Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fhillio Agika Ginting

Nim : 180301285
Kelas : HPT 2018
M.Kuliah : Klinik Tanaman
Tugas : Resume

DAMPAK PENCEMARAN AIR DAN TANAH TERHADAP


TANAMAN
Pencemaran Air
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan. Air sebagai
sumber kehidupan. Begitupun bagi tanaman, tanah dan lingkungan. Air bisa
disebut dengan sumber kehidupan. Makhluk hidup bahkan tidak dapat hidup tanpa
air. Hanya saja di dalam kehidupan, banyak aspek yang menyebabkan
pencemaran air. Pencemaran air masih menjadi masalah yang cukup besar di
Indonesia akibat berbagai aspek. Aspek utama yaitu sampah.
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena
perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara, dan air) yang tidak
menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, binatang, dan
tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,
limbah industri, minyak, logam berbahaya dan sebagainya). Hal ini salah
satunya sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan
tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo, 2003). Kontaminasi pada
tanah dan perairan diakibatkan oleh banyak penyebab termasuk limbah
industri, limbah pertambangan, residu pupuk dan pestisida hingga bekas
instalasi senjata kimia. Bentuk kontaminasi berupa berbagai unsur dan
substansi kimia berbahaya (Squires 2001; Matsumoto 2001; Wise dkk, 2000)
yang mengganggu keseimbangan fisik, kimia, dan biologi tanah.

Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan


tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam
tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah
dan udara di atasnya. Kontaminasi oleh logam berat seperti kadmium (Cd),
seng (Zn), plumbum (Pb), kuprum (Cu), kobalt (Co), selenium (Se) dan nikel
(Ni) menjadi perhatian serius karena dapat menjadi potensi polusi pada
permukaan tanah maupun air tanah dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya
melalui air, angin, penyerapan oleh tumbuhan, dan bioakumulasi pada rantai
makanan (Chaney dkk., 1998).
Bagi pertumbuhan tanaman, air pun sangat berpengaruh. Air irigasi
adalah salah satunya. Menurut Direktorat Pengelolaan Air (2010), air
merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi pertanian. Oleh
karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka
penyediaan air untuk pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai
keperluan usaha tani, maka air (irigasi) harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan
mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang
pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian.
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran
dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke
dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut
sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya
masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan
limbah cair. Aspek pelaku atau penyebab dapat yang disebabkan oleh alam,
atau oleh manusia (Warlina, 2004),
Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal
dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan
sebagai bahan buangan: padat, cairan berminyak, organik dan olahan bahan
makanan, berupa panas, anorganik zat kimia.

Kebutuhan air untuk pesawahan memerlukan air yang cukup


banyak, misalnya untuk pengolahan lahan, kebutuhan ini tentu saja akan
meningkat manakala semua lahan yang ada melakukan hal yang sama. Kebutuhan
air akan bervariasi jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan, misalnya untuk
masa pengolahan lahan akan berbeda kebutuhan airnya dengan waktu akan
pemupukan dan beberapa hari sebelum panen. Air merupakan peranan penting
dalam pesawahan, karena ketersediaan air akan menentukan berhasil atau
gagalnya panen. Kebutuhan air dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
kebutuhan air pada rencana tanam dan kebutuhan air pada realisasi tanam.
Kebutuhan air rencana tanam dihitung bedasarkan rencana tanam yang dibuat oleh
pemerintahan setempat sedangkan untuk realisasi tanam dihitung berdasarkan
yang terjadi dilapangan (Sahrirudin., dkk, 2014).
Bagi pertumbuhan tanaman, pencemaran air ini menjadi pengaruh buruk.
Pencemaran air dapat menyebabkan meningkatnya tingkat serangan penyakit
bertambah. Jika serangan penyakit bertambah maka akan mempengaruhi juga
pada hasil produksi yang akan didapat. Rekomendasi strategi pengendalian
pencemaran sungai yang dapat digunakan menurut Mahyudin, dkk (2015)
adalah sebagai berikut : 1. Menjaga zona perlindungan setempat sempadan
sungai dengan melibatkan kader lingkungan dan komunitas hijau dalam
pemantauan, pengawasan dalam pengendalian pencemaran air di sepanjang
sungai. 2. Meningkatkan pemantauan kualitas air sungai dan pengawasan
terhadap pembuangan air limbah kesungai yang berpotensi mencemari sungai. 3.
Pemberian izin pembuangan air limbah ke sungai dengan memperhatikan
kondisi Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai. 4. Melakukan penegakan
hukum terhadap pelaku usaha yang melangar Baku Mutu Lingkungan yang telah
ditetapkan.

Pencemaran Tanah

Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan pengendali


gulma, hama dan penyakit baik dengan jumlah yang berlebihan tersebut
menyebabkan timbulnya residu dan runoff yang tidak hanya menjadi sumber
pencemar dan menganggu keseimbangan kualitas tanah tetapi juga hewan dan
manusia. Kekurang tepatan teknologi pertanian dari sisi persiapan lahan dan
proses produksi berakibat pada timbulnya erosi dan pemiskinan unsur hara dalam
tanah dilahan pertanian.
Pencemaran tanah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu.
Contohnya adalah pencemaran tanah yang di akibatkan penggunaan pupuk kimia
yang berlebihan dapat menyebabkan tekstur tanah menjadi rusak dan kehadiran
mikroorganisme tanah menjadi terganggu serta kandungan bahan organik yang
tidak cukup untuk pertumbuhan tanaman yang optimal. Hal itu tentunya juga
berpengaruh terhadap ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit, yang
menyebabkan tanaman tersebut rentan.

Pencemaran tanah juga bisa diakibatkan sampah sampah an-organik.


Apabila tumpukan sampah tersebut terus saja dibiarkan maka akan semakin
mencemari lingkungan dan dapat menghasilkan senyawa yang beracun pada
tanah. Jika tidak segera ditanggulangi maka dapat menurunkan kesuburan tanah
serta produktivitas tanah, karena mikroorganisme di dalam tanah akan mati
sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah akan semakin rendah.
Sampahsampah plastik ini juga tidak dianjurkan untuk dibakar karena selain
hanya menghabiskan bensin dan korek api serta menimbulkan polusi udara,
pembakaran sampah plastik dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan
hidup. Banyak zat kimia yang berbahaya yang akan terlepas ke udara jika
membakar plastik. Bahan itu misalnya ialahdioksindanfurans. Mungkin kita
belum tahu apa itu dioksin dan furan. Keduanya diketahui memiliki kaitan dengan
penyakit kanker dan gangguan pernapasan, bahkan disebut sebagai bahan-bahan
paling berbahaya yang pernah ada. Plastik seperti PVC (polyvinylchloride) yang
terkandung dalam botol, wadah air, dan bungkus plastik makanan kita. Jika benda-
benda ini terbakar, tidak cuma dioksin dan furan tapi juga karbon monoksida yang
akan mencemari atmosfer.

Difinisi kualitas tanah menurut Doran dan Safley (1997) adalah kecocokan
sifat kimia, fisika dan biologi tanah secara bersama-sama :

a. Menyediakan suatu medium untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas


biologi.

b. Mengatur dan memilah aliran air dan penyimpanan lingkungan.

c. Sebagai penyangga lingkungan dalam pembentukan dan perusakan senyawa-


senyawa yang meracuni lingkungan

Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka secara garis besar terdapat 3


(tiga) faktor penentu kualitas tanah yaitu (1) faktor kimia (ketersediaan unsur hara
dan tidak adanya senyawa beracun bagi tanaman, (2) faktor fisika (struktur,
drainase internal, kedalam drainase dan tingkat elastisitas terhadap kerusakan)
serta biologis (populasi organisme, penyakit parasit dan gulma).
REFERENSI

Chaney RL, Brown SL, Angle JS. 1998a. Soil-root interface: Food chain
contamination and ecosystem health. Di dalam: Huang M, et al (ed).
Madison WI: Soil Sci Soc Am 3:9-11.
Direktorat Pengelolaan Air, 2010. Pedoman Teknis Rehabilitasi Jaringan Tingkat
Usahatani (JITUT)/Jaringan Irigasi Desa (JIDES). Direktorat Jenderal
Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian. Jakarta.

Doran, J.W. and M. Safley. 1997. Defining and assessing soil health and
sustainable productivity. In: Pankhurst, C. B.M. Doube, V. Gupta (Eds),
Biological Indicators of Soil Health. CAB International, Wallingford, pp 1-

Mahyudin, Soemarno, dan Tri Budi Prayogo. 2015. Analisis Kualitas Air Dan
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen
Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya 2 Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian. J-PAL, Vol. 6, No. 2.

Malhotra, Naresh, K., 1999, Marketing Research An Applied Orientation,


Prentice Hall Inc., Upper Saddle River, New Yersey.
Sahrirudin, Sulwan Permana, dan Ida Farida. Analisis Kebebutuhan Air Irigasi
Untuk Daerah Irigasi Cimanuk Kabupaten Garut. Jurnal irigasi Sekolah
Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151
Indonesia.

Sitompul, S. M. dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM


Press: Yogjakarta.
Squires VR. 2001. Soil pollution and remediation: issues, progress andprospects.
Di dalam: Prosiding Workshop Vegetation Recovery in Degraded land
Areas. Kalgoorlie, Australia, 27 Okt-3 Nov 2001.hlm 11-20.

Sudaryono, 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol Pada Lahan Pertambang


Batubara Sangatta, Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Lingkungan. 10(3).
337-346 hal.

Wardhana, Wisnu Aria, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit


Andi Offset Jogyakarta, Jogyakarta.

Warlina, Lina, 1985, Pengaruh Waktu InkubasiBOD Pada Berbagai Limbah,


FMIPA. Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai