Pelaku mempelajari karakteristik dari Fulan, mulai dari tempat bekerja, kehidupan rumah tangga,
kondisi keluarga, siapa yang menjadi teman pada facebooknya untuk dijadikan korban. Lalu Pelaku
membuat sebuah skenario berdasarkan orang-orang yang menjadi teman pada facebook tersebut,
disesuaikand dengan latar belakang Fulan dan teman itu tadi. Diantaranya:
- Pelaku yang mengaku sebagai Fulan meminjam uang kepada saudara Fulan yang cukup kaya dan baik
kepada fulan selama ini. Dengan alasan Fulan dalam keadaan sedikit kesulitan saat ini, karena anaknya
baru saja sakit dan menginap di rumah sakit. Dari mana info itu didapatkan? tentu dari status2 yang ada
dari masing-masing korban.
- Pelaku mengontak Partner bisnis fulan yang cukup dekat selama ini. dst.
Beberapa hal berikut mungkin bisa menjadi hikmah dari kelemahan Fulan dalam menggunakan
facebook:
- password yang digunakan oleh Fulan mudah ditebak,
- password facebook sama dengan password emailnya, sehingga ketika salah satu diketahui, maka
facebook dan emailnya pun dapat dibajak dengan mudah.
- anggota keluarga terlalu menelanjangi kondisi keluarganya di status2 yang dituliskan di facebook
Sepintas percakapan ini biasa saja dan tak ada yang mencurigakan. Itulah teknik social engineering untuk
melakukan fraud/penyalahgunaan kartu kredit. Akibatnya, data kartu kredit Pak Budi dimiliki orang lain.
Saat billing tagihan datang di bulan berikutnya, ada transaksi yang besar. Padahal Pak Budi tidak pernah
melakukan transaksi itu. Dari percakapan telpon, limit Pak Budi juga tidak naik. Baru Pak Budi sadar akan
kelalaiannya. Dari penjelasan ini, ternyata melakukan aktivitas carding bisa dilakukan dengan mudah
tanpa alat, hanya dengan modal nekat yaitu dengan teknik social engineering.
Sumber : http://triaalestarii.blogspot.com/