Anda di halaman 1dari 169

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP 1)

Sekolah : UPT SMP NEGERI 2 AWANGPONE.


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Pokok : Bab I.Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup Bangsa
Sub Bab A Penerapan Pancasila dari masa kemasa
Alokasi Waktu : 3 Minggu x 3 Jam Pelajaran @40 Menit

A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.1 Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai • Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai Dasar
Dasar Negara yang merupakan anugerah Negara yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Tuhan Yang Maha Esa Esa
2.1 Menunjukkan sikap bangga akan tanah air • Menunjukkan sikap bangga akan tanah air sebagai
sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
sebagai dasar negara
3.1 Membandingkan antara peristiwa dan • Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila
dinamika yang terjadi di masyarakat sebagai Dasar Negara pada masa awal kemerdekaan
dengan praktik ideal Pancasila sebagai • Mengidentifikasi upaya –upaya untuk mengganti
dasar negara dan pandangan hidup bangsa Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa awal
kemerdekaan
• Mendeskripsikan usaha usaha untuk merubah pancasila
sebagai dasar Negara
• Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai
Pancasilasebagai Dasar Negara pada masa Orde Lama
• Mengidentifikasi beberapa penyimpangan terhadap
Pancasila dan UUD 1945

4.1 Merancang dan melakukan penelitian • Menyusun dan menyajikan hasil telaah tentang
sederhana tentang peristiwa dan dinamika dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara
yang terjadi di masyarakat terkait dan pandangan hidup bangsa dengan penuh rasa
penerapan Pancasila sebagai dasar negara tanggung jawab
dan pandangan hidup bangsa • Mensimulasikan peran tokoh nasional dalam
perwujudan Pancasila sebagai dasar Negara
Nilai Karakter: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan

C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat
PERTEMUAN 1:
1. Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara yang merupakan anugerah Tuhan Yang
Maha Esa
2. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa awal
kemerdekaan.
3. Mengidentifikasi upaya –upaya untuk mengganti Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa awal
kemerdekaan
PERTEMUAN 2
.
1. Menunjukkan sikap bangga akan tanah air sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
Negara
2. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Lama
3. Mengidentifikasi beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945

PERTEMUAN 3
1. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru.
2. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Reformasi

D.Materi Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran Reguler
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
Penerapan Pancasila dari masa kemasa

Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari


Menerapkan Pancasila dalam Kehidupan dan Perilaku Sehari-hari – Salah satu kedudukan
Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai pandangan hidup bangsa. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa mengandung pengertian bahwa nilai-nilainya merupakan pegangan
dalam mengatur sikap dan tingkah laku. Pancasila digunakan sebagai petunjuk perilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
Bangsa Indonesia harus menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur tersebut yang telah diakui
kebenaran dan keabsahannya. Jika tidak diamalkan maka pandangan hidup tersebut hanya
menjadi slogan dan tak bermanfaat sama sekali dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan
demikian maka bangsa Indonesia akan mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu sehingga
terjadi perpecahan. Kita tidak menghendaki hal itu terjadi.

Pancasila yang harus dihayati dan diamalkan adalah Pancasila yang sila-silanya tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Sila-sila Pancasila itu adalah sebagai berikut.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan
pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya. Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa mengandung nilai keagamaan, memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
pemeluk agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia.
Dengan demikian paham atheisme (tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa) tidak diakui di
bumi Indonesia.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai kesamaan derajat, kewajiban, hak,
cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan, toleransi,
dan gotong royong.

Sila persatuan Indonesia dalam masyarakat Indonesia yang majemuk mengandung nilai persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah sebagai pengikat yang menjamin keutuhan nasional atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika. Nilai ini menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Sebaliknya kepentingan pribadi dan golongan diserasikan dalam rangka
kepentingan bangsa dan negara.

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,


mempunyai nilai kerakyatan sebagai berikut:
1. Kedaulatan negara ada di tangan rakyat.
2. Pemimpin kerakyatan adalah hikniat akal sehat.
3. Bangsa I ndonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai hak dan kewajiban
yang sama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat dilakukan oleh musyawarah wakil-wakil rakyat.

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengandung nilai keadilan, keseimbangan
antara hak dan kewajiban, menghargai hak orang lain, gotong royong, dan kerja keras untuk
mewujudkan kemajuan yang adil dan merata.
Melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari berarti melaksanakan semua nilai
yang terkandung dalam Pancasila baik nilai keagamaan, nilai kemanusian, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan sosial.
Contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari adalah sebagai berikut:

1.menjalankan semua perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya,


2. adil terhadap sesama manusia,
3. mendahulukan kewajiban daripada hak,
4. mendahulukan musyawarah dalam mengambil keputusan, dan
5. rela berkoban untuk orang lain.

Contoh perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila adalah sebagai berikut:

3. pilih kasih dalam bergaul dengan sesama,


2. tidak mensyukuri pemberian Tuhan,
3. berat sebelah dalam memutuskan kepentingan bersama, dan
4. mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.

PENERAPAN PANCASILA DARI MASA KE MASA

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah disepakati oleh
seluruh bangsa Indonesia. Akan tetapi, dalam perwujudannya banyak sekali mengalami pasang
surut. Bahkan sejarah bangsa kita telah mencatat bahwa pernah ada upaya untuk mengganti
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dengan ideologi lainnya. Upaya ini
dapat digagalkan oleh bangsa Indonesia sendiri.

Meskipun demikian, tidak berarti ancaman terhadap Pancasila sebagai dasar negara sudah
berakhir. Tantangan masa kini dan masa depan yang terjadi dalam perkembangan masyarakat
Indonesia dan dunia internasional dapat menjadi ancaman bagi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara dan pandangan hidup.

Berikut ini akan kami coba paparkan perkembangan penerapan Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa semenjak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang.

1. Masa Orde Lama


Pada masa Orde lama, kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial-budaya berada dalam suasana peralihan dari masyarakat terjajah menjadi
masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk penerapan Pancasila
terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diterapkan dalam bentuk yang berbeda-beda pada
masa orde lama. Terdapat 3 periode penerapan Pancasila yang berbeda, yaitu;

a. Periode 1945-1950
Pada periode ini, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup menghadapi
berbagai masalah. Ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa. Upaya-upaya tersebut terlihat dari munculnya gerakan-gerakan
pemberontakan yang tujuannya menganti Pancasila dengan ideologi lainnya. Ada dua
pemerontakan yang terjadi pada periode ini yaitu:

1). Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI)


Pemberontakan ini terjadi di Madiun pada tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini
dipimpin oleh Muso. Tujuan utamanya adalah mendirikan Negara Soviet Indonesia yang
berideologi komunis. Dengan kata lain, pemberontakan tersebut akan mengganti Pancasila dengan
paham komunis. Pemberontakan ini pada akhirnya bisa digagalkan.

2) Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia


Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Pemberontakan ini ditandai
dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII) oleh Kartosuwiryo pada tanggal 17 Agustus
1949. Tujuan utama didirikannya NII adalah untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara
dengan syari’at islam. Upaya penumpasan pemberontakan ini memakan waktu yang cukup lama.
Kartosuwiryo bersama para pe ngikutnya baru bisa ditangkap pada tanggal 4 Juni 1962.

b. Pada periode 1950-1959


Pada periode ini dasar negara tetap Pancasila, akan tetapi dalam penerapannya lebih diarahkan
seperti ideologi leberal. Hal tersebut dapat dilihat dalam penerapan sila keempat yang tidak lagi
berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting).

Tantangan yang berat terjadi ada periode ini dengan munculnya berbagai pemberontakan seperti
Republik Maluku Selatan (RMS), Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), dan
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin melepaskan diri dari NKRI.

Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang
dianggap paling demokratis. Tetapi anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun
Undang-Undang Dasar seperti yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan
keamanan, yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk
membubarkan Konstituante, Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 tidak berlaku, dan
kembali kepada Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Kesimpulan yang ditarik dari penerapan
Pancasila selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata
tidak menjamin stabilitas pemerintahan.

c. Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada
kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada
kekuasaan pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap
Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden
seumur hidup, dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok
bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup
bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.

Pada periode ini terjadi Pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 yang dipimpin oleh
D.N Aidit. Tujuan pemberontakan ini adalah kembali mendirikan Negara Soviet di Indonesia serta
mengganti Pancasila dengan paham komunis. Pemberontakan ini bisa digagalkan, dan semua
pelakunya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya.

2. Masa Orde Baru


Era demokrasi terpimpin di bawah pimpinan Presiden Soekarno mendapat semacam badai besar
ketika terjadinya peristiwa tanggal 30 September 1965, yang disinyalir didalangi oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan PKI tersebut membawa akibat yang begitu fatal bagi
partai itu sendiri, yakni dengan tersisihkannya partai tersebut dari arena politik Indonesia. Tidak
hanya partai, Presiden Soekarno yang berkedudukan sebagai Pimpinan Besar Revolusi dan
Panglima Angkatan Perang Indonesia secara pasti sedikit demi sedikit kekuasaannya dikurangi
bahkan dilengserkan dari jabatan Presiden pada tahun 1967, sampai pada akhirnya ia tersingkir
dari arena perpolitikan nasional.

Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu antara
tahun 1966-1968, ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Era yang
kemudian dikenal sebagai Orde Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila. Visi utama
pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia.

Dengan visi tersebut, Orde Baru memberikan secercah harapan bagi rakyat Indonesia, terutama
yang berkaitan dengan perubahan-perubahan politik, dari yang bersifat otoriter pada masa
demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno menjadi lebih demokratis. Harapan rakyat
tersebut tentu saja ada dasarnya. Presiden Soeharto sebagai tokoh utama Orde Baru dipandang
rakyat sebagai sesosok manusia yang mampu mengeluarkan bangsa ini keluar dari keterpurukan.
Hal ini dikarenakan beliau berhasil membubarkan PKI, yang ketika itu dijadikan musuh utama
negeri ini. Selain itu, beliau juga berhasil menciaptakan stabilitas keamanan negeri ini pasca
pemberontakan PKI dalam waktu yang relatif singkat. Itulah beberapa anggapan yang menjadi
dasar kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Presiden
Soeharto.

Harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya terwujud. Karena, sebenarnya tidak ada perubahan
yang subtantif dari kehidupan politik Indonesia. Antara Orde Baru dan Orde Lama sebenarnya
sama saja (sama-sama otoriter). Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, kekuasaan
Presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di Indonesia. Lembaga Kepresidenan
merupakan pengontrol utama lembaga negara lainnya baik yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR,
DPA, BPK dan MA) maupun yang bersifat infrastruktur (LSM, Partai Politik, dan sebagainya). Selain
itu juga Presiden Soeharto mempunyai sejumlah legalitas yang tidak dimiliki oleh siapapun seperti
Pengemban Supersemar, Mandataris MPR, Bapak Pembangunan dan Panglima Tertinggi ABRI.
Dari uraian di atas, kita bisa menggambarkan bahwa pelaksanaan demokrasi Pancasila masih jauh
dari harapan. Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen hanya dijadikan alat
politik penguasa belaka. Kenyataan yang terjadi demokrasi Pancasila sama dengan kediktatoran.

3. Masa Reformasi
Pada masa reformasi, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
terus menghadapi berbagai tantangan. Penerapan Pancasila tidak lagi dihadapkan pada ancaman
pemberontakan-pemberontakan yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lain, akan tetapi
lebih dihadapkan pada kondisi kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan yang serba
bebas.

Kebebasan yang mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini meliputi berbagai macam
bentuk mulai dari kebebasan berbicara, berorganisasi, berekspresi dan sebagainya. Kebebasan
tersebut di satu sisi dapat memacu kreatifitas masyarakat, tapi disisi lain juga bisa mendatangkan
dampak negatif yang merugikan bangsa Indonesia sendiri. Banyak hal negatif yang timbul sebagai
akibat penerapan konsep kebebasan yang tanpa batas, seperti munculnya pergaulan bebas, pola
komunikasi yang tidak beretika dapat memicu terjadinya perpecahan, dan sebagainya.

Kemudian, saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada perkembangan dunia yang sangat cepat dan
mendasar, serta berpacunya pembangunan bangsa-bangsa. Dunia saat ini sedang terus dalam
gerak mencari tata hubungan baru, baik di lapangan politik, ekonomi maupun pertahanan
keamanan.

Walaupun bangsa-bangsa di dunia makin menyadari bahwa mereka saling membutuhkan dan
saling tergantung satu sama dengan yang lain, namun persaingan antar kekuatan-kekuatan besar
dunia dan perebutan pengaruh masih berkecamuk. Salah satu cara untuk menanamkan pengaruh
kepada negara lain adalah melalui penyusupan ideologi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kewaspadaan dan kesiapan harus kita tingkatkan untuk menanggulangi penyusupan
ideologi lain yang tidak sesuai dengan Pancasila. Hal ini lebih penting artinya, karena sebagian
besar bangsa kita termasuk masyakat berkembang. Masyarakat yang kita cita-citakan belum
terwujud secara nyata, belum mampu memberikan kehidupan yang lebih baik sesuai cita-cita
bersama. Keadaan ini sadar atau tidak sadar, terbuka kemungkinan bangsa kita akan berpaling dari
Pancasila dan mencoba membangun masa depannya dengan diilhami oleh suatu pandangan hidup
atau dasar negara yang lain.

.2. Materi Pembelajaran Pengayaan


perkembangan penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
semenjak awal kemerdekaan

3. Materi Pembelajaran Remedi


Pancasila yang harus dihayati dan diamalkan adalah Pancasila yang sila-silanya tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Sila-sila Pancasila itu adalah sebagai berikut.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus

G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat

H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik
Pendahuluan 15menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan
sumber belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru Menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
8. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
• Guru meminta peserta didik mengamati gambar penerapan
Kegiatan inti 90menit
Pancasila darimasa kemasa (literasi) dan mencatat hal-hal
Tahap 1
yang penting atau yang ingin diketahui dalam gambar
tersebut.
• Guru dapat memberi penjelasan singkat tentang
gambar, sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu
peserta didik berkaitan dengan penerapan Pancasila
darimasa kemasa
• Guru memandu peserta didik untuk Mengidentifikasi
dan
mengidentifikasi dan menganalisis rumusan pertanyaan
sesuai tujuan pembelajaran
• Peserta didik memberikan jawaban sementara atas
pertanyaan yang dirumuskan (hipotesis)
Tahap 2 Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi
dengan melakukan kajian dokumen historis(creative) dan
mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun,
juga mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi
lain atau internet .
Tahap 3 Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai informasi (nilai kemandirian, gotong
royong) yang sudah diperoleh sebelumnya,

Tahap 4 • Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk


menyimpulkan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara
pada masa awal kemerdekaan. (Colaboration)
Tahap 5 • Guru membimbing kelompok untuk menyusun laporan hasil
telaah tentang perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara
pada masa awal kemerdekaan (creative). Laporan dapat berupa
dalam bentuk kertas lembaran.
• Guru mendiskusikan dan membuat kesepakatan tentang tata
tertib selama penyajian materi oleh kelompok, seperti berikut
ini.
a) Setiap peserta didik saling menghormati pendapat orang
lain.
b) Mengangkat tangan sebelum memberikan pertanyaan atau
menyampaikan pendapat.
c) Menyampaikan pertanyaan atau pendapat setelah
dipersilahkan oleh guru (moderator).
d) Menggunakan bahasa yang sopan saat menyampaikan
pertanyaan atau pendapat.
e) Berbicara secara bergantian dan tidak memotong
pembicaraan orang lain.
• Setiap kelompok saling mengunjungi untuk mempelajari hasil
dari kelompok lain (comunication) serta memberi tanggapan
dan/atau saran.
• Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik
dalam diskusi, dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat
dan memberikan penghargaan bila jawaban benar dengan
pujian atau tepuk tangan bersama.

Kegiatan Akhir 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15


menit
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Guru melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat
proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan perwujudan nilai-nilai
Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa awal kemerdekaan , dengan
meminta peserta didik menjawab pertanyaan berikut.
a. Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari perwujudan
nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa awal
kemerdekaan bagi kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
c. Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
d. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
e. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan
hasil telaah kelompok.
4. Guru melakukan tes tertulis dengan menggunakan Uji
Kompetensi soal yang disusun guru sesuai indikator
pencapaian kompetensi.
5. Guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya dan
menugaskan pesertadididk membaca materi pertemuan
berikutnya

Pertemuan ke - 2
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 15menit
Pendahuluan
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan
kerapian kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta
didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi.
4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6. Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar
perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa
Orde Lama

3. Kemudian guru dapat menambahkan penjelasan tentang


gambar tersebut dengan berbagai fakta terbaru yang
berhubungan dengan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai
Dasar Negara pada masa Orde Lama
4. Guru meminta Peserta didik secara kelompok untuk
mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan
dengan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara
pada masa Orde Lama.
5. Guru meminta peserta didik menyusun pertanyaan
6. Guru mengarahkan peserta didik secara kelompok
untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disusun.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
8. Guru membimbing peserta didik untuk menyusun
proyek kelas, yaitu simulasi perwujudan nilai-nilai Pancasila
sebagai Dasar Negara pada masa Orde Lama akan ditampilkan
dalam pertemuan ketiga.
Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit
Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan perwujudan
nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Lama
Dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan
berikut.
a. Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari perwujudan
nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Lama
I bagi kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh melalui
proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan
4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya dan menugaskan peserta didik untuk
mempelajari Buku PPKn Kelas IX Bab 1, perwujudan nilai-
nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru dan
Reformasi

Pertemuan ke - 3
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan awal 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 15
menit
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan
kerapian kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi perwujudan nilai-nilai
Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru dan
Reformasi.
3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
4. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
5. Guru menjelaskan materi perwujudan nilai-nilai Pancasila
sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru dan Reformasi yang
akan dilakukan peserta didik.
6. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian
yang akan digunakan.
1. Peserta didik mempersiapkan segala perlengkapan untuk 90menit
Kegiatan inti
pelaksanaan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar
Negara pada masa Orde Baru dan Reformasi
2. Peserta didik dengan perannya masing-masing
melaksanakan simulasi dengan sebaik-baiknya.
3. Guru mengamati keterampilan peserta didik secara
perorangan dan kerja kelompok dalam melaksanakan
Simulasi perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara
pada masa Orde Baru dan Reformasi
4. Guru membimbing peserta didik membuat atau
mendokumentasikan simulasi perwujudan nilai-nilai Pancasila
sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru dan Reformasi
5. Memberi motivasi dan penghargaan atas penampilan seluruh
peserta didik dalam simulasi.
6. Peserta didik mengevaluasi dan merefleksi kegiatan
simulasi.
Kegiatan Akhir 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan arti 15 menit
penting perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara
pada masa Orde Baru dan Reformasi.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan
perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa
Orde Baru dan Reformasi dengan meminta peserta didik
menjawab pertanyaan berikut ini.

a. Apa manfaat yang diperoleh dari perwujudan nilai-nilai


Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru dan
Reformasi bagi kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
c. Apa manfaat yang diperoleh melalui proses
pembelajaran yang telah dilakukan?
d. Apa rencana tindak lanjut yang akan kalian lakukan?
e. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?

3. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan


berikutnya

I. Penilaian
1. Penilaian Reguler

A. Penilaian Sikap Spiritual


a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :

No Butir Nilai Indikator Sikap Spritual Jumlah


(Sikap Spritual) Butir
Beriman Kepada Berdoa sebelum dan sesudah Pelajaran 1
Tuhan Yang Maha
Esa
Taat menjalankan shalat lima waktu 1
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah 1
prosentase
Mengucapkan rasa syukur ketika berhasil 1
melaksanakan sesuatu
Menghormati teman yang melaksanakan ibadah 1
d.Instrumen Penilaian Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 A)

e. Petunjuk Penghitungan Skor Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 B)

B. Penilaian Sikap Sosial


a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah

• Tidak melakukan aktivitas yang


1
mengganggu dan merugikan orang
lain
1
• Melakukan aktivitas sosial untuk
membantu orangorang yang
memerlukan

2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;

• mengungkapkan perasaan apa 1


adanya;
1
• menyerahkan barang yang
ditemukan kepada yang berwenang;
1
• mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki.

3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.

4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.

5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan

6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.

C. Kompetensi Pengetahuan

a. Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan


b. Bentuk Instrumen : Lembar Tulis Tulis dan Lembar uraian.
c. Kisi-kisi Tes Tertulis :

No Indikator Butir Instrumen


1 Peserta didik dapat mendeskripsikan Jelaskan perwujudan nilai-nilai Pancasila
perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar sebagai Dasar Negara pada masa awal
Negara pada masa awal kemerdekaan kemerdekaan
2 Peserta didik dapat Mengidentifikasi upaya – Tuliskan upaya –upaya untuk mengganti
upaya untuk mengganti Pancasila sebagai Dasar Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa
Negara pada masa awal kemerdekaan awal kemerdekaan
3 Peserta didik dapat mendeskripsikan Jelaskan perwujudan nilai-nilai Pancasila
perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar sebagai Dasar Negara pada masa Orde
Negara pada masa Orde Lama Lama

4 Peserta didik dapat mengidentifikasi beberapa Tuliskan beberapa penyimpangan terhadap


penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD Pancasila dan UUD 1945
1945

5 Peserta didik dapat mendeskripsikan Jelaskan perwujudan nilai-nilai Pancasila


perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar sebagai Dasar Negara pada masa Orde Baru
Negara pada masa Orde Baru

6 Peserta didik dapat mendeskripsikan Jelaskan perwujudan nilai-nilai Pancasila


perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar sebagai Dasar Negara pada masa Reformasi
Negara pada masa Reformasi

D. Aspek Keterampilan.
a. Tehnik Penikaian : Praktik
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.
c. Kisi- kisi :
1.
N Aspek Indikator Jumla
o h butir
1 Partisipasi a. Mendukung kerjasama kelompok 2
b. Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan a. Keberanian berbicara di depan umum
berbicara b. Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
c. Menanggapi pertanyaan dengan lugas
dan jelas
d. Menerima secara logis pendapat
kelompok lain

2. Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.

3. Pengayaan

Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat ringkasan
perkembangan penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
semenjak awal kemerdekaan
.

Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020


Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran

HJ.ROSNAWATI,SPd SITTI HASMA, S.Pd.


NIP 196812311991023044 NIP 196603292014102001
Lampiran Penilaian

Instrumen penilaian

A. Penilaian Kompetensi Sikap


1. Kompetensi sikap spiritual
Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan menggunakan teknik
penilaian pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format

Jurnal penilaian sikap

No Tanggal Nama siswa Catatan perilaku Butir sikap Tindak lanjut

1
2

2. Instrumen sikap sosial

No Nama peserta didik Aspek sikap yang


dinilai
Santun Percaya diri Jujur Disiplin Tanggung
jawab
1
2
3
4
5

Kemampuan Kemampuan Memberi Mengapresiasi


No Nama bertanya menjawab/ masukan/saran
peserta Berargumentasi
didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Keterangan : Diisi dengan tanda ceklis
Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor perolehan x 50


2
Pedoman penskoran (Rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 2)

Sekolah : UPT SMP NEGERI 2 AWANGPONE.


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Pokok : Bab I.Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
Bangsa
Sub Bab B.Dinamika Nilai- Nilai Pancaaila Sesuai Dengan Perkembangan Zaman
Alokasi Waktu : 2 Minggu x 3 Jam Pelajaran @40 Menit

A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.1 Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai • Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai Dasar
Dasar Negara yang merupakan anugerah Negara yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Tuhan Yang Maha Esa Esa
2.1 Menunjukkan sikap bangga akan tanah air • Menunjukkan sikap bangga akan tanah air sebagai
sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
sebagai dasar negara
3.1 Membandingkan antara peristiwa dan • Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai Pancasila
dinamika yang terjadi di masyarakat sebagai Dasar Negara pada masa awal kemerdekaan
dengan praktik ideal Pancasila sebagai • Mengidentifikasi upaya –upaya untuk mengganti
dasar negara dan pandangan hidup bangsa Pancasila sebagai Dasar Negara pada masa awal
kemerdekaan
• Mendeskripsikan usaha usaha untuk merubah pancasila
sebagai dasar Negara
• Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai
Pancasilasebagai Dasar Negara pada masa Orde Lama
• Mengidentifikasi beberapa penyimpangan terhadap
Pancasila dan UUD 1945

4.1 Merancang dan melakukan penelitian • Menyusun dan menyajikan hasil telaah tentang
sederhana tentang peristiwa dan dinamika dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara
yang terjadi di masyarakat terkait dan pandangan hidup bangsa dengan penuh rasa
penerapan Pancasila sebagai dasar negara tanggung jawab
dan pandangan hidup bangsa • Mensimulasikan peran tokoh nasional dalam
perwujudan Pancasila sebagai dasar Negara

Nilai Karakter: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan

C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat
PERTEMUAN 1:
1. Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Esa
2. Mengidentifikasi defenisi Idiologi menurut para pakar (akhli )
3. Mengidentifikasi Idiologi bangsa Indonesia.
4. Mendeskripsikan cirri- cirri khas idiologi terbuka
PERTEMUAN 2
1. Menunjukkan sikap bangga akan tanah air sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara..
2. Mendeskripsikan kedudukan Pancasila sebagai idiologi terbuka.
3. Mengidentifikasi hal- hal yang selalu diperhatikan dalam keterbukaan idiologi Pancasila
4. Mengidentifikasi nilai- nilai yang terkandung dalam keterbukaan idiologi Pancasila
5. Mendeskripsikan 3 dimensi Pancasila sebagai idiologi terbuka

D.Materi Pembelajaran

1. Materi Pembelajaran Reguler

Nilai-nilai Pancasila Sesuai Perkembangan Zaman


Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa membawa konsekuensi
logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai
dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1. Hakikat Ideologi Terbuka


Ideologi adalah kumpulan gagasan/ konsep dasar bersistem untuk dijadikan dasar pendapat, arah,
dan tujuan. Sebagai suatu sistem pemikiran, ideologi sangatlah wajar jika mengambil sumber atau
berpandangan dari pandangan dan falsafah hidup bangsa. Hal tersebut akan membuat ideologi
tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kecerdasan kehidupan
bangsa. Ideologi bersifat terbuka dengan senantiasa mendorong terjadinya perkembangan-
perkembangan pemikiran baru tentang ideologi tersebut, tanpa harus kehilangan jatidirinya.

defenisi Idiologi menurut para pakar

1.Soerjanto Poespowardoyo:Ideologi ialah sebagai kompleks pengetahuan serta


juga macam-macam nilai, yang secara universal menjadi landasan bagi seseorang atau juga
masyarakat untuk dapat memahami jagat raya serta juga bumi seisinya dan
juga menentukan sikap dasar untuk dapat mengolahnya. Dengan berdasarkan pemahaman
yang diyakini itu, seseorang menangkap apa yang dilihat baik serta juga tidak baik

2.Pengertian ideologi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) terbagi menjadi 3,
berikut penjelasannya :

• Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup
• Ideologi adalah cara berpikir seseorang atau suatu golongan
• Ideologi adalah paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik

Pengertian Ideologi Menurut Para Ahli

Selain pengertian ideologi diatas, para ahli dan pakar memiliki pendapat dan pandangan
yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu ideologi. Untuk lebih jelasnya, simak
berikut ini pengertian ideologi menurut para ahli secara lengkap,

Alfian:Pengertian ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan
adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.

C.C. Rode :Pengertian ideologi adalah sekumpulan yang secara logis berkaitan dan
mengindentifikasikan nilai-nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya.

Drs. Moerdiono:Ideologi berarti a system of ideas, akan mensistematisasikan seluruh


pemikiran mengenai kehidupan ini dan melengkapinya dengan sarana serta kebijakan dan
strategi dengan tujuan menyesuaikan keadaan nyata dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam filsafat yang menjadi induknya.

Gunawan Setiardjo :Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah ‘aqliyyah
(akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam
kehidupan

Antoine Destutt de Tracy:Ideologi adalah studi terhadap ide – ide/pemikiran tertentu.

Descartes:Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.

Machiavelli:Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.

A.S. Hornby:Ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi
dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.

Frans Magnis Suseno:Ideologi adalah keseluruhan sistem berpikir dan sikap dasar rohaniah
sebuah gerakan, kelompok sosial atau individu.

Thomas H:Pengertian ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah
agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.

Francis Bacon:Ideologi adalah sintesis pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.

Moh. A Safaudin:Ideologi adalah pemikiran menuju keadilan, kesetaraan dan kesejahteraan


bersama yang melalui proses berfikir manusia untuk menentukan aturan-aturan dalam
kehidupan.”

Karl Marx:Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama
dalam masyarakat.

Manfred Steger dan Paul James:Menurut mereka apa yang dimaksud dengan ideologi ada
dua, yaitu sebagai berikut,

• Ideologi adalah sekelompok ide dan konsep yang normatif yang memiliki pola, yang
merupakan representasi dari kekuatan politik yang ada.
• Ideologi adalah peta konsep yang membantu masyarakat dalam mengarahkan
kompleksnya kehidupan berpolitik dan keyakinan akan kebenaran sosial.

Karl Maanheim:Ideologi adalah sistem pemikiran yang berguna dalam mempertahankan


orde sosial tertentu.

Napoleon:Pengertian ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rival–rivalnya.

Louis Althuser:Ideologi adalah suatu gagasan yang spekulatif, namun bukan gagasan
palsu, karena bukan dimaksudkan untuk menggambarkan suatu realitas melainkan untuk
dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana semestinya manusia itu dapat menjalani
hidupnya.

Muhammad Ismail:Ideologi (Mabda’) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi hubna Qablahu


Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang sama sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas
pemikiran pemikiran yang lain. Pemikiran mendasar ini merupakan akumulasi jawaban atas
pertanyaan dari mana, untuk apa dan mau ke mana alam, manusia dan kehidupan ini yang
dihubungkan dengan asal muasal penciptaannya dan kehidupan setelahnya?

Dr. Hafidh Shaleh:Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa
konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem
kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode
untuk mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta
metode menyebarkannya ke seluruh dunia.
Nicollo Machiavelli:Pengertian ideologi adalah pengetahuan mengenai cara
menyembunyikan kepentingan, mendapatkan, serta mempertahankan kekuasaan dengan
memanfaatkan konsepsi-konsepsi keagamaan dan tipu daya.

Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam
masyarakat sendiri. Ideologi terbuka mempunyai banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan
ideologi tertutup. Keunggulan tersebut dapat kita temukan dengan cara membandingkan
karakteristik kedua ideologi tersebut.

Perbedaan

Ideologi Terbuka Ideologi Tertutup

1. Sistem pemikiran yang terbuka 1. Sistem pemikiran yang tertutup


2. Nilai-nilai dan cita-citanya tidak 2. Cenderung untuk memaksakan
dipaksakan dari luar, melainkan digali mengambil nilai-nilai ideologi dari luar
dan diambil dari harta kekayaan rohani, masyarakatnya yang tidak sesuai
moral dan budaya masyarakat itu dengan keyakinan dan pemikiran
sendiri. masyarakatnya.
3. Dasar pembentukan ideologi bukan 3. Dasar pembentukannya adalah cita-cita
keyakinan ideologis sekelompok orang, atau keyakinan ideologis perseorangan
melainkan hasil musyawarah dan atau satu kelompok orang
kesepakatan dari masyarakatsendiri 4. Pada dasarnya ideologi tersebut
4. Tidak diciptakan oleh negara, melainkan diciptakan oleh negara, dalam hal ini
oleh masyarakat itu sendiri sehingga penguasa negara yang mutlak harus
ideologi tersebut adalah milik seluruh diikuti oleh seluruh warga masyarakat.
rakyat atau anggota masyarakat. 5. Pada hakikatnya ideologi tersebut hanya
5. Tidak hanya dibenarkan, melainkan dibutuhkan oleh penguasa negara untuk
dibutuhkan oleh seluruh warga melangengkan kekuasaannya dan
masyarakat. cenderung memiliki nilai kebenaran
6. Isinya tidak bersifat operasional. Ia baru hanya dari sudut pandang penguasa
bersifat operasional apabila sudah saja.
dijabarkan ke dalam perangkat yang 6. Isinya terdiri dari tuntutan-tuntutan
berupa konstitusi atau peraturan konkret dan operasional yang bersifat
perundang-undangan lainnya. keras yang wajib ditaati oleh seluruh
7. Senantiasa berkembang seiring dengan warga masyarakat
perkembangan aspirasi, pemikiran serta 7. Tertutup terhadap pemikiranpemikiran
akselerasi dari masyarakat dalam baru yang berkembang di
mewujudkan cita-citanya untuk hidup masyarakatnya.
berbangsa dalam mencapai harkat dan
martabat kemanusian.

Ideologi terbuka lebih unggul jika dibandingkan dengan ideologi tertutup. Hal tersebut membuat
ideologi terbuka tidak hanya sekedar dibenarkan,melainkan dibutuhkan oleh berbagai negara.
Hampir dapat dipastikan, negara yang menganut sistem ideologi tertutup seperti negara komunis,
mengalami kehancuran secara ideologis.
Beberapa contoh keterbukaan ideologi Pancasila dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan,
hukum, kebudayaan, pertahanan dan kemanan antara lain sebagai berikut.

1. Bidang Politik: Pancasila mengandung nilai-penting penting seperti bermusyawarah dalam


menentukan keputusan
2. Bidang Pendidikan: Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang penting untuk
membangun kepribadian siswa
3. Bidang Hukum: Pancasila merupakan sumber keadilan negara yang berasaskan
kemanusiaan yang adil yang beradab
4. Bidang Kebudayaan: Pancasila menjaga ikatan manusia dengan Tuhannya dengan melalui
upacara adat yang terus terjaga secara turun temurun
5. Pertahanan dan keamanan: Pancasila menjaga keutuhan NKRI dengan asas-asas yang
luhur dalam segala bentuk upaya menjaga kemanan.

2. Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Keterbukaan Pancasila mengandung pengertian bahwa Pancasila senantiasa mampu berinteraksi
secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak berubah, namun pelaksanaannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap waktu. Hal ini dimaksudkan untuk
menegaskan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai
sebagai berikut:

1. Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, Keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal, sehingga di dalamnya
terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat
tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup negara. Nilai dasar tersebut selanjutnya
dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2. Nilai instrumental, yaitu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
Misalnya program-program pembangunan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman dan aspirasimasyarakat, undang-undang, dan departemen-departemen sebagai
lembaga pelaksana juga dapat berkembang. Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan
perubahan.
3. Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang
dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Inilah sebabnya bahwa ideologi Pancasila
merupakan ideologi yang terbuka.

Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi Idealisme
Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat
sistematis, rasional dan menyeluruh itu, pada hakikatnya bersumber pada filsafat Pancasila.
Dimensi idealisme yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme
serta mampu mendorong motivasi pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-citanya.
b. Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma keagamaan.
Dalam pengertian ini Pancasila terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan tertib hukum tertinggi dalam negara Republik
Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental).
c. Dimensi Realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan kata lain, Pancasila memiliki keluwesan
yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka ideologi
Pancasila:

• Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari
kehidupan sehari-hari secara nyata
• Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup, melainkan suatu norma
yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang mamapu melakukan perubahan.
• Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya menekankan pada segi
praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme.

Pancasila dapat dipastikan bukan merupakan ideologi tertutup, tetapi ideologi terbuka. Akan
tetapi, meskipun demikian keterbukaan Pancasila bukan berarti tanpa batas. Keterbukan ideologi
Pancasila harus selalu memperhatikan:

• Stabilitas nasional yang dinamis


• Larangan untuk memasukan pemikiran-pemikiran yang mengandung nilai-nilai ideologi
marxisme, leninisme dan komunisme
• Mencegah berkembanganya paham liberal
• Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat
• Penciptaan norma yang barus harus melalui konsensus

.2. Materi Pembelajaran Pengayaan


Beberapa contoh keterbukaan ideologi Pancasila dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan,
hukum, kebudayaan, pertahanan dan kemanan antara lain sebagai berikut.

1. Bidang Politik: Pancasila mengandung nilai-penting penting seperti bermusyawarah dalam


menentukan keputusan
2. Bidang Pendidikan: Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang penting untuk
membangun kepribadian siswa
3. Bidang Hukum: Pancasila merupakan sumber keadilan negara yang berasaskan
kemanusiaan yang adil yang beradab
4. Bidang Kebudayaan: Pancasila menjaga ikatan manusia dengan Tuhannya dengan melalui
upacara adat yang terus terjaga secara turun temurun
5. Pertahanan dan keamanan: Pancasila menjaga keutuhan NKRI dengan asas-asas yang
luhur dalam segala bentuk upaya menjaga kemanan.

.
3. Materi Pembelajaran Remedi.
Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi Idealisme
Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat
sistematis, rasional dan menyeluruh itu, pada hakikatnya bersumber pada filsafat Pancasila.
Dimensi idealisme yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme
serta mampu mendorong motivasi pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-citanya.
b. Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma keagamaan.
Dalam pengertian ini Pancasila terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan tertib hukum tertinggi dalam negara Republik
Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental).
c. Dimensi Realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan kata lain, Pancasila memiliki keluwesan
yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka ideologi
Pancasila:

• Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari
kehidupan sehari-hari secara nyata
• Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup, melainkan suatu norma
yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang mamapu melakukan perubahan.
• Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya menekankan pada segi
praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme.

E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran

F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus

G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat

H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15
Pendahuluan menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan
sumber belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru Menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
8. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
• Guru meminta peserta didik mengamati gambar.Dinamika Nilai-
Kegiatan inti 90menit
Nilai Pancaaila Sesuai Dengan Perkembangan Zaman (literasi) dan
Tahap 1
mencatat hal-hal yang penting atau yang ingin diketahui dalam
gambar tersebut.

Nilai-nilai Pancasila Sesuai dengan Perkembangan Zaman


• Guru dapat memberi penjelasan singkat tentang gambar,
sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik
berkaitan dengan defenisi Idiologi menurut para pakar (akhli ),
Idiologi bangsa Indonesia., cirri- cirri khas idiologi terbuka
• Guru memandu peserta didik untuk Mengidentifikasi dan
mengidentifikasi dan menganalisis rumusan pertanyaan
sesuai tujuan pembelajaran
• Peserta didik memberikan jawaban sementara atas
pertanyaan yang dirumuskan (hipotesis)
Tahap 2 Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi
dengan melakukan kajian dokumen historis(creative) dan
mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun,
juga mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi
lain atau internet .
Tahap 3 Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai informasi (nilai kemandirian, gotong
royong) yang sudah diperoleh sebelumnya,

Tahap 4 • Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk


menyimpulkan defenisi Idiologi menurut para pakar (akhli ),
Idiologi bangsa Indonesia., cirri- cirri khas idiologi terbuka
. (Colaboration)
Tahap 5 • Guru membimbing kelompok untuk menyusun laporan hasil
telaah tentang defenisi Idiologi menurut para pakar (akhli ),
Idiologi bangsa Indonesia., cirri- cirri khas idiologi terbuka
(creative). Laporan dapat berupa dalam bentuk kertas
lembaran.
• Guru mendiskusikan dan membuat kesepakatan tentang tata
tertib selama penyajian materi oleh kelompok, seperti berikut
ini.
a) Setiap peserta didik saling menghormati pendapat orang
lain.
b) Mengangkat tangan sebelum memberikan pertanyaan atau
menyampaikan pendapat.
c) Menyampaikan pertanyaan atau pendapat setelah
dipersilahkan oleh guru (moderator).
d) Menggunakan bahasa yang sopan saat menyampaikan
pertanyaan atau pendapat.
e) Berbicara secara bergantian dan tidak memotong
pembicaraan orang lain.
• Setiap kelompok saling mengunjungi untuk mempelajari hasil
dari kelompok lain (comunication) serta memberi tanggapan
dan/atau saran.
• Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik
dalam diskusi, dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat
dan memberikan penghargaan bila jawaban benar dengan
pujian atau tepuk tangan bersama.

Kegiatan Akhir 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15


menit
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Guru melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat
proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan defenisi Idiologi
menurut para pakar (akhli ) Idiologi bangsa Indonesia., cirri- cirri
khas idiologi terbuka
, dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan berikut.
a.Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari defenisi
Idiologi menurut para pakar (akhli ),Idiologi bangsa Indonesia.,
cirri- cirri khas idiologi terbuka bagi kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
c. Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
d. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
e. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan
hasil telaah kelompok.
4. Guru melakukan tes tertulis dengan menggunakan Uji
Kompetensi soal yang disusun guru sesuai indikator
pencapaian kompetensi.
5. Guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya dan
menugaskan pesertadididk membaca materi pertemuan
berikutnya

Pertemuan ke - 2
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 15 menit
Pendahuluan
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan
kerapian kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber
belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta
didiik menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi.
4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6. Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar
kedudukan Pancasila sebagai idiologi terbuka

3. Kemudian guru dapat menambahkan penjelasan tentang


gambar tersebut dengan berbagai fakta terbaru yang
berhubungan dengan kedudukan Pancasila sebagai idiologi
terbuka
4. Guru meminta Peserta didik secara kelompok untuk
mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan
dengan kedudukan Pancasila sebagai idiologi terbuka.
5. Guru meminta peserta didik menyusun pertanyaan
6. Guru mengarahkan peserta didik secara kelompok
untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disusun.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
8.Guru membimbing peserta didik untuk menyusun proyek
kelas, yaitu simulasi kedudukan Pancasila sebagai idiologi
terbuka akan ditampilkan dalam pertemuan ketiga.

Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit


Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan kedudukan
Pancasila sebagai idiologi terbuka Dengan meminta peserta
didik menjawab pertanyaan berikut.
a. Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari
kedudukan Pancasila sebagai idiologi terbuka bagi
kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh
melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan
4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya dan menugaskan peserta didik untuk
mempelajari Buku PPKn Kelas IX Bab 1, perwujudan nilai-
nilai Pancasila dalam berbagai kehidupan

I. Penilaian
1. Penilaian Reguler

A.Penilaian Sikap Spiritual

a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :

No Butir Nilai Indikator Sikap Spritual Jumlah


(Sikap Spritual) Butir
Beriman Kepada Berdoa sebelum dan sesudah Pelajaran 1
Tuhan Yang Maha
Esa
Taat menjalankan shalat lima waktu 1
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah 1
prosentase
Mengucapkan rasa syukur ketika berhasil 1
melaksanakan sesuatu
Menghormati teman yang melaksanakan ibadah 1

d.Instrumen Penilaian Sikap Spritual ( Lihat Lampiran )

e. Petunjuk Penghitungan Skor Sikap Spritual ( Lihat Lampir


B.Penilaian Sikap Sosial

a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah

• Tidak melakukan aktivitas yang


1
mengganggu dan merugikan orang
lain
1
• Melakukan aktivitas sosial untuk
membantu orangorang yang
memerlukan

2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;

• mengungkapkan perasaan apa 1


adanya;
1
• menyerahkan barang yang
ditemukan kepada yang berwenang;
1
• mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki.

3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.

4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.

5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan

6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.

.
C. Kompetensi Pengetahuan
a.Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan

b.Bentuk Instrumen : Lembar Tulis Tulis dan Lembar uraian.

c.Kisi-kisi Tes Tertulis :

No Indikator Butir Instrumen


1 Peserta didik dapat mengidentifikasi Jelaskan 3.defenisi Idiologi menurut
defenisi Idiologi menurut para pakar (ahli ) para pakar (ahli )

2 Peserta didik dapat mengidentifikasi Tuliskan Idiologi bangsa Indonesia


Idiologi bangsa Indonesia
3 Peserta didik dapat mendeskripsikan cirri- Jelaskan cirri- cirri khas idiologi terbuka
cirri khas idiologi terbuka

4 Peserta didik dapat mendeskripsikan Jelaskan kedudukan Pancasila sebagai


kedudukan Pancasila sebagai idiologi idiologi terbuka.
terbuka.

5 Peserta didik dapat mengidentifikasi hal- Tuliskan hal- hal yang selalu
hal yang selalu diperhatikan dalam diperhatikan dalam keterbukaan
keterbukaan idiologi Pancasil idiologi Pancasila
6 Peserta didik dapat mengidentifikasi nilai- Tuliskan nilai- nilai yang terkandung
nilai yang terkandung dalam keterbukaan dalam keterbukaan idiologi Pancasila
idiologi Pancasila

7 Peserta didik dapat Mendeskripsikan 3 Tuliskan 3 dimensi Pancasila sebagai


dimensi Pancasila sebagai idiologi terbuka idiologi terbuka

D.Aspek Keterampilan.

a. Tehnik Penikaian : Praktik


b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.
c. Kisi- kisi :

N Aspek Indikator Jumla


o h butir
1 Partisipasi c. Mendukung kerjasama kelompok 2
d. Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan b. Keberanian berbicara di depan umum
berbicara e. Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
f. Menanggapi pertanyaan dengan lugas
dan jelas
g. Menerima secara logis pendapat
kelompok lain

1.Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
2 .Pengayaan

Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan .
Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020
Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran

HJ.ROSNAWATI,SPd SITTI HASMA, S.Pd.


NIP 196812311991023044 NIP 196603292014102001
Lampiran Penilaian

Instrumen penilaian

A. Penilaian Kompetensi Sikap


1. Kompetensi sikap spiritual
Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan menggunakan teknik
penilaian pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format

Jurnal penilaian sikap

No Tanggal Nama siswa Catatan perilaku Butir sikap Tindak lanjut

1
2

3. Instrumen sikap sosial

No Nama peserta didik Aspek sikap yang


dinilai
Santun Percaya diri Jujur Disiplin Tanggung
jawab
1
2
3
4
5

Kemampuan Kemampuan Memberi Mengapresiasi


No Nama bertanya menjawab/ masukan/saran
peserta Berargumentasi
didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Keterangan : Diisi dengan tanda ceklis
Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor perolehan x 50


2
Pedoman penskoran (Rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 3)

Sekolah : UPT SMP NEGERI 2 AWANGPONE.


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Pokok : Bab I.Dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup Bangsa
Sub Bab C.Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan.
Alokasi Waktu : 3 Minggu x 3 Jam Pelajaran @40 Menit

A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.1 Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai • Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai Dasar
Dasar Negara yang merupakan anugerah Negara yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Tuhan Yang Maha Esa Esa
2.1 Menunjukkan sikap bangga akan tanah air • Menunjukkan sikap bangga akan tanah air sebagai
sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
sebagai dasar negara
3.1 Membandingkan antara peristiwa dan • Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila
dinamika yang terjadi di masyarakat Dalam Berbagai Kehidupan
dengan praktik ideal Pancasila sebagai • Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila
dasar negara dan pandangan hidup bangsa Dalam Bidang Politik dan hukum
• Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila
Dalam Bidang Ekonomi.
• Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila
Dalam Bidang social budaya.
• Mengidentifikasi Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila
Dalam Bidang Pertahanan dan keamanan.

4.1 Merancang dan melakukan penelitian • Menyusun dan menyajikan hasil telaah tentang
sederhana tentang peristiwa dan dinamika dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara
yang terjadi di masyarakat terkait dan pandangan hidup bangsa dengan penuh rasa
penerapan Pancasila sebagai dasar negara tanggung jawab
dan pandangan hidup bangsa • Mensimulasikan peran tokoh nasional dalam
perwujudan Pancasila sebagai dasar Negara

Nilai Karakter: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan

C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat
PERTEMUAN 1:
1. Mensyukuri perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Esa
2. Menunjukkan sikap bangga akan tanah air sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
3. Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan

PERTEMUAN 2
1. Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik dan hokum
2. Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Ekonomi

PERTEMUAN 3
1. Mendeskripsikan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang social budaya.
2. Mengidentifikasi Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Pertahanan dan keamanan.

D.Materi Pembelajaran

1. Materi Pembelajaran Reguler

Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan


Sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Masing-masing sila
tidaklah dapat dipahami secara terpisah dengan sila yang lain. Tata urutan Pancasila memiliki
makna saling dijiwai dan menjiwai oleh sila sebelum dan sesudahnya. Oleh karena itu tata urutan
Pancasila tidak dapat dirubah, karena akan menghilangkan makna dari Pancasila sebagai satu
kesatuan. Perwujudan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya
dan pertahanan keamanan.

1. Perwujudan nilai-nilai Pancasila di bidang Politik

Perkembangan bidang politik antara lain meliputi persoalan lembaga negara, hak asasi manusia,
demokrasi, dan hukum. Pembangunan negara Indonesia sebagai negara modern salah satunya
adalah membangun sistem pemerintahan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa
contoh perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang politik antara lain sebagai berikut.

• Lembaga negara dikembangkan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan
negara. Pengembangan lembaga negara dapat berdasarkan pada lembaga yang sudah ada
dalam masyarakat, menciptakan lembaga baru, atau mencontoh lembaga negara dari
negara lain. Kita memiliki lembaga negara MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK
sebagai sesuatu yang baru dalam sistem pemerintahan Indonesia.
• Bangsa Indonesia menghargai hak asasi manusia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hak
asasi manusia yang dikembangkan di Indonesia dilaksanakan dengan menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban. Hak asasi manusia yang dijiwai oleh nilai ketuhanan
yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila
mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan. Demokrasi Pancasila tidak
berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas. Sistem yang mengutamakan
kekeluargaan, bukan sistem oposisi yang saling menjatuhkan dan mengutamakan
kepentingan individu dan golongan.
• Sistem pemilihan umum dalam demokrasi merupakan salah satu contoh perwujudan yang
demokrasi yang dikembangkan di Indonesia. Pemilihan umum untuk memilih pemimpin
sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sejak dahulu. Bentuk ini dapat
dikembangkan dengan menerima cara pemilihan umum di negara lain, seperti partai
politik, kampanye, dan sebagainya. Namun pemilihan umum yang terjadi harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
• Pembangunan bidang hukum diarahkan pada terciptanya sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasia. Hukum nasional yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum. Peraturan perundangan yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Peraturan perundangan dapat disusun
berdasarkan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia maupun dari luar,
namun tetap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
2. Perwujudan nilai-nilai Pancasila di bidang Ekonomi

Sistem perekonomian yang dikembangkan adalah sistem ekonomi yang dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila. Landasan operasional sistem ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila ditegaskan
dalam UUD 1945 pasal 33, yang menegaskan :

• Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.


• Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hiduporang
banyak dikuasai oleh negara
• Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasasioleh negara dn
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
• Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawawasan lingkungan,
kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatan ekonomi nasional.

Berbagai wujud sistem ekonomi baik yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia maupun
sebagai pengaruh dari asing, dapat dikembangkan selama sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Lembaga perekonomian seperti bank, mall, bursa saham, dll tersebut kita terima selama sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

3. Perwujudan Nilai-nilai Pancasila di bidang Sosial Budaya

Masyarakat di sekitar kita selalu mengalami perubahan sosial dan budaya. Agar perubahan
tersebut tetap terarah pada terwujudanya masyarakat berdasarkan Pancasila, maka sistem nilai
sosial dan budaya dalam masyarakat dikembangkan sesuai dengan nilai-nilia Pancasila.

Sistem nilai sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia terus dikembangkan agar lebih maju dan
modern. Oleh karena itu proses modernisasi perlu terus dikembangkan. Nilai-nilai sosial yang
sudah ada dalam masyarakat yang sesuai dengan Pancasila, seperti kekeluargaan, musyawarah,
gotong royong terus dipelihara dan diwariskan kepada generasi muda. Demikian juga nilai-nilai
sosial dari luar seperti etos kerja, kedisiplinan, ilmiah dapat diterima sesuai nilai-nilai Pancasila.

Pengembangan kebudayaan nasional yang berakar pada kebudayaan daerah yang luhur dan
beradab, serta menyerap nilai budaya asing yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk
memperkaya budaya bangsa. Sikap feodal, sikap eksklusif, dan paham kedaerahan yang sempit
serta budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila perlu dicegah
perkembangannya.
4. Perwujudan Nilai-nilai Pancasila di bidang Pertahanan dan Keamanan.

UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yang mengaskan bahwa pembelaan negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara. Demikian juga pasal 30 menegaskan setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Dengan
demikian kedua pasal ini menegaskan perlunya partisipasi seluruh rakyat dalam pembelaan
negara.

Bentuk partisipasi rakyat dalam pembelaan negara yang sudah ada dalam masyarakat seperti
sistem “ronda” atau sistem keamanan lingkungan (siskamling) yang melibatkan masyarakat secara
bergantian. Di beberapa daerah juga terdapat lembaga masyarakat atau adat yang bertugas
menjaga keamanan masyarakat, seperti Pecalang di Bali. Lembaga ini dibentuk oleh dan dari
masyarakat sekitar untuk menjada keamanan lingkungan masyarakat.

Pancasila mampu menampung dinamika perkembangan masyarakat. Pancasila bukanlah ideologi


tertutup, yang tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan dan bersifat kaku. Keterbukaan
Pancasila sebagai ideologi, merupakan salah satu keunggulan Pancasila sehingga tetap
dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
Tugas bangsa Indonesia dalam mewujudkan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah memastikan
bahwa perwujudan nilai-nilai instrumental dan nilai praksis dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tidak menyimpang dari nilai-nilai dasar Pancasila.

2. Materi Pembelajaran Pengayaan

Pancasila bagi Indonesia bukanlah sekedar simbol negara. Pancasila adalah dasar negara
Republik Indonesia. Meniliki dari arti katanya, Pancasila tersusun dari lima sila yang
mempunyai lambang masing-masing. Berikut adalah gambaran singkat dari makna
lambang pancasila sebagai berikut:

• Bintang : Ketuhanan Yang Maha Esa


• Rantai : Kemanusiaan yang adil dan beradab
• Pohon beringin : Persatuan Indonesia
• Banteng : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
• Padi dan kapas : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Masing-masing butir sila tersebut juga masih bisa dijabarkan lagi dan bisa menjadi
landasan dalam setiap elemen kehidupan. Banyak sekali contoh keterbukaan ideologi
pancasila. Oleh karena itu, walaupun hanya terdiri dari lima sila, perwujudan nilai-nilai
Pancasila bisa menjadi sangat banyak dan mencakup semua bidang. Salah satunya, kita bisa
menemukan Contoh Pancasila sebagai Ideologi Negara. Selain itu, perwujudan Pancasila
juga bisa ditemukan dalam aspek lain seperti politik.

3. Materi Pembelajaran Remedi

Beberapa contoh perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang politik antara lain sebagai berikut.

• Lembaga negara dikembangkan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan
negara. Pengembangan lembaga negara dapat berdasarkan pada lembaga yang sudah ada
dalam masyarakat, menciptakan lembaga baru, atau mencontoh lembaga negara dari
negara lain. Kita memiliki lembaga negara MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK
sebagai sesuatu yang baru dalam sistem pemerintahan Indonesia.
• Bangsa Indonesia menghargai hak asasi manusia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hak
asasi manusia yang dikembangkan di Indonesia dilaksanakan dengan menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban. Hak asasi manusia yang dijiwai oleh nilai ketuhanan
yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila
mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan. Demokrasi Pancasila tidak
berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas. Sistem yang mengutamakan
kekeluargaan, bukan sistem oposisi yang saling menjatuhkan dan mengutamakan
kepentingan individu dan golongan.

E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran

F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus

G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat

H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik
Pendahuluan 15menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian
kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru Menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
8. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
• Guru meminta peserta didik mengamati gambar Perwujudan
Kegiatan inti 90menit
Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan (literasi) dan
Tahap 1
mencatat hal-hal yang penting atau yang ingin diketahui dalam
gambar tersebut.

• Guru dapat memberi penjelasan singkat tentang


gambar, sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu
peserta didik berkaitan dengan Perwujudan Nilai- Nilai
Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan
• Guru memandu peserta didik untuk Mengidentifikasi
dan
mengidentifikasi dan menganalisis rumusan pertanyaan
sesuai tujuan pembelajaran
• Peserta didik memberikan jawaban sementara atas
pertanyaan yang dirumuskan (hipotesis)
Tahap 2 Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi
dengan melakukan kajian dokumen historis(creative) dan
mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun,
juga mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi
lain atau internet .
Tahap 3 Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai informasi (nilai kemandirian, gotong
royong) yang sudah diperoleh sebelumnya,

Tahap 4 • Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk


menyimpulkan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai
Kehidupan. (Colaboration)
Tahap 5 • Guru membimbing kelompok untuk menyusun laporan hasil
telaah tentang Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai
Kehidupan (creative). Laporan dapat berupa dalam bentuk
kertas lembaran.
• Guru mendiskusikan dan membuat kesepakatan tentang tata
tertib selama penyajian materi oleh kelompok, seperti berikut
ini.
a) Setiap peserta didik saling menghormati pendapat orang
lain.
b) Mengangkat tangan sebelum memberikan pertanyaan atau
menyampaikan pendapat.
c) Menyampaikan pertanyaan atau pendapat setelah
dipersilahkan oleh guru (moderator).
d) Menggunakan bahasa yang sopan saat menyampaikan
pertanyaan atau pendapat.
e) Berbicara secara bergantian dan tidak memotong
pembicaraan orang lain.
• Setiap kelompok saling mengunjungi untuk mempelajari hasil
dari kelompok lain (comunication) serta memberi tanggapan
dan/atau saran.
• Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik
dalam diskusi, dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat
dan memberikan penghargaan bila jawaban benar dengan
pujian atau tepuk tangan bersama.

Kegiatan Akhir 1.Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15


menit
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Guru melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat
proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan Perwujudan Nilai- Nilai
Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan, dengan meminta peserta
didik menjawab pertanyaan berikut.
b. Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari Perwujudan
Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan bagi kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
c. Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
d. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
e. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan
hasil telaah kelompok.
4. Guru melakukan tes tertulis dengan menggunakan Uji
Kompetensi soal yang disusun guru sesuai indikator
pencapaian kompetensi.
5. Guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya dan
menugaskan pesertadididk membaca materi pertemuan
berikutnya
Pertemuan ke - 2
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 15 menit
Pendahuluan
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan
kerapian kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber
belajar.
2. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta
didik menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi.
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
4. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
5. Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
6. Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian
yang akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar
Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik dan
hokum ,Ekonomi

3. Kemudian guru dapat menambahkan penjelasan tentang


gambar tersebut dengan berbagai fakta terbaru yang
berhubungan dengan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam
Bidang Politik dan hokum Ekonomi
4. Guru meminta Peserta didik secara kelompok untuk
mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan
dengan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
dan hokum Ekonomi
5. Guru meminta peserta didik menyusun pertanyaan
6. Guru mengarahkan peserta didik secara kelompok
untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disusun.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai informasi yang sudah diperoleh
sebelumnya
8, Guru membimbing peserta didik untuk menyusun proyek
kelas, yaitu simulasi informasi yang sudah diperoleh
sebelumnya akan ditampilkan dalam pertemuan ketiga.
Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit
Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan informasi yang
sudah diperoleh sebelumnya Dengan meminta peserta
didik menjawab pertanyaan berikut.
a. Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari
perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara pada
masa Orde Lama I bagi kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh
melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c. c. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan
3. 4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya dan menugaskan peserta didik untuk
mempelajari Buku PPKn Kelas IX Bab 1 Perwujudan Nilai-
Nilai Pancasila Dalam Bidang social budaya.dan Pertahanan dan
keamanan

Pertemuan ke - 3
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan awal 1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta 15menit
didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan
kerapian kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi Perwujudan Nilai- Nilai
Pancasila Dalam Bidang social budaya.dan Pertahanan dan
keamanan
3.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
4.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
5.Guru menjelaskan materi Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila
Dalam Bidang social budaya.dan Pertahanan dan keamanan
yang akan dilakukan peserta didik.
6.Guru Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1.Peserta didik mempersiapkan segala perlengkapan untuk 90menit
Kegiatan inti pelaksanaan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang
social budaya.dan Pertahanan dan keamanan
2.Peserta didik dengan perannya masing-masing
melaksanakan simulasi dengan sebaik-baiknya.
3.Guru mengamati keterampilan peserta didik secara
perorangan dan kerja kelompok dalam melaksanakan
Simulasi Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang social
budaya.dan Pertahanan dan keamanan
4.Guru membimbing peserta didik membuat atau
mendokumentasikan simulasi Perwujudan Nilai- Nilai
Pancasila Dalam Bidang social budaya.dan Pertahanan dan
keamanan
5.Memberi motivasi dan penghargaan atas penampilan seluruh
peserta didik dalam simulasi.
6.Peserta didik mengevaluasi dan merefleksi kegiatan
simulasi.
Kegiatan Akhir 1.Guru membimbing peserta didik menyimpulkan arti 15 menit
penting Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang social
budaya.dan Pertahanan dan keamanan
2.Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan
Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang social
budaya.dan Pertahanan dan keamanan dengan meminta peserta
didik menjawab pertanyaan berikut ini
a. Apa manfaat yang diperoleh dari Perwujudan Nilai-
Nilai Pancasila Dalam Bidang social budaya.dan Pertahanan
dan keamanan bagi kalian?
b.Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
c.Apa manfaat yang diperoleh melalui proses
pembelajaran yang telah dilakukan?
b. Apa rencana tindak lanjut yang akan kalian lakukan?
c. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya

I. Penilaian
1. Penilaian Reguler

E. Penilaian Sikap Spiritual


a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :

No Butir Nilai Indikator Sikap Spritual Jumlah


(Sikap Spritual) Butir
Beriman Kepada Berdoa sebelum dan sesudah Pelajaran 1
Tuhan Yang Maha
Esa
Taat menjalankan shalat lima waktu 1
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah 1
prosentase
Mengucapkan rasa syukur ketika berhasil 1
melaksanakan sesuatu
Menghormati teman yang melaksanakan ibadah 1

d.Instrumen Penilaian Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 A)


e. Petunjuk Penghitungan Skor Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 B)

f.Penilaian Sikap Sosial

a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah

• Tidak melakukan aktivitas yang


1
mengganggu dan merugikan orang
lain
1
• Melakukan aktivitas sosial untuk
membantu orangorang yang
memerlukan

2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;

• mengungkapkan perasaan apa 1


adanya;
1
• menyerahkan barang yang
ditemukan kepada yang berwenang;
1
• mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki.

3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.

4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.

5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan

6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.

C. Kompetensi Pengetahuan

a.Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan

b.Bentuk Instrumen : Lembar Tulis Tulis dan Lembar uraian.

c.Kisi-kisi Tes Tertulis :

No Indikator Butir Instrumen


1 Peserta didik dapat mendeskripsikan Jelaskan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila
Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Dalam Berbagai Kehidupan
Berbagai Kehidupan

2 Peserta didik dapat mendeskripsikan Jelaskan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila


Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Dalam Bidang Politik dan hokum
Politik dan hokum

3 3. Peserta didik dapat mendeskripsikan Jelaskan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila


Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Dalam Bidang Ekonomi
Bidang Ekonomi

4 Peserta didik dapat mendeskripsikan Jelaskan Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila


Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Dalam Bidang social budaya
Bidang social budaya
5 Peserta didik dapat mengidentifikasi Jelaskan mengidentifikasi Perwujudan Nilai-
Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Bidang Nilai Pancasila Dalam Bidang Pertahanan
Pertahanan dan keamanan dan keamanan

D.Aspek Keterampilan.

a.Tehnik Penikaian : Praktik

b.Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.

c.Kisi- kisi :

N Aspek Indikator Jumla


o h butir
1 Partisipasi a.Mendukung kerjasama kelompok 2
b.Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan a.Keberanian berbicara di depan umum
berbicara b.Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
c.Menanggapi pertanyaan dengan lugas
dan jelas
d.Menerima secara logis pendapat
kelompok lain

- Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.

- Pengayaan

Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat ringkasan
perkembangan penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
semenjak awal kemerdekaan
Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020
Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran

HJ.ROSNAWATI,SPd SITTI HASMA, S.Pd.


NIP 196812311991023044 NIP 196603292014102001
Lampiran Penilaian

Instrumen penilaian

A. Penilaian Kompetensi Sikap


1. Kompetensi sikap spiritual
Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan menggunakan teknik
penilaian pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format

Jurnal penilaian sikap

No Tanggal Nama siswa Catatan perilaku Butir sikap Tindak lanjut

1
2

7. Instrumen sikap sosial

No Nama peserta didik Aspek sikap yang


dinilai
Santun Percaya diri Jujur Disiplin Tanggung
jawab
1
2
3
4
5

Kemampuan Kemampuan Memberi Mengapresiasi


No Nama bertanya menjawab/ masukan/saran
peserta Berargumentasi
didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Keterangan : Diisi dengan tanda ceklis
Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor perolehan x 50


2

Pedoman penskoran (Rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
BAHAN AJAR RPP 3/ 9 ganjil

Perwujudan Nilai- Nilai Pancasila Dalam Berbagai Kehidupan


Sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Masing-masing sila
tidaklah dapat dipahami secara terpisah dengan sila yang lain. Tata urutan Pancasila memiliki
makna saling dijiwai dan menjiwai oleh sila sebelum dan sesudahnya. Oleh karena itu tata urutan
Pancasila tidak dapat dirubah, karena akan menghilangkan makna dari Pancasila sebagai satu
kesatuan. Perwujudan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya
dan perptahanan keamanan.

1. Perwujudan nilai-nilai Pancasila di bidang Politik

Perkembangan bidang politik antara lain meliputi persoalan lembaga negara, hak asasi manusia,
demokrasi, dan hukum. Pembangunan negara Indonesia sebagai negara modern salah satunya
adalah membangun sistem pemerintahan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa
contoh perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang politik antara lain sebagai berikut.

• Lembaga negara dikembangkan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan
negara. Pengembangan lembaga negara dapat berdasarkan pada lembaga yang sudah ada
dalam masyarakat, menciptakan lembaga baru, atau mencontoh lembaga negara dari
negara lain. Kita memiliki lembaga negara MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK
sebagai sesuatu yang baru dalam sistem pemerintahan Indonesia.
• Bangsa Indonesia menghargai hak asasi manusia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hak
asasi manusia yang dikembangkan di Indonesia dilaksanakan dengan menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban. Hak asasi manusia yang dijiwai oleh nilai ketuhanan
yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila
mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan. Demokrasi Pancasila tidak
berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas. Sistem yang mengutamakan
kekeluargaan, bukan sistem oposisi yang saling menjatuhkan dan mengutamakan
kepentingan individu dan golongan.
• Sistem pemilihan umum dalam demokrasi merupakan salah satu contoh perwujudan yang
demokrasi yang dikembangkan di Indonesia. Pemilihan umum untuk memilih pemimpin
sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sejak dahulu. Bentuk ini dapat
dikembangkan dengan menerima cara pemilihan umum di negara lain, seperti partai
politik, kampanye, dan sebagainya. Namun pemilihan umum yang terjadi harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.
• Pembangunan bidang hukum diarahkan pada terciptanya sistem hukum nasional yang
berdasarkan Pancasia. Hukum nasional yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum. Peraturan perundangan yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Peraturan perundangan dapat disusun
berdasarkan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia maupun dari luar,
namun tetap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
2. Perwujudan nilai-nilai Pancasila di bidang Ekonomi

Sistem perekonomian yang dikembangkan adalah sistem ekonomi yang dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila. Landasan operasional sistem ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila ditegaskan
dalam UUD 1945 pasal 33, yang menegaskan :

• Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.


• Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hiduporang
banyak dikuasai oleh negara
• Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasasioleh negara dn
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
• Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawawasan lingkungan,
kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatan ekonomi nasional.

Berbagai wujud sistem ekonomi baik yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia maupun
sebagai pengaruh dari asing, dapat dikembangkan selama sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Lembaga perekonomian seperti bank, mall, bursa saham, dll tersebut kita terima selama sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

3. Perwujudan Nilai-nilai Pancasila di bidang Sosial Budaya

Masyarakat di sekitar kita selalu mengalami perubahan sosial dan budaya. Agar perubahan
tersebut tetap terarah pada terwujudanya masyarakat berdasarkan Pancasila, maka sistem nilai
sosial dan budaya dalam masyarakat dikembangkan sesuai dengan nilai-nilia Pancasila.

Sistem nilai sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia terus dikembangkan agar lebih maju dan
modern. Oleh karena itu proses modernisasi perlu terus dikembangkan. Nilai-nilai sosial yang
sudah ada dalam masyarakat yang sesuai dengan Pancasila, seperti kekeluargaan, musyawarah,
gotong royong terus dipelihara dan diwariskan kepada generasi muda. Demikian juga nilai-nilai
sosial dari luar seperti etos kerja, kedisiplinan, ilmiah dapat diterima sesuai nilai-nilai Pancasila.

Pengembangan kebudayaan nasional yang berakar pada kebudayaan daerah yang luhur dan
beradab, serta menyerap nilai budaya asing yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk
memperkaya budaya bangsa. Sikap feodal, sikap eksklusif, dan paham kedaerahan yang sempit
serta budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila perlu dicegah
perkembangannya.
4. Perwujudan Nilai-nilai Pancasila di bidang Pertahanan dan Keamanan.

UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yang mengaskan bahwa pembelaan negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara. Demikian juga pasal 30 menegaskan setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Dengan
demikian kedua pasal ini menegaskan perlunya partisipasi seluruh rakyat dalam pembelaan
negara.

Bentuk partisipasi rakyat dalam pembelaan negara yang sudah ada dalam masyarakat seperti
sistem “ronda” atau sistem keamanan lingkungan (siskamling) yang melibatkan masyarakat secara
bergantian. Di beberapa daerah juga terdapat lembaga masyarakat atau adat yang bertugas
menjaga keamanan masyarakat, seperti Pecalang di Bali. Lembaga ini dibentuk oleh dan dari
masyarakat sekitar untuk menjada keamanan lingkungan masyarakat.

Pancasila mampu menampung dinamika perkembangan masyarakat. Pancasila bukanlah


ideologi tertutup, yang tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan dan bersifat kaku.
Keterbukaan Pancasila sebagai ideologi, merupakan salah satu keunggulan Pancasila sehingga
tetap dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
Tugas bangsa Indonesia dalam mewujudkan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah
memastikan bahwa perwujudan nilai-nilai instrumental dan nilai praksis dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak menyimpang dari nilai-nilai dasar Pancasila

11 Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila di Bidang Politik


Dalam Perkembangannya
Pancasila bagi Indonesia bukanlah sekedar simbol negara. Pancasila adalah dasar negara
Republik Indonesia. Meniliki dari arti katanya, Pancasila tersusun dari lima sila yang
mempunyai lambang masing-masing. Berikut adalah gambaran singkat dari makna
lambang pancasila sebagai berikut:

• Bintang : Ketuhanan Yang Maha Esa


• Rantai : Kemanusiaan yang adil dan beradab
• Pohon beringin : Persatuan Indonesia
• Banteng : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
• Padi dan kapas : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Masing-masing butir sila tersebut juga masih bisa dijabarkan lagi dan bisa menjadi
landasan dalam setiap elemen kehidupan. Banyak sekali contoh keterbukaan ideologi
pancasila. Oleh karena itu, walaupun hanya terdiri dari lima sila, perwujudan nilai-nilai
Pancasila bisa menjadi sangat banyak dan mencakup semua bidang. Salah satunya, kita bisa
menemukan Contoh Pancasila sebagai Ideologi Negara. Selain itu, perwujudan Pancasila
juga bisa ditemukan dalam aspek lain seperti politik.

Perwujudan Pancasila dalam Kehidupan Politik


Secara umum, perwujudan nilai-nilai pancasila di bidang politik meliputi beberapa hal
seperti lembaga negara, hukum, hak asasi manusia, dan demokrasi dalam sistem
pemerintahan Indonesia. Adapun contoh perwujudan nilai pancasila tersebut antara lain:

1. Pengembangan lembaga negara

Perwujudan nilai pancasila dalam bidang politik ini disesuaikan dengan perkembangan
jaman dan kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh, dalam lingkungan lembaga negara,
Indonesia telah mengalami perubahan bentuk lembaga tinggi negara. Sebelum era
reformasi, Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR adalah lembaga tertinggi negara
yang membawahi lembaga tinggi negara seperti DPR, MA, MK, BPK, dan DPA. Akan
tetapi, demi menjunjung tinggi nilai demokrasi sesuai yang tercantum dalam Pancasila,
sistem lembaga tinggi negara setelah reformasi berubah. Perubahan tersebut ditandai
dengan kedudukan MPR yang menjadi setara dengan lembaga tinggi negara lainnya.
Dengan persamaan kedudukan ini, diharapkan semua lembaga tinggi negara bisa saling
mengawasi dan mengoreksi. Selain itu, dibentuk bberapa negara baru seperti DPD atau
Dewan Perwakilan Daerah untuk badan legislatif dan KY atau Komisi Yudisial yang
berfungsi memilih hakim untuk badan yudikatif. Akan tetapi, ada juga lembaga tinggi yang
dihapus, yaitu Dewan Penasihat Agung sebagai dewan pertimbangan presiden. Lembaga
semacam itu sebenarnya tetap ada untuk membantu kinerja presiden, namun statusnya tidak
lagi berada dalam lembaga tinggi negara.

2. Pengembangan Hak Asasi Manusia sesuai dengan nilai Pancasila

Pada awal pembentukan Negara Republik Indonesia, pasal tentang Hak asasi Manusia telah
dimasukkan kedalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 28A – J
sebagai perwujudan nilai Pancasila dalam kehidupan politik Indonesia. Seiring dengan
perkembangan jaman dan banyak nya peristiwa yang dilalui oleh bangsa Indonesia
khususnya yang mengenai Hak Asasi Manusia sebelum era reformasi, maka dibuatlah
undang-undang baru tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang tersebut adalah UU No.
39 tahun 1999 yang disahkan oleh Presiden menjabat, B.J. Habibie. Undang-undang
tersebut terdiri dari BAB I – XI dengan total 106 pasal. Undang-undang tersebut
diharapkan telah memenuhi semua kebutuhan hukum tentang semua permasalahan Hak
Asasi Manusia yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Hal tersebut juga jelas
menjadi perwujudan pancasila dalam bidang politik Indonesia, karena pada dasarnya sistem
politik di Indonesia menjunjung tinggi nilai Hak Asasi Manusia.

3. Pengembangan demokrasi Pancasila

Pengembangan demokrasi pancasila sebagai perwujudan nilai-nilai pancasila di bidang


politik diwijudkan dengan berbagai bentuk. Salah satunya dalah dengan menjunjung tinggi
pendapat rakyat untuk sebuah keputusan politik Indonesia. Contoh konkretnya adalah
perubahan sistem pemilihan umum di Indonesia. Sejak tahun 1999 Presiden tidak lagi
dipilih oleh MPR, akan tetapi langsung dipilih oleh rakyat. Di tahun 2004 pun rakyat juga
telah langsung memimilih kepala daerah. Kebijakan pemilihan langsung tersebut tercantum
dalam undang – undang pemilu yang disahkan pada tahun 1999 pada masa awal reformasi.

Dengan diadakan pemilihan langsung, bisa disimpulkan bahwa Indonesia juga menjunjung
tinggi nilai musyawarah mufakat yang tumbuh dari tradisi nilai budaya bangsa. Indonesia
tidak lagi bergantung pada dominasi mayoritas partai atau kelompok tertentu. Indonesia
juga mengutamakan sifat kekeluargaan yang tidak saling menjatuhkan demi kepentingan
individu atau golongan. Hal tersebut sesuai dengan nilai pancasila sila ke-4.

4. Pengembangan dalam bidang hukum berdasar Pancasila

Pengembangan bidang hukum di Indonesia diarahkan pada terciptanya sistem hukum


nasional yang berdasar Pncasila. Hukum tersebut bersumber pada nilai-nilai Pancasila
sebagai sumber dari segala hukum. Perwujudan nilai pancasila dalam bidang politik tidak
hanya menyentuh lembaga yang berkaitan dengan pemerintah pusat. Pengembangan
kebijakan politik yang berdasar pada nilai Pancasila juga melingkupi pemerintahan desa.
Sebagai contoh, dibentuknya undang-undang Desa No. 6 tahun 2014 yang menyatakan
bahwa masa jabatan kepala desa adalah selama 6 tahun dengan maksimal 3 kali masa
jabatan berturut-turut.

Contoh diatas adalah contoh sikap yang diambil oleh pemerintah Indonesia dalam membuat
keputusan politik yang berlandaskan Pancasila. Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai
warga negara sebagai perwujudan nilai pancasila? Yang bisa kita lakukan sebagai warga
negara antara lain adalah dengan:

1. Menerapkan kebijakan politik pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


2. Menghindari perilaku yang ingin mennag sendiri dan memaksakan pendapat pada orang
lain. Hal ini karena setiap orang memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya.
3. Mewujudkan nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, serta keadilan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Mendukung jalannya demokrasi di Indonesia mulai dari lingkup paling kecil dalam
masyarakat.
5. Meyakini bahwa nilai – nilai Pancasila dan UUD negara Republik Indonesia tahun 1945
sebagai nilai yang paling sesuai untuk bangsa Indonesia.
6. Tidak melecehkan dan menjunjung tinggi nilai Pancasila dan UUD 1945.
7. Menampilkan perilaku politik yang sesuai dengan nilai Pancasila.

Pancasila Dalam Sejarah Politik Indonesia

Dalam sejarah politik Republik Indonesia, Pancasila telah menunjukkan kekuatannya


sebagai ideologi negara. Salah satunya adalah pada sejarah hari kesaktian pancasila yang
diperingati setiap tanggal 1 Oktober sejak tahun 1965. Hal tersebut menandai perjuangan
bangsa Indonesia yang teguh mempertahankan ideologi negara Indonesia. Seperti yang kita
tahu, Indonesia pernah mengalami pemberontakan dari Partai Komunis Indonesia yang
berusaha menggeser Pancasila dengan komunisme.

Pada era orde lama atau pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia dihadapkan
pada dua pilihan. Yaitu memberikan perbaikan struktur dan infrastruktur bagi rakyat
Indonesia, atau melakukan strategi politik yang waktu itu masih belum stabil. Terdapat juga
penyimpangan pada masa demokrasi terpimpin. Oleh karena itu, di era selanjutnya yaitu
pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila kembali didayagunakan sebagai
dasar dari semua aspek kehidupan. Pada era tersebut juga muncul paham P4 atau Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang wajib diketahui oleh seluruh rakyat
Indonesia. Hal itu ditujukan untuk menanamkan doktrin Pancasila kepada seluruh rakyat
Indonesia pada umumnya, dan pejabat negara pada khususnya, pada penerapannya sebagai
berikut:

• Pada awalnya penerapan nilai Pancasila tersebut berjalan dengan baik. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, semuanya berubah. Kita tahu bahwa Presiden Soeharto menjabat
sebagai presiden selama 31 tahun.
• Selama itu, ada kebijakan-kebijakan politik yang justru melenceng dari nilai Pancasila.
Walaupun kesejahteraan masyarakat meningkat, tapi pemerintahan presiden yang
menjabat bersifat otoriter.
• Kita tahu bahwa dalam Pancasila kita harus menjunjung tinggi demokrasi. Tapi dalam
pengamalannya di era orde baru, suara rakyat tidak terlalu berarti bagi kehidupan politik
di Indonesia.
• Semua keputusan berada di tangan pemimpin. Yang paling parah, banyak terjadi kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia di era tersebut.
• Contoh lain adalah pada saat pemerintahan di masa orde baru menggunankan sistem
kekeluargaan. Sistem kekeluargaan tampaknya sejalan dengan nilai Pancasila.
• Akan tetapi, pada kenyataannya, sistem kekeluargaan yang berada di lingkup
pemerintahan orde baru justru memfasilitasi pola korupsi, kolusi, dan nepotisme yang
tumbuh subur. Hal itu justru mematikan demokrasi dan tidak sesuai dengan nilai Pancasila
serta UUD 1945.

Oleh karena kebijakan-kebijakan yang sudah semakin jauh dari nilai perwujudan nilai-nilai
pancasila di bidang politik dan UUD 1945, rakyat Indonesia merasa perlu adanya gerakan
untuk merubah sistem politik di Indonesia. Pada tahun 1998, akhirnya rakyat bergerak
dengan menyerukan reformasi. Pemimpin negara dan semua kebijakannya digugurkan, dan
diadakan perbaikan di semua bidang. Salah satunya adalah dalam bidang HAM. Dibentuk
UU HAM di awal era reformasi sebagai wujud undang-undang yang akan mereformasi
perlindungan HAM di Indonesia. Suara rakyat juga semakin dihargai dengan dirubahnya
sistem pemilihan umum di Indonesia. Di masa sebelumnya, rakyat hanya bisa memilih
partai politik. Sedangkan presiden dan wakilnya akan dipilih oleh lembaga tertinggi negara
pada masa itu, yaitu MPR. Setelah adanya UU Pemilu yang baru, rakyat Indonesia bisa
secara langsung memilih siapa Presiden dan Wakil Presiden yang akan menjabat.

Sistem yang sama juga diterapkan untuk pemilihan kepala daerah. Bahkan saat ini, calon
independen yang tidak dicalonkan oleh partai politik juga bisa mencalonkan diri sebagai
kepala daerah dengan memenuhi persyaratan yang berlaku. Saat ini, di era digital dimana
teknologi informasi memberikan kemudahan semua orang untuk mengakses informasi
memberikan dampak baik juga buruk bagi Indonesia. Dampak baiknya, masyarakat bisa
dengan mudah memantau kebijakan-kebijakan politik di Indonesia. Dengan begitu
masyarakat juga dengan mudah bisa menyampaikan pendapat dan koreksi tentang
kebijakan atau peristiwa yang dianggap tidak sesuai dengan nilai Pancasila. Akan tetapi,
kebebasan yang dimiliki rakyat terkadang sering disalahgunakan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab. Oleh karena itu, kita harus tetap memegang teguh nilai Pancasila
sebagai pegangan dalam kehidupan bernegara.
Bahan Ajar RPP 2/9 ganjil

Nilai-nilai Pancasila Sesuai Perkembangan Zaman


Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa membawa konsekuensi
logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai
dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1. Hakikat Ideologi Terbuka


Ideologi adalah kumpulan gagasan/ konsep dasar bersistem untuk dijadikan dasar pendapat, arah,
dan tujuan. Sebagai suatu sistem pemikiran, ideologi sangatlah wajar jika mengambil sumber atau
berpandangan dari pandangan dan falsafah hidup bangsa. Hal tersebut akan membuat ideologi
tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kecerdasan kehidupan
bangsa. Ideologi bersifat terbuka dengan senantiasa mendorong terjadinya perkembangan-
perkembangan pemikiran baru tentang ideologi tersebut, tanpa harus kehilangan jatidirinya.

defenisi Idiologi menurut para pakar

1.Soerjanto Poespowardoyo:Ideologi ialah sebagai kompleks pengetahuan serta


juga macam-macam nilai, yang secara universal menjadi landasan bagi seseorang atau juga
masyarakat untuk dapat memahami jagat raya serta juga bumi seisinya dan
juga menentukan sikap dasar untuk dapat mengolahnya. Dengan berdasarkan pemahaman
yang diyakini itu, seseorang menangkap apa yang dilihat baik serta juga tidak baik

2.Pengertian ideologi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) terbagi menjadi 3,
berikut penjelasannya :

• Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup
• Ideologi adalah cara berpikir seseorang atau suatu golongan
• Ideologi adalah paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik

Pengertian Ideologi Menurut Para Ahli

Selain pengertian ideologi diatas, para ahli dan pakar memiliki pendapat dan pandangan
yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu ideologi. Untuk lebih jelasnya, simak
berikut ini pengertian ideologi menurut para ahli secara lengkap,

Alfian:Pengertian ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan
adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.

C.C. Rode :Pengertian ideologi adalah sekumpulan yang secara logis berkaitan dan
mengindentifikasikan nilai-nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya.

Drs. Moerdiono:Ideologi berarti a system of ideas, akan mensistematisasikan seluruh


pemikiran mengenai kehidupan ini dan melengkapinya dengan sarana serta kebijakan dan
strategi dengan tujuan menyesuaikan keadaan nyata dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam filsafat yang menjadi induknya.
Gunawan Setiardjo :Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah ‘aqliyyah
(akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam
kehidupan

Antoine Destutt de Tracy:Ideologi adalah studi terhadap ide – ide/pemikiran tertentu.

Descartes:Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.

Machiavelli:Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.

A.S. Hornby:Ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi
dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.

Frans Magnis Suseno:Ideologi adalah keseluruhan sistem berpikir dan sikap dasar rohaniah
sebuah gerakan, kelompok sosial atau individu.

Thomas H:Pengertian ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah
agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.

Francis Bacon:Ideologi adalah sintesis pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.

Moh. A Safaudin:Ideologi adalah pemikiran menuju keadilan, kesetaraan dan kesejahteraan


bersama yang melalui proses berfikir manusia untuk menentukan aturan-aturan dalam
kehidupan.”

Karl Marx:Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama
dalam masyarakat.

Manfred Steger dan Paul James:Menurut mereka apa yang dimaksud dengan ideologi
ada dua, yaitu sebagai berikut,

• Ideologi adalah sekelompok ide dan konsep yang normatif yang memiliki pola, yang
merupakan representasi dari kekuatan politik yang ada.
• Ideologi adalah peta konsep yang membantu masyarakat dalam mengarahkan
kompleksnya kehidupan berpolitik dan keyakinan akan kebenaran sosial.

Karl Maanheim:Ideologi adalah sistem pemikiran yang berguna dalam mempertahankan


orde sosial tertentu.

Napoleon:Pengertian ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rival–rivalnya.

Louis Althuser:Ideologi adalah suatu gagasan yang spekulatif, namun bukan gagasan
palsu, karena bukan dimaksudkan untuk menggambarkan suatu realitas melainkan untuk
dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana semestinya manusia itu dapat menjalani
hidupnya.

Muhammad Ismail:Ideologi (Mabda’) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi hubna Qablahu


Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang sama sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas
pemikiran pemikiran yang lain. Pemikiran mendasar ini merupakan akumulasi jawaban atas
pertanyaan dari mana, untuk apa dan mau ke mana alam, manusia dan kehidupan ini yang
dihubungkan dengan asal muasal penciptaannya dan kehidupan setelahnya?

Dr. Hafidh Shaleh:Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa
konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem
kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode
untuk mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta
metode menyebarkannya ke seluruh dunia.
Nicollo Machiavelli:Pengertian ideologi adalah pengetahuan mengenai cara
menyembunyikan kepentingan, mendapatkan, serta mempertahankan kekuasaan dengan
memanfaatkan konsepsi-konsepsi keagamaan dan tipu daya.

Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam
masyarakat sendiri. Ideologi terbuka mempunyai banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan
ideologi tertutup. Keunggulan tersebut dapat kita temukan dengan cara membandingkan
karakteristik kedua ideologi tersebut.

Perbedaan

Ideologi Terbuka Ideologi Tertutup

8. Sistem pemikiran yang terbuka 8. Sistem pemikiran yang tertutup


9. Nilai-nilai dan cita-citanya tidak 9. Cenderung untuk memaksakan
dipaksakan dari luar, melainkan digali mengambil nilai-nilai ideologi dari luar
dan diambil dari harta kekayaan rohani, masyarakatnya yang tidak sesuai
moral dan budaya masyarakat itu dengan keyakinan dan pemikiran
sendiri. masyarakatnya.
10. Dasar pembentukan ideologi bukan 10. Dasar pembentukannya adalah cita-cita
keyakinan ideologis sekelompok orang, atau keyakinan ideologis perseorangan
melainkan hasil musyawarah dan atau satu kelompok orang
kesepakatan dari masyarakatsendiri 11. Pada dasarnya ideologi tersebut
11. Tidak diciptakan oleh negara, melainkan diciptakan oleh negara, dalam hal ini
oleh masyarakat itu sendiri sehingga penguasa negara yang mutlak harus
ideologi tersebut adalah milik seluruh diikuti oleh seluruh warga masyarakat.
rakyat atau anggota masyarakat. 12. Pada hakikatnya ideologi tersebut hanya
12. Tidak hanya dibenarkan, melainkan dibutuhkan oleh penguasa negara untuk
dibutuhkan oleh seluruh warga melangengkan kekuasaannya dan
masyarakat. cenderung memiliki nilai kebenaran
13. Isinya tidak bersifat operasional. Ia baru hanya dari sudut pandang penguasa
bersifat operasional apabila sudah saja.
dijabarkan ke dalam perangkat yang 13. Isinya terdiri dari tuntutan-tuntutan
berupa konstitusi atau peraturan konkret dan operasional yang bersifat
perundang-undangan lainnya. keras yang wajib ditaati oleh seluruh
14. Senantiasa berkembang seiring dengan warga masyarakat
perkembangan aspirasi, pemikiran serta 14. Tertutup terhadap pemikiranpemikiran
akselerasi dari masyarakat dalam baru yang berkembang di
mewujudkan cita-citanya untuk hidup masyarakatnya.
berbangsa dalam mencapai harkat dan
martabat kemanusian.

Ideologi terbuka lebih unggul jika dibandingkan dengan ideologi tertutup. Hal tersebut membuat
ideologi terbuka tidak hanya sekedar dibenarkan,melainkan dibutuhkan oleh berbagai negara.
Hampir dapat dipastikan, negara yang menganut sistem ideologi tertutup seperti negara komunis,
mengalami kehancuran secara ideologis.
Beberapa contoh keterbukaan ideologi Pancasila dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan,
hukum, kebudayaan, pertahanan dan kemanan antara lain sebagai berikut.

6. Bidang Politik: Pancasila mengandung nilai-penting penting seperti bermusyawarah dalam


menentukan keputusan
7. Bidang Pendidikan: Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang penting untuk
membangun kepribadian siswa
8. Bidang Hukum: Pancasila merupakan sumber keadilan negara yang berasaskan
kemanusiaan yang adil yang beradab
9. Bidang Kebudayaan: Pancasila menjaga ikatan manusia dengan Tuhannya dengan melalui
upacara adat yang terus terjaga secara turun temurun
10. Pertahanan dan keamanan: Pancasila menjaga keutuhan NKRI dengan asas-asas yang
luhur dalam segala bentuk upaya menjaga kemanan.

2. Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Keterbukaan Pancasila mengandung pengertian bahwa Pancasila senantiasa mampu berinteraksi
secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak berubah, namun pelaksanaannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap waktu. Hal ini dimaksudkan untuk
menegaskan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai
sebagai berikut:

4. Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, Keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal, sehingga di dalamnya
terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat
tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup negara. Nilai dasar tersebut selanjutnya
dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
5. Nilai instrumental, yaitu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
Misalnya program-program pembangunan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman dan aspirasimasyarakat, undang-undang, dan departemen-departemen sebagai
lembaga pelaksana juga dapat berkembang. Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan
perubahan.
6. Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang
dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Inilah sebabnya bahwa ideologi Pancasila
merupakan ideologi yang terbuka.

Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi Idealisme
Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat
sistematis, rasional dan menyeluruh itu, pada hakikatnya bersumber pada filsafat Pancasila.
Dimensi idealisme yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme
serta mampu mendorong motivasi pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-citanya.
b. Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma keagamaan.
Dalam pengertian ini Pancasila terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan tertib hukum tertinggi dalam negara Republik
Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental).
c. Dimensi Realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan kata lain, Pancasila memiliki keluwesan
yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka ideologi
Pancasila:

• Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari
kehidupan sehari-hari secara nyata
• Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup, melainkan suatu norma
yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang mamapu melakukan perubahan.
• Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya menekankan pada segi
praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme.

Pancasila dapat dipastikan bukan merupakan ideologi tertutup, tetapi ideologi terbuka. Akan
tetapi, meskipun demikian keterbukaan Pancasila bukan berarti tanpa batas. Keterbukan ideologi
Pancasila harus selalu memperhatikan:

• Stabilitas nasional yang dinamis


• Larangan untuk memasukan pemikiran-pemikiran yang mengandung nilai-nilai ideologi
marxisme, leninisme dan komunisme
• Mencegah berkembanganya paham liberal
• Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat
• Penciptaan norma yang barus harus melalui konsensus

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP 4)

Sekolah :UPT SMP NEGERI 2 AWANGPONE


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Pokok : Bab 2. Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Sub Bab..A.Makna Alinea Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Alokasi Waktu :2 Minggu x 3 Jam Pelajaran @40 Menit
A. Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.2 Menghargai isi alinea dan pokok pikiran • Menghargai isi alinea dan pokok pikiran yang
yang terkandung dalam Pembukaan terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud
Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.2 Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran • Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran yang
yang terkandung dalam Pembukaan terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Indonesia Tahun 1945
3.2 Mensintesiskan isi alinea dan pokok • Mendiskripsikan makna alinea Pembukaan Undang-
pikiran yang terkandung dalam Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar • Mensintesiskan isi alinea dan pokok pikiran yang
Negara Republik Indonesia tahun 1945 terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945
4.2 Menyajikan hasil sintesis isi alinea dan • Menyusun paparan dan mempresentasikan secara
pokok pikiran yang terkandung dalam kelompok tentang pokok-pokok pikiran yang
Pembukaan Undang-Undang Dasar terkandung dalam pembukaan UUDNegara Repuplik
Negara Republik Indonesia tahun 1945 Indonesia dengan penuh disiplin dan tanggung jawab
• Menerapkan isi alinea dan pokok pembukaan UUD
1945 di kelas Menyusun paparan dan
mempresentasikan secara kelompok tentang pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan
UUDNegara Repuplik Indonesia dengan penuh disiplin
dan tanggung jawab
• Menerapkan isi alinea dan pokok pembukaan UUD
1945 di kelas

Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun

C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
PERTEMUAN 1
1.Menghargai isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3.Mendiskripsikan makna alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

PERTEMUAN 2

1.Mensintesiskan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945
2.Menyusun paparan dan mempresentasikan secara kelompok tentang isi alinea dan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3.Menerapkan isi alinea dan pokok pembukaan UUD 1945 di kelas

D.Materi Pembelajaran
Materi Pembelajaran Reguler

Makna Alinea Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Makna dari Pembukaan Alinea UUD tahun 1945 Alinea Pertama


Makna di Pembukaan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea pertama
pembukaan, menunjukkan keteguhan dan tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan kemerdekaan
dan menentang penjajahan. Pernyataan ini tidak hanya tekad bangsa untuk merdeka, tetapi juga
berdiri di barisan paling depan untuk menghapus penjajahan di muka bumi.

Alinea ini memuat dalil objektif, yaitu bahwa penjajahan di atas dunia tidak sesuai dengan
perikemanusian dan perikeadilan dan kemerdekaan merupakan hak asasi semua bangsa di dunia.
Dalil ini menjadi alasan bangsa Indonesia untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan
kemerdekaan.

Juga membantu perjuangan bangsa lain yang masih terjajah untuk memperoleh kemerdekaan.
Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan, karena memandang manusia tidak memiliki
derajat yang sama. Penjajah bertindak sewenang-wenang terhadap bangsa dan manusia lain.

Konferensi Asia Afrika wujud nyata dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan bangsa-bangsa

Sejarah bangsa Indonesia selama penjajahan memperkuat keyakinan bahwa penjajahan harus
dihapuskan. Juga tidak sesuai perikeadilan, karena penjajahan memperlakukan manusia secara
diskriminatif. Manusia diperlakukan secara tidak adil, seperti perampasan kekayaan alam,
penyiksaan, perbedaan hak dan kewajiban. Pernyataan ini obyektif karena diakui oleh bangsa-
bangsa yang beradab di dunia.Alinea pertama juga mengandung dalil subjektif, yaitu aspirasi
bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bangsa Indonesia telah berjuang selama
ratusan tahun untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan ini didorong oleh
penderitaan rakyat Indonesia selama penjajahan, dan kesadaran akan hak sebagai bangsa untuk
merdeka.

Perjuangan juga didorong keinginan supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakaan kemerdekaan Indonesia. Seperti ditegaskan dalam alinea III Pembukaan dari UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kedua makna dalam alinea pertama meletakkan tugas dan tangung jawab kepada bangsa dan negara
serta warga negara Indonesia untuk senantiasa melawan penjajahan dalam segala bentuknya. Juga
menjadi landasan hubungan dan kerja sama dengan negara lain.

Bangsa dan negara, termasuk warga negara harus menentang setiap bentuk yang memiliki sifat
penjajahan dalam berbagai kehidupan. Tidak hanya penjajahan antara bangsa terhadap bangsa,
tetapi juga antar manusia, karena sifat penjajahan dapat dimiliki dalam diri manusia.

Makna yang Terkandung dalam Pembukaan bagian UUD tahun 1945 Alinea Kedua
Makna bagian Pembukaan paragraf UUD tahun 1945 alinea kedua menunjukkan ketepatan dan
ketajaman penilaian bangsa Indonesia

• Bahwa perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai tingkat yang menentukan.


• Bahwa momentum yang telah dicapai harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
• Kemerdekaan harus diisi dengan mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.

Alinea kandungan pembukaan ini menunjukkan kebanggaan dan penghargaan atas perjuangan
bangsa Indonesia selama merebut kemerdekaan. Ini berarti berarti kesadaran bahwa kemerdekaan
dan keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dari keadaan sebelumnya.Kemerdekaan yang diraih
merupakan perjuangan para pendahulu bangsa Indonesia. Mereka telah berjuang dengan
mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan bangsa dan negara.

Juga kesadaran bahwa kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa. Kemerdekaaan yang
diraih harus mampu mengantarkan rakyat Indonesia menuju cita-citan nasional yaitu negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Negara yang “merdeka” berarti negara yang terbebas dari penjajahan bangsa lain. “ Bersatu”
menghendaki bangsa Indonesia bersatu dalam negara kesatuan bukan bentuk negara lain. Bukan
bangsa yang terpisah-pisah secara geografis maupun sosial.

Kita semua adalah satu keluarga besar Indonesia. “Berdaulat” mengandung makna sebagai negara,
maka Indonesia sederajat dengan negara lain, yang bebas menentukan arah dan kebijakan bangsa,
tanpa campur tangan negara lain. “Adil” memiliki makna bahwa negara Indonesia menegakkan
keadilan bagi warga negaranya.

Keadilan berarti adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban warga negara. Hubungan antara
negara dengan warga negara, warga negara dengan warga negara, warga negara dengan warga
masyarakat dilandasi pada prinsip keadilan. Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan dalam
berbagai kehidupan secara politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Makna “makmur” menghendaki negara mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi warga
negara negaranya. Kemakmuran tidak saja secara materiil, tetapi juga mencakup kemakmuran
secara spiritual atau batin atau kebahagiaan.

Kemakmuran yang diwujudkan bukan kemakmuran untuk perorangan atau kelompok, namun
makna kemakmuran bagi seluruh masyarakat dan lapisan masyarakat. Sehingga prinsip keadilan,
kekeluargaan dan persatuan melandasi perwujudan kemakmuran warga negara.

Inilah cita-cita nasional yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia dengan membentuk negara.
Kemerdekaaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa, namun harus diisi dengan perjuangan
mengisi kemerdekaan dengan mewujudkan cita-cita nasional.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono panen raya di Purworejo

Makna arti Pembukaan Isi UUD tahun 1945 Alinea Ketiga


Makna isi pembukaan kalimat UUD tahun 1945 alinea ketiga memuat bahwa kemerdekaan
didorong oleh motivasi spiritual yaitu kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan
atas berkas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini merupakan pembukaan perwujudan sikap dan
keyakinan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Alinea ketiga secara tegas
menyatakan kembali kemerdekaan Indonsia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Melalui alinea ini bangsa Indonesia menyadari bahwa tanpa rahmat Tuhan yang Maha Kuasa, maka
bangsa Indonesia tidak akan merdeka. Kemerdekaaan yang dicapai tidak semata-mata hasil jerih
payah perjuangan bangsa Indonesia, tetapi juga atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

Juga memuat motivasi riil dan material yaitu keinginan luhur bangsa supaya berkehidupan yang
bebas. Kemerdekaan merupakan keinginan dan tekad seluruh bangsa Indonesia untuk menjadi
bangsa yang bebas merdeka. Bebas dari segala bentuk penjajahan , bebas dari penindasan, bebas
menentukan nasib sendiri. Niat yang luhur ini menjadi pendorong bangsa Indonesia untuk terus
berjuang melawan penjajahan dan meraih kemerdekaan.

Keyakinan dan tekad yang kuat untuk memperoleh kemerdekaan dan keyakinan akan kekuasaaan
Tuhan, menjadi kekuatan yang menggerakkan bangsa Indonesia. Persenjataan yang sederhana dan
tradisional tidak menjadi halangan untuk berani melawan penjajah yang memiliki senjata lebih
modern. Para pejuang bangsa yakin bahwa Tuhan akan memberikan bantuan kepada umatnya yang
berjuang melawan kebenaran.

Doa dan usaha kunci utama kesuksesan

Banyak peristiwa sejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah, memperoleh
kemenangan walaupun dengan segala keterbatasan senjata, organisasi dan sumber daya manusia.
Hal ini menunjukkan bahwa tekad yang kuat dan keyakinan pada kekuasaaan Tuhan, dapat menjadi
faktor pendorong dan penentu keberhasilan sesuatu. Alinea ketiga pembukaan mempertegas
pengakuan dan kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia
merupakan mahluk Tuhan yang terdiri atas jasmani dan rohani. Manusia bukanlah mesin yang tidak
memiliki jiwa. Berbeda dengan pandangan yang beranggapan bahwa manusia hanya bersifat fisik
belaka.Ini menegaskan prinsip keseimbangan dalam kehidupan secara material dan spiritual,
kehidupan dunia dan akhirat, jasmani dan rohani.

Makna nilai Pembukaan Kandungan UUD 1945 Alinea Keempat


Makna Pembukaan tujuan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea Keempat memuat
prinsip-prinsip negara Indonesia, yaitu :

• Tujuan negara yang akan diwujudkan oleh pemerintah negara


• Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar,
• Bentuk negara, yaitu bentuk republik yang berkedaulatan rakyat
• Dasar negara yaitu Pancasila

Negara Indonesia yang dibentuk memiliki tujuan negara yang hendak diwujudkan, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Keempat tujuan negara dalam paragraf
pembukaan tersebut merupakan arah perjuangan bangsa Indonesia setelah merdeka. Kemerdekaan
yang telah dicapai harus diisi dengan pembangunan di segala bidang untuk mewujudkan tujuan
negara. Sehingga secara bertahap terwujud cita-cita nasional yaitu negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.

Pembukaan pada UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghendaki diadakannya Undang-
Undang Dasar dalam hal ini adalah batang tubuh atau pasal-pasal. Kehendak ini menegaskan
prinsip Indonesia sebagai negara hukum. Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan konstitusi atau
peraturan perundang-undangan, tidak atas dasar kekuasaan belaka. Segala sesuatu harus
berdasarkan hukum yang berlaku. Setiap warga negara wajib menjunjung tinggi hukum, artinya
wajib mentaati hukum.

Mendikbud Mohammad Nuh memberikan


penghargaan atas prestasi pelajar sebagai upaya
mencerdasakan kehidupan bangsa (salah satu bentuk tujuan nilai UUD)

Prinsip bentuk negara yaitu susunan negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Republik
merupakan bentuk pemerintahan di mana pemerintah dipilih oleh rakyat. Berbeda dengan bentuk
kerajaan di mana pemerintah sebagian bersifat turun temurun.Bentuk ini sejalan dengan kedaulatan
rakyat yang bermakna kekuasaan tertingi dalam negara dipegang oleh rakyat. Rakyat yang memiliki
kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan, baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui lembaga perwakilan rakyat.

Alinea keempat pembukaan memuat dasar negara Pancasila yaitu “…dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Kelima sila Pancasila merupakan satu kebulatan utuh, satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Rumusan Pancasila yang dimuat Pembukaan maka secara yuridis-konstitusional adalah sah,
berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara, lembaga masyarakat, dan setiap warga negara.

Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Pokok


Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar

Di Indonesia digunakanlah Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai hukum tertinggi di


Indonesia dan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
pernah tidak dipakai ketika waktu Indonesian menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Ketika
waktu itu digunakanlah UUD RIS. Namun, perubahan itu tidak berlangsung lama dan Indonesia
berubah menjadi negara liberal serta menggunakan UUDS 1950 yang merupakan hasil gabungan
antara Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dengan UUD RIS. Dan pada akhirnya Indonesia
menggunakan sistem pemerintahan terpimpin yang pada masa itu diberlakukan kembalinnya UUD
1945. UUD 1945 masih digunakan sampai sekarang . UUD 1945 telah diamandemenkan isinya
seperti pasal dan ayat, tetapi tidak pada pembukaannya.
Mengapa tidak diubah pembukaan dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945? Alasannya karena
Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang mengandung cita-
cita luhur dari Proklamasi oleh karena itu pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun
, barang siapa mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti sama saja dengan membubarkan negara.
Berdasar Tap MPR No.IX/MPR/1978 dan Tap MPR No.III/MPR/1983. Dan inilah bunyi pembukaan
Pembukaan UUD 1945 :

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 1945

PEMBUKAAN

(Preambule)

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,

maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan

dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat

yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan

pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil

dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan

luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan

dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan

Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu

• MAKNA ALINEA PEMBUKAAN UUD 1945


1. Alinea pertama

Obyektif : Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan dan kemerdekaan
adalah hak segala bangsa
Subyektif : Aspirasi bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan

2. Alinea kedua

a. Perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai tingkat yang menentukan

b. Kemerdekaan harus diisi dengan mewujudkan nagara Indonesia yang merdeka


,bersatu,berdaulat,adil dan makmur

c. Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuanga bangsa

3. Alinea ketiga

a. Kemerdekaan adalah rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

b. Kemerdekaan merupakan hasil jerih payah perjuanga bangsa Indonesia

c. Bangsa Indonesia menginginkan kehidupan kebangsaan yang bebas

4. Alinea keempat

a. Tujuan negara yang akan diwujudkan

b. Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar

c. Adanya Dasar negara yaitu Pancasila

• HAKEKAT 4 POKOK PIKIRAN PEMBUKAAN UUD 1945


Pokok pikiran pembukaan UUD 1945 adalah inti dari pembukaaan UUD 1945 , ke empat pokok

pikiran itu adalah penjabaran dari Pancasila.

1. Pokok pikiran pertama

Persatuan ( negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar atas persatuan artinya : setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan
negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.( sila ke 3 )

2. Pokok pikiran kedua

Keadilan sosial ( Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia )

artinya : bahwa manusia memiliki hak hak dan kewajiban dalam bermasyarakat. ( sila ke 5 )

3. Pokok pikiran ketiga

Kedaulatan rakyat ( Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan artinya : kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar. ( sila ke 4 )

4. Pokok pikiran keempat

Ketuhanan ( Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradap ) artinya : bahwa setiap warga negara wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. ( sila ke 1 dan 2 )

Djakarta, 22-6-1945

Panitia Sembilan

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Mohammad Hatta
3. Mr A.A. Maramis
4. Abikoesno
Tjokrosoejoso
5. Abdoel Kahar Moezakir
6. H. Agoes Salim
7. Mr Achmad Soebardjo
8. Wahid Hasjim
9. Mr Moehammad
Yamin.

Perkembangan Piagam Jakarta Selanjutnya


Dekret Presiden 5 Juli 1959

Di Dalam Dekret Presiden 5 Juli 1959, Piagam Jakarta dinyatakan Menjiwai UUD 1945
dan adalah suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi. DPR pada saat itu menerima hal ini
dengan

Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966

Memorandum DPRGR 1966 mengenai sumber tertib Hukum RI ditingkatkan menjadi


keputusan MPRS Nomor XX/MPRS/1966, di dalam keputusan ini ditegaskan kembali
bawasanya bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai Undang-Undang Dasar
1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut.[1]

Catatan:

Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi
Hatta dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, di
antaranya Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo,
keberatan dengan usul penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya
mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa”
demi keutuhan Indonesia.Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan da
lam rapat pleno PPKI.

-MATERI PEMBELAJARAN PENGAYAAN

Makna Alinea Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

-MATERI PEMBELAJARAN REMEDI

HAKEKAT 4 POKOK PIKIRAN PEMBUKAAN UUD 1945

ERI PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN

E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran

F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
• LCD Proyektor

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus

G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat

H.Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik
Pendahuluan 15menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan
sumber belajar.
2. Guru menyampaikan ucapan selamat kepada siswa kelas VII
yang telah menjadi siswa SMP.
3. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
8. Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
1. Guru meminta peserta didik mengamati gambar isi alinea dan 90
Kegiatan inti menit
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Tahap 1
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (literasi) dan
mencatat hal-hal yang penting atau yang ingin diketahui dalam
gambar tersebut.

2.Guru dapat memberi penjelasan singkat tentang gambar,


sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik
berkaitan dengan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 , seperti :

a.sebutkan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945?
b. Apa makna dan tujuan alinea dan pokok pikiran yang terkandung
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
3.Guru memandu peserta didik untuk Mengidentifikasi dan
menganalisis rumusan pertanyaan sesuai tujuan
pembelajaran
4. Peserta didik memberikan jawaban sementara atas
pertanyaan yang dirumuskan (hipotesis)
Tahap 2 Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi
dengan melakukan kajian dokumen historis(creative) dan
mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun,
juga mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi
lain atau internet .
Tahap 3 Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai informasi (nilai kemandirian, gotong
royong) yang sudah diperoleh sebelumnya, seperti :
a. Sebutkan Makna Alinea 1 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945?
b. Apa hubungan Alinea 1 dan 2 Pembukaan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945?

Tahap 4 • Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk


menyimpulkan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. (Colaboration)
Tahap 5 • Guru membimbing kelompok untuk menyusun laporan hasil
telaah tentang isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (creative). Laporan dapat berupa display, bahan tayang,
maupun dalam bentuk kertas lembaran.
• Guru mendiskusikan dan membuat kesepakatan tentang tata
tertib selama penyajian materi oleh kelompok, seperti berikut
ini.
a) Setiap peserta didik saling menghormati pendapat orang
lain.
b) Mengangkat tangan sebelum memberikan pertanyaan atau
menyampaikan pendapat.
c) Menyampaikan pertanyaan atau pendapat setelah
dipersilahkan oleh guru (moderator).
d) Menggunakan bahasa yang sopan saat menyampaikan
pertanyaan atau pendapat.
e) Berbicara secara bergantian dan tidak memotong
pembicaraan orang lain.
• Setiap kelompok saling mengunjungi untuk mempelajari hasil
dari kelompok lain (comunication) serta memberi tanggapan
dan/atau saran.
• Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik
dalam diskusi, dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat
dan memberikan penghargaan bila jawaban benar dengan
pujian atau tepuk tangan bersama.

Kegiatan Akhir 8. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15


menit
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Guru melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat
proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan isi alinea dan pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan meminta peserta
didik menjawab pertanyaan berikut.
c. Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari sejarah isi
alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagi
kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
c. Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
d. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
e. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan
hasil telaah kelompok.
4. Guru melakukan tes tertulis dengan menggunakan Uji
Kompetensi 1 atau soal yang disusun guru sesuai indikator
pencapaian kompetensi.
5. Guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya dan
menugaskan pesertadididk membaca materi pertemuan
berikutnya.

Pertemuan ke - 2
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15 menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi isi alinea dan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar tokoh
pengusul Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara.

3. Kemudian guru dapat menambahkan penjelasan tentang


gambar tersebut dengan berbagai fakta terbaru yang
berhubungan dengan isi alinea dan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945
4. Guru meminta Peserta didik secara kelompok untuk
mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan
dengan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945.
5. Guru meminta peserta didik menyusun pertanyaan
seperti :
a. Siapa tokoh yang mengusulkan Pembukaan
Undang- Undang Dasar Negara?
b. Bagaimana rumusan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara yang diusulkan?
c. Apa perbedaan dan persamaan rumusan
Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara yang
diusulkan dengan sekarang?
d. Apa yang berbeda dari rumusan Dasar Negara
dalam Piagam Jakarta dan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945?
6. Guru mengarahkan peserta didik secara kelompok
untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disusun.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
8.Guru membimbing peserta didik untuk menyusun proyek
kelas, yaitu simulasi isi alinea dan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.

Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit


Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan isi alinea
dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
. Dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan
berikut.
a.Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari isi alinea dan
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
bagi kalian?
b.Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh
melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c.Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d.Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3.Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan Aktivitas
4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya

I. Penilaian
1. Penilaian Reguler

C. Penilaian Sikap Spiritual


a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :

No Butir Nilai Indikator Sikap Spritual Jumlah


(Sikap Spritual) Butir
Beriman Kepada Berdoa sebelum dan sesudah Pelajaran 1
Tuhan Yang Maha
Esa
Taat menjalankan shalat lima waktu 1
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah 1
prosentase
Mengucapkan rasa syukur ketika berhasil 1
melaksanakan sesuatu
Menghormati teman yang melaksanakan ibadah 1

d.Instrumen Penilaian Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 A)

e. Petunjuk Penghitungan Skor Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 B)

D. Penilaian Sikap Sosial


a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah

• Tidak melakukan aktivitas yang


1
mengganggu dan merugikan orang
lain
1
• Melakukan aktivitas sosial untuk
membantu orangorang yang
memerlukan

2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;

• mengungkapkan perasaan apa 1


adanya;
1
• menyerahkan barang yang
ditemukan kepada yang berwenang;
1
• mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki.

3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.

4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.

5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.

C. Kompetensi Pengetahuan

A,Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan

b.Bentuk Instrumen : Lembar Tulis Tulis dan Lembar uraian.

c.Kisi-kisi Tes Tertulis :

No Indikator Butir Instrumen


1 Peserta didik dapat menjelaskan Makna Jelaskan Makna Alinea 1 Pembukaan
Alinea 1 Pembukaan Undang- Undang Dasar Undang- Undang Dasar Negara Republik
Negara Republik Indonesia Tahun 1945? Indonesia Tahun 1945?

2 Peserta didik dapat menjelaskan Jelaskan hubungan Alinea 1 dan 2


hubungan Alinea 1 dan 2 Pembukaan Pembukaan Undang- Undang Dasar

Undang- Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945?

Indonesia Tahun 1945?

3 Peserta didik dapat mengidentifikasi Siapa tokoh yang mengusulkan


tokoh yang mengusulkan Pembukaan Pembukaan Undang- Undang Dasar
Undang- Undang Dasar Negara Negara
4 Peserta didik dapat menjelaskan Jelaskan perbedaan dan persamaan
perbedaan dan persamaan rumusan rumusan Pembukaan Undang-
Pembukaan Undang- Undang Dasar Undang Dasar Negara yang
Negara yang diusulkan dengan diusulkan dengan sekarang?
sekarang?

5 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan yang berbeda dari


yang berbeda dari rumusan Dasar rumusan Dasar Negara dalam
Negara dalam Piagam Jakarta dan UUD Piagam Jakarta dan UUD Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 1945?
Republik Indonesia Tahun 1945?

E. Aspek Keterampilan.
a.Tehnik Penikaian : Praktik

b.Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.

c.Kisi- kisi :

N Aspek Indikator Jumla


o h butir
1 Partisipasi e. Mendukung kerjasama kelompok 2
f. Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan c. Keberanian berbicara di depan umum
berbicara h. Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
i. Menanggapi pertanyaan dengan lugas
dan jelas
j. Menerima secara logis pendapat
kelompok lain

-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan

Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan salah satu tokoh perumus dasar negara.

Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020


Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran

HJ.ROSNAWATI,SPd SITTI HASMA, S.Pd.


NIP 196812311991023044 NIP 196603292014102001

Lampiran Penilaian

Instrumen penilaian

A. Penilaian Kompetensi Sikap


1. Kompetensi sikap spiritual
Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan menggunakan teknik
penilaian pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format
Jurnal penilaian sikap

No Tanggal Nama siswa Catatan perilaku Butir sikap Tindak lanjut

1
2

-Instrumen sikap sosial

No Nama peserta didik Aspek sikap yang


dinilai
Santun Percaya diri Jujur Disiplin Tanggung
jawab
1
2
3
4
5

-Penilaian Kompetensi keterampilan

Kemampuan Kemampuan Memberi Mengapresiasi


No Nama bertanya menjawab/ masukan/saran
peserta Berargumentasi
didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Keterangan : Diisi dengan tanda ceklis
Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor perolehan x 50


2

Pedoman penskoran (Rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP 5 )

Sekolah :UPT SMP NEGERI 2 AWANGPONE


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Poko : Bab 2 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Sub Bab,B, Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Alokasi Waktu : 2 Minggu x 3 Jam Pelajaran @40 Menit

A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.2 Menghargai isi alinea dan pokok pikiran • Menghargai isi alinea dan pokok pikiran yang
yang terkandung dalam Pembukaan terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud
Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.2 Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran • Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran yang
yang terkandung dalam Pembukaan terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Indonesia Tahun 1945
3.2 Mensintesiskan isi alinea dan pokok • Menjelaskan makna pokok-pokok pikiran dalam
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Negara Republik Indonesia tahun 1945 • Menjelaskan sikap positif terhadap pokok-pokok
pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

4.2 Menyajikan hasil sintesis isi alinea dan • Menyusun paparan dan mempresentasikan secara
pokok pikiran yang terkandung dalam kelompok tentang pokok-pokok pikiran yang
Pembukaan Undang-Undang Dasar terkandung dalam pembukaan UUDNegara Repuplik
Negara Republik Indonesia tahun 1945 Indonesia dengan penuh disiplin dan tanggung jawab
• Menerapkan dan mempresentasikan secara kelompok
tentang pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUDNegara Repuplik Indonesia dengan
penuh disiplin dan tanggung jawab
• Menerapkan pokok pembukaan UUD 1945 di kelas

Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun

C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

PERTEMUAN 1
1. Menghargai isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menjelaskan Hakikat pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

PERTEMUAN 2
1. Menjelaskan arti penting terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2. Menyusun paparan dan mempresentasikan secara kelompok tentang pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUDNegara Repuplik Indonesia dengan penuh disiplin dan tanggung
jawab
3. Menerapkan pokok pembukaan UUD 1945 di kelas

D.Materi Pembelajaran

.Materi Pembelajaran Reguler

Isi dan Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945

Pembukaan UUD 1945 terdiri dari empat alinea dan empat pokok pikiran. Walaupun jumlah sama-
sama empat, pengertian alinea di sini tidak identik dengan pokok pikiran.Jadi, tidak berarti Alinea I
mengandung Pokok Pikiran I, Alinea II mengandung Pokok Pikiran II, dan seterusnya. Pokok-pokok
pikiran tersebut terkandung dalam keseluruhan alinea Pembukaan UUD 1945.

A. Isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

1. Alinea I memuat dasar/motivasi pernyataan kemerdekaan Indonesia. Di dalamnya (secara


obyektif) dinyatakan bahwa segala bentuk penjajahan di atas dunia ini tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikedilan. Untuk itu (secara subyektif) bangsa Indonesia memiliki
aspirasi untuk membebaskan diri dari penjajahan itu guna membangun masa depan
bersama yang lebih baik.
2. Alinea II memuat cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan pernyataan
kemerdekaan Indonesia itu berarti perjuangan pergerakan kemerdekaan telah sampai
pada saat yang berbahagia. Pernyataan kemerdekaan itu sendiri barulah awal dari proses
pembangunan bangsa ini menuju kepada negara yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
3. Alinea III memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di situ ditegaskan bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia itu selain upaya manusia, juga tidak terlepas dari berkat
rahmat Allah Yang Mahakuasa. Dengan demikian tampak jelas ada keseimbangan antara
motivasi material dan spiritual dari pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia itu.
Keseimbangan ini pula yang selalu eksis dalam pernjuangan mengisi kemerdekaan berupa
pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila.
4. Alinea IV memuat tujuan nasional, penyusunan negara hukum, benttuk negara Republik
Indonesia, negara berkedaulatan rakyat, dan lima dasar negara (yang kemudian
dikenaldengan Pancasila). Fungsi dan tujuan negara Indonesia secara gamblang ditegaskan
dalam alinea ini, yakni untuk melindungi segenap bangsa Indonesiadan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan dunia yang berdasarkan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketrtiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Untuk menjalankan fungsi dan mencapai tujuan yang mulia
tersebut, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-
undang dasar (UUD1945). Di situ juga ditegaskan bahwa bentuk negara yang dipilih adalah
republik, yang berkedaulatan rakyat berdasar Pancasila.

B. Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Semua alinea Pembukaan UUD 1945 di atas, apabila ditelaah secara mendalam, ternyata diilhami
oleh empat pokok pikiran.

1. Pokok Pikiran I menyatakan, bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini sekaligus berarti, dalam Pembukaan UUD
1945 diterima aliran pengertian (paham) negara persatuan, negara yang melindungi
danmeliputi segenap bangsa seluruhnya, mengatasi segala paham golongan dan
perseorangan. Aliran inilah yang kemudian dikenal sebagai paham negara persatuan
(integralistik atau kekeluargaan). Tampak di sini, bahwa pokokpikiran ini identik dengan
Sila ke-3 dari Pancasila.
2. Pokok Pikiran II menyatakan, bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-5 dari Pancasila.
3. Pokok Pikiran III menyatakan, bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas
kerakyatan danpermusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara yang
terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan dan berdasar atas
permusyawaratan perwakilam. Di sini secara jelas tampak bahwa pokok pikiran ini identik
dengan Sila ke-4 dari Pancasila.
4. Pokok Pikiran IV menyatakan, bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang
Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelenggara
negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguhcita-
cita moral rakyat yang luhur. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-1 dan ke-2 dari
Pancasila.

Kesimpulan penjelasan diatas menegaskan bahwa Pokok-pokok pikiran dari Pembukaan UUD 1945
tidak lain adalah Pancasila itu sendiri dan dijabarkan dalam pasal-pasal Batang Tubuh UUD 1945.

Hakikat Pokok Pikiran Pembukaan UUD 45


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas empat
alinea. Setiap alinea dalam pembukaan memiliki makna khusus bilamana ditinjau dari
isinya. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung
Pokok-pokok pikiran yang dijelmakan dan dikongkritisasikan dalam pasal-pasal Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam penjelasan disebutkan tentang adanya 4
(empat) Pokok Pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Selain mempunyai makna yang sangat mendalam, Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengandung pokok-pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran
tersebut mengandung pokokpokok pikiran yang menggambarkan suasana kebatinan dari Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pokok-pokok pikiran tersebut mewujudkan
cita hukum yang menguasai hukum dasar negara,baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Pokok-pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut:

No. Pokok Pikiran Keterangan

1. Pokok pikiran pertama: Negara mengatasi segala faham golongan dan mengatasi faham
Negara melindungi perorangan. Negara, menurut pengertian “Pembukaan” itu
segenap bangsa menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia
Indonesia dan seluruh seluruhnya. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.
tumpah darah Hal ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian
Indonesia dengan yang lain, negara sebagai penyelenggara negara dan setiap warga
berdasar atas negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas
persatuan (pokok kepentingan golongan ataupun perorangan. Pokok pikiran ini
pikiran persatuan). merupakan penjabaran dari sila ketiga Pancasila.

2. Pokok pikiran kedua: Pokok pikiran ini menempatkan suatu tujuan atau suatu cita-cita
Negara hendak yang ingin dicapai dalam “Pembukaan” dan merupakan suatu sebab
mewujudkan keadilan tujuan (kausa finalis) sehingga dapat menentukan jalan serta aturan-
sosial bagi seluruh aturan mana yang harus dilaksanakan dalam Undang-Undang Dasar
rakyat Indonesia untuk sampai pada tujuan yang didasari dengan bekal persatuan. Ini
(pokok pikiran keadilan merupakan pokok pikiran keadilan sosial, yang didasarkan pada
sosial). kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban
yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran sila kelima
Pancasila.

3. Pokok pikiran ketiga: Pokok pikiran ini dalam “Pembukaan” mengandung konsekuensi
Negara yang logis bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang
berkedaulatan rakyat, Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas
berdasarkan atas permusyawaratan/perwakilan. Memang pengertian ini sesuai
kerakyatan dan dengan sifat masyarakat Indonesia. Ini adalah pokok pikiran
permusyawaratan/ kedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah di
perwakilan (pokok tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
pikiran kedaulatan Permusyawaratan Rakyat. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran
rakyat). sila keempat Pancasila.

4. Pokok pikiran keempat: Pokok pikiran ini dalam “Pembukaan” menuntut konsekuensi logis
Negara berdasarkan bahwa Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
atas Ketuhanan Yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara untuk
Maha Esa, menurut memelihara budi-pekerti luhur dan memegang teguh cita-cita moral
dasar kemanusiaan rakyat yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan
yang adil dan beradab YME, yang mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan YME.
(pokok pikiran Selain itu, pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab
Ketuhanan). mengandung pengertian menjunjung tinggi hak asasi manusia yang
luhur.Pokok pikiran keempat ini merupakan dasar moral negara
yang pada hakikatnya merupakan suatu penjabaran dari sila
pertama dan sila kedua Pancasila.

Empat pokok pikiran ini merupakan penjelasan dari inti alinea keempat Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Atau dengan kata lain keempat pokok
pikiran tersebut tidak lain adalah merupakan penjabaran dari dasar negara, yaitu Pancasila.

1. Mengapa para pendiri negara mengamanatkan bahwa bentuk negara yang cocok bagi
Indonesia adalah negara kesatuan? Indonesia adalah negara yang majemuk. yakni terdiri
dari suku bangsa yang berbeda,agama dan kepercayaan,bahasa daerah.maka dari itu
untuk mempersatukan itu maka bentuk negara yang pas adalah kesatuan karna sesuai
dengan ideologi pancasila,dan bhineka tunggal ika.
2. Menurut pandangan kalian, apa makna masyarakat adil dan makmur itu? Serta bagaimana
mewujudkannya?Masyarakat adil dan makmur adalah masyarakat yang sudah bisa
merasakan keadilan, kedamaian dan ketentraman di lingkungan tempat tinggalnya. cara
mewujudkannya yang pertama kali adalah dari masyarakat itu sendiri, kesadaran diri
untuk mentaati norma dan hukum yang nantinya akan didukung oleh program pemerintah
untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dan negara itu sendiri.
3. Apa makna kedaulatan rakyat dalam pandangan kalian? Makna kedaulatan rakyat adalah
Pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara adalah rakyat rakyat menyerahkan
kekuasaannya pada pemerintah melalui wakil-wakil rakyat yang duduk dalam parlemen,
maka dalam menjalankan tugas2nya pemerintah harus memperhatiakan aspirasi dan
kehendak rakyat.
4. Mengapa kita harus mengutamakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan setiap
permasalahan? Karena dalam musyawarah, semua saran dari semua orang ditampung lalu
dicari yang terbaik. Musyawarah harus mengutamakan kepentingan bersama daripada
individu karena dengan mufakat bersama setiap masalah akan selesai dengan cepat tanpa
ada lagi yang merasa keberatan, karena itu merupakan keputusan bersama.
5. Apa yang akan terjadi apabila kita tidak bisa menjunjung tinggi harkat, derajat dan
martabat sebagai bangsa Indonesia? Bangsa akan mengalami kehancuran, karena warga
negara yang tidak peduli dengan martabat negaranya. Negara akan kehilangan nilai dimata
dunia, imbasnya tentu saja ke pemerintah,pejabat,sampai warga negara.

Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dijabarkan kedalam pasal-pasal seperti dalam tabel di bawah ini.

No. Pokok Pikiran Pasal-pasal dalam UUD NRI 1945

1. Persatuan Pasal 1 ayat 1, pasal 18 ayat 1, pasal 24 ayat 1, pasal 25 A, pasal 27


ayat 3, pasal 18 B ayat 1 dan 2, pasal 22 E ayat 5, pasal 30 ayat 1, 2,
dan 3, pasal 31 ayat 5, pasal 32 ayat 2, pasal 35, pasal 36, pasal 36
A, pasal 36 B, pasal 37 ayat 5.

2. Keadilan Sosial Pasal 1 ayat 3, Pasal 18 A ayat 2, pasal 23 ayat 1, pasal 27 ayat 1 dan
2, pasal 31 ayat 1, 2, dan 5, pasal 32 ayat 1, pasal 33 ayat 3, pasal 34
ayat 1, 2, dan 3.

3. Kedaulatan Rakyat Pasal 1 ayat 2, pasal 2 ayat 1, 2, dan 3, pasal 3 ayat 1, pasal 4 ayat 1,
pasal 6 A ayat 1, pasal 6 A ayat 4, pasal 11 ayat 2, pasal 18 ayat 3
dan 4, pasal 19 ayat 1, pasal 20 ayat 1 dan 2, pasal 21, pasal 22 C
ayat 1, pasal 22 E ayat 1, 2, dan 4, pasal 23 ayat 2, pasal 24 B ayat 3,
pasal 31 ayat 1.

4. Ketuhanan pasal 1 ayat 1 dan 3, pasal 27 ayat 2 dan 3, Pasal 28 A-J, pasal 30,
pasal 33 dan 34, pasal 31 dan 32, pasal 2, pasal 4, pasal 16, pasal 17,
pasal 18, pasal 19, pasal 22, pasal 23 E, pasal 2pasal 24 A, pasal 24 B,
pasal 24 C, pasal 25 A, pasal 26.

Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45

Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45 - Kalian telah mempelajari bahwa
setiap alinea dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
secara yuridis memiliki makna yang sangat dalam dan penting. Demikian juga dengan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Apabila kita perhatikan keempat pokok pikiran di atas, maka tampaklah
bahwa pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah pancaran dari nilai-nilai Pancasila.
C. Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45
Kemudian penjelasan UU Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa “ Pokok-
pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Reichsidee) yang menguasai hukum dasar
negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.
Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.” Dalam
pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sumber hukum tertinggi di
Indonesia.

Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45

Sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia, maka
pokok-pokok yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam realisasinya harus dijabarkan dalam semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia seperti Ketetapan MPR, Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah dan sebagainya. Dengan demikian seluruh peraturan perundang-undangan di
Indonesia harus bersumber pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang didalamnya terkandung asas kerohanian negara yaitu Pancasila.

Dengan tetap menyadari makna nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan dengan
memperhatikan hubungan antara Pembukaan dan pasal-pasal, maka dapatlah disimpulkan bahwa
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat dasar
falsafah negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan merupakan satu rangkaian
kesatuan nilai dan norma yang terpadu. Undang-Undang dasar 1945 terdiri dari rangkaian pasal-
pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang tidak lainadalah nilai-nilai
Pancasila.
Sedangkan Pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu memberikan
semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Semangat (Pembukaan) dan yang disemangati(Pasal-Pasal
Undang-Undang Dasar 1945) pada hakikatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tak dapat
dipisahkan.

Info Kewarganegaraan
Tap MPR Nomor IX/MPR/1978 dan Tap MPR Nomor III/MPR/1983 menyatakan bahwa:

“Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang
mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan yang memuat
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, merupakan satu rangkaian dengan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan Oleh karena itu tidak dapat diubah oleh siapapun juga
termasuk oleh MPR hasil Pemilu yang berdasarkan pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar
1945, karena mengubah isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 berarti sama halnya dengan
pembubaran negara”.
Pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
juga memiliki arti penting dalam konteks hukum dasar. Sepeti diketahui di samping Undang-
Undang Dasar, masih terdapat hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber
hukum, yaitu aturan dsar yang timbul dan terpelihra dalam praktik penyelenggaraan negara,
meskipun tidak tertulis. Inilah yang disebut konvensi atau kebiasaan katatanegaraan sebagai
pelengkap atau pengisi kekosongan dalam Undang-Undang Dasar.

Sikap Positif terhadap Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan pokok
yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan pandangan hidup
bangsa. Dasar falsafah bangsa dan pandangan hidup bangsa tersebut telah berakar dan tumbuh
berabad-abad lamanya dalam kalbu dan sejarah bangsa Indonesia dan telah ditempa dan diuji
melalui perjuangan yang panjang dan pengorbanan.

Menjadi tugas kita bersama, termasuk kalian sebagai pelajar sekaligus generasi penerus
perjuangan bangsa, untuk mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga tidak hanya menjadi rangkaian kata-kata luhur, tanpa
menjadi pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun yang
tidak kalah penting adalah mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan setiap warga negara wajib
memperjuangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi kenyataan. Coba kalian diskusikan
bagaimana upaya mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai lingkungan. Arti Penting Pokok-pokok
pikiran dalam Pembukaan UUD 45. Tulislah pendapat kalian untuk melengkapi tabel di bawah ini :

D. Intisari Materi
a. Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
bagian dari pokok kaidah fundamental negara yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945.

b. Pokok-pokok pikran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:
1) Negara persatuan
2) Keadilan sosial
3) Kedaulatan rakyat
4) Ketuhanan yang maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab.

c. Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
hakikatnya merupakan pancaran nilai-nilai Pancasila.

d. Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Reichsidee) yang menguasai
hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak
tertulis. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya

e. Tugas seluruh bangsa Idonesia untuk mempertahankan dan mewujudkan pokok-pokok pikiran
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
f. Istilah penting : kaidah pokok fundamental, pokok-pokok pikiran, negara persatuan, keadilan
sosial, kedaulatan rakyat, cita-cita hukum. Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
UUD 45.

.Materi Pembelajaran Pengayaan

Hakikat pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

.Materi Pembelajaran Remedi


Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45

E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran

F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus

G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat

H.Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15
Pendahuluan menit
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa
(nilai religius) menanyakan kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan
sumber belajar.
2. Guru menyampaikan ucapan selamat kepada siswa kelas VII
yang telah menjadi siswa SMP.
3. Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila
dilanjutkan melakukan tanya jawab tentang Lagu Garuda
Pancasila (nilai nasionalis) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
5. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
6. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran.
7. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan.
8. Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.
1. Guru meminta peserta didik mengamati gambar isi alinea dan
Kegiatan inti 90menit
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Tahap 1
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (literasi) dan mencatat hal-
hal yang penting atau yang ingin diketahui dalam gambar
tersebut.

2.Guru dapat memberi penjelasan singkat tentang gambar,


sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik
berkaitan dengan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 , seperti :
a.sebutkan Isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
b. Apa makna dan tujuan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945

3.Guru memandu peserta didik untuk Mengidentifikasi dan


menganalisis rumusan pertanyaan sesuai tujuan pembelajaran
4. Peserta didik memberikan jawaban sementara atas
pertanyaan yang dirumuskan (hipotesis)
Tahap 2 Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi dengan
melakukan kajian dokumen historis(creative) dan mendiskusikan
jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun, juga mencari
melalui sumber belajar lain seperti buku referensi lain atau
internet .
Tahap 3 Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai informasi (nilai kemandirian, gotong
royong) yang sudah diperoleh sebelumnya, seperti :
a. Sebutkan Makna Alinea 1 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945?
b. Apa hubungan Alinea 1 dan 2 Pembukaan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945?

Tahap 4 • Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk


menyimpulkan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. (Colaboration)
Tahap 5 • Guru membimbing kelompok untuk menyusun laporan hasil
telaah tentang pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(creative). Laporan dapat berupa display, bahan tayang,
maupun dalam bentuk kertas lembaran.
• Guru mendiskusikan dan membuat kesepakatan tentang tata
tertib selama penyajian materi oleh kelompok, seperti berikut
ini.
a) Setiap peserta didik saling menghormati pendapat orang
lain.
b) Mengangkat tangan sebelum memberikan pertanyaan atau
menyampaikan pendapat.
c) Menyampaikan pertanyaan atau pendapat setelah
dipersilahkan oleh guru (moderator).
d) Menggunakan bahasa yang sopan saat menyampaikan
pertanyaan atau pendapat.
e) Berbicara secara bergantian dan tidak memotong
pembicaraan orang lain.
• Setiap kelompok saling mengunjungi untuk mempelajari hasil
dari kelompok lain (comunication) serta memberi tanggapan
dan/atau saran.
• Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik
dalam diskusi, dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat
dan memberikan penghargaan bila jawaban benar dengan
pujian atau tepuk tangan bersama.

Kegiatan Akhir 1.Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15


menit
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Guru melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat
proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dengan meminta peserta didik menjawab
pertanyaan berikut.
a.Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari pokok pikiran
yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bagi kalian?
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
c. Apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran
yang telah dilakukan?
d. Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
e. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan
hasil telaah kelompok.
4. Guru melakukan tes tertulis dengan menggunakan Uji
Kompetensi 1 atau soal yang disusun guru sesuai indikator
pencapaian kompetensi.
5. Guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya dan
menugaskan pesertadididk membaca materi pertemuan
berikutnya.

Pertemuan ke - 2
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi isi alinea dan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar Arti
Penting Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45.

3. Kemudian guru dapat menambahkan penjelasan tentang


gambar tersebut dengan berbagai fakta terbaru yang
berhubungan dengan isi alinea dan pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945
4. Guru meminta Peserta didik secara kelompok untuk
mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan
dengan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945.
5. Guru meminta peserta didik menyusun pertanyaan
seperti :
a . Jelaskan Arti Penting Pokok-pokok pikiran dalam
Pembukaan UUD 45
b. Jelaskan pokok pikiran pertama dalam Pembukaaan
Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945!

c. Jelaskan pokok pikiran kedua dalam Pembukaaan


Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945!

d.. Jelaskan pokok pikiran ketiga dalam Pembukaaan


Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945!

6. Guru mengarahkan peserta didik secara kelompok


untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disusun.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
8.Guru membimbing peserta didik untuk menyusun proyek
kelas, yaitu simulasi isi alinea dan makna pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
.
Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit
Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan isi alinea
dan makna pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
. Dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan
berikut.
a.Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari isi alinea dan
makna pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
bagi kalian?
b.Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh
melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c.Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d.Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3.Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan
Aktivitas
4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya
I. Penilaian
1. Penilaian Reguler

F. Penilaian Sikap Spiritual


a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :

No Butir Nilai Indikator Sikap Spritual Jumlah


(Sikap Spritual) Butir
Beriman Kepada Berdoa sebelum dan sesudah Pelajaran 1
Tuhan Yang Maha
Esa
Taat menjalankan shalat lima waktu 1
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah 1
prosentase
Mengucapkan rasa syukur ketika berhasil 1
melaksanakan sesuatu
Menghormati teman yang melaksanakan ibadah 1

d.Instrumen Penilaian Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 A)

e. Petunjuk Penghitungan Skor Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 B)

2.Penilaian Sikap Sosial

a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah

• Tidak melakukan aktivitas yang


1
mengganggu dan merugikan orang
lain
1
• Melakukan aktivitas sosial untuk
membantu orangorang yang
memerlukan

2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;

• mengungkapkan perasaan apa 1


adanya;
1
• menyerahkan barang yang
ditemukan kepada yang berwenang;
1
• mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki.

3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.

4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.

5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.
3. Kompetensi Pengetahuan

A,Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan

b.Bentuk Instrumen : Lembar Tulis Tulis dan Lembar uraian.

c.Kisi-kisi Tes Tertulis :

No Indikator Butir Instrumen


1 Peserta didik dapat menjelaskan manfaat Jelaskan manfaat yang diperoleh dari
yang diperoleh dari mempelajari pokok mempelajari pokok pikiran yang
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang-Undang Dasar Negara Republik Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Indonesia Tahun 1945 Tahun 1945

2 Peserta didik dapat menjelaskan Hakikat Jelaskan Hakikat pokok-pokok pikiran dalam
pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Pembukaan UUD Negara Republik
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Indonesia Tahun 1945

3 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan Contoh Sikap Positif terhadap


contoh Sikap Positif terhadap Pokok- Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan
Pokok Pikiran dalam Pembukaan Undang- Undang-Undang Dasar Negara Republik
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Indonesia Tahun 1945
Tahun 1945

4 Peserta didik dapat menjelaskan makna Jelaskan makna dan tujuan Pembukaan
dan tujuan Pembukaan Undang-Undang Undang-Undang Dasar Negara Republik

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Indonesia Tahun 1945

5 Peserta didik dapat men jelaskan pokok Jelaskan pokok pikiran pertama dalam
pikiran pertama dalam Pembukaaan Pembukaaan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945!
Indonesia Tahun 1945!

G. Aspek Keterampilan.

a.Tehnik Penikaian : Praktik

b.Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.

c.Kisi- kisi :

N Aspek Indikator Jumla


o h butir
1 Partisipasi g. Mendukung kerjasama kelompok 2
h. Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan d. Keberanian berbicara di depan umum
berbicara k. Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
l. Menanggapi pertanyaan dengan lugas
dan jelas
m. Menerima secara logis pendapat
kelompok lain

-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan

Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai ketuntasan
belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat ringkasan Hakikat
pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020


Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran

HJ.ROSNAWATI,SPd SITTI HASMA, S.Pd.


NIP 196812311991023044 NIP 196603292014102001
Lampiran Penilaian

Instrumen penilaian

A. Penilaian Kompetensi Sikap


1. Kompetensi sikap spiritual
Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan menggunakan teknik
penilaian pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format

Jurnal penilaian sikap

No Tanggal Nama siswa Catatan perilaku Butir sikap Tindak lanjut

1
2

-Instrumen sikap sosial

No Nama peserta didik Aspek sikap yang


dinilai
Santun Percaya diri Jujur Disiplin Tanggung
jawab
1
2
3
4
5

-Penilaian Kompetensi keterampilan

Kemampuan Kemampuan Memberi Mengapresiasi


No Nama bertanya menjawab/ masukan/saran
peserta Berargumentasi
didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Keterangan : Diisi dengan tanda ceklis
Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor perolehan x 50


2
Pedoman penskoran (Rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP 6 )

Sekolah :UPT SMP NEGERI 2 AWANGPONE


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Pokok : Bab 1 Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Sub Bab C. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Alokasi Waktu : 1 Minggu x 3 Jam Pelajaran @40 Menit

A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.2 Menghargai isi alinea dan pokok pikiran • Menghargai isi alinea dan pokok pikiran yang
yang terkandung dalam Pembukaan terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud
Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.2 Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran • Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran yang
yang terkandung dalam Pembukaan terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Indonesia Tahun 1945
3.2 Mensintesiskan isi alinea dan pokok • Menjelaskan sikap positif terhadap pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Pembukaan Undang-Undang Dasar Indonesia Tahun 1945
Negara Republik Indonesia tahun 1945
4.2 Menyajikan hasil sintesis isi alinea dan • Menyusun paparan dan mempresentasikan secara
pokok pikiran yang terkandung dalam kelompok tentang pokok-pokok pikiran yang
Pembukaan Undang-Undang Dasar terkandung dalam pembukaan UUDNegara Repuplik
Negara Republik Indonesia tahun 1945 Indonesia dengan penuh disiplin dan tanggung jawab
• Menerapkan isi alinea dan pokok pembukaan UUD
1945 di kelas Menyusun paparan dan
mempresentasikan secara kelompok tentang pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan
UUDNegara Repuplik Indonesia dengan penuh disiplin
dan tanggung jawab
• Menerapkan isi alinea dan pokok pembukaan UUD
1945 di kelas

Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
1. Menghargai isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Melaksanakan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3. Menjelaskan sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
4. Mensintesiskan isi alinea dan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
5. Menyusun paparan dan mempresentasikan secara kelompok tentang pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUDNegara Repuplik Indonesia dengan penuh disiplin dan tanggung
jawab
D. Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran Reguler

Sikap Positif Pokok Pikiran dan Isi Pembukaan UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan
pokok yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan
pandangan hidup bangsa. Dasar falsafah bangsa dan pandangan hidup bangsa tersebut telah
berakar dan tumbuh berabad-abad lamanya dalam kalbu dan sejarah bangsa Indonesia dan
telah ditempa dan diuji melalui perjuangan yang panjang dan pengorbanan. Menjadi tugas
kita bersama, termasuk pelajar sekaligus generasi penerus perjuangan bangsa, untuk
mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Sehingga tidak hanya menjadi rangkaian kata-kata luhur, tanpa menjadi
pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sikap Positif terhadap Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun
yang tidak kalah penting adalah mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan
setiap warga negara wajib memperjuangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi
kenyataan.

baca :Isi Alenia Pembukaan Undang Undang Dasar 1945

Sikap positif merupakan sikap baik yang harus ditunjukkan dan dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diwujudkan dengan
tindakan mengamalkan atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam pokok-pokok
pikiran tersebut. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dilakukan dalam berbagai
bidang kehidupan, seperti dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat,
dan ketuhanan yang dijiwai oleh kemanusiaan.

baca : Hakikat Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

Mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan tugas kita bersama. Sehingga
tidak hanya menjadi rangkaian kata-kata tetapi menjadi pedoman berprilaku dalam
kehidupan bermayarakat, berabangsa, dan bernegara.

Sikap Positif terhadap Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan
pokok yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan pandangan
hidup bangsa. Dasar falsafah bangsa dan pandangan hidup bangsa tersebut telah berakar dan
tumbuh berabad-abad lamanya dalam kalbu dan sejarah bangsa Indonesia dan telah ditempa dan
diuji melalui perjuangan yang panjang dan pengorbanan.

Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun yang
tidak kalah penting adalah mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan setiap warga negara wajib
memperjuangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi kenyataan.

No Pokok Pikiran Sikap Positif yang Ditampilkan

1 Persatuan a) Lingkungan Keluarga

• Hidup rukun dengan saudara


• Sopan dan santun kepada orang tua
• Membersihkan rumah bersama
b) Lingkungan Sekolah

• Ikut serta dalam belajar kelompok


• Bersama-sama melaksanakan piket
• Hidup rukun bersama teman
c) Lingkungan Masyarakat

• Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan


• Mengikuti Karang Taruna
• Hadir jika tetangga mengadakan acara
d) Lingkungan Bangsa dan Negara

• Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar


• Hormati orang lain walau pun berbeda ras atau suku dengan kita
• Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
2 Keadilan sosial a) Lingkungan Keluarga

• Bagi tugas rumah sesuai dengan kemampuan


• Laksanakan seluruh tugas rumah yang sudah diberikan kepada kita
• Orang tua berlaku adil pada anak anaknya
b) Lingkungan Sekolah

• Datang tepat waktu


• Menaati peraturan sekolah
• Melakukan hak dan kewajiban di sekolah
c) Lingkungan Masyarakat

• Mengatur jadwal ronda secara adil


• Melakukan hak dan kewajiban di lingkungan masyarakat
• Membina keselarasan pergaulan di masyarakat tanpa pertentangan
d) Lingkungan Bangsa dan Negara

• Membayar pajak tepat pada waktunya


• Budayakan mengantri di tempat umum
• Membayar tagihan listrik tepat waktu
3 Kedaulatan a) Lingkungan Keluarga
rakyat
• Musyawarah untuk mendapatkan jalan keluar jika ada masalah
• Berdiskusi untuk menentukan tempat untuk liburan
• Menghormati pendapat dari anggota keluarga
b) Lingkungan Sekolah

• Mengadakan pemilihan pengurus kelas atau OSIS


• Hargai pendapat teman atau guru ketika musyawarah atau rapat
• Pemilihan pengurus kelas
c) Lingkungan Masyarakat

• Pemilihan ketua RT,RW,dan lurah


• Pemilihan bupati
• Pemilihan gubernur
d) Lingkungan Bangsa dan Negara

• Mengadakan pemilihan kepala daerah


• Semua orang yang sudah cukup umur memperoleh hak yang sama dalam
pemilu
• Berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi
4 Ketuhanan a) Lingkungan Keluarga

• Turuti perkataan orang tua (hanya jika perkataan tersebut baik)


• Rajin beribadah bersama keluarga
• Saling berkunjung antar keluarga pada saat hari besar
b) Lingkungan Sekolah

• Menghormati teman yang berbeda agama


• Shalat berjamaah di sekolah
• Mempersilahkan teman yang berbeda agama untuk menjalankan
ibadahnya
c) Lingkungan Masyarakat

• Tidak memaksa seseorang memeluk agama tertentu


• Menjawab salam
• Shalat berjamaah di masjid
d) Lingkungan Bangsa dan Negara

• Hargai dan hormati orang lain yang berbeda agama


• Merayakan hari besar suatu agama
• Menjunjung tinggi sikap toleransi antar masyarakat beragama

Materi Pembelajaran Pengayaan

Sikap Positif terhadap Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun
yang tidak kalah penting adalah mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan
setiap warga negara wajib memperjuangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi
kenyataan.

Materi Pembelajaran Remedi

No Pokok Pikiran Sikap Positif yang Ditampilkan

1 Persatuan a) Lingkungan Keluarga

• Hidup rukun dengan saudara


• Sopan dan santun kepada orang tua
• Membersihkan rumah bersama
b) Lingkungan Sekolah

• Ikut serta dalam belajar kelompok


• Bersama-sama melaksanakan piket
• Hidup rukun bersama teman
c) Lingkungan Masyarakat

• Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan


• Mengikuti Karang Taruna
• Hadir jika tetangga mengadakan acara
d) Lingkungan Bangsa dan Negara

• Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar


• Hormati orang lain walau pun berbeda ras atau suku dengan kita
• Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

E. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran

F. Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus

G. Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat

H. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15 menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi sikap positif terhadap pokok-
pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar sikap
positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Kemudian guru dapat menambahkan penjelasan tentang


gambar tersebut dengan berbagai fakta terbaru yang
berhubungan dengan sikap positif terhadap pokok-pokok
pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
4. Guru meminta Peserta didik secara kelompok untuk
mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan
dengan sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
5. Guru meminta peserta didik menyusun pertanyaan
seperti :
a . Jelaskan sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Tuliskan sikap positif yang ditampilkan pokok pikiran persatuan
dilingkungan Sekolah
c. Tuliskan sikap positif yang ditampilkan pokok pikiran Keadilan
Sosial di lingkungan keluarga
d..Tuliskan sikap positif yang ditampilkan pokok pikiran
KedaulatanRakyat di lingkungan Masyarakat.

6. Guru mengarahkan peserta didik secara kelompok


untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disusun.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
8.Guru membimbing peserta didik untuk menyusun proyek
kelas, yaitu simulasi sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran
dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
.
.
Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit
Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan sikap
positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
. Dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan
berikut.
a.Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari sikap positif
terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bagi kalian?
b.Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh
melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c.Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d.Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3.Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan
Aktivitas
4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya

I. Penilaian
1. Penilaian Reguler

H. Penilaian Sikap Spiritual


a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :

No Butir Nilai Indikator Sikap Spritual Jumlah


(Sikap Spritual) Butir
Beriman Kepada Berdoa sebelum dan sesudah Pelajaran 1
Tuhan Yang Maha
Esa
Taat menjalankan shalat lima waktu 1
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah 1
prosentase
Mengucapkan rasa syukur ketika berhasil 1
melaksanakan sesuatu
Menghormati teman yang melaksanakan ibadah 1

d.Instrumen Penilaian Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 A)

e. Petunjuk Penghitungan Skor Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 B)

2.Penilaian Sikap Sosial

a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah

• Tidak melakukan aktivitas yang


1
mengganggu dan merugikan orang
lain
1
• Melakukan aktivitas sosial untuk
membantu orangorang yang
memerlukan

2 Jujur
• tidak menyontek dalam
mengerjakan ujian/ulangan; 1

• mengungkapkan perasaan apa


adanya; 1

• menyerahkan barang yang 1


ditemukan kepada yang berwenang;

• mengakui kesalahan atau 1


kekurangan yang dimiliki.

3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.

4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.

5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.

3. Kompetensi Pengetahuan

A,Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan

b.Bentuk Instrumen : Lembar Tulis Tulis dan Lembar uraian.

c.Kisi-kisi Tes Tertulis :

No Indikator Butir Instrumen


1 Peserta didik dapat menjelaskan sikap Jelaskan sikap positif terhadap pokok-
positif terhadap pokok-pokok pikiran pokok pikiran dalam Pembukaan
dalam Pembukaan UUD Negara UUD Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Tahun 1945 Tahun 1945

2 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan sikap positif yang ditampilkan


sikap positif yang ditampilkan pokok pokok pikiran persatuan dilingkungan
pikiran persatuan dilingkungan Sekolah Sekolah
3 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan sikap positif yang
sikap positif yang ditampilkan pokok ditampilkan pokok pikiran Keadilan
pikiran Keadilan Sosial di lingkungan Sosial di lingkungan keluarga
keluarga
4 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan sikap positif yang
sikap positif yang ditampilkan pokok ditampilkan pokok pikiran
pikiran KedaulatanRakyat di lingkungan KedaulatanRakyat di lingkungan
Masyarakat Masyarakat
5 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan sikap positif yang
sikap positif yang ditampilkan pokok ditampilkan pokok pikiran
pikiran Ketuhanan di lingkungan Bangsa Ketuhanan di lingkungan Bangsa dan
dan Negara Negara

I. Aspek Keterampilan.

a.Tehnik Penikaian : Praktik

b.Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.

c.Kisi- kisi :

N Aspek Indikator Jumla


o h butir
1 Partisipasi i. Mendukung kerjasama kelompok 2
j. Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan e. Keberanian berbicara di depan umum
berbicara n. Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
o. Menanggapi pertanyaan dengan lugas
dan jelas
p. Menerima secara logis pendapat
kelompok lain

-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan

Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan Sikap positif pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020


Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran

HJ.ROSNAWATI,SPd SITTI HASMA, S.Pd.


NIP 196812311991023044 NIP 196603292014102001

.
Lampiran Penilaian

Instrumen penilaian

A. Penilaian Kompetensi Sikap


1. Kompetensi sikap spiritual
Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan menggunakan teknik
penilaian pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format

Jurnal penilaian sikap

No Tanggal Nama siswa Catatan perilaku Butir sikap Tindak lanjut

1
2

-Instrumen sikap sosial

No Nama peserta didik Aspek sikap yang


dinilai
Santun Percaya diri Jujur Disiplin Tanggung
jawab
1
2
3
4
5

-Penilaian Kompetensi keterampilan

Kemampuan Kemampuan Memberi Mengapresiasi


No Nama bertanya menjawab/ masukan/saran
peserta Berargumentasi
didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Keterangan : Diisi dengan tanda ceklis
Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor perolehan x 50


2
Pedoman penskoran (Rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
Bahan Ajar RPP 6/kls 9 ganjil

Sikap Positif Pokok Pikiran dan Isi Pembukaan UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan
pokok yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan
pandangan hidup bangsa. Dasar falsafah bangsa dan pandangan hidup bangsa tersebut telah
berakar dan tumbuh berabad-abad lamanya dalam kalbu dan sejarah bangsa Indonesia dan
telah ditempa dan diuji melalui perjuangan yang panjang dan pengorbanan. Menjadi tugas
kita bersama, termasuk pelajar sekaligus generasi penerus perjuangan bangsa, untuk
mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Sehingga tidak hanya menjadi rangkaian kata-kata luhur, tanpa menjadi
pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. Sikap Positif terhadap Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun
yang tidak kalah penting adalah mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan
setiap warga negara wajib memperjuangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi
kenyataan.

baca :Isi Alenia Pembukaan Undang Undang Dasar 1945

Sikap positif merupakan sikap baik yang harus ditunjukkan dan dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diwujudkan dengan
tindakan mengamalkan atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam pokok-pokok
pikiran tersebut. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dilakukan dalam berbagai
bidang kehidupan, seperti dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat,
dan ketuhanan yang dijiwai oleh kemanusiaan.

baca : Hakikat Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

Mempertahankan kelestarian pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan tugas kita bersama. Sehingga
tidak hanya menjadi rangkaian kata-kata tetapi menjadi pedoman berprilaku dalam
kehidupan bermayarakat, berabangsa, dan bernegara.
Sikap Positif terhadap Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disamping memuat aturan
pokok yang diperlukan bagi negara dan pemerintah, berisikan pula dasar falsafah dan pandangan
hidup bangsa. Dasar falsafah bangsa dan pandangan hidup bangsa tersebut telah berakar dan
tumbuh berabad-abad lamanya dalam kalbu dan sejarah bangsa Indonesia dan telah ditempa dan
diuji melalui perjuangan yang panjang dan pengorbanan.

Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun yang
tidak kalah penting adalah mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan setiap warga negara wajib
memperjuangkan pokok-pokok pikiran tersebut menjadi kenyataan.

No Pokok Pikiran Sikap Positif yang Ditampilkan

1 Persatuan a) Lingkungan Keluarga

• Hidup rukun dengan saudara


• Sopan dan santun kepada orang tua
• Membersihkan rumah bersama
b) Lingkungan Sekolah

• Ikut serta dalam belajar kelompok


• Bersama-sama melaksanakan piket
• Hidup rukun bersama teman
c) Lingkungan Masyarakat

• Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan


• Mengikuti Karang Taruna
• Hadir jika tetangga mengadakan acara
d) Lingkungan Bangsa dan Negara

• Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar


• Hormati orang lain walau pun berbeda ras atau suku dengan kita
• Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
2 Keadilan sosial a) Lingkungan Keluarga

• Bagi tugas rumah sesuai dengan kemampuan


• Laksanakan seluruh tugas rumah yang sudah diberikan kepada kita
• Orang tua berlaku adil pada anak anaknya
b) Lingkungan Sekolah

• Datang tepat waktu


• Menaati peraturan sekolah
• Melakukan hak dan kewajiban di sekolah
c) Lingkungan Masyarakat

• Mengatur jadwal ronda secara adil


• Melakukan hak dan kewajiban di lingkungan masyarakat
• Membina keselarasan pergaulan di masyarakat tanpa pertentangan
d) Lingkungan Bangsa dan Negara

• Membayar pajak tepat pada waktunya


• Budayakan mengantri di tempat umum
• Membayar tagihan listrik tepat waktu
3 Kedaulatan a) Lingkungan Keluarga
rakyat
• Musyawarah untuk mendapatkan jalan keluar jika ada masalah
• Berdiskusi untuk menentukan tempat untuk liburan
• Menghormati pendapat dari anggota keluarga
b) Lingkungan Sekolah

• Mengadakan pemilihan pengurus kelas atau OSIS


• Hargai pendapat teman atau guru ketika musyawarah atau rapat
• Pemilihan pengurus kelas
c) Lingkungan Masyarakat

• Pemilihan ketua RT,RW,dan lurah


• Pemilihan bupati
• Pemilihan gubernur
d) Lingkungan Bangsa dan Negara

• Mengadakan pemilihan kepala daerah


• Semua orang yang sudah cukup umur memperoleh hak yang sama dalam
pemilu
• Berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi
4 Ketuhanan a) Lingkungan Keluarga

• Turuti perkataan orang tua (hanya jika perkataan tersebut baik)


• Rajin beribadah bersama keluarga
• Saling berkunjung antar keluarga pada saat hari besar
b) Lingkungan Sekolah

• Menghormati teman yang berbeda agama


• Shalat berjamaah di sekolah
• Mempersilahkan teman yang berbeda agama untuk menjalankan
ibadahnya
c) Lingkungan Masyarakat
• Tidak memaksa seseorang memeluk agama tertentu
• Menjawab salam
• Shalat berjamaah di masjid
d) Lingkungan Bangsa dan Negara

• Hargai dan hormati orang lain yang berbeda agama


• Merayakan hari besar suatu agama
• Menjunjung tinggi sikap toleransi antar masyarakat beragama
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 7)

Sekolah :UPT SMP NEGERI 2 AWANGPONE.


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Pokok : Bab III Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sub Bab A. Hakekat dan Teori Kedaulatan
Alokasi Waktu : 1 Minggu x 3 Jam Pelajaran @40 Menit

A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.3 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa • Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bentuk
atas bentuk dan kedaulatan Negara dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia
2.3 Menunjukkan sikap bertanggung jawab • Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam
dalam mendukung bentuk dan kedaulatan mendukung bentuk dan kedaulatan Negara
Negara
3.3 Memahami ketentuan tentang bentuk dan • Memahami hakekat dan teori tentang Kedaulatan
kedaualatan negara sesuai Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945
4.3 Memaparkan penerapan tentang bentuk • Menyajikan hasil telaah tentang kedaulatan yang sesuai
dan kedaualatan negara sesuai Undang- dengan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab
tahun 1945 • Mensimulasikan pemilihan ketua RT/Bupati

Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun

C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
1 .Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bentuk dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mendukung bentuk dan kedaulatan Negara
3 .Memahami hakekat dan teori tentang Kedaulatan
4. Menyajikan hasil telaah tentang kedaulatan yang sesuai dengan UUD Negara Kesatuan Republik
Indonesia tahun 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab
D.Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran Reguler

Hakikat dan Teori Kedaulatan

Kata daulat dalam pemerintahan berasal dari kata supremus (bahasa


Latin), daulah (bahasa Arab), sovereignity (bahasa Inggris), souvereiniteit (bahasa Prancis), dan
sovranita (bahasa Italia) yang berarti "kekuasaan tertinggi". Kedaulatan, "sovereignity" merupakan
salah satu syarat berdirinya suatu negara. Kedaulatan adalah kekuasaan penuh dan tertinggi
dalam suatu negara untuk mengatur seluruh wilayahnya tanpa adanya campur tangan dari negara
lain.

Menurut Jean Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan
mempunyai empat sifat pokok sebagai berikut.

Asli, artinya kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.

Tetap, artinya kekuasaan itu tetap ada selama negara berdiri, meskipun pemegang kedaulatan itu
berganti-ganti.

Bulat, artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak
diserahkan atau dibagikan lembaga lain.

Tetap terbatas, artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Adanya kekuasaan lain
yang membatasi berarti kedaulatan itu akan lenyap.

Konsep kedaulatan dalam kehidupan bernegara bermacam-macam. Berikut ini berbagai


paham atau teori mengenai kedaulatan.

a. Teori Kedaulatan Tuhan

Teori kedaulatan Tuhan mengajarkan bahwa yang memiliki kedaulatan di negara adalah
Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu di dunia dan semua bersumber dari Tuhan.
Karena negara pada dasarnya berasal dari Tuhan, maka yang berdaulat adalah Tuhan. Bagi negara
penganut teori ini, negara merupakan hal yang suci dan mutlak untuk ditaati. Rakyat negara harus
taat dan patuh pada penguasa yang bertindak atas nama Tuhan.

b. Teori Kedaulatan Raja

Menurut teori ini, yang memiliki kedaulatan adalah raja/penguasa, bukan lagi Tuhan.
Raja merupakan satu-satunya pemegang kekuasaan di negara sehingga dapat berkuasa mutlak.
Kehendak negara pada dasarnya adalah kehendak dari raja yang berkuasa.

c. Teori Kedaulatan Negara

Menurut teori ini, negara sebagai organisasi adalah kedaulatan tertinggi di negara.
Karena negara itu sesuatu yang abstrak, maka kedaulatan negara berada pada pemimpin atau
penguasa negara yang bersangkutan. Pemimpin adalah penguasa negara dan rakyatnya.

d. Teori Kedaulatan Rakyat


Rakyat adalah orang-orang yang tinggal dalam wilayah kekuasaan negara dan tunduk
serta terikat pada kekuasaan negara yang bersangkutan. Rakyat adalah salah satu unsur dari
negara. Kedaulatan rakyat berarti kekuasaan tertinggi dalam suatu negara didapat, bersumber
pada, dan berada di tangan rakyat. Teori kedaulatan rakyat mengajarkan bahwa kedaulatan di
suatu negara berada di tangan rakyat negara itu

e. Teori Kedaulatan Hukum

Teori kedaulatan hukum menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara berada
dalam hukum itu sendiri. Raja/penguasa, negara maupun rakyat harus tunduk pada hukum.

Hakikat dan Teori Kedaulatan


1. Pengertian Kedaulatan
Kedaulatan (sovereignity) berasal dari kata “daulat” yang artinya kekuasaan atau
pemerintahan. Berdaulat berarti mempunyai kekuasaan penuh (kekuasaan tertinggi) untuk
mengatur suatu pemerintahan. Dengan demikian negara yang berdaulat adalah suatu
negara yang telah mendapatkan kekuasaan penuh untuk mengatur pemerintahannya. Tidak
ada kekuasaan lain yang dapat mendikte dan mengontrol negara tersebut.
2. Sifat Kedaulatan
Menurut Jean Bodin, kedaulatan mempunyai empat sifat sebagai berikut.
a. Permanen, yaitu kedaulatan itu tetap ada selama negara itu berdiri.
b. Asli, yaitu kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain.
c. Bulat, artinya kedaulatan tidak dapat dibagi-bagi. Kedaulatan itu merupakan satu-satunya
kekuasaan tertinggi dalam negara.
d. Tidak terbatas, yaitu kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapa pun, sebab apabila kedaulatan
itu itu terbatas maka kekuasaan tertinggi akan lenyap.
3. Bentuk Kedaulatan
Kedaulatan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Kedaulatan ke dalam (internal sovereignity), yaitu Negara berhak mengatur segala
kepentingan masyarakat melalui berbagai lembaga Negara dan perangkat lainnya tanpa
campur tangan negara lain.
b. Kedaulatan ke luar (external sovereignity), yaitu negara berhak untuk mengadakan
hubungan atau kerja sama dengan Negara-negara lain, untuk kepentingan bangsa dan
negara.
4. Macam-Macam Kedaulatan
1. Kedaulatan Tuhan
Teori ini mengajarkan bahwa raja atau penguasa mendapat kekuasaan yang tertinggi dari
Tuhan. Kehendak Tuhan menjelma ke dalam diri raja/penguasa. Sesungguhnya segala sesuatu yang
terdapat di alam semesta berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, kedaulatan suatu Negara yang
dilaksanakan oleh pemerintah Negara juga berasal dari Tuhan. Penganut paham ini adalah
Agustinus, Thomas Aquinas, Marsillius, dan F. J. Stahl. Teori kedaulatan Tuhan pernah diterapkan
di Ethiopia pada masa Raja Haile Selassi, Belanda, dan Jepang pada masa Kaisar Tenno Heika.
2. Kedaulatan raja
Kedaulatan suatu Negara terletak di tangan raja, karena raja merupakan penjelmaan kehendak
Tuhan dan juga bayangan dari Tuhan. Agar Negara kuat dan kukuh, seorang raja harus mempunyai
kekuasaan yang kuat dan tidak terbatas sehibgga rakyat harus rela menyerahkan hak-haknya dan
kekuasaanya kepada raja.
Tokoh-tokoh yang mempunyai paham kedaulatan raja adalah Niccolo Machiavelli, Jean Bodin,
Thomas Hobbes, dan F. Hegel. Teori ini pernah diterapkan di Prancis pada masa Raja Louls XIV.
Pada zaman modern model kekuasaan ini telah ditinggalkan Negara-negara di dunia, karena
kedudukan raja cenderung menciptakn kekuasaan yang tidak terbatas (absolut), sewenang-wenang,
dan otoriter.
3. Kedaulatan Negara
Berdasarkan teori ini kekuasaan pemerintah bersumber dari kedaulatan Negara. Karena sumber
kedaulatan dari Negara, maka Negara dianggap memiliki kekuasaan yang tidak terbatas, dan
kekuasaan itu diserahkan kepada raja atas nama Negara. Negara berhak untuk membuat aturan
hukum, oleh sebab itu Negara tidak wajib tunduk kepada hukum.
Penganut teori kedaulatan Negara adalah George Jillinek Paul Laband. Teori kedaulatan ini
pernah diberlakukan Rusia pada masa kekuasaan Tsar dan Jerman pada masa Hitler, serta Italia
pada saat Mussolini berkuasa.
4. Kedaulatan hukum
Menurut teori ini kekuasaan hukum (rechts sovereignity) merupakan kekuasaan tertinggi.
Kekuasaan Negara harus bersumber pada hukum, sedangkan hukum bersumber pada rasa keadilan
dan kesadaran hukum. Berdasarkan teori ini suatu Negara diharapkan menjadi Negara hukum,
artinya semua tindakan penyelenggara Negara dan rakyat harus berdasarkan hukum yang berlaku.
Penganut teori ini adalah H. Krabbe, Immanuel Kant, dan Kranenburg. Sebagaian besar Negara-
negara di Eropa dan Amerika menggunakan teori kedaulatan hukum.
5. Kedaulatan rakyat
Teori kedaulatan rakyat meyatakan bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Rakyat
memberikan kekuasaannya kepada penguasa untuk menjalankan pemerintahan melalui sebuah
perjanjian yang disebut kontrk social. Penguasa Negara dipilih dan ditentukan atas kehendak rakyat
melalui perwakilan yang duduk dalam pemerintahan. Demikan pula sebaliknya, penguasa Negara
harus mengakui dan melindungi hak-hak rakyat serta menjalankan pemerintahan berdasarkan
aspirasi rakyat. Apabila penguasa Negara tidak dapat menjamin hak-hak rakyat dan tidak bisa
memenuhi aspirasi rakyat, maka rakyat dapat mengganti penguasa tersebut dengan penguasa yang
baru.
Penganut teori ini adalah Solon, John Locke, Montesquieu, dan J. J. Rousseau. Teori
kedaulatan rakyat hamper diterapkan diseluruh dunia, namun pelaksanaannya tergantung pada rezin
yang berkuasa, ideologi, dan kebudayaan masing-masing Negara.

Materi Pembelajaran Pengayaan.


Menurut Jean Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan
mempunyai empat sifat pokok sebagai berikut.

Asli, artinya kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.

Tetap, artinya kekuasaan itu tetap ada selama negara berdiri, meskipun pemegang kedaulatan itu
berganti-ganti.
Bulat, artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak
diserahkan atau dibagikan lembaga lain.

Tetap terbatas, artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Adanya kekuasaan lain
yang membatasi berarti kedaulatan itu akan lenyap

Materi Pembelajaran Remedi.


Teori mengenai kedaulatan

E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran

F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus

G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat

H.Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi hakekat dan teori tentang
Kedaulatan
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar hakekat
dan teori tentang Kedaulatan

3. Kemudian guru dapat menambahkan penjelasan tentang


gambar tersebut dengan berbagai fakta terbaru yang
berhubungan dengan hakekat dan teori tentang Kedaulatan
4. Guru meminta Peserta didik secara kelompok untuk
mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan
dengan hakekat dan teori tentang Kedaulatan
5. Guru meminta peserta didik menyusun pertanyaan
seperti :
a . Jelaskan hakekat dan teori tentang Kedaulatan
b. Sebutkan empat sifat pokok Kedaulatan
c. Sebutkan 2 bentuk kedaulatan
d..Sebutkan. yang dimaksud kedaulatan Tuhan

6. Guru mengarahkan peserta didik secara kelompok


untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disusun.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
8.Guru membimbing peserta didik untuk menyusun proyek
kelas, yaitu simulasi hakekat dan teori tentang Kedaulatan

.
.
Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit
Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan hakekat
dan teori tentang Kedaulatan
. Dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan
berikut.
a.Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari hakekat dan
teori tentang Kedaulatan bagi kalian?
b.Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh
melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c.Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d.Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3.Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan
Aktivitas
4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya

I. Penilaian
1. Penilaian Reguler

J. Penilaian Sikap Spiritual


a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :

No Butir Nilai Indikator Sikap Spritual Jumlah


(Sikap Spritual) Butir
Beriman Kepada Berdoa sebelum dan sesudah Pelajaran 1
Tuhan Yang Maha
Esa
Taat menjalankan shalat lima waktu 1
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah 1
prosentase
Mengucapkan rasa syukur ketika berhasil 1
melaksanakan sesuatu
Menghormati teman yang melaksanakan ibadah 1

d.Instrumen Penilaian Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 A)

e. Petunjuk Penghitungan Skor Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 B)

2.Penilaian Sikap Sosial

a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah

• Tidak melakukan aktivitas yang


1
mengganggu dan merugikan orang
lain
1
• Melakukan aktivitas sosial untuk
membantu orangorang yang
memerlukan

2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;

• mengungkapkan perasaan apa 1


adanya;
1
• menyerahkan barang yang
ditemukan kepada yang berwenang;
1
• mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki.

3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.

4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.

5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.

3. Kompetensi Pengetahuan

A,Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan

b.Bentuk Instrumen : Lembar Tulis Tulis dan Lembar uraian.

c.Kisi-kisi Tes Tertulis :

No Indikator Butir Instrumen


1 Peserta didik dapat menjelaskan Jelaskan hakekat dan teori tentang
hakekat dan teori tentang Kedaulatan Kedaulatan
2 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan empat sifat pokok
empat sifat pokok Kedaulatan Kedaulatan
3 Peserta didik dapat Sebutkan 2 bentuk kedaulatan
mengidentifikasi 2 bentuk
kedaulatan
4 Peserta didik dapat mengidentifikasi . Sebutkan. yang dimaksud
yang dimaksud kedaulatan Tuhan kedaulatan Tuhan
5 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan. yang dimaksud
yang dimaksud kedaulatan Raja kedaulatan Raja
4.Aspek Keterampilan.

a.Tehnik Penikaian : Praktik

b.Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.

c.Kisi- kisi :

N Aspek Indikator Jumlah


o butir
1 Partisipasi a.Mendukung kerjasama kelompok 2
b.Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan a.Keberanian berbicara di depan umum
berbicara b.Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
c.Menanggapi pertanyaan dengan lugas dan
jelas
d.Menerima secara logis pendapat
kelompok lain

-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan

Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan Sikap positif pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020


Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran
HJ.ROSNAWATI,SPd SITTI HASMA, S.Pd.
NIP 196812311991023044 NIP 196603292014102001
Lampiran Penilaian

Instrumen penilaian

A. Penilaian Kompetensi Sikap


1. Kompetensi sikap spiritual
Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan menggunakan teknik
penilaian pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format

Jurnal penilaian sikap

No Tanggal Nama siswa Catatan perilaku Butir sikap Tindak lanjut

1
2

-Instrumen sikap sosial

No Nama peserta didik Aspek sikap yang


dinilai
Santun Percaya diri Jujur Disiplin Tanggung
jawab
1
2
3
4
5

-Penilaian Kompetensi keterampilan

Kemampuan Kemampuan Memberi Mengapresiasi


No Nama bertanya menjawab/ masukan/saran
peserta Berargumentasi
didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Keterangan : Diisi dengan tanda ceklis
Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor perolehan x 50


2
Pedoman penskoran (Rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 8)

Sekolah : UPT SMP NEGERI 2 AWANGPONE


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Pokok : Bab 3 Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sub Bab B. Bentuk dan prinsip kedaulatan Negara Republik Indonesia
Alokasi Waktu : 1 Minggu x 3 Jam Pelajaran @40 Menit

A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.3 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa • Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bentuk
atas bentuk dan kedaulatan Negara dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia
2.3 Menunjukkan sikap bertanggung jawab • Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam
dalam mendukung bentuk dan kedaulatan mendukung bentuk dan kedaulatan Negara
Negara
3.3 Memahami ketentuan tentang bentuk dan • Menganalisis bentuk Kedaulatan yang sesuai dengan
kedaualatan negara sesuai Undang- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 2015
tahun 1945 • Menyimpulkan tentang bentuk dan prinsip kedaulatan
dengan penerapan kedaulatan yang sesuai dengan UUD
Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945
• Menganalisis penerapan prinsip-prinsip kedaulatan
sesuai dengan Undang-Undang DasaNegara Republik
Indonesia tahun 1945
4.3 Memaparkan penerapan tentang bentuk • Menyajikan hasil telaah tentang bentuk dan prinsip
dan kedaualatan negara sesuai Undang- kedaulatan yang sesuai dengan UUD Negara Kesatuan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Republik Indonesia tahun 1945 dengan penuh rasa
tahun 1945 tanggung jawab
• Mensimulasikan pemilihan ketua RT/Bupati

Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun

C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
• Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bentuk dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
• Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mendukung bentuk dan kedaulatan Negara
• Menganalisis bentuk Kedaulatan yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 2015
• Menyimpulkan tentang bentuk dan prinsip-prinsip kedaulatan dengan penerapan kedaulatan yang
sesuai dengan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945
• Menganalisis penerapan prinsip-prinsip kedaulatan sesuai dengan Undang-Undang DasaNegara
Republik Indonesia tahun 1945
• Menyajikan hasil telaah tentang bentuk dan prinsip kedaulatan yang sesuai dengan UUD Negara
Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab
• Mensimulasikan pemilihan ketua RT/Bupati
D.Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran Reguler

Bentuk dan Prinsip Kedaulatan Negara Republik Indonesia


Bentuk dan Prinsip Kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat yang ditegaskan
didalam UUD NRI Tahun 1945 yang bunyinya sebagai berikut :

1. Pembukaan UUD NRI 1945 pada alinea keempat yagn berbunyi :

“ maka disusunlah Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang


Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat..”

2. Pasal 1 ayat 2 UUD NRI Tahun 1945, menegaskan :

“ Kedaulatan berasda ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang


Dasar”

Bentuk dan Prinsip Kedaulatan Negara Republik Indonesia

Dengan demikian, pelaksanaan kedaulatan rakyat ditentukan oleh UUD NRI Tahun 1945,
artinya, UUD NRI Tahun 1945 menentukan bagian mana dari kedaulatan rakyat yang
pelaksanaannya diserahkan kepada badan/lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas
serta fungsinya ditentukan oleh UUD. Namun penyerahan itu tetap didalam pengawasan
oleh rakyat, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang dipilih atau dibentuk atas
mandat rakayat.

Ketentuan pada pasal 1 ayat 2 UUD 1945 telah mengubah sistem ketatanegaraan
Indonesia melalui MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat kepada sistem kedaulatan
rakyat yang diatur melalu UUD 1945 yang kemudian UUD tersebut menajadi dasar dan
rujukan utama dalam menjalankan kedaulatan rakyat yang mengatur dan membagi
pelaksanaan kedaulatan rakyat kepada rakyat sendiri maupun kepada badan atau
lembaga negara.

Selain dari teori kedaulatan rakyat, Indonesia juga dipertegas dengan kedaulatan hukum
yang telah diatur didalam UUD 1945 pada pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa “
Negara Indonesia adalah Negara Hukum” dan juga pada pasal 27 ayat 1 bahwa “ segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
memjunjung hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Kedua pasal ini
menegaskan bahwa, pelaksanaan kedaulatan rakyat oleh lembaga negara sesuai UUD,
tidak bersifat mutlak atau tanpa batas. Kekuasaan, tugas dan wewenang lembaga negara,
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PRINSIP-PRINSIP KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Indonesia merupakan negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Dalam Undang-


Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen, Pasal 1 Ayat (2) menyebutkan bahwa kedau
latan adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar.

Dalam menyalurkan hak kedaulatannya, warga negara dapat melakukan dengan


berbagai cara, antara lain melalui hak berserikat dan berkumpul, seperti yang tercantum
dalam Pasal 28 (kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang), Pasal 28 C Ayat (2)
(Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam rnemperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya), dan Pasal 28 D Ayat (3)
(Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pernerintahan).

Sebagai negara yang menganut kedaulatan rakyat, Indonesia memiliki prinsip-prinsip


sebagai berikut.

a. Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik (Pasal 1 Ayat (1)
UUD 1945). Bentuk negara adàlah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan republik.
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi dalam beberapa daerah provinsi dengan
menggunakan prinsip desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab. Dengan
demikian, terdapat pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

b. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang


dasar (Pasal 1 Ayat (2) UUD: 1945). Ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk
mengoptimalkan dan meneguhkan paham kedaulatan rakyat yang dianut negara
Indonesia. Pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh MPR,
tetapi melalui berbagai lembaga negara. yang ditentukan oleh UUD 1945. Jadi, pasal ini
merupakan penjabaran langsung paham kedaulatan rakyat yang secara tegas dinyatakan
pada Pembukaan UUD 1945 Almea IV.
c. Negara Indonesia adalah hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945). Negara hukum
adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan (akuntabel).

d. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan


Rakyat (Pasal 7C UUD 1945). Ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk: 1) mewujudkan
keseimbangan politik bahwa DPR tidak dapat memberhentikan presiden, dan presiden
juga tidak dapat. membekukan DPR; 2) melindungi keberadaan DPR sebagai salah satu
lembaga negara yang mencerminkan kedaulatan rakyat; 3) pada masa yang akan datang
tidak boleh terjadi peristiwa pembekuan dan/atau pembubaran DPR oleh presiden.

e. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden (Pasal 17 Ayat (2) UUD
1945).

f. Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan presiden


dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang dasar (Pasal 3
Ayat (3) UUD 1945).

Untuk meyakini prinsip-prinsip kedaulatan negara tersebut, warga negara


berkewajiban melaksanakannya. Hal itu sangat penting karena dapat membina dan
menegakkan negara yang berdaulat dan demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Demokrasi yang dianut pemerintah Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Dalam
demokrasi Pancasila, ada dua asas, yaitu asas kerakyatari dan musyawarah untuk mufakat.

Pelaksana Kedaulatan Rakyat di Indonesia

Gambar. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (Sumber: TribunNews.com)

Pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia terdiri dari tiga bagian terpisah yakni
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pemisahan ini untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan dan melindungi hak-hak asasi manusia. Bayangkan saja, jika
kekuasaan tertinggi dipegang oleh satu orang dimana orang tersebut tidak amanah atau
menyalahgunakannya, maka dampak negatifnya akan sangat besar. Namun jika kekuasaan
tersebut dibagi tiga, maka jika ada pelaksana yang menyalahgunakan kekuasaan, maka
pelaksana yang lain dapat sebagai pembanding yang memiliki kekuasaan untuk
mengingatkan.

John Locke dan Montesquieu merupakan tokoh yang mencetuskan pemisahan kekuasaan
ini. Meskipun dalam prakteknya ketiga hal tersebut tidak benar-benar terpisah bahkan bisa
saling mempengaruhi namun ini cukup bisa untuk mengantisipasi penyalahgunaan
kekuasaan. Dalam bukunya Two Treatises on Civil Government (1690), J. Locke membagi
kekuasaan negara menjadi tiga yakni:
1. Kekuasaan legislatif yakni kekuasaan untuk membuat undang-undang,

2. Kekuasaan eksekutif yakni kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang,

3. Kekuasaan federatif yakni kekuasaan untuk mengadakan perserikatan dan aliansi serta
segala tindakan dengan semua orang dan badan di luar negeri (Subakdi,2009).

Setelah muncul pemikiran John Locke ini, baru setengah abad kemudian munculah ahli
falsafah dan ilmu politik yang bernama Montesquieu dari Perancis. Dalam bukunya yang
berjudul L. Esprit des Lois yang artinya Jiwa Undang-Undang, Montesquieu menjelaskan
bahwa terdapat tiga jenis kekuasaan yang diperinci dalam kekuasaan legislatif (perwakilan
rakyat), kekuasaan eksekutif (presiden) dan kekuasaan yudikatif (mahkamah agung).
Ketiga kekuasaan ini harus terpisah baik fungsi, peralatan dan tugasnya (Subakdi,2009).
Nah, pemisahan kekuasaan negara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah trias politica
yang didengungkan oleh Imannuel Kant.

Lalu, bagaimana bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia?

Bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia untuk kekuasaan legislatif dilakukan oleh
MPR, DPR dan DPD, untuk kekuasaan eksekutif dilakukan oleh presiden, wakil dan para
menteri. Sedangkan kekuasaan yudikatif dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial (KY).

Kedaulatan negara Indonesia berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 45). Dalam pelaksanaanya hal ini dipercayakan kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau MPR yang diambil dari anggota DPR dan DPD terpilih
melalui pemilihan umum yang diatur oleh undang-undang.

Kedaulatan rakyat di Indonesia diamanahkan dalam pancasila dan UUD 45.

1. Pancasila, sila ke-empat yang berbunyi,”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

2. Pembukaan UUD 45 alinea ke-empat yang berbunyi,”… Maka disusunlah kemerdekaan


kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada… kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan …”

3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) dan (2). Ayat (1) berbunyi,”Negara
Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.” sedangkan Ayat (2) berbuyi,”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”

4. Pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan.

Apa prinsip-prinsip kedaulatan di Indonesia?

Pada dasarnya, negara kesatuan republik Indonesia menganut teori kedaulatan hukum dan
teori kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
pemerintahan disebut sebagai demokrasi. Abraham Lincoln yang merupakan Presiden
Amerika Serikat ke-16 menyebutkan bahwa demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat.

Adapun prinsip-prinsip kedaulatan rakyat di Indonesia antara lain (Subakdi.2009):

a. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1 Ayat (1)
UUD 1945),
b. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar (Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945),

c. Negara Indonesia merupakan negara hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945),

d. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 3 Ayat (3)
UUD 1945),

e. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan, Dewan Perwakilan Rakyat


(Pasal 7C UUD 1945),

f. Menteri-menteri dapat diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17 Ayat (2) UUD
1945).

- Materi Pembelajaran Pengayaan

Bentuk dan Prinsip Kedaulatan Negara Republik Indonesia.


Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat yang ditegaskan
didalam UUD NRI Tahun 1945 yang bunyinya sebagai berikut :

1. Pembukaan UUD NRI 1945 pada alinea keempat yagn berbunyi :

“ maka disusunlah Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang


Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat..”

2. Pasal 1 ayat 2 UUD NRI Tahun 1945, menegaskan :

“ Kedaulatan berasda ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang


Dasar”

- Materi Pembelajaran Remedi

E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran

F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus

G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2018
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat

H.Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi Bentuk dan prinsip kedaulatan
Negara Republik Indonesia
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar Bentuk
dan prinsip kedaulatan Negara Republik Indonesia

3. Kemudian guru dapat menambahkan penjelasan tentang


gambar tersebut dengan berbagai fakta terbaru yang
berhubungan dengan Bentuk dan prinsip kedaulatan Negara
Republik Indonesia
4. Guru meminta Peserta didik secara kelompok untuk
mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan
dengan Bentuk dan prinsip kedaulatan Negara Republik
Indonesia
5. Guru meminta peserta didik menyusun pertanyaan
seperti :
a . Jelaskan Bentuk dan prinsip kedaulatan Negara Republik
Indonesia
b. Sebutkan Bentuk kedaulatan Negara Republik Indonesia
c. Sebutkan Perbandingan demokrasi Pancasila dengan demokrasi
Liberal
d..Sebutkan Sebutkan Perbandingan demokrasi Pancasila dengan
demokrasi Sosialis

6. Guru mengarahkan peserta didik secara kelompok


untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disusun.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
8.Guru membimbing peserta didik untuk menyusun proyek
kelas, yaitu simulasi hakekat dan teori tentang Kedaulatan

Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit


Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan Bentuk
dan prinsip kedaulatan Negara Republik Indonesia
. Dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan
berikut.
a.Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari Bentuk dan
prinsip kedaulatan Negara Republik Indonesia bagi kalian?
b.Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh
melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c.Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d.Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3.Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan
Aktivitas
4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya

I. Penilaian
1. Penilaian Reguler

K. Penilaian Sikap Spiritual


a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :

No Butir Nilai Indikator Sikap Spritual Jumlah


(Sikap Spritual) Butir
Beriman Kepada Berdoa sebelum dan sesudah Pelajaran 1
Tuhan Yang Maha
Esa
Taat menjalankan shalat lima waktu 1
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah 1
prosentase
Mengucapkan rasa syukur ketika berhasil 1
melaksanakan sesuatu
Menghormati teman yang melaksanakan ibadah 1

d.Instrumen Penilaian Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 A)

e. Petunjuk Penghitungan Skor Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 B)

2.Penilaian Sikap Sosial

a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah

• Tidak melakukan aktivitas yang


1
mengganggu dan merugikan orang
lain
• Melakukan aktivitas sosial untuk 1
membantu orangorang yang
memerlukan

2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;

• mengungkapkan perasaan apa 1


adanya;
1
• menyerahkan barang yang
ditemukan kepada yang berwenang;
1
• mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki.

3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar.

4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.

5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.

3. Kompetensi Pengetahuan

A,Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan

b.Bentuk Instrumen : Lembar Tulis Tulis dan Lembar uraian.

c.Kisi-kisi Tes Tertulis :

No Indikator Butir Instrumen


1 Peserta didik dapat menjelaskan Jelaskan Bentuk dan prinsip
Bentuk dan prinsip kedaulatan Negara Republik kedaulatan Negara Republik Indonesia
Indonesia
2 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan Bentuk kedaulatan Negara
Bentuk kedaulatan Negara Republik Indonesia Republik Indonesia

3 Peserta didik dapatmengidentifikasi Sebutkan Perbandingan demokrasi


Perbandingan demokrasi Pancasila Pancasila dengan demokrasi Liberal
dengan demokrasi Liberal

4 Peserta didik dapat mengidentifikasi .Sebutkan Sebutkan Perbandingan


.Perbandingan demokrasi Pancasila dengan demokrasi Pancasila dengan demokrasi
demokrasi Sosialis Sosialis

5 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan peranan rakyat dalam


peranan rakyat dalam melaksanakan melaksanakan demokrasi di Indonesia
demokrasi di Indonesia

4.Aspek Keterampilan.

a.Tehnik Penikaian : Praktik

b.Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.

c.Kisi- kisi :

N Aspek Indikator Jumla


o h butir
1 Partisipasi a.Mendukung kerjasama kelompok 2
b.Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan a.Keberanian berbicara di depan umum
berbicara b.Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
c.Menanggapi pertanyaan dengan lugas
dan jelas
d.Menerima secara logis pendapat
kelompok lain

-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan

Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk membuat
ringkasan Bentuk dan prinsip kedaulatan Negara Republik Indonesia.

Mengetahui, Jaling, 13 Juli 2020


Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran

HJ.ROSNAWATI,SPd SITTI HASMA, S.Pd.


NIP 196812311991023044 NIP 196603292014102001
Lampiran Penilaian

Instrumen penilaian

A. Penilaian Kompetensi Sikap


1. Kompetensi sikap spiritual
Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan menggunakan teknik
penilaian pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format

Jurnal penilaian sikap

No Tanggal Nama siswa Catatan perilaku Butir sikap Tindak lanjut

1
2

-Instrumen sikap sosial

No Nama peserta didik Aspek sikap yang


dinilai
Santun Percaya diri Jujur Disiplin Tanggung
jawab
1
2
3
4
5

-Penilaian Kompetensi keterampilan

Kemampuan Kemampuan Memberi Mengapresiasi


No Nama bertanya menjawab/ masukan/saran
peserta Berargumentasi
didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Keterangan : Diisi dengan tanda ceklis
Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor perolehan x 50


2
Pedoman penskoran (Rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
Bahan Ajar RPP 8/9 ganjil
Bentuk dan Prinsip Kedaulatan Negara Republik
Indonesia

Bentuk dan Prinsip Kedaulatan Negara Republik Indonesia.


Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat yang ditegaskan didalam UUD
NRI Tahun 1945 yang bunyinya sebagai berikut :

1. Pembukaan UUD NRI 1945 pada alinea keempat yagn berbunyi :

“ maka disusunlah Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat..”

2. Pasal 1 ayat 2 UUD NRI Tahun 1945, menegaskan :

“ Kedaulatan berasda ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Dasar”

Bentuk dan Prinsip Kedaulatan Negara Republik Indonesia

Dengan demikian, pelaksanaan kedaulatan rakyat ditentukan oleh UUD NRI Tahun 1945, artinya,
UUD NRI Tahun 1945 menentukan bagian mana dari kedaulatan rakyat yang pelaksanaannya
diserahkan kepada badan/lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas serta fungsinya ditentukan
oleh UUD. Namun penyerahan itu tetap didalam pengawasan oleh rakyat, baik secara langsung
maupun melalui lembaga yang dipilih atau dibentuk atas mandat rakayat.

Ketentuan pada pasal 1 ayat 2 UUD 1945 telah mengubah sistem ketatanegaraan Indonesia
melalui MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat kepada sistem kedaulatan rakyat yang diatur
melalu UUD 1945 yang kemudian UUD tersebut menajadi dasar dan rujukan utama dalam
menjalankan kedaulatan rakyat yang mengatur dan membagi pelaksanaan kedaulatan rakyat
kepada rakyat sendiri maupun kepada badan atau lembaga negara.

Selain dari teori kedaulatan rakyat, Indonesia juga dipertegas dengan kedaulatan hukum yang
telah diatur didalam UUD 1945 pada pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa “ Negara Indonesia
adalah Negara Hukum” dan juga pada pasal 27 ayat 1 bahwa “ segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib memjunjung hukum dan
Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Kedua pasal ini menegaskan bahwa, pelaksanaan
kedaulatan rakyat oleh lembaga negara sesuai UUD, tidak bersifat mutlak atau tanpa batas.
Kekuasaan, tugas dan wewenang lembaga negara, dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

PRINSIP-PRINSIP KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Indonesia merupakan negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Dalam Undang-Undang


Dasar 1945 yang telah diamandemen, Pasal 1 Ayat (2) menyebutkan bahwa kedau latan adalah di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar.

Dalam menyalurkan hak kedaulatannya, warga negara dapat melakukan dengan berbagai
cara, antara lain melalui hak berserikat dan berkumpul, seperti yang tercantum dalam Pasal 28
(kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang), Pasal 28 C Ayat (2) (Setiap orang berhak untuk
memajukan dirinya dalam rnemperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya), dan Pasal 28 D Ayat (3) (Setiap warga negara berhak
memperoleh kesempatan yang sama dalam pernerintahan).

Sebagai negara yang menganut kedaulatan rakyat, Indonesia memiliki prinsip-prinsip


sebagai berikut.

a. Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik (Pasal 1 Ayat (1) UUD
1945). Bentuk negara adàlah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan republik. Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbagi dalam beberapa daerah provinsi dengan menggunakan
prinsip desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab. Dengan demikian, terdapat
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

b. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar


(Pasal 1 Ayat (2) UUD: 1945). Ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan dan
meneguhkan paham kedaulatan rakyat yang dianut negara Indonesia. Pelaksanaan kedaulatan
rakyat tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh MPR, tetapi melalui berbagai lembaga negara. yang
ditentukan oleh UUD 1945. Jadi, pasal ini merupakan penjabaran langsung paham kedaulatan
rakyat yang secara tegas dinyatakan pada Pembukaan UUD 1945 Almea IV.

c. Negara Indonesia adalah hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945). Negara hukum adalah
negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak
ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan (akuntabel).
d. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat
(Pasal 7C UUD 1945). Ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk: 1) mewujudkan keseimbangan
politik bahwa DPR tidak dapat memberhentikan presiden, dan presiden juga tidak dapat.
membekukan DPR; 2) melindungi keberadaan DPR sebagai salah satu lembaga negara yang
mencerminkan kedaulatan rakyat; 3) pada masa yang akan datang tidak boleh terjadi peristiwa
pembekuan dan/atau pembubaran DPR oleh presiden.

e. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden (Pasal 17 Ayat (2) UUD 1945).

f. Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil


presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang dasar (Pasal 3 Ayat (3) UUD 1945).

Untuk meyakini prinsip-prinsip kedaulatan negara tersebut, warga negara berkewajiban


melaksanakannya. Hal itu sangat penting karena dapat membina dan menegakkan negara yang
berdaulat dan demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Demokrasi yang dianut
pemerintah Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Dalam demokrasi Pancasila, ada dua asas, yaitu
asas kerakyatari dan musyawarah untuk mufakat.

Pelaksana Kedaulatan Rakyat di


Indonesia

Gambar. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (Sumber: TribunNews.com)

Pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia terdiri dari tiga bagian


terpisah yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pemisahan ini untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan melindungi hak-hak
asasi manusia. Bayangkan saja, jika kekuasaan tertinggi dipegang oleh
satu orang dimana orang tersebut tidak amanah atau
menyalahgunakannya, maka dampak negatifnya akan sangat besar.
Namun jika kekuasaan tersebut dibagi tiga, maka jika ada pelaksana
yang menyalahgunakan kekuasaan, maka pelaksana yang lain dapat
sebagai pembanding yang memiliki kekuasaan untuk mengingatkan.

John Locke dan Montesquieu merupakan tokoh yang mencetuskan


pemisahan kekuasaan ini. Meskipun dalam prakteknya ketiga hal
tersebut tidak benar-benar terpisah bahkan bisa saling mempengaruhi
namun ini cukup bisa untuk mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan.
Dalam bukunya Two Treatises on Civil Government (1690), J. Locke
membagi kekuasaan negara menjadi tiga yakni:

1. Kekuasaan legislatif yakni kekuasaan untuk membuat undang-undang,


2. Kekuasaan eksekutif yakni kekuasaan untuk melaksanakan undang-
undang,

3. Kekuasaan federatif yakni kekuasaan untuk mengadakan perserikatan


dan aliansi serta segala tindakan dengan semua orang dan badan di luar
negeri (Subakdi,2009).

Setelah muncul pemikiran John Locke ini, baru setengah abad kemudian
munculah ahli falsafah dan ilmu politik yang bernama Montesquieu dari
Perancis. Dalam bukunya yang berjudul L. Esprit des Lois yang artinya
Jiwa Undang-Undang, Montesquieu menjelaskan bahwa terdapat tiga
jenis kekuasaan yang diperinci dalam kekuasaan legislatif (perwakilan
rakyat), kekuasaan eksekutif (presiden) dan kekuasaan yudikatif
(mahkamah agung). Ketiga kekuasaan ini harus terpisah baik fungsi,
peralatan dan tugasnya (Subakdi,2009). Nah, pemisahan kekuasaan
negara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah trias politica yang
didengungkan oleh Imannuel Kant.

Lalu, bagaimana bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia?

Bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia untuk kekuasaan


legislatif dilakukan oleh MPR, DPR dan DPD, untuk kekuasaan
eksekutif dilakukan oleh presiden, wakil dan para menteri. Sedangkan
kekuasaan yudikatif dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA), Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial (KY).

Kedaulatan negara Indonesia berada di tangan rakyat dan dilaksanakan


menurut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45). Dalam pelaksanaanya
hal ini dipercayakan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR
yang diambil dari anggota DPR dan DPD terpilih melalui pemilihan
umum yang diatur oleh undang-undang.

Kedaulatan rakyat di Indonesia diamanahkan dalam pancasila dan UUD


45.

1. Pancasila, sila ke-empat yang berbunyi,”Kerakyatan yang dipimpin


oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

2. Pembukaan UUD 45 alinea ke-empat yang berbunyi,”… Maka


disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-
undang dasar negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada… kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan …”

3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) dan (2). Ayat (1)
berbunyi,”Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.” sedangkan Ayat (2) berbuyi,”Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”
4. Pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.
Apa prinsip-prinsip kedaulatan di Indonesia?

Pada dasarnya, negara kesatuan republik Indonesia menganut teori


kedaulatan hukum dan teori kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintahan disebut sebagai demokrasi.
Abraham Lincoln yang merupakan Presiden Amerika Serikat ke-16
menyebutkan bahwa demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.

Adapun prinsip-prinsip kedaulatan rakyat di Indonesia antara lain


(Subakdi.2009):

a. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk


Republik (Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945),

b. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut


Undang-Undang Dasar (Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945),

c. Negara Indonesia merupakan negara hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD


1945),

d. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hanya dapat


memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 3 Ayat (3) UUD
1945),

e. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan, Dewan


Perwakilan Rakyat (Pasal 7C UUD 1945),

f. Menteri-menteri dapat diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal


17 Ayat (2) UUD 1945).
- Materi Pembelajaran Pengayaan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 9)

Sekolah : UPT SMP NEGERI 2 AWANGPONE


Mata Pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Materi Pokok : Bab 3 Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sub Bab C.Melaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan sesuai dengan Undang-
UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Alokasi Waktu : 1 Minggu x 3 Jam Pelajaran @40 Menit

A.Kompetensi Inti
• KI1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
• KI2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
• KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.3 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa • Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bentuk
atas bentuk dan kedaulatan Negara dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia
2.3 Menunjukkan sikap bertanggung jawab • Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam
dalam mendukung bentuk dan kedaulatan mendukung bentuk dan kedaulatan Negara
Negara
3.3 Memahami ketentuan tentang bentuk dan • Mendeskripsikan beberapa fase pelaksanaan demokrasi
kedaualatan negara sesuai Undang- • Mendeskripsikan perkembangan system pemerintahan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia di Negara Republik Indonesia
tahun 1945 • Menyimpulkan tentang Pelaksanakan prinsip-prinsip
Kedaulatan sesuai dengan Undang- UndangDasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Menganalisis penerapan prinsip-prinsip kedaulatan
sesuai dengan Undang-Undang DasaNegara Republik
Indonesia tahun 1945
4.3 Memaparkan penerapan tentang bentuk • Menyajikan hasil telaah tentang kedaulatan yang sesuai
dan kedaualatan negara sesuai Undang- dengan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab
tahun 1945
Nilai Karakter :
❖ Bersyukur
❖ Ketaatan
❖ Toleransi
❖ Tanggung jawab
❖ Disiplin
❖ santun

C.Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
• Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bentuk dan kedaulatan Negara Republik Indonesia
• Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mendukung bentuk dan kedaulatan Negara
• Mendeskripsikan beberapa fase pelaksanaan demokrasi
• Mendeskripsikan perkembangan system pemerintahan di Negara Republik Indonesia
• Menyimpulkan tentang Pelaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan sesuai dengan Undang-
UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Menganalisis penerapan prinsip-prinsip kedaulatan sesuai dengan Undang-Undang DasaNegara
Republik Indonesia tahun 1945
• Menyajikan hasil telaah tentang Pelaksanakan prinsip-prinsip kedaulatan yang sesuai dengan UUD
Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab

D.Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran Reguler

Pelaksana Kedaulatan Rakyat di Indonesia

Gambar. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (Sumber: TribunNews.com)

Pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia terdiri dari tiga bagian


terpisah yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pemisahan ini untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan melindungi hak-hak
asasi manusia. Bayangkan saja, jika kekuasaan tertinggi dipegang oleh
satu orang dimana orang tersebut tidak amanah atau
menyalahgunakannya, maka dampak negatifnya akan sangat besar.
Namun jika kekuasaan tersebut dibagi tiga, maka jika ada pelaksana
yang menyalahgunakan kekuasaan, maka pelaksana yang lain dapat
sebagai pembanding yang memiliki kekuasaan untuk mengingatkan.

John Locke dan Montesquieu merupakan tokoh yang mencetuskan


pemisahan kekuasaan ini. Meskipun dalam prakteknya ketiga hal
tersebut tidak benar-benar terpisah bahkan bisa saling mempengaruhi
namun ini cukup bisa untuk mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan.
Dalam bukunya Two Treatises on Civil Government (1690), J. Locke
membagi kekuasaan negara menjadi tiga yakni:

1. Kekuasaan legislatif yakni kekuasaan untuk membuat undang-undang,

2. Kekuasaan eksekutif yakni kekuasaan untuk melaksanakan undang-


undang,

3. Kekuasaan federatif yakni kekuasaan untuk mengadakan perserikatan


dan aliansi serta segala tindakan dengan semua orang dan badan di luar
negeri (Subakdi,2009).

Setelah muncul pemikiran John Locke ini, baru setengah abad kemudian
munculah ahli falsafah dan ilmu politik yang bernama Montesquieu dari
Perancis. Dalam bukunya yang berjudul L. Esprit des Lois yang artinya
Jiwa Undang-Undang, Montesquieu menjelaskan bahwa terdapat tiga
jenis kekuasaan yang diperinci dalam kekuasaan legislatif (perwakilan
rakyat), kekuasaan eksekutif (presiden) dan kekuasaan yudikatif
(mahkamah agung). Ketiga kekuasaan ini harus terpisah baik fungsi,
peralatan dan tugasnya (Subakdi,2009). Nah, pemisahan kekuasaan
negara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah trias politica yang
didengungkan oleh Imannuel Kant.

Lalu, bagaimana bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di


Indonesia?

Bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia untuk kekuasaan


legislatif dilakukan oleh MPR, DPR dan DPD, untuk kekuasaan
eksekutif dilakukan oleh presiden, wakil dan para menteri. Sedangkan
kekuasaan yudikatif dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA), Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial (KY).

Kedaulatan negara Indonesia berada di tangan rakyat dan dilaksanakan


menurut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45). Dalam pelaksanaanya
hal ini dipercayakan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR
yang diambil dari anggota DPR dan DPD terpilih melalui pemilihan
umum yang diatur oleh undang-undang.

Kedaulatan rakyat di Indonesia diamanahkan dalam pancasila dan UUD


45.

1. Pancasila, sila ke-empat yang berbunyi,”Kerakyatan yang dipimpin


oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

2. Pembukaan UUD 45 alinea ke-empat yang berbunyi,”… Maka


disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-
undang dasar negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada… kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan …”

3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) dan (2). Ayat (1)
berbunyi,”Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.” sedangkan Ayat (2) berbuyi,”Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”

4. Pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang


Dasar 1945 yaitu negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.

Apa prinsip-prinsip kedaulatan di Indonesia?

Pada dasarnya, negara kesatuan republik Indonesia menganut teori


kedaulatan hukum dan teori kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintahan disebut sebagai demokrasi.
Abraham Lincoln yang merupakan Presiden Amerika Serikat ke-16
menyebutkan bahwa demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.
Adapun prinsip-prinsip kedaulatan rakyat di Indonesia antara lain
(Subakdi.2009):

a. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk


Republik (Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945),

b. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut


Undang-Undang Dasar (Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945),

c. Negara Indonesia merupakan negara hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD


1945),

d. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hanya dapat


memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 3 Ayat (3) UUD
1945),

e. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan, Dewan


Perwakilan Rakyat (Pasal 7C UUD 1945),

f. Menteri-menteri dapat diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal


17 Ayat (2) UUD 1945).

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana semua warga


negaranya mempunyai hak dan kesempatan yang sama/ setara untuk
berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi
hidup mereka.Sistem pemerintahan demokrasi memberikan kesempatan
penuh kepada warganya untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses
perumusan, pengembangan, dan penetapan undang-undang, baik itu
melalui perwakilan ataupun secara langsung. Secara etimologis, kata
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”.
Demos artinya rakyat/ khalayak, dan Kratos artiya pemerintahaan.
Sehingga pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang
diselenggarakan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat.

4 Fase Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Sistem demokrasi sebenarnya telah dikenal dan diterapkan sejak jaman


Yunani kuno. Dalam pelaksanaannya, rakyat dapat terlibat secara
langsung dalam proses mengambil keputusan yang berkaitan dengan
keberlangsungan suatu negara.Sistem demokrasi seperti di jaman Yunani
kuno tersebut tentunya sulit untuk diterapkan pada suatu negara yang
wilayahnya sangat luas dengan jumlah penduduk yang banyak. Misalnya
di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dengan jumlah penduduk
lebih dari 200 juta jiwa, tentu sistem demokrasi ala Yunani kuno sudah
tidak relevan lagi. Maka seiring dengan berjalannnya waktu, Negara
menerapkan beberapa sistem demokrasi yang kemudian dikelompokkan
dalam 4 fase perkembangan demokrasi, yaitu :
1. Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi


parlementer. Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah
kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat dalam
Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan
dengan memuaskan di beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata
kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif
terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional
head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.

2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)Demokrasi Terpimpin

Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin


menempatkan Soekarno seagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama
Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan
demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno
adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu
absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin.
Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari
legislatif terhadap eksekutif.

3. Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila

Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat
mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru
ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga nonpemerintah

4. Periode 1998-sekarang( Reformasi )

Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal


21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof.
DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena
tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan Orde
Baru. . Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut
menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi
demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena dalam fase ini akan
ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun

Prinsip-prinsip Kedaulatan Sesuai dengan UUD 1945


1. Pasal 1 ayat (1)
“Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.”
Bentuk negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan republik.
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi dalam beberapa daerah provinsi
dengan menggunakan prinsip desentralisasi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab. Dengan demikian, terdapat pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
2. Pasal 1 ayat (2)
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.”
Ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan dan meneguhkan
paham kedaulatan rakyat yang dianut Negara Indonesia. Pelaksanaan
kedaulatan rakyat tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh MPR, tetapi melalui
berbagai lembaga negara yang ditentukan oleh UUD 1945. Jadi, pasal ini
merupakan penjabaran langsung paham kedaulatan rakyat yang secara tegas
dinyatakan pada Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
3. Pasal 1 ayat (3)
“Negara Indonesia adalah negara hukum.”
Negara hukum adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan.
4. Pasal 7C
“Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat.”
Ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk :
a. Mewujudkan keseimbangan politik bahwa DPR tidak dapat
memberhentikan presiden, dan presiden juga tidak dapat membekukan DPR.
b. Melindungi keberadaan DPR sebagai salah satu lembaga negara yang
mencerminkan kedaulatan rakyat.
c. Pada masa yang akan datang tidak boleh terjadi peristiwa pembekuan
dan/atau pembubaran DPR oleh presiden.

5. Pasal 17 ayat (2)


“Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden.”
6. Pasal 3 ayat (3)
“Majelis permusyawaratan rakyat hanya dapat memberhentikan presiden
dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
Dasar.”
Untuk meyakini prinsip-prinsip kedaulatan negara tersebut, warga
negara berkewajiban melaksanakannya. Hal itu sangat penting karena dapat
mebina dan menegakkan negara yang berdaulat dan demokratis berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Demokrasi yang dianut pemerintah Indonesia
adalah demokrasi pancasila, ada dua asas, yaitu asas kerakyatan dan
musyawarah untuk mufakat.

Sistem pemerintahan adalah suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen yang
bekerja saling bergantung dan mempengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi
pemerintahan.

Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi:

1. Sistem Perlementerl

Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:

• Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala
negara dikepalai oleh presiden/raja.
• Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan
undang-undang.
• Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
• Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
• Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif
• Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
• parlemen sebagai pemegang kekuasaan di negara tersebut

Kelebihan dan kelemahan sistem parlementer

-Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:

• Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai.
• Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
• Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
• Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.

-Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:

• Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
• Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
• Masa pemilihan umum dapat berubah-ubah dengan jangka waktu tertentu.
• Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang
besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
• Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka
menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi
menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

2. Sistem Presidensial

Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem kongresional,


merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasaan eksekutif dipilih
melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.

Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus memiliki tiga
unsur yaitu[1]:

• Presiden yang dipilih rakyat


• Presiden secara bersamaan menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dan
dalam jabatannya ini mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
• Presiden harus dijamin memiliki kewenangan legislatif oleh UUD atau konstitusi.

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya
seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.

Model ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-
negara Amerika Latin dan Amerika Tengah

3.Semipresidensial

Sistem semipresidensial yaitu sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua sistem


pemerintahan: presidensial dan parlementer. Terkadang, sistem ini juga disebut dengan
Dualisme Eksekutif. Dalam sistem ini, presiden ditunjuk oleh publik sehingga memiliki
kekuasaan yang masif. Presiden melaksanakan kekuasaan bersama-sama dengan perdana
menteri. Sistem ini digunakan oleh Republik Kelima Perancis.

Ciri-ciri pemerintahan semipresidensial yaitu:

1. dari presidensial
o Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
o Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
o Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
2. dari parlementer
o Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan
kepala negara dikepalai oleh presiden.
o Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
o Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

4.Demokrasi liberal

4.Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang


menganut kebebasan individu.

Secara konstitusional, ini dapat diartikan sebagai hak-hak individu dari kekuasaan
pemerintah.[1] Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses
perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan
pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak
melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.[2]

Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas
teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau.
Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme
ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya
dibanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.

Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di
Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik
(Amerika Serikat, India, Prancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol).
Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika
Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara
Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Prancis).

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara
itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat di mana tidak bisa diubah dan menjadi statis.
Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu
akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk
memprotes hal tersebut.

Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan
yang kontinu dan demokrasi di mana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.

Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan


roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah
adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri

Materi Pembelajaran Pengayaan


Fase Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Materi Pembelajaran Remedi
perkembanan system pemerintahan di Negara Republik Indonesia

E.Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran

F.Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
• LCD Proyektor

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis
• Laptop & infocus

G.Sumber Belajar
• Buku PPKn Siswa Kelas IX, Kemendikbud, Tahun 2016
• Buku refensi yang relevan,
• Lingkungan setempat

H.Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan ke - 1
Tahap Langkah-langkah pembelajaran Alokasi
waktu
Kegiatan 1.Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik 15 menit
Pendahuluan
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa,
mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapian kelas,
kesiapan buku tulis, serta sumber belajar.
2.Guru memberi motivasi dengan membimbing peserta didik
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
3.Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau
problem solving mengenai materi Bentuk dan prinsip kedaulatan
Negara Republik Indonesia
4.Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
5.Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab
tentang manfaat proses pembelajaran.
6.Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan peserta didik.
7.Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
1. Guru membimbing peserta didik duduk berkelompok
Kegiatan inti 90menit
sesuai dengan kelompok dipertemuan pertama.
2. Guru meminta peserta didik mengamati gambar
Melaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan sesuai dengan Undang-
UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

3. Kemudian guru dapat menambahkan penjelasan tentang


gambar tersebut dengan berbagai fakta terbaru yang
berhubungan dengan Melaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan
sesuai dengan Undang- UndangDasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
4. Guru meminta Peserta didik secara kelompok untuk
mengidentifikasi pertanyaan dari wacana yang berkaitan
dengan Melaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan sesuai dengan
Undang- UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
5. Guru meminta peserta didik menyusun pertanyaan
seperti :
a . Jelaskan pelaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan sesuai dengan
Undang- UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Sebutkan beberapa fase pelaksanaan demokrasi
c. Jelaskanperkembanan system pemerintahan di Negara Republik
Indonesia

d..Sebutkan Ciri-ciri pemerintahan parlemen


6. Guru mengarahkan peserta didik secara kelompok
untuk mencari informasi untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disusun.
7. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan
hubungan atas berbagai
informasi yang sudah diperoleh sebelumnya.
8.Guru membimbing peserta didik untuk menyusun proyek
kelas, yaitu simulasi Melaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan
sesuai dengan Undang- UndangDasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

Kegiatan 1. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 15 menit


Akhir
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal.
2. Refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan
Melaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan sesuai dengan Undang-
UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
. Dengan meminta peserta didik menjawab pertanyaan
berikut.
a.Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari
Melaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan sesuai dengan Undang-
UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagi
kalian?
b.Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan Apa manfaat yang diperoleh
melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c.Apa rencana tindak lanjut akan kalian lakukan?
d.Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya?
3.Guru memberikan umpan balik atas proses
pembelajaran dan hasil laporan individu, dan menilai
pengetahuan anak dengan menilai hasil pekerjaan
Aktivitas
4. Guru menjelaskan rencana kegiatan pertemuan
berikutnya

I. Penilaian
1. Penilaian Reguler

L. Penilaian Sikap Spiritual


a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :

No Butir Nilai Indikator Sikap Spritual Jumlah


(Sikap Spritual) Butir
Beriman Kepada Berdoa sebelum dan sesudah Pelajaran 1
Tuhan Yang Maha
Esa
Taat menjalankan shalat lima waktu 1
Mengucapkan salam sebelum dan sesudah 1
prosentase
Mengucapkan rasa syukur ketika berhasil 1
melaksanakan sesuatu
Menghormati teman yang melaksanakan ibadah 1

d.Instrumen Penilaian Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 A)

e. Petunjuk Penghitungan Skor Sikap Spritual ( Lihat Lampiran 1 B)

2.Penilaian Sikap Sosial

a. Tehnik : Observasi
Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : Lembar Observasi
c. Kisi – kisi :
No Butir Nilai Indikator Sikap Sosial Jumlah
(Sikap Sosial ) Butir
1 Peduli
• Membantu orang yang memerlukan 1
1
• Memelihara lingkungan sekolah

• Tidak melakukan aktivitas yang


1
mengganggu dan merugikan orang
lain
1
• Melakukan aktivitas sosial untuk
membantu orangorang yang
memerlukan

2 Jujur
• tidak menyontek dalam 1
mengerjakan ujian/ulangan;

• mengungkapkan perasaan apa 1


adanya;
1
• menyerahkan barang yang
ditemukan kepada yang berwenang;
1
• mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki.

3 Disiplin
• datang tepat waktu;
• patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah;
• mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan,
• mengikuti kaidah berbahasa tulis yang
baik dan benar.

4 Tanggung Jawab
• melaksanakan tugas individu dengan
baik;
• menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan;
• tidak menyalahkan/menuduh orang lain
tanpa bukti yang akurat;
• mengembalikan barang yang dipinjam;
• mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan;
• menepati janji;
• tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan karena tindakan dirinya
sendiri;
• melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh/diminta.

5 Santun
• menghormati orang yang lebih tua;
• tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur;
• tidak meludah di sembarang tempat;
• tidak menyela pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat;
• mengucapkan terima kasih setelah
menerima bantuan orang lain;
• bersikap 3S (salam, senyum, sapa);
• meminta ijin ketika akan memasuki
ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain;
• memperlakukan orang lain seperti diri
sendiri ingin diperlakukan
6 Percaya Diri
berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa raguragu;
• mampu membuat keputusan dengan
cepat;
• tidak mudah putus asa;
• tidak canggung dalam bertindak;
• berani presentasi di depan kelas;
• berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan.

3. Kompetensi Pengetahuan

A,Tehnik Penilaian : Tes Tertulis dan Penugasan

b.Bentuk Instrumen : Lembar Tulis Tulis dan Lembar uraian.

c.Kisi-kisi Tes Tertulis :

No Indikator Butir Instrumen


1 Peserta didik dapat menjelaskan Jelaskan pelaksanakan prinsip-
pelaksanakan prinsip-prinsip Kedaulatan prinsip Kedaulatan sesuai dengan
sesuai dengan Undang- UndangDasar Undang- UndangDasar Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Republik Indonesia Tahun 1945

2 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan beberapa fase


beberapa fase pelaksanaan pelaksanaan demokrasi
demokrasi
3 Peserta didik dapat men Jelaskan Jelaskan perkembangan system
perkembanan system pemerintahan di pemerintahan di Negara Republik
Indonesia
Negara Republik Indonesia

4 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan Ciri-ciri


Ciri-ciri pemerintahan parlemen pemerintahan parlemen
5 Peserta didik dapat mengidentifikasi Sebutkan Kelebihan Sistem
Kelebihan Sistem Pemerintahan
Pemerintahan Parlementer
Parlementer

4.Aspek Keterampilan.

a.Tehnik Penikaian : Praktik

b.Bentuk Instrumen : Lembar Observasi.

c.Kisi- kisi :

N Aspek Indikator Jumla


o h butir
1 Partisipasi a.Mendukung kerjasama kelompok 2
b.Berinteraksi dengan teman dan orang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
2 Kemampuan a.Keberanian berbicara di depan umum
berbicara b.Menyampaikan gagasan dengan lancar 4
dan logis
c.Menanggapi pertanyaan dengan lugas
dan jelas
d.Menerima secara logis pendapat
kelompok lain

-Remedial
Kegiatan remedial. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remedial dalam bentuk; 1) bimbingan
perorangan jika siswa yang belum mencapai ketuntasan, maksimal 20%; 2) belajar
kelompok jika lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%; dan 3) pembelajaran ulang diakhiri
dengan penilaian jika siswa yang belum tuntas 50% atau lebih.
- Pengayaan

Kegiatan pengayaan. Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah


mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk
membuat ringkasan Fase Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Mengetahui, Jaling, 13Juli 2020
Kepala UPT SMPN 2 Awangpone Guru Mata Pelajaran

HJ.ROSNAWATI,SPd SITTI HASMA, S.Pd.


NIP 196812311991023044 NIP 196603292014102001
Lampiran Penilaian

Instrumen penilaian

A. Penilaian Kompetensi Sikap


1. Kompetensi sikap spiritual
Teknik penilaian kompetensi sikap untuk pertemuan menggunakan teknik
penilaian pengamatan sikap. Pedoman pengamatan sikap dapat menggunakan format

Jurnal penilaian sikap

No Tanggal Nama siswa Catatan perilaku Butir sikap Tindak lanjut

1
2

-Instrumen sikap sosial

No Nama peserta didik Aspek sikap yang


dinilai
Santun Percaya diri Jujur Disiplin Tanggung
jawab
1
2
3
4
5

-Penilaian Kompetensi keterampilan

Kemampuan Kemampuan Memberi Mengapresiasi


No Nama bertanya menjawab/ masukan/saran
peserta Berargumentasi
didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
5
Keterangan : Diisi dengan tanda ceklis
Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang

Nilai = Skor perolehan x 50


2
Pedoman penskoran (Rubrik)

No Aspek Penskoran
1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya
Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya
2 Kemampuan Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional dan jelas
menjawab/argumentasi Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional dan
tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak rasional
dan tidak jelas
3 Kemampuan memberi Skor 4 apabila selalu memberi masukan
masukan Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi masukan
4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberikan pujian
Skor 3 apabila sering memberikan pujian
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberikan pujian
BAHAN AJAR Rpp 9/kls 9 ganjil

Pelaksana Kedaulatan Rakyat di Indonesia

Gambar. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (Sumber: TribunNews.com)

Pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia terdiri dari tiga bagian


terpisah yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pemisahan ini untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan melindungi hak-hak
asasi manusia. Bayangkan saja, jika kekuasaan tertinggi dipegang oleh
satu orang dimana orang tersebut tidak amanah atau
menyalahgunakannya, maka dampak negatifnya akan sangat besar.
Namun jika kekuasaan tersebut dibagi tiga, maka jika ada pelaksana
yang menyalahgunakan kekuasaan, maka pelaksana yang lain dapat
sebagai pembanding yang memiliki kekuasaan untuk mengingatkan.

John Locke dan Montesquieu merupakan tokoh yang mencetuskan


pemisahan kekuasaan ini. Meskipun dalam prakteknya ketiga hal
tersebut tidak benar-benar terpisah bahkan bisa saling mempengaruhi
namun ini cukup bisa untuk mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan.
Dalam bukunya Two Treatises on Civil Government (1690), J. Locke
membagi kekuasaan negara menjadi tiga yakni:

1. Kekuasaan legislatif yakni kekuasaan untuk membuat undang-undang,

2. Kekuasaan eksekutif yakni kekuasaan untuk melaksanakan undang-


undang,

3. Kekuasaan federatif yakni kekuasaan untuk mengadakan perserikatan


dan aliansi serta segala tindakan dengan semua orang dan badan di luar
negeri (Subakdi,2009).

Setelah muncul pemikiran John Locke ini, baru setengah abad kemudian
munculah ahli falsafah dan ilmu politik yang bernama Montesquieu dari
Perancis. Dalam bukunya yang berjudul L. Esprit des Lois yang artinya
Jiwa Undang-Undang, Montesquieu menjelaskan bahwa terdapat tiga
jenis kekuasaan yang diperinci dalam kekuasaan legislatif (perwakilan
rakyat), kekuasaan eksekutif (presiden) dan kekuasaan yudikatif
(mahkamah agung). Ketiga kekuasaan ini harus terpisah baik fungsi,
peralatan dan tugasnya (Subakdi,2009). Nah, pemisahan kekuasaan
negara ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah trias politica yang
didengungkan oleh Imannuel Kant.
Lalu, bagaimana bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di
Indonesia?

Bentuk pelaksana kedaulatan rakyat di Indonesia untuk kekuasaan


legislatif dilakukan oleh MPR, DPR dan DPD, untuk kekuasaan
eksekutif dilakukan oleh presiden, wakil dan para menteri. Sedangkan
kekuasaan yudikatif dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA), Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial (KY).

Kedaulatan negara Indonesia berada di tangan rakyat dan dilaksanakan


menurut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45). Dalam pelaksanaanya
hal ini dipercayakan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR
yang diambil dari anggota DPR dan DPD terpilih melalui pemilihan
umum yang diatur oleh undang-undang.

Kedaulatan rakyat di Indonesia diamanahkan dalam pancasila dan UUD


45.

1. Pancasila, sila ke-empat yang berbunyi,”Kerakyatan yang dipimpin


oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

2. Pembukaan UUD 45 alinea ke-empat yang berbunyi,”… Maka


disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-
undang dasar negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada… kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan …”

3. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) dan (2). Ayat (1)
berbunyi,”Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.” sedangkan Ayat (2) berbuyi,”Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”

4. Pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang


Dasar 1945 yaitu negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.

Apa prinsip-prinsip kedaulatan di Indonesia?

Pada dasarnya, negara kesatuan republik Indonesia menganut teori


kedaulatan hukum dan teori kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintahan disebut sebagai demokrasi.
Abraham Lincoln yang merupakan Presiden Amerika Serikat ke-16
menyebutkan bahwa demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.

Adapun prinsip-prinsip kedaulatan rakyat di Indonesia antara lain


(Subakdi.2009):

a. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk


Republik (Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945),
b. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar (Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945),

c. Negara Indonesia merupakan negara hukum (Pasal 1 Ayat (3) UUD


1945),

d. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hanya dapat


memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 3 Ayat (3) UUD
1945),

e. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan, Dewan


Perwakilan Rakyat (Pasal 7C UUD 1945),

f. Menteri-menteri dapat diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal


17 Ayat (2) UUD 1945).

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana semua warga


negaranya mempunyai hak dan kesempatan yang sama/ setara untuk
berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi
hidup mereka.Sistem pemerintahan demokrasi memberikan kesempatan
penuh kepada warganya untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses
perumusan, pengembangan, dan penetapan undang-undang, baik itu
melalui perwakilan ataupun secara langsung. Secara etimologis, kata
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”.
Demos artinya rakyat/ khalayak, dan Kratos artiya pemerintahaan.
Sehingga pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang
diselenggarakan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat.

4 Fase Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Sistem demokrasi sebenarnya telah dikenal dan diterapkan sejak jaman


Yunani kuno. Dalam pelaksanaannya, rakyat dapat terlibat secara
langsung dalam proses mengambil keputusan yang berkaitan dengan
keberlangsungan suatu negara.Sistem demokrasi seperti di jaman Yunani
kuno tersebut tentunya sulit untuk diterapkan pada suatu negara yang
wilayahnya sangat luas dengan jumlah penduduk yang banyak. Misalnya
di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dengan jumlah penduduk
lebih dari 200 juta jiwa, tentu sistem demokrasi ala Yunani kuno sudah
tidak relevan lagi. Maka seiring dengan berjalannnya waktu, Negara
menerapkan beberapa sistem demokrasi yang kemudian dikelompokkan
dalam 4 fase perkembangan demokrasi, yaitu :

1. Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer


Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi
parlementer. Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah
kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat dalam
Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan
dengan memuaskan di beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata
kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif
terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional
head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.

2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)Demokrasi Terpimpin

Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin


menempatkan Soekarno seagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama
Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan
demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno
adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu
absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin.
Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari
legislatif terhadap eksekutif.

3. Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila

Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat
mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru
ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga nonpemerintah

4. Periode 1998-sekarang( Reformasi )

Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal


21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof.
DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena
tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan Orde
Baru. . Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut
menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi
demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena dalam fase ini akan
ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun

Prinsip-prinsip Kedaulatan Sesuai dengan UUD 1945


1. Pasal 1 ayat (1)
“Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.”
Bentuk negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan republik.
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi dalam beberapa daerah provinsi
dengan menggunakan prinsip desentralisasi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab. Dengan demikian, terdapat pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
2. Pasal 1 ayat (2)
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.”
Ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan dan meneguhkan
paham kedaulatan rakyat yang dianut Negara Indonesia. Pelaksanaan
kedaulatan rakyat tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh MPR, tetapi melalui
berbagai lembaga negara yang ditentukan oleh UUD 1945. Jadi, pasal ini
merupakan penjabaran langsung paham kedaulatan rakyat yang secara tegas
dinyatakan pada Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
3. Pasal 1 ayat (3)
“Negara Indonesia adalah negara hukum.”
Negara hukum adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan.
4. Pasal 7C
“Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat.”
Ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk :
a. Mewujudkan keseimbangan politik bahwa DPR tidak dapat
memberhentikan presiden, dan presiden juga tidak dapat membekukan DPR.
b. Melindungi keberadaan DPR sebagai salah satu lembaga negara yang
mencerminkan kedaulatan rakyat.
c. Pada masa yang akan datang tidak boleh terjadi peristiwa pembekuan
dan/atau pembubaran DPR oleh presiden.

5. Pasal 17 ayat (2)


“Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden.”
6. Pasal 3 ayat (3)
“Majelis permusyawaratan rakyat hanya dapat memberhentikan presiden
dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
Dasar.”
Untuk meyakini prinsip-prinsip kedaulatan negara tersebut, warga
negara berkewajiban melaksanakannya. Hal itu sangat penting karena dapat
mebina dan menegakkan negara yang berdaulat dan demokratis berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Demokrasi yang dianut pemerintah Indonesia
adalah demokrasi pancasila, ada dua asas, yaitu asas kerakyatan dan
musyawarah untuk mufakat.

Sistem pemerintahan adalah suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen yang
bekerja saling bergantung dan mempengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi
pemerintahan.

Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi:

3. Sistem Perlementerl

Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:

• Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala
negara dikepalai oleh presiden/raja.
• Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan
undang-undang.
• Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
• Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
• Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif
• Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
• parlemen sebagai pemegang kekuasaan di negara tersebut

Kelebihan dan kelemahan sistem parlementer

-Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:

• Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai.
• Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
• Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
• Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.

-Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:

• Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
• Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
• Masa pemilihan umum dapat berubah-ubah dengan jangka waktu tertentu.
• Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang
besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
• Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka
menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi
menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

4. Sistem Presidensial

Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem kongresional,


merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasaan eksekutif dipilih
melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.

Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus memiliki tiga
unsur yaitu[1]:

• Presiden yang dipilih rakyat


• Presiden secara bersamaan menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dan
dalam jabatannya ini mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
• Presiden harus dijamin memiliki kewenangan legislatif oleh UUD atau konstitusi.

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya
seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.

Model ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-
negara Amerika Latin dan Amerika Tengah

3.Semipresidensial

Sistem semipresidensial yaitu sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua sistem


pemerintahan: presidensial dan parlementer. Terkadang, sistem ini juga disebut dengan
Dualisme Eksekutif. Dalam sistem ini, presiden ditunjuk oleh publik sehingga memiliki
kekuasaan yang masif. Presiden melaksanakan kekuasaan bersama-sama dengan perdana
menteri. Sistem ini digunakan oleh Republik Kelima Perancis.

Ciri-ciri pemerintahan semipresidensial yaitu:

3. dari presidensial
o Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
o Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
o Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
4. dari parlementer
o Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan
kepala negara dikepalai oleh presiden.
o Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
o Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

4.Demokrasi liberal
4.Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang
menganut kebebasan individu.

Secara konstitusional, ini dapat diartikan sebagai hak-hak individu dari kekuasaan
pemerintah.[1] Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses
perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan
pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak
melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.[2]

Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas
teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau.
Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme
ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya
dibanding-bandingkan dengan demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.

Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di
Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik
(Amerika Serikat, India, Prancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol).
Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika
Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara
Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Prancis).

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara
itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat di mana tidak bisa diubah dan menjadi statis.
Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu
akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk
memprotes hal tersebut.

Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan
yang kontinu dan demokrasi di mana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.

Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan


roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah
adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri
a. Sebutkan Makna Alinea 1 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ?

b. Apa hubungan Alinea 1 dan 2 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

a. Sebutkan Makna Alinea 1 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ?

b. Apa hubungan Alinea 1 dan 2 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

Anda mungkin juga menyukai