PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi ekonomi perdesaan menjadi bagian penting sekaligus masih menjadi titik lemah
dalam rangka mendukung penguatan ekonomi perdesaan. Oleh karenanya diperlukan upaya
sistematis untuk mendorong organisasi ini agar mampu mengelola aset ekonomi strategis di desa
sekaligus mengembangkan jaringan ekonomi demi meningkatkan daya saing ekonomi perdesaan.
Dalam konteks demikian, BUM Desa pada dasarnya merupakan bentuk konsolidasi atau
penguatan terhadap lembaga-lembaga ekonomi desa. Beberapa agenda yang bisa dilakukan
antara lain: pengembangan kemampuan SDM sehingga mampu memberikan nilai tambah dalam
pengelolaan aset ekonomi desa, mengintegrasikan produk-produk ekonomi perdesaan sehingga
memiliki posisi nilai tawar baik dalam jaringan pasar, mewujudkan skala ekonomi kompetitif
terhadap usaha ekonomi yang dikembangkan, menguatkan kelembagaan ekonomi desa,
mengembangkan unsur pendukung seperti perkreditan mikro, informasi pasar, dukungan
teknologi dan manajemen, prasarana ekonomi dan jaringan komunikasi maupun dukungan
pembinaan dan regulasi.
BUM Desa merupakan instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam
jenis potensi. Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan kesejahteran
ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka. Disamping itu, keberadaan
BUM Desa juga memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang
memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat
secara optimal.
Memperhatikan beberapa hal tersebut di atas, maka Desa Kawo pada tanggal 15 Februari
2016 mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau yang sering disebut BUMDes dan di beri nama
Langgeng Sejagad. Dengan didirikannya BUMDes Langgeng Sejagad tersebut kedepannya
diharapkan mampu memanfaatkan potensi dan aset desa untuk membangun kesejahteraan warga
Kawo, karena bukan lagi program ‘topdown’ atau paket program dari pemerintah daerah atau
pusat, melainkan pembangunan desa yang digerakkan oleh kekuatan warga.
B. Dasar Hukum
Untuk dapat menjalankan kegiatan usaha, BUMDes Selo Makmur berpedoman pada :
1. UU No. 32 Tahun 2004 pasal 213 tentang BUMDes;
2. UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
3. UU No. 6 Tahun 2014 pasal 87 dan 88 tentang Desa;
4. PP No. 43 tahun 2014 dan PP No. 47 tahun 2015 tentang Perubahan PP No. 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa, khususnya BAB VIII tentang BUM
Desa pasal 132 terkait dengan pendirian BUM Desa;
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia No.4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan, dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Bumdes
1
C. Profil Bumdes Langgeng Sejagad
Struktur Organisasi
Penasihat : TANDAR (Kepala Desa Kawo)
Direktur : KASPUL ANWAR, ST
Sekretaris : LARAS DWI PUTRI, A.Md
Bendahara : LINDA KUMALA SARI, S.Pt
Kepala Unit I : DEDI HARIADI KORNIAWAN, S.Pd
Kepala Unit II : AHYAR ALIMUDIN, A.Md
2
BAB II
LAPORAN UMUM
A. Penggalian Potensi
Supaya BUMDes Langgeng Sejagad dapat berkembang dengan pesat, hal yang kritis dan
perlu perhatian serius adalah saat identifikasi potensi desa. Ketepatan dalam memilih jenis usaha
potensial menjadi salah satu faktor keberhasilan usaha dalam menjalankan BUMDes Langgeng
Sehagad
Pada awal berdiri BUMDes Selo Makmur tidak langsung melakukan kegiatan operasional
usaha melainkan menggali beberapa potensi yang berada di desa Kawo. Penggalian potensi ini
memakan waktu kurang lebih satu bulan.
Penggalian potensi ini dilakukan antara bulan pertengahan bulan Februari dan Maret 2016.
Setelah didapat beberapa data kemudian, dibuatlah peta konsep dan pilot projec di masing-
masing tempat yang tentunya dengan memperhatikan sumber daya manusia dan sumber daya
alam sebagai pendukung kegiatan dalam menentukan unit usaha.
Pembentukan unit-unit usaha di BUMDes Langgeng Sejagad didasarkan pada peta konsep
yang telah dibuat dalam penggalian potensi. Unit-unit tersebut dijabarkan dalam kegiatan sistem
kerja BUMDes Langgeng Sehagad, sebagai berikut :
1. Pembentukan Usaha Digital Printing
2. Melanjutkan usaha percetakan batako
Unit yang dikembangkan dengan sistem kerjasama ini akan dievaluasi sewaktu-waktu. Unit
ini bisa bertambah dan atau berkurang dalam perjalanannya, dilihat dari orientasi
perkembangannya. Penambahan dan atau berkurangnya usaha kerjasama dilihat dari segi
kebutuhan dan dampak dari kerjasama tersebut baik secara materiel maupun non materiel.
3
C. Permodalan.
Pada bulan Juli 2018 desa menyertakan modal sebesar Rp. 118.930.200,00. Modal
penyertaan ini sebagai aset desa yang terpisahkan didalam BUMDes
Berikut daftar table penyertaan modal desa :
KET.
JUMLAH PENYERTAAN
NO TAHUN
PENYERTAAN
PEMDES BANTUAN LAINNYA
1 2018 Rp 118.930.200 - -
- - -
TOTAL - - -
TOTAL
Rp 118.930.200
AKUMULATIF
4
BAB III
LAPORAN KEUANGAN BUMDES
A. Perkembangan Aset
Sampai dengan saat ini asset yang di miliki BUMDESA Langgeng Sejagad Di
antaranya Sebagai Berikut:
1. Satu set mesin digital printing yang terdiri dari
a. Satu unit mesin digital print
b. Satu unit computer
c. Satu unut stabilizer
d. Satu unit mesin plong mata ayam
e. Satu unit mesin cut
f. Satu rol bahan sticker orajet
g. Satu rol bahan albartos
Untuk laporan rugi laba belom bisa kami buat karena unit usaha yang belum berjalan.
5
C. Laporan Keuangan
Tabel biaya pembelanjaan unit usaha digital print dengan modal Rp 113.200.000
Poin 1 : Pembelian mesin digital print & cutting dengan harga Rp.90.000.000 dengan spesifikasi seperti
di table.
Poin 2 : pembelian satu unit perangkat computer dengan spesifikasi seperti di table sebagai alat
penunjang untuk mesin cetak.
6
Poin 3 : Pembelian satu unit stavolt yang berfungsi sebagai pengatur tegangan, sekaligus pelindung unit
mesin dari ketidak stabilan tegangan listrik..
Poin 4: Pembelian 1 Rol bahan Baku Oraget sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sticker.
Poin 5: Pembelian 1 Rol bahan Baku Albartos sebagai bahan baku pembuatan poster, seperti poster
poster kesehatan yang ada di klinik, puskesmas atau rumah sakit serta perkantoran,
Poin 6: Pembelian Alat Plong Mata ayam yang berfungsi untuk melubangi setiap sudut poster atau
sticker jika diperlukan.
Poin 8: proses pembelian unit mesin print ini melalui salah satu perusahaan di mataram yang sudah
bergerak lama di bidang percetakan dengan tujuan untuk mempermudah menjalin hubungan
dengan suplayer mesin ketika suatu saaat terjadi masalah dengan unit, sehingga kami berangkat
ke Surabaya ber 3 yaitu satu dari perwakilan bumdes , satu dari perwakilan perusahaan, dan
satu lagi teknisi yang rencananya akan kita kontrak sebagai teknisi ke depannya,
Poin 11: Berhubung mesin ini mengalami kerusakan sebelum beroperasi akibat gigitan hama tikus di
komponen utama, biaya ini meliputi biaya analisis dan pengecekan komponen satu persatu
sampai ketemu titik permasalahan. Untuk alur terjadinya kerusakan akan disampaikan di poin
khusus di bawah.
Poin 12: Revarasi Mesin Cutting. Setelah kita ketahui mesin print besar terkena masalah, kita coba cek
kondisi mesin cutting karna berada dalam satu ruangan, dan ternyata mesin cuttingnya juga
habis digerogoti hama tikus di bagian komponen utama, biaya ini meliputi biaya pembelian
komponen yang rusak.
Poin 13: Pembelanjaan power supply ini merupakan salah satu bagian dari analisis kerusakan, karena
dugaan awal teknisi yg bermasalh adalah power supply akibat konsleting, akan tetapi, analisis
awalnya kurang tepat.
Poin 14: Renovasi ruang, berhubung ruko yang telah disewakan berbentuk ruangan kosong tanpa ada
sekat, sementara unit mesin cetak ini harus mempunyai ruangan khusus supaya tidak
terganggu dengan kegiatan produksi yang lain. Pembiayaan ini meliputi pembelian baja ringan
kalsiboard , kaca, cat dll
Poin 15: Bairan Solvent 2 botol ini berfungsi sebagai perawatan head print ketika sedang tidak operasi,
untuk mencegah head buntu/mampet
7
Poin 16: Biaya promosi ini meliputi biaya pembuatan brosur dan baliho baliho yang rencanya akan di
pasang dan disebar di seluruh wilayah hususnya kecamatan pujut.
Poin 17: Pemanggilan teknisi ini dilakukan selama proses analisis letak kerusakan mesin dengan 3 teknisi
yang berbeda beda dan berlangsung selama kurang lebih 1 bulan. Biaya ini meliputi biaya
transportasi konsumsi dll
Poin 18: Pengiriman ini sebenarnya dilakukan satu kali namun karena pada saat pengiriman terhentikan
akibat tidak bolehnya barang lain yang diangkut ke Lombok selain logistic karena pada saat itu
Lombok sedang tertimpa musibah gempa bumi. Namun berhubung permintaan kita gimana
caranya supaya mesin itu bisa terkirim secepatnya kita dikenakan tambahan biaya, sehingga di
hitung 2x.
Point khusus 1 : Alur Perjalanan Pembelian Mesin Sampai Terjadinya Masalah Dan Tidak Bisa Operasi
Setelah kita selesai melakuakn pembelanjaan unit mesin di Surabaya, pada waktu itu Lombok terkena
musibah gempa bumi sehingga mesin ini tertunda pengirimannya selama kurang lebih satu bulan,
dengan alasan expedisinya hanya bisa mengirim logistick sebagai bantuan yang akan masuk ke Lombok,
Setelah beberapa lama bernegosiasi dengan expedisinya akhirnya dengan penambahan biaya kirimnya
akhirnya mesinnya bisa di kirimkan ke Lombok dengan tujuan di perusahaan percetakan sebagai
jembatn kita membeli unit mesin tersebut di matram, berhubung perjanjian perusahaan tersebut
dengan bumdes bahwa mesin itu di minta langsung di rakitkan di mataram supaya tidak membebankan
ke bumdesnya (bumdesnya minta terima jadi) sehingga mesinnya dirakit di mataram, setelah selesai di
rakit di mataram pihak perusaahaan minta untuk segera mesinnya dibawa, akan tetapi pada waktu itu
gempa masih terus mengguncang Lombok sehingga pihak bumdes belom berani mengambilnya dan
memutuskan untuk menitipkan sementara mesinnya, akhirnya pihak perusahaan menyimpan mesinnya
di dalam gudang yang kami rasa cukup aman dari ancaman gempa karena stuktur gudang yang tidak
bertingkat. Setelah kita merasa kondisi sudah cukup aman untuk memulai beserta peralatan
pendukungnya lengkap barulah mesinnya dibawa ke ruko yang telah di sewakan yang berlokasi di
(sengkol) kenpa di sengkol ? nanti akan dijelaskan pada sub berikutnya..
Setelah sampai di lokasi dan dirasa semua siap beberapa hari kemudian barulah kita memnggil teknisi
untuk membantu proses penginstalan, pada saat proses mau mulai penginstalan kita sudah menemukan
kondisi kabel - kabel dan komponen lainnya rusak digerogoti tikus, sehingga proses penginstalannya
tidak bisa dijalankan dan malah terjadi konsleting dan mesinnya mati total, kemudian selanjutnya pihak
bumdes berusaha untuk memperbaiki semampunya, akan tetapi permasalahan yang timbul akibat
gigitan tikus ini cukup parah sehingga teknisi mengatakan akan butuh biaya yang lumayan karana
banyaknya penggantian komponen yang harus di lakukan. Sementara untuk garansi dari tokonya tidak
berlaku karena kerusakan di luar teknis dari mesinnya, akan tettapi perusahaan tempat kita membeli
mesinnya masih mau berbaik hati untuk menggantikan komponen utamanya yang mati yaitu board
contolnya yang langsung di datangkan dari china. Akan tetapi dengan digantikannya board controlnya
belum bisa membantu untuk menghidupkan mesinnya karna masih banyaknya komponen yang rusak,
sementara pihak bumdes sudah kehabisan dana karena memng tidak punya dana cadangan yang di
8
anggarkan sebelumnya. Dan ini berlangsung sampai sekarang. Kelebihan dana yang di gunakan untuk
membiayai unit usaha ini ditalangi pengurus bumdes itu sendiri.
Note ( sampai saat ini belom diketahui apakah mesinnya di gerogoti di matram atau di ruko)
Poin ini adalah poin yang paling sering di perbincangkan masyarakat dan menjadi kontroversi saat ini
Kami dari pihak bumdes mengatakan ini adalah hal yang wajar dipertanyakan. Kenapa?
Pada saat awal pembentukan unit usaha yang akan di jalankan ini salahnya karena tidak di instruksikan
untuk melibatkan (tidak mengundang) tokoh masyarakat seperti para kadus bpd dll. Karena sifat
BUMDES itu sendiri independent jadi keputusan di serahkan kepada semua pengurus.
- Dalam aturannya diperbolehkan menjalin kerjasama dengan perusahaan lain atau BUMDES dari
desa lain.
- Alasan Pasar, dimana awal renca pembentukan unit usaha ini target pasarnya yang
direncanakan adalah kawasan ekonomi kreatif di daerah selatan yang akan berkembang ke
depan sehingga mempermudah konsumen untuk menjangkau lokasi
- Alasan tenaga operator mesin, dimana pada saat itu belom ada operator mesin yang bisa
mengoperasikan di kawo. Sehingga untuk sementara waktu sambil menberikan
pelajaran(mendidik teman teman lain untuk mengoperasikan mesin) di tempatkan di sengkol
(Tempat berdirinya unit usaha yang akan bekerja sama dengan bumdes)
- Belom adanya gedung di kawo sebagai tempat menjalakan unit usaha.
Dengan alasan tersebut di atas maka dari pihak kabupaten menyetujui perihal unit usaha ini di
bawa sementara di sengkol. Dengan perjanjian yang telah di buat yang berisikan bahwa bumdes
tidak akan ikut membayar sewa gedung selam setahun.
BAB IV
PELAKSANAAN PENGELOLAAN,
PERMASALAHAN , PROGARM KERJA
A. Pelaksanaan Pengelolan
9
Dalam pelaksanaan pengelolaan usaha kegiatan BUMDes Langgeng Sejagad memegang
prinsip Good Corporate Governance (GCG), yaitu :
1. Transparansi.
Sebelum melaksakan pengambilan keputusan selalu berkoordinasi dengan Penasehat
dan anggota pengelola. Terutama dalam penjalinan kerjasama dan arah kebijakan lainya.
Hal ini untuk menjaga keterbukaan kegiatan. Selain itu, melaporkan arus kas kepada
Penasehat secara berkala tiap 3 bulan. Juga kepada pihak-pihak yang terkait untuk
mengetahui perkembangan aset Bumdes Langgeng Sejagad.
Supaya masyarakat mengetahui kegiatan yang telah dilakukan oleh BUMDes Langgeng
Sejagad maka dibutlah blog Badan Usaha Milik Desa Langgeng Sejagad, yang bertujuan
bisa diakses oleh masyarakat secara luas.
2. Kemandirian
Kemandirian yang dilakukan oleh pengelola BUMDes Langgeng Sejagad, dengan
memperhatikan 3 prinsip kerja, yaitu :
a. Mempertinggi Kompetensi
Selalu berupaya menambah pengetahuan tentang ke BUMDes an agar dapat
melakukan kegiaatan secara maksimal. Salah satu bentuk kegiatannya adalah
mengenai kegiatan-kegiatan BUMDes.
b. Memperbanyak Kolaborasi
Untuk dapat mengembangkan usaha, pengelola Langgeng Sejagad berusaha
memperbanyak kerjasama-kerjasama dengan berbagai pihak dengan sistem saling
menguntungkan. Selain itu, juga sebagai sarana memperluas jaringan pasar.
3. Akuntabel
Adanya BUMDes Langgeng Sejagad desa kawo sebagai lokomotif pengembangan
perekonomian desa dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat serta sebagai
Pendapatan Asli Desa (PADes) yang nantinya digunakan kembali untuk pembangunan
desa.
Dalam pelaksanaannya selalu berkoordinasi dengan kepala desa selaku Penasehat
serta melaporkan arus kas dan atau kegiatan secara berkala merupakan wujud
pertanggung jawaban pengelola terhadap kegiatan BUMDes Langgeng Sejagad.
4. Pertanggunga jawaban
Pertangungajawaban pengelolaan disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat supaya kegiatan berjalan
secara maksimal serta kelangsungan usaha BUMDes berjalan secara kontinyu. Selain
membuat laporan secara berkala kepada kepala desa atau Penasehat juga dibuatnya
laporan pertanggung jawaban pada akhir tahun kegiatan. Laporan ini dibuat selain
sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam pengelolaan juga sebagai bahan evaluasi
kegiatan yang sudah berjalan di BUMDes Langgeng Sejagad.
5. Kewajaran
Pengelolan BUMDes Langgeng Sejagad dilakukan secara wajar, artinya pengelola
dalam menjalankan usaha atau kegiatan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tidak
dibuat-buat atau direkayasa, semua kegiatan dalam bentuk riel atau nyata.
B. Permasalahan
10
BUMDes Langgeng Sejagad belum mempunyai kantor tersendiri. Selama ini masih
menumpang di kantor GALAXY DIGITAL PRINT sehingga pelayanan kegiatan belum bisa
dirasakan secara maksimal oleh masyarakat. Hal ini menjadi permasalah pokok dalam
memberikan pelayanan supaya tercipta kenyamanan dan keamanan dalam menjalankan usaha.
BAB V
PENUTUP
11
managemen. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun guna meningkatkan
kapasitas pelayanan dan pengembangan usaha sangat kami harapkan.
Demikianlah laporan pertanggungjawaban ini dibuat, agar menjadi periksa dan dapat
diperguanakan sebagaimana mestinya.
TANDAR
12