(RPP 1)
A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
4.1 Merancang dan melakukan penelitian • Menyusun dan menyajikan hasil telaah tentang
sederhana tentang peristiwa dan dinamika dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara
yang terjadi di masyarakat terkait dan pandangan hidup bangsa dengan penuh rasa
penerapan Pancasila sebagai dasar negara tanggung jawab
dan pandangan hidup bangsa • Mensimulasikan peran tokoh nasional dalam
perwujudan Pancasila sebagai dasar Negara
Nilai Karakter: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat
PERTEMUAN 1:
1. Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara yang merupakan anugerah Tuhan Yang
Maha Esa
2. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa awal
kemerdekaan.
3. Mengidentifikasi upaya –upaya untuk mengganti Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa awal
kemerdekaan
PERTEMUAN 2
.
1. Menunjukkan sikap bangga akan tanah air sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
Negara
2. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Lama
3. Mengidentifikasi beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945
PERTEMUAN 3
1. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru.
2. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Reformasi
D.Materi Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran Reguler
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
Penerapan Pancasila dari masa kemasa
Pancasila yang harus dihayati dan diamalkan adalah Pancasila yang sila-silanya tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Sila-sila Pancasila itu adalah sebagai berikut.
Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan
pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya. Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa mengandung nilai keagamaan, memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
pemeluk agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia.
Dengan demikian paham atheisme (tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa) tidak diakui di
bumi Indonesia.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai kesamaan derajat, kewajiban, hak,
cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan, toleransi,
dan gotong royong.
Sila persatuan Indonesia dalam masyarakat Indonesia yang majemuk mengandung nilai persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah sebagai pengikat yang menjamin keutuhan nasional atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika. Nilai ini menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Sebaliknya kepentingan pribadi dan golongan diserasikan dalam rangka
kepentingan bangsa dan negara.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengandung nilai keadilan, keseimbangan
antara hak dan kewajiban, menghargai hak orang lain, gotong royong, dan kerja keras untuk
mewujudkan kemajuan yang adil dan merata.
Melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari berarti melaksanakan semua nilai
yang terkandung dalam Pancasila baik nilai keagamaan, nilai kemanusian, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan sosial.
Contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari adalah sebagai berikut:
Contoh perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila adalah sebagai berikut:
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah disepakati oleh
seluruh bangsa Indonesia. Akan tetapi, dalam perwujudannya banyak sekali mengalami pasang
surut. Bahkan sejarah bangsa kita telah mencatat bahwa pernah ada upaya untuk mengganti
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dengan ideologi lainnya. Upaya ini
dapat digagalkan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Meskipun demikian, tidak berarti ancaman terhadap Pancasila sebagai dasar negara sudah
berakhir. Tantangan masa kini dan masa depan yang terjadi dalam perkembangan masyarakat
Indonesia dan dunia internasional dapat menjadi ancaman bagi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara dan pandangan hidup.
Berikut ini akan kami coba paparkan perkembangan penerapan Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa semenjak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang.
a. Periode 1945-1950
Pada periode ini, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup menghadapi
berbagai masalah. Ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa. Upaya-upaya tersebut terlihat dari munculnya gerakan-gerakan
pemberontakan yang tujuannya menganti Pancasila dengan ideologi lainnya. Ada dua
pemerontakan yang terjadi pada periode ini yaitu:
Tantangan yang berat terjadi ada periode ini dengan munculnya berbagai pemberontakan seperti
Republik Maluku Selatan (RMS), Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), dan
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin melepaskan diri dari NKRI.
Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang
dianggap paling demokratis. Tetapi anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun
Undang-Undang Dasar seperti yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan
keamanan, yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk
membubarkan Konstituante, Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 tidak berlaku, dan
kembali kepada Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Kesimpulan yang ditarik dari penerapan
Pancasila selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata
tidak menjamin stabilitas pemerintahan.
c. Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada
kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada
kekuasaan pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap
Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden
seumur hidup, dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok
bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup
bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.
Pada periode ini terjadi Pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 yang dipimpin oleh
D.N Aidit. Tujuan pemberontakan ini adalah kembali mendirikan Negara Soviet di Indonesia serta
mengganti Pancasila dengan paham komunis. Pemberontakan ini bisa digagalkan, dan semua
pelakunya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya.
Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu antara
tahun 1966-1968, ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Era yang
kemudian dikenal sebagai Orde Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila. Visi utama
pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Dengan visi tersebut, Orde Baru memberikan secercah harapan bagi rakyat Indonesia, terutama
yang berkaitan dengan perubahan-perubahan politik, dari yang bersifat otoriter pada masa
demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno menjadi lebih demokratis. Harapan rakyat
tersebut tentu saja ada dasarnya. Presiden Soeharto sebagai tokoh utama Orde Baru dipandang
rakyat sebagai sesosok manusia yang mampu mengeluarkan bangsa ini keluar dari keterpurukan.
Hal ini dikarenakan beliau berhasil membubarkan PKI, yang ketika itu dijadikan musuh utama
negeri ini. Selain itu, beliau juga berhasil menciaptakan stabilitas keamanan negeri ini pasca
pemberontakan PKI dalam waktu yang relatif singkat. Itulah beberapa anggapan yang menjadi
dasar kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Presiden
Soeharto.
Harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya terwujud. Karena, sebenarnya tidak ada perubahan
yang subtantif dari kehidupan politik Indonesia. Antara Orde Baru dan Orde Lama sebenarnya
sama saja (sama-sama otoriter). Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, kekuasaan
Presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di Indonesia. Lembaga Kepresidenan
merupakan pengontrol utama lembaga negara lainnya baik yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR,
DPA, BPK dan MA) maupun yang bersifat infrastruktur (LSM, Partai Politik, dan sebagainya). Selain
itu juga Presiden Soeharto mempunyai sejumlah legalitas yang tidak dimiliki oleh siapapun seperti
Pengemban Supersemar, Mandataris MPR, Bapak Pembangunan dan Panglima Tertinggi ABRI.
Dari uraian di atas, kita bisa menggambarkan bahwa pelaksanaan demokrasi Pancasila masih jauh
dari harapan. Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen hanya dijadikan alat
politik penguasa belaka. Kenyataan yang terjadi demokrasi Pancasila sama dengan kediktatoran.
3. Masa Reformasi
Pada masa reformasi, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
terus menghadapi berbagai tantangan. Penerapan Pancasila tidak lagi dihadapkan pada ancaman
pemberontakan-pemberontakan yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lain, akan tetapi
lebih dihadapkan pada kondisi kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan yang serba
bebas.
Kebebasan yang mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini meliputi berbagai macam
bentuk mulai dari kebebasan berbicara, berorganisasi, berekspresi dan sebagainya. Kebebasan
tersebut di satu sisi dapat memacu kreatifitas masyarakat, tapi disisi lain juga bisa mendatangkan
dampak negatif yang merugikan bangsa Indonesia sendiri. Banyak hal negatif yang timbul sebagai
akibat penerapan konsep kebebasan yang tanpa batas, seperti munculnya pergaulan bebas, pola
komunikasi yang tidak beretika dapat memicu terjadinya perpecahan, dan sebagainya.
Kemudian, saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada perkembangan dunia yang sangat cepat dan
mendasar, serta berpacunya pembangunan bangsa-bangsa. Dunia saat ini sedang terus dalam
gerak mencari tata hubungan baru, baik di lapangan politik, ekonomi maupun pertahanan
keamanan.
Walaupun bangsa-bangsa di dunia makin menyadari bahwa mereka saling membutuhkan dan
saling tergantung satu sama dengan yang lain, namun persaingan antar kekuatan-kekuatan besar
dunia dan perebutan pengaruh masih berkecamuk. Salah satu cara untuk menanamkan pengaruh
kepada negara lain adalah melalui penyusupan ideologi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kewaspadaan dan kesiapan harus kita tingkatkan untuk menanggulangi penyusupan
ideologi lain yang tidak sesuai dengan Pancasila. Hal ini lebih penting artinya, karena sebagian
besar bangsa kita termasuk masyakat berkembang. Masyarakat yang kita cita-citakan belum
terwujud secara nyata, belum mampu memberikan kehidupan yang lebih baik sesuai cita-cita
bersama. Keadaan ini sadar atau tidak sadar, terbuka kemungkinan bangsa kita akan berpaling dari
Pancasila dan mencoba membangun masa depannya dengan diilhami oleh suatu pandangan hidup
atau dasar negara yang lain.
E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus
G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik
Pendahuluan 15menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan
sumber belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru Menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
8. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
• Guru meminta peserta didik mengamati gambar penerapan
Kegiatan inti 90menit
Pancasila darimasa kemasa (literasi) dan mencatat hal-hal
Tahap 1
yang penting atau yang ingin diketahui dalam gambar
tersebut.
• Guru dapat memberi penjelasan singkat tentang
gambar, sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu
peserta didik berkaitan dengan penerapan Pancasila
darimasa kemasa
• Guru memandu peserta didik untuk Mengidentifikasi
dan
mengidentifikasi dan menganalisis rumusan pertanyaan
sesuai tujuan pembelajaran
• Peserta didik memberikan jawaban sementara atas
pertanyaan yang dirumuskan (hipotesis)
Tahap 2 Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi
dengan melakukan kajian dokumen historis(creative) dan
mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun,
juga mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi
lain atau internet .
Tahap 3 Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai informasi (nilai kemandirian, gotong
royong) yang sudah diperoleh sebelumnya,
Pertemuan ke - 2
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 15menit
Pendahuluan
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan
kerapian kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta
didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi.
4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6. Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar
perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa
Orde Lama
Pertemuan ke - 3
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan awal 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 15
menit
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan
kerapian kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi perwujudan nilai-nilai
Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru dan
Reformasi.
3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
4. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
5. Guru menjelaskan materi perwujudan nilai-nilai Pancasila
sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru dan Reformasi yang
akan dilakukan peserta didik.
6. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian
yang akan digunakan.
1. Peserta didik mempersiapkan segala perlengkapan untuk 90menit
Kegiatan inti
pelaksanaan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar
Negara pada masa Orde Baru dan Reformasi
2. Peserta didik dengan perannya masing-masing
melaksanakan simulasi dengan sebaik-baiknya.
3. Guru mengamati keterampilan peserta didik secara
perorangan dan kerja kelompok dalam melaksanakan
Simulasi perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara
pada masa Orde Baru dan Reformasi
4. Guru membimbing peserta didik membuat atau
mendokumentasikan simulasi perwujudan nilai-nilai Pancasila
sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru dan Reformasi
5. Memberi motivasi dan penghargaan atas penampilan seluruh
peserta didik dalam simulasi.
6. Peserta didik mengevaluasi dan merefleksi kegiatan
simulasi.
Kegiatan Akhir 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan arti 15 menit
penting perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara
pada masa Orde Baru dan Reformasi.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan
perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa
Orde Baru dan Reformasi dengan meminta peserta didik
menjawab pertanyaan berikut ini.
I. Penilaian
1. Penilaian Reguler
2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;
3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.
4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
C. Kompetensi Pengetahuan
D. Aspek Keterampilan.
a. Tehnik Penikaian : Praktik
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.
c. Kisi- kisi :
1.
N Aspek Indikator Jumla
o h butir
1 Partisipasi a. Mendukung kerjasama kelompok 2
b. Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan a. Keberanian berbicara di depan umum
berbicara b. Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
c. Menanggapi pertanyaan dengan lugas
dan jelas
d. Menerima secara logis pendapat
kelompok lain
2. Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
3. Pengayaan
Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat ringkasan
perkembangan penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
semenjak awal kemerdekaan
.
Instrumen penilaian
1
2
No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 2)
A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
4.1 Merancang dan melakukan penelitian • Menyusun dan menyajikan hasil telaah tentang
sederhana tentang peristiwa dan dinamika dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara
yang terjadi di masyarakat terkait dan pandangan hidup bangsa dengan penuh rasa
penerapan Pancasila sebagai dasar negara tanggung jawab
dan pandangan hidup bangsa • Mensimulasikan peran tokoh nasional dalam
perwujudan Pancasila sebagai dasar Negara
Nilai Karakter: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat
PERTEMUAN 1:
1. Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Esa
2. Mengidentifikasi defenisi Idiologi menurut para pakar (akhli )
3. Mengidentifikasi Idiologi bangsa Indonesia.
4. Mendeskripsikan cirri- cirri khas idiologi terbuka
PERTEMUAN 2
1. Menunjukkan sikap bangga akan tanah air sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara..
2. Mendeskripsikan kedudukan Pancasila sebagai idiologi terbuka.
3. Mengidentifikasi hal- hal yang selalu diperhatikan dalam keterbukaan idiologi Pancasila
4. Mengidentifikasi nilai- nilai yang terkandung dalam keterbukaan idiologi Pancasila
5. Mendeskripsikan 3 dimensi Pancasila sebagai idiologi terbuka
D.Materi Pembelajaran
2.Pengertian ideologi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) terbagi menjadi 3,
berikut penjelasannya :
• Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup
• Ideologi adalah cara berpikir seseorang atau suatu golongan
• Ideologi adalah paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik
Selain pengertian ideologi diatas, para ahli dan pakar memiliki pendapat dan pandangan
yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu ideologi. Untuk lebih jelasnya, simak
berikut ini pengertian ideologi menurut para ahli secara lengkap,
Alfian:Pengertian ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan
adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.
C.C. Rode :Pengertian ideologi adalah sekumpulan yang secara logis berkaitan dan
mengindentifikasikan nilai-nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya.
Gunawan Setiardjo :Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah ‘aqliyyah
(akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam
kehidupan
A.S. Hornby:Ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi
dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.
Frans Magnis Suseno:Ideologi adalah keseluruhan sistem berpikir dan sikap dasar rohaniah
sebuah gerakan, kelompok sosial atau individu.
Thomas H:Pengertian ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah
agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
Francis Bacon:Ideologi adalah sintesis pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.
Karl Marx:Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama
dalam masyarakat.
Manfred Steger dan Paul James:Menurut mereka apa yang dimaksud dengan ideologi ada
dua, yaitu sebagai berikut,
• Ideologi adalah sekelompok ide dan konsep yang normatif yang memiliki pola, yang
merupakan representasi dari kekuatan politik yang ada.
• Ideologi adalah peta konsep yang membantu masyarakat dalam mengarahkan
kompleksnya kehidupan berpolitik dan keyakinan akan kebenaran sosial.
Louis Althuser:Ideologi adalah suatu gagasan yang spekulatif, namun bukan gagasan
palsu, karena bukan dimaksudkan untuk menggambarkan suatu realitas melainkan untuk
dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana semestinya manusia itu dapat menjalani
hidupnya.
Dr. Hafidh Shaleh:Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa
konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem
kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode
untuk mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta
metode menyebarkannya ke seluruh dunia.
Nicollo Machiavelli:Pengertian ideologi adalah pengetahuan mengenai cara
menyembunyikan kepentingan, mendapatkan, serta mempertahankan kekuasaan dengan
memanfaatkan konsepsi-konsepsi keagamaan dan tipu daya.
Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam
masyarakat sendiri. Ideologi terbuka mempunyai banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan
ideologi tertutup. Keunggulan tersebut dapat kita temukan dengan cara membandingkan
karakteristik kedua ideologi tersebut.
Perbedaan
Ideologi terbuka lebih unggul jika dibandingkan dengan ideologi tertutup. Hal tersebut membuat
ideologi terbuka tidak hanya sekedar dibenarkan,melainkan dibutuhkan oleh berbagai negara.
Hampir dapat dipastikan, negara yang menganut sistem ideologi tertutup seperti negara komunis,
mengalami kehancuran secara ideologis.
Beberapa contoh keterbukaan ideologi Pancasila dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan,
hukum, kebudayaan, pertahanan dan kemanan antara lain sebagai berikut.
1. Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, Keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal, sehingga di dalamnya
terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat
tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup negara. Nilai dasar tersebut selanjutnya
dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2. Nilai instrumental, yaitu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
Misalnya program-program pembangunan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman dan aspirasimasyarakat, undang-undang, dan departemen-departemen sebagai
lembaga pelaksana juga dapat berkembang. Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan
perubahan.
3. Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang
dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Inilah sebabnya bahwa ideologi Pancasila
merupakan ideologi yang terbuka.
Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi Idealisme
Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat
sistematis, rasional dan menyeluruh itu, pada hakikatnya bersumber pada filsafat Pancasila.
Dimensi idealisme yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme
serta mampu mendorong motivasi pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-citanya.
b. Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma keagamaan.
Dalam pengertian ini Pancasila terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan tertib hukum tertinggi dalam negara Republik
Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental).
c. Dimensi Realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan kata lain, Pancasila memiliki keluwesan
yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka ideologi
Pancasila:
• Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari
kehidupan sehari-hari secara nyata
• Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup, melainkan suatu norma
yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang mamapu melakukan perubahan.
• Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya menekankan pada segi
praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme.
Pancasila dapat dipastikan bukan merupakan ideologi tertutup, tetapi ideologi terbuka. Akan
tetapi, meskipun demikian keterbukaan Pancasila bukan berarti tanpa batas. Keterbukan ideologi
Pancasila harus selalu memperhatikan:
.
3. Materi Pembelajaran Remedi.
Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi Idealisme
Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat
sistematis, rasional dan menyeluruh itu, pada hakikatnya bersumber pada filsafat Pancasila.
Dimensi idealisme yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme
serta mampu mendorong motivasi pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-citanya.
b. Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma keagamaan.
Dalam pengertian ini Pancasila terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan tertib hukum tertinggi dalam negara Republik
Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental).
c. Dimensi Realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan kata lain, Pancasila memiliki keluwesan
yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka ideologi
Pancasila:
• Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari
kehidupan sehari-hari secara nyata
• Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup, melainkan suatu norma
yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang mamapu melakukan perubahan.
• Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya menekankan pada segi
praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme.
E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus
G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15
Pendahuluan menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan
sumber belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru Menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
8. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
• Guru meminta peserta didik mengamati gambar.Dinamika Nilai-
Kegiatan inti 90menit
Nilai Pancaaila Sesuai Dengan Perkembangan Zaman (literasi) dan
Tahap 1
mencatat hal-hal yang penting atau yang ingin diketahui dalam
gambar tersebut.
Pertemuan ke - 2
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 15 menit
Pendahuluan
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan
kerapian kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber
belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta
didiik menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi.
4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6. Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar
kedudukan Pancasila sebagai idiologi terbuka
I. Penilaian
1. Penilaian Reguler
a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah
2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;
3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.
4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
.
C. Kompetensi Pengetahuan
a.Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan
5 Peserta didik dapat mengidentifikasi hal- Tuliskan hal- hal yang selalu
hal yang selalu diperhatikan dalam diperhatikan dalam keterbukaan
keterbukaan idiologi Pancasil idiologi Pancasila
6 Peserta didik dapat mengidentifikasi nilai- Tuliskan nilai- nilai yang terkandung
nilai yang terkandung dalam keterbukaan dalam keterbukaan idiologi Pancasila
idiologi Pancasila
D.Aspek Keterampilan.
1.Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
2 .Pengayaan
Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan .
Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020
Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran
Instrumen penilaian
1
2
No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 3)
A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
4.1 Merancang dan melakukan penelitian • Menyusun dan menyajikan hasil telaah tentang
sederhana tentang peristiwa dan dinamika dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara
yang terjadi di masyarakat terkait dan pandangan hidup bangsa dengan penuh rasa
penerapan Pancasila sebagai dasar negara tanggung jawab
dan pandangan hidup bangsa • Mensimulasikan peran tokoh nasional dalam
perwujudan Pancasila sebagai dasar Negara
Nilai Karakter: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat
PERTEMUAN 1:
1. Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Esa
2. Menunjukkan sikap bangga akan tanah air sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
3. Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan
PERTEMUAN 2
1. Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik dan hokum
2. Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Ekonomi
PERTEMUAN 3
1. Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang social budaya.
2. Mengidentifikasi Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Pertahanan dan keamanan.
D.Materi Pembelajaran
Perkembangan bidang politik antara lain meliputi persoalan lembaga negara, hak asasi manusia,
demokrasi, dan hukum. Pembangunan negara Indonesia sebagai negara modern salah satunya
adalah membangun sistem pemerintahan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa
contoh perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang politik antara lain sebagai berikut.
• Lembaga negara dikembangkan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan
negara. Pengembangan lembaga negara dapat berdasarkan pada lembaga yang sudah ada
dalam masyarakat, menciptakan lembaga baru, atau mencontoh lembaga negara dari
negara lain. Kita memiliki lembaga negara MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK
sebagai sesuatu yang baru dalam sistem pemerintahan Indonesia.
• Bangsa Indonesia menghargai hak asasi manusia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hak
asasi manusia yang dikembangkan di Indonesia dilaksanakan dengan menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban. Hak asasi manusia yang dijiwai oleh nilai ketuhanan
yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila
mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan. Demokrasi Pancasila tidak
berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas. Sistem yang mengutamakan
kekeluargaan, bukan sistem oposisi yang saling menjatuhkan dan mengutamakan
kepentingan individu dan golongan.
• Sistem pemilihan umum dalam demokrasi merupakan salah satu contoh perwujudan yang
demokrasi yang dikembangkan di Indonesia. Pemilihan umum untuk memilih pemimpin
sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sejak dahulu. Bentuk ini dapat
dikembangkan dengan menerima cara pemilihan umum di negara lain, seperti partai
politik, kampanye, dan sebagainya. Namun pemilihan umum yang terjadi harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
• Pembangunan bidang hukum diarahkan pada terciptanya sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasia. Hukum nasional yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum. Peraturan perundangan yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Peraturan perundangan dapat disusun
berdasarkan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia maupun dari luar,
namun tetap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
2. Perwujudan nilai-nilai Pancasila di bidang Ekonomi
Sistem perekonomian yang dikembangkan adalah sistem ekonomi yang dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila. Landasan operasional sistem ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila ditegaskan
dalam UUD 1945 pasal 33, yang menegaskan :
Berbagai wujud sistem ekonomi baik yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia maupun
sebagai pengaruh dari asing, dapat dikembangkan selama sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Lembaga perekonomian seperti bank, mall, bursa saham, dll tersebut kita terima selama sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
Masyarakat di sekitar kita selalu mengalami perubahan sosial dan budaya. Agar perubahan
tersebut tetap terarah pada terwujudanya masyarakat berdasarkan Pancasila, maka sistem nilai
sosial dan budaya dalam masyarakat dikembangkan sesuai dengan nilai-nilia Pancasila.
Sistem nilai sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia terus dikembangkan agar lebih maju dan
modern. Oleh karena itu proses modernisasi perlu terus dikembangkan. Nilai-nilai sosial yang
sudah ada dalam masyarakat yang sesuai dengan Pancasila, seperti kekeluargaan, musyawarah,
gotong royong terus dipelihara dan diwariskan kepada generasi muda. Demikian juga nilai-nilai
sosial dari luar seperti etos kerja, kedisiplinan, ilmiah dapat diterima sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pengembangan kebudayaan nasional yang berakar pada kebudayaan daerah yang luhur dan
beradab, serta menyerap nilai budaya asing yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk
memperkaya budaya bangsa. Sikap feodal, sikap eksklusif, dan paham kedaerahan yang sempit
serta budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila perlu dicegah
perkembangannya.
4. Perwujudan Nilai-nilai Pancasila di bidang Pertahanan dan Keamanan.
UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yang mengaskan bahwa pembelaan negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara. Demikian juga pasal 30 menegaskan setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Dengan
demikian kedua pasal ini menegaskan perlunya partisipasi seluruh rakyat dalam pembelaan
negara.
Bentuk partisipasi rakyat dalam pembelaan negara yang sudah ada dalam masyarakat seperti
sistem “ronda” atau sistem keamanan lingkungan (siskamling) yang melibatkan masyarakat secara
bergantian. Di beberapa daerah juga terdapat lembaga masyarakat atau adat yang bertugas
menjaga keamanan masyarakat, seperti Pecalang di Bali. Lembaga ini dibentuk oleh dan dari
masyarakat sekitar untuk menjada keamanan lingkungan masyarakat.
Pancasila bagi Indonesia bukanlah sekedar simbol negara. Pancasila adalah dasar negara
Republik Indonesia. Meniliki dari arti katanya, Pancasila tersusun dari lima sila yang
mempunyai lambang masing-masing. Berikut adalah gambaran singkat dari makna
lambang pancasila sebagai berikut:
Beberapa contoh perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang politik antara lain sebagai berikut.
• Lembaga negara dikembangkan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan
negara. Pengembangan lembaga negara dapat berdasarkan pada lembaga yang sudah ada
dalam masyarakat, menciptakan lembaga baru, atau mencontoh lembaga negara dari
negara lain. Kita memiliki lembaga negara MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK
sebagai sesuatu yang baru dalam sistem pemerintahan Indonesia.
• Bangsa Indonesia menghargai hak asasi manusia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hak
asasi manusia yang dikembangkan di Indonesia dilaksanakan dengan menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban. Hak asasi manusia yang dijiwai oleh nilai ketuhanan
yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila
mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan. Demokrasi Pancasila tidak
berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas. Sistem yang mengutamakan
kekeluargaan, bukan sistem oposisi yang saling menjatuhkan dan mengutamakan
kepentingan individu dan golongan.
E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus
G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik
Pendahuluan 15menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian
kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru Menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
8. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
• Guru meminta peserta didik mengamati gambar Perwujudan
Kegiatan inti 90menit
Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan (literasi) dan
Tahap 1
mencatat hal-hal yang penting atau yang ingin diketahui dalam
gambar tersebut.
Pertemuan ke - 3
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan awal 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 15menit
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan
kerapian kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi Perwujudan Nilai- Nilai
Pancasila Dalam Bidang social budaya.dan Pertahanan dan
keamanan
3.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
4.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
5.Guru menjelaskan materi Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila
Dalam Bidang social budaya.dan Pertahanan dan keamanan
yang akan dilakukan peserta didik.
6.Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1.Peserta didik mempersiapkan segala perlengkapan untuk 90menit
Kegiatan inti pelaksanaan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang
social budaya.dan Pertahanan dan keamanan
2.Peserta didik dengan perannya masing-masing
melaksanakan simulasi dengan sebaik-baiknya.
3.Guru mengamati keterampilan peserta didik secara
perorangan dan kerja kelompok dalam melaksanakan
Simulasi Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang social
budaya.dan Pertahanan dan keamanan
4.Guru membimbing peserta didik membuat atau
mendokumentasikan simulasi Perwujudan Nilai- Nilai
Pancasila Dalam Bidang social budaya.dan Pertahanan dan
keamanan
5.Memberi motivasi dan penghargaan atas penampilan seluruh
peserta didik dalam simulasi.
6.Peserta didik mengevaluasi dan merefleksi kegiatan
simulasi.
Kegiatan Akhir 1.Guru membimbing peserta didik menyimpulkan arti 15 menit
penting Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang social
budaya.dan Pertahanan dan keamanan
2.Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan
Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang social
budaya.dan Pertahanan dan keamanan dengan meminta peserta
didik menjawab pertanyaan berikut ini
a. Apa manfaat yang diperoleh dari Perwujudan Nilai-
Nilai Pancasila Dalam Bidang social budaya.dan Pertahanan
dan keamanan bagi kalian?
b.Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
c.Apa manfaat yang diperoleh melalui proses
pembelajaran yang telah dilakukan?
b. Apa rencana tindak lanjut yang akan kalian lakukan?
c. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya
I. Penilaian
1. Penilaian Reguler
a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah
2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;
3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.
4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
C. Kompetensi Pengetahuan
D.Aspek Keterampilan.
c.Kisi- kisi :
- Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan
Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat ringkasan
perkembangan penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
semenjak awal kemerdekaan
Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020
Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran
Instrumen penilaian
1
2
No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
BAHAN AJAR RPP 3/ 9 ganjil
Perkembangan bidang politik antara lain meliputi persoalan lembaga negara, hak asasi manusia,
demokrasi, dan hukum. Pembangunan negara Indonesia sebagai negara modern salah satunya
adalah membangun sistem pemerintahan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa
contoh perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang politik antara lain sebagai berikut.
• Lembaga negara dikembangkan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan
negara. Pengembangan lembaga negara dapat berdasarkan pada lembaga yang sudah ada
dalam masyarakat, menciptakan lembaga baru, atau mencontoh lembaga negara dari
negara lain. Kita memiliki lembaga negara MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK
sebagai sesuatu yang baru dalam sistem pemerintahan Indonesia.
• Bangsa Indonesia menghargai hak asasi manusia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hak
asasi manusia yang dikembangkan di Indonesia dilaksanakan dengan menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban. Hak asasi manusia yang dijiwai oleh nilai ketuhanan
yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila
mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan. Demokrasi Pancasila tidak
berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas. Sistem yang mengutamakan
kekeluargaan, bukan sistem oposisi yang saling menjatuhkan dan mengutamakan
kepentingan individu dan golongan.
• Sistem pemilihan umum dalam demokrasi merupakan salah satu contoh perwujudan yang
demokrasi yang dikembangkan di Indonesia. Pemilihan umum untuk memilih pemimpin
sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sejak dahulu. Bentuk ini dapat
dikembangkan dengan menerima cara pemilihan umum di negara lain, seperti partai
politik, kampanye, dan sebagainya. Namun pemilihan umum yang terjadi harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
• Pembangunan bidang hukum diarahkan pada terciptanya sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasia. Hukum nasional yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum. Peraturan perundangan yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Peraturan perundangan dapat disusun
berdasarkan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia maupun dari luar,
namun tetap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
2. Perwujudan nilai-nilai Pancasila di bidang Ekonomi
Sistem perekonomian yang dikembangkan adalah sistem ekonomi yang dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila. Landasan operasional sistem ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila ditegaskan
dalam UUD 1945 pasal 33, yang menegaskan :
Berbagai wujud sistem ekonomi baik yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia maupun
sebagai pengaruh dari asing, dapat dikembangkan selama sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Lembaga perekonomian seperti bank, mall, bursa saham, dll tersebut kita terima selama sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
Masyarakat di sekitar kita selalu mengalami perubahan sosial dan budaya. Agar perubahan
tersebut tetap terarah pada terwujudanya masyarakat berdasarkan Pancasila, maka sistem nilai
sosial dan budaya dalam masyarakat dikembangkan sesuai dengan nilai-nilia Pancasila.
Sistem nilai sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia terus dikembangkan agar lebih maju dan
modern. Oleh karena itu proses modernisasi perlu terus dikembangkan. Nilai-nilai sosial yang
sudah ada dalam masyarakat yang sesuai dengan Pancasila, seperti kekeluargaan, musyawarah,
gotong royong terus dipelihara dan diwariskan kepada generasi muda. Demikian juga nilai-nilai
sosial dari luar seperti etos kerja, kedisiplinan, ilmiah dapat diterima sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pengembangan kebudayaan nasional yang berakar pada kebudayaan daerah yang luhur dan
beradab, serta menyerap nilai budaya asing yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk
memperkaya budaya bangsa. Sikap feodal, sikap eksklusif, dan paham kedaerahan yang sempit
serta budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila perlu dicegah
perkembangannya.
4. Perwujudan Nilai-nilai Pancasila di bidang Pertahanan dan Keamanan.
UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yang mengaskan bahwa pembelaan negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara. Demikian juga pasal 30 menegaskan setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Dengan
demikian kedua pasal ini menegaskan perlunya partisipasi seluruh rakyat dalam pembelaan
negara.
Bentuk partisipasi rakyat dalam pembelaan negara yang sudah ada dalam masyarakat seperti
sistem “ronda” atau sistem keamanan lingkungan (siskamling) yang melibatkan masyarakat secara
bergantian. Di beberapa daerah juga terdapat lembaga masyarakat atau adat yang bertugas
menjaga keamanan masyarakat, seperti Pecalang di Bali. Lembaga ini dibentuk oleh dan dari
masyarakat sekitar untuk menjada keamanan lingkungan masyarakat.
Masing-masing butir sila tersebut juga masih bisa dijabarkan lagi dan bisa menjadi
landasan dalam setiap elemen kehidupan. Banyak sekali contoh keterbukaan ideologi
pancasila. Oleh karena itu, walaupun hanya terdiri dari lima sila, perwujudan nilai-nilai
Pancasila bisa menjadi sangat banyak dan mencakup semua bidang. Salah satunya, kita bisa
menemukan Contoh Pancasila sebagai Ideologi Negara. Selain itu, perwujudan Pancasila
juga bisa ditemukan dalam aspek lain seperti politik.
Perwujudan nilai pancasila dalam bidang politik ini disesuaikan dengan perkembangan
jaman dan kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh, dalam lingkungan lembaga negara,
Indonesia telah mengalami perubahan bentuk lembaga tinggi negara. Sebelum era
reformasi, Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR adalah lembaga tertinggi negara
yang membawahi lembaga tinggi negara seperti DPR, MA, MK, BPK, dan DPA. Akan
tetapi, demi menjunjung tinggi nilai demokrasi sesuai yang tercantum dalam Pancasila,
sistem lembaga tinggi negara setelah reformasi berubah. Perubahan tersebut ditandai
dengan kedudukan MPR yang menjadi setara dengan lembaga tinggi negara lainnya.
Dengan persamaan kedudukan ini, diharapkan semua lembaga tinggi negara bisa saling
mengawasi dan mengoreksi. Selain itu, dibentuk bberapa negara baru seperti DPD atau
Dewan Perwakilan Daerah untuk badan legislatif dan KY atau Komisi Yudisial yang
berfungsi memilih hakim untuk badan yudikatif. Akan tetapi, ada juga lembaga tinggi yang
dihapus, yaitu Dewan Penasihat Agung sebagai dewan pertimbangan presiden. Lembaga
semacam itu sebenarnya tetap ada untuk membantu kinerja presiden, namun statusnya tidak
lagi berada dalam lembaga tinggi negara.
Pada awal pembentukan Negara Republik Indonesia, pasal tentang Hak asasi Manusia telah
dimasukkan kedalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 28A – J
sebagai perwujudan nilai Pancasila dalam kehidupan politik Indonesia. Seiring dengan
perkembangan jaman dan banyak nya peristiwa yang dilalui oleh bangsa Indonesia
khususnya yang mengenai Hak Asasi Manusia sebelum era reformasi, maka dibuatlah
undang-undang baru tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang tersebut adalah UU No.
39 tahun 1999 yang disahkan oleh Presiden menjabat, B.J. Habibie. Undang-undang
tersebut terdiri dari BAB I – XI dengan total 106 pasal. Undang-undang tersebut
diharapkan telah memenuhi semua kebutuhan hukum tentang semua permasalahan Hak
Asasi Manusia yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Hal tersebut juga jelas
menjadi perwujudan pancasila dalam bidang politik Indonesia, karena pada dasarnya sistem
politik di Indonesia menjunjung tinggi nilai Hak Asasi Manusia.
Dengan diadakan pemilihan langsung, bisa disimpulkan bahwa Indonesia juga menjunjung
tinggi nilai musyawarah mufakat yang tumbuh dari tradisi nilai budaya bangsa. Indonesia
tidak lagi bergantung pada dominasi mayoritas partai atau kelompok tertentu. Indonesia
juga mengutamakan sifat kekeluargaan yang tidak saling menjatuhkan demi kepentingan
individu atau golongan. Hal tersebut sesuai dengan nilai pancasila sila ke-4.
Contoh diatas adalah contoh sikap yang diambil oleh pemerintah Indonesia dalam membuat
keputusan politik yang berlandaskan Pancasila. Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai
warga negara sebagai perwujudan nilai pancasila? Yang bisa kita lakukan sebagai warga
negara antara lain adalah dengan:
Pada era orde lama atau pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia dihadapkan
pada dua pilihan. Yaitu memberikan perbaikan struktur dan infrastruktur bagi rakyat
Indonesia, atau melakukan strategi politik yang waktu itu masih belum stabil. Terdapat juga
penyimpangan pada masa demokrasi terpimpin. Oleh karena itu, di era selanjutnya yaitu
pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila kembali didayagunakan sebagai
dasar dari semua aspek kehidupan. Pada era tersebut juga muncul paham P4 atau Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang wajib diketahui oleh seluruh rakyat
Indonesia. Hal itu ditujukan untuk menanamkan doktrin Pancasila kepada seluruh rakyat
Indonesia pada umumnya, dan pejabat negara pada khususnya, pada penerapannya sebagai
berikut:
• Pada awalnya penerapan nilai Pancasila tersebut berjalan dengan baik. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, semuanya berubah. Kita tahu bahwa Presiden Soeharto menjabat
sebagai presiden selama 31 tahun.
• Selama itu, ada kebijakan-kebijakan politik yang justru melenceng dari nilai Pancasila.
Walaupun kesejahteraan masyarakat meningkat, tapi pemerintahan presiden yang
menjabat bersifat otoriter.
• Kita tahu bahwa dalam Pancasila kita harus menjunjung tinggi demokrasi. Tapi dalam
pengamalannya di era orde baru, suara rakyat tidak terlalu berarti bagi kehidupan politik
di Indonesia.
• Semua keputusan berada di tangan pemimpin. Yang paling parah, banyak terjadi kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia di era tersebut.
• Contoh lain adalah pada saat pemerintahan di masa orde baru menggunankan sistem
kekeluargaan. Sistem kekeluargaan tampaknya sejalan dengan nilai Pancasila.
• Akan tetapi, pada kenyataannya, sistem kekeluargaan yang berada di lingkup
pemerintahan orde baru justru memfasilitasi pola korupsi, kolusi, dan nepotisme yang
tumbuh subur. Hal itu justru mematikan demokrasi dan tidak sesuai dengan nilai Pancasila
serta UUD 1945.
Oleh karena kebijakan-kebijakan yang sudah semakin jauh dari nilai perwujudan nilai-nilai
pancasila di bidang politik dan UUD 1945, rakyat Indonesia merasa perlu adanya gerakan
untuk merubah sistem politik di Indonesia. Pada tahun 1998, akhirnya rakyat bergerak
dengan menyerukan reformasi. Pemimpin negara dan semua kebijakannya digugurkan, dan
diadakan perbaikan di semua bidang. Salah satunya adalah dalam bidang HAM. Dibentuk
UU HAM di awal era reformasi sebagai wujud undang-undang yang akan mereformasi
perlindungan HAM di Indonesia. Suara rakyat juga semakin dihargai dengan dirubahnya
sistem pemilihan umum di Indonesia. Di masa sebelumnya, rakyat hanya bisa memilih
partai politik. Sedangkan presiden dan wakilnya akan dipilih oleh lembaga tertinggi negara
pada masa itu, yaitu MPR. Setelah adanya UU Pemilu yang baru, rakyat Indonesia bisa
secara langsung memilih siapa Presiden dan Wakil Presiden yang akan menjabat.
Sistem yang sama juga diterapkan untuk pemilihan kepala daerah. Bahkan saat ini, calon
independen yang tidak dicalonkan oleh partai politik juga bisa mencalonkan diri sebagai
kepala daerah dengan memenuhi persyaratan yang berlaku. Saat ini, di era digital dimana
teknologi informasi memberikan kemudahan semua orang untuk mengakses informasi
memberikan dampak baik juga buruk bagi Indonesia. Dampak baiknya, masyarakat bisa
dengan mudah memantau kebijakan-kebijakan politik di Indonesia. Dengan begitu
masyarakat juga dengan mudah bisa menyampaikan pendapat dan koreksi tentang
kebijakan atau peristiwa yang dianggap tidak sesuai dengan nilai Pancasila. Akan tetapi,
kebebasan yang dimiliki rakyat terkadang sering disalahgunakan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab. Oleh karena itu, kita harus tetap memegang teguh nilai Pancasila
sebagai pegangan dalam kehidupan bernegara.
Bahan Ajar RPP 2/9 ganjil
2.Pengertian ideologi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) terbagi menjadi 3,
berikut penjelasannya :
• Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup
• Ideologi adalah cara berpikir seseorang atau suatu golongan
• Ideologi adalah paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik
Selain pengertian ideologi diatas, para ahli dan pakar memiliki pendapat dan pandangan
yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu ideologi. Untuk lebih jelasnya, simak
berikut ini pengertian ideologi menurut para ahli secara lengkap,
Alfian:Pengertian ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan
adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.
C.C. Rode :Pengertian ideologi adalah sekumpulan yang secara logis berkaitan dan
mengindentifikasikan nilai-nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya.
A.S. Hornby:Ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi
dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.
Frans Magnis Suseno:Ideologi adalah keseluruhan sistem berpikir dan sikap dasar rohaniah
sebuah gerakan, kelompok sosial atau individu.
Thomas H:Pengertian ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah
agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
Francis Bacon:Ideologi adalah sintesis pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.
Karl Marx:Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama
dalam masyarakat.
Manfred Steger dan Paul James:Menurut mereka apa yang dimaksud dengan ideologi
ada dua, yaitu sebagai berikut,
• Ideologi adalah sekelompok ide dan konsep yang normatif yang memiliki pola, yang
merupakan representasi dari kekuatan politik yang ada.
• Ideologi adalah peta konsep yang membantu masyarakat dalam mengarahkan
kompleksnya kehidupan berpolitik dan keyakinan akan kebenaran sosial.
Louis Althuser:Ideologi adalah suatu gagasan yang spekulatif, namun bukan gagasan
palsu, karena bukan dimaksudkan untuk menggambarkan suatu realitas melainkan untuk
dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana semestinya manusia itu dapat menjalani
hidupnya.
Dr. Hafidh Shaleh:Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa
konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem
kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode
untuk mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta
metode menyebarkannya ke seluruh dunia.
Nicollo Machiavelli:Pengertian ideologi adalah pengetahuan mengenai cara
menyembunyikan kepentingan, mendapatkan, serta mempertahankan kekuasaan dengan
memanfaatkan konsepsi-konsepsi keagamaan dan tipu daya.
Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam
masyarakat sendiri. Ideologi terbuka mempunyai banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan
ideologi tertutup. Keunggulan tersebut dapat kita temukan dengan cara membandingkan
karakteristik kedua ideologi tersebut.
Perbedaan
Ideologi terbuka lebih unggul jika dibandingkan dengan ideologi tertutup. Hal tersebut membuat
ideologi terbuka tidak hanya sekedar dibenarkan,melainkan dibutuhkan oleh berbagai negara.
Hampir dapat dipastikan, negara yang menganut sistem ideologi tertutup seperti negara komunis,
mengalami kehancuran secara ideologis.
Beberapa contoh keterbukaan ideologi Pancasila dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan,
hukum, kebudayaan, pertahanan dan kemanan antara lain sebagai berikut.
4. Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, Keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal, sehingga di dalamnya
terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat
tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup negara. Nilai dasar tersebut selanjutnya
dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
5. Nilai instrumental, yaitu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
Misalnya program-program pembangunan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman dan aspirasimasyarakat, undang-undang, dan departemen-departemen sebagai
lembaga pelaksana juga dapat berkembang. Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan
perubahan.
6. Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang
dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Inilah sebabnya bahwa ideologi Pancasila
merupakan ideologi yang terbuka.
Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi Idealisme
Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat
sistematis, rasional dan menyeluruh itu, pada hakikatnya bersumber pada filsafat Pancasila.
Dimensi idealisme yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme
serta mampu mendorong motivasi pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-citanya.
b. Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma keagamaan.
Dalam pengertian ini Pancasila terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan tertib hukum tertinggi dalam negara Republik
Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental).
c. Dimensi Realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan kata lain, Pancasila memiliki keluwesan
yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka ideologi
Pancasila:
• Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari
kehidupan sehari-hari secara nyata
• Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup, melainkan suatu norma
yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang mamapu melakukan perubahan.
• Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya menekankan pada segi
praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme.
Pancasila dapat dipastikan bukan merupakan ideologi tertutup, tetapi ideologi terbuka. Akan
tetapi, meskipun demikian keterbukaan Pancasila bukan berarti tanpa batas. Keterbukan ideologi
Pancasila harus selalu memperhatikan:
Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun
C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
PERTEMUAN 1
1.Menghargai isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3.Mendiskripsikan makna alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
PERTEMUAN 2
1.Mensintesiskan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945
2.Menyusun paparan dan mempresentasikan secara kelompok tentang isi alinea dan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3.Menerapkan isi alinea dan pokok pembukaan UUD 1945 di kelas
D.Materi Pembelajaran
Materi Pembelajaran Reguler
Alinea ini memuat dalil objektif, yaitu bahwa penjajahan di atas dunia tidak sesuai dengan
perikemanusian dan perikeadilan dan kemerdekaan merupakan hak asasi semua bangsa di dunia.
Dalil ini menjadi alasan bangsa Indonesia untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan
kemerdekaan.
Juga membantu perjuangan bangsa lain yang masih terjajah untuk memperoleh kemerdekaan.
Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan, karena memandang manusia tidak memiliki
derajat yang sama. Penjajah bertindak sewenang-wenang terhadap bangsa dan manusia lain.
Konferensi Asia Afrika wujud nyata dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan bangsa-bangsa
Sejarah bangsa Indonesia selama penjajahan memperkuat keyakinan bahwa penjajahan harus
dihapuskan. Juga tidak sesuai perikeadilan, karena penjajahan memperlakukan manusia secara
diskriminatif. Manusia diperlakukan secara tidak adil, seperti perampasan kekayaan alam,
penyiksaan, perbedaan hak dan kewajiban. Pernyataan ini obyektif karena diakui oleh bangsa-
bangsa yang beradab di dunia.Alinea pertama juga mengandung dalil subjektif, yaitu aspirasi
bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bangsa Indonesia telah berjuang selama
ratusan tahun untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan ini didorong oleh
penderitaan rakyat Indonesia selama penjajahan, dan kesadaran akan hak sebagai bangsa untuk
merdeka.
Perjuangan juga didorong keinginan supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakaan kemerdekaan Indonesia. Seperti ditegaskan dalam alinea III Pembukaan dari UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kedua makna dalam alinea pertama meletakkan tugas dan tangung jawab kepada bangsa dan negara
serta warga negara Indonesia untuk senantiasa melawan penjajahan dalam segala bentuknya. Juga
menjadi landasan hubungan dan kerja sama dengan negara lain.
Bangsa dan negara, termasuk warga negara harus menentang setiap bentuk yang memiliki sifat
penjajahan dalam berbagai kehidupan. Tidak hanya penjajahan antara bangsa terhadap bangsa,
tetapi juga antar manusia, karena sifat penjajahan dapat dimiliki dalam diri manusia.
Makna yang Terkandung dalam Pembukaan bagian UUD tahun 1945 Alinea Kedua
Makna bagian Pembukaan paragraf UUD tahun 1945 alinea kedua menunjukkan ketepatan dan
ketajaman penilaian bangsa Indonesia
Alinea kandungan pembukaan ini menunjukkan kebanggaan dan penghargaan atas perjuangan
bangsa Indonesia selama merebut kemerdekaan. Ini berarti berarti kesadaran bahwa kemerdekaan
dan keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dari keadaan sebelumnya.Kemerdekaan yang diraih
merupakan perjuangan para pendahulu bangsa Indonesia. Mereka telah berjuang dengan
mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan bangsa dan negara.
Juga kesadaran bahwa kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa. Kemerdekaaan yang
diraih harus mampu mengantarkan rakyat Indonesia menuju cita-citan nasional yaitu negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Negara yang “merdeka” berarti negara yang terbebas dari penjajahan bangsa lain. “ Bersatu”
menghendaki bangsa Indonesia bersatu dalam negara kesatuan bukan bentuk negara lain. Bukan
bangsa yang terpisah-pisah secara geografis maupun sosial.
Kita semua adalah satu keluarga besar Indonesia. “Berdaulat” mengandung makna sebagai negara,
maka Indonesia sederajat dengan negara lain, yang bebas menentukan arah dan kebijakan bangsa,
tanpa campur tangan negara lain. “Adil” memiliki makna bahwa negara Indonesia menegakkan
keadilan bagi warga negaranya.
Keadilan berarti adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban warga negara. Hubungan antara
negara dengan warga negara, warga negara dengan warga negara, warga negara dengan warga
masyarakat dilandasi pada prinsip keadilan. Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan dalam
berbagai kehidupan secara politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Makna “makmur” menghendaki negara mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi warga
negara negaranya. Kemakmuran tidak saja secara materiil, tetapi juga mencakup kemakmuran
secara spiritual atau batin atau kebahagiaan.
Kemakmuran yang diwujudkan bukan kemakmuran untuk perorangan atau kelompok, namun
makna kemakmuran bagi seluruh masyarakat dan lapisan masyarakat. Sehingga prinsip keadilan,
kekeluargaan dan persatuan melandasi perwujudan kemakmuran warga negara.
Inilah cita-cita nasional yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia dengan membentuk negara.
Kemerdekaaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa, namun harus diisi dengan perjuangan
mengisi kemerdekaan dengan mewujudkan cita-cita nasional.
Juga memuat motivasi riil dan material yaitu keinginan luhur bangsa supaya berkehidupan yang
bebas. Kemerdekaan merupakan keinginan dan tekad seluruh bangsa Indonesia untuk menjadi
bangsa yang bebas merdeka. Bebas dari segala bentuk penjajahan , bebas dari penindasan, bebas
menentukan nasib sendiri. Niat yang luhur ini menjadi pendorong bangsa Indonesia untuk terus
berjuang melawan penjajahan dan meraih kemerdekaan.
Keyakinan dan tekad yang kuat untuk memperoleh kemerdekaan dan keyakinan akan kekuasaaan
Tuhan, menjadi kekuatan yang menggerakkan bangsa Indonesia. Persenjataan yang sederhana dan
tradisional tidak menjadi halangan untuk berani melawan penjajah yang memiliki senjata lebih
modern. Para pejuang bangsa yakin bahwa Tuhan akan memberikan bantuan kepada umatnya yang
berjuang melawan kebenaran.
Banyak peristiwa sejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah, memperoleh
kemenangan walaupun dengan segala keterbatasan senjata, organisasi dan sumber daya manusia.
Hal ini menunjukkan bahwa tekad yang kuat dan keyakinan pada kekuasaaan Tuhan, dapat menjadi
faktor pendorong dan penentu keberhasilan sesuatu. Alinea ketiga pembukaan mempertegas
pengakuan dan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia
merupakan mahluk Tuhan yang terdiri atas jasmani dan rohani. Manusia bukanlah mesin yang tidak
memiliki jiwa. Berbeda dengan pandangan yang beranggapan bahwa manusia hanya bersifat fisik
belaka.Ini menegaskan prinsip keseimbangan dalam kehidupan secara material dan spiritual,
kehidupan dunia dan akhirat, jasmani dan rohani.
Negara Indonesia yang dibentuk memiliki tujuan negara yang hendak diwujudkan, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Keempat tujuan negara dalam paragraf
pembukaan tersebut merupakan arah perjuangan bangsa Indonesia setelah merdeka. Kemerdekaan
yang telah dicapai harus diisi dengan pembangunan di segala bidang untuk mewujudkan tujuan
negara. Sehingga secara bertahap terwujud cita-cita nasional yaitu negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Pembukaan pada UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghendaki diadakannya Undang-
Undang Dasar dalam hal ini adalah batang tubuh atau pasal-pasal. Kehendak ini menegaskan
prinsip Indonesia sebagai negara hukum. Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan konstitusi atau
peraturan perundang-undangan, tidak atas dasar kekuasaan belaka. Segala sesuatu harus
berdasarkan hukum yang berlaku. Setiap warga negara wajib menjunjung tinggi hukum, artinya
wajib mentaati hukum.
Prinsip bentuk negara yaitu susunan negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Republik
merupakan bentuk pemerintahan di mana pemerintah dipilih oleh rakyat. Berbeda dengan bentuk
kerajaan di mana pemerintah sebagian bersifat turun temurun.Bentuk ini sejalan dengan kedaulatan
rakyat yang bermakna kekuasaan tertingi dalam negara dipegang oleh rakyat. Rakyat yang memiliki
kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan, baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui lembaga perwakilan rakyat.
Alinea keempat pembukaan memuat dasar negara Pancasila yaitu “…dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Kelima sila Pancasila merupakan satu kebulatan utuh, satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Rumusan Pancasila yang dimuat Pembukaan maka secara yuridis-konstitusional adalah sah,
berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara, lembaga masyarakat, dan setiap warga negara.
TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan peri-keadilan.
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan
Obyektif : Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan dan kemerdekaan
adalah hak segala bangsa
Subyektif : Aspirasi bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan
2. Alinea kedua
3. Alinea ketiga
4. Alinea keempat
Persatuan ( negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar atas persatuan artinya : setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan
negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.( sila ke 3 )
Keadilan sosial ( Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia )
artinya : bahwa manusia memiliki hak hak dan kewajiban dalam bermasyarakat. ( sila ke 5 )
Kedaulatan rakyat ( Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan artinya : kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar. ( sila ke 4 )
Ketuhanan ( Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradap ) artinya : bahwa setiap warga negara wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. ( sila ke 1 dan 2 )
Djakarta, 22-6-1945
Panitia Sembilan
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Mohammad Hatta
3. Mr A.A. Maramis
4. Abikoesno
Tjokrosoejoso
5. Abdoel Kahar Moezakir
6. H. Agoes Salim
7. Mr Achmad Soebardjo
8. Wahid Hasjim
9. Mr Moehammad
Yamin.
Di Dalam Dekret Presiden 5 Juli 1959, Piagam Jakarta dinyatakan Menjiwai UUD 1945
dan adalah suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi. DPR pada saat itu menerima hal ini
dengan
Catatan:
Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi
Hatta dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, di
antaranya Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo,
keberatan dengan usul penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya
mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa”
demi keutuhan Indonesia.Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan da
lam rapat pleno PPKI.
E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
• LCD Proyektor
Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus
G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat
H.Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik
Pendahuluan 15menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan
sumber belajar.
2. Guru menyampaikan ucapan selamat kepada siswa kelas VII
yang telah menjadi siswa SMP.
3. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
8. Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
1. Guru meminta peserta didik mengamati gambar isi alinea dan 90
Kegiatan inti menit
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Tahap 1
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (literasi) dan
mencatat hal-hal yang penting atau yang ingin diketahui dalam
gambar tersebut.
Pertemuan ke - 2
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15 menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi isi alinea dan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar tokoh
pengusul Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara.
I. Penilaian
1. Penilaian Reguler
2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;
3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.
4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
C. Kompetensi Pengetahuan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945?
E. Aspek Keterampilan.
a.Tehnik Penikaian : Praktik
c.Kisi- kisi :
-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan
Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan salah satu tokoh perumus dasar negara.
Lampiran Penilaian
Instrumen penilaian
1
2
No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
4.2 Menyajikan hasil sintesis isi alinea dan • Menyusun paparan dan mempresentasikan secara
pokok pikiran yang terkandung dalam kelompok tentang pokok-pokok pikiran yang
Pembukaan Undang-Undang Dasar terkandung dalam pembukaan UUDNegara Repuplik
Negara Republik Indonesia tahun 1945 Indonesia dengan penuh disiplin dan tanggung jawab
• Menerapkan dan mempresentasikan secara kelompok
tentang pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUDNegara Repuplik Indonesia dengan
penuh disiplin dan tanggung jawab
• Menerapkan pokok pembukaan UUD 1945 di kelas
Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun
C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
PERTEMUAN 1
1. Menghargai isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menjelaskan Hakikat pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
PERTEMUAN 2
1. Menjelaskan arti penting terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2. Menyusun paparan dan mempresentasikan secara kelompok tentang pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUDNegara Repuplik Indonesia dengan penuh disiplin dan tanggung
jawab
3. Menerapkan pokok pembukaan UUD 1945 di kelas
D.Materi Pembelajaran
Pembukaan UUD 1945 terdiri dari empat alinea dan empat pokok pikiran. Walaupun jumlah sama-
sama empat, pengertian alinea di sini tidak identik dengan pokok pikiran.Jadi, tidak berarti Alinea I
mengandung Pokok Pikiran I, Alinea II mengandung Pokok Pikiran II, dan seterusnya. Pokok-pokok
pikiran tersebut terkandung dalam keseluruhan alinea Pembukaan UUD 1945.
1. Pokok Pikiran I menyatakan, bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini sekaligus berarti, dalam Pembukaan UUD
1945 diterima aliran pengertian (paham) negara persatuan, negara yang melindungi
danmeliputi segenap bangsa seluruhnya, mengatasi segala paham golongan dan
perseorangan. Aliran inilah yang kemudian dikenal sebagai paham negara persatuan
(integralistik atau kekeluargaan). Tampak di sini, bahwa pokokpikiran ini identik dengan
Sila ke-3 dari Pancasila.
2. Pokok Pikiran II menyatakan, bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-5 dari Pancasila.
3. Pokok Pikiran III menyatakan, bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas
kerakyatan danpermusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara yang
terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan dan berdasar atas
permusyawaratan perwakilam. Di sini secara jelas tampak bahwa pokok pikiran ini identik
dengan Sila ke-4 dari Pancasila.
4. Pokok Pikiran IV menyatakan, bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang
Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelenggara
negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguhcita-
cita moral rakyat yang luhur. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-1 dan ke-2 dari
Pancasila.
Kesimpulan penjelasan diatas menegaskan bahwa Pokok-pokok pikiran dari Pembukaan UUD 1945
tidak lain adalah Pancasila itu sendiri dan dijabarkan dalam pasal-pasal Batang Tubuh UUD 1945.
Selain mempunyai makna yang sangat mendalam, Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengandung pokok-pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran
tersebut mengandung pokokpokok pikiran yang menggambarkan suasana kebatinan dari Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pokok-pokok pikiran tersebut mewujudkan
cita hukum yang menguasai hukum dasar negara,baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Pokok-pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pokok pikiran pertama: Negara mengatasi segala faham golongan dan mengatasi faham
Negara melindungi perorangan. Negara, menurut pengertian “Pembukaan” itu
segenap bangsa menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia
Indonesia dan seluruh seluruhnya. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.
tumpah darah Hal ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian
Indonesia dengan yang lain, negara sebagai penyelenggara negara dan setiap warga
berdasar atas negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas
persatuan (pokok kepentingan golongan ataupun perorangan. Pokok pikiran ini
pikiran persatuan). merupakan penjabaran dari sila ketiga Pancasila.
2. Pokok pikiran kedua: Pokok pikiran ini menempatkan suatu tujuan atau suatu cita-cita
Negara hendak yang ingin dicapai dalam “Pembukaan” dan merupakan suatu sebab
mewujudkan keadilan tujuan (kausa finalis) sehingga dapat menentukan jalan serta aturan-
sosial bagi seluruh aturan mana yang harus dilaksanakan dalam Undang-Undang Dasar
rakyat Indonesia untuk sampai pada tujuan yang didasari dengan bekal persatuan. Ini
(pokok pikiran keadilan merupakan pokok pikiran keadilan sosial, yang didasarkan pada
sosial). kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban
yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran sila kelima
Pancasila.
3. Pokok pikiran ketiga: Pokok pikiran ini dalam “Pembukaan” mengandung konsekuensi
Negara yang logis bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang
berkedaulatan rakyat, Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas
berdasarkan atas permusyawaratan/perwakilan. Memang pengertian ini sesuai
kerakyatan dan dengan sifat masyarakat Indonesia. Ini adalah pokok pikiran
permusyawaratan/ kedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah di
perwakilan (pokok tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
pikiran kedaulatan Permusyawaratan Rakyat. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran
rakyat). sila keempat Pancasila.
4. Pokok pikiran keempat: Pokok pikiran ini dalam “Pembukaan” menuntut konsekuensi logis
Negara berdasarkan bahwa Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
atas Ketuhanan Yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara untuk
Maha Esa, menurut memelihara budi-pekerti luhur dan memegang teguh cita-cita moral
dasar kemanusiaan rakyat yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan
yang adil dan beradab YME, yang mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan YME.
(pokok pikiran Selain itu, pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab
Ketuhanan). mengandung pengertian menjunjung tinggi hak asasi manusia yang
luhur.Pokok pikiran keempat ini merupakan dasar moral negara
yang pada hakikatnya merupakan suatu penjabaran dari sila
pertama dan sila kedua Pancasila.
Empat pokok pikiran ini merupakan penjelasan dari inti alinea keempat Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Atau dengan kata lain keempat pokok
pikiran tersebut tidak lain adalah merupakan penjabaran dari dasar negara, yaitu Pancasila.
1. Mengapa para pendiri negara mengamanatkan bahwa bentuk negara yang cocok bagi
Indonesia adalah negara kesatuan? Indonesia adalah negara yang majemuk. yakni terdiri
dari suku bangsa yang berbeda,agama dan kepercayaan,bahasa daerah.maka dari itu
untuk mempersatukan itu maka bentuk negara yang pas adalah kesatuan karna sesuai
dengan ideologi pancasila,dan bhineka tunggal ika.
2. Menurut pandangan kalian, apa makna masyarakat adil dan makmur itu? Serta bagaimana
mewujudkannya?Masyarakat adil dan makmur adalah masyarakat yang sudah bisa
merasakan keadilan, kedamaian dan ketentraman di lingkungan tempat tinggalnya. cara
mewujudkannya yang pertama kali adalah dari masyarakat itu sendiri, kesadaran diri
untuk mentaati norma dan hukum yang nantinya akan didukung oleh program pemerintah
untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dan negara itu sendiri.
3. Apa makna kedaulatan rakyat dalam pandangan kalian? Makna kedaulatan rakyat adalah
Pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara adalah rakyat rakyat menyerahkan
kekuasaannya pada pemerintah melalui wakil-wakil rakyat yang duduk dalam parlemen,
maka dalam menjalankan tugas2nya pemerintah harus memperhatiakan aspirasi dan
kehendak rakyat.
4. Mengapa kita harus mengutamakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan setiap
permasalahan? Karena dalam musyawarah, semua saran dari semua orang ditampung lalu
dicari yang terbaik. Musyawarah harus mengutamakan kepentingan bersama daripada
individu karena dengan mufakat bersama setiap masalah akan selesai dengan cepat tanpa
ada lagi yang merasa keberatan, karena itu merupakan keputusan bersama.
5. Apa yang akan terjadi apabila kita tidak bisa menjunjung tinggi harkat, derajat dan
martabat sebagai bangsa Indonesia? Bangsa akan mengalami kehancuran, karena warga
negara yang tidak peduli dengan martabat negaranya. Negara akan kehilangan nilai dimata
dunia, imbasnya tentu saja ke pemerintah,pejabat,sampai warga negara.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dijabarkan kedalam pasal-pasal seperti dalam tabel di bawah ini.
2. Keadilan Sosial Pasal 1 ayat 3, Pasal 18 A ayat 2, pasal 23 ayat 1, pasal 27 ayat 1 dan
2, pasal 31 ayat 1, 2, dan 5, pasal 32 ayat 1, pasal 33 ayat 3, pasal 34
ayat 1, 2, dan 3.
3. Kedaulatan Rakyat Pasal 1 ayat 2, pasal 2 ayat 1, 2, dan 3, pasal 3 ayat 1, pasal 4 ayat 1,
pasal 6 A ayat 1, pasal 6 A ayat 4, pasal 11 ayat 2, pasal 18 ayat 3
dan 4, pasal 19 ayat 1, pasal 20 ayat 1 dan 2, pasal 21, pasal 22 C
ayat 1, pasal 22 E ayat 1, 2, dan 4, pasal 23 ayat 2, pasal 24 B ayat 3,
pasal 31 ayat 1.
4. Ketuhanan pasal 1 ayat 1 dan 3, pasal 27 ayat 2 dan 3, Pasal 28 A-J, pasal 30,
pasal 33 dan 34, pasal 31 dan 32, pasal 2, pasal 4, pasal 16, pasal 17,
pasal 18, pasal 19, pasal 22, pasal 23 E, pasal 2pasal 24 A, pasal 24 B,
pasal 24 C, pasal 25 A, pasal 26.
Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45 - Kalian telah mempelajari bahwa
setiap alinea dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
secara yuridis memiliki makna yang sangat dalam dan penting. Demikian juga dengan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Apabila kita perhatikan keempat pokok pikiran di atas, maka tampaklah
bahwa pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah pancaran dari nilai-nilai Pancasila.
C. Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45
Kemudian penjelasan UU Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa “ Pokok-
pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Reichsidee) yang menguasai hukum dasar
negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.
Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.” Dalam
pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sumber hukum tertinggi di
Indonesia.
Sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia, maka
pokok-pokok yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam realisasinya harus dijabarkan dalam semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia seperti Ketetapan MPR, Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah dan sebagainya. Dengan demikian seluruh peraturan perundang-undangan di
Indonesia harus bersumber pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang didalamnya terkandung asas kerohanian negara yaitu Pancasila.
Dengan tetap menyadari makna nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan dengan
memperhatikan hubungan antara Pembukaan dan pasal-pasal, maka dapatlah disimpulkan bahwa
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat dasar
falsafah negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan merupakan satu rangkaian
kesatuan nilai dan norma yang terpadu. Undang-Undang dasar 1945 terdiri dari rangkaian pasal-
pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang tidak lainadalah nilai-nilai
Pancasila.
Sedangkan Pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu memberikan
semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Semangat (Pembukaan) dan yang disemangati(Pasal-Pasal
Undang-Undang Dasar 1945) pada hakikatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tak dapat
dipisahkan.
Info Kewarganegaraan
Tap MPR Nomor IX/MPR/1978 dan Tap MPR Nomor III/MPR/1983 menyatakan bahwa:
“Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang
mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan yang memuat
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, merupakan satu rangkaian dengan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan Oleh karena itu tidak dapat diubah oleh siapapun juga
termasuk oleh MPR hasil Pemilu yang berdasarkan pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar
1945, karena mengubah isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 berarti sama halnya dengan
pembubaran negara”.
Pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
juga memiliki arti penting dalam konteks hukum dasar. Sepeti diketahui di samping Undang-
Undang Dasar, masih terdapat hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber
hukum, yaitu aturan dsar yang timbul dan terpelihra dalam praktik penyelenggaraan negara,
meskipun tidak tertulis. Inilah yang disebut konvensi atau kebiasaan katatanegaraan sebagai
pelengkap atau pengisi kekosongan dalam Undang-Undang Dasar.
Sikap Positif terhadap Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan pokok
yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan pandangan hidup
bangsa. Dasar falsafah bangsa dan pandangan hidup bangsa tersebut telah berakar dan tumbuh
berabad-abad lamanya dalam kalbu dan sejarah bangsa Indonesia dan telah ditempa dan diuji
melalui perjuangan yang panjang dan pengorbanan.
Menjadi tugas kita bersama, termasuk kalian sebagai pelajar sekaligus generasi penerus
perjuangan bangsa, untuk mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga tidak hanya menjadi rangkaian kata-kata luhur, tanpa
menjadi pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
D. Intisari Materi
a. Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
bagian dari pokok kaidah fundamental negara yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945.
b. Pokok-pokok pikran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:
1) Negara persatuan
2) Keadilan sosial
3) Kedaulatan rakyat
4) Ketuhanan yang maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
hakikatnya merupakan pancaran nilai-nilai Pancasila.
d. Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Reichsidee) yang menguasai
hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak
tertulis. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya
e. Tugas seluruh bangsa Idonesia untuk mempertahankan dan mewujudkan pokok-pokok pikiran
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
f. Istilah penting : kaidah pokok fundamental, pokok-pokok pikiran, negara persatuan, keadilan
sosial, kedaulatan rakyat, cita-cita hukum. Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
UUD 45.
Hakikat pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus
G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat
H.Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15
Pendahuluan menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan
sumber belajar.
2. Guru menyampaikan ucapan selamat kepada siswa kelas VII
yang telah menjadi siswa SMP.
3. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan.
8. Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
1. Guru meminta peserta didik mengamati gambar isi alinea dan
Kegiatan inti 90menit
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Tahap 1
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (literasi) dan mencatat hal-
hal yang penting atau yang ingin diketahui dalam gambar
tersebut.
Pertemuan ke - 2
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi isi alinea dan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar Arti
Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45.
a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah
2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;
3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.
4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
3. Kompetensi Pengetahuan
2 Peserta didik dapat menjelaskan Hakikat Jelaskan Hakikat pokok-pokok pikiran dalam
pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Pembukaan UUD Negara Republik
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Indonesia Tahun 1945
4 Peserta didik dapat menjelaskan makna Jelaskan makna dan tujuan Pembukaan
dan tujuan Pembukaan Undang-Undang Undang-Undang Dasar Negara Republik
5 Peserta didik dapat men jelaskan pokok Jelaskan pokok pikiran pertama dalam
pikiran pertama dalam Pembukaaan Pembukaaan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945!
Indonesia Tahun 1945!
G. Aspek Keterampilan.
c.Kisi- kisi :
-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan
Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai ketuntasan
belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat ringkasan Hakikat
pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Instrumen penilaian
1
2
No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP 6 )
A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
1. Menghargai isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3. Menjelaskan sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
4. Mensintesiskan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
5. Menyusun paparan dan mempresentasikan secara kelompok tentang pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUDNegara Repuplik Indonesia dengan penuh disiplin dan tanggung
jawab
D. Materi Pembelajaran
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan
pokok yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan
pandangan hidup bangsa. Dasar falsafah bangsa dan pandangan hidup bangsa tersebut telah
berakar dan tumbuh berabad-abad lamanya dalam kalbu dan sejarah bangsa Indonesia dan
telah ditempa dan diuji melalui perjuangan yang panjang dan pengorbanan. Menjadi tugas
kita bersama, termasuk pelajar sekaligus generasi penerus perjuangan bangsa, untuk
mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Sehingga tidak hanya menjadi rangkaian kata-kata luhur, tanpa menjadi
pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sikap positif merupakan sikap baik yang harus ditunjukkan dan dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diwujudkan dengan
tindakan mengamalkan atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam pokok-pokok
pikiran tersebut. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dilakukan dalam berbagai
bidang kehidupan, seperti dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat,
dan ketuhanan yang dijiwai oleh kemanusiaan.
E. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F. Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus
G. Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15 menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi sikap positif terhadap pokok-
pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar sikap
positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
I. Penilaian
1. Penilaian Reguler
a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah
2 Jujur
• tidak menyontek dalam
mengerjakan ujian/ulangan; 1
3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.
4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
3. Kompetensi Pengetahuan
I. Aspek Keterampilan.
c.Kisi- kisi :
-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan
Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan Sikap positif pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
.
Lampiran Penilaian
Instrumen penilaian
1
2
No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
Bahan Ajar RPP 6/kls 9 ganjil
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan
pokok yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan
pandangan hidup bangsa. Dasar falsafah bangsa dan pandangan hidup bangsa tersebut telah
berakar dan tumbuh berabad-abad lamanya dalam kalbu dan sejarah bangsa Indonesia dan
telah ditempa dan diuji melalui perjuangan yang panjang dan pengorbanan. Menjadi tugas
kita bersama, termasuk pelajar sekaligus generasi penerus perjuangan bangsa, untuk
mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Sehingga tidak hanya menjadi rangkaian kata-kata luhur, tanpa menjadi
pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sikap positif merupakan sikap baik yang harus ditunjukkan dan dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diwujudkan dengan
tindakan mengamalkan atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam pokok-pokok
pikiran tersebut. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dilakukan dalam berbagai
bidang kehidupan, seperti dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat,
dan ketuhanan yang dijiwai oleh kemanusiaan.
A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun
C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
1 .Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bentuk dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mendukung bentuk dan kedaulatan Negara
3 .Memahami hakekat dan teori tentang Kedaulatan
4. Menyajikan hasil telaah tentang kedaulatan yang sesuai dengan UUD Negara Kesatuan Republik
Indonesia tahun 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab
D.Materi Pembelajaran
Menurut Jean Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan
mempunyai empat sifat pokok sebagai berikut.
Asli, artinya kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
Tetap, artinya kekuasaan itu tetap ada selama negara berdiri, meskipun pemegang kedaulatan itu
berganti-ganti.
Bulat, artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak
diserahkan atau dibagikan lembaga lain.
Tetap terbatas, artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Adanya kekuasaan lain
yang membatasi berarti kedaulatan itu akan lenyap.
Teori kedaulatan Tuhan mengajarkan bahwa yang memiliki kedaulatan di negara adalah
Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu di dunia dan semua bersumber dari Tuhan.
Karena negara pada dasarnya berasal dari Tuhan, maka yang berdaulat adalah Tuhan. Bagi negara
penganut teori ini, negara merupakan hal yang suci dan mutlak untuk ditaati. Rakyat negara harus
taat dan patuh pada penguasa yang bertindak atas nama Tuhan.
Menurut teori ini, yang memiliki kedaulatan adalah raja/penguasa, bukan lagi Tuhan.
Raja merupakan satu-satunya pemegang kekuasaan di negara sehingga dapat berkuasa mutlak.
Kehendak negara pada dasarnya adalah kehendak dari raja yang berkuasa.
Menurut teori ini, negara sebagai organisasi adalah kedaulatan tertinggi di negara.
Karena negara itu sesuatu yang abstrak, maka kedaulatan negara berada pada pemimpin atau
penguasa negara yang bersangkutan. Pemimpin adalah penguasa negara dan rakyatnya.
Teori kedaulatan hukum menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara berada
dalam hukum itu sendiri. Raja/penguasa, negara maupun rakyat harus tunduk pada hukum.
Asli, artinya kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
Tetap, artinya kekuasaan itu tetap ada selama negara berdiri, meskipun pemegang kedaulatan itu
berganti-ganti.
Bulat, artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak
diserahkan atau dibagikan lembaga lain.
Tetap terbatas, artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Adanya kekuasaan lain
yang membatasi berarti kedaulatan itu akan lenyap
E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus
G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat
H.Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi hakekat dan teori tentang
Kedaulatan
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar hakekat
dan teori tentang Kedaulatan
.
.
Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit
Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan hakekat
dan teori tentang Kedaulatan
. Dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan
berikut.
a.Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari hakekat dan
teori tentang Kedaulatan bagi kalian?
b.Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh
melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c.Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d.Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3.Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan
Aktivitas
4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya
I. Penilaian
1. Penilaian Reguler
a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah
2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;
3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.
4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
3. Kompetensi Pengetahuan
c.Kisi- kisi :
-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan
Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan Sikap positif pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Instrumen penilaian
1
2
No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 8)
A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun
C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
• Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bentuk dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
• Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mendukung bentuk dan kedaulatan Negara
• Menganalisis bentuk Kedaulatan yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 2015
• Menyimpulkan tentang bentuk dan prinsip-prinsip kedaulatan dengan penerapan kedaulatan yang
sesuai dengan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945
• Menganalisis penerapan prinsip-prinsip kedaulatan sesuai dengan Undang-Undang DasaNegara
Republik Indonesia tahun 1945
• Menyajikan hasil telaah tentang bentuk dan prinsip kedaulatan yang sesuai dengan UUD Negara
Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab
• Mensimulasikan pemilihan ketua RT/Bupati
D.Materi Pembelajaran
Dengan demikian, pelaksanaan kedaulatan rakyat ditentukan oleh UUD NRI Tahun 1945,
artinya, UUD NRI Tahun 1945 menentukan bagian mana dari kedaulatan rakyat yang
pelaksanaannya diserahkan kepada badan/lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas
serta fungsinya ditentukan oleh UUD. Namun penyerahan itu tetap didalam pengawasan
oleh rakyat, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang dipilih atau dibentuk atas
mandat rakayat.
Ketentuan pada pasal 1 ayat 2 UUD 1945 telah mengubah sistem ketatanegaraan
Indonesia melalui MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat kepada sistem kedaulatan
rakyat yang diatur melalu UUD 1945 yang kemudian UUD tersebut menajadi dasar dan
rujukan utama dalam menjalankan kedaulatan rakyat yang mengatur dan membagi
pelaksanaan kedaulatan rakyat kepada rakyat sendiri maupun kepada badan atau
lembaga negara.
Selain dari teori kedaulatan rakyat, Indonesia juga dipertegas dengan kedaulatan hukum
yang telah diatur didalam UUD 1945 pada pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa “
Negara Indonesia adalah Negara Hukum” dan juga pada pasal 27 ayat 1 bahwa “ segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
memjunjung hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Kedua pasal ini
menegaskan bahwa, pelaksanaan kedaulatan rakyat oleh lembaga negara sesuai UUD,
tidak bersifat mutlak atau tanpa batas. Kekuasaan, tugas dan wewenang lembaga negara,
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik (Pasal 1 Ayat (1)
UUD 1945). Bentuk negara adàlah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan republik.
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi dalam beberapa daerah provinsi dengan
menggunakan prinsip desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab. Dengan
demikian, terdapat pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
e. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden (Pasal 17 Ayat (2) UUD
1945).
Pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia terdiri dari tiga bagian terpisah yakni
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pemisahan ini untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan dan melindungi hak-hak asasi manusia. Bayangkan saja, jika
kekuasaan tertinggi dipegang oleh satu orang dimana orang tersebut tidak amanah atau
menyalahgunakannya, maka dampak negatifnya akan sangat besar. Namun jika kekuasaan
tersebut dibagi tiga, maka jika ada pelaksana yang menyalahgunakan kekuasaan, maka
pelaksana yang lain dapat sebagai pembanding yang memiliki kekuasaan untuk
mengingatkan.
John Locke dan Montesquieu merupakan tokoh yang mencetuskan pemisahan kekuasaan
ini. Meskipun dalam prakteknya ketiga hal tersebut tidak benar-benar terpisah bahkan bisa
saling mempengaruhi namun ini cukup bisa untuk mengantisipasi penyalahgunaan
kekuasaan. Dalam bukunya Two Treatises on Civil Government (1690), J. Locke membagi
kekuasaan negara menjadi tiga yakni:
1. Kekuasaan legislatif yakni kekuasaan untuk membuat undang-undang,
3. Kekuasaan federatif yakni kekuasaan untuk mengadakan perserikatan dan aliansi serta
segala tindakan dengan semua orang dan badan di luar negeri (Subakdi,2009).
Setelah muncul pemikiran John Locke ini, baru setengah abad kemudian munculah ahli
falsafah dan ilmu politik yang bernama Montesquieu dari Perancis. Dalam bukunya yang
berjudul L. Esprit des Lois yang artinya Jiwa Undang-Undang, Montesquieu menjelaskan
bahwa terdapat tiga jenis kekuasaan yang diperinci dalam kekuasaan legislatif (perwakilan
rakyat), kekuasaan eksekutif (presiden) dan kekuasaan yudikatif (mahkamah agung).
Ketiga kekuasaan ini harus terpisah baik fungsi, peralatan dan tugasnya (Subakdi,2009).
Nah, pemisahan kekuasaan negara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah trias politica
yang didengungkan oleh Imannuel Kant.
Bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia untuk kekuasaan legislatif dilakukan oleh
MPR, DPR dan DPD, untuk kekuasaan eksekutif dilakukan oleh presiden, wakil dan para
menteri. Sedangkan kekuasaan yudikatif dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial (KY).
Kedaulatan negara Indonesia berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 45). Dalam pelaksanaanya hal ini dipercayakan kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau MPR yang diambil dari anggota DPR dan DPD terpilih
melalui pemilihan umum yang diatur oleh undang-undang.
3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) dan (2). Ayat (1) berbunyi,”Negara
Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.” sedangkan Ayat (2) berbuyi,”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”
4. Pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan.
Pada dasarnya, negara kesatuan republik Indonesia menganut teori kedaulatan hukum dan
teori kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
pemerintahan disebut sebagai demokrasi. Abraham Lincoln yang merupakan Presiden
Amerika Serikat ke-16 menyebutkan bahwa demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat.
a. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1 Ayat (1)
UUD 1945),
b. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar (Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945),
c. Negara Indonesia merupakan negara hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945),
d. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 3 Ayat (3)
UUD 1945),
f. Menteri-menteri dapat diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17 Ayat (2) UUD
1945).
E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus
G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat
H.Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi Bentuk dan prinsip kedaulatan
Negara Republik Indonesia
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar Bentuk
dan prinsip kedaulatan Negara Republik Indonesia
I. Penilaian
1. Penilaian Reguler
a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah
2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;
3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.
4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
3. Kompetensi Pengetahuan
4.Aspek Keterampilan.
c.Kisi- kisi :
-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan
Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan Bentuk dan prinsip kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Instrumen penilaian
1
2
No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
Bahan Ajar RPP 8/9 ganjil
Bentuk dan Prinsip Kedaulatan Negara Republik
Indonesia
“ maka disusunlah Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat..”
Dengan demikian, pelaksanaan kedaulatan rakyat ditentukan oleh UUD NRI Tahun 1945, artinya,
UUD NRI Tahun 1945 menentukan bagian mana dari kedaulatan rakyat yang pelaksanaannya
diserahkan kepada badan/lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas serta fungsinya ditentukan
oleh UUD. Namun penyerahan itu tetap didalam pengawasan oleh rakyat, baik secara langsung
maupun melalui lembaga yang dipilih atau dibentuk atas mandat rakayat.
Ketentuan pada pasal 1 ayat 2 UUD 1945 telah mengubah sistem ketatanegaraan Indonesia
melalui MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat kepada sistem kedaulatan rakyat yang diatur
melalu UUD 1945 yang kemudian UUD tersebut menajadi dasar dan rujukan utama dalam
menjalankan kedaulatan rakyat yang mengatur dan membagi pelaksanaan kedaulatan rakyat
kepada rakyat sendiri maupun kepada badan atau lembaga negara.
Selain dari teori kedaulatan rakyat, Indonesia juga dipertegas dengan kedaulatan hukum yang
telah diatur didalam UUD 1945 pada pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa “ Negara Indonesia
adalah Negara Hukum” dan juga pada pasal 27 ayat 1 bahwa “ segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib memjunjung hukum dan
Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Kedua pasal ini menegaskan bahwa, pelaksanaan
kedaulatan rakyat oleh lembaga negara sesuai UUD, tidak bersifat mutlak atau tanpa batas.
Kekuasaan, tugas dan wewenang lembaga negara, dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam menyalurkan hak kedaulatannya, warga negara dapat melakukan dengan berbagai
cara, antara lain melalui hak berserikat dan berkumpul, seperti yang tercantum dalam Pasal 28
(kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang), Pasal 28 C Ayat (2) (Setiap orang berhak untuk
memajukan dirinya dalam rnemperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya), dan Pasal 28 D Ayat (3) (Setiap warga negara berhak
memperoleh kesempatan yang sama dalam pernerintahan).
a. Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik (Pasal 1 Ayat (1) UUD
1945). Bentuk negara adàlah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan republik. Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbagi dalam beberapa daerah provinsi dengan menggunakan
prinsip desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab. Dengan demikian, terdapat
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
c. Negara Indonesia adalah hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945). Negara hukum adalah
negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak
ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan (akuntabel).
d. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat
(Pasal 7C UUD 1945). Ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk: 1) mewujudkan keseimbangan
politik bahwa DPR tidak dapat memberhentikan presiden, dan presiden juga tidak dapat.
membekukan DPR; 2) melindungi keberadaan DPR sebagai salah satu lembaga negara yang
mencerminkan kedaulatan rakyat; 3) pada masa yang akan datang tidak boleh terjadi peristiwa
pembekuan dan/atau pembubaran DPR oleh presiden.
e. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden (Pasal 17 Ayat (2) UUD 1945).
Setelah muncul pemikiran John Locke ini, baru setengah abad kemudian
munculah ahli falsafah dan ilmu politik yang bernama Montesquieu dari
Perancis. Dalam bukunya yang berjudul L. Esprit des Lois yang artinya
Jiwa Undang-Undang, Montesquieu menjelaskan bahwa terdapat tiga
jenis kekuasaan yang diperinci dalam kekuasaan legislatif (perwakilan
rakyat), kekuasaan eksekutif (presiden) dan kekuasaan yudikatif
(mahkamah agung). Ketiga kekuasaan ini harus terpisah baik fungsi,
peralatan dan tugasnya (Subakdi,2009). Nah, pemisahan kekuasaan
negara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah trias politica yang
didengungkan oleh Imannuel Kant.
3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) dan (2). Ayat (1)
berbunyi,”Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.” sedangkan Ayat (2) berbuyi,”Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”
4. Pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.
Apa prinsip-prinsip kedaulatan di Indonesia?
A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
• Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bentuk dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
• Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mendukung bentuk dan kedaulatan Negara
• Mendeskripsikan beberapa fase pelaksanaan demokrasi
• Mendeskripsikan perkembangan system pemerintahan di Negara Republik Indonesia
• Menyimpulkan tentang Pelaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan sesuai dengan Undang-
UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Menganalisis penerapan prinsip-prinsip kedaulatan sesuai dengan Undang-Undang DasaNegara
Republik Indonesia tahun 1945
• Menyajikan hasil telaah tentang Pelaksanakan prinsip-prinsip kedaulatan yang sesuai dengan UUD
Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab
D.Materi Pembelajaran
Setelah muncul pemikiran John Locke ini, baru setengah abad kemudian
munculah ahli falsafah dan ilmu politik yang bernama Montesquieu dari
Perancis. Dalam bukunya yang berjudul L. Esprit des Lois yang artinya
Jiwa Undang-Undang, Montesquieu menjelaskan bahwa terdapat tiga
jenis kekuasaan yang diperinci dalam kekuasaan legislatif (perwakilan
rakyat), kekuasaan eksekutif (presiden) dan kekuasaan yudikatif
(mahkamah agung). Ketiga kekuasaan ini harus terpisah baik fungsi,
peralatan dan tugasnya (Subakdi,2009). Nah, pemisahan kekuasaan
negara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah trias politica yang
didengungkan oleh Imannuel Kant.
3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) dan (2). Ayat (1)
berbunyi,”Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.” sedangkan Ayat (2) berbuyi,”Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat
mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru
ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga nonpemerintah
Sistem pemerintahan adalah suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen yang
bekerja saling bergantung dan mempengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi
pemerintahan.
1. Sistem Perlementerl
• Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala
negara dikepalai oleh presiden/raja.
• Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan
undang-undang.
• Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
• Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
• Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif
• Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
• parlemen sebagai pemegang kekuasaan di negara tersebut
• Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai.
• Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
• Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
• Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.
• Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
• Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
• Masa pemilihan umum dapat berubah-ubah dengan jangka waktu tertentu.
• Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang
besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
• Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka
menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi
menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
2. Sistem Presidensial
Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus memiliki tiga
unsur yaitu[1]:
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya
seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Model ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-
negara Amerika Latin dan Amerika Tengah
3.Semipresidensial
1. dari presidensial
o Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
o Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
o Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
2. dari parlementer
o Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan
kepala negara dikepalai oleh presiden.
o Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
o Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
4.Demokrasi liberal
Secara konstitusional, ini dapat diartikan sebagai hak-hak individu dari kekuasaan
pemerintah.[1] Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses
perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan
pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak
melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.[2]
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas
teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau.
Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme
ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya
dibanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.
Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di
Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik
(Amerika Serikat, India, Prancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol).
Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika
Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara
Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Prancis).
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara
itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat di mana tidak bisa diubah dan menjadi statis.
Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu
akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk
memprotes hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan
yang kontinu dan demokrasi di mana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.
E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
• LCD Proyektor
Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus
G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2016
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat
H.Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15 menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi Bentuk dan prinsip kedaulatan
Negara Republik Indonesia
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar
Melaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan sesuai dengan Undang-
UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
I. Penilaian
1. Penilaian Reguler
a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah
2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;
3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis yang
baik dan benar.
4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.
5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
3. Kompetensi Pengetahuan
4.Aspek Keterampilan.
c.Kisi- kisi :
-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan
Instrumen penilaian
1
2
No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
BAHAN AJAR Rpp 9/kls 9 ganjil
Setelah muncul pemikiran John Locke ini, baru setengah abad kemudian
munculah ahli falsafah dan ilmu politik yang bernama Montesquieu dari
Perancis. Dalam bukunya yang berjudul L. Esprit des Lois yang artinya
Jiwa Undang-Undang, Montesquieu menjelaskan bahwa terdapat tiga
jenis kekuasaan yang diperinci dalam kekuasaan legislatif (perwakilan
rakyat), kekuasaan eksekutif (presiden) dan kekuasaan yudikatif
(mahkamah agung). Ketiga kekuasaan ini harus terpisah baik fungsi,
peralatan dan tugasnya (Subakdi,2009). Nah, pemisahan kekuasaan
negara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah trias politica yang
didengungkan oleh Imannuel Kant.
Lalu, bagaimana bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di
Indonesia?
3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) dan (2). Ayat (1)
berbunyi,”Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.” sedangkan Ayat (2) berbuyi,”Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat
mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru
ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga nonpemerintah
Sistem pemerintahan adalah suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen yang
bekerja saling bergantung dan mempengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi
pemerintahan.
3. Sistem Perlementerl
• Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala
negara dikepalai oleh presiden/raja.
• Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan
undang-undang.
• Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
• Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
• Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif
• Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
• parlemen sebagai pemegang kekuasaan di negara tersebut
• Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai.
• Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
• Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
• Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.
• Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
• Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
• Masa pemilihan umum dapat berubah-ubah dengan jangka waktu tertentu.
• Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang
besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
• Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka
menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi
menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
4. Sistem Presidensial
Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus memiliki tiga
unsur yaitu[1]:
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya
seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Model ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-
negara Amerika Latin dan Amerika Tengah
3.Semipresidensial
3. dari presidensial
o Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
o Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
o Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
4. dari parlementer
o Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan
kepala negara dikepalai oleh presiden.
o Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
o Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
4.Demokrasi liberal
4.Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang
menganut kebebasan individu.
Secara konstitusional, ini dapat diartikan sebagai hak-hak individu dari kekuasaan
pemerintah.[1] Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses
perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan
pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak
melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.[2]
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas
teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau.
Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme
ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya
dibanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.
Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di
Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik
(Amerika Serikat, India, Prancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol).
Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika
Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara
Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Prancis).
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara
itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat di mana tidak bisa diubah dan menjadi statis.
Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu
akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk
memprotes hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan
yang kontinu dan demokrasi di mana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.
b. Apa hubungan Alinea 1 dan 2 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
a. Sebutkan Makna Alinea 1 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ?
b. Apa hubungan Alinea 1 dan 2 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945