Anda di halaman 1dari 12

HUKUM WARIS ADAT

BY : ARI APRINANDO
TEDDY NOVARA PUTRA RASDY
ODJII ANJAS PRATAMA
LUCKY YUDA TAMA
BAGUS ADI KUSUMA
ABDUL ARIF MAULANA PASLA
HUKUM WARIS ADAT

Hukum waris adat menurut Sedangkan menurut Ter Haar,


Soepomo, merupakan peraturan hukum waris adat adalah aturan-
yang memuat pengaturan mengenai aturan hukum yang mengatur cara
proses penerusan serta pengoperan bagaimana dari abad ke abad
barang-barang harta benda dan penerusan dan peralihan dari harta
barang-barang yang tidak termasuk kekayaan yang berwujud dan tidak
harta beda dari suatu angkatan berwujud dari generasi pada
manusia kepada turunannya generasi berikutnya.
SISTEM HUKUM WARIS ADAT

1. Sistem Keturunan

Sistem Parental atau


Sistem Patrilineal Sistem Matrilineal
bilateral (kelompok
(kelompok garis ayah) (kelompok garis ibu)
garis ibu dan bapak)

Sistem keturunan yang Sistem keturunan yang ditarik Sistem yang ditarik menurut
ditarik menurut garis menurut garis ibu, dimana garis orang tua (ibu dan
bapak, contohnya: Gayo, kedudukan wanita lebih bapak) dimana kedudukan
Alas, Batak, Nias, menonjol pengaruhnya dari pria dan wanita tidak
Lampung, Seram, Nusa kedudukan pria dalam dibedakan dalam pewarisan.
Tenggara. pewarisan. Contohnya, Contohnya: Jawa, Sunda,
Minangkabau dan Enggano Madura, dan Melayu
SISTEM HUKUM WARIS ADAT

2. Sistem kolektif 3. Sistem Mayorat

Menurut sistem ini harta warisan dialihkan


Menurut sistem ini ahli waris menerima
sebagai satu kesatuan yang tidak terbagi
penerusan dan pengalihan harta warisan
dengan hak penguasaan yang dilimpahkan
sebagai satu kesatuan yang tidak terbaik
kepada anak tertentu saja, misalnya anak
dan tiap ahli waris hanya mempunyai
laki-laki tertua (contohnya di Bali, Lampung,
hak untuk menggunakan atau mendapat
Teluk Yos Sudarso), atau perempuan tertua
hasil dari harta tersebut. Contohnya
(di Sumendo, Sumatera Selatan), anak laki-
seperti di Minangkabau, Ambon, dan
laki termuda (di masyarakat Batak) atau
Minahasa.
perempuan termuda atau anak laki-laki saja.
SISTEM HUKUM WARIS ADAT

4. Sistem individual

Menurut sistem ini, maka setiap ahli waris mendapatkan atau


memiliki harta warisan menurut bagiannya masing-masing.
Pada umumnya, sistem ini dijalankan di masyarakat yang
menganut sistem parental.
Asas-asas dalam hukum waris adat di Indonesia:
1. Asas Ketuhanan dan Pengendalian diri
2. Asas Kesamaan Hak dan Kebersamaan Hak
3. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan
4. Asas Musyawarah dan Mufakat
5. Asas Keadilan
PARA AHLI WARIS

Keputusan MA tanggal 18 Maret 1959


Keputusan MA tanggal 10 November 1959 no.
Reg. No. 391/K/SIP/1959 yang
141/K/SIP/1959 mengatakan:
berisikan: hak untuk mengisi atau
1. Penggantian waris dalam garis keturunan ke
penggantian kedudukan ahli waris yang
atas juga mungkin ditinjau dari rasa keadilan
telah lebih dahulu meninggal dunia
2. Pada dasarnya penggantian waris harus
dari pada yang meninggalkan warisan
ditinjau pada rasa keadilan masyarakat dan
adalah ada pada keturunan dalam
berhubungan dengan kewajiban untuk
garis menurun. Jadi, cucu-cucu adalah
memelihara orang tua dan sebaliknya.
ahli waris dari bapaknya.
PARA AHLI WARIS

Di dalam masyarakat adat dikenal juga

a. Anak angkat

Putusan Raad Justitie tanggal 24 Mei 1940 mengatakan


anak angkat berhak atas barang-barang gono gini orang
tua angkatnya. Sedangkan barang-barang pustaka (barang
asal) anak angkat tidak berhak mewarisinya (putusan MA
b. Anak tiri tanggal 18 Maret 1959 Reg. No. 37 K/SIP/1959).

Anak tiri yang hidup bersama dengan ibu kandungnya dan bapak tirinya atau
sebaliknya adalah warga serumah tangga pula. Kadang-kadang begitu eratnya
hubungan antara anggota rumah tangga, sehingga anak tiri mendapat hak
hibah dari bapak tirinya, bahkan anak tiri berhak atas penghasilan dari
bagian harta peninggalan bapak tirinya, demikian sebaliknya
PARA AHLI WARIS

c. Anak yang lahir di


luar perkawinan

Anak yang lahir di luar perkawinan hanya menjadi ahli waris


d. Kedudukan Janda dari ibunya.

Di masyarakat tapanuli dan batak, istri dapat mewarisi harta peninggalan


suaminya. Anak yang belum dewasa dibawah kekuasaan ibunya dan harta
kekayaan anak dikuasai ibunya. Janda wajib tetap berada dalam ikatan
kekeluargaan kerabat suaminya, bahkan sering janda menjadi isteri dari
saudara suaminya. e. Kedudukan Duda

Di masyarakat Batak dan Bali, suami berhak atas warisan istrinya yaitu
barang-barang yang dulu di bawa oleh istrinya.
Di Jawa, duda berhak mendapat nafkah dari harta kekayaan rumah tangga
setelah istrinya meninggal dunia.
HARTA WARIS ADAT

Harta asal Harta asal adalah harta yang diperoleh atau dimiliki oleh
pewaris sebelum perkawinan yang dibawa kedalam
perkawinan, baik harta itu berupa harta peninggalan
maupun harta bawaan. Harta peninggalan dapat dibedakan
harta peninggalan yang tetap tak terbagi dan harta
peninggalan yang dapat dibagi, demikian juga harta bawaan
ada harta bawaan di isteri dan harta bawaan suami.

Harta Bawaan
Harta bawaan adalah harta yang dimiliki oleh suami atau
isteri sebelum perkawinan. Oleh sebab itu dibagi antara
harta bawaan suami dan harta bawaan isteri. Harta bawaan
itu ada yang terikat dengan kerabat dan ada yang tidak
terikat dengan kerabat
HARTA WARIS ADAT

Harta
pemberian
Harta pemberian adalah harta yang dimiliki oleh pewaris karena
pemberian, baik pemberian dari suami bagi si isteri, pemberian dari
orang tua, pemberian kerabat, pemberian orang lain, hadiah-hadiah
perkawinan atau karena hibah wasiat

Harta Harta pencaharian adalah harta yang diperoleh oleh suami-isteri, suami
pencaharian saja atau isteri saja dalam perkawinan karena usaha dari suami-isteri
atau salah satu pihak. Secara umum harta yang diperoleh dalam
perkawinan adalah harta bersama suami-isteri, tetapi dalam beberapa
masyarakat ada harta pencaharian suami saja, atau harta pencaharian
si isteri saja disebabkan bentuk perkawinan dan sistim
kekerabatannya.
KEWAJIBAN AHLI WARIS

Pada dasamya, seorang ahli waris dengan harta peninggalan yang ditinggalkan oleh pewaris, wajib:
• Menyelenggarakan upacara mayat dan penguburan, sehingga seorang ahli waris (tanpa setahu ahli
waris lainnya) dapat menjual sesuatu bagian tertentu daripada harta peninggalan untuk keperluan
itu. Tentunya, hal ini dilakukan dengan sewajarnya.
• Membayar biaya-biaya pemakaman yang mana harus didahulukan, sebelum harta peninggalan itu
dibagi-bagi.
• Membayar utang-utang pewaris.
• Menyelenggarakan Upacara atau selamatan dalam memperingati hari meninggalnya pewaris. Di
daerah Batak, Dayak dan Bali, para ahli waris wajib membayar utang pewaris dengan syarat yang
berpiutang (penagih) memberitahukan haknya kepada ahli waris dalam waktu 40 hari sesudah
meninggalnya pewaris atau sebelum selamatan yang akan diselenggarakan untuk si pewaris yang
meninggal (di Bali disebut nyekoh). Di Jawa, harta peninggalan pewaris dapat digunakan untuk
membayar utangnya, sehingga harta itu tidak boleh dibagi-bagi sebelum utang pewaris dibayar dari
harta tersebut. Jikalau hartapeninggalan inu tidak mencukupi maka ahli waris tidak dapat dituntut
untuk membayar kekurangannya.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai