Navigasi Darat diperlukan oleh semua yang bergelut dalam dunia petualangan, termasuk para
pemanjat Tebing. Kegunaannya jelas sekali, untuk menentukan posisi tebing yang menjadi target
pemanjatan, menentukan posisi kita, dll
NAVIGASI adalah cara menentukan kedudukan dan arah lintasan secara tepat. Pelakunya disebut
NAVIGATOR.
Pada awalnya, navigasi yang diambil dari bahasa yunani yaitu NAVIS yang artinya Kapal/perahu dan
AGASI yang arinya Mengarahkan, dipakai hanya pada pelayaran, dengan tujuan untuk mengarahkan
perahu agar tepat pada rute perjalanan yang direncanakan.
Setelah mengalami perkembangan demi perkembangan, akhirnya NAVIGASI dapat digunakan untuk
di darat bahkan di udara dengan tujuan yang tidak jauh berbeda dari asalnya yaitu menentukan
kedudukan dan arah lintasan secara tepat
PETA
Peta adalah Gambaran permukaan fisik bumi yang diproyeksikan pada bidang datar dengan ukuran
yang diperkecil dan menggunakan perbandingan skala yang akurat, agar penggunanya mendapat
gambaran dan informasi yang tepat mengenai daerah/medan dalam peta tersebut.
JENIS PETA
PETA GEOGRAFI :
Peta yang memuat informasi fisik bumi dan dibuat dalam skala kecil ( 1 : 1.500.000 dll) contoh: Atlas
PETA TEKNIK :
Peta yang memberikan gambaran tentang informasi penting dalam suatu pekerjaan yang sifatnya
teknis, seperti Peta Jaringan Rel Kereta Api, Peta Geologi dll
PETA TEMATIK :
Peta yang memuat informasi tentang tema tertentu. Contoh : Peta Lahan Pertanian, Peta Kepadatan
Peduduk dll
PETA TOPOGRAFI :
Peta yang digunakan untuk kepentingan navigasi, karena memuat informasi yang lengkap mencakup
4 ciri yaitu :
Perairan
Vegetasi
PROYEKSI PETA
Ada 3 proyeksi dalam peta topografi di Indonesia yang sering digunakan untuk kepentingan navigasi
yaitu :
PETA PROYEKSI LCO (Lambert Conical Orthomorphic) yang diterbitkan oleh tentara sekutu/ AMS
(Army Map Service)
PETA PROYEKSI POLIYEDER yang diterbitkan oleh pemerintah Jawatan Topografi (JANTOP) Hindia
Belanda
PETA PROYEKSI UTM (Univesal Transverse Mercator) yang diterbitkan oleh Bakorsurtanal (badan
koordinasi survey tanah nasional) yang juga merupakan revisi dari terbitan AMS
Pada awalya, peta topografi yang digunakan di indonesia berasal dari peta buatan Hindia Belanda
(POLYEDER). Peta tersebut kemudian dicetak oleh AMS (Army Map Services) menggunakan proyeksi
LCO, hingga akhirnya Indonesia memetakan sendiri dengan menggunakan proyeksi UTM
Hal paling penting dalam membaca peta adalah mempelajari Informasi Tepi Peta, dimana dalam
Peta Topografi Indonesia terbitan BAKORSURTANAL (badan koordinasi survey tanah nasional) dan
JANTOP (jawatan Topografi) telah dibakukan
IDENTIFIKASI PETA
Elemen pokok yang termasuk di dalam identifikasi peta terletk pada bagian atas meliputi
Keterangan Skala,
Keterangan Edisi,
Judul Peta
Nomor lembar
SKLALA PETA
Adalah perbandingan antara jarak di peta dengan jarak pada medan sebenarnya dengan Rumus :
Skala peta 1 : 50.000 artinya 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm pada medan sebenarnya atau 500
meter pada medan sebenarnya atau 0,5 Km pada medan sebenarnya
LEGENDA PETA
Terletak di bagian kiri bawah, yang berisi tentang keterangan dari simbol-simbol yang digunakan
pada peta tersebut, seperti bangunan, perkampungan , rawa, jalan, sungai, rel kereta api dll.
KARVAK
Garis khayal vertikal dan horizontal pada peta yang membagi area dengan luas yang sama yaitu 1km
persegi pada medan sebenarnya
Langkah untuk menetukan karvak adalah
Apabila daerah yang dimaksud lebih dari 2 karvak maka cara penyebutannya : Nomor Peta, KV Garis
Tegak 52 sampai dengan 54, Garis Datar 25 sampai dengan 27 atau
KV GT 52 s.d 54 GD 25 s.d 27
INTERVAL CONTOUR
Keterangan yang menyatakan selang jarak antara garis tinggi pertama dengan garis tinggi berikutnya
yang terletak di bawah skala batang atau skala bar.
Meskipun peta yang paling mudah diperoleh copy nya adalah UTM namun pada praktek di lapangan,
peta LCO dan Polyeder sering digunakan terutama pada operasi SAR yang melibatkan unsur udara
atau laut.
LEMBAR PETA
Pada umumnya Lembar Peta di Indonesia mempunyai LUAS GAMBAR 37,1 cm X 37,1 cm Kecuali
untuk daerah yang mendekati pantai, Terdapat Semenanjung yang menjorok.
Batas Wilayah Indonesia yang dipetakan adalah : 94˚40’BT s.d 141˚BT , 6˚LU s.d 11˚LS
Dari batas koordinat tersebut maka dapat kita ketahui bahwa luas wilayah Indonesia yang dipetakan
adalah :
JBD (Jalur Bagian Derajat) adalah pembagian suatu wilayah yang mempunyai lebar 20’ dan panjang
360˚ (1˚= 60’)
LBD (Lembar Bagin Derajat) potongan-potongan atau pembagian dari JBD yang mempunyai luas 20’
X 20’
Peta dengan skala 1 : 100.000 Luasnya adalah 20’x20’
Maka
Jadi :
1˚ = 60’
1 LBD = 20’
1˚ = 60’ : 20’
1˚ = 3 LBD
Untuk Peta Skala 1 : 50.000 (10’ x 10’) dimana 1 LBD adalah 20’x20’
Untuk Peta Skala 1 : 25.000 (5’ x 5’) dimana 1 LBD adalah 20’x20’
Dari ketentuan tersebut di atas, maka kita dapat mencari lembar petra yang diperlukan hanya
bersumberkan pada koordibnatnya saja, contoh
Sebuah pesawat Jatuh pada koordinat 4˚55’LU, 101˚ 45’ BT. Berapakah nomor peta yang aharus kita
gunakan untuk menemukan titik tersebut?
= 6˚LU – 4˚55’LU
= 360’ – 295’
= 65’
= 1˚ 5’
Maka :
berada pada Lembar 4 karena ada kelebihan 5’ (dinyatakan dengan angka romawi)
= 6105’ – 5680’
= 425
= 7˚ 5’
Maka :
Adalah garis khayal di atas permukaan tanah pada peta dengan bentuk melingkar yang berkelok-
kelok dimana saling berhubungan pada ujungnya (tertutup) yang menyatakan titik-titik dengan
ketinggian yang sama dengan maksud :
SIFAT KONTUR
Kontur yang lebh rendah ketinggiannya akan mengelilingi kontur yang lebih tinggi ketinggiannya
Kontur yang menjorok ke luar (menjauhi pusat lingkaran) menunjukkan daerah punggungan
Kontur yang menjorok ke dalam (mendekati pusat lingkaran) menunjukkan daerah lembah
Daerah yang terletak antara dua garis ketinggian yang sama tingginya tetapi terpisah tempatnya
disebut dengan PELANA (SADEL)
PROYEKSI KONTUR
Pengertian sederhana dari kontur adalah aplikasi dari bentuk di alam sebenarnya yang multi dimensi
ke dalam satu bidang datar (satu dimensi). Oleh sebab itu, gambar kontur dapat diproyeksikan untuk
mengetahui gambaran medan yang akan kita hadapi.
Titik triangulasi adala titik pasti/mutlak suatu tempat yang digunakan oleh jawatan topografi dalam
pengukuran ilmu pasti saat pembuatan peta.
Titik triaangulasi ditandai oleh sebuah tiang atau tonggak dengan tulisan dalam bentuk data tentang
ketinggian tempat tersebut dihitung dari permukaan laut, sehingga semua orang dapat mengetahui
pada ketinggian berapa mereka berada.
Alasan utama titik ketinggian ini dibuat, mengingat tidak menutup kemungkinan pada suatu
medan/daerah terlalu sempit untuk digambarkan pada peta, sehingga diperlukan sebuah tanda
untuk menentukan ketinggian tempat tersebut.
Disebut juga dengan tinggi sebenarnya, yaitu ketinggian yang dihitung dari permukaan laut dengan
satuan meter di atas permukaan laut (m dpl)
TINGGI NISBI
Yaitu ketinggian yang dihitung dari permukaan tanah di mana benda itu berada misalnya : tinggi
pohon, tinggi bangunan dll
ARAH UTARA
Dalam peta topografi, kita mengenal 3 arah utara, untuk itu saat menentukan arah, harus
memulainya dengan menentukan arah titik 0.
Adalah arah utara yang ditunjukkan oleh garis meridian menuju ke kutub utara
Adalah arah utara yang ditunjukkan oleh garis-garis tegak yang terdapat pada karvak
Adalah arah utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas yang selalu mengarah pada kutub magnetis
bumi (poros bumi)
IKHTILAF
Disebut juga CONVERGENSI MERIDIAN yaitu penyimpangan sudut arah utara yang timbul karena ada
perbedaan arah utara yang ditunjukkan oleh Kutub Utara, Kutub Magnetis dan Peta
IKHTILAF PETA
Adalah sudut yang terbentuk oleh UTARA SEBENARNYA dengan UTARA PETA baik ke Barat maupun
ke Timur
IKHTILAF MAGNETIS
Adalah sudut yang terbentuk oleh UTARA SEBENARNYA dengan UTARA MAGNETIS baik ke Barat
maupun ke Timur
Adalah sudut yang terbentuk oleh UTARA PETA dengan UTARA MAGNETIS baik ke Barat maupun ke
Timur dengan utara peta sebagai patokan
Adalah perbedaan antara ikhtilaf magnetis pada waktu-waktu berlainan yang mengalami perubahan
karena pengaruh dari rotasi dan revolusi bumi. Perubahan ini selalu diukur dan diperiksa akurasinya
setiap 5 tahun
Pada peta topografi, VM biasanyta ditulis di bagian bawah untuk menentukan deklinasi dan VM.
Disamping itu dinyatakan pula VM rata-rata tiap tahun.
Untuk mencari Ikhtilaf peta, harus dilihat dekat batas kiri/kanan peta dimana tertulis GRID
DECLINATION yang artinya IKHTILAF PETA.
Bila VM bertambah dan makin bertambah tiap tahunnya, maka variasi tersebut dikatakan dengan
istilah INCREASE
Bila VM berkurang dan makin berkurang tiap tahunnya, maka variasi tersebut dikatakan dengan
istilah DECREASE
SUDUT PETA
Adalah sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis (garis yang menuju utara peta dan garis yang
terbentuk oleh kompas ke arah sasarannya)
Dari titik A ke titik B, tariklah sebuah garis, dan dari titik A, tariklah sebuah garis lagi yang sejajar
dengan arah utara peta.
Hitung sudut yang terbentuk oleh kedua garis tadi dengan menggunakan bususr derajat atau
menggunakan PROTACTOR yang merupakan perlengkapan navigasi.
Penggunaan Busur dan Protactor pada dasarnya sama saja. Letakkan angka 0 di paling atas
UP-UM tahun sekarang disebut juga SPM (sudut peta magnetis) yaitu perubahan pada sudut peta
dan sudut kompas tiap tahunnya sehingga perlu disesuaikan perubahannya pada tahu saat peta
tersebut dibuat dengan tahun sekarang
CONTOH 1 :
Diketahui :
JAWAB
UP – UM tahun 1942 = IM – IP
= 1˚20’ – 20’
= 2’ x 67
= 134’
= 2˚ 14’
= 1˚ + 2˚14’
CONTOH 2 :
Diketahui :
JAWAB
UP – UM tahun 1962 = IM – IP
= 1˚30’ – 40’
= 90’ – 40’
= 50’
= 2’ x 47
= 94’
= 1˚ 34’
= 1˚34’ + 2˚14’
SUDUT KOMPAS
Adalah sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis garis (garis yang menuju utara magnetis dan garis yang
terbentuk oleh kompas ke arah sasarannya)
CONTOH 1 :
Diketahui :
• Increase 2’ ke timur
JAWAB
UP – UM tahun 1942 = IM – IP
= 1˚20’ – 20’
= 2’ x 67
= 134’
= 2˚ 14’
= 1˚ + 2˚14’
Karena Azimuth yang diperoleh < 180 Maka Back Azimuthnya adalah 170˚ + 180˚ = 350˚
AZIMUTH
adalah ANGKA YANG DITUNJUKKAN OLEH JARUM KOMPAS ) dengan kata lain disebut SUDUT
KOMPAS
Sudut kompas/AZIMUTH, mempunyai sudut pembalik yaitu BACK AZIMUTH yang diperoleh dengan
rumus :
2. sebagai cross check apakah perjalanan kita sesuai dengan rencana perjalanan yang telah
ditentukan
4. Dengan menggunakan azimuth, resiko tersesat dapat diperkecil karena saat kembali, kita akan
menggunakan arah yang sama dengan saat berangkat
KOMPAS
Adalah alat penunjuk arah mata angin yang bekerja berdasarkan medan magnet bumi, dimana jarum
kompas selalu mengarah pada arah utara kutub magnetis bumi yang berada di sebelah utara
Kanada.
JENIS KOMPAS
Jenis kompas untuk keperluan navigasi darat, dibedakan oleh 3 hal yaitu
a. KOMPAS ORIENTASI yaitu jenis kompas yang kegunaannya khusus untuk melakukan orientasi
peta.Kompas jenis ini sebenarnya masih dapat digunakan untuk membidik, tetapi hasil bidikannya
kurang akurat.
b. KOMPAS BIDIK yaitu kompas yang penggunaannya khusus untuk menentukan Azimuth secara
akurat di lapangan dan menentukan hal lain yang memerlukan pembidikan dalam Navigasi
2. LINGKARAN DERAJAT. Perbedaan berdasarkan lingkaran derajat adalah cara kita melihat
lingkaran derajat yang ada dalam kompas seperti pada Kompas Prisma, Kompas Lensa dan Kompas
Cermin
3. SISTIM KERJA. Inovasi baru di era digital untuk navigasi adalah GPS (Global Positioning System)
yang bekerja berdasarkan signal yang dipancarkan oleh satelit (lebih dari 3 satelit) untuk mengetahui
posisi kita serta arah perjalanan yang akan kita tempuh.
2. Periksa bagian lensa/prisma jika ada kotoran, bersihkan sampai jarum penunjuk dan angka
derajat terlihat dengan jelas
3. Jauhkan kompas dari benda yang mengandung medan magnet (Pager, Telephone Selular, HT,
benda-benda logam, Tiang listrik dll)
5. Perhatikan posisi kompas harus selalu dalam keadaan datar permukaan air
6. Bidik sasaran dan perhatikan SASARAN, CELAH BIDIK, GARIS BIDIK dan JARUM PENUNJUK
DERAJAT SATUAN Harus berada pada satu garis lurus
7. Tunggu hingga putaran jarum berhenti total, dan lihat angka yang ditunjukkan
PERAWATAN KOMPAS
3. Untuk menghindari jamur pada lensa atau bagian lainnya, letakkan silicon gel pada tempat
kompas agar tidak lembab
5. Jangan simpan kompas di dekat peralatan listrik atau benda-benda yang mengandung magnet.
KOMPAS PRISMA
Kompas ini awalnya digunakan oleh kalangan militer. Diproduksi oleh Inggris, kompas jenis ini
memiliki tingkat akurasi bidikan yang cukup tinggi. Jenis kompas ini bentuknya bulat dengan
lingkaran derajat terbuat dari kulit kerang yang dimasukkan dalam Aquades sehingga memugkinkan
lingkaran derajat brputar dengan tenang dan dapat berhenti cepat.
Pada prinsipnya sama dengan kompas prisma, kompas ini boleh dikatakan sebagai bentuk sederhana
dari kompas prisma. Bagian prisma diganti dengan menggunakan besi dengan lensa pembidik pada
lingkaran di atasnya.
KOMPAS ORIENTERING
Kompas jenis ini sangat praktis dan fleksible. Kompas ini haya digunakan untuk orientering /
orientasi, namun dalam kondisi tertentu, jika terpaksa, kita dapar mrmpergunakannya sebagai
kompas bidik dengan catatan hasil bidikan tidak presisi.
Inovasi baru di era digital untuk navigasi adalah GPS (Global Positioning System). Alat ini
menggunakan teknologi digital di mana cara kerjanya adalah mengirim signal dan menerima lagi
pantulan signal yang dikirimnya ke 3 satelit secara acak, sehingga tingkat presisinya sangat tinggi.
Namun GPS memiliki kelemahan. Jika berada di lembah atau di hutan yang lebat, alat ini tidak dapat
digunakan. (bisa digunakan di daerah terbuka dengan luas minimal + 3 meter persegi)
Kadangkala di lapangan kita dituntut untuk berjalan sesuai arah kompas. Pada prinsipnya, untuk
melakukan cara ini, sasaran bidik yang kita tentukan Harus Kontras dengan keadaan sekitarnya dan
sesuai dengan jarak jarak pandang kita (misalnya Puncak gunung, Pohon Besar, Bangunan dll).
Namun pada kenyataan dilapangan, hal itu kadang sulit bahkan tidak memungkinkan untuk
dilakukan terutama untuk daerah hutan tropis. Sebagai antisipasinya, kita menggunakan rekan kita
sebagai sasaran bidikan kompas dengan jarak yang sesuai jarak pandang mata. Cara inilah yang
kemudian dikenal dengan nama Man to Man. Cara ini ini bahkan dianggap cara paling efektif, karena
dapat dilakukan siang dan malam (Kompas Malam).
LANGKAH-LANGKAH
2. Tempatkan rekan kita sesuai perkiraan arah yang akan dituju sejauh mata memandang
3. Catat Azimuth dan cari Back Azimuth nya, sehingga jika terjadi kesalahan sasaran, kita bisa
kembali ke titik sebelumnya
4. Buka kunci taktis (pada kompas prisma) putar hingga jarum utara magnetis berhimpit dengan
angka 0 (ditadai dengan garis fosfor) lalu kunci dengan cara mengencangkan baut pada kunci taktis
5. Mulailah berjalan sambil diperhatikan jangan sampai utara magnetis bergeser dari angka nol
7. ulangi langkah no 2 s.d 6 hingga sasaran utama yang kita tuju terlihat dan aman untuk dijadikan
sasaran bidikan.
MENGHINDARI RINTANGAN
Saat melakukan cara tersebut di atas, sangat memungkinkan kita akan menemukan rintangan yang
sulit bahkan harus dihindari seperti jurang, belukar, rawa, danau dll, maka cara untuk mengindarinya
adalah sebagai berikut :
1. lakukan orientasi medan, arah mana yang paling memungkinkan untuk menghindar
2. Azimuth awal + 90˚ (jika arah kita ke kanan ditambah, jika ke kiri dikurangi)
5. putar kompas hingga kembali ke Azimuth Awal dan berjalanlah sesuai arah azimuth awal hingga
rintangan terlewati
6. jika pada langkah 2 Azimuth awal ditambah, maka sekarang dikurangi 90˚, dan jika pada langkah
2 Azimuth awal dikurangi, maka sekarang ditambah 90˚.
7. Berjalanlah sesuai sudut kompas dengan hitungan langkah yang sama pada no 4
Adalah cara mengarahkan peta pada posisi yang benar (menunjukkan arah utara) sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas antara keadaan di peta dengan medan sebenarnya. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
2. Letakkan kompas orientering di atas peta tersebut dan sejajarkan utara kompas dengan utara
peta
3. pelajari dan amati keadaan medan dengan gambaran di peta secara seksama
Orientasi peta mutlak harus dilakukan sebelum memulai kegiatan/perjalanan, dengan tujuan agar
jika terjadi perubahan pada tanda-tanda medan, kita dapat segera mengetahuinya. (misalnya tanda
medan berubah total akibat bencana alam)
RESECTION
Adalah cara untuk mengetahui posisi kita pada peta dengan cara melakukan pembidikan ke arah 2
tanda medan atau lebih.
3. Carilah 2 tanda medan atau lebih yang benar-benar kita kenal baik di medan sebenarnya
maupun di peta (misalnya puncak gunung, triangulasi, konstruksi bangunan dll)
4. lakukan pembidikan dengan kompas ke titik pertama (sebut saja titik A) catat azimutnya dan
tambahkan dengan hasil perhitungan SPM tahun sekarang
6. lakukan pembidikan dengan kompas ke titik kedua (sebut saja titik B) catat azimutnya dan
tambahkan dengan hasil perhitungan SPM tahun sekarang
10. Perpotongan garis dari titik A dan B itulah merupakan POSISI KITA (kita senut C)
INTERSECTION
Adalah cara untuk mengetahui posisi satu tanda medan pada peta dengan cara melakukan
pembidikan dari 2 tempat atau lebih dengan jarak tertentu.
4. lakukan pembidikan dengan kompas dari posisi kita (A) ke arah sasaran, catat azimutnya dan
tambahkan dengan hasil perhitungan SPM tahun sekarang
5. Pindah ke lokasi lain dengan jarak jangan terlalu dekat dengan posisi sebelumnya.
7. lakukan pembidikan dengan kompas dari posisi kita (B) ke arah sasaran, catat azimutnya dan
tambahkan dengan hasil perhitungan SPM tahun sekarang
8. Tarik Garis pada peta dari titik A sesuai Azimuthnya
10. Perpotongan garis dari titik A dan B itulah merupakan POSISI SASARAN KITA (kita sebut C)
Intersection banyak digunakan pada saat operasi SAR hutan gunung, misalnya dalam operasi
pencarian pesawat, di mana aplikasinya dilakukan oleh beberapa tim untuk membidik satu sasaran
untuk mengetahui posisi sasaran di peta (misalnya reruntuhan pesawat) untuk kemudian dilaporkan
pada posko pusat operasi
KOORDINAT
Adalah cara untuk menyebutkan atau menunjukkan suatu titik di peta (posisi kita, tanda medan, dll)
dengan menyebutkan angka-angka yang ada pada garis tegak dan garis datar di peta. Ada dua jenis
Koordinat yang digunakan dalam Navigasi yaitu :
Menentukan tempat dengan bantuan Garis Meridian/bujur dan lintang yang dinyatakan dalam
satuan derajat, menit dan detik, baik dari acauan Greenwich sebagai titik Nol maupun meridian
lainnya
1. Cari batas barat (sebelah kanan) dan timur (sebelah kiri) serta batas paling utara (paling atas)
dan selatan (paling bawah dari peta yang kita gunakan
2. Ukur jarak dari Batas paling barat ke titik yang akan kita cari koordinatnya
3. Pindahkan hasil pengukuran dalam cm tersebut ke satuan derajat, menit, detik (60cm = 1˚)
7. Ukur jarak dari Batas paling Utara atau Paling selatan (sesuai dengan letak peta di LU atau LS) ke
titik yang akan kita cari koordinatnya
8. Pindahkan hasil pengukuran dalam cm tersebut ke satuan derajat, menit, detik (60cm = 1˚)
9. Jumlahkan hasil pengukuran no 8 dengan Batas paling Utara atau Paling selatan
11. Penyatuan No 6 dan No 10 adalah koordinat dari titik tersebut (yang disebutkan pertamakali
adalah bagian Bujur baru kemuadian Lintang)
Contoh :
Batas Barat = 5’ + 7’
= 12’
= 106˚48’27,79”BT + 12’
= 107˚00’27,79”BT
= 7˚ LS
Menentukan tempat dengan bantuan angka-angka yang ada pada Garis Tegak dan Garis Datar
(KARVAK) dalam peta Topografi.
Pembagian karvak tersebut sudah ada di salah satu yang merupakan perelengkapan pendukung
navigasi darat yang disebut dengan PROTACTOR
Untuk lebih presisi, sebaiknya selalu gunakan sitim 8 angka, terutama untuk peta dengan skala
1:50.000 dan 1:25.000
Karena pada skala ini luas satu karvak cukup besar untuk dibagi menjadi 100 bagian
Ingat, angka yang makin besar ke kanan adalah sumbu X dan makin besar ke atas adalah sumbu Y
Dalam Operasi SAR, untuk memudahkan pembacaan dan penyamaan persepsi maka digunakan Peta
yang sama dalam artian WILAYAH YANG DIPETAKAN dan No Lembar Peta sama.
Namun penyebutan koordinat terlebih jika melibatkan unit udara, atau tim darat yang menggunakan
GPS, maka akan ada perbedaan dalam penyebutan koordinat. Untuk menjembataninya, kita perlu
mengetahui cara merunah koordinat Grid/Peta/Topografi menjadi koordinat Geografi.
LANGKAH-LANGKAH :
3. Ukur jarak dari Batas paling atas atau paling bawah (tergantung letak peta di LU atau di LS) ke
titik titik hasil resection tersebut (dalam cm)
CONTOH
UNTUK PETA :
Diketahui :
Lembar = 39/XXXIX-A
Koordiant Geografis :
Jawab :
Mendatar = (Jarak dari kiri ke koordinat : Luas Peta dalam cm) X Luas dalam menit
= 4’ 45”
= 107˚20’ + 4’ 45”
= 107˚24’45” BT
Vertikal = (Jarak dari Atas ke koordinat : Luas Peta dalam cm) X Luas dalam menit
= 6’ 23”
= 6˚40’ + 6’ 23”
= 6˚46’23” LS