181010250
KISI-KISI UAS
2. Inti surat dakwaan yang harus dimuatkan pada surat dakwaan agar surat
dakwaan itu sempurnah adalah harus memiliki syarat formil yang diatur
dalam Pasal 143 Ayat (2) a, yang mencakup:
a. Diberi tanggal;
b. Memuat identitas terdakwa secara lengkap yang meliputi nama
lengkap, tempat lahir, umur / tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan;
c. Ditandatangani oleh penuntut umum.
Mencermati isi surat dakwaan dalam kasus korupsi Hj. Nurwati,
penulis tidak menemukan adanya kesalahan dan syarat formil sudah
terpenuhi.
Dan hal elemter yang di muat agar surat dakwaan tidak dibatalkan
demi hukum yaitu harus memiliki syarat materil. Syarat materil diatur
dalam pasal 143 ayat 2 KUHAP dimana dakwaan harus memuat uraian
secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang dilakukan
dengan menyebut waktu (tempus delicti) dan tempat tindak pidana itu
dilakukan (locus delicti).
Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana, tidak menjelaskan
pengertian tentang surat dakwaan yang harus berisi uraian secara jelas dan
lengkap, tetapi berdasarkan praktek pengadilan. Surat dakwaan yang
disusun oleh Penuntut Umum tersebut telah merumuskan semua unsur–
unsur tindak pidana yang di dakwakan, yaitu sebagai berikut:
a. Dalam perumusan unsur-unsur delik dalam pasal pidana yaitu,
terdakwa dengan melakukan perbuatan korupsi diancam pidana
dalam Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999
b. sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1)
Ke-1 KUHP subsidair Pasal 3 Jo. Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1)
Ke-1 KUHP ;
c. Dalam menyebutkan cara tindak pidana yang dilakukan, yaitu
dengan cara terdakwa bersama-sama rekannya dengan melakukan
Mark up volume (satuan pekerjaan yang ditinggikan) pada
pembangunan / renovasi pasar sentral Maros.
d. Dalam menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dapat
dicantumkan secara alternatif, yaitu pada bulan Juli 2003 atau
setidak- tidaknya pada suatu waktu tertentu dalam tahun 2003 dan
bertempat di jalan Cempaka (Pasar Sentral Maros) atau setidak-
tidaknya pada suatu tempat tertentu dalam daerah hukum Pengadilan
Negeri Maros.
- Eksepsi adalah salah satu istilah yang digunakan dalam proses hukum
dan peradilan yang berarti penolakan/keberatan yang disampaikan oleh
seorang terdakwa, disertai dengan alasan-alasannya bahwa dakwaan yang
diberikan kepadanya dibuat tidak dengan cara yang benar dan tidak
menyangkut hal tentang benar atau tidak benarnya sebuah tindak pidana
yang didakwakan. Dalam hukum perdata, eksepsi berarti sebuah tangkisan
atau bantahan, dan juga pembelaan yang diajukan tergugat terhadap materi
gugatan penggugat.
Ada dua jenis eksepsi yang dikenal yaitu Exeptio non adimpleti
contractus yang artinya tangkisan seorang tertuntut (yang digugat karena
tak menerpati perjanjian) yang menyatakan bahwa si penuntut juga tidak
memenuhi janjinya, khusus mengenai pajak jual-beli. Eksepsi jenis kedua
adalah Exceptio plurium concumbentium yang berarti dalam tuntutan
kebapaan: tangkis seorang tertuntut (lelaki) bahwa pihak penuntut (ibu dan
anak bersangkutan) di waktu sebelum hamil telah melakukan hubungan
kelamin dengan beberapa pria lain. Jika hal ini dapat dibuktikan, tuntutan
si ibu tidak dapat diterima oleh hakim.
-Saksi a Charge : Saksi A Charge ini adalah saksi yang dipilih dan diajukan
oleh penuntut umum, dengan keterangan atau kesaksian yang di berikan
akan memberatkan terdakwa, demikian menurut Pasal 160 ayat (1) huruf c
KUHAP yang menyebutkan bahwa: “Dalam hal ada saksi yang
memberatkan terdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara dan
atau yang diminta oleh terdakwa atau penasihat hukum atau penuntut umum
selama berlangsungnya sidang atau sebelum dijatuhkannya putusan. Hakim
ketua sidang wajib mendengar keterangan saksi tersebut”.
- Saksi A De Charge ini adalah saksi yang telah dipilih dan diajukan oleh
penuntut umum atau terdakwa atau penasihat hukum, dimana keterangan
atau kesaksian yang diberikan akan menguntungkan/meringankan terdakwa,
demikian menurut Pasal 160 ayat (1) huruf c KUHAP bahwa: “Dalam hal
ada saksi yang menguntungkan terdakwa yang tercantum dalam surat
pelimpahan perkara dan/atau yang diminta oleh terdakwa atau penasihat
hukum atau penuntut umum selama berlangsungnya sidang atau sebelum
dijatuhkannya putusan. Hakim ketua sidang wajib mendengar keterangan
saksi tersebut”.
- Unus Testis Nullus Testis Dalam hukum pidana dikenal asas unus testis
nullus testis (satu saksi, bukan saksi) sebagaimana diatur di Pasal 185 ayat
(2) KUHAP, yaitu: Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang
didakwakan kepadanya. Siswanto mengatakan dalam artikel Unus Testis
Nullus Testis Kerap Disalahartikan, asas unus testis nullus testis ini sering
disalahartikan sejumlah orang. Karena jika asas ini benar-benar diterapkan
secara lurus, berdampak pada sulitnya pembuktian sebuah kasus pidana.
Padahal, keterangan satu saksi bisa diperkuat dengan kesaksian yang lain
dan menjadi sebuah alat bukti yang sah.
Yang dimaksud saksi dalam Pasal 1 angka 26 maupun Pasal 184 ayat
(1) huruf a KUHAP jo. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-
VIII/2010 ialah: Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu tindak
pidana yang tidak selalu ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami
sendiri.
Sehingga nantinya Unus testis nullus testis di Pasal 185 ayat (2)
KUHAP di atas tentu harus dipahami sejalan dengan bahwa keterangan
saksi itu ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan. Berarti, jika
memang hanya ada Anda dan teman Anda yang dicurigai sebagai pelaku
tindak pidana, Anda bisa meminta teman Anda yang lain atau orang lain
menjadi saksi untuk keterangannya dinyatakan di persidangan. Karena
setiap gerak-gerik terduga pelaku yang patut dicurigai bisa menentukan.
Semisal ada orang yang melihat bahwa terduga pelaku keluar dari kelas
Anda, atau memegang handphone Anda di luar kelas, dan banyak
kemungkinan lainnya.
d. - Berdasarkan arti kata ‘Judex’ berarti hakim dan ‘Facti’ berarti fakta,
sehingga definisi dari judex facti adalah “majelis hakim di tingkat
pengadilan negeri dan pengadilan tinggi yang memeriksa fakta-fakta pada
perkara dalam persidangan.” Dengan kata lain judex facti artinya “sistem
peradilan dimana majelis hakim berperan sebagai penentu fakta mana yang
benar.” Selain itu juga judex facti lebih condong pada kewenangan hakim
dalam menentukan suatu fakta hukum dalam suatu persidangan yang akan
dijadikan pertimbangan dalam menjatuhkan suatu putusan.
Alasan mengapa Judex facti berwenang memeriksa fakta dan bukti
dari suatu perkara di tingkat pengadilan negeri dan pengadilan tinggi
adalah karena dalam beracara perdata, pemeriksaan bukti hanya sampai
pada tahapan upaya hukum Banding, selanjutnya adalah upaya hukum
kasasi sebagai Judex Juris. Para hakim judex facti memeriksa bukti-bukti
dari suatu perkara dan menentukan nilai hukum dari fakta-fakta yang
diajukan dalam perkara tersebut untuk dijadikan dasar oleh hakim dalam
mengambil putusan.
- Pengertian judex juris adalah “hakim pada tingkat selanjutnya
(Mahkamah Agung pada tingkat Kasasi) yang memeriksa hukum dari
suatu perkara dan menerapkan hukum tersebut terhadap fakta-fakta perkara
tersebut.” Dengan demikian bahwa, keputusan judex juris adalah putusan
yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung, yang.
Mahkamah Agung pada tingkat pemeriksaan Kasasi dikenal dengan
istilah judex juris, karena sesuai alasan dari pengajuan kasasi yang diatur
dalam Pasal 30 UU RI No.3/2009 merupakan suatu alasan penerapan
hukum yang telah dilakukan oleh pengadilan tingkat bawahan. Wewenang
Mahkamah Agung tersebut tercantum dalam Pasal 20 ayat (2) UU RI
Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menjelaskan
Wewenang Mahkamah Agung ialah sebagai berikut:
1) “Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada
tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang
berada di bawah Mahkamah Agung, kecuali undang-undang menentukan
lain;
2) Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undangundang
terhadap undang-undang; dan
3) Kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.”
7. Kasasi termasuk dalam upaya hukum biasa yang dapat diajukan oleh salah
satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan
Pengadilan Tinggi. Kasasi berasal dari kata ‘casser’ yang berarti
“memecahkan atau membatalkan, sehingga bila suatu permohonan kasasi
terhadap putusan pengadilan dibawahnya diterima oleh Mahkamah Agung,
maka berarti putusan tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Agung karena
dianggap mengandung kesalahan dalam penerapan hukumnya.” 43 Para
pihak dapat mengajukan kasasi bila merasa tidak puas dengan isi putusan
Pengadilan Tinggi kepada Mahkamah Agung. Pemeriksaan kasasi hanya
meliputi seluruh putusan hakim yang mengenai hukum, jadi tidak
dilakukan pemeriksaan ulang mengenai duduk perkaranya sehingga
pemeriksaaan tingkat kasasi tidak boleh/dapat dianggap sebagai
pemeriksaan tingkat ketiga.
Agar Upaya hukum kasasi diterima maka Permohonan kasasi harus sudah
disampaikan dalam jangka waktu 14 hari setelah putusan atau penetapan
pengadilan yang dimaksud diberitahukan kepada Pemohon (Pasal 46
ayat(1) UU RI No. 3/2009 Tentang Mahkamah Agung), bila tidak
terpenuhi maka permohonan kasasi tidak dapat diterima. Dan harus melalui
Prosedur upaya hukum kasasi sebagaimana diatur dalam UU RI Nomor 3
Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung dijabarkan sebagai berikut:
a. “Permohonan kasasi disampaikan oleh pihak yang berhak baik
secara tertulis atau lisan kepada Panitera Pengadilan Negeri
yang memutus perkara tersebut dengan melunasi biaya kasasi
b. Pengadilan Negeri akan mencatat permohonan kasasi dalam
buku daftar, dan hari itu juga membuat akta permohonan kasasi
yang dilampurkan pada berkas.
c. Paling lambat 7 hari setelah permohonan kasasi didaftarkan
panitera Pengadilan Negeri memberitahukan secara tertulis
kepada pihak lawan.
d. Dalam tenggang waktu 14 hari setelah permohonan kasasi
dicatat dalam buku daftar pemohon kasasi wajib membuat
memori kasasi yang berisi alasan-alasan permohonan kasasi.
e. Panitera Pengadilan Negeri menyampaikan salinan memori
kasasi pada lawan paling lambat 30 hari.
f. Pihak lawan berhak mengajukan kontra memori kasasi dalam
tenggang waktu 14 hari sejak tanggal diterimanya salinan
memori kasasi.
g. Setelah menerima memori dan kontra memori kasasi dalam
jangka waktu 30 hari Panitera Pengadilan Negeri harus
mengirimkan semua berkas kepada Mahkamah Agung.
8. Upaya Hukum Biasa : “Upaya hukum biasa bersifat menghentikan
pelaksanaan putusan untuk sementara.”38 Upaya hukum biasa sifatnya
terbuka untuk setiap putusan selama tenggang waktu yang telah ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan. Wewenang untuk menggunakannya
hapus dengan menerima putusan. Upaya hukum biasa yakni; perlawanan
(verzet), banding, dan kasasi.
Upaya Hukum Luar Biasa : Memperoleh kekuatan hukum tetap suatu
putusan dapat diajukan upaya hukum luar biasa oleh pihak yang
berperkara. Suatu putusan memperoleh kekuatan hukum tetap apabila tidak
tersedia lagi upaya hukum biasa. Untuk putusan-putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap ini tersedia upaya hukum istimewa,
dikatakan istimewa karena upaya hukum tersebut dapat memeriksa
kembali putusan yang telah inkrah agar mentah kembali. Yang termasuk
upaya hukum istimewa yakni Peninjauan Kembali (request civil) dan
Perlawanan Pihak Ketiga (derden verzet).