Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN KEUANGAN PERUSAHAAN PERTANIAN

Dr. Fathurrahman, SP, Msc

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD FARID YUDA
NPM :184110191

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT

karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

tugas Makalah ini yang berjudul “Manajemen Keuangan Perusahaan Pertanian”.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada

Bapak Dr. Fathurrahman, SP, Msc selaku dosen pengasuh mata kuliah

Manajemen Produksi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan

hingga selesainya penulisan Makalah ini. Dan terimakasih kepada teman – teman

yang sudah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga Makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya untuk dapat memahami bagaimana

memanajemen didalam suatu pertanian atau industri. Penulis juga menyadari

bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis

menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah

kesempurnaan. Akhir kata penulis, kami sampaikan terimakasih.

Pekanbaru, 29 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Tujuan Makalah..........................................................................2

II. PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Manajemen Keuangan................................................................3
B. Tujuan Manajemen Keuangan...................................................3
C. Modal Pertanian..........................................................................4
D. Kredit Pertanian..........................................................................4
E. Biaya Produksi dan Biaya Tetap................................................6
F. Rencana Pembiayaan Kebun......................................................7
G. Perencanaan Keuangan Tahunan Dan Pelaporan Keuangan. 8
H. Balance Sheet................................................................................11
I. Income Statement........................................................................12
J. Analisis Cash Flow.......................................................................13
K. Pajak Penghasilan........................................................................16

III. PENUTUP.................................................................................................18

A. Kesimpulan ..................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli manajemen, mempunyai banyak definisi tentang manajemen.
Yang pasti manajemen adalah tindakan atau kegiatan merencanakan,
mengorganisir, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol untuk
mencapai tujuan organisasi. Produksi adalah kegiatan untuk mengubah input
menjadi output sehingga lebih berdaya guna dari pada bentuk aslinya. Produksi
merupakan salah satu dari fungsi-fungsi yang ada dalam suatu lembaga. Produksi
inilah yang menentukan kemampuan suatu lembaga melayani pihak luar.
Manajemen produksi secara umum adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian kegiatan fungsi produksi. Ini menggabungkan dan
mengubah berbagai sumber daya yang digunakan dalam subsistem produksi
organisasi menjadi produk bernilai tambah secara terkendali sesuai kebijakan
organisasi. Manajemen pertanian adalah bagaimana cara merencanakan suatu
usahatani yang akan dilakukan, mengkoordinasikan hal-hal apa saja yang menjadi
tantangan dalam melakukan kegiatan pertanian tersebut serta mengawasi tenaga
kerja dan produksi sehingga mencapai tujuan, dalam hal ini adalah mendapatkan
laba ataupun profit bagi produsen tersebut.
Keuangan (finance) adalah fungsi dalam bisnis yang bertanggung jawab
untuk memperoleh dana untuk perusahaan, mengelola keuangan dalam
perusahaan dan merencanakan pengeluaran dalam bentuk aset (pabrik, peralatan,
mesin). Pengelolaan keuangan merupakan pekerjaan mengatur sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan dan sasarannya (Griffin
dan Ebert, 2004; Nickels et al.,1996). Manajemen keuangan juga bisa disebut
sebagai Suatu ilmu dan seni dalam mendapatkan dana (modal) dan
menggunakannya. Seringkali disebut pembelanjaan, Pembelanjaan aktif berkaitan
dengan bagaimana menggunakan (mengalokasikan) dana dan Pembelanjaan pasif
berkaitan dengan bagaimana mendapatkan dana. Tujuan Fundamental dalam
mengelola keuangan dalam agribisnis adalah untuk membangun posisi keuangan
bisnis yang dapat meningkatkan eisiensi dan profitabilitas, dengan cara
melakukan pencatatan-pencatatan dan membuat laporan keuangan Dalam
mengelola keuangan paling tidak terdapat dua bagian perangkat catatan yang

1
diperlukan yaitu laporan keuangan (neraca/balance sheet) dan perhitungan rugi-
laba (R-L)
B. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan mengenai Modal dan
kredit pertanian, biaya tetap & biaya produksi
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Rencana dalam
pembiayaan kebun, Perencanaan keuangan tahunan, pelaporan
keuangan, balance sheet & income statement, analisis cash flow,
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Menangani pajak
penghasilan

2
II. PEMBAHASAN
A. Manajemen Keuangan
Keuangan (finance) adalah fungsi dalam bisnis yang bertanggung jawab
untuk memperoleh dana untuk perusahaan, mengelola keuangan dalam
perusahaan dan merencanakan pengeluaran dalam bentuk aset (pabrik, peralatan,
mesin). Pengelolaan keuangan merupakan pekerjaan mengatur sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan dan sasarannya (Griffin
dan Ebert, 2004; Nickels et al.,1996)
Pengertian manajemen keuangan pertanian juga dapat dilihat secara makro
dan mikro. Jika dilihat secara makro, manajemen keuangan pertanian adalah suatu
kegiatan mengelola penyediaan, pemakaian, dan pengontrolan keuangan di sektor
pertanian. Sedangkan dilihat secara mikro, manajemen keuangan pertanian adalah
cara-cara untuk mengatur atau mengelola, penyediaan modal, pemakaian modal,
dan pengontrolan modal tersebut di dalam suatu perusahaan agribisnis. (Fariyanti,
2016)
Nilai perusahaan dimaksudkan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh
investor saat ini jika seandainya perusahaan dijual. Disamping itu juga
memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat, memberikan
sumbangan berarti kepada lingkungan sosial, memperhatikan hukum, dan
perundang-undangan serta aspek sosial lain antisipatif terhadap lingkungan.
Dengan demikian manajemen keuangan adalah untuk mengelola perusahaan agar
dapat memenuhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
(stake holder). (Fariyanti, 2016)
B. Tujuan Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan pertanian bertujuan untuk memaksimisasi
kesejahteraan atau kemakmuran pemegang saham yaitu memaksimalkan nilai
sekarang (present value) dan pertimbangan risiko. Maksimisasi nilai (value
maximization) lebih menekankan kepada aliran kas yang benar-benar terjadi dari
pada sekedar ukuran laba bersih menurut pengertian akuntansi. Selain itu, Tujuan
Fundamental dalam mengelola keuangan dalam agribisnis adalah untuk
membangun posisi keuangan bisnis yang dapat meningkatkan eisiensi dan
profitabilitas, dengan cara melakukan pencatatan-pencatatan dan membuat
laporan keuangan

3
C. Modal Pertanian
Ada beberapa sumber dana yang dapat digunakan oleh manajemen
keuangan. Untuk mendanai kebutuhan keuangan jangka pendek, maka manajemen
keuangan dapat menggunakan dana dari perbankan, sedangkan kebutuhan dana
jangka panjang dan jumlah yang besar dapat diperoleh dari pasar modal karena di
pasar modal banyak investor (sumber dana), bahkan tidak terbatas. Pemenuhan
kebutuhan dana dapat berasal dari sumber intern maupun ekstern perusahaan.
Sumber dana intern berasal dari keuntungan yang tidak dibagi atau keuntungan
yang ditahan dalam perusahaan (retained earning). Sedangkan sumber dana
ekstern yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari
pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi dan kredit dari bank, dikenal
juga dengan sebutan pembelanjaan ekstern atau pendanaan ekstern (external
dinancing) (Aprianto, 2012).
Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai aktiva dan operasi
perusahaan. Modal terdiri dari hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba
ditahan. Biaya modal (cost of capital) adalah tingkat pengembalian yang harus
dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai
pasar sahamnya. Biaya modal dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian
investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Para manajer
keuangan perusahaan harus mengetahui kapan dan seberapa besar kebutuhan akan
biaya modal yang diperlukan untuk pengambilan putusan dalam penganggaran
modal, dan pemaksimalan struktur permodalan. Selain itu, biaya modal juga dapat
dikatakan sebagai tingkat diskonto yang tepat yang dapat digunakan dalam
penganggaran modal, namun biaya modal juga digunakan untuk tujuan lainnya.
Sebagai contoh, biaya modal adalah faktor kunci dalam keputusan yang
berhubungan dengan penggunaan modal utang atau modal ekuitas. Biaya modal
juga penting untuk peraturan dalam perusahaan listrik, gas, dan telpon. (Aprillia,
2013)
D. Kredit Pertanian
Masalah seputar penyediaan modal dan sulitnya akses ke perbankan umum
adalah kendala yang sering dilontarkan oleh para petani, baik petani tradisionil ,
pedagang maupun pengumpul hingga industri rumah tangga yang berbasis
pertanian. Kredit sektor pertanian termasuk kredit produktif yang menghasilkan

4
barang berupa bahan makanan utama rakyat Indonesia, membicarakan kredit
sektor pertanian dengan sendirinya tidak akan terlepas dari pola tata hidup
pertanian yang selalu terkait dengan keadaan alam, luas tanah garapan, pola
tanam, dan musim. Kredit sektor pertanian ini secara tehnis perkreditan dan sosial
ekonomi memerlukan suatu kajian secara khusus, hal ini tidak terlepas faktor-
faktor kehidupan petani, pedesaan, kepadatan penduduk, semakin sempitnya tanah
garapan, adat istiadat dan tata kehidupan yang tidak berubah, serta kemampuan
SDM petani itu sendiri. (Darmawanto, 2008)
Kredit pada sektor pertanian ini pada umumnya adalah kredit program yang
merupakan kredit masal dan sering bersifat politis, kredit yang bersifat masal
seringkali memberikan beban berat kepada bank BUMN khususnya bank
pemerintah yang lebih dominan memberikan kredit pada sektor ini. Kredit
program pada dasarnya merupakan kredit bersubsidi yaitu pengenaan suku bunga
biasanya berada dibawah suku bunga komersial yang berlaku pada saat ini.
Dengan sifatnya yang masal maka menjadikan bank tidak mungkin menganalisa
satu persatu debiturnya, disamping itu banyaknya jumlah debitur yang juga tidak
paham tentang pencatatan keuangannya sehingga data-data untuk analisa sulit
didapatkan, ini penyebab terjadinya analisa secara bank tehnis tidak memenuhi
syarat. (Darmawanto, 2008)
Adapun jenis – jenis kredit pada program sektor pertanian antara lain adalah
1. Kredit Usaha Tani
KUT merupakan kredit yang diberikan kepada para petani guna mendukung
peningkatan produksi pangan melalui pembiyaan usaha tani dalam rangka
intensifikasi padi, palawija, dan hortikultura. Kredit ini disalurkan melalui
Kelompok Tani, KUD maupun LSM yang telah direkomendasikan oleh dinas-
dinas terkait diluar perbankan.
2. Kredit Kepada Koperasi (KKOP)
Kredit KKOP ini bertujuan untuk mengembangkan koperasi dibidang
agribisnis terutama untuk pengadaan distribusi pangan serta pembiayaan pasca
panen kepada koperasi.
3. Program Kredit Usaha Kecil Daerah Aliran Sungai (PKUK-DAS) Kredit
Usaha Kecil Daerah Aliran Sungai selanjutnya disebut PKUK-DAS adalah kredit
investasi yang digunakan untuk biaya pensertifikatan tanah dan atau modal kerja

5
yang diberikan oleh Bank pelaksana kepada petani dan peternak di daerah aliran
sungai. Kredit ini merupakan program pemerintah melalui Departemen Kehutanan
bekerja sama dengan bank pelaksana dan instansi terkait lainnya. Kredit ini
bersifat masal, pemberian kredit ini disesuaikan dengan Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok (RDKK) atas rekomendasi dari dinas tehnis.
4. Kredit Ketahanan Pangan (KKP)
Kredit ketahanan pangan yang selanjutnya disebut KKP adalah kredit
investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank pelaksana kepada petani,
peternak, nelayan dan petani ikan, kelompok (tani, ternak,nelayan dan petani ikan)
dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi
jalar, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternak sapi potong, ayam buras
dan itik, usaha penangkapan dan budidaya ikan, serta kepada koperasi dalam
rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan kedelai. (Darmawanto, 2008)

E. Biaya Produksi dan Biaya Tetap


Biaya dalam pengertian Produksi ialah semua “beban” yang harus
ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi. Biaya produksi
adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Untuk
menghasilkan barang atau jasa diperlukan faktor-faktor produksi seperti bahan
baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha. Semua faktor-faktor produksi
yang dipakai adalah merupakan pengorbanan dari proses produksi dan juga
berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang. Input yang
digunakan untuk memproduksi output tersebut sering disebut biaya oportunis.
Biaya oportunis sendiri merupakan biaya suatu faktor produksi yang memiliki
nilai maksimum yang menghasilkan output dalam suatu penggunaan alternatif.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut: a) Bahan baku
atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi. b) Bahan-bahan pembantu atau
penolong. c) Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur. d)
Penyusutan peralatan produksi e) Uang modal, sewa. f)Biaya penunjang seperti
biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan
asuransi. g) Biaya pemasaran seperti biaya iklan. h) Pajak

6
Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Biaya Eksplisit ialah
biaya yang nyata-nyata dikeluarkan dalam memperoleh faktor produksi (nilai dan
semua input yang dibeli untuk produksi). Pembayarannya berupa uang untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan
perusahaan. Contoh: biaya tenaga kerja, sewa gedung. 2. Biaya implisit disebut
juga imputed cost (ongkos tersembunyi), ialah taksiran biaya atas faktor produksi
yang dimiliki sendiri oleh perusahaan dan ikut digunakan dalam proses produksi
yang dimiliki oleh perusahaan. Contoh: Penggunaan gedung milik perusahaan
sendiri.
Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang besarnya tidak bergantung
pada jumlah produksi. Maksudnya biaya ini tidak bervariasi. Biaya ini terbilang
konstan dan bersifat seimbang (tidak berubah) apapun kondisi perusahaan. Biaya
Tetap Total bisa di sebut juga biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun
perusahaan tidak berproduksi. Biaya tetap merupakan biaya setiap unit waktu
untuk pembelian input tetap. Misalnya : gaji pegawai, biaya pembuatan gedung,
pembelian mesin-mesin, sewa tanah dan lain-lain. Biaya tetap dapat dihitung sama
seperti biaya variabel, yaitu dari penurunan rumus menghitung biaya total.
Penurunan rumus tersebut, adalah:
TC = FC + VC                                  FC = TC – VC
Keterangan: TC = Biaya Total (Total Cost)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel (Variable Cost)

F. Rencana Pembiayaan Kebun


Skema kredit/pembiayaan perkebunan dan industri kelapa sawit menjadi 3
(tiga) bagian skema pembiayaan, yaitu: (1) Korporasi, (2) kredit/pembiayaan
Petani Swadaya dan (3) kredit/pembiayaan Petani Plasma. Berikut disampaikan
beberapa alternatif skema kredit/pembiayaan perkebunan dan industri kelapa
sawit tersebut:
1) Skema Kredit/Pembiayaan Korporasi Beberapa alternatif skema
kredit/pembiayaan konvensional untuk Korporasi adalah kredit modal
kerja, kredit investasi, produk pembiayaan perdagangan dan produk
pembiayaan rantai pasok. Selain skema kredit/pembiayaan

7
konvensional, terdapat skema kredit/pembiayaan inovatif untuk
korporasi dan skema kredit/pembiayaan dengan insentif.
2) Skema Pembiayaan Petani Swadaya Terdapat beberapa pilihan skema
kredit/pembiayaan pada Petani Swadaya, diantaranya (1)
kredit/pembiayaan modal kerja konsep KUR, (2) kredit/pembiayaan
modal kerja konsep komersial dengan pengawasan BUMD, (3) hibah
selama pra-panen dan kredit/pembiayaan selama pasca panen. Selain
itu, terdapat beberapa alternatif implementasi skema
kredit/pembiayaan Petani Swadaya inovatif melalui
kredit/pembiayaan modal kerja dan kredit investasi.
3) Skema Kredit/Pembiayaan Petani Plasma
Skema ini adalah kredit/pembiayaan Petani Plasma yang disalurkan
kepada Perusahaan Inti untuk membeli sarana produksi tani, dengan
tujuan untuk meningkatkan hasil panen Petani Plasma. Dalam skema
ini, Perusahaan Inti juga dapat bekerjasama dengan CSO dalam hal
peningkatan kapasitas Petani Plasma. Tujuan skema
kredit/pembiayaan ini adalah menjaga keberlanjutan kontrak antara
Perusahaan Inti dan Petani Plasma yang dapat menjamin
keberlangsungan aktivitas produksi dari Petani Plasma. Aliran Uang
Bank menyalurkan kredit/pembiayaan kepada Perusahaan Inti (Pabrik
Kelapa Sawit) selaku Nasabah untuk membeli sarana produksi tani.
Perusahaan Inti membayar Petani Plasma untuk pembelian TBS dan
menerima pembayaran dari Perusahaan OffTaker (downstream
facilities) untuk melunasi kredit/pembiayaan Bank.

G. Perencanaan Keuangan Tahunan dan Pelaporan Keuangan


Perencanaan keuangan adalah suatu ilmu yang menempatkan kajian tentang
keuangan dengan menempatkan berbagai atribut keuangan secara terkonsep dan
sistematis baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam konsep
jangka pendek biasanya 1 tahun atau dua 12 saja. Sedangkan jangka panjang
beberapa pakar menyatakan jangka waktunya 2 hingga 5 tahun ke depan, bahkan
beberapa pakar juga menyebutkan bahwa jangka waktunya bisa lebih dari 5 tahun.
Periode jangka panjang menurus Ross dkk., disebut sebagai cakrawala

8
perencanaan (planning horizon). Cakrawala perencanaan (planning horizon)
adalah periode waktu jangka panjang yang menjadi focus perencanaan keuangan.
Perencanaan keuangan memberikan panduan bagi perubahan dan
pertumbuhan yang terjadi di dalam perusahaan. Memang salah satu tujuan
perencanaan keuangan untuk memberikan arah perubahan dan perkembangan
perusahaan secara berkelanjutan. Jika suatu perusahaan berkeinginan untuk
menciptakan perubahan yang bersifat berkelanjutan maka artinya perencanaan
keuangan bersifat jangka panjang. Namun jika ingin mengejar profit jangka
pendek maka perencanaan perusahaan bersifat jangka pendek. Namun harus
diingat perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat jangka panjang.
(Rochayati, 2014)
Perencanaan Keuangan menurut Certified Financial Planner, Board of
Standards adalah proses mencapai tujuan hidup seseorang melalui manajemen
keuangan secara terencana. Tujuan hidup itu termasuk membeli rumah, menabung
untuk pendidikan anak atau merencanakan pensiun. (Susianti, 2013)
Perencanaan keuangan adalah proses merencanakan tujuan-tujuan keuangan
jangka pendek maupun jangka panjang. Yang dimaksud dengan tujuan keuangan
itu adalah keinginan keuangan yang ingin direalisasikan Salah satu perencana
keuangan seperti Gozali (2002) mendefinisikan rencana keuangan sebagai
“Sebuah strategi yang apabila dijalankan bisa membantu anda mencapai tujuan
keuangan dimasa datang“. Sedangkan Dorimulu (2003) dalam artikelnya,
menyatakan bahwa perencanaan keuangan atau Financial planning merupakan
“Proses mencapai tujuan hidup yakni masa depan yang sejahtera dan bahagia
lewat penataan keuangan “.
1. Elemen Perencanaan Keuangan
a) Pembelian (Investasi) dalam asset-aset tetap baru yang ditentukan
dalam keputusan penganggaran modal (Capital Budgeting)
b) Tingkat Pinjaman (Financial Leverage) yang ditentukan dalam
keputusan struktur modal (Capital Structure)
c) Pembayaran Dividen kepada para pemegang saham yang ditentukan
dalam keputusan kebijakan dividen (Dividend Policy)
d) Persyaratan Likuiditas yang ditentukan dalam keputusan modal kerja
bersih (Net Working Capital) (Susianti, 2013)

9
10
2. Dasar dalam Membuat Model Perencanaan Keuangan
a) Proyeksi Penjualan karena keluar masuknya kas banyak yang secara
langsung tergantung tingkat penjualan (yang sering diperkirakan
dengan menggunakan tingkat pertumbuhan penjualan)
b) Hubungan Antara Perkiraan-Perkiraan Neraca dan Laba Rugi dengan
Penjualan
c) Asumsi-asumsi Ekonomi tentang kondisi ekonomi di masa mendatang
3. Model Perencanaan Keuangan
a) Proyeksi Laporan Keuangan (Projected/Proforma Financial Statement)
yaitu, laporan yang memperlihatkan jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai pembelian asset yang diperlukan, memproyeksikan
dana yang bisa dihasilkan dari dalam perusahaan, dan menghitung
variabel penyeimbang (Plug Variable atau jumlah dana eksternal yang
diperlukan/External Fund)
b) Pendekatan Persentase Penjualan (Percentage of Sales Approach)
yaitu, pendekatan yang melibatkan 2 metode perencanaan keuangan.
Manajer harus memutuskan jenis pembiayaan yang akan digunakan
untuk menyeimbangkan neraca, yakni: Metode Neraca Proyeksi dan
Metode Rumus. Pada Pendekatan Persentase Penjualan, yang perlu
diperhatikan adalah Neraca (Laporan Posisi Keuangan) dan Laporan
Laba Rugi. Kedua metode ini memperlihatkan beberapa perkiraan
berubah langsung dengan berubahnya penjualan (Perkiraan Spontan),
beberapa perkiraan berubah secara tidak langsung dengan berubahnya
penjualan (Perkiraan Non Spontan), dan beberapa perkiraan tidak
berubah sama sekali (Non Spontan) (Susianti, 2013)
4. Laporan Keuangan Proforma
Prosedur penyusunan laporan keuangan proforma meliputi beberapa
langkah :Memproyeksikan penjualan untuk sejumlah periode pada masa
mendatang. (Rochayati, 2014)
a) Memproyeksikan biaya operasional (harga pokok penjualan, biaya
penjualan, dan administrasi, biaya pajak diluar bunga) dan
kemudian menurunkan proyeksi pendapatan operasional.

11
b) Memproyeksikan total asset, hutang, dan modal saham yang
diperlukan untuk mendukung tingkat operasi yang diproyeksikan
pada (5.1.1) dan (5.1.2).
c) Menentukan biaya pendanaan (financing asset) dari hutang pada
(5.1.3) dan kemudian menurunkan dari pedapatan operasional
untuk memperoleh laba bersih proyeksi.
d) Menurunkan laporan aliran kas dari laporan keuangan yang
diproyeksian (laporan laba rugi dan neraca).
e) Penyusunan Laporan Perencanaa Keuangan Jangka Panjang
Metode Proforma (Rochayati, 2014)

H. Balance Sheet
Neraca saldo (balance sheet), yang biasanya juga disebut dengan
istilah statement of financial position, melaporkan aktiva, liabilitas dan ekuitas
pemegang saham sebuah perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca saldo
menyajikan informasi untuk memprediksi jumlah arus kas masa mendatang.
Neraca saldo biasanya digunakan untuk menilai tiga komponen penilaian
perusahaan, yaitu likuiditas, solvabilitas dan fleksibilitas keuangan. Likuiditas
mendeskripsikan jumlah waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi
kas atau saat liabilitas terbayarkan. Solvabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan membayar hutang-hutang pada saat hutang-hutang tersebut jatuh
tempo. Likuiditas dan solvabilitas mempengaruhi fleksibilitas keuangan
perusahaan. Sebuah perusahaan yang memiliki tingkat fleksibilitas keuangan yang
tinggi akan lebih kuat bertahan di saat-saat buruk, untuk mengambil peluang
investasi yang yang tidak terduga. (Anonim, 2015)
Elemen-elemen dalam neraca saldo antara lain:
1. Aktiva (assets), merupakan sumber daya ekonomi yang diperoleh dan
dikuasai oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari transaksi masa lalu.
2. Liabilitas (liability), merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib
dilakukan oleh perusahaan di masa yang akan datang dalam bentuk
penyerahan aset atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan
atau transaksi pada masa sebelumnya.

12
3. Ekuitas (equity), merupakan hak pemilik atas aktiva perusahaan yang
merupakan kekayaan bersih (jumlah aktiva dikurangi kewajiban).
(Anonim, 2015)
I. Income Statement
Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan untuk mengukur
keberhasilan operasional perusahaan selama jangka waktu tertentu. Biasanya
investor menggunakan laporan laba rugi untuk menentukan profitabilitas dan nilai
investasi. Laporan laba rugi menyajikan informasi untuk membantu investor dan
kreditur untuk memprediksi jumlah arus kas masa mendatang. (Anonim, 2015)
Beberapa manfaat laporan laba rugi bagi investor dan kreditur antara lain:
1. Mengevaluasi kinerja perusahaan. Memeriksa pendapatan dan beban
mengindikasikan bagaimana perusahaan bekerja dan membandingkan
kinerjanya dengan perusahaan pesaing.
2. Menyajikan dasar untuk memprediksi kinerja masa mendatang.
Informasi mengenai kinerja sebelumnya membantu untuk menyajikan
informasi mengenai kinerja masa mendatang.
3. Membantu menilai resiko atau ketidakpastian mencapai arus kas masa
mendatang. Informasi komponen-komponen dari laba (pendapatan,
beban, keuntungan dan kerugian) memberitahukan hubungan di antara
mereka. Hasil dari operasional berkelanjutan biasanya memiliki
pengaruh signifikan dalam memprediksi kinerja masa mendatang.
(Anonim, 2015)
Elemen-elemen dalam laporan laba rugi antara lain:
1. Pendapatan (revenues), merupakan arus masuk atau peningkatan
aktiva lainnya sebuah perusahaan atau penyelesaian liabilitas selama
periode tertentu karena pengiriman atau produksi barang dan
menyelesaikan jasa.
2. Beban (expenses), merupakan arus keluar atau penggunaan aktiva atau
timbulnya liabilitas selama periode tertentu karena pengiriman atau
produksi barang dan menyelesaikan jasa.
3. Keuntungan (gains), merupakan peningkatan ekuitas (net asset)
karena ada transaksi perusahaan yang periferal atau secara kebetulan

13
selain yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi dari pemilik
perusahaan.
4. Kerugian (losses), merupakan penurunan ekuitas (net asset) karena
ada transaksi perusahaan yang periferal atau secara kebetulan selain
yang dihasilkan dari beban atau pendistribusian ke pemilik
perusahaan. (Anonim, 2015)

J. Analisis Cash Flow


Arus Kas (Cashflow) merupakan satu kesatuan yang sangat penting dalam
menjalankan aktivitas kerja operasional keuangan baik untuk perencanaan atau
pelaksanaan audit maupun investasi baru sebagai salah satu tonggak berjalannya
aktivitas operasional keuangan.Dengandemikian upaya manajemen untuk
mencapai tujuan organisasi yang bertumpu pada fungsi anggaran keuangan yaitu
dengan menggunakan Cashflow sebagai Aliran Arus Kas.
Menurut Sofyan Syafari Harahap, arus kas adalah suatu laporan yang
memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran suatu
pembukuan pada suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada
kegiatan operasional, pembiayaan dan investasi.
Menurut Henry Simamora dalam bukunya pengambilan keputusan bisnis
edisi ke 2.Laporan aliran kas (cashflow) adalah laporan keuangan ysang
memperhatikan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi
perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam suatu cara
yang merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas.
Menurut Donald E. Kieso dkk.dalam bukunya Akuntansi Intermediate,
Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas dan perubahan
bersih pada kas yang berasal pada kas yang berasal pada aktifitas
operasi,investasi, dan pendanaan darisuatu perusahaan selama suatu periode
dalam format yang merekonsiliasi saldo kas dan akhir.
Kegunaan arus kas dalam PSAK No.2 disebutkan bahwa jika laporan arus
kas digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus
kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan
(termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi

14
jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan
peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai
mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari
arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan. Dengan
melakukan analisis Aliran kas ini, kita dapat mengetahui: 1. Kemampuan
perusahaan meng “Generate”, Merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan
arus kas keluar perusahaan masa lalu; 2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk
dan ke luar,arus kasbersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen
dimasa yang akan datang. 3. Informasi bagi investor dan kreditor untuk
memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan. 4. Kemampuan
perusahaan untuk memasukan kas keperusahaandi masa yang akan datang. 5.
Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan
pengeluaran kas. 6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi
lainnya terhadap posisi keuangan selama satu periode tertentu.

Dalam penyajiannya Laporan Arus Kas ini memisahkan transaksi berkaitan


dengan kas dalam tiga katagori yaitu:
a. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Hery dalam bukunya Auditing (Pemeriksaan Akuntansi I)
mendefinisikan arus kas yang paling utama dari perusahaan adalah terkait
dengan aktivitas operasi. Ada dua metode yang dapat digunakan di dalam
menghitung dan melaporkan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi,
yaitu metode tidak langsung dan metode langsung bukanlah sebagai suatu
cara untuk memanipulasi jumlah kas yang dilaporkan dari aktivitas operasi.
Kedua metode tersebut akan menghasilkan angka kas yang sama. Namun,
metode yang paling sering digunakan dalam praktik pelaporan keuangan
adalah metode tidak langsung. Metode langsung atau juga disebut metode
laporan laba rugi pada hakekatnya adalah menguji kembali setiap item
(komponen) laporan laba rugi dengan tujuan untuk melaporkan berapa besar
kas yang diterima atau yang dibayarkan terkait dengan setiap komponen
dari laporan laba rugi tersebut. Metode tidak langsung atau disebut juga
metode rekonsiliasi dimulai dengan angka laba rugi bersih sebagaimana

15
yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dan menyesuaikan besarnya laba
rugi bersih tersebut (yang telah diukur atas dasar akrual) dengan item-item
yang tidak mempengaruhi arus kas. Dengan kata lain, besarnya laba rugi
bersih sebagai hasil dari akuntansi akrual akan disesuaikan untuk
menentukan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi.
b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Masih menurut Hery yang termasuk sebagai aktivitas investasi adalah
membeli atau menjual tanah, bangunan dan peralatan.Di samping itu,
aktivitas investasi juga meliputi pembelian dan penjualan instrumen
keuangan yang bukan untuk tujuan diperdagangkan (non-trading securities),
penjualan segmen bisnis dan pemberian punjaman kepada entitas lain,
termasuk penagihannya. Pelaporan arus kas dari aktivitas investasi tidak
dipengaruhi oleh metode langsung ataupun metode tidak langsung. Jika arus
kas masuk dari aktivitas investasi lebih besar dibanding dengan arus kas
keluarnya, maka arus kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas investasi
akan dilaporkan. Sebaliknya jika arus kas masuk dari aktivitas investasi
lebih kecil dibanding dengan arus kas keluarnya, maka arus kas bersih yang
digunakan dalam aktivitas investasi dilaporkan.
c. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Hery juga mendefinisikan aktivitas pendanaan meliputi transaksi-
transaksi yang di mana kas diperoleh atau dibayarkan kembali kepada
pemilik dana (investor) dan kreditur. Sebagai contoh, kas bersih yang
diterima dari penerbitan ssaham (sekuritas modal) atau obligasi (sekuritas
utang), pembayaran untuk membeli kembali saham biasa (sebagai treasury
stock), atau untuk menebus kembali utang obligasi dan pembayaran dividen
tunai.Jadi, yang termasuk ke dalam aktivitas Pendanaan adalah meliputi
transaksi-transaksi yang berkaitan dengan utang jangka panjang maupun
ekuitas (modal) perusahaan. Pembayaran utang lancar tidak tergolong
sebagai aktivitas pendanaan, melainkan aktivitas operasi

16
Langkah-langkah Penyusunan Arus Kas Berbeda dengan laporan keuangan
utama lainnya seperti neraca dan laporan laba-rugi, laporan arus kas tidak disusun
dari neraca saldo setelah penyesuaian. Informasi yang diperlukan untuk menyusun
laporan arus kas umumnya diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut:
a. Neraca komparatif yang memberikan informasi tentang perubahan
aktiva, utang dan simpanan anggota selama periode tertentu.
b. Laporan laba rugi yang memberikan informasi tentang laba bersih dan
komponennya serta pembayaran dividen selama suatu periode.
c. Informasi pendukung, yang diperoleh dari hasil analisis perubahan
rekeningrekening neraca yang memberikan informasi tentang sebab-
sebab perubahan kas dan setara kas.

K. Pajak Penghasilan
Untuk memudahkan pemahaman mengenai pajak penghasilan yang telah
diatur dalam SE-32/PJ/2014, berikut ini penjelasannya: (Anonim, 2019)
1. Penghasilan Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan
berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah penghasilan yang
diterima oleh Wajib Pajak dari kegiatan usahanya. Jadi, Wajib Pajak
yang menjadi karyawan tidak akan dikenakan pajak penghasilan pada
PP ini.
2. Penentuan waktu beroperasi secara komersial bagi Wajib Pajak Badan
adalah melakukan kegiatan operasi secara komersial untuk pertama
kali.
3. Penentuan peredaran bruto yang dikenakan pajak penghasilan
berdasarkan PP ini bagi Wajib Pajak Badan yang baru beroperasi
secara komersial untuk pertama kali ditentukan oleh peredaran bruto
usaha dalam satu tahun pajak setelah tahun pajak beroperasi.
4. Wajib Pajak Badan yang baru beroperasi secara komersial akan
dikenai pajak penghasilan berdasarkan tarif umum UU PPh sampai
dengan jangka waktu satu tahun sejak beroperasi secara komersial.
5. Dalam jangka waktu satu tahun sejak melewati tahun pajak saat
beroperasi secara komersial, ketentuan pengenaan PPh berdasarkan

17
tarif umum UU PPh berlaku hingga akhir tahun pajak berikutnya
setelah tahun pajak saat beroperasi.
6. Pengenaan pajak penghasilan yang bersifat final berdasarkan PP ini
bagi Wajib Pajak Badan pada nomor 2, untuk tahun pajak selanjutnya
ditentukan berdasarkan peredaran bruto tahun pajak tahun
sebelumnya.

Meskipun di dalam PP ini telah diatur tentang pengenaan PPh Final


1% bagi Wajib Pajak dengan omset di bawah Rp4,8 Milyar telah
diberlakukan sejak Juli 2013, namun ternyata di lapangan kadang terjadi
penafsiran yang berbeda. Berikut adalah beberapa poin yang perlu
diketahui dari Surat Edaran tersebut:

1. Penghasilan dari pekerjaan bebas yang dikecualikan dari pengenaan PPh


Final 1% berdasarkan PP ini adalah tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai, dan aktuaris. Selain itu juga para pemain musik, pembawa
acara, dan sejenisnya. Olahragawan, penasihat, pengajar, pelatih,
penceramah, penyuluh, dan moderator. Pengarang, peneliti, dan
penerjemah
2. Untuk Wajib Pajak badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan,
mengacu pada ketentuan umum UU PPh.
3. Sedangkan untuk Wajib Pajak reksa dana, apabila telah memenuhi Kriteria
PP ini, Wajib Pajak reksa dana tersebut akan dikenai PPh yang bersifat
final sesuai ketentuan pelaksanaannya.
4. Untuk Wajib Pajak bank/bank perkreditan rakyat/koperasi simpan
pinjam/lembaga pemberi dana pinjaman, apabila telah memenuhi kriteria,
PPh yang dikenai bersifat final sesuai ketentuan.
5. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (Wajib Pajak
OPPT), apabila telah memenuhi kriteria peredaran bruto diatas Rp4,8
Milyar dalam setahun, PPh yang dikenai bersifat final sesuai ketentuan.
Namun apabila tidak memenuhi kriteria, pengenaan PPh mengacu pada
ketentuan tarif.

18
6. Wajib Pajak yang dikenai PP ini, yang melakukan penyetoran dengan
Surat Setoran Pajak dan telah mendapatkan validasi NTPN, maka
dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2).

19
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara-cara untuk mengatur atau mengelola, penyediaan modal, pemakaian
modal, dan pengontrolan modal tersebut di dalam suatu perusahaan agribisnis
disebut juga dengan manajemen Keuangan. Dengan adanya Manajemen
Keuangan ini tentun memiliki tujuan untuk membangun posisi keuangan bisnis
yang dapat meningkatkan eisiensi dan profitabilitas, dengan cara melakukan
pencatatan-pencatatan dan membuat laporan keuangan. Didalam Manajemen
Keuangan juga dibutuh kan modal atau dana yang digunakan untuk membiayai
aktiva dan operasi perusahaan. Modal sendiri terdiri dari hutang/kredit pertanian,
saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan.
Didalam Manajemen Keuangan juga terdapat Biaya Produksi atau semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan
barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Pada Biaya Produksi
juga terdapat biaya tetap atau fixed cost atau biaya yang besarnya tidak
bergantung pada jumlah produksi. Maksudnya biaya ini tidak bervariasi. Biaya ini
terbilang konstan dan bersifat seimbang (tidak berubah) apapun kondisi
perusahaa. Perencanaan pembiyaan maupun keungan sangat berperan penting
dalam manajemen keuangan, karna dengan adanya itu skema-skema produksi
suatu barang dalam perusahaan bisa di atur atau sesuai dengan apa yang di
inginkan.
Laporan Keuangan seperti balance sheet, income statement, Cash Flow serta
pajak penghasilan perlu diketahui dan dipahami dalam sebuah perusahaan atau
usaha tani, ini bertujuan agar Manajemen Keuangan pada suatu usaha tani atau
perusahaan itu jelas keluar masuknya, agar tidak terjadi kehilangan keuntungan
atau mengalami kerugian setelah barang produksi terjual.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2019. Ketentuan Pajak Penghasilan Dan Penghematan Pajak Bagi


Pengusaha Baru. https://accounting.binus.ac.id/2019/02/21/ketentuan-
pajak-penghasilan-dan-penghematan-pajak-bagi-pengusaha-baru/.
Diakses pada tanggal 29 September 2020
Anonim. 2015. Mengenal Laporan Laba Rugi.
https://accounting.binus.ac.id/2015/10/09/mengenal-laporan-laba-rugi-
income-statement/. Diakses pada tanggal 29 September 2020
Anonim. 2015. Mengenal Neraca Saldo (Balance Sheet).
https://accounting.binus.ac.id/2015/10/09/mengenal-neraca-saldo-
balance-sheet/. Diakses pada tanggal 29 September 2020
Anonim. 2020. Makalah Biaya Produksi.
http://duniakumpulanilmu.blogspot.com/p/makalah-biaya-produksi.html.
Diakses pada tanggal 29 September 2020
Aprianto, Deri. 2012. Biaya Modal. Dalam:
http://deriaprianto74.blogspot.com/2012/04/biaya-modal.html. Diakses
pada tanggal 29 September 2020
Aprillia, annisa. 2013. Manajemen Pembiayaanpertanian Dan Modal Dalamsektor
Pertanian. Jatinangor : Universitas Padjadjaran
Darmawanto. 2008. Pengembangan Kredit Sektor Pertanian. Semarang :
Universitas Diponegoro
Donald E. Kieso dkk. 2008. Akuntansi Intermediate. (Jakarta: Erlangga, Edisi 12
Griffin, R.W and R.J. Ebert. (2002). Business. Sixth Edition. New Jersey: Prentice
Hall Inc.
Nickels, W.G, J. McHugh and S. McHugh. (1996). Understanding Business.
Fourth Edition. USA: Times Mirror Higher Education Group Inc.
Riyanto, Bambang. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. (Yogyakarta:
BPFE, Edisi 4.)
Rochayati, Ida. 2014. Laporan Keuangan Proforma.
https://www.academia.edu/30321954/LAPORAN_KEUANGAN_PROF
ORMA. Diakses pada tanggal 29 September 2020
Simamora, Henry. 2001. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat Jilid Dua, Cetakan Pertama
21
Susianti, Dwi. 2013. Perencanaan Keuangan. http://dwi-
chuichi.blogspot.com/2013/11/perencanaan-keuangan.html. Diakses pada
tanggal 29 September 2020
Syafri, Sofyan. 2006. Analisisi Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Pt. Raja
Grafindo Persada
Terry,G.R. (1977). Principles of Management. Richard D.Irwin Inc. Illinois

22

Anda mungkin juga menyukai