Tujuan Pembelajaran:
Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah yang sedikit,
harga pH dapat berubah secara drastis. Sebagaimana kita ketahui bahwa air murni
mempunyai pH = 7. Penambahan 0,001 mol HCl (1 mL HCl 1 M) ke dalam 1 liter air murni
akan menghasilkan ion H+ sebanyak 10–3 M, sehingga pH turun menjadi 3. Di lain pihak,
penambahan 0,001 mol NaOH (40 mg NaOH) ke dalam 1 liter air murni akan
menghasilkan ion OH– sebanyak 10–3 M, sehingga pH naik menjadi 11. Jadi, air murni
tidak mampu menyangga atau mempertahankan pH terhadap penambahan asam maupun
basa. Sekarang jika HCl yang sama (1 mL HCl 1 M) ditambahkan ke dalam 1 liter air laut,
ternyata perubahan pH-nya jauh lebih kecil, yaitu dari 8,2 menjadi 7,6. Larutan seperti air
laut ini, yaitu larutan yang mampu mempertahankan nilai pH tertentu disebut larutan
penyangga atau larutan buffer atau dapar.
2) Larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (BOH) dan asam
konjugasinya (B+). Larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa
(pH > 7), contoh: NH3/NH4+. Persamaan umum reaksinya dapat dituliskan sebagai
berikut.
BOH (aq) + H2O (l) ⇌ B+ (aq) + OH- (aq) (komponen buffer: BOH/B+)
Basa lemah asam konjugasi
Jika ditambah NaOH maka ion OH- hasil ionisasi NaOH akan dinetralisir oleh asam lemah
CH3COOH. Akibatnya pH dapat dipertahankan. Bagaimana jika basa kuat diganti dengan
asam kuat HCl? Pada prinsipnya sama saja. Ion H + hasil ionisasi HCl akan dinetralisir oleh
basa konjugasi CH3COO-, sehingga pH dapat dipertahankan. Larutan penyangga akan
mempertahankan pH pada kisarannya, jika ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, dan
pengenceran.
D. pH Larutan Penyangga
1) pH larutan penyangga asam
Marilah kita tinjau larutan yang mengandung campuran asam lemah dengan basa
konjugasinya, misalnya CH3COOH dengan CH3COO–. Kita ketahui bahwa hampir
semua ion CH3COO– dalam larutan berasal dari garam sebab CH3COOH hanya sedikit
sekali yang terionisasi (James E. Brady, 1990).
CH3COOH ⇌ CH3COO– + H+
[CH3 COO− ][H + ]
K𝑎 =
[CH3 COOH]
[CH3COOH]
[H + ] = K 𝑎 [CH3COO−]
𝑎
[H + ] = K 𝑎
𝑔
𝑎
𝑎𝑡𝑎𝑢 − log[H + ] = − log K 𝑎 − log
𝑔
Jawab:
50 mL CH3COOH 0,1 M + 50 mL NaCH3COO 0,1 M
mol CH3COOH = 50 mL × 0,1 mmol/mL= 5 mmol
mol NaCH3COO = 50 mL × 0,1 mmol/mL= 5 mmol
[NH3 ]
[OH − ] = K 𝑏
[NH4 + ]
𝑚𝑜𝑙 NH3 /V𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[OH − ] = K 𝑏 𝑚𝑜𝑙 NH4 + /V𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑏
[OH − ] = K 𝑏
𝑔
𝑏
atau − log [OH − ] = − log K 𝑏 − log 𝑔
𝑏
pOH = pK 𝑏 − log 𝑔
Contoh:
Sebanyak 50 mL larutan NH3 0,1 M (Kb = 10–5) dicampur dengan 100 mL larutan
NH4Cl 0,5 M. Hitunglah pH larutan tersebut!
Jawab:
50 mL NH3 0,1 M + 100 mL NH4Cl 0,5 M
mol NH3 = 50 mL × 0,1 mmol/mL = 5 mmol
mol NH4Cl = 100 mL × 0,5 mmol/mL = 50 mmol
Reaksi ionisasi NH4Cl ⇌ NH4+ + Cl–
50 mmol 50 mmol 50 mmol
Asam konjugasi
120
[OH − ] = 1,8 𝑥 10−5
90
= 2,4 x 10-5 M
pOH = 5 – log 2,4
pH = 14 – (5 – log 2,4)
= 9 + log 2,4
= 2,4 x 10-5 M
pH = 14 – (5 – log 2,4)
= 9 + log 2,4
Contoh:
Larutan penyangga yang terdiri atas 50 mL CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL CH3COONa
0,1 M (Ka CH3COOH = 1,7 x 10-5) mempunyai pH = 4,76. Berapa pH larutan setelah
ditambah 1 mL HCl?
Jawab:
Pada larutan penyangga terdapat CH3COOH dan CH3COO-. Pada penambahan HCl, H+
dari HCl akan bereaksi dengan CH3COO- membentuk CH3COOH sehingga jumlah mol
CH3COOH akan bertambah, sedangkan CH3COO- akan berkurang.
Perhitungannya:
Jika H+ yang ditambahkan HCl = 0,1 mmol, maka akan bereaksi dengan 5 mmol CH3COO-
dan membentuk 5 mmol CH3COOH.
CH3COO- + H+ ⇌ CH3COOH
Mula-mula 5 mmol 0,1 mmol 5 mmol
Reaksi 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol
Setelah reaksi 4,9 mmol 0 5,1 mmol
Jumlah Komponen Sebelum Jumlah Komponen Sesudah
CH3COOH = 5 mmol CH3COOH = 5 mmol + m0,1 mol = 5,1 mmol
CH3COO- = 5 mmol CH3COO- = 5 mmol – 0,1 mmol = 4,9 mmol
0,051
[H + ] = 1,7 𝑥 10−5 .
0,049
= 1,77 𝑥 10−5
𝑝𝐻 = 5 − log 1,77 = 4,75
pH mula-mula = 4,76, sedangkan pH setelah ditambahkan sedikit HCl = 4,75. Jadi, selisih
pH sangat kecil maka dianggap pH tidak berubah.
Kebanyakan reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup hanya berlangsung pada
pH tertentu. Oleh karena itu, cairan tubuh harus merupakan larutan penyangga agar pH
senantiasa konstan ketika metabolisme berlangsung.
Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah 7,35 – 7,5.
Walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metaolisme dari zat-zat, tetapi
keadaan setimbang harus selalu dipertahankan dengan jalan membuang kelebihan asam
tersebut. Hal ini disebabkan karena pernurunan pH sedikit saja menunjukkan keadaan
sakit. Untuk itu tubuh kita mempunyai hal-hal berikut.
1) Penyangga hemoglobin
Oksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh sel tubuh yang didapatkan
melalui pernafasan. Oksigen diikat oleh hemoglobin di dalam darah, di mana O 2
sangat sensitif terhadap pH. Reaksi kesetimbangan yang terjadi dapat dituliskan
sebagai berikut.
HHb+ + O2 ⇌ H+ + HbO2
Produk buangan dari tubuh adalah CO 2 yang di dalam tubuh bisa membentuk
senyawa H2CO3 yang nantinya akan terurai menjadi H+ dan HCO3-. Penambahan H+
dalam tubuh akan mempengaruhi pH, tetapi hemoglobin yang telah melepaskan O 2
dapat mengikat H+ membentuk asam hemoglobin.
2) Sistem pernafasan (penyangga karbonat)
Di sini dipakai buffer H2CO3/HCO3-. Misalnya konsentrasi H3O+ dalam darah naik,
berarti pH-nya turun. Reaksi: H3O+ + HCO3- ⇌ H2CO3 + H2O.
Bila pH turun maka pusat pernafasan kita akan dirangsang, akibatnya kita bernafas
lebih dalam sehingga kelebihan CO 2 akan dikeluarkan melalui paru-paru. Sedangkan
bila konsentrasi OH- naik, maka: H2CO3 + OH- ⇌ HCO3- + H2O.
Karena kemampuan mengeluarkan CO 2 ini, maka buffer H2CO3 dan HCO3- paling baik
untuk tubuh.
3) Penyangga fosfat
Penyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam sel. Penyangga ini
adalah campuran dari asam lemah H2PO4- dan basa konjugasinya, yaitu HPO42-. Jika
dari proses metabolisme sel dihasilkan banyak zat yang bersifat asam, maka akan
segera bereaksi dengan ion HPO42-.
HPO42- (aq) + H+ (aq) ⇌ H2PO4- (aq)
Dan jika pada proses metabolisme sel menghasilkan senyawa yang bersifat basa,
maka ion OH- akan bereaksi dengan ion H2PO4-.
H2PO4- (aq) + OH- (aq) ⇌ HPO42- (aq) + H2O (l)
Sehingga perbandingan [H2PO4-]/[ HPO42-] selalu tetap dan akibatnya pH larutan tetap.
Tanpa larutan penyangga, tubuh manusia dapat mengalami asidosis dan alkalosis yang
menyebabkan kerusakan jaringan dan organ. Asidosis adalah penurunan pH darah yang
disebabkan oleh metabolisme tubuh yang terlalu tinggi karena diabetes mellitus, penyakit
ginjal, diare, dan konsumsi makanan berprotein berlebihan. Alkalosis adalah peningkatan
pH darah yang disebabkan hiperventilasi karena sedikitnya kadar oksigen di lingkungan,
dan gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak.
Kegunaan larutan penyangga tidak hanya terbatas pada tubuh makhluk hidup. Reaksi-
reaksi kimia di laboratorium dan di bidang industri juga banyak menggunakan larutan
penyangga. Reaksi kimia tertentu ada yang hasrus berlangsung pada suasana asam atau
suasana basa. Buah-buahan dalam kaleng perlu dibubuhi asam sitrat dan natrium sitrat
untuk menjaga pH agar buah tidak mudah dirusak oleh bakteri.
Dalam bidang farmasi, aspirin sebagai obat penghilang rasa nyeri mengandung asam
asetil salisilat. Beberapa merk aspirin juga ditambahkan zat untuk menetralkan kelebihan
asam di perut seperti MgO. Obat suntik atau obat tetes mata, pH-nya harus disesuaikan
dengan pH cairan tubuh. Obat tetes mata harus memiliki pH yang sama dengan pH air
mata agar tidak menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata. Begitu
pula obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah.
1) Berapa pH larutan yang dibuat dari mencampurkan 100 mL larutan NaOH 0,001 M
dengan 900 mL larutan NaCl 0,02 M?
2) Jika 100 mL larutan HCl 2 M ditambahkan ke dalam 100 mL larutan NH 3 2 M, berapakah pH
larutan yang terjadi?
3) pH suatu larutan N2H4 adalah 8,3. Jika konsentrasi N2H4 adalah 2 M dan konsentrasi N2H5+
adalah 1 M, hitunglah Kb untuk N2H4 tersebut!
4) Berapakah pH larutan yang dihasilkan dari penambahan 1 mL NaOH 2 M ke dalam 50 mL
larutan NH3 1 M dan sekaligus juga NH4Cl 1 M?
5) Ulangi perhitungan soal no. 4, tetapi sekarang untuk penambahan 1 mL larutan HCl 2 M
sebagai ganti NaOH!