisi supply). Perbaikan di sisi suplai juga *dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan
diimbangi dengan Penguatan Permintaan Domestik dan Peningkatan Kinerja Perdagangan Internasional 6
Kedeputian Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas
HIGHLIGHT FAKTOR PENYEBAB : Tidak Berjalannya
Transformasi Struktural

Kontribusi dan produktivitas tenaga Konstribusi ekspor manufaktur


Kontribusi manufaktur menurun
kerja manufaktur relatif stagnan terhadap total ekspor rendah

Share
Share Industri
Industri Manufaktur
Manufaktur (Persen
(Persen PDB) Kontribusi
PDB) Produktivitas TK Manufaktur (2015) Kontribusi Ekspor
Ekspor Manufaktur
Manufaktur (persen
(persen total
total ekspor)
ekspor)

China
Filipina
Nilai Tambah Manufaktur (% PDB)

Ekspor)
TotalEkspor)
Thailand
Thailand
Thailand

(%Total
PDB per TK Industri
Malaysia

manufaktur(%
Malaysia
Malaysia

Ekspormanufaktur
Vietnam

Indonesia

Ekspor
Indonesia
Indonesia Indonesia

Pendapatan
Pendapatan per
per Kapita,
Kapita, Konstan
Konstan PPP
PPP 2011
2011 (log)
(log) Pendapatan per Kapita, Konstan PPP 2011 (log)
Sumber: WDI 7
Kedeputian Bidang Ekonomi
Disparitas Antar Daerah : Kementerian PPN/Bappenas

PDRB Per Kapita (Termasuk Tambang)


PDRB per Kapita: 2010 PDRB per Kapita: 2017
KALIMANTAN TIMUR DKI JAKARTA
DKI JAKARTA KALIMANTAN TIMUR
RIAU KEP. RIAU
KEP. RIAU KALIMANTAN UTARA
PAPUA BARAT Dalam juta Rupiah RIAU Dalam juta Rupiah
PAPUA PAPUA BARAT
JAMBI PAPUA
KEP. BANGKA BELITUNG JAMBI
JAWA TIMUR JAWA TIMUR
SUMATERA SELATAN KEP. BANGKA BELITUNG
KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TENGAH
SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA
BANTEN BALI
BALI SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN SELATAN SULAWESI SELATAN
SULAWESI UTARA BANTEN
ACEH SULAWESI TENGAH
SUMATERA BARAT SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGGARA SULAWESI TENGGARA
SULAWESI SELATAN KALIMANTAN SELATAN
JAWA BARAT SUMATERA BARAT
LAMPUNG JAWA BARAT
SULAWESI TENGAH LAMPUNG
KALIMANTAN BARAT JAWA TENGAH
JAWA TENGAH KALIMANTAN BARAT
DI YOGYAKARTA DI YOGYAKARTA
BENGKULU ACEH
NUSA TENGGARA BARAT SULAWESI BARAT
GORONTALO BENGKULU
SULAWESI BARAT GORONTALO
MALUKU UTARA MALUKU UTARA
MALUKU NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR MALUKU
KALIMANTAN UTARA NUSA TENGGARA TIMUR
0 20 40 60 80 100 120 140 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
8
Lanjutan … PDRB Per Kapita (Tidak Termasuk
Kedeputian Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas

Tambang)
PDRB Non Mining per Kapita: 2010 PDRB Non Mining per Kapita: 2017
DKI JAKARTA DKI JAKARTA
KALIMANTAN TIMUR KEP. RIAU
KEP. RIAU KALIMANTAN TIMUR
RIAU KALIMANTAN UTARA
PAPUA BARAT Dalam juta Rupiah RIAU Dalam juta Rupiah
SUMATERA UTARA PAPUA BARAT
BANTEN JAWA TIMUR
JAWA TIMUR BALI
KEP. BANGKA BELITUNG SUMATERA UTARA
BALI BANTEN
KALIMANTAN TENGAH SULAWESI SELATAN
SULAWESI UTARA SULAWESI UTARA
JAMBI KEP. BANGKA BELITUNG
JAMBI
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
JAWA BARAT
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
JAWA BARAT
ACEH
SUMATERA SELATAN
JAWA TENGAH
PAPUA
KALIMANTAN BARAT
JAWA TENGAH
LAMPUNG SULAWESI TENGGARA
DI YOGYAKARTA LAMPUNG
PAPUA DI YOGYAKARTA
SULAWESI TENGGARA KALIMANTAN BARAT
SULAWESI TENGAH KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN SELATAN ACEH
BENGKULU SULAWESI BARAT
GORONTALO GORONTALO
SULAWESI BARAT BENGKULU
MALUKU UTARA MALUKU UTARA
MALUKU MALUKU
NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR
0 20 40 60 80 100 120 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
9
Kedeputian Bidang Ekonomi

Lanjutan … Kementerian PPN/Bappenas

100%
Lampung (Share and
Chemicals Ekspor)
plastics
Minerals
Penyebab Utama 80%

• Ketergantungan pada ekspor 60%


Vegetables,
komoditas 40% foodstuffs
• kompleksitas produk ekspor rendah 20% and wood
0%
Sumatera Utara (Share Ekspor) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
100%
90%
Sumatera Selatan (Share Ekspor)
100%
80% Chemicals
70% and plastics 80% Chemicals
60%
60% and
50%
40% Vegetables, plastics
40%
30% foodstuffs
20% and wood 20% Minerals
Vegetables,
10% foodstuffs and
0%
0% wood
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Aceh (Share Ekspor) Jakarta (Share Ekspor)
100%
100%
90% Chemicals and Transport
80% plastics 80% vehicles
70%
60% 60%
Stone and
50%
40%
Minerals 40% glassand
Textiles
furnitureand
Chemicals
30% 20% Vegetables,
plastics
20% Vegetables, foodstuffs and
10% foodstuffs and 0%
wood
wood 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 10
Kedeputian Bidang Ekonomi

Disparitas Ekonomi Antar Pulau Tinggi (2015 – 2018) Kementerian PPN/Bappenas

Sumatera
Growth 4,16 %
Sulawesi
Kontribusi 21,88 %
Growth 7,30 %
Kalimantan Maluku
Kawasan Barat Growth 2,91 % Kontribusi 6,07 % Growth 6,25 %
Indonesia (KBI) Kontribusi 8,12 % Kontribusi 0,53 %
memiliki share
ekonomi yang sangat
tinggi dibandingkan
Kawasan Timur
Indonesia (KTI)

Jawa-Bali
Growth 5,62 % Papua
Nusa Tenggara
Kontribusi 59,96 % Growth 6,43 %
Growth 5,38 %
Kontribusi 1,89 %
Kontribusi 1,55 %
Sumber: BPS
11
Kedeputian Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas

KERANGKA EKONOMI MAKRO 2020-2024


• Arahan Menteri PPN/Kepala Bappenas : Tiga Skenario Pertumbuhan Ekonomi
• PDB Sisi Pengeluaran dan Produksi
• Fiskal Jangka Menengah
• Pertumbuhan PDRB dan Kontribusi Per Pulau

12
Kedeputian Bidang Ekonomi
Arahan Menteri PPN/Kepala Bappenas : Pertumbuhan Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas

2020 - 2024
RATA-RATA 2020-2024
PDB SISI PRODUKSI SKENARIO RENDAH DAN TINGGI
(persen/tahun) PDB SISI PENGELUARAN

Industri: Pertanian: Pertambangan:

5,3 – 7,0 3,8 – 3,9 1,7 – 1,9


Konsumsi RT & Konsumsi Investasi:
LNPRT: Pemerintah:
5,1 – 5,3 4,3 – 4,8 7,3 – 8,0

PERTUMBUHAN
Listrik: Konstruksi: Transportasi: EKONOMI
4,4 – 4,8 5,8 – 6,2 7,2 – 7,3
5,4 – 6,0 Ekspor:
5,3 – 7,7
Impor:
5,6 – 7,2
Perhitungan Bappenas
(sangat sementara)

Infokom: Jasa Keuangan: Perdagangan:


7,4 – 8,2 6,3 – 7,2 5,5 – 6,2
Jasa
13
Kedeputian Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas
Highlight Asumsi Makro 2020-2024
• Peningkatan produktivitas Nilai tukar stabil pada tingkat fundamentalnya untuk
Kunci peningkatan menjaga daya saing ekspor
pertumbuhan1:
• Peningkatan investasi Range Rendah - Tinggi
• Perbaikan kualitas SDM (IDR/USD)
• Perbaikan pasar tenaga kerja 14984
14835
Pertumbuhan Ekonomi, Persen
(GNI Per Kapita – USD Harga Berlaku Atlas Method2) 14686
07 6,5 14539
Indonesia menjadi negara Upper Middle Income pada (5.930) 14612
6,2 14394 14539
06 tahun 2019 dengan GNI per kapita USD4.090 (5.500) 14466
14322 14394
06 5,9 14250 14250 14250 14250 14250
(5.110)
06 6,1
5,7 (5.780)
5,9 2020 2021 2022 2023 2024
06 5,5 (4.730)
(5.400)
(4.360) 5,7 Inflasi dijaga pada tingkat jangka panjangnya melalui
06 (5.040)
5,4 5,5 penyelesaian permasalahan struktural, pengelolaan
(4.350) (4.690) ekspektasi, dan penguatan koordinasi
05 Range Rendah - Tinggi
5,4 5,5 5,5 (Persen)
5,2 5,4 (5.280) (5.600) 4,5
05 (4.660)
(4.330) (4.970) 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
05
2020 2021 2022 2023 2024 3,1 3,0 3,0 2,9 2,8 2,7
2,5
Rendah Sedang Tinggi 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0

1 Berdasarkan simulasi pertumbuhan potensial model Growth Accounting Bappenas


2Metode yang digunakan oleh Bank Dunia untuk menggolongkan suatu negara berdasarkan pendapatan 2019 2020 2021 2022 2023 2024
14
Kedeputian Bidang Ekonomi

PDB Sisi Produksi: Kementerian PPN/Bappenas

Transformasi Struktural untuk Peningkatan Kesejahteraan


REVITALISASI INDUSTRI MODERNISASI PERTANIAN TRANSFORMASI SEKTOR JASA

INDUSTRI PERTANIAN JASA

4,3 3,7 5,7


5,3 – 7,0 3,8 – 3,9 6,5 – 6,9
2015-2018 2015-2018 2015-2018
2020-2024 2020-2024 2020-2024
Memperbaiki lingkungan usaha yang mendukung Meningkatkan produktivitas serta Mendorong sektor jasa dengan nilai tambah yang
modernisasi industri termasuk melalui penerapan pendapatan petani dan nelayan tinggi didorong oleh inovasi dan teknologi
industri 4.0

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR HILIRISASI PERTAMBANGAN

LISTRIK KONSTRUKSI PERTAMBANGAN

3,3 6,1 0,1


4,4 – 4,8 5,8 – 6,2 1,7 – 1,9
2015-2018 2015-2018 2015-2018
2020-2024 2020-2024 2020-2024
Melanjutkan pembangunan infrastruktur terutama konektivitas dan Peningkatan nilai tambah pertambangan
yang mendukung pengembangan Rata-rata pertumbuhan (Persen)
energi untuk mendukung ekspansi ekonomi dan pertumbuhan inklusif
industri hilir 2015-2018
2020-2024
(rendah tinggi) 15
Kedeputian Bidang Ekonomi

PDB Sisi Pengeluaran: Memperkuat Permintaan Kementerian PPN/Bappenas

Domestik INVESTASI
KONSUMSI RT & LNPRT KONSUMSI PEMERINTAH

5,0 5,1 – 5,3 3,0 4,3 – 4,8 5,6 7,3 – 8,0

Konsumsi masyarakat meningkat seiring dengan Dorongan pemerintah berupa belanja yang Memberikan fasilitasi kemudahan usaha dan
peningkatan pendapatan dan penciptaan lebih berkualitas serta penerimaan investasi, meningkatkan kepastian hukum,
lapangan kerja yang lebih baik perpajakan yang optimal dan melanjutkan pembangunan infrastruktur

5.600 – 5.930 5,3 – 5,8 6,0 15,4 – 16,6


GNI per kapita 2024 Transfer ke Daerah dan Dana Desa ICOR 2024 – skenario Share PMA/PMDN 2024
(USD Harga Berlaku Atlas Method) 2020-2024 tinggi thd Investasi (Persen)
(Rata-rata, Persen PDB)

6,5 – 7,0 8,3 – 10,2


9,8 – 10,7 1,7 – 2,3
Pertumbuhan Capex BUMN
Tingkat Kemiskinan 2024
Belanja Pemerintah Pusat 2020-2024 2020-2024 Belanja Modal 2020-2024
(Persen)
(Rata-rata, Persen PDB) (Rata-rata, Persen) (Rata-rata, Persen PDB)

11,5 – 12,5*
50,0
Keterangan: 4,0 – 4,6 12,2 – 13,3**
Rata-rata pertumbuhan (Persen) Stok Infrastruktur 2024
TPT 2024 Rasio Pajak 2020-2024
2020-2024 (Persen PDB) – skenario sedang 16
2015-2018
(rendah tinggi) (Persen) (*Tax Ratio Arti Sempit,**Tax Ratio Arti Luas,
Persen PDB) 16
Kedeputian Bidang Ekonomi
Investasi Tumbuh Tinggi Kementerian PPN/Bappenas

Sasaran Pembangunan Ekonomi: Arah Kebijakan, Strategi, Indikator, dan Target Investasi
Meningkatnya nilai tambah, Arah Pertumbuhan investasi yang inklusif dan berkelanjutan serta mendukung capaian
lapangan kerja, ekspor, dan daya Kebijakan SDG’s
saing perekonomian
Strategi Fasilitasi, perlindungan, liberalisasi investasi, dan promosi investasi
Salah Satu Indikator Utama:
Indikator • Peringkat kemudahan berusaha di Indonesia (ranking EoDB): Menuju 35 di tahun
Pertumbuhan investasi (PMTB)
dan Target 2024*
7,3 – 8,0% (rata-rata tahun 2020- • Realisasi investasi PMA dan PMDN: Rp1.500 triliun di tahun 2024*
2024)* • Kontribusi sektor manufaktur terhadap total realisasi investasi: 55% di tahun 2024*
*perhitungan sementara Bappenas bulan Juni 2019

Strategi Peningkatan Investasi 2020-2024

1 Kepastian Hukum Berusaha


dan Investasi 2 Fasilitasi Kemudahan Usaha dan Investasi
3 Peningkatan Iklim Ketenagakerjaan dan
Hubungan Industrial

• Fasilitasi outward investment bagi investor yang berinvestasi di


• Peningkatan kepastian hukum, • Pemberian pelatihan penyusunan struktur dan skala upah
luar negeri kepada perusahaan manufaktur, pelatihan teknik negosiasi
sinkronisasi, dan deregulasi peraturan • Fasilitasi serta pelayanan perizinan invetasi melalui online kepada pelaku hubungan industrial
pusat dan daerah single submission (OSS), insentif fiskal dan non fiskal untuk • Iklim ketenagakerjaan yang mendukung iklim investasi
• Kepastian tata ruang dan kemudahan investasi teknologi menengah dan tinggi, dan fasilitasi
akuisisi tanah untuk investasi langsung permasalahan RTRW dan masalah lainnya
• Pengembangan strategi promosi yang lebih efektif
• Mendorong kemitraan UKM dengan PMA
• Peningkatan upaya penyebaran investasi di daerah yang 4 Peningkatan Kapasitas, Kapabilitas, serta
daya saing BUMN
berimbang
• Mempercepat penyelesaian perjanjian kerjasama dengan • Pemantapan pengelolaan dan operasional BUMN dan peningkatan
negara lain (CEPA dengan Australia, EU, dan Amerika) peran BUMN dalam proses pembangunan, termasuk pelayanan
• Implementasi manual kebijakan persaingan, penyelidikan publik terhadap masyarakat
• Peran BUMN sebagai pendorong investasi langsung dan kemitraan
pelanggaran persaingan usaha, perlindungan konsumen, dan bagi investor, bukan sebagai kompetitor PMA dan PMDN
peningkatan usaha kecil
17
17
Kedeputian Bidang Ekonomi
PDB Sisi Pengeluaran: Kementerian PPN/Bappenas

Diversifikasi Ekspor demi Penguatan Stabilitas Eksternal


EKSPOR BARANG DAN JASA IMPOR BARANG DAN JASA

2,9 5,3 – 7,7 2,9 5,6 – 7,2


Kontribusi net ekspor diharapkan menuju positif, didukung oleh revitalisasi sektor industri pengolahan yang mendorong diversifikasi produk
ekspor dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Peningkatan ekspor juga didukung oleh pengembangan sektor pariwisata

20,0 – 21,2 5,8 – 7,5 7,9 – 10,8

Share Industri Manufaktur 2024 Pertumbuhan Industri Manufaktur Non Migas Pertumbuhan Ekspor Non Migas
(Persen PDB) 2020-2024 (Rata-Rata, Persen) 2020-2024 (Rata-Rata, Persen)

26,0 28,0 58,0 – 65,0


Jumlah Wisman 2024* - skenario moderat Devisa Pariwisata 2024* - skenario moderat Share Ekspor Manufaktur thd
(Juta Orang) (USD miliar) Total Ekspor 2024 (Persen)

Cadangan Devisa 2024 (USD Miliar) Defisit Transaksi Berjalan 2024 (Persen PDB)

120,7 131,1 – 155,8 STABILITAS 3,0 2,3 – 1,7


Keterangan:
EKSTERNAL YANG
Rata-rata pertumbuhan (Persen) KUAT
2020-2024
2015-2018
(rendah tinggi) *target, kesepakatan dengan kemenpar
termasuk MPD 18
Kedeputian Bidang Ekonomi

Gambaran Fiskal 2020-2024 Kementerian PPN/Bappenas

Penerimaan Perpajakan Arti Sempit (% PDB) Belanja Negara (% PDB)


RPJMN III RPJMN III
Rata-Rata: 10,3% Rata-Rata: 15,1%
14.0
12,5 13.2
11,7
11,2
12,5 17,1 17,7
12,0 16,8 15,9 16,5
11,0 11,4
10,9 10,8 10,4 10,6 10,6 15,7 15,0 14,8 15,2
9,9 10,2 15,7
14,9 14,5 14,8 15,0 15,4
14,8

RPJMN IV RPJMN IV
Rata-Rata: 11,5 s.d. 12,5% Rata-Rata: 15,1 s.d. 16,5%

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Surplus/Defisit (% PDB) Rasio Utang (% PDB)


35, 0

RPJMN III
RPJMN III RPJMN IV Rata-Rata: 28,7%
Rata-Rata: -2,4% Rata-Rata: -1,7%
29,9 29,8 29,7 29,6
30, 0

29,2 29,3
28,9
28,3 29,5 29,4 29,2 28,4
27,4 28,8 28,4
-1,5 -1,6 -1,6
-1,7 -1,6 -1,5
-1,8 -1,8
-1,7
-1,8 -1,8
-2,1 25, 0

24,7
-1,8
-2,5
-2,5 RPJMN IV
-2,6 Rata-Rata: 29,1 s.d. 29,2%
20, 0

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

19
Kedeputian Bidang Ekonomi

Kebutuhan Investasi dan Pembiayaan Kementerian PPN/Bappenas

Sumber Pembiayaan Pemenuhan Kebutuhan Investasi


6,2 – 7,3
8,6 – 11,0

Pemerintah 8,5 – 9,0


Tabungan Dalam Negeri
Belanja Modal BUMN
Tabungan Luar Negeri
92,7 – 93,8 Masyarakat/Swasta 82,9 – 79,9
Share (%) Share (%)

Total Kebutuhan Investasi 2020-2024 Instrumen Pembiayaan


Rp36.625,89 – Rp37.225,76 Triliun
8,4-8,8
1,2-1,2
8000,0
Kredit Perbankan 8,3-8,8
6000,0
Penerbitan Saham
4000,0
5,6-5,9
Penerbitan Obligasi
Dana Internal BUMN
2000,0 76,5-75,3
2020 2021 2022 2023 2024
Dana Internal Masyarakat
Low 6006,1 6597,9 7250,5 7984,4 8787,1
Share (%)
Moderate 6020,6 6626,4 7307,8 8070,3 8923,7
High 6024,0 6643,7 7351,4 8150,4 9056,2

Pendalaman sektor keuangan, melalui peningkatan akses keuangan masyarakat (inklusi keuangan), perluasan inovasi produk keuangan, perluasan
nasabah/investor, pengembangan infrastruktur sektor keuangan, harmonisasi dan penguatan kebijakan sektor keuangan, pengembangan dan pemanfaatan
teknologi keuangan, serta peningkatan peran sektor keuangan terhadap sektor riil.
20
Kedeputian Bidang Ekonomi

Pertumbuhan PDRB per pulau 2020-2024 (persen) Kementerian PPN/Bappenas

Skenario Moderat*
Skenario Moderat
Indonesia
2020 : 5,4
Sumatera Sulawesi 2024 : 6,1
2020 4,86 % 2020 6,98 %
Kalimantan Maluku
2024 5,57 % 2024 7,35 %
2020 4,12 % 2020 6,65 %
Pertumbuhan Ekonomi 2024 5,74 % 2024 7,61 %
Regional Berdasarkan Asumsi
Skenario Moderat
(5,7 Persen)

Kebijakan pengembangan
Jawa-Bali
wilayah diarahkan untuk
memacu pertumbuhan 2020 5,84 % Papua
Nusa Tenggara
ekonomi di luar Jawa 2024 6,15 % 2020 5,95 %
2020 3,74 %
2024 4,74 % 2024 7,69 %
Sumber: Perhitungan Bappenas
*angka proyeksi sangat sementara
21
Kedeputian Bidang Ekonomi

Kontribusi PDRB per pulau 2020-2024 (persen) Kementerian PPN/Bappenas

Skenario Moderat*
Skenario Moderat
Indonesia
2020 : 5,4
Sumatera Sulawesi 2024 : 6,1
2020 21,61 % 2020 6,29 %
Kalimantan Maluku
2024 21,78 % 2024 6,64 %
2020 8,17 % 2020 0,54 %
Pertumbuhan Ekonomi 2024 8,55 % 2024 0,58 %
Regional Berdasarkan Asumsi
Skenario Moderat
(5,7 Persen)

Kebijakan pengembangan
wilayah diarahkan untuk Jawa-Bali
meningkatkan share ekonomi 2020 59,95 %
Nusa Tenggara Papua
di luar Jawa Sumatera (KTI)
2024 58,87 % 2020 1,94 %
sebesar 1 persen poin 2020 1,49 %
2024 1,54 % 2024 2,04 %
Sumber: Perhitungan Bappenas
*angka proyeksi sangat sementara
22
Kedeputian Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas

HIGHLIGHT KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


EKONOMI JANGKA MENENGAH

23
Kedeputian Bidang Ekonomi
Transformasi Struktural Menjadi Kunci Kementerian PPN/Bappenas

Pertumbuhan Rata-Rata (Persen)


TRANSFORMASI JASA
Share terhadap PDB 2020-2024
2015-2018 (Skenario
(Skenario Moderat, Persen) Rendah-Tinggi)
JASA
Angka Sangat
48
Sementara

43 5,7
6,5 – 6,9
38 2015-2018
REVITALISASI INDUSTRI
2020-2024
33
INDUSTRI
28

23 4,3 MODERNISASI PERTANIAN


5,3 – 7,0
18 2015-2018 PERTANIAN
2020-2024
13
3,7
8 3,8 – 3,9
2007
1993
1995
1997
1999
2001
2003
2005

2009
2011
2013
2015
2017
2019
2021
2023

2015-2018
2020-2024
Industri Pertanian Jasa
24
Kedeputian Bidang Ekonomi

Reindustrialisasi Nasional Kementerian PPN/Bappenas

Jangka Harmonisasi Kebijakan Fasilitasi Investasi Dorongan Ekspor


Pendek (Sinkronisasi kebijakan antar instansi) (Perizinan, Tata Ruang, Infrastruktur) (Fasilitas Kepabeanan, Arus Logistik)

JANGKA MENENGAH – JANGKA PANJANG

Peningkatan Kualitas Pengembangan Pengembangan Penguatan Pilar


SDM Industri Rantai Pasok Ekspor & Investasi Industri Nasional

1. Diklat 3-in-1 (Pelatihan, 1. Kemitraan antara IKM 1. Diplomasi ekonomi 1. Peningkatan Penggunaan
Sertifikasi, dan dan Industri Besar internasional Produksi Dalam Negeri
Penempatan) 2. Hilirisasi Sumber Daya 2. Keikutsertaan dalam (P3DN)
2. Pengembangan Pendidikan Alam Global Value Chain 2. Penerapan teknologi
Vokasi Industri 3. Pengembangan 3. Pembukaan pasar baru maju 4.0 pada industri
3. Link and Match dengan Produk Berteknologi 3. Pengembangan skema
Industri Maju pembiayaan industri

PRIORITAS INDUSTRI MANUFAKTUR:


Makanan dan minuman Tekstil dan pakaian jadi Otomotif Elektronik Kimia dan farmasi

1 3
2.050 20,0 persen 5
9-10 persen 7
5 persen
DAMPAK

SMK yang Link and Proporsi nilai tambah IKM terhadap total Pertumbuhan Ekspor Pertumbuhan jumlah produk
Match dengan Industri nilai tambah industri Industri Pengolahan dalam negeri

2 4 6
34.000 Tenaga kerja 13,0 persen 40 perjanjian 8
60 perusahaan
Kontribusi ekspor produk industri Jumlah Kesepakatan Jumlah perusahaan yang
lulusan Diklat 3 in 1
berteknologi tinggi Internasional menerapkan teknologi maju
25
Kedeputian Bidang Ekonomi
Kementerian PPN/Bappenas
Diversifikasi Pariwisata Berkualitas JUMLAH WISATAWAN
MANCANEGARA
Juta Kunjungan

15,8
26
NILAI TAMBAH DARI 2018
PARIWISATA 2024
DEVISA PARIWISATA JUMLAH WISATAWAN
(Miliar USD) NUSANTARA
Juta Perjalanan

15,2
303
28 350-400
2017 2018
2024 2024

JUMLAH TENAGA KERJA


“…mengenai pengembangan destinasi pariwisata prioritas, tiga tahun lalu sudah Juta orang
disampaikan akan dibangun 10 Bali baru tetapi sekarang kita baru memberi prioritas
pada 5 lokasi terlebih dahulu…”
Presiden Joko Widodo 12,8
15
Lima lokasi adalah Lombok-Mandalika,
2018
Toba, Labuan Bajo, Borobudur, dan Kantor Presiden, Jakarta 15 Juli 2019 2024
Manado-Likupang.
26
Kedeputian Bidang Ekonomi
Contoh Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian PPN/Bappenas

Prioritas
Destinasi Pariwisata Prioritas: Danau Toba
DRAFT INTEGRATED TOURISM MASTERPLAN (ITMP) Peningkatan Kualitas SDM
Daya saing dan Ekosistem Pariwisata
1. Fasilitasi investasi industri 1. Pembangunan Poltekpar Medan
2. Menumbuhkan rantai pasok usaha 2. Meningkatkan kesesuaian kurikulum dengan
pariwisata industri
3. Meningkatkan kualitas produk dan 3. Peningkatan gerakan sadar wisata
jasa pariwisata berbasis masyarakat 4. Meningkatan pelatihan perusahaan,
4. Menerapkan standar pariwisata pendampingan, dan pemagangan
berkelanjutan 5. Meningkatkan kompetensi guru bidang
pariwisata
Atraksi, Akesibilitas, Penguatan Citra dan
Amenitas, dan Diversifikasi Pemasaran
Tata Kelola Destinasi 1. Branding Toba sebagai bagian dari Wonderful
1. Meningkatkan inovasi atraksi dan Indonesia
amenitas sesuai segmentasi 2. Mendalami pasar tradisional dan diversifikasi
2. Bandara Sibisa - Toba Samosir pemasaran ke pasar baru
3. Penataan Kota Tua Balige Dampak Ekonomi: 3. Meningkatkan sistem pemasaran terintegrasi
4. Jembatan Tano Ponggol
1 Pembangunan 2 3 4
5. Sarana dan Prasarana Pendukung Rantai Pasok 600-700 USD/org
Infrastruktur untuk sektor Investasi Atraksi
Destinasi Wisata Prioritas di Kawasan Industri Perhotelan Penerimaan Masyarakat dari
Pariwisata: Jalan, dan Akomodasi
Perdesaan Prioritas Nasional Bandara, TPA, Pelabuhan (Supplier) Wisatawan Mancanegara
6. Perluasan jaringan transmisi dan
5 6 6.900
distribusi SPAM 2000 SR Kel. Parapat 1.700-4.600
Tenaga Kerja Pariwisata Baru 27
Kamar Hotel Terbangun (2020-2024)
(2020-2024)
Kedeputian Bidang Ekonomi

Kebijakan Pengembangan Industri di Daerah: Kementerian PPN/Bappenas

Hilirisasi SDA melalui Kawasan Industri/KEK Industri

Kawasan Industri di Wilayah


Kawasan Industri di Sulawesi:
Wilayah Sumatera: 1. KI / KEK Palu
2. Smelter Morowali
1. KI Kuala Tanjung Kawasan Industri di Wilayah
3. Smelter Konawe
Kalimantan:
2. KI Bintan Aerospace 1. KI Ketapang
4. Smelter Konawe Utara
5. Smelter Konawe Selatan
3. KI Bintan 2. KI Jorong
6. Smelter Wua-Wua
3. KI Surya Borneo Kawasan Industri di Wilayah
Alumina/KEK Galang 4. KI Batulicin 7. Smelter Kolaka
Maluku:
5. KI Buluminung 8. Smelter Bombana
Batang 1. KI Teluk Weda
6. KI Tanah Kuning
4. KI Kemingking
5. KI Sadai
6. KI Tanjung Enim
7. KI Tanggamus
8. KI Way Pisang

Kawasan Industri di Wilayah Jawa-


Bali:
1. KI Madura
2. KI Gresik
Kawasan Industri di Wilayah Nusa Kawasan Industri di Wilayah
Tenggara: Papua:
1. KI Sumbawa Barat 1. KI Teluk Bintuni
28
Kedeputian Bidang Ekonomi

Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kementerian PPN/Bappenas

Daerah:
Destinasi Pariwisata Prioritas
DPP Danau Toba dskt (DPP) dan DPP Baru
• Klaster Danau Toba (TN Gunung Leuseur dan TN Batang Gadis)
• Geopark Kaldera Toba
• KSPN Toba dskt

DPP Baru Tanjung Gunung-Sungai Liat.


• KPPN Pangkal Pinang-Sungai Liat DPP Tj Kelayang – Belitung
dskt • Geopark Belitong
• KSPN Tanjung Kelayang-Belitung dskt
Ket. :

Destinasi Pariwisata Prioritas (10 lokasi)


Destinasi Pariwisata Prioritas Baru (7 lokasi)

TWA : Taman Wisata Alam TN : Taman Nasional


TWP : Taman Wisata Perairan KSPN : Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
SAP : Suaka Alam Peraian KPPN : Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional
29
Terima Kasih

30

Anda mungkin juga menyukai