MM Anatomi Jantung
1.1 MakroAnatomi
Letak jantung kita adalah terdapat dalam rongga dada manusia. Tepatnya adalah di atas
diafragma. Dan organ yang satu ini terbungkus oleh apa yang dinamakan dengan selaput
jantung (lapisan jantung) yang disebut dengan perikardium. Berat organ jantung adalah
berkisar 250-300 gram dan ukuran jantung adalah sebesar kepalan tangan. Bentuknya seperti
piramid, berkontraksi secara teratur.
Berdasarkan letak anatomi, organ jantung terdapat dalam cavum thorax diantara kedua paru
dextra dan sinistra yang disebut dengan ruang mediastinum, tepatnya pada mediastinum
media.
Jantung dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut pericardium. Pericardium terdiri dari:
1. Pericardium bagian luar disebut lapisan fibrosa, merupakan jaringan ikat kuat dan padat
yang melekat pada diaphragma pada ”Centrum tendineum”.
2. Lapisan bagian dalamnya disebut sebagai lapisan serosa. Pericardium lapisan serosa
terbagi atas dua lapisan:
a. Lamina parietalis, lapisan serosa yang melekat pada bagian dalam lapisan fibrosa yang
menuju basis cordis dan menutupi alat-alat : Aorta ascendens, vena cava superior,
trunkus pulmonalis, dan vena-vena pulmonalis.
b. Lamina visceralis perikardium serosa adalah lapisan yang langsung menutupi otot
jantung disebut juga epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietalis dan visceralis terdapat ruangan yang disebut cavum
pericardii.
Ruang-Ruang Jantung
Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang masing-masing
dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium dextra dan atrium sinistra dan dua
buah ruangan bilik yaitu ventricel dextra dan ventricel sinistra. Antara kedua atrium dibatasi
oleh sekat yang dinamakan septum atriorum, dan di antara kedua ventrikel dinamakan septum
interventrikulorum.
1) Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang rendah oksigen dari
seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior,
serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke
ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. Katup trikuspid yang memisahkan atrium kanan
dari ventrikel kanan.
2) Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena
pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh
melalui aorta. Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-
paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial kemajuan melalui atrium, darah
melewati katup mitral ke ventrikel kiri
3) Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima darah de-oksigen sebagai kontrak atrium
kanan. Katup paru menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel
dengan darah. Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan,
menutup katup trikuspid dan katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah
darah dari dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah
mengalir ke arteri pulmonalis menuju paru-paru.
4) Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui
aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen dari atrium kiri. Darah
melewati katup mitral ke ventrikel kiri.
Valvula tricuspidalis adalah katup jantung yang terdapat antara atrium dan ventrikel dextra
yang terdiri dari:
1. cuspis anterior
2. cuspis posterior
3. cuspis septal
Valvula bicuspidalis atau katup mitral yang terdapat antara atrium dan ventrikel sinistra yang
terdiri dari:
1. cuspis anterior
2. cuspis posterior
Vaskularisasi Jantung
Aorta Ascendens setelah keluar dari ventrikel kiri pada bagian pangkal, di atas katup
semilunaris aorta mempercabangkan dua buah pembuluh darah untuk mendarahi otot
jantung.
1. Sulcus coronarius : melingkari seluruh permukaan luar jantung, membagi jantung atas
dua bagian atrium dan ventricel. Pada alur tersebut dapat berjalan alat – alat sebagai
berikut: A. Coronaria sinistra dan dextra, sinus coronarius, vena cordis parva.
2. Sulcus interventricularis anterior : pada alur ini berjalan A. Interventricularis anterior
dikenal dengan rami descendens anterior, cabang dari A. Coronaria sinistra dan vena
cordis magna. Sulcus ini memisahkan ventricel dextra dan sinistra.
3. Sulcus interventricular posterior: pada alur ini berjalan A. Interventricularis posterior
dikenal dengan rami descendens posterior cabang dari A. Coronaria dextra dan vena
cordis media.
Tetapi ada vena jantung yang langsung bermuara ke atrium dextra, yaitu:
1.2 Mikroanatomi
(print)
Resistensi
Yaitu ukuran tahanan atau oposisi terhadap aliran darah yang melalui suatu pembuluh, akibat
gesekan antara cairan yang bergerak dan dinding vascular yang diam. Jika resistensi
meningkat, darah menjadi semakin sulit melewati pembuluh sehingga laju aliran berkurang.
Jika resistensi meningkat maka gradient tekanan harus meningkat agar laju aliran tetap.
Karena itu, jika pembuluh membentuk resistensi yang lebih besar maka jantung harus bekerja
lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat.
Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada: viskositas darah, panjang pembuluh, dan
jari-jari pembuluh, yang merupakan factor terpenting.
a. Viskositas darah ditentukan terutama oleh jumlah sel darah merah yang beredar. Factor
ini relative konstan dan karenanya kurang begitu penting dalam mengontrol resistensi.
b. Karena darah bergesekan dengan lapisan dalam pembuluh sewaktu mengalir maka
semakin luas permukaan pembuluh yang berkontak dengan darah, semakin besar
resistensi terhadap aliran. Pada radius tetap, semakin panjang pembuluh, semakin besar
luas permukaan dan semakin besar resistensi terhadap aliran.
c. Penentu utama resistensi terhadap aliran adalah jari-jari pembuluh. Cairan lebih mudah
mengalir melalui suatu pembuluh besar daripada pembuluh kecil. Karena volume tertentu
darah berkontak dengan luas permukaan yang jauh lebih besar pada pembuluh berjari-jari
kecil daripada pada pembuluh berjari-jari besar sehingga resistensi menjadi lebih besar.
Sistole
Diastole
Ventrikel relaksasi sedangkan atrium kontraksi, sehingga tekanan intraatrial meningkat. Hal
ini menyebabkan katup atrioventrikularis terbuka dan darah dari atrium masuk ke ventrikel,
sedangkan katup semilunaris aorta dan pulmonalis tertutup. Penutupan katup semilunaris ini
menyebabkan suara jantung II ( S 2 ).
Pemeriksaan Korotkoff dikelompokkan menjadi 5(lima) fase suara. Fase 1 ditandai oleh
suara yang jelas, suara menghentak dan berulang, bersamaan dengan pemunculan kembali
denyut nadi yang teraba. Pemunculan awal suara fase 1 ini sama dengan tekanan darah
sistolik. Selama fase 2, suara murmur/bising terdengar. Pada fase 3 suara terdengar jelas fase
4 perubahan mulai terjadi dimana suara nadi mulai melemah (biasanya 10 mmHg diatas
tekanan darah diastolik yang sebenarnya). Pada fase 5, suara mulai hilang, dan menunjukkan
tekanan darah diastolik.
Peran Baroreseptor :
Sinus caroticus dan arcus aorta berperan sebagai baroreseptor. Apabila pada suatu kondisi
tekanan arteri meningkat diatas normal, baroreseptor akan meningkatkan kecepatan
pembentukan potensial aksi di neuron aferen masing-masing. Kecepatan pembentukan
tersebut akan dibaca oleh pusat kontrol kardiovaskular kemudian respons dari pembacaan
tersebut adalah diturunkannya aktivitas simpatis dan ditingkatkannya aktivitas parasimpatis
ke sistem kardiovaskular.
Sinyal eferen parasimpatis akan menurunkan kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup, vasodilatasi arteriol dan vena yang berakibat menurunnya curah jantung dan
tahanan perifer total sehingga tekanan darah kembali normal.
Sebaliknya pada kondisi dimana tekanan darah turun dibawah normal, aktivitas baroreseptor
turun kemudian menginduksi pusat kardiovaskular untuk meningkatkan aktivitas jantung dan
vasokonstriktor simpatis sementara menurunkan aktivitas parasimpatis. Eferen simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup disertai vasokonstriksi arteriol
dan vena. Perubahan ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan tahanan perifer total
sehingga tekanan darah yang rendah akan kembali normal.
Tekanan darah
Nodus SA adalah pemacu norma jantung karena memiliki laju depolarisasi spontan yang
tertinggi. Penrunan potensial membran gradual otomatis antara denyut ini disebabkan oleh
proses kompleks perpindahan ion yang melibatkan penrunan permeabilitas K + permeabilitas
Na+ yang meningkat,dan peningkatan premebilitas Ca2+. Ketika Nodus SA mencapai
ambang,terbentuk suatu potensial aksi yang menyebar ke seluruh jantung, memicu jantung
untuk berkontraksi,atau “berdenyut”. Hal ini terjadi 70x/menit
Jantung disarafi oleh divisi sistem saraf aoutonom yang dapat memodifikasi kecepata
(kekuatan) kontraksi.Saraf parasimpatis ke jantung,saraf vagus,terutama menyarafi
atrium,khususnya nodus SA & AV.Persarafan parasimpatis ventrikel tiak banyak. Saraf
simpaits jantung juga menyarafi atrium,termasuk nodus SA&AV,serta banyak menyarafi
vetrikel.
Sistem parasimpatis tidak banyak berefek pada kontraksi ventrikel karena jarangnya
persarafan parasimpatis di ventrikel di jantung.
Karena itu, jantung bekerja lebih “santai” dibawah pengaruh parasimpatis organ ini
lebih jarang berdenyut waktu antara kontraksi antara atrium ventrikel menjauh dan
kontraksi atrium melemah.
LO.3.3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Hipertensi primer
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Yang paling umum terjadi akibat
disfungsi ginjal. Selain itu disebabkan oleh gangguan endokrin, dan kekakuan dari aorta.
Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang
dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan
penyempitan dari pembuluh darah.
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi menjadi dua
jenis:
2. Hipertensi urgensi: TD sangat tinggi (>180/120 mmHg), tetapi belum ada gejala seperti
di atas. TD tidak harus diturunkan dengan cepat (dalam hitungan menit}, tetapi dapat
dalam hitungan jam sampai dengan hari dengan obat oral. Gejalanya
berupa sakitkepala hebat/berputar (vertigo), mual, muntah, pusing/melayang,
penglihatan kabur, mimisan, sesak napas, gangguan cemas berat, tetapi tidak ada
kerusakan target organ. Pasien dengan hipertensi urgensi dapat juga diberikan terapi
oral yang bekerja short acting seperti kaptopril, labetalol atau klonidin dengan
observasi yang ketat.
Dikenal beberapa istilah berkaitan hipertensi lain:
1. Hipertensi Maligna
Jenis ini yang paling parah dan cepat berkembang. Hipertensi jenis ini sangat cepat
merusak organ tubuh. Penderita akan merasakan kebas disekujur tubuh, penglihatan
kabur dan sangat kelelahan. Jika tidak di obati dapat menyebabkan kematian.
2. Hipertensi Sistolik Terisolasi
Jenis ini disebabkan oleh umur, mengonsumsi tembakau, diabetes dan diet yang salah.
Arteri akan menjadi kaku sehingga menyebabkan sistolik sangat tinggi sedangkan
diastolnya normal.
3. Hipertensi white coat hypertension
Terjadi pada pasien di pusat klinik/RS. Disebabkan oleh kegugupan saat akan di
periksa. Di luar RS, tekanan darahnya normal.
4. Hipertensi Resisten
Penderita tidak dapat merespon obat lagi. Dikatakan resisten kalau 3 jenis obat tidak
sanggup menurunkan tekanan darah. Biasanya diperlukan 4 macam jenis obat untuk
menurunkan tekanan darahnya.
5. Hipertensi enselofati
Kenaikan tekanan darah dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan sakit kepala yang sangat,
perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi teversible bila Tekanan darah
diturunkan.
LO.3.4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
.
Diagnosis Banding
Adanya riwayat hipertensi, kesan pembesaran jantung (perkusi), dan pada foto rontgen
terlihat pembesaran ventrikel kiri. Kemudian dengan faktor resiko umur yang rentan
terkena penyakit hipertensi dan penyakit jantung, dan juga tingkat stressor di
lingkungan kerja khususnya.
2. Hipertensi Pulmonal
Gejala yang dominan adalah tidak toleran terhadap kerja ; kadang-kadang ada nyeri
dada prekordial, pusing, sinkop atau nyeri kepala. Kadang disertai tungkai dingin,
penderita tampak abu-abu disertai curah jantung rendah. Pada gambaran foto rontgen
terdapat pembesaran jantung (seperti nenas) bagian kiri dan kanan.
3. Hipertensi Sekunder
Terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu. Misalnya : disebabkan oleh
penyakit ginjal (glomerulonefritis akut), penyakit endokrin (hipertiroid), tumor,
karsinoid, kelainan neurologis (ensefalitis, keracunan timah), stres akut dan lain-lain.
4. Koarktasio Aorta
Manifestasi klinis tergantung pada tempat dan luasnya obstruksi dan adanya anomali
jantung yang menyertainya, paling sering katup aorta bikuspidalis. Sebagian besar
keluhan bersifat asimtomatik seperti pusing dan ekstremitas dingin. Keluhan dapat
berupa nyeri kepala yang hebat serta epitaksis yang hilang timbul. Kelainan ini lebih
banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan organ
target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila ada
kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi
adanya kerusakan organ target meliputi:
1. Fungsi ginjal
a. Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikromakroalbuminuria
serta rasio albumin kreatinin urin
b. Perkiraan LFG, yang untuk pasien dalam kondisi stabil dapat diperkirakan dengan
menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National Kidney
Foundation (NKF) yaitu:
LO.3.7. Tatalaksana
a. Penatalaksanaan farmakologis
Biasa Mendesak
Tekanan > 180/110 > 180/110 > 220/140
darah
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sering sesak napas nokturia, dysarthria,
kali tanpa gejala kelemahan, kesadaran
menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema paru,
kerusakan organ target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia
target, tidak ada penyakit jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi
obat oral, naikkan pendek obat IV
dosis
OBAT ANTIHIPERTENSI
1. Diuretik
Khasiat antihipertensi diuretik adalah berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi natrium,
klorida, dan air, sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. TD turun akibat
berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi.
Pada pemberian kronik, volume plasma kembali tetapi masih kira-kira 5% dibawah nilai
sebelum pengobatan. Curah jantung kembali mendekati normal.TD tetap turun karena
sekarang resistensi perifer menurun. Vasodilatasi perifer yang terjadi kemudian tampaknya
bukan efek langsung tiazid tetapi karena adanya penyesuaian pembuluh darah perifer
terhadap pengurangan volume plasma yang terus-menerus. Kemungkinan lain adalah
berkurangnya volume cairan interstisial berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh
darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular.
a. Diuretik tiazid
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang
menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang
boros kalium.
b. Loop diuretic
Lebih poten disbanding tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari
dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus
dipantau ketat.
c. Diuretic Hemat Kalium
Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan
dalam gabungan dengan diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan
kalium.
d. Diuretik Osmotik
Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorpsi ion dalam ginjal.
2. Antiadrenergik
Agonis adrenergik meningkatkan tekanan darah dengan merangsang jantung (reseptor ß1)
dan/atau membuat konstriksi pembuluh darah perifer (reseptor α1). Pada pasien hipertensi,
efek adrenergik dapat ditekan dengan menghambat pelepasan agonis adrenergik atau
melakukan antagonisasi reseptor adrenergik.
a. Penghambat pelepasan adrenergik prasinaptik
Dibagi menjadi antiadrenergik “sentral” dan “perifer”. Antiadrenergik sentral mencegah
aliran keluar simpatis (adrenergic) dari otak dengan mengaktifkan reseptor α2 penghambat.
Antiadrenergik perifer mencegah pelepasan norepinefrin dari terminal saraf perifer (misal
yang berakhir di jantung). Obat-obat ini mengosongkan simpanan norepinefrin dalam
terminal-terminal saraf.
3. Vasodilator
Contoh vasodilator antara lain :
a. Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE)
Menekan sintesis angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Selain itu, penghambat ACE
dapat menginduksi pembentukan vasodilator dalam tubuh.
b. Blocker pintu masuk kalium
Mencegah influks kalsium ke dalam sel-sel otot dinding pembuluh darah. Otot polos
membutuhkan influks kalsium ekstrasel untuk kontraksinya. Blockade influks kalsium
mencegah kontraksi, yang menyebabkan vasodilatasi.
c. Vasodilator langsung
Merelaksasi sel-sel otot polos yang mengelilingi pembuluh darah dengan mekanisme yang
belum jelas, tetapi mungkin melibatkan pembentukan nitrik oksida oleh endote vascular.
b. Spironolakton (aldactone)
Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+). Juga
memiliki jerja serupa dengan amilorid.
Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif), sirosis, dan
sindrom nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-steronisme.
Efek tak diinginkan : seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan endokrin
(jerawat, kulit berminyak, hirsutisme, ginekomastia).
c. Triamterin (Dyrenium)
Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+ dan H+
dalam tubulus koligentes.
Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti Spironolakton.
Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran darah
ginjal. Lain-lain seperti amilorid.
b. Metildopa (aldomet)
Mekanisme kerja : seperti klonidin juga disintesis menjadi metilnorepinefrin yang bekerja
sebagai “neurotransmitter palsu” simpatomimetik lemah yang menurunkan aliran keluar
simpatis dari SSP.
Indikasi : seperti klonidin. Untuk mengobati hipertensi pada wanita hamil.
Efek tak diinginkan : mulut kering, sedasi, hipotensi ortostatik ringan. Beberapa pasien
mengalami impotensi, gangguan psikis, mimpi buruk, gerakan involunter, atau
hepatotoksisitas.
c. Guanabenz (Wytensin)
Mekanisme kerja : seperti klonidin. Juga mengosongkan simpanan norepinefrin pada terminal
saraf adrenergik perifer.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan : mulut kering, sedasi. Hipertensi balik lebih jarang.
c. Guanedrel (hylorel)
Mekanisme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan norepinefrin pada
awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan mempunyai aktivitas sedikit.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan ; seperti guanetidin tapi kurang berat.
d. Pargilin (Eutonyl)
Mekanisme kerja : menghambat monoamine oksidase dalam saraf adrenergik. Menghambat
pelepasan norepinefrin.
Indikasi : karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi pilihan terakhir.
Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi, infark miokardial,
aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk fermentasi, keju) dan obat-obat
(pil diet, obat-obat flu) yang mengandung simpatomimetik.
b. Asebutolol (sectral)
Mekanisme kerja : mempunyai beberapa aktivitas simpatomimetik juga aktivitas pemblokan
ß1
c. Esmolol (Brevibloc)
Mekanisme kerja :serupa dengan atenolol (tidak ada aktivitas simpatomimetik)
Indikasi : Kardiosupresi pada infark miokard akut dan angina tak stabil.
a. Kaptopril (Capoten)
Mekanisme kerja : menghambat ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis
vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat
merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin).
Indikasi : hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan rennin tinggi. Obat yang
disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa tidak
dipengaruhi.
Efek tak diinginkan : semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria,
ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia
b. Enalapril (Vasotec)
Mekanisme kerja : dikonversi menjadi asam enaloprilat yang bekerja seperti kaptopril.
Indikasi : hipertensi ringan sampai berat dan hipertensi renovaskular, gagal jantung (dengan
diuretik dan digitalis).
a. Hidralazin (apresoline)
Mekanisme kerja : secara langsung merelaksasi arteriol (tidak vena) lepas dari interaksi
simpatik. Menyebabkan penurunan tekanan darah yang menyebabkan refleks takikardi dan
peningkatan curah jantung. Secara langsung meningkatkan aliran darah ginjal.
Indikasi : hipertensi sedang. Dapat digunakan pada wanita hamil yang hipertensi.
Efek ttak diinginkan : refleks takikardi, palpitasi, retensi cairan. Sindrom seperti lupus
eritomatosis sistemik.
b. Minoksidil (Loniten)
Indikasi : hipertensi yang belum terkontrol oleh obat-obat lain. Obat topical untuk kebotakan
pola laki-laki.
Efek tak diinginkan : seperti hidralazin. Juga lesi otot jantung, kerusakan paru, hirsutisme.
c. Pinosidil (Pindac)
Efek tak diinginkan : Efek samping lebih sedikit dibanding minoksidil. Dapat menyebabkan
pusing, sakit kepala, atau edema.
d. Diazoksid (Hyperstat)
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular perifer, mungkin dengan mengantagonis
kalsium. Juga meningkatkan kadar glukosa serum dengan menekan pelepasan insulin dan
meningkatkan pelepasan glukosa hati.
Indikasi : kontrol jangka pendek hipertensi berat di rumah sakit. Hipoglikemia akibat
hiperinsulinisme yang refrakter terhadap bentuk pengobatan lain.
Efek tak diinginkan : retensi air dan natrium dan efek kardiovaskular yang disebabkannya.
Hiperglikemia, gangguan saluran cerna, hirsurisme, efek samping skstrapiramidal.
e. Niroprusid (Nipride)
Mekanisme kerja :dikonversi menjadi nitrik oksida, yang menginduksi Cgmp. Cgmp
merangsang kaskade fosforilasi/defosforilasi. Akhirnya melakukan defosforilasi myosin,
yang menyebabkan relaksasi otot polos.
Indikasi : infuse intravena kontinu digunakan pada krisis hipertensi.
Efek tak diinginkan : hipotensi berat, toksisitas sianida, hepatotoksisitas.
1. Nifedipine : pemberian bisa secara sublingual (onset 5-10 menit).Buccal (onset 5 –10
menit),oral (onset 15-20 menit),duration 5 – 15 menit secara sublingual/buccal). Efek
samping : sakit kepala, takhikardi, hipotensi, flushing, hoyong.
2. Clonidine : Pemberian secara oral dengan onset 30 – 60 menit Duration of Action 8-12
jam. Dosis : 0,1-0,2 mg,dijutkan 0,05mg-0,1 mg setiap jam s/d 0,7mg. Efek samping :
sedasi, mulut kering.Hindari pemakaian pada 2nd degree atau 3rd degree, heart block,
brakardi,sick sinus syndrome.Over dosis dapat diobati dengan tolazoline.
3. Captopril : pemberian secara oral/sublingual. Dosis 25mg dan dapat diulang setiap 30
menit sesuai kebutuhan. Efek samping : angio neurotik oedema, rash, gagal ginjal akut
pada penderita bilateral renal arteri sinosis.
4. Prazosin : Pemberian secara oral dengan dosis 1-2mg dan diulang perjam bila perlu.
Efek samping : first dosyncope, hipotensi orthostatik, palpitasi, takhikardi dan sakit
kepala.
LO.3.8. Komplikasi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari pembuluh darah ginjal,
sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik,
akibatnya terjadi penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat merusak organ tubuh
lain terutama otak.
2. Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa penebalan otot jantung
kiri. Kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk memompa, sehingga jantung akan
semakin membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan adanya gangguan
pembuluh darah jantung sendiri (koroner) akan menimbulkan kekurangan oksigen dari otot
jantung dan menyebabkan nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan
kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian.
3. Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan sistem saraf pusat
(otak). Didalam retina terdapat pembuluh-pembuluh darah tipis yang akan melebar saat terjadi
hipertensi, dan memungkinkan terjadi pecah pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan
penglihatan.
4. Otak
a. Strok
b. Transient Ischemic Attack (TIA)
5. Penyakit arteri perifer
1
6. Retinopati (Yogiantoro, 2006).
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui
akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain
adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari
ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membukt ikan bahwa diet tinggi
garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target,
misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β
(TGF-β) (Yogiantoro, 2006).
LO.3.9. Prognosis
Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-mia, intoleransi
glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensial pada
lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka semakin buruk perjalanan
penyakitnya apalagi bila tidak ditangani.
Prevalensi hipertensi pada wanita pre-menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki dan
wanita yang telah menopause. Adanya faktor resiko independen (seperti hiperkolesterolemia,
intoleransi glukosa dan kebiasaan merokok) yang mempercepat proses aterosklerosis meningkatkan
angka mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin.
Dengan pengobatan yang adekuat, dapat mendekati normal tetapi dapat timbul di waktu lain
karena telah mempunyai riwayat hipertensi sebelumnya
LO.3.10. Pencegahan
Mengubah gaya hidup dapat membantu Anda setidaknya mengurangi risiko negatif yang
ditimbulkan oleh hipertensi, seperti:
1. Menghabiskan waktu selama 30 sampai 40 menit untuk berolahraga sebanyak 2-3 kali
seminggu
2. Perbanyak jalan kaki daripada mengemudi atau menggunakan kendaraan
3. Hindari konsumsi makanan berminyak, bergaram, dan bergula tinggi
4. Konsumsi makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang
5. Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar
6. Mengolah makanan dengan cara merebus atau memanggang. Hentikan kebiasaan merokok
dan konsumsi minuman beralkohol
7. Bebaskan pikiran dari stres dan tekanan pikiran buruk lainnya
8. Istirahat 5-10 menit di tengah rutinitas
9. Minum air 7-8 gelas setiap hari
10. Tidur cukup di malam hari selama 7-8 jam
DAFTAR PUSTAKA