Anda di halaman 1dari 30

RUU KUP

MEMBANGUN SISTEM PERPAJAKAN YANG ADIL, SEHAT,


EFEKTIF, DAN AKUNTABEL
(RUU PERUBAHAN KELIMA UU KUP)
Outline

1. Perkembangan APBN & Penerimaan Perpajakan

2. Tantangan, Kebijakan, dan Proyeksi Penerimaan Perpajakan


Tahun 2022

3. Perpajakan yang Adil, Sehat, Efektif dan Akuntabel

4. RUU KUP

2
01
PERKEMBANGAN
PENERIMAAN PERPAJAKAN

3
PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN
Dalam tahun 2017-2019 rata-rata tumbuh 6,5%, namun terkontraksi cukup dalam di tahun 2020 (-16,9%)

Pertumbuhan dan Rasio Perpajakan


00,0 16,0
13,0
12,4
9,89 9,76 9,5 11,0
8,33 8,33
00,0 10,24
8,18 8,42 6,0
4,6 7,1
00,0
1,8 Risiko dan Tantangan Penerimaan Perpajakan Tahun
1,0
2021:
(4,0)
00,0  Perubahan asumsi ekonomi makro 2021 terutama
1.518,8 1.546,1 1.506,9
turunnya pertumbuhan ekonomi dan ICP.
1.343,5 1.444,5 1.375,8 (9,0)
1.285,1
00,0
 Pemberian insentif perpajakan yang besar untuk
(14,0) penanganan pandemi COVID-19.
(16,9)
 Upaya intensifikasi dan ekstensifikasi tidak dapat
- (19,0) dilakukan dengan optimal dalam masa pandemi.
2017 2018 2019 2020 APBN Outlook RABPN
2021 2021 2022

Perpajakan (Rp Triliun) Growth (%) Rasio thd PDB (%)

Pertumbuhan Rerata 2017-2019 Tahun 2020


Perpajakan
6,5% -16,9

4
KOMPOSISI PENERIMAAN PERPAJAKAN INDONESIA
Kontribusi PPh Non Migas dan PPN mencapai 80%

Komposisi Penerimaan Perpajakan, 2017-2019 & 2020

OECD average, p.p. changes in tax revenues


Percentage point change
2,0

1,5

1,0

0,5

0,0

-0,5

-1,0

-1,5 Sumber: OECD 2020

-2,0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

5
BELANJA PERPAJAKAN
Tahun 2020 diperkirakan Rp234,9 T, mayoritas PPN & PPnBM, untuk kesejahteraan masyarakat dan umum

Belanja Perpajakan Berdasarkan Jenis Pajak Berdasarkan Tujuan Kebijakan (2020)

Belanja perpajakan sebagian besar ditujukan untuk peningkatan


(Rp Triliun)
kesejahteraan masyarakat dan pengembangan UMKM

Mengembangkan Meningkatkan Mendukung Meningkatkan


UMKM kesejahteraan
dunia bisnis iklim investasi
masyarakat
59,9T 119,7T 26,8T 28,6T

Berdasarkan Subjek (2020)


Rumah Bisnis
Tangga 40,8% Multiskala
33,7%
Subjek
Belanja
Perpajakan

25,5%
UMKM

6
INSENTIF PERPAJAKAN 2020 DAN 2021 DALAM PEN
Mengurangi beban dunia usaha dan masyarakat dan mendorong percepatan pemulihan ekonomi
(Rp Triliun)

WP yang paling terdampak pandemi mendominasi


pemanfaatan insentif

Perdagangan Industri Pengolahan Konstruksi


Evaluasi 47% 19% 7%
PEN 2020 *di luar insentif UMKM (58% Sektor Perdagangan)

Mayoritas KLU (KLBI) Eligible telah memanfaatkan insentif


Pengurangan
PPh 21 DTP 90% Angsuran PPh 25
86%
Pembebasan Restitusi PPN
PPh 22 Impor 72% Dipercepat 43%
Tahun 2020:
 Realisasi PPh 22 Impor dan PPh 25 menunjukkan dunia usaha masih melakukan
aktivitas produksi barang dan jasa terutama di sektor perdagangan, pengolahan,
dan konstruksi.
 Hasil survey insentif pajak PEN menunjukan pemanfaat insentif pajak mengalami
kontraksi aktivitas usaha yang lebih rendah dibanding non pemanfaat.

Tahun 2021:
 Insentif pajak 2021 untuk membantu beban usaha pelaku bisnis dan mendorong
konsumsi masyarakat (PPN Perumahan dan PPnBM Kendaraan Bermotor).
 Diharapkan insentif usaha dapat memicu pertumbuhan permintaan agregat.

7
02
TANTANGAN, KEBIJAKAN,
DAN PROYEKSI PENERIMAAN
PERPAJAKAN 2022

8
TANTANGAN PERPAJAKAN TAHUN 2022
Pemulihan ekonomi, basis pajak yang terbatas, tingkat kepatuhan belum optimal

Dunia masih belum Perlunya dukungan


pulih sepenuhnya insentif untuk
dari pandemi COVID- percepatan pemulihan
19 dan butuh ekonomi dan
recovery bertahap. reformasi struktural.

Perubahan struktur Basis pajak masih


ekonomi dan rendah dan
berkembangnya compliance belum
transaksi digital. optimal.

9
KEBIJAKAN UMUM PERPAJAKAN 2022
Pemberian insentif fiskal yang tepat dan terarah, serta peningkatan optimalisasi penerimaan negara

Inovasi penggalian Perluasan


01 02
potensi perpajakan Basis Pepajakan

 Meningkatkan kepatuhan  Memperluas objek


 Pengawasan yang efektif perpajakan
 Manajemen kepatuhan  Ektensifikasi berbasis
berbasis risiko kewilayahan

Sistem perpajakan sejalan Insentif fiskal yang


struktur perekonomian terarah dan terukur

 Penyesuaian aturan  Efisien dan efektif


04 03  Utk kegiatan ekonomi
perpajakan
 Lebih sehat, adil, dan strategis yang mempunyai
kompetitif multiplier yang kuat

10
KEBIJAKAN KEPABEANAN DAN CUKAI 2022
Kemudahan logistik, perlindungan masyarakat, dan mendorong penerimaan negara

Mendukung pengelolaan Meningkatkan perlindungan Meningkatkan


fiskal yang sehat dan masyarakat dan dukungan penerimaan negara
bekelanjutan, a.l.: terhadap perekonomian, a.l.: yang optimal, a.l.:

• Pengembangan Pusat Logistik Berikat • Pengawasan, pencegahan dan • Intensifikasi dan ekstensifikasi cukai
(PLB Bahan Pokok dan E-Commerce); pemberantasan BKC illegal; (termasuk Cukai Plastik);
• Optimalisasi fasilitas Kawasan Khusus; • Peningkatan kinerja logistik nasional; • Pengembangan layanan kepabeanan
• Meningkatkan efektivitas • Pengembangan Smart Customs and dan cukai berbasis digital;
PTA/FTA/CEPA dan diplomasi Excise System. • Sinkronisasi data dan percepatan
ekonomi. pelayanan eskpor.

11
KEBIJAKAN PAJAK 2022
Optimalisasi penerimaan pajak melalui peningkatan layanan dan penguatan reformasi perpajakan
Kebijakan Teknis antara lain:

01 Perluasan basis pemajakan


Meningkatkan kepatuhan sukarela WP
(edukasi) dan pelayanan (Click, Call and
Counter).

Peningkatan ekstensifikasi dan pengawasan


02 berbasis kewilayahan
Memperluas jangkauan dan cakupan
program bagi layanan dan pengawasan.

Mengintegrasikan aplikasi yang terpadu bagi


03 Perluasan kanal pembayaran pajak pembayaran berbagai jenis pajak.

04 Optimalisasi pengumpulan dan pemanfaatan data Meningkatkan pemanfaatan data internal


dan data eksternal (AEoI, perbankan) untuk
penggalian potensi dan pengawasan.

05 Penegakan hukum yang berkeadilan Mewujudkan penegakan hukum pajak yang


mampu mendorong kepatuhan WP.

06 Melanjutkan proses reformasi perpajakan Meningkatkan kualitas SDM, proses bisnis,


data dan IT (core tax system), serta
penyempurnaan regulasi pajak.

12
PONDASI PERPAJAKAN YANG ADIL, SEHAT, EFEKTIF, DAN AKUNTABEL
Reformasi yang Berkelanjutan Telah Memberikan Hasil Positif, Namun Masih Banyak Tantangan yang Harus Diselesaikan
MENUJU IMPLEMENTASI MODERN GUIDING PRINCIPAL OFTAX POLICY

AKUNTABEL ADIL
Reformasi UU Perpajakan • KURANG ADIL & REGRESIF Antar Sektor
• UU KUP, PPh, PPN Horizontal dan vertical
ADIL
Transparan dan Usaha, Antar
• UU TA
equity belum optimal dapat Kelompok
• UU Akses Keuangan
• UU Cipta Kerja • BASIS PAJAK SEMPIT dipertanggung Penghasilan,
• Perppu 1 Tahun 2020  Perkembangan TaxRatio jawabkan Kepastian Hukum
TANTANGAN KE DEPAN
belum mengikuti PDB,
 Sebagian potensi pajak
berada di luar Tax Net
(faktor ekonomi,

AKUNTABEL
kebijakan dan

SEHAT
administrasi)
Reformasi Birokrasi
(Cetak Biru DJP) • DISTORTIF
Beberapa rezim pajak
menimbulkan distorsi
• KOMPLEKSITAS SISTEM &
EFEKTIF SEHAT
KETIDAKSEMPURNAAN
ADMINISTRASI Sederhana, Sumber
Modernisasi Kantor Pajak Kemudahan penerimaan
• TREN PERPAJAKAN GLOBAL Pelayanan,
• Pengawasan Berbasis Fungsi Ekonomi digital dan optimal, adaptif
Pengawasan Kuat, terhadap
• Pembentukan LTO, Khusus, antisipasi penggerusan Administration dan
Madya, Pratama basis pajak EFEKTIF perubahan, sesuai
Compliance Cost
• Perbaikan IT best practice
minimal

13
REFORMASI PERPAJAKAN TERUS DILAKUKAN UNTUK MEWUJUDKAN SISTEM PERPAJAKAN
YANG LEBIH SEHAT DAN ADIL DALAM MENDUKUNG PENDANAAN PEMBANGUNAN

Basis Pajak yang Kuat dan APBN yang Sehat dan Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkelanjutan Berkelanjutan Tinggi
 Ekonomi yang produktif dan  Penerimaan Negara memadai  Basis investasi yang produktif dan
kompetitif  Risiko APBN rendah dan rasio utang kompetitif
 Konsumsi RT yang sehat dan terjaga  Mempermudah dan
berkesinambungan menyederhanakan kemudahan
 Pendapatan Per Kapita makin berusaha
meningkat dan merata (adil)  Penciptaan lapangan kerja yang
berkualitas

“MENUJU SISTEM YANG SEHAT DAN ADIL”


Reformasi Kebijakan Reformasi Administrasi
 Insentif pajak fokus pada sektor bernilai tambah tinggi dan  Administrasi perpajakan yang lebih simple dan efisien
menyerap banyak tenaga kerja
 Menjamin kepastian hukum perpajakan
 Insentif terukur dan efisien
 Pemanfaatan data dan informasi keuangan secara optimal
 Menjawab tantangan competitiveness
 Adaptasi pada perkembangan digital, aktivitas, dan transaksi
 Mempertahankan dan memperluas basis pajak ekonomi
 Memperbaiki progresivitas pajak  Mengikuti tren dan kondisi perpajakan global
 Mengurangi distorsi dan exemption berlebihan  Kepatuhan pajak yang tinggi
14
TANTANGAN TERKAIT PPh dan PPN
PPh Badan PPh Orang Pribadi dan Karyawan
1. WP Badan yang melaporkan rugi Relative regresif:
menunjukkan tren meningkat
 Natura/Fringe Benefit
2. WP Badan melaporkan rugi 5 tahun
berturut-turut jumlahnya meningkat  Lapisan tarif PPh OP yang lebih sedikit
namun tetap dapat beroperasi atau
mengembangkan usaha di Indonesia. PPN
3. Masih banyak WP Badan yang
menggunakan skema penghindaran 1. C-Efficiency PPN Indonesia relative rendah
pajak, sementara di sisi lain Indonesia
2. Banyaknya fasilitas pengecualian atas
belum memiliki instrumen
barang dan jasa
penghindaran pajak (GAAR) yang
komprehensif. 3. Tarif PPN lebih rendah dari tarif rata-rata
dunia 15,4%

4. Single Tarif vs keadilan

15
KONTRIBUSI SEKTORAL TERHADAP PDB DAN PPN DN
Fasilitas PPN turut mengakibatkan ketimpangan kontribusi sektor usaha pada PDB dan PPN DN, antara lain
terlihat pada sektor Pertanian, Pertambangan, Jasa Keuangan, Jasa Pendidikan, dan Jasa Kesehatan
Share PDB Nominal Rata-rata 2016-2019 Share PPN DN Bruto Share PDB Nominal Tahun 2020 Share PPN DN Bruto

20,9% Manufaktur 34,0% 20,6% Manufaktur 37,1%


17,0% Konstruksi & Real Eastat Konstruksi & Real Eastat 12,9%
22,6% 14,2%
13,6% Perdagangan Perdagangan 22,7%
22,5% 13,4%
13,6% Pertanian 1,7% 14,2% Pertanian 1,9%
7,8% Pertambangan 2,1% 6,7% Pertambangan 2,3%
5,6% Transportasi & Pergudangan 4,7% 4,6% Transportasi & Pergudangan 4,9%
4,4% Jasa Keuangan 1,3% 4,7% Jasa Keuangan 1,3%
3,9% Infokom 4,3% 4,7% Infokom 4,4%
3,8% Adm. Pemerintahan 4,0% 3,9% Adm. Pemerintahan 3,4%
3,4% Jasa Pendidikan 0,1% 3,7% Jasa Pendidikan 0,1%

2,9% Akomodasi & Mamin 0,2% 2,0% Akomodasi & Mamin 0,5%
1,9% Jasa Lainnya 0,6% 2,0% Jasa Lainnya 5,1%
1,1% Jasa Kesehatan 0,2% 1,4% Jasa Kesehatan 0,2%

16
BENCHMARK TARIF PPN GLOBAL
Tarif PPN di Indonesia 10% relatif lebih rendah dibandingkan negara- negara lain yang menerapkan VAT dan GST 15,4%

Rate 0% 2,5-<10% 10% 11-20% >20%


Country 17 26 21 104 24
1.Kuwait – 0% 1.Cuba – 2.5% 1.Afghanistan – 10% 1.Philipina – 12% 1.Argentina – 21%
2.Iraq – 0% 2.Eritrea – 4% 2.Australia – 10% 2.China – 13% 2.Finland – 24%
3.Macau – 0% 3.Myanmar – 5% 3.Cambodia – 10% 3.Arab Saudi – 15% 3.Norway – 25%
4.Maldives – 0% 4.Yemen – 5% 4.Egypt – 10% 4.Korea Utara – 17% 4.Croatia – 25%
5.Oman – 0% 5.Singapore -7% 5.Indonesia – 10% 5.Pakistan – 17% 5.Denmark – 25%
6.Hong Kong – 6.Thailand – 7% 6.Vietnam – 10% 6.India – 18% 6.Hungary – 27% Sumber:
0% 7.Brazil – 17% sd 19% Avalara VATlive
17
TREND KENAIKAN TARIF PPN GLOBAL - Recent

Date Country Current rate New rate


01/07/2020 Saudi Arabia 5% 15%
01/01/2021 Belgium 6% 12%
01/01/2021 Lithuania 9% 21%
30/04/2021 Greece 13% 24%
01/06/2021 Norway 6% 12%
01/07/2021 Turkey 8% 18%
16/08/2022 Czech 10% 15%
01/01/2022 Bulgaria 9% 20%
01/01/2022 Moldova 12% 20%
Sumber: IMF & www.chinatax.gov.cn

18
BENCHMARK NEGARA-NEGARA YANG MENERAPKAN PPN MULTITARIF

VAT tax rates VAT tax rates


Countries VAT/GST (Reduced/below (Increased/above Countries VAT/GST (Reduced/below (Increased/above
(standard) standard rate) standard rate) (standard) standard rate) standard rate)
0%, 2.5%, 5%, Netherlands 21% 0%, 9% no
Argentina 21% 27%
10.5% 0%, 9% (effective
20%; 19% (for rate based on
the regions of 15% no
0%, 10%, 13% no New Zealand GST valuation
Austria Jungholz and rules)
Mittelberg) Paraguay 10% 0%, 5% no
10%-500% 0%
(supplementary tax 5% (final
0%, 5%, 7.5%,
15% on luxury goods and withholding on
10% 12% no
Bangladesh "socially undesirable" sales to
goods) Philippines government
Belgium 21% 0%, 6%, 12% no entities)
Chile 19% 15%-19% 19%-50%
Colombia 19% 0%, 5% no PRC (China) 13% 6%, 9% no
Germany 19% 0%, 7% no 15% on financial
Sri Lanka 8% 0%
India 12%, 18% 0%, 5% 28% + varied cess services
Liechtenstein 7,7% 0%, 2.5%, 3.7% no Switzerland 7,7% 0%, 2.5%, 3.7% no
Luxembourg 17% 0%, 3%, 8%, 14% no Uruguay 22% 0%, 10% no
Monaco 20% 2.1%, 5.5%, 10% no Venezuela 16% 0%, 8% 31%

19
TANTANGAN TERKAIT CUKAI DAN PAJAK KARBON

Cukai
Terbatasnya jenis barang kena cukai, yaitu etil alkohol, minuman beralkohol, dan hasil
tembakau

Pajak Karbon
1. Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 26%
(2020) dan 29% (2030) sesuai kesepakatan konvensi perubahan iklim dengan
tujuan untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca dan mengubah perilaku
ekonomi yang menghasilkan emisi karbon
2. Belum ada dasar regulasi untuk mengenakan pungutan atas emisi karbon sebagai
salah satu instrumen untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca sehingga
diperlukan ketentuan mengenai pengenaan pajak karbon

20
PAJAK KARBON UNTUK MENGENDALIKAN EMISI GRK
Gap Pembiayaan Perubahan Iklim
100%
90%
 Selama 5 tahun terakhir, rata-rata alokasi
80%
anggaran perubahan iklim di APBN mencapai
70% 52,7% 4,1% per tahun
60% 68,1% 68,6%
80,3%
50%
40%
30%
 Selama tahun 2016-2019 APBN telah
20% 47,3% berkontribusi sekitar 32,6% per tahun dari total
10% 19,7%
31,9% 31,4% kebutuhan pembiayaan mitigasi perubahan
0% iklim yang rata-rata memerlukan Rp266,2
2016 2017 2018 2019 triliun per tahun (sesuai dengan kebutuhan
Kekurangan Pendanaan pendanaan pada Indonesia Second Biennial
Belanja Mitigasi Perubahan Iklim
Update Report)
Pajak karbon dapat berkontribusi untuk:
• Mengendalikan emisi gas rumah kaca • Mengatasi celah pembiayaan Perubahan Iklim
untuk mendukung pencapaian Nationally • Peluang penerimaan negara
Determined Contribution (NDC) Indonesia • Mendorong Pertumbuhan berkelanjutan
• Mendorong investasi hijau • Mendorong internalisasi biaya eksternalitas

21
BENCHMARK PENGENAAN PAJAK KARBON
Negara/ Tahun Tarif
Sektor Sektor yang dikecualikan Objek Pajak
implementasi (USD$/tCO2e)
Jepang Sektor industri, pembangkit, transportasi,
3 Semua sektor Semua bahan bakar fosil
(2012) pertanian, dan kehutanan.
Penggunaan bahan bakar tertentu, seperti
Singapura Sektor industri dan
3.66 pembakaran dari biomasa dan penggunaan Semua bahan bakar fosil
(2019) pembangkit
perlengkapan lemari es/AC non-manufaktur.
Konsumsi gas alam yang tidak termasuk di sektor Bahan bakar fosil cair
Kolombia
4.45 Semua sektor petrokimia dan kilang minyak, dan konsumen dan gas yang digunakan
(2017)
yang tersertifikasi karbon netral untuk pembakaran
Semua sektor Emisi GRK
Spanyol Emisi GRK dari gas HFCs,
17.48 dari gas HFCs, PFCs, and Ekspor dan penggunaan gas F
(2014) PFCs, and SF6
SF6
 Operator yang sudah terkover EU ETS
France Sektor industri,
 Proses industry tertentu (penggunaan non- Semua bahan bakar fosil
(2014) 49 bangunan, dan
combustion), produksi energi, pengangkutan,
transportasi.
penerbangan, transportasi publik
Sektor pembangkit dan
Chile 5 industry pada instalasi Semua bahan bakar fosil
-
(2017) yang mengeluarkan emisi
diatas 25,000 tCO2
Ket: Tarif pajak karbon dihitung berdasarkan nilai nominal per ton emisi CO2 ekuivalen (diolah dari berbagai sumber)
22
KERANGKA REFORMASI
PERPAJAKAN 2021 (RUU KUP)

23
23
MATERI RUU KUP

1 Perubahan materi UU KUP


a. Asistensi penagihan pajak global 3 Perubahan materi UU PPN
a. Pengurangan pengecualian & fasilitas PPN
b. Kesetaraan dalam pengenaan sanksi dalam upaya hukum b. Penyesuaian tarif PPN dan penerapan
c. Tindak lanjut putusan MAP PPN Multitarif
d. Penunjukan pihak lain untuk memungut PPh, PPN, PTE c. Kemudahan dan kesederhanaan PPN
e. Program Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak ("PPN final")
f. Penegakan hukum pidana pajak dengan
mengedepankan ultimum remedium

2 Perubahan materi UU PPh


a. Pengaturan kembali fringe benefit
4 Perubahan materi Cukai

b. Perubahan tarif & bracket PPh OP


c. Instrumen Pencegahan Penghindaran Pajak (GAAR)
d. Penyesuaian insentif WP UKM omzet ≤ 50M
(Pasal 31E UU PPh)
5 Pajak Karbon

e. Penerapan Alternative Minimum Tax

24
2.e. PENERAPAN ALTERNATIVE MINIMUM TAX

1. Ketentuan saat ini


a. PPh dihitung berdasarkan laba sehingga apabila rugi maka tidak ada pajak yang dibayar.
b. Kerugian dapat dikompensasikan (diperhitungkan) dengan keuntungan di tahun-tahun berikutnya
selama 5 tahun.

2. Usulan dalam RUU KUP


Pengaturan mengenai pengenaan PPh minimum sebagai berikut:
a. Subjek: WP badan yang melaporkan rugi atau PPh Badan terutang <1% dari penghasilan
b. Tarif min tax : 1% dari penghasilan bruto.
c. Sifat : menjadi PPh terutang.
d. Pengecualian yang akan diatur lebih lanjut, di PMK.
WP yang memenuhi kriteria tertentu, misalnya:
1) belum berproduksi komersial;
2) secara natural kegiatan usahanya mengalami kerugian (misalnya karena kondisi Covid-19); atau
3) mendapat fasilitas Pajak Penghasilan tertentu.
25
3.a. PENGURANGAN PENGECUALIAN DAN FASILITAS PPN

1. Pengaturan Saat Ini


a. Semua barang dan jasa dikenai PPN, kecuali 4 kelompok barang dan 17 kelompok jasa.
b. Terdapat 2 jenis fasilitas, yakni PPN dibebaskan (6 kelompok barang dan jasa) dan PPN tidak
dipungut (Kawasan berikat, Free Trade Zone (FTZ), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dll)

2. Usulan dalam RUU KUP


a. Seluruh barang dan jasa adalah BKP dan JKP, kecuali:
1) Sudah menjadi objek PDRD (restoran, hotel, parkir, hiburan);
2) Uang, emas batangan untuk cadangan devisa negara, dan surat berharga;
3) Jasa pemerintahan umum yang tidak dapat disediakan pihak lain;
4) Jasa penceramah keagamaan.
b. Fasilitas PPN dibebaskan dihapus, fasilitas PPN tidak dipungut atas BKP/JKP tertentu:
1) Mendorong ekspor (di dalam dan di luar kawasan tertentu) dan hilirisasi Sumber Daya Alam;
2) Fasilitas PPN dibebaskan atas BKP/JKP strategis secara terbatas diubah menjadi fasilitas PPN tidak
dipungut;
3) Kelaziman dan perjanjian internasional.

26
3.b. PENGENAAN PPN MULTI TARIF

1. Ketentuan Saat Ini


a. Tarif PPN adalah tarif tunggal (single rate) saat ini sebesar 10%.
b. Tarif ekspor 0%.

2. Usulan dalam RUU KUP


a. Tarif PPN naik menjadi 12%, dapat diubah menjadi 5% s.d. 15% dengan PP.
b. Menerapkan multi tarif:
1) Tarif lebih rendah s.d. 5% atas BKP/JKP tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat umum;
2) Tarif lebih tinggi s.d. 25% atas BKP/JKP tergolong mewah.
c. Tarif ekspor 0%.

27
Hal-hal yang perlu pengaturan lebih lanjut di PP dan PMK

1. Penentuan tarif BKP dan JKP yang dikenakan:


• Tarif lebih rendah s.d. 5% atas BKP/JKP tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat umum;
• Tarif lebih tinggi s.d. 25% atas BKP/JKP tergolong mewah
• PPN Final.
• Fasilitas PPN tidak dipungut

28
PAJAK KARBON DALAM RUU KUP

RUU Perubahan Kelima Undang-Undang PAJAK KARBON


Ketentuan Umum dan Tata Cata Perpajakan
sebagai bagian dari Reformasi Perpajakan untuk
Membangun Sistem Perpajakan yang Adil,
Sehat, Efektif, dan Sederhana Objek Pajak
> Barang yang mengandung karbon
> Aktivitas yang mengemisi karbon
Subjek Pajak
1 > Orang Pribadi
KONSTRUKSI

Penguatan Administrasi Perpajakan


> Badan Usaha
RUU KUP

2 Program Peningkatan Kepatuhan


Wajib Pajak
Tarif
> Rp75,- per kilogram CO2e
Stakeholders
3 Perluasan Basis Pajak
> Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
> Kementerian Perindustrian
> Kementerian ESDM
4 Keadilan dan Kesetaraan
29

BADAN KEBIJAKAN FISKAL – KEMENTERIAN KEUANGAN 29


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai