HARMONY
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony
Sejarah Artikel:
Disubmit Juli 2019 Model pembelajaran make-a-match dapat mendorong siswa untuk ikut aktif serta terlibat
Direvisi Oktober 2019 dalam kegiatan di kelas, dalam penerapannya model pembelajaran ini akan mengajak
Diterima Desember 2019 siswa untuk berfikir sekaligus melakukan proses interaksi sosial dengan teman satu
________________ kelasnya. Sehingga disini, siswa akan dilatih kecerdasan dari segi intelektualnya dan juga
Keywords: dari segi sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan
make a match learning untuk meningkatan hasil belajar IPS pada materi Perubahan Sosial Budaya dan
model, learning activity, Globalisasi pada kelas IX D SMP Negeri 1 Batang. Penelitian dilaksanakan bulan Oktober
students assessment s.d Desember 2018, dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data yang
____________________
digunakan adalah: (1) obsevasi, (2) tes, (3) angket. Analisis data menggunakan: (1) analisis
hasil observasi tentang guru dan siswa, (2) analisis angket, (3) analisis hasil belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
melalui penerapan model make-a-match. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan
yang semula siklus I nilai rata-ratanya 2,58 dengan tingkat kemampuan siswa cukup
menjadi nilai rata-rata 3,89 dengan tingkat kemampuan siswa baik pada siklus II.
Sedangkan untuk hasil belajar siswa dari data penelitian juga menunjukkan peningkatan
dengan tingkat ketuntasan klasikal pada sikus I sebesar 47% dengan rata-rata nilai 60 pada
siklus II tingkat ketuntasan klasikal sebesar 94% dengan rata-rata nilai 81,6.
Abstract
_____________________________________________________________
The make a match learning model can encourage students to participate actively in classroom
learning process. This model will invite students to both think and perform the social interaction
process among classmates. The students will be trained in their most profound intellect as well as their
social skills. It aims to increase learning activity and its results of IPS subject on the social change of
culture and globalization material of the ninth graders of IX D class at SMP Negeri 1 Batang. The
study was conducted from October to December 2018 in two cycles. The data collection technique
used are: (1) observation, (2) test, and (3) questionnaire. The data were analyzed through: (1) Analyze
the observations about teachers and student, (2), analyze the questionnaire (3) analyze the student’
results. The result of the research shows that the students’ learning activity and its score is increase.
It was 2,58 at the first cycle, and increase into 3,89 at the second cycle. The increase is also shown in
classical level. The first cycle was 47% with average students’ score was 60, while in the second cycle
it increased into 94% with average score 81,6.
Alamat korespondensi: ISSN 2548-4621
SMP N 1 Batang Kabupaten Batang provinsi Jawa Tengan
E-ISSN 2548-4648
E-mail: listyana.tri.kusumawati2@gmail.com
115
Listyana Tri Kusumawati / Harmony 4 (2) (2019)
juga meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu globalisasi pada kelas IX D SMP Negeri 1 Batang
cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa tahun pelajaran 2018/2019? 2) Bagaimana
yaitu dengan menggunakan perbagai model peningkatan hasil belajar melalui model make a
dalam pembelajaran. Hasil belajar adalah match materi perubahan sosial budaya dan
penguasaaan pengetahuan atau ketrampilan yang globalisasi pada kelas IX D SMP Negeri 1 Batang
dikembangkan oleh mata pelajaran umumnya tahun pelajaran 2018/2019?
ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang
diberikan oleh guru (Depdiknas, 2005:895). dilakukan oleh guru dengan upaya
Sedangkan pengertian hasil belajar menurut membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya
(Sukmadinata, 2007:102-103) adalah realisasi dengan membimbing siswa untuk terlibat
atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. serta guru yang berperan sebagai pembimbing
Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat untuk menemukan konsep-konsep tersebut.
dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk Salah satu hal yang berpengaruh pada
penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir proses pembelajaran adalah aktifitas belajar
maupun ketrampilan motorik. siswa. Agar dapat memproses dan mengolah
Berdasarkan pengalaman pengamat proses hasil belajarnya secara efektif, siswa dituntut
pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Batang, faktor untuk aktif secara fisik, intelektual, dan
kegagalan dalam aktivitas belajar siswa dan hasil emosional bahwa aktivitas di sini baik bersifat
belajar siswa rata-rata disebabkan oleh kejenuhan fisik maupun mental. (Sardiman, 2011:100).
dan kurang bergairahnya siswa dalam menerima Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan
pelajaran, hal ini bisa dilihat dalam tindakan fisik atau jasmani maupun mental atau rohani
siswa dikelas seperti ramai di kelas, berbicara yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar
antar teman, membuat ulah dengan tujuan untuk yang optimal. Dalam aktivitas belajar ini siswa
mengalihkan perhatian guru. Sehingga nilai rata- haruslah aktif mendominasi dalam mengikuti
rata mata pelajaran IPS masih banyak yang proses belajar mengajar sehingga
dibawah 75. Hal ini di sebabkan karena guru mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
dalam proses belajar mengajar hanya Dengan kata lain dalam beraktivitas siswa tidak
menggunakan metode ceramah, tanpa hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang
menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran dijumpai di sekolah-sekolah yang melakukan
tidak di sampaikan secara kronologis. Faktor pembelajaran secara konvensional. Pembelajaran
kegagalan tersebut dapat terlihat dari rendahnya dikatakan efektif bila siswa secara aktif ikut
aktivitas belajar siswa yang bisa mempengaruhi terlibat langsung dalam pengorganisasian dan
hasil belajar llmu pengetahuan sosial siswa yang penemuan informasi (pengetahuan), sehingga
rendah. Hasil belajar llmu pengetahuan sosial mereka tidak hanya menerima secara pasif
yang masih rendah salah satunya ditunjukkan pengetahuan yang diberikan oleh guru. Dalam
dari data nilai kelas IX D yang peneliti peroleh proses belajar mengajar tugas guru adalah
dari hasil penilaian pada saat sebelum tindakan mengembangkan dan menyediakan kondisi agar
penelitian kelas dilaksanakan yaitu, dari 36 siswa siswa dapat mengembangkan bakat dan
hanya 11 atau 31% siswa yang sudah mencapai potensinya.
KKM, sedang 25 siswa atau 69% belum Berdasarkan hal tersebut maka perlu
mencapai KKM. Hasil penilaian sebelum diterapkan model pembelajaran yang membuat
penelitian tindakan kelas rata-rata yang di suasana kelas menjadi hidup dan meningkatkan
peroleh kelas IX D adalah 60. hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk
Dari latar belakang diatas maka rumusan meningkatkan hasil belajar tersebut adalah
masalah adalah sebagai berikut: 1) agaimana menggunakan model pembelajaran make a match.
peningkatan aktivitas belajar melalui model make Pengertian model pembelajaran make a match
a match materi perubahan sosial budaya dan menurut (Suyanto, 2009:72) model pembelajaran
117
Listyana Tri Kusumawati / Harmony 4 (2) (2019)
make a match adalah sebuah model pembelajaran sebuah kartu (Soal atau jawaban). 3) Siswa yang
dimana didalamnya guru diharuskan untuk sudah mendapatkan kartu memikirkan
mempersiapkan kartu yang berisikan jawaban/soal dari kartu yang didapatkannya. 4)
permasalahan atau pertanyaan dan juga kartu Setiap siswa mencari pasangan kartu yang
yang berisikan jawaban dari pertanyaan tersebut. sekiranya cocok dengan kartu yang dimilikinya.
Setiap siswa nantinya akan disuruh untuk 5) Jika siswa tidak bisa mencocokan kartu yang
menemukan pasangan soal/jawaban dari kartu- tepat atau tidak menemukan kartu yang cocok
kartu tersebut. Pada penerapannya, model sebelum batas waktu yang ditetapkan, maka
pembelajaran make a match akan siswa bersangkutan akan mendapatkan hukuman
mengintruksikan para siswa untuk memegang berdasarkan kesepakatan bersama. 6) Setelah
sebuah kartu baik itu kartu berisi soal atau kartu menyelesaikan satu babak, kartu dikocok lagi
berisi jawaban. Jika yang dipegangnya adalah agar setiap peserta didik mendapatkan kartu yang
kartu berisikan soal maka siswa bersangkutan berbeda dari sebelumnya. 7) Guru bersama siswa
mesti mencari kartu yang berisi jawaban atas sama-sama membuat kesimpulan.
pertanyaan yang didapatkannya tersebut. Kartu Kelebihan dan kelemahan model
jawaban ini pun sama halnya dengan kartu soal, pembelajaran make a match. Menurut (Miftahul
dimana kartu dipegang oleh seorang siswa di Huda, 2013:253-254) kelebihan dan kekurangan
kelas. Jadi mau tidak mau siswa tersebut harus dari penerapan model pembelajaran make a match
bersosialiasi dengan teman-teman satu kelasnya di dalam kelas adalah sebagai berikut: Kelebihan
untuk menemukan kartu jawaban. Pertimbangan model pembelajaran make a match 1)
sebelum menerapkan model pembelajaran make a Meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, 2)
match Menurut (Benny, 2009:1001), sebelum Membuat kegiatan belajar menjadi lebih
pendidik mempergunakan model pembelajaran menyenangkan, 3) Meningkatkan pemahaman
make and match, ia mesti mempertimbangkan: 1) peserta didik terhadap materi yang dipelajari, 4)
Indikator yang hendak dicapai. 2) Kondisi kelas Meningkatkan motivasi belajar peserta didik, 5)
yang mana didalamnya meliputi jumlah siswa Melatih keberanian peserta didik untuk tampil
dan efektifitas. 3) Alokasi waktu yang akan presentasi, 6) Melatih kedisiplinan peserta didik
dipergunakan dan lama waktu yang dalam menghargai waktu untuk belajar,
dipersiapkan. Pertimbangan tersebut sangat Kekurangan model pembelajaran make a match:
dibutuhkan karena model pembelajaran make a 1) Apabila strategi tidak dipersiapkan dengan
match tidak akan berjalan efektif jika benar maka akan ada banyak waktu yang
dipergunakan pada kelas yang jumlah peserta terbuang sia-sia,2) Guru mesti berhati-hati dan
didiknya diatas 40 dan kondisi ruang kelas yang bijaksana dalam memberi hukuman kepada
tergolong sempit. Dalam pelaksanaan model peserta didik yang tidak mendapatkan pasangan,
pembelajaran make a match, kelas akan menjadi karena mereka bisa malu atau bahkan tidak
cukup gaduh dan juga ramai. Hal ini masih bisa senang, 3) Jika model ini diterapkan secara terus
dimaklumi asalkan guru pengajarnya dapat menerus akan menimbulkan kebosanan. Model
mengendalikannya. Langkah-langkah model pembelajaran make a match merupakan salah satu
pembelajaran make a match Jika anda tertarik model yang perlu dipertimbangkan oleh para
untuk menerapkan model pembelajaran make a guru. Model pembelajaran ini akan mendorong
match maka sudah seharusnya bagi anda untuk siswa untuk ikut aktif serta dapat menghasilkan
mengetahui langkah-langkah dari model nilai yang meningkat dalam hasil belajarnya.
pembelajaran make a match. Langkah-langkah Berdasarkan paparan tersebut tujuan penelitian
bagaimana model pembelajaran ini bisa adalah untuk: 1) meningkatkan aktivitas belajar
teraplikasikan di dalam kelas: 1) Guru melalui model make a match materi perubahan
menyiapkan kartu-kartu yang berisikan sosial budaya dan globalisasi pada kelas IX D
pertanyaan sekaligus kartu yang berisikan SMP Negeri 1 Batang tahun pelajaran
jawabannya. 2) Setiap siswa mendapatkan 2018/2019. 2) meningkatan hasil belajar IPS
118
Listyana Tri Kusumawati / Harmony 4 (2) (2019)
melalui model make a match materi perubahan belajar rendah, nilai rata-rata penilaian sebelum
sosial budaya dan globalisasi pada kelas IX D penelitian tindakan kelas mata pelajaran IPS 60.
SMP Negeri 1 Batang tahun pelajaran Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan
2018/2019? Minimal 75 hanya 31% artinya masih ada 69%
siswa belum mencapai KKM.
METODE
Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Penelitian tindakan kelas dilaksanakan
Kelas yang sangat mendukung program dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu
yang muaranya adalah peningkatan kualitas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
pendidikan. I.G.A.K Wardani, Kuswaya refleksi. Tahapan PTK diuraikan sebagai berikut:
Wihardit; Noehi Nasution merumuskan Perencanaan (Planning)
pengertian Penelitian tindakan kelas sebagai Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap
berikut: “penelitian tindakan kelas adalah perencanaan ini adalah: 1) Menyiapkan Rencana
penelitian yang dilakukan oleh guru didalam Pelaksanaan Pembelajaran. 2) Menyusun lembar
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan observasi kegiatan belajar mengajar untuk guru
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai dan keaktifan siswa. 3) Menyiapkan media
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi pembelajaran berupa kartu soal dan kartu
meningkat. Menurut (Suharsimi dkk, 2008:16) jawaban. 4) Mendesain alat evaluasi soal tes. 5)
PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang Melakukan kolaborasi dengan observer
yang didalamnya terdapat empat tahapan utama mengenai tindakan yang akan dilakukan di kelas.
kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, Tindakan (Action)
pengamatan, dan refleksi. Siklus pertama yang Penelitian tindakan kelas ini direncanakan
akan dilaksanakan berdasarkan aktivitas guru, dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus
aktivitas belajar siswa serta hasil belajar. Apabila dilaksanakan dengan dua kali pertemuan.
ketiga hal tersebut masih belum mencapai target Adapun skenario pembelajaran untuk setiap
dan kriteria maka akan dilakukan siklus kedua siklus adalah sebagai berikut: 1) Tahap kegiatan
dan selanjutnya sampai target dan tujuan awal menyampaikan tujuan dan memotivasi
pembelajaran tercapai dengan baik. siswa (10 menit), 2) Tahap kegiatan inti, pada
tahap ini terdiri dari: persiapan, organisasi
Waktu dan Tempat Penelitian kelompok, mengumpulkan informasi,
Penelitian dilaksanakan bulan Oktober- mempresentasikan dan evaluasi (60 menit). 3)
Desember 2018. Pelaksanaan tindakan penelitian Tahap kegiatan akhir (10 menit).
dilakukan pada bulan Oktober 2018. Penelitian c. Pengamatan (Observasi)
dilaksanakan sejalan dengan proses Observasi adalah pengamatan yang
pembelajaran yang sedang berlangsung, yaitu 4 dilakukan secara kolaboratif yang melibatkan
jam pelajaran seminggu dengan 2 kali pertemuan guru dan dan teman sejawat sebagai pengamat
masing-masing siklus. Siklus I materi perubahan dikelas. Observasi dilakukan terhadap aktivitas
sosial budaya dan siklus II materi globalisasi. siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batang. bagaimana cara guru mengelola kelas. Observasi
dilakukan pada saat kegiatan siklus I dan II
Subyek Penelitian dilaksanakan. Pada tahap pengamatan, kegiatan
Subyek penelitian ini adalah 36 peserta yang dilakukan berupa mengamati proses belajar
didik kelas IX D SMP Negeri 1 Batang terdiri atas mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas,
16 laki-laki dan 20 perempuan. Alasan dipilih aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran,
kelas ini adalah siswa cenderung pasif selama serta hasil belajar siswa.
proses pembelajaran berlangsung dan hasil d. Refleksi (Reflection)
119
Listyana Tri Kusumawati / Harmony 4 (2) (2019)
1. Penguasaan 2. Memberi
materi 3 4 penghargaan
pembelajaran kepada siswa yang
2. Keterampilan menyimpulkan
mengaktifkan 3 4 pelajaran dengan
siswa benar. 3 4
3. Pemanfaatan 3 4 3. Memberikan
alat/media belajar evaluasi secara
4. Keterampilan lisan kepada siswa 3 4
guru dalam 4. Keterampilan
membagi guru dalam
kelompok untuk memberi pesan
siswa yang moral kepada
mendapatkan siswa 4 4
kartu 5. Guru mengajak
pertannyaan dan 3 4 siswa membaca
kartu jawaban do’a dan
5. Membagikan mengucapkan
LKPD dan salam setelah
menjelaskan pembelajaran
petunjuk arah 3 4 selesai.
pengisian LKPD Rata-rata 3,38 4,00
6. Membimbing Kategori Cukup Baik
siswa dalam Sumber: data primer, 2018
mengerjakan 3 4
LKPD
Data ini dianalisis dengan menggunakan
7. Mengontrol siswa
dalam rumus persentase yang berguna untuk
mengerjakan 3 4 mengetahui bagaimana aktivitas guru dalam
LKPD proses pembelajaran apakah sudah sesuai dengan
8. Membimbing apa yang telah direncanakan. Berdasarkan data
siswa dalam
yang dikumpulkan menunjukkan bahwa aktivitas
menerima kartu
pasangannya 3 4 guru mengalami peningkatan. Sesuai dengan
masing - masing data aktivitas guru menunjukkan nilai rata-rata
9. Mengontrol siklus I adalah 3,29 dengan kategori (Cukup) dan
siswa saat siklus II adalah 4,00 dengan kategori (Baik). Hal
mencari kartu 3 4
ini bisa dilihat pada tahap persiapan terdiri dari 5
pasangan
10. Keterampilan aspek yang diamati analisis yang dihasilkan
guru dalam antara siklus I dan II jumlahnya sama yaitu 20,
memberikan Pada tahap pelaksanaan pembelajaran terdiri dari
kesempatan kegiatan awal dari 3 aspek yang dinilai
untuk bertanya 3 4
memperoleh hasil analisis yang berbeda
kepada siswa
11. Keterampilan jumlahnya yaitu 11 di siklus I dan 12 di siklus II,
guru memberikan sedangkan kegiatan inti yang terdiri dari 11 aspek
jawaban dengan yang dinilai juga mengalami peningkatan jumlah
jelas dan hasil analisis dari 31 siklus I menjadi 44 di siklus
memuaskan.
II. Pada tahap penutup yang terdiri dari 5 aspek
3 Kegiatan Penutup
1. Keterampilan 3 4 yang dinilai di peroleh jumlah hasil analisis siklus
guru dalam I dari 19 menjadi 20 di siklus II. Hasil analisis
menyimpulkan menunjukkan bahwa adanya peningkatan
materi aktivitas guru dalam pembelajaran dengan
pembelajaran
menggunakan model Make a match. Hal ini
3 4
121
Listyana Tri Kusumawati / Harmony 4 (2) (2019)
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan Tabel 3. Daftar nilai hasil belajar siswa
menunjukkan bahwa aktivitas siswa mengalami Hasil Belajar
peningkatan, sesuai dengan data aktivitas siswa No Uraian Pra Siklus Siklus
pada setiap siklus dengan nilai rata-rata dari Siklus I II
1 Nilai 35 45 52
siklus I adalah 2,58 dengan kategori (Cukup) dan
terendah
siklus II adalah 3,89 dengan kategori (Baik). Hal
ini bisa dilihat dari hasil analisis pada tahap 2 Nilai 80 90 99
kegiatan awal yang terdiri dari 3 aspek yang di tertinggi
nilai siklus I yaitu jumlahnya 6 dan di siklus II
3 Nilai rata- 60 60 81,6
jumlahnya 12. Dalam pelaksanaan pembelajaran
rata
terdiri dari kegiatan inti yang terdapat 10 aspek
yang di nilai siklus I jumlahnya 25 dan siklus II 4 Ketuntasan 31% 47% 94%
jumlahnya 40. Dan di kegiatan penutup terdiri belajar (%)
dari 6 aspek yang dinilai untuk siklus I berjumlah Sumber: data primer, 2018
18 dan siklus II berjumlah 22. Hasil analisis
menunjukkan bahwa adanya peningkatan Hasil belajar siswa pada tes siklus I
aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menunjukkan jumlah siswa yang mencapai
menggunakan model make a match, hal ini ketuntasan belajar secara klasik sebanyak 17
menunjukkan bahwa guru dapat mengatasi siswa dengan presentase 47% sedangkan 19 siswa
permasalahan yang dihadapi dengan dengan presentase 53% belum mencapai
menggunakan model make a match. ketuntasan belajar. Dan siklus II menunjukkan
Selama kegiatan pembelajaran, siswa jumlah siswa yang menunjukkan ketuntasan
semakin aktif dalam mengikuti proses secara klasikal sebanyak 34 siswa dengan
pembelajaran, hal ini terdapat pada siklus II pada presentase (94%), sedangkan 2 siswa dengan
kegiatan pembelajaran khususnya kegiatan inti presentase (6%) belum mencapai ketuntasan
sudah mencapai kategori baik, dibandingkan belajar. Namun angka ini sudah memenuhi
pada pembelajaran siklus I kategori cukup. KKM yang ditentukan oleh SMP Negeri 1
Berdasarkan hasil pengamatan setelah semua Batang yang nilai ketuntasan minimal 75 pada
siklus dilaksanakan, maka dapat disimpulkan pelajaran IPS. Oleh karena itu, hasil belajar siswa
bahwa kegiatan pembelajaran dengan pada pelajaran IPS untuk siklus II telah mencapai
menggunakan teknik make a match sudah efektif, ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan
kualitas pembelajaran dengan penggunaan teknik demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan
ini sudah sangat baik. hasil belajar siswa melalui model make a match
Di akhir proses pembelajaran siklus I dan pada materi perubahan sosial budaya dan
siklus II, peneliti memberikan tes hasil belajar globalisasi untuk siklus II di kelas IX D SMP
yang diperoleh siswa dengan mengerjakan Negeri 1 Batang mencapai ketuntasan belajar
penilaian harian dalam bentuk essai. Materinya secara klasikal, hal ini membuktikan
dalam siklus I materi tentang perubahan sosial ketuntasan siswa mengalami peningkatan dan
budaya dan di siklus II materinya tentang lebih baik untuk setiap siklusnya. Berdasarkan
globalisasi, instrument soal di siklus I berupa soal hal tersebut menunjukkan bahwa adanya
pilihan ganda sejumlah 20 dan essai sejumlah 5, peningkatan rata- rata tingkat ketuntasan hasil
sedangkan di siklus II berupa soal essai terdiri belajar siswa melalui model make a match pada
dari 10 soal, hasil belajar siswa siklus I dan II mata pelajaran IPS materi perubahan sosial
mengalami peningkatan, peningkatan hasil budaya dan globalisasi yang di terapkan di kelas
belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut: IX D SMP Negeri 1 Batang. Hal ini
menggambarkan adanya upaya-upaya guru
meningkatkan hasil belajar dan kualitas
pembelajaran yang dilakukan, yang ditunjukkan
123
Listyana Tri Kusumawati / Harmony 4 (2) (2019)
124
Listyana Tri Kusumawati / Harmony 4 (2) (2019)
sementara yang tidak tuntas 19 siswa dengan dapat berpartisipasi aktif ketika proses
nilai presentase 53% belum mencapai ketuntasan pembelajaran berlangsung.
belajar secara klasikal. Sementara siklus II
menunjukkan jumlah siswa yang mencapai DAFTAR PUSTAKA
ketuntasan belajar secara klasikal adalah 34 siswa Alwi Hasan, dkk. (2005). Kamus Besar Bahasa
dengan nilai presentase 94% sedangkan 2 siswa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
dengan nilai presentase 6% belum mencapai Nasional Balai Pustaka.
ketuntasan belajar. Namun dengan demikian N. Suhari (2013). Depdikbud (1999:45) online.
http://digilib.unila.ac.id diunduh tanggal 1
angka ini sudah memenuhi nilai KKM yang telah
Oktober 2018.
ditentukan oleh SMP Negeri 1 Batang yaitu
Baharuddin. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.
minimal 75. Oleh karena itu, hasil belajar siswa Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
pada pembelajaran IPS materi Perubahan sosial Sardiman, A. S. dkk. (2011). Media pendidikan:
budaya dan globalisasi pada siklus II telah pengertian, pengembangan dan
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. pemanfaatannya, Jakarta: PT RajanGrafindo
Respon siswa terhadap pembelajaran IPS dengan Persada.
menggunakan model make a match banyak Ismaagung (2016). Rantai guru, pengertian dan
langkah-langkah model pembelajaran make a
yang tertarik dan mendapatkan respon positif
match online. http://rantaiguru.blogspot.com
lainnya.
diunduh tanggal 28 Oktober 2018.
Mengingat model make a match dapat
Arikunto, Suharsimi, dkk. (2008). Penelitian Tindakan
meningkatkan hasil belajar siswa pada Kelas. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
pembelajaran IPS materi Perubahan sosial Hamalik. Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar.
budaya dan globalisasi maka dianjurkan kepada Jakarta: PT Bumi Aksara.
guru untuk mencoba menerapkan model make a Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-FaktorYang
match pada pelajaran lainnya oleh karena itu Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
diharapkan proses belajar mengajar para Triyanto.(2011). MendesainModel Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
guru untuk mencoba beberapa media sehingga
pembelajaran tidak membosankan dan juga siswa
125