Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ABIL FEBRIANDI

KELAS : BIOLOGI 1
MATKUL : KIMIA DASAR
DOSEN PENGAMPU. : BAHARUDDIN YUSUF HABIBIE

SEJARAH KIMIA MENURUT ISLAM

Ilmu kimia merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para kimiawan Muslim
di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun mengakui
bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan para kimiawan Muslim. Tak heran,
bila dunia menabalkan kimiawan Muslim bernama Jabir Ibnu Hayyan sebagai 'Bapak
Kimia Modern'. "Para kimiawan Muslim adalah pendiri ilmu kimia," cetus Ilmuwan
berkebangsaan Jerman di abad ke-18 M. Tanpa tedeng aling-aling, Will Durant dalam
The Story of Civilization IV: The Age of Faith, juga mengakui bahwa para kimiawan
Muslim di zaman kekhalifahanlah yang meletakkan fondasi ilmu kimia modern. Menurut
Durant, kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh peradaban
Islam. "Dalam bidang ini (kimia), peradaban Yunani (seperti kita ketahui) hanya
sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar," ungkapnya. Sedangkan, peradaban
Islam, papar dia, telah memperkenalkan observasi yang tepat, eksperimen yang
terkontrol, serta catatan atau dokumen yang begitu teliti. Tak hanya itu, sejarah
mencatat bahwa peradaban Islam di era kejayaan telah melakukan revolusi dalam
bidang kimia. Kimiawan Muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi sebuah
industri yang penting bagi peradaban dunia. Dengan memanfaatkan ilmu kimia, Ilmuwan
Islam di zaman kegemilangan telah berhasil menghasilkan sederet produk dan penemuan
yang sangat dirasakan manfaatnya hingga kini. Berkat revolusi sains yang
digelorakan para kimiawan Muslim-lah, dunia mengenal berbagai industri serta zat
dan senyawa kimia penting. Adalah fakta tak terbantahkan bahwa alkohol, nitrat,
asam sulfur, nitrat silver, dan potasium--senyawa penting dalam kehidupan manusia
modern--merupakan penemuan para kimiawan Muslim. Revolusi ilmu kimia yang dilakukan
para kimiawan Muslim di abad kejayaan juga telah melahirkan teknik-teknik
sublimasi, kristalisasi, dan distilasi. Dengan menguasai teknik-teknik itulah,
peradaban Islam akhirnya mampu membidani kelahiran sederet industri penting bagi
umat manusia, seperti industri farmasi, tekstil, perminyakan, kesehatan, makanan
dan minuman, perhiasan, hingga militer. Pencapaian yang sangat fenomenal itu
merupakan buah karya dan dedikasi para ilmuwan seperti Jabir Ibnu Hayyan, Al-Razi,
Al-Majriti, Al-Biruni, Ibnu Sina, dan masih banyak yang lainnya. Setiap kimiawan
Muslim itu telah memberi sumbangan yang berbeda-beda bagi pengembangan ilmu kimia.
Jabir (721 M-815 M), misalnya, telah memperkenalkan eksperimen atau percobaan
kimia. Ia bekerja keras mengelaborasi kimia di sebuah laboratorium dengan
serangkaian eksperimen. Salah satu ciri khas eksperimen yang dilakukannya bersifat
kuantitatif. Ilmuwan Muslim berjuluk 'Bapak Kimia Modern' itu juga tercatat sebagai
penemu sederet proses kimia, seperti penyulingan/distilasi, kristalisasi, kalnasi,
dan sublimasi. Sang ilmuwan yang dikenal di Barat dengan sebutan 'Geber' itu pun
tercatat berhasil menciptakan instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Selain
itu, dia pun mampu menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan,
kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Berkat
jasanya pula, teori oksidasi-reduksi yang begitu terkenal dalam ilmu kimia
terungkap. Senyawa atau zat penting seperti asam klorida, asam nitrat, asam sitrat,
dan asam asetat lahir dari hasil penelitian dan pemikiran Jabir. Ia pun sukses
melakukan distilasi alkohol. Salah satu pencapaian penting lainnya dalam merevolusi
kimia adalah mendirikan industri parfum. Ilmuwan Muslim lainnya yang berjasa
melakukan revolusi dalam ilmu kimia adalah Al-Razi (lahir 866 M). Dalam karyanya
berjudul, Secret of Secret, Al-Razi mampu membuat klasifikasi zat alam yang sangat
bermanfaat. Ia membagi zat yang ada di alam menjadi tiga, yakni zat keduniawian,
tumbuhan, dan zat binatang. Soda serta oksida timah merupakan hasil kreasinya. Al-
Razi pun tercatat mampu membangun dan mengembangkan laboratorium kimia bernuansa
modern. Ia menggunakan lebih dari 20 peralatan laboratorium pada saat itu. Dia juga
menjelaskan eksperimen-eksperimen yang dilakukannya. "Al-Razi merupakan ilmuwan
pelopor yang menciptakan laboratorium modern," ungkap Anawati dan Hill. Bahkan,
peralatan laboratorium yang digunakannya pada zaman itu masih tetap dipakai hingga
sekarang. "Kontribusi yang diberikan Al-Razi dalam ilmu kimia sungguh luar biasa
penting," cetus Erick John Holmyard (1990) dalam bukunya, Alchemy. Berkat Al-Razi
pula industri farmakologi muncul di dunia. Sosok kimiawan Muslim lainnya yang tak
kalah populer adalah Al-Majriti (950 M-1007 M). Ilmuwan Muslim asal Madrid,
Spanyol, ini berhasil menulis buku kimia bertajuk, Rutbat Al-Hakim. Dalam kitab
itu, dia memaparkan rumus dan tata cara pemurnian logam mulia. Dia juga tercatat
sebagai ilmuwan pertama yang membuktikan prinsip-prinsip kekekalan masa --yang
delapan abad berikutnya dikembangkan kimiawan Barat bernama Lavoisier. Sejarah
peradaban Islam pun merekam kontribusi Al-Biruni (wafat 1051 M) dalam bidang kimia
dan farmakologi. Dalam Kitab Al-Saydalah (Kitab Obat-obatan), dia menjelaskan
secara detail pengetahuan tentang obat-obatan. Selain itu, ia juga menegaskan
pentingnya peran farmasi dan fungsinya. Begitulah, para kimiawan Muslim di era
kekhalifahan berperan melakukan revolusi dalam ilmu kimia. Industri Kimia Warisan
Kejayaan IslamBagi peradaban Islam, kimia bukan hanya teori belaka. Melalui
berbagai upaya, umat Islam di abad keemasan telah melahirkan sederet industri yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Berikut ini adalah industri berbasis
kimia yang dilahirkan peradaban Islam. Keramik dan gerabah

Sejak abad ke-8 M hingga 18 M, penggunaan keramik glazed begitu populer di ranah
seni Islam. Teknologi penciptaan keramik itu dikembangkan para seniman Islam.
Basrah, Irak, menjadi sentra pembuatan gelas tak tembus cahaya. Selain itu, Ar-
Raqqah, Suriah, pada abad ke-8 M juga tercatat sebagai pusat produksi gelas dan
gerabah. Lem keju

Dalam bukunya bertajuk, Book of the Hidden Pearl, Jabir Ibnu Hayyan untuk pertama
kali menjelaskan tentang resep pembuatan lem dari keju. Minyak dan produk-produk
turunannya Sejak abad ke-8 M, jalanan di Kota Baghdad telah dilapisi dengan aspal.
Si hitam yang membuat jalan mulus itu merupakan produk turunan dari minyak setelah
melalui distilasi. Pada abad ke-9 M, ladang minyak di sekitar Baku, Azerbaijan,
sudah mulai diekploitasi dan dibuat naftah atau minyak tanah. Al-Razi tercatat
sebagai kimiawan pertama yang mampu memproduksi minyak tanah melalui distilasi.
Metode pembuatan minyak tanah itu diungkapkannya dalam Kitab Al-Asrar (Buku
Rahasia). Kimiawan Muslim tercatat sebagai yang pertama memproduksi bensin dari
minyak mentah melalui distilasi. Minyak mawar

Pertama kali diproduksi oleh kimiawan Muslim melalui distilasi bunga mawar. Minyak
mawar digunakan untuk minuman dan industri parfum. Industri minuman

Kopi. Minuman kopi pertama kali berkembang di dunia Islam. Kali pertama, minuman
kopi ditemukan masyarakat Muslim di Yaman pada abad ke-10 M. Di Yaman, kopi diracik
sebagai minuman bernama Al-Qahwa. Konon, minuman itu dibuat oleh kelompok sufi agar
mereka dapat tetap beribadah serta berzikir sepanjang malam. Kopi menyebar ke
seluruh negeri Muslim melalui para pelancong, jamaah haji, dan para pedagang.
Minuman kopi mulai dikenal masyarakat Makkah dan Turki di akhir abad ke-15 M.
Sedangkan, masyarakat Mesir baru bisa mencicipi kopi pada abad ke-16 M. Masyarakat
Eropa baru mengenal nikmatnya kopi pada abad ke-17 M. Kopi masuk ke Eropa melalui
Italia. Hubungan perdagangan antara Venisia dengan Afrika Utara, khususnya Mesir,
menjadi pintu masuknya kopi ke Eropa. - Penyulingan dan pemurnian air

Para kimiawan Muslim merupakan yang pertama kali memproduksi air suling dan air
murni. Ini dilakukan untuk mengatasi perjalanan panjang melalui gurun yang tak
jelas sumber airnya. - Minuman ringan

Sherbet tercatat sebagai minuman ringan berkarbon pertama di dunia. Kimiawan Muslim
di era kejayaan juga banyak yang menciptakan resep minuman sirup yang dapat
bertahan di luar lemari es selama satu pekan hingga satu bulan. Batu Mulia dan
Mutiara
Dalam Kitab Al-Durra al-Maknuna Jabir sudah mampu menjelaskan resep pembuatan
mutiara buatan dan pemurnian mutiara. Gelas Silika

Industri gelas silika ditemukan Abbas Ibnu Firnas (810 M-887 M). Dia yang pertama
mencipatakan gelas dari pasir dan batu.
Pengembangan produk kosmetik di dunia Islam begitu gencar dilakukan seorang dokter
dan ahli bedah Muslim di Andalusia, Al-Zahrawi (936 M-1013 M), pada abad ke-10 M.
Dalam ensiklopedia kesehatan yang berjudul, Al-Tasreef, Albucassis begitu Barat
menjuluki Al-Zahrawi, telah mengupas secara khusus tentang kosmetik. Bagi Al-
Zahrawi, kosmetik merupakan bagian dari pengobatan. Kitab Al-Tasreef ini begitu
besar pengaruhnya di Eropa. Sabun
Sabun yang berasal dari minyak tumbuhan (olive oil), minyak aroma kali pertama
diproduksi oleh kimiawan Muslim. Parfum
adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa kebudayaan Islam telah memberi pengaruh
yang sangat signifikan terhadap perkembangan industri parfum di dunia Barat. Dunia
Islam berkontribusi besar dalam memperkenalkan proses ekstrasi wewangian melalui
teknologi distilasi uap yang telah dikembangkan para ilmuwan Islam sejak abad ke-8
M. Industri parfum modern di dunia Barat pun banyak mengadopsi bahan ramuan parfum
yang telah dikembangkan para ahli kimia Muslim. Mesiu

Fakta sejarah menyebutkan bahwa ahli kimia Muslim bernama Khalid bin Yazid (wafat
tahun 709 M) sudah mengenal potassium nitrat (KNO3)--bahan utama pembuat mesiu--
pada abad ke-7 M. Dua abad lebih cepat dari Cina. Menurut Prof Ahmad Y Al-Hassan
dalam bukunya bertajuk, Islamic Technology an Ilustrated History (1986), potasium
nitrat dikenal di dunia teknologi Islam dengan beragam nama. Senyawa kimia itu pada
awalnya digunakan dalam proses metalurgi serta digunakan untuk membuat asam nitrat
dan aqua regia. ''Rumus dan resepnya dapat ditemukan dalam karya-karya Jabir Ibnu
Hayyan (wafat tahun 815 M), Abu Bakar Al-Razi (wafat tahun 932 M), dan ahli kimia
Muslim lainnya,'' papar Prof Al-Hassan. Dari abad ke abad, istilah potasium nitrat
di dunia Islam selalu tampil dengan beragam nama, seperti natrun, buraq, milh al-
ha'it, shabb Yamani, serta nama lainnya.

Anda mungkin juga menyukai