Anda di halaman 1dari 7

ESTETIKA INDIA

1. Joganatha

Seorang penulis estetika bangsa india pada abad XVII bernama Joganatha
menggunakan istilah “ramaniya” untuk rasa keindahan. Keindahan menurut Joganatha
adalah suatu yang menghasilkan kesenangan. Kesenangan dalam hal ini berbeda
dengan rasa kegembiraan, karena rasa senang mempunyai suatu elemen
transcendental yaitu suatu rasa yang berada di luar rasa emosi yang terjadi secara
individu, dan sedangkan kegembiraan adalah sesuatu yang universal. Esensi dari
keindahan menurut joganatha adalah getaran emosi.
2. Rabindranath Tagore

Rabindranath Tagore menjelaskan tentang keindahan bahwa sesuatu yang


memberikan kesenangan tanpa memperhitungkan rasa dan memanfaatkan
kegunaannya adalah rasa keindahan. Dasarnya adalah cita rasa tradisional india yang
diekspresikan dalam kesenangan estetis melalui seni, sekedar member getaran pada
pikiran tanpa ada rasa atau tanpa ada sentuhan emosi yang mendalam.
Dari pendapat diatas dapet disimpulkan bahwa keindahan dapat memberikan rasa
kesenangan. Mengapa keindahan memberikan kesenangan. Karena di dalam
kesenangan estetis tidak mudah menentukan suatu sebab atau kondisi tertentu. Suatu
emosi atau idea yang menekan untuk di ekspresikan dalam pikiran seniman. Kehendak
tersebut tidak mempunyai bentuk tertentu, tetapi masih merupakan suatu dorongan
kehendak di lubuk hati. Seorang seniman berusaha mengekspresikan dengan goresan
– goresan cat pada suatu canvas. Dan ia mungkin melalukan pembetulan di dalam
komposisi ataupun yang lainnya, dalam hal ini jelas bahwa ia berusaha
mengekspresikan sesuatu dari lubuk hatinya yang belum menpunyai bentuk tertentu.
Apabila berhasil dalam mengerjakan hal tersebut, maka ia akan merasa puas dan
bahagia karena ia telah mampu memanifestasikan dorongan yang tak terbentuk dari
lubuk hatinya, dan sadar behwa ia telah menciptakan keindahan dan menikmati
kesenangan dari hasil ciptaan seninya.
Teori seni india

di dalam keterangan – keterangan Budhaghosa pada abad 5 masehi,di terangkan


bahwa pikiran “chitta” sebagai sumber pemikiran perbuatan yang bermoral dan
immoral, keduanya bertumpuk secara cepat. Dengan demikian maka chitta mempunyai
sifat murni, tidak murni, bebas, bernafsu. Sedangkan kehendak apabila terpendam atau
tersembunyi, selalu siap spontan dalam bentuk kemuan sadar dari bawah sadar.
Budhaghosa mengatakan bahwa jiwa atau mental selalu dalam keadaan bergerak atau
mengalir, mempunyai dua elemen yang saling tak terpisahkan, yakni perbuatan mental
yang menghasilkan kesadaran subjektif dan objektif. Budhaghosa menerangkan
tentang illustrasi sebuah lukisan. Dia berkata bahwa pelukisan yang senjatanya adalah
hanya gambaran mental atau jiwa, penggambaran yang keluar hanyalah sebuah imitasi
dari keadaan dalam jiwa. Dari pendapat budhaghosa tentang seni lukis dapat diambil
kesimpulan yakni :

 Kreatif adalah suatu hal yang intutif dan aktivitas mental, serta kesadaran
tentang suatu hal yang dihubungkan dengan dinamisme dan berhubungan
dengan idea, pikiran, emosi, serta penggambaran perwujudannya.
 Fasse estetis dari jiwa dapat pula menyebabkan rasa kesenangan dalam saat
bersamaan atau disaat berikutnya, tetapi keindahan tidak identik dengan
kesenangan.
 Apresiasi keindahan adalah identik dengan kreasi keindahan, karena
penggunaan istilah seni hanya dapat digunakan pada fase estetika kejiwaan
sperti seni lukis, patung, dan seterusnya hanya merupakan sebuah proyeksi dari
idea keindahan pada suatu bidang yang sebenarnya bukan menjadi haknya.
 Karena chitta selalu dalam keadaan mengalir atau bergerak dalam suatu fase
estetis diciptakan oleh gerak suatu moment yang menjadi bagian dari fase kreasi
estetis yang kontinyu dalam suatu gerak keseluruhan.

Dr. A.K. Comaraswamy, menerangkan tentang kreasi seni oleh seniman-seniman


India, adalah serupa dengan keterangan tersebut di atas hanyalah lebih bersifat
mistis, katanya: seniman duduk dalam meditasi dan membersihkan seluruh
pikirannya dari elemen elemen yang mengganggunya dan mengkonsentrasikan diri
sebagai yang dilakukan orang beryoga, tentang subjek yang akan diciptakannya.
Menurut Comaraswamy tulisannya berdasarkan Foucher dalam bukunya L Iconographic
Boudhiques de Inde jilid II tahun 1905. Dr. Benoytosh Bhattacharya menyatakan
keterangan yang sama, ada kemungkinannya uraian di dalam kedua buku tersebut telah
diambil dari srikhasarpana lokesvara sadhana dari tulisan Anupama Rakshita.
Di dalam buku sukra niti sara disebutkan bahwa seniman tidak akan berhasil
dalam aktivitas kreatifnya dengan hanya membuat imitasi dari objek, tetapi
aktivitas kreatif tersebut hanya dapat dicapai dalam keadaan intrance dengan
memusatkan seluruh pikiran pada objek yang akan digambarkan.
Pantanjali , menerangkan bahwa jiwa dalam keadaan sama atau identik dengan
bentuk dan karakter dari objek yang sedang dimeditasikan disebut samadhy. Dalam
keadaan samadhy pikiran tidak bergeser sedikitpun tetapi tetap pada objek yang
sedang direnungkan. Pada saat fikiran seniman terisi dengan objek lain maka
objek yang sedang direnungkan, dan isi tersebut dengan sendirinya menampakkan
sehingga keadaan yang sebenarnya Nampak bersinar bersatu di dalam pikiran seniman.

Laksmana (Dewanagari: लक्ष्मण; IAST: Lakṣmaṇa) adalah tokoh protagonis


dalam wiracarita Ramayana, putera Raja Dasarata dan merupakan adik tiri dari Rama,
pangeran kerajaan Kosala. Namanya kadangkala dieja 'Laksmana', 'Lakshman', atau
'Laxman'.
Menurut kitab Purana, Laksmana merupakan penitisan Sesa. Shesha adalah ular yang
mengabdi kepada Dewa Wisnu dan menjadi ranjang ketika Wisnu beristirahat di lautan
susu. Shesha menitis pada setiap awatara Wisnu dan menjadi pendamping setianya.
Dalam Ramayana, ia menitis kepada Laksmana sedangkan dalam Mahabharata, ia
menitis kepada Baladewa. Laksmana merupakan putera ketiga Raja Dasarata yang
bertahta di kerajaan Kosala, dengan ibukota Ayodhya. Kakak sulungnya
bernamaRama, kakak keduanya bernama Bharata, dan adiknya sekaligus
kembarannya bernama Satrugna. Di antara saudara-saudaranya, Laksmana memiliki
hubungan yang sangat dekat terhadap Rama. Mereka bagaikan duet yang tak
terpisahkan. Ketika Rama menikah dengan Sita, Laksmana juga menikahi adik Dewi
Sita yang bernama Urmila.

Anda mungkin juga menyukai