Kesetimbangan Asam Basa 2 PDF
Kesetimbangan Asam Basa 2 PDF
KESETIMBANGAN ASAM-BASA 2
Tujuan Pembelajaran
Larutan penyangga adalah larutan yang mampu mempertahankan pH pada pengenceran dan
penambahan sedikit asam atau basa. Ada dua jenis larutan penyangga, yaitu: larutan
penyangga asam dan larutan penyangga basa.
Larutan penyangga asam terbentuk dari asam lemah dan basa konjugasinya atau garamnya.
Contoh larutan penyangga asam yaitu campuran antara:
asam asetat (CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa)
asam fosfat (H3PO4) dan natrium dihidrogen fosfat (NaH2PO4)
natrium dihidrogen fosfat (NaH2PO4) dan natrium hidrogen fosfat (Na2HPO4)
Pada larutan penyangga asam, pH larutan dapat dihitung dengan menerapkan konsep
kesetimbangan.
Ka
H A
-
HA
H Ka HA
A
-
- log H - log Ka log
HA
A -
pH pKa log
A-
(persamaan Henderson - Hasselbalch)
HA
Dalam perhitungan, nilai [HA] dan [A-] dapat juga diganti dengan nilai mol masing – masing.
Contoh 1: Apabila 100 mL HNO2 1 M (Ka = 7,1 x 10-4) dicampurkan dengan 100 mL
NaNO2 1 M, berapakah pH campuran tersebut?
Jawab: Campuran lautan tersebut di atas adalah antara asam lemah dan garamnya. Maka
larutan yang terbentuk adalah larutan penyangga. Sehingga dapat diselesaikan dengan cara
sebagai berikut.
Ka
NO H
2
-
HNO2
H Ka HNO2
NO 2
-
H 7,1 10 . 11 7,1 10
-4 -4
Contoh 2: Apabila 100 mL HC2H3O2 0,1 M (Ka = 1,8 x 10-5) direaksikan dengan 50 mL
NaOH 0,1 M maka akan menghasilkan NaC2H3O2 dan H2O. pH larutan tersebut dapat
dihitung melalui tahapan sebagai berikut:
HC2 H 3 O 2
H O Ka
HC2 H 3 O 2 ; HC
H 3O 2 C 2 H 3O 2 5 - x 5
C H O
-
3 - 2
2 3 2
H O 1,8 10 . 55 1,8 10
3
-5 -5
Larutan penyangga basa terbentuk dari basa lemah dan asam konjugasi atau garamnya.
Contoh larutan penyangga basa yaitu campuran antara:
ammonia (NH3) dan ammonium klorida (NH4Cl)
piridin (C5H5N) dan piridinum klorida (C5H5NHCl)
Pada larutan penyangga basa, pH larutan dapat dihitung dengan menerapkan konsep
kesetimbangan.
Kb
BH OH
-
B
B
OH Kb BH
- log OH - log Kb log
B
BH
pOH pKb log
BH
(persamaan Henderson - Hasselbalch)
B
pH + pOH = pKw
pH = pKw – pOH
Contoh: Apabila 100 mL NH3 0,1 M (Kb = 1,76 x 10-5) direaksikan dengan 50 mL HCl 0,1
M maka akan menghasilkan NH4Cl dan H2O. Tentukan pH larutan tersebut!
Pembahasan: Sama seperti halnya perhitungan pH pada larutan penyangga asam, maka
penentuan pH larutan penyangga basa dihitung melalui tahapan sebagai berikut:
Kb
NH OH
4
NH 3
OH Kb NH3 ; NH3 NH 4 5 - x
NH 4
5
Perlu diingat kembali bahwa larutan penyangga adalah larutan yang mampu mempertahankan
pH pada penambahan sedikit asam atau basa. Sedikit ya, tidak banyak! Artinya, ketika
sedikit asam atau basa ditambhakan pada larutan penyangga maka pH cenderung tetap atau
perubahannya sangat kecil. Larutan penyangga bekerja dengan menggeser kesetimbangan
ketika ada sedikit asam atau basa ditambahkan. Perhatikan contoh berikut!
Contoh: Jika ke dalam 100 mL larutan penyangga asam, yaitu HC2H3O2 0,1M dan
NaC2H3O2 0,1M dengan pH 4,74 ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 M, berapakah pH akhir
larutan penyangga? Jelaskan! (Ka HC2H3O2 = 1,8 x 10-5)
Pembahasan: Perhatikan bahwa larutan tersebut adalah larutan penyangga asam. Sehingga
ketika ditambahkan sedikit NaOH (basa) maka akan bereaksi dengan asam pada reaksi
kesetimbangan sehingga membentuk kesetimbangan baru sebagaimana reaksi di bawah ini.
Jika nilai tersebut dimasukkan ke dalam persamaan Henderson-Haselbalch maka akan
diperoleh nilai pH sebagai berikut.
Ka
C H O H O
2 3 2
-
3
HC 2 H 3 O 2
H O Ka
HC 2 H 3 O 2
3
C H O 2 3 2
-
H O 1,8 10 . 10,1
3
9,9
1,76 10 M
-5 -5
pH setelah ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 M cenderung tetap. Inilah cara cara larutan
penyangga mempertahankan pH nya. Bagaimana jika yang ditambahkan 1 mL HCl 0,1
M? Berapakah pH larutan penyangga tersebut? Jelaskan! SELAMAT MENCOBA!
Soal Latihan:
1. Di dalam botol tertutup terdapat larutan penyangga asam nitrit (HNO2) dan natrium nitrit
(NaNO2) dengan pH = 2,57. Tentukan Ka dari asam nitrit tersebut!
Saat makan bakso di warung, di atas meja terdapat botol dengan label asam cuka (HC2H3O2)
5%. Apakah Anda yakin bahwa konsentrasinya benar-benar 5%? Salah satu metode
konvensional yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu asam – basa adalah titrasi.
Titrasi biasa disebut dengan reaksi penggaraman atau penetralan asam – basa. Larutan yang
diketahui konsentrasinya dan biasanya berada di dalam buret disebut titran. Sedangkan
larutan yang ditambahkan titran disebut titrat. Pada titrasi asam – basa, titik dimana asam dan
basa habis bereaksi disebut titik ekivalen. Secara teknis, untuk mengetahui asam dan basa
telah habis bereaksi pada saat titrasi ditambahkan suatu indikator yang akan berubah warna
ketika telah lewat dari titik ekivalen. Berikut ini adalah beberapa indikator yang biasa
digunakan pada titrasi asam basa:
Gambar 1. Warna dan perkiraan rentang pH beberapa indikator yang biasa digunakan pada
titrasi asam – basa.
Ada empat titik penting pH pada titrasi asam basa yang perlu ditentukan untuk menggambar
kurva titrasi, yaitu:
1. pH sebelum ditambahkan titran (perhitungan pH pada asam – basa kuat atau lemah).
2. pH sebelum titik ekivalen (perhitungan pH pada larutan penyangga jika penitrasi
asam – basa lemah).
3. pH pada titik ekivalen (perhitungan pH pada reaksi anion/kation dengan air).
4. pH setelah titik ekivalen (perhitungan pH pada asam – basa kuat).
Titik ekivalen
pH = 7,0
Titik ekivalen
pH = 8,88
Gambar 3. Kurva titrasi asam lemah (HC2H3O2) dengan basa kuat (NaOH)
Titik ekivalen
pH = 5,12