1
mengetahui. Karena kebanyakan makhluk itu tidak mengerti hati mereka dan diri mereka. Dan
telah menghalangi antara mereka dan diri mereka.
Sesungguhnya Allah akan menghalangi antara seseorang dan hatinya, dan halangan-Nya
adalah Dia mencegah orang itu dari menyaksikanNya, mengintaiNya, mengenal sifat-sifat-Nya,
cara berbalik-balik orang itu diantara jari-jari Tuhan yang Maha Pengasih dan bagaimana ia
turun pada suatu kali ke tempat yang paling rendah dan turun sampai sejajar dengan syaithan-
syaithan dan bagaimana. Ia naik pada kali yang lain ke tingkat yang paling tinggi dan meningkat
ke alam para malaikat yang dekat dengan Allah.
Barang siapa tidak mengenal hatinya untuk mengintainya, memeliharanya dan
mengintip apa yang tampak dari simpanan- simpanan alam malakut diatasnya dan didalamnya.
Maka ia termasuk orang yang yang difirmankan Allah Ta’ala “Mereka lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Sesungguhnya mereka adalah orang-
orang yang fasik” ( Al Hasyr : 19 ).
Allah memuliakan muslimah dengan tugas-tugas yang disematkan pada dirinya, banyak
peran mulia yang disandarkan kepadanya, seperti wanita itu adalah ibu, saudara perempuan,
istri atau anak perempuan. Jika keempat peranan ini dihimpun oleh seorang muslimah, maka
manusia manakah yang lebih mulia padanya?
Sesungguhnya hati memerlukan kepada tentara- tentara hati dari segi keperluannya
kepada kendaraan dan perbekalan perjalanan jauhnya yang karenanya diciptakan. Yaitu
berpergian menuju Allah Subhanahu dan menempuh tahapan-tahapan untuk menemui-Nya.
Sesungguhnya kendaraan hati adalah badan dan perbekalannya adalah ilmu dan sesungguhnya
sebab- sebab yang menyampaikan hati kepada perbekalan dan menetapkannya untuk berbekal
dengannya adalah amal yang shalih. Maka peran Muslimah sebagai ibu, saudara perempuan ,
istri ataupun sebagai anak perempuan adalah jalan baginya untuk menumpuk amal shalih yang
kesemuannya akan memudahkannya kelak perjalanan menuju akhirat karena dunia ini adalah
kebun akhirat kita yang harus ditempuh setiap insan manusia.
Adapun penting bagi kita untuk mengetahui tentara- tentara hati, tentara-tentara hati
ada tiga macam :
2
Pertama : pendorong dan pemberi anjuran adakalanya kepada yang menarik manfaat yang
sesuai dengan nafsu- syahwat, dan adakalanya kepada menolak yang berbahaya yang
meniadakan seperti kemarahan. Dan pendorong ini diibaratkan dengan iradah (kehendak).
Kedua : penggerak anggota-angota badan untuk menghasilkan maksud- maksud itu dan
kedua ini ibaratkan dengan qudrah (kekuasaan), yaitu tentara-tentara yang tersebar pada
seluruh anggota– anggota badan, lebih-lebih sendi- sendi daripadanya dan tulang-tulang rawan.
Ketiga : yang mengetahui, yang mengenal semua perkara seperti mata-mata yaitu: kekuatan
penglihatan, pendengaran, penciuman dan sentuhan. Dan kekuatan itu tersebar pada anggota-
anggota badan tertentu. Ini diibaratkan dengan ilmu (pengetahuan) dan idrak (kefahaman).
Penting untuk kita ketahui bahwa kedua tentara kemarahan dan nafsu-syahwat itu
terkadang tunduk kepada hati dengan ketundukan sempurna, terkadang tentara kemarahan
dan nafsu syahwat durhaka kepada hati dengan kedurhakaan menyimpang dan melampaui
batas sehingga keduanya menguasainya dan memperbudaknya sehingga timbullah hati yang
berpenyakit. Dan dalam demikian itu kehancurannya dan terputusnya dari bepergiannya yang
menyampaikannya kepada kebahagiaan abadi. Dan hati itu mempunyai tentara lain yaitu ilmu,
hikmah dan berfikir. Dan hak hati adalah meminta pertolongan kepada tentara lain ini karena ia
adalah tentara Allah, sedangkan kedua tentara lainnya berhubungan dengan tentara syaithan.
Sebagai muslimah dalam menjalankan perannya yang kerap kali “multitasking”
terkadang kita bisa saja jatuh dalam kondisi yang rendah dikarenakan hati yang berpenyakit
akibat memperturutkan kemarahan dan nafsu syahwat; saat ujian menghadapi kekurangan
suami melanda, keputusasaan dikarenakan kurangnya kita mengandalkan tentara ilmu dan
hikmah dalam mendidik anak-anak, mudahnya keluh kesah kita dalam merawat orangtua kita
yang sudah renta, sampai iri dan dengki antar kakak beradik dalam permasalahan pembagian
harta keluarga, maka bersegeralah kita mencari penawar bagi hati yang sakit meminta
pertolongan pada tentara Allah, kembali memperbaharui niat kita, mengingat janji kita
padaNya dan mengembalikan jalan kita pada ma’rifatNya.
Seperti perumpamaan yang dituturkan Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin pada kisah
berikut : perumpamaan akal adalah seperti penunggang kuda yang berburu. Dan nafsu-
syahwatnya adalah seperti kudanya. Dan kemarahannya adalah seperti anjingnya. Manakala
3
penunggang kuda itu cerdas, kudanya terlatih dan anjingnya terdidik lagi terlatih pula, maka ia
patut sukses. Dan manakala ia sendiri bodoh, kudanya mogok dan anjingnya buas, lalu kudanya
tidak bangkit mengikuti perintah dan anjingnya tidak bisa dilepas dengan isyaratnya dengan
thaat. Maka ia layak binasa, lebih-lebih dari memperoleh apa yang dicarinya. Sesungguhnya
kebodohan penunggang kuda adalah seperti kebodohan manusia, kurang kebijaksanaanya,
tumpul penglihatan hatinya. Dan mogok kudanya adalah seperti kemenangan nafsu-syahwat
khususnya nafsu-syahwat perut dan kemaluan. Dan buasnya anjing adalah seperti kemenangan
marah dan berkuasanya.
Maka patutlah kita memohon kepada Allah akan petunjuk dan kasih sayangNya.