Anda di halaman 1dari 3

Nama : Maftukhatul Faizah

NIM : 18030204091
Kelas : Pendidikan Biologi B 2018

Tugas Review Artikel Topik A

Perubahan global dan kepunahan spesies

Keanekaragaman hayati adalah istilah umum untuk mendefinisikan sejauh mana variasi
yang ada di alam, baik jumlah maupun frekuensi nya baik hewan, tumbuhan dan organisme lain
nya, sejauh ini sekitar 2,1 jutaan spesies telah diidentifikasi, kebanyakan kecil makhluk seperti
serangga, ilmuwan percaya sebenernya ada sekitar 13 juta spesies sesuai perkiraan UNEP ada
9,0 hingga 52 juta spesies yang ada dibumi (Mora et al, 2011).
Keanekaragaman hayati yang begitu beragamam terancam kelestarian nya yang diakibatkan
oleh perubahan global, penyebab perubahan global tersebut salah satunya adalah pemanasan
global yang menyebabkan perubahan iklim global. Perubahan iklim global terjadi secara
perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang, antara 50 – 100 tahun (Darwin P, 2011).
Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada
keanekaragaman hayati baik langsung maupun tidak langsung. Menurut Dampak langsung
diantaranya:
- Perubahan Iklim berdampak pada pada temperatur dan curah hujan. Hal ini mengakibatkan
beberapa spesies tidak dapat menyesuaikan diri, terutama spesies yang mempunyai kisaran
toleransi yang rendah terhadap fluktuasi suhu.
- Laju kepunahan meningkat dimana perubahan iklim sejalan dengan bertambahnya akumulasi
gas rumah kaca dalam atmosfer yang akan meningkatkan suhu permukaan bumi, yang
menimbulkan tekanan cukup besar pada ekosistem sehingga banyak beberapa kelompok
spesies yang rentan akan kepunahan karena perubahan iklim
- Perubahan iklim menimbulkan peristiwa ekstrim seperti meledaknya hama dan penyakit,
musim kering yang berkepanjangan.
Perubahan iklim berdampak tidak langsung terhadap ekosistem hutan yaitu terjadinya
kebarakan hutan akibat panjangya musim kemarau, mencairnya es di kutub menyebabkan
terdegradasi habitat hewan pada ekosistem kutub sehingga spesies yang tidak dapat beradaptasi
akan mengalami kepunahan (Darwin P, 2011). Perubahan iklim mungkin bertahap atau tiba-tiba
jika batasnya melebihi bagan atas atau bawah, akan berdampak pada kepunahan spesies.
Perubahan ikllim terkini, seperti lebih hangat suhu didaerah tertentu, sudah ada dampak
signifikan terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem (Rawat dan Semwal, 2014).
Perubahan iklim pada tahun 2050 dapat menyebabkan kepunahan dari banyak spesies yang hidup
dalam daerah dengan batas geografi tertentu. Pada akhir abad ini perubahan iklim dan
dampaknya dapat menjadi pendorong utama hilangnya keanekaragaan hayati secara keseluruhan.
Aktivitas manusia dan ancaman terhadap biodiversitas

Salah satu faktor yang sering dijadikan penyebab terjadinya penurunan keanekaragaman
hayati adalah pertambahan populasi manusia. Dampak dari jumlah populasi manusia
menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan akan makanan, tempat tinggal dan sandang.
Sehingga meningkatkan aktivitas manusia seperti konversi lahan yang menyebabkan perusakan
habitat. Perusakan habitat membuat seluruh habitat berubah secara fungsional, yang tidak dapat
mendukung spesies yang ada di habitat, dimana keanekaragaman hayati berkurang saat ada
organisme di habitat yang dipindahkan atau dimusnahkan dalam proses perusakan habitat
(Ayoade at al, 2009; Agarwal et al, 2011). Meningkatnya kebutuhan manusia karena
pertambahan populasi mengakibatkan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi
meningkat, sehingga meningkatnya pemanfaatan sumber daya alam yang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan yang berdampak pada hilangnya keanekaragaman genetik,
pengurangan spesies dan peningkatan perubahan ekosistem seperti perubahan acak populasi, dan
fragmentasi habitat yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Perusakan habitat
oleh aktivitas manusia berupa pemanfaatan sumber daya alam untuk produksi industri dan
urbanisasi, membersihkan kawasan hutan untuk pertanian, perubahan habitat sungai menjadi
lacustrine (reservoir) habitat dengan pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga sungai
(Agarwal et al, 2014), selain itu aktifitas manusia berupa pertambangan, penebangan pohon,
pembangunan jalan raya adalah contoh perusakan dan fragmentasi habitat yang menyebabkan
penurunan keanekaragaman hayati.
Eksploitasi berlebihan mengancam kelestarian spesies seperti ikan, invertebrata, pohon, dan
hewan yang diburu untuk diambil dagingnya (Rawat, 1998). Teknik penangkapan ikan yang
salah dengan alat peledak yang tidak hanya merusak ekosistem laut seperti merusak terumbu
karang, memusnahkan ikan-ikan kecil, dan memusnahkan biota laut yang lain nya, sehingga
keanekaragaman pada ekosistem laut terancam menurun. Perdagangan tumbuhan dan hewan
ataupun perdagangan bagian tubuh hewan secara illegal masih banyak terjadi yang dapat
mengurangi kelestarian tumbuhan dan hewan tersebut yang mengakibatkan hewan dan tumbuhan
tersebut terancam punah, seperti perdagangan cula badak dan kulit harimau.
Selain eksploitasi yang berlebihan, aktifitas manusia juga banyak menimbulkan polusi,
polusi termal merupakan ancaman bagi keanekaragaman hayati. Polusi dinitrogen oksida emisi
yang berkontribusi terhadap iklim global. Aktifitas industri disinyalir penyebab peningkatan
polusi, dari penggunaan bahan kimia seperti DDT, tumpahan minyak, pengendapan asam,
pembuangan limbah pabrik ke sungai yang menyebabkan eutrofikasi (blooming alga) yang dapat
menurunkan kadar oksigen dalam air yang menyebabkan kematian massal pada ikan. Keracunan
DDT yang digunakan untuk pestisida, juga penggunaan diklofenak pada kedokteran hewan yang
menyebabkan penetasan premature dan gagal ginjal pada burung (Green at al, 2004)
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, N. K., Singh, G. and Rawat, U.S., 2014. Present status and threats to the Ichthyofaunal
diversity of a snow fed river Nandakini in central Himalaya (Garhwal), India In. Rawat
U.S. & Semwal V.P. (eds.), Uttarakhand Disaster: Contemporary issue of Climate Change
and Development with Holistic Approach, Winsar Publication, Dehradun, India. pp: 173-
182.
Ayoade, A. A., Agarwal, N.K and Chandola-Saklani, A., 2009. Changes in Physico-chemical
Features and Plankton of Two Regulated High Altitude Rivers, Garhwal Himalaya, India.
European Journal of Scientific Research, 27 (1): 77-92
Darwin P.L. 2011. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Keanekaragaman Hayati Di Indonesia.
Jurnal Geografi. Vol 3, 107-113
Green, R. E., Newton, I., Shultz, S., Cunningham, A. A., Gilbert, M., Pain, D. J. and Prakash, V.,
2004. Diclofenac poisoning as a cause of vulture population declines across the Indian
subcontinent. Journal of Applied Ecology, 41(5): 793–800. doi:10.1111/j.0021-8901. 2004.
00954.x.
Mora, C., Tittensor, D.P., Adl, S., Simpson, A.G. and Worm, B., 2011. How many species are
there on Earth and in the ocean?. PLOS Biology. 9(8): e1001127.
doi:10.1371/journal.pbio.1001127. Retrieved on 26 May 2015.
Rawat, G.S., 1998. Temperate and alpine grassland of the Himalaya: Ecology and Conservation.
Parks, 8(3): 27-36.
Rawat, U.S. and Semwal V.P., 2014. Uttarakhand Disaster: Contemporary issue of Climate
Change and Development with Holistic Approach, Winsar Publication Dehradun, India.
pp: 417.

Anda mungkin juga menyukai